BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Hasil Belajar...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Hasil Belajar...
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian teori
2.1.1 Hasil Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
2.1.1.1 Pengertian Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003). Sedangkan menurut Gagne (dalam Slameto, 2003), belajar adalah proses
untuk memperoleh motivasi dalam penggetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan
tingkah laku.
Menurut Harold (dalam Suprijono, 2011), berpendapat bahwa belajar
adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan
mengikuti arah tertentu. Selanjutnya Cronbach (dalam Suprijono, 2011)
mengatakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari
pengamatan. Sementara menurut Travers (dalam Suprijono, 2011) berpendapat
bahwa belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.
Belajar menurut Cronbrach, Suprijono, Gagne (dalam Suprijono, 2011)
adalah perubahan tingkah laku. Belajar dipahami sebagai proses dari tidak tahu
menjadi tahu, tidak bisa menjadi bisa. Sebagian besar masyarakat menganggap
belajar di sekolah adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan. Anggapan
tersebut tidak salah, karena berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses mendapatkan pengetahuan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berdasarkan
pengalaman atau latihan.
2.1.1.2 Hasil Belajar
Menurut Gagne (Agus Suprijono, 2011), hasil belajar itu meliputi:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
6
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kohnitifnya sendiri.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani.5. Sikap adalah kemampuan menerima dan menolak objek berdasarkan penilaian
terhadap objek tersebut.
Sedangkan menurut Bloom (Agus Suprijono, 2011), mengatakan bahwa
hasil belajar mencakup:
1. Kemampuan kognitif, yang meliputi pengetahuan, ingatan, pemahaman, menjelaskan, meringkas, mengorganisasikan, merencanakan, menilai.
2. Kemampuan afektif, yang meliputi sikap menerima, memberikan, organisasi.3. Kemampuan psikomotorik, yang meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik,
sosial, manajerial, dan intelektual.
Menurut Slameto (2003) tes hasil belajar merupakan sekelompok
pertanyaan atau tugas-tugas yang harus dijawab untuk diselesaikan oleh siswa
dengan tujuan untuk mengukur kemajuan hasil belajar. Hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Agus Suprijono, 2011).
Dari beberapa pendapat di atas hasil belajar merujuk pada kemampuan
dari beberapa aspek yaitu aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil
belajar dapat diartikan sebagai perubahan kemampuan yang dimiliki seseorang
baik kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor. Kemampuan kognitif
berhubungan dengan pengetahuan ingatan, kemampuan afektif berhubungan
dengan sikap dan kemampuan psikomotorik berhubungan dengan keterampilan.
Perubahan kemampuan-kemampuan dalam hasil belajar dalam hal ini adalah
perubahan ke arah yang lebih baik (perubahan progresif).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan
tingkah laku ke arah yang lebih baik. Hasil belajar dalam kemampuan kognitif,
afektif, psikomotorik merupakan perubahan peserta didik setelah mengikuti
proses kegiatan pembelajaran. Untuk mengukur hasil belajar maka guru tes.
Tekhnik tes meliputi tes pilihan ganda, tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan.
Sedangkan tekhnik non tes meliputi pengamatan atau observasi, angket, jurnal,
portofolio dan wawancara. Guru dapat mengetahui hasil belajar siswa dapat dalam
bentuk nilai.
7
2.1.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2003), adapun faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dapat dibedakan menjadi 2 golongan, yang meliputi:
1. Faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri yang disebut faktor individu
(intern), yang meliputi:
a. Faktor biologis, meliputi: kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan.
Jika salah satu faktor biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi
belajar.
b. Faktor psikologis, meliputi: intelegensi, minat, dan motivasi serta
perhatian ingatan berfikir.
c. Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan rohani. Kelelahan
jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar, dan haus.
2. Faktor yang ada pada luar individu yang di sebut faktor ekstern, yang
meliputi:
a. Faktor keluarga.
Keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan terutama.
Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran kecil tetapi bersifat
menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar.
b. Faktor sekolah
Meliputi metode mengajar, kurikulum, hubungan guru dengan siswa,
siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah.
c. Faktor masyarakat
Meliputi bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah lingkungan terpelajar
maka siswa akan terpengaruh dan mendorong untuk lebih giat belajar.
Berdasarkan faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar di atas dapat
dikaji bahwa belajar itu merupakan proses yang cukup kompleks. Aktivitas
belajar siswa memang tidak selamanya menguntungkan. Kadang-kadang juga
lancar, kadang mudah menangkap apa yang dipelajari, kadang sulit menangkap
mata pelajaran. Dalam keadaan dimana siswa dapat belajar sebagaimana
mestinya, itulah yang disebut belajar.
8
2.1.2 Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI)
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), defenisi dari model
pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan suatu kegiatan, sedangkan
pembelajaran adalah proses atau cara menjadikan orang atau makhluk hidup
belajar. Adapun Menurut Supriyono Koes H (2003), model pembelajaran adalah
sebuah rencana atau pola yang mengorganisasikan pembelajaran dalam kelas dan
menunjukan penggunaan materi pembelajaran.
Model pembelajaran berbeda dengan strategi, metode dan prinsip
pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kesatuan dari metode, strategi dan
langkah-langkah pembelajaran. Salah satu ciri khusus model pembelajaran yang
tidak dimiliki oleh strategi atau prosedur tertentu yaitu tingkah laku mengajar
(sintaks) yang menggambarkan pola sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Lebih lanjut Ismail (dalam Widiarto, Rachmadi, 2004) menyabutkan bahwa istilah
model pembelajaran tidak dipunyai oleh strategi atau motode tertentu yaitu:
1. Rasional teoritis yang logis yang disusun oleh pendidik.
2. Tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
3. Langkah-langkah mengajar yang duperlukan agar model pembelajaran dapat
dilaksanakan secara optimal.
4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai.
2.1.2.2 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak--
tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik,
penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial
(Ibrahim, dkk, 2000). Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif,
merupakan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang
memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif atau cooperative
learning mengacu pada model pengajaran, siswa bekerja bersama dalam
kelompok kecil saling membantu dalam belajar (Nur dan Wikandari, 2000).
9
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam model
pembelajaran kooperatif, para siswa akan duduk bersama dalam kelompok untuk
menguasai materi yang disampaikan oleh guru.
2.1.2.3 Pengertian Model Pembelajaran Group Investigation (GI)
Group Investigation (GI) adalah metode pembelajaran yang melibatkan
siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk
mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para
siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam
ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa memilih topik
yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik
yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di
depan kelas secara keseluruhan. (Arends, 2008).
Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 hingga 6 siswa dengan
karakteristik yang heterogen. Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas
kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Para
siswa memilih yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap
berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan suatu
laporan di depan kelas secara keseluruhan.
Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing,
konsultan, dan memberi kritik yang membangun. Guru harus membimbing dan
memilah pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-
solving atau tugas (Apa yang menjadi masalah utama? Faktor apa saja yang
terlibat?). Kedua, tingkat manajemen kelompok (Informasi apa saja yang
diperlukan). Ketiga, tingkat penafsiran secara individu (Bagaimana kita
menafsirkan atau mengartikan simpulan yang didapat).
Tujuan atau misi dari metode Group Investigation (GI) ini adalah untuk
mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses
sosial demokratik dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada
kemampuan antar-personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tau akademis.
10
Aspek-aspek dari pengembangan diri merupakan hasil perkembangan yang utama
dari metode ini (Sutikno, 2009).
2.1.2.4 Langkah-langkah Pembelajaran Group Investigation (GI)
Slavin (dalam Asthika, 2005) mengemukakan tahapan-tahapan dalam
menerapkan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) adalah sebagai
berikut:
1. Tahap Pengelompokan (Grouping)
Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta
membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 5
orang. Pada tahap ini:
a) Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-
kategori topik permasalahan.
b) Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik
yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki.
c) Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4
sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.
2. Tahap Perencanaan (Planning)
Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran.
Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang:
a) Apa yang siswa pelajari?
b) Bagaimana siswa belajar?
c) Siapa dan melakukan apa?
d) Untuk tujuan apa siswa menyelidiki topik tersebut?
3. Tahap Penyelidikan (Investigation)
Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa.
Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut:
a) Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat
simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki.
b) Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap
kegiatan kelompok.
11
c) Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide
dan pendapat.
4. Tahap Pengorganisasian (Organizing)
Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa
sebagai berikut:
a) Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya
masing-masing.
b) Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan
bagaimana mempresentasikannya.
c) Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas
dalam presentasi investigasi.
5. Tahap Presentasi (Presenting)
Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan
pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a) Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk
penyajian.
b) Kelompok yang tidak sebagai penyaji terlibat secara aktif sebagai
pendengar.
c) Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan
atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.
6. Tahap evaluasi (evaluating)
Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek
siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai
berikut:
a) Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan
yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalaman
efektifnya.
b) Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
c) Penilaian hasil belajar haruslah mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.
12
2.1.2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Group Investigation (GI)
Seperti halnya metode pembelajaran yang lain GI juga mempunyai
kelebihan dan kekurangan, kelebihan GI antara lain:
1. Mampu menciptakan cara belajar siswa aktif.
2. Menumbuhkan motivasi belajar mandiri dalam diri siswa.
3. Dapat menumbuhkan minat dan kreativitas siswa.
4. Lebih memupuk cara berpikir analitis dan divergen.
5. Dapat meningkatkan kepedulian antar anggota dalam belajar.
Sedangkan kekurangan model Group Investigation (GI) adalah:
1. Tidak semua materi dapat disampaikan dengan menggunakan model ini.
2. Bahan ajar banyak tetapi waktu yang disediakan sedikit.
3. Siswa yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya
sehingga usaha kelompok tersebut gagal.
2.1.2.6 Penerapan Model Group Investigation (GI) dalam Proses Belajar
Mengajar
Pembelajaran yang baik ialah pembelajaran yang dikemas berdasarkan
prosedur yang tepat dan sesuai. Prosedur pembelajaran dilakukan melalui 3
tahapan, Sudrajat. A (2008) yaitu: (1) kegiatan pendahuluan; (2) kegiatan inti; (3)
kegiatan akhir dan tindak lanjut. Sebelum kegiatan dilaksanakan, langkah awal
ialah membuat perencanaan berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap
dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan
atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap pertemuan yang
disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan (Permendiknas No
41,2007).
13
1) Kegiatan Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan
pembelajaran yang ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan
perhatian peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran
(Permendiknas No 41, 2007).
2) Kegiatan inti
Sesuai Permendiknas No 41 Tahun 2007 bahwa kegiatan inti merupakan
proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis dan
sistemik melalui proses.eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.
3) Kegiatan Akhir
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas
pembelajaran yang dapat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,
penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut (Permendiknas No 41,
2007).
2.1.3 IPA
2.1.3.1 Pengertian IPA
Kata IPA merupakan singkatan dari Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari Bahasa Inggris Natural
Science. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam atau bersangkut paut
dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi Ilmu Pengetahuan Alam
atau science secara harfiah dapat disebut sebagai ilmu tentang alam ini, ilmu yang
mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam (Srini Iskandar, 1997).
Dalam Webster’s (dalam Srini Iskandar, 1997), dinyatakan bahwa ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan tentang alam dan gejala-gejalanya.
Sedangkan Purnell’s (dalam Srini Iskandar, 1997), berpendapat bahwa ilmu
pengetahuan alam adalah pengetahuan manusia yang luas yang didapatkan dengan
14
cara observasi dan eksperimen sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-
aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori dan hipotesa-hipotesa.
Ilmu Pengetahuan Alam adalah ilmu pengetahuan tentang kejadian-
kejadian bersifat kebendaan dan pada umumnya didasarkan atas hasil observasi.
Definisi lain menyatakan Ilmu Pengetahuan Alam ialah susunan teratur
pengetahuan yang diperoleh manusia, termasuk cara-cara mengambangkan
pengetahuan itu secara kriteria (ukuran). Ada pula yang mendefiniskan Ilmu
Pengetahuan Alam ialah apa yang dilakukan oleh ahli-ahli IPA (Srini Iskandar,
1997).
Ilmu Pengetahuan Alam untuk anak-anak didefinisikan oleh Paolo dan
Marten (dalam Srini Iskandar, 1997) sebagai berikut:
1) Mengamati apa yang terjadi.
2) Mencoba memahami apa yang diamati.
3) Mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi.
4) Menguji ramalan-ramalan di bawah kondisi-kondisi untuk melihat apakah
ramalan tersebut benar.
Dari beberapa teori pengertian diatas bahwa pengertian IPA merujuk pada
ilmu tentang alam. IPA adalah suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh atau
disusun dengan cara yang khas atau khusus, eksperimentasi, observasi dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain.
2.1.3.2 Tujuan Pembelajaran IPA
Dalam KTSP 2006, mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta
didik memiliki kemampuan sebagai berikut:
a) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan
masyarakat.
15
d) Mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e) Meningkatkan kesadaran untuk berperan dalam memelihara, menjaga dan
melestarikan lingkungan alam.
f) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam semesta dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar
untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Tujuan di atas mengisyaratkan bahwa pembelajaran IPA di SD, hendaknya
tidak menitikberatkan pada upaya pencapaian akademik semata, tetapi juga
berorientasi pada penanaman nilai-nilai IPA secara komprehensif. Dengan
demikian, penyajian materi atau konsep tidak dilakukan secara informatif melalui
ceramah. Pembelajaran IPA, sebaiknya melibatkan siswa dalam kegiatan yang
memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri. Agar situasi ini
terjadi, dengan demikian, memilih model pembelajaran menjadi penentu penting.
Dengan demikian, diharapkan dengan menerapkan model pembelajaran GI tujuan
pendidikan IPA seperti yang diharapkan dapat tercapai.
2.1.3.3 Fungsi IPA di SD
Fungsi pengajaran IPA di sekolah dasar adalah sebagai berikut (Tn, 2001):
1) memberikan pengetahuan tentang berbagai jenis dan perangai lingkungan
alam dan lingkungan buatan dalam kaitannya dengan pemanfaatannya bagi
kehidupan sehari-hari.
2) mengembangkan ketrampilan proses.
3) mengembangkan wawasan, sikap dan nilai yang berguna bagi siswa untuk
meningkatkan kualitas kehidupan sehari-hari.
4) mengembangkan kesadaran tentang adanya hubungan keterkaitan yang saling
mempengaruhi antara kemajuan IPA dan teknologi, dengan keadaan
lingkungan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari.
16
5) mengembangkan ketrampilan untuk menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK), serta ketrampilan yang berguna dalam kehidupan sehari-
hari, maupun untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.
2.1.3.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD
Berdasarkan kurikulum 2006 (KTSP), ruang lingkup bahan kajian IPA
meliputi beberapa aspek kajian pokok IPA yang diajarkan di SD, yaitu:
1) mahkluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan serta kesehatan.
2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya.
3) energi dan perubahannya, meliputi: magnet, listrik, cahaya, dan pesawat
sederhana
4) bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
2.2 Kajian Penelitian Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan yang mendekati judul penelitian ini
adalah:
1. Penelitian Nining Ramadani Apriliana dengan judul ”Penerapan model
belajar investigasi kelompok (group investigation) untuk meningkatkan
pembelajaran IPA pada siswa kelas V SDN Soso 03 Kecamatan Gandusari
Kabupaten Blitar”. Berdasarkan hasil penelitian Nining Ramadani Apriliana
disimpulkan bahwa metode pembelajaran kooperatif tipe GI dapat
meningkatkan hasil belajar IPA kelas V SDN Soso 03 Kec. Gandusari Kab.
Blitar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perolehan pada siklus I rata-rata
penerapan model pembelajaran GI diperoleh 76%. Pada siklus II meningkat
menjadi 83,6% kenaikan dari siklus I ke siklus II pada penerapan
pembelajaran IPA dengan model GI sebesar 7,6%. Aktivitas pada siklus I rata-
rata klasikal yang didapat yaitu 53,5 aktivitas siswa meningkat pada siklus II
yang mendapatkan rata-rata klasikal 70,5. Rata-rata hasil belajar siswa pada
siklus I meningkat, dari rata-rata 57,5 menjadi 70,5 pada siklus II. Hal ini
17
menunjukkan bahwa adanya peningkatan pembelajaran IPA secara bertahap
pada siswa kelas V SDN Soso 03 Kec. Gandusari Kab. Blitar.
2. Penelitian oleh Citra Rusanti dengan judul “Penerapan model group
investigation untuk meningkatkan pembelajaran IPA kelas IV SDN Blayu 01
Kecamatan Wajak Kabupaten Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penerapan model Group Investigation di kelas IV SDN Blayu 01 Kecamatan
Wajak Kabupaten Malang dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini terbukti
dengan tercapainya seluruh indikator dalam RPP dengan baik, yang dibuat
berorientasi pada keaktifan siswa. Pada setiap siklus indikator dapat tercapai
dengan baik sesuai RPP yang dibuat yaitu 82,61 pada siklus I dan meningkat
menjadi 93,48 pada siklus II. Penerapan model Group Investigation dapat
meningkatkan aktivitas siswa. Hal ini terbukti dengan skor rata-rata siswa
pada siklus I yang mencapai 40,67 dan meningkat pada siklus II dengan
memperoleh skor rata-rata 69. Selain aktivitas juga dapat meningkatkan hasil
belajar. Hal ini terbukti dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yang
mendapat nilai 62,93 dengan ketuntasan belajar kelas sebesar 48,33%
meningkat menjadi 76,27 dengan ketuntasan belajar kelas sebesar 80% pada
siklus II. Hal ini berarti dengan menerapkan model Group Investigation dapat
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas
IV SDN Blayu 01 Kecamatan Wajak Kabupaten Malang.
3. Penelitian oleh Dedik Setiyo Winoto dengan judul “Penerapan model group
investigation untuk meningkatkan pemebelajaran IPA siswa kelas V SDN
Kidul Dalem 2 Malang”. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan
model Group Investigation dapat meningkatkan pembelajaran IPA materi
"Bumi dan Alam Semesta" pada siswa kelas V SDN Kidul Dalem 2 Malang.
Penilaian penyusunan RPP sebesar 90,44% dan meningkat pada siklus II
sebesar 95,59%. Sedangkan penerapan model Group Investigation pada siklus
I sebesar 74,47% dan meningkat pada siklus II sebesar 86,23%. Aktivitas
belajar siswa sebesar 42,34% pada siklus I dan pada siklus II meningkat
menjadi 64,03%. Hasil belajar siswa sebesar 55 % pada siklus I dan pada
siklus II meningkat menjadi 75,93%.
18
2.3 Kerangka Berpikir
Penelitian-penelitian terdahulu membuktikan bahwa Pembelajaran
kooperatif model group investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa,
hal ini dimungkinkan karena secara teoritis jika guru menerapkan sintaks
pembelajaran melibatkan siswa sejak perencanaan baik dalam menentukan topik
maupun cara mempelajarinya melalui investigasi.
Penelitian ini dilakukan dengan asumsi yang dibangun seperti di atas.
Artinya, peningkatan hasil belajar IPA siswa dapat mungkin terjadi, jika siswa
dikondisikan dengan model Pembelajaran GI, dimana siswa terlibat dalam
penemuan-penemuan, baik itu masalah-masalah nyata yang dihadapinya dan
bagaimana menemukan solusi untuk masalah itu. Dengan keterlibatan ini, siswa
lebih mudah memahami materi ataupun konsep IPA yang diajarkan. Karenanya
dapat mendorong terjadinya peningkatan hasil belajar IPA siswa.
2.4 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori – teori di atas dapat diambil suatu hipótesis bahwa
pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran kooperatif tipe Group
Investigation (GI) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran IPA
tentang sifat-sifat cahaya bagi siswa kelas 5 SDN Pulutan 02 Semester II Tahun
2012/2013.