BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses...

15
7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikir Arti kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) adalah akal budi, ingatan, angan-angan. Kuswana (2011) menjelaskan bahwa berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari tidak akan lepas dari kegiatan berpikir. Sebelum melakukan suatu tindakan, seseorang terlebih dahulu melakukan suatu proses dalam berpikir sehingga bisa mengetahui apa yang akan dilakukan. Proses tersebut dikenal dengan proses berpikir. Menurut King (2010) berpikir melibatkan proses memanipulasi informasi secara mental, seperti membentuk konsep-konsep abstrak, menyelesaikan beragam masalah, mengambil keputusan dan melakukan refleksi kritis atau menghasilkan gagasan kreatif. Menurut Ormrod (2009) menyatakan bahwa proses berpikir merupakan proses memikirkan terhadap informasi atau suatu peristiwa.. Suparni (2000) menyatakan bahwa proses berpikir adalah langkah-langkah yang digunakan seseorang dalam proses memikirkan informasi dari dalam ingatan untuk kemudian disesuaikan dengan yang ada dalam otaknya. Proses berpikir yang dikemukakan (Baharuddin, 2000; Suryabrata, 2004; Sterberg 2009) bahwa proses berpikir dapat diklasifikasikan ke dalam tiga langkah, yaitu : (1) pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat, dan (3) penarikan kesimpulan atau pembentukan keputusan.

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

7

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Proses Berpikir

Arti kata dasar “pikir” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) adalah

akal budi, ingatan, angan-angan. Kuswana (2011) menjelaskan bahwa berpikir

artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan

sesuatu. Seseorang dalam melakukan kegiatan sehari-hari tidak akan lepas dari

kegiatan berpikir. Sebelum melakukan suatu tindakan, seseorang terlebih dahulu

melakukan suatu proses dalam berpikir sehingga bisa mengetahui apa yang akan

dilakukan. Proses tersebut dikenal dengan proses berpikir.

Menurut King (2010) berpikir melibatkan proses memanipulasi informasi

secara mental, seperti membentuk konsep-konsep abstrak, menyelesaikan

beragam masalah, mengambil keputusan dan melakukan refleksi kritis atau

menghasilkan gagasan kreatif. Menurut Ormrod (2009) menyatakan bahwa proses

berpikir merupakan proses memikirkan terhadap informasi atau suatu peristiwa..

Suparni (2000) menyatakan bahwa proses berpikir adalah langkah-langkah

yang digunakan seseorang dalam proses memikirkan informasi dari dalam ingatan

untuk kemudian disesuaikan dengan yang ada dalam otaknya. Proses berpikir

yang dikemukakan (Baharuddin, 2000; Suryabrata, 2004; Sterberg 2009) bahwa

proses berpikir dapat diklasifikasikan ke dalam tiga langkah, yaitu : (1)

pembentukan pengertian, (2) pembentukan pendapat, dan (3) penarikan

kesimpulan atau pembentukan keputusan.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

8

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses berpikir dalam

penelitian ini adalah langkah-langkah yang digunakan oleh siswa dalam

menyelesaikan masalah matematika terhadap informasi yang diperoleh.

2.2 Masalah Matematika

Suatu masalah biasanya memuat situasi yang mendorong seseorang untuk

menyelesaikannya tetapi tidak tahu secara langsung apa yang harus dikerjakan.

Jika suatu masalah diberikan kepada seseorang dan seseorang tersebut dapat

mengetahui cara penyelesaiannya maka persoalan tersebut tidak dapat dikatakan

suatu masalah. Sesuatu dianggap masalah bergantung kepada orang yang

mengahadapinya, suatu soal bisa memiliki karakteristik sebagai masalah.

Secara umum, masalah adalah suatu kondisi dimana dapat berupa soal atau

pertanyaan yang belum dimengerti dan memerlukan penyelesaian yang tidak

hanya dikerjakan dengan prosedur rutin tetapi perlu penalaran yang lebih luas

dalam menyelesaikannya. Jika suatu masalah diberikan kepada seseorang dan

seseorang tersebut dapat menyelesaikan dengan benar maka soal tersebut tidak

dapat dikatakan sebagai masalah. Masalah matematika didefinisikan sebagai

situasi yang memiliki tujuan yang jelas tetapi berhadapan dengan halangan akibat

kurangnya algoritma yang diketahui untuk menguraikannya agar memperoleh

sebuah solusi (Saad & Ghani, 2008).

Pertanyaan dari soal-soal matematika selalu disebut sebagai suatu masalah.

Roebyanto (2009) menyatakan bahwa suatu pertanyaan menjadi masalah jika

pertanyaan itu menunjukkan adanya suatu tantangan dan tidak dapat dipecahkan

dengan prosedur rutin. Suatu pertanyaan matematika merupakan suatu masalah

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

9

apabila tidak segera ditemukan cara penyelesaian berdasarkan petunjuk yang ada

(Usman, 2007).

Pada dasarnya dalam kehidupan sehari-hari seseorang sering dihadapkan

pada masalah-masalah yang dituntut untuk menyelesaikannya. Banyak berbagai

pendapat yang berbeda dalam menghadapi masalah tertentu. Secara umum,

masalah matematika merupakan soal-soal yang belum diketahui prosedur

pemecahannya oleh siswa. Masalah dalam pembelajaran matematika terdapat dua

macam, yaitu masalah rutin dan masalah tidak rutin (Maulana, 2007; In’am,

2015). Masalah rutin adalah masalah matematika yang bentuknya teknis dan dapat

dipecahkan menggunakan beberapa perintah. Masalah tidak rutin adalah berbagai

masalah yang unik dan memerlukan aplikasi dari keterampilan, konsep atau

prinsip-prinsip yang telah dipelajari dalam menyelesaikannya (In’am, 2015).

Berdasarkan beberapa pendapat di atas masalah matematika dalam

penelitian ini adalah suatu soal matematika yang tidak dapat ditentukan secara

langsung solusinya.

2.3 Pemecahan Masalah Matematika

Setiap orang dalam proses menyelesaikan masalah antara satu orang dengan

orang lain memiliki cara yang berbeda-beda. Sehingga dalam menyelesaikan

masalah tersebut seseorang harus menggunakan berbagai cara berpikir, mencoba,

dan bertanya. Menurut Saad & Ghani (2008) menjelaskan bahwa pemecahan

masalah merupakan suatu proses terencana yang perlu dilaksanakan agar

memperoleh penyelesaian tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak

didapat dengan segera.

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

10

Wardhani (2008) menjelaskan bahwa pemecahan masalah merupakan

proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam

situasi baru yang belum dikenal.Senada dengan penjelasana di atas, Robert (2008)

menyatakan bahwa pemecahan masalah merupakan suatu pemikiran yang terarah

secara langsung untuk menemukan solusi atau jalan keluar untuk suatu masalah

yang spesifik.

Pada saat memecahkan masalah matematika, siswa dihadapkan dengan

beberapa tantangan seperti kesulitan dalam memahami soal. Hal ini disebabkan

karena masalah yang dihadapi bukanlah masalah yang pernah dihadapi siswa

sebelumnya. Saad & Ghani (2008) menyatakan bahwa siswa perlu melakukan

beberapa hal seperti menerima tantangan dari suatu masalah, merencanakan

strategi penyelesaian masalah, menerapkan strategi, dan menguji kembali solusi

yang diperoleh.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah

matematika adalah suatu proses berpikir yang dilakukan siswa untuk

menyelesaikan suatu soal matematika yang tidak dapat ditentukan secara langsung

solusinya.

2.4 Taksonomi Marzano

Salah satu masalah dalam pendekatan yang diberikan oleh Bloom dkk

adalah usaha untuh menggunakan tingkatan kesulitan sebagai dasar perbedaan

antar level dari taksonomi. Aktivitas evaluasi yang diasumsikan lebih sulit

daripada aktivitas yang melibatkan analisis, dan seterusnya. Usaha yang dilakukan

untuk mendesain suatu taksonomi yang berdasarkan pada kesulitan dari proses

mental gagal, karena prinsip yang dibangun dengan baik dalam psikologi dapat

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

11

dipelajari pada level tertentu (Anderson, 2001). Taksonomi Bloom dikembangkan

sebagai hirarki dasar pemikiran atau dasar proses akademik, sedangkan Marzano

menggabungkan dasar-dasar itu dari tingkat berpikir pada proses kognitif dan

proses metakognitif, sebagaimana konsep-konsep tadi berhubungan dengan

manfaat, motivasi, serta emosi sebagai pendukung.

Marzano dan Kendall (2007) mendefinisikan suatu variasi keterampilan

yang berkaitan dengan berpikir dan pembelajaran yang disebut dengan taksonomi

baru Marzano. Marzano menstruktur dan mengkonsep kembali hirarki Bloom

menjadi enam kategori yang berbeda. Taksonomi marzano terdiri dari tiga sistem,

yaitu self-system (sistem diri), metacognitive system (sistem metakognitif), dan

cognitive system (sistem kognitf). Tingkatan atau level tersebut juga berinteraksi

dengan apa yang disebut Marzano “tiga pengetahuan awal atau domain

pengetahuan” yang terdiri atas informasi, prosedur mentaal, dan prosedur fisik.

Tiga sistem taksonomi Marzano dan domain pengetahuan dideskripsikan sebagai

berikut:

1) Knowledge Domain (Domain Pengetahuan)

Pengetahuan adalah sebuah faktor penting dalam berpikir. Tanpa adanya

informasi yang memadai tentang mata pelajaran, sistem lain hanya sedikit

bekerja dan kemungkinan keberhasilan proses belajar kecil. Marzano

mengidentifikasikan tiga kategori dari pengetahuan yaitu informasi, prosedur

mental, dan prosedur fisik. Secara sederhana Informasi merupakan “apa” dari

pengetahuan dan prosedur terkait dengan “bagaimana caranya” (Marzano,

2007).

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

12

Informasi terdiri dari pengorganisasian beragam gagasan, seperti prinsip-

prinsip, penyederhanaan dan rincian, kamus istilah dan fakta-fakta. Prosedur

mental dapat mencangkup beragam proses yang rumit, seperti menulis

algoritma. Sedangkan prosedur fisik dalam proses belajar bergantung mata

pelajaran. Dalam pembelajaran matematika prosedur fisik dapat dilihat ketika

siswa melakukan game matematika yang memanfaatkan fisiknya.

2) Self System (Sistem Diri)

Sistem ini meliputi berbagai sikap, keyakinan dan perasaan yang

menentukan motivasi seseorang untuk menyelesaikan tugas. Ketika suatu

tugas baru diberikan, maka sistem siri terlibat dalam suatu tugas baru ata

tetap pada tugas lama. Saat sistem diri memuat sikap positif terhadap suatu

tugas baru maka keyakinan dan motivasi untuk menyelesaikan tugas baru

juga tinggi.

3) Metacognitive System (Sistem Metakognitif)

Sistem metakognitif adalah pengendalian diri dari proses berpikir dan

mengatur semua sistem lainnya (Sterberg, 2009). Sistem ini menentukan

berbagai tujuan dan membuat berbagai keputusan tentang informasi apa yang

dibutuhkan dan proses kognitif apa yang akan dilakukan untuk mencapai

tujuan. Sistem ini kemudian memantau berbagai proses dan membuat

perubahan seperlunya. Dalam penyelesaian suatu tugas, sistem ini bertugas

untuk merancang strategi dalam mencapai tujuan yang diingkan.

4) Cognitive System (Sistem Kognitif)

Sistem kognitif dilaksanakan dari domain dalam ingatan,

memanipulasinya dan menggunakan pengetahuan ini. Sistem ini bertugas

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

13

untuk memproses informasi secara efektif dalam penyelesaian tugas. Marzano

(2007) memecah sistem ini menjadi empat tahapan yaitu retrieving

knowledge (pemanggilan pengetahuan) melibatkan proses dari prosedur

pengetahuan, mengingat kembali informasi dari ingatan tanpa pemahaman.

Pada tingkat yang lebih tinggi comprehending knowledge (pemahaman

pengetahuan) menuntut identifikasi apa yang penting untuk diingat dan

menetapkan informasi ke dalam berbagai kategori yang sesuai. Analyzing

knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

sederhana, proses kognitif dalam analisis pengetahuan adalah penyesuaian,

pengklasifikasian, analisis kesalahan, dan spesifikasi. Proses terakhir adalah

using knowledge (penggunaan pengetahuan) adalah proses penggunan

pengetahuan yang telah diperoleh.Sistem kognitif bertanggung jawab untuk

memproses informasi yang perlu secara efektif untuk penyelesaian tugas.

Sistem ini bertanggung jawab untuk operasi analisis, seperti membuat

kesimpulan, membandingkan, mengklasifikasi, dan yang lainnya. Sebagai

contoh, seperti siswa mendengarkan informasi baru, siswa akan membuat

kesimpulan terhadap informasi tersebut, membandingkannya dengan apa

yang telah diketahui, dan lainnya. Berikut level sistem kognitif yang

dikemukakan oleh Marzano.

Tabel 2.1: Level Sistem Kognitif Taksonomi Marzano

(Marzano dan Kendall, 2007) Level Sistem Kognitif Deskripsi

Retrieving Knowledge Proses mengidentifikasi pengetahuan yang berkenaan

dengan informasi yang diperlukan

Comprehending Knowledge

Proses menggambarkan aspek-aspek pengetahuan

dalam bentuk bergambar atau simbol yang terdapat

pada informasi

Analyzing Knowledge

Proses menguji pengetahuan mengenai persamaan

dan perbedaan, hubungan, mendiagnosa strategi

yang dapat diduga

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

14

Using Knowledge

Proses dalam penggunaan pengetahuan darimana

masalah bisa dipecahkan dan memberikan

kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan untuk

indikator proses berpikir dalam pemecahan masalah, yaitu:

Tabel 2.2: Indikator Proses Berpikir Siswa dalam Pemecahan Masalah Level Sistem Kognitif Indikator

Retrieving Knowledge Siswa mengetahui apa yang diketahui dan apa yang

ditanyakan pada soal dengan bahasa sendiri

Comprehending

Knowledge

Siswa mampu mengubah kalimat soal kedalam model

matematika

Analyzing Knowledge Siswa mampu menentukan cara atau rumus yang sesuai

dengan soal

Using Knowledge Siswa mampu menyelesaikan soal dengan langkah-langkah

yang benar dan membuat kesimpulan

2.5 Gaya Belajar

2.5.1 Pengertian Gaya Belajar

Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah

pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang, dan ada pula yang sangat

lambat. Gaya belajar merupakan cara yang disukai dalam melakukan kegiatan

berpikir, berproses dan mengeti suatu informasi. Hasil riset menunjukkan bahwa

murid yang belajar dengan gaya belajar siswa yang dominan, saat mengerjakan tes

akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila siswa belajar dengan

cara yang tidak sejalan dengan gaya belajarnya sendiri (Gunawan, 2007).

Mengetahui tipe belajar siswa membangun guru untuk dapat mendekati

semua atau hampir semua murid hanya dengan menyampaikan informasi dengan

gaya yang berbeda-beda yang disesuaikan dengan tipe belajar siswa. Gaya belajar

adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap

stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan masalah

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

15

(Nasution, 2008). Ambaristi (2008) menyatakan bahwa gaya belajar seseorang

adalah kombinasi dari bagaimana seseorang mengatur dan mengolah informasi.

Menurut DePorter dan Hernacki (2010) menjelaskan bahwa gaya belajar

merupakan kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap, dan kemudian

mengatur serta mengolah informasi. Mengetahui gaya belajar siswa dapat

memudahkan guru dalam proses mengajar. Guru dapat menyesuaikan gaya

mengajarnya dengan kebutuhan siswa, misalnya dengan menggunakan berbagai

gaya mengajar sehingga siswa dapat memperoleh kemudahan dalam memahami

informasi yang disampaikan.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas gaya belajar dalam penelitian ini

adalah cara yang digunakan seseorang dalam mengingat, berpikir, dan

memecahkan masalah yang cenderung berbeda pada masing-masing individu.

2.5.2 Jenis-jenis Gaya Belajar

DePorter dan Hernacki (2010) menyatakan bahwa terdapat tiga gaya belajar

seseorang yaitu visual, auditorial, dan kinestetik. Walaupun masing-masing siswa

belajar menggunakan ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih cenderung

pada salah satu diantara gaya belajar tersebut.

Penggolongan gaya belajar ini merupakan patokan bagi individu untuk

mengetahui kecenderungannya dalam menyerap informasi. Apabila telah

diketahui kecenderungan gaya belajar yang paling menonjol dalam dirinya akan

memudahkan seseorang dalam menyerap informasi.

1) Gaya belajar visual

Gaya belajar ini merupakan gaya belajar dimana seseorang lebih cenderung

belajar melalui indra penglihatan. Pada gaya belajar visual ini informasi yang

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

16

disajikan dapat berupa teks (tulisan, huruf, angka, dan simbol) dan gambar

(diagram, buku pelajarn bergambar, dan video). Siswa dengan gaya belajar visual

lebih suka mencatat sampai detail untuk mendapatkan informasi.

Menurut Clarke dkk (2006) ciri orang tipe visual yaitu lebih rapi dan terartur,

bicara dengan cepat, teliti terhadap detail, mudah ingat dengan melihat, tidak

mudah terganggu oleh keributan, menjawab dengan singkat, lebih suka dengan

gambar daripada musik.

2) Gaya belajar auditorial

Gaya belajar auditorial merupakan kecenderungan gaya belajar dengan

menggunakan indera pendengaran untuk dapat memahami dan mengingatnya.

Pada model gaya belajar ini informasi terbagi menjadi data berupa bahasa dan

nada, misalnya music, nada, irama, dialog internal, dan suara.

Menurut Widiyanti (2011) ciri orang tipe auditorial yaitu lebih senang

dibacakan daripada membacakan, mudah terganggu oleh keributan, lebih mudah

ingat dengan apa yang didengarkan dan didiskusikan, jika membaca lebih senang

dengan suara keras, kesulitan dalam menulis sesuatu tetapi sangat pandai dalam

bercerita. Orang auditorial lebih senang dengan musik.

3) Gaya belajar kinestetik

Gaya belajar kinestesik merupakan kecenderungan gaya belajar dengan

mengguanakan indera tubuh. Orang tipe kinestetik belajar dengan cara terlibat,

bergerak, mengalami dan mencoba-mencoba. Pada model gaya belajar kinestesik,

informasi yang diperoleh dari data berupa gerak dan sentuhan.

Menurut DePorter dan Hernacki (2010) ciri orang tipe kinestetik yaitu

belajar melalui memanipulasi dan praktek, menghafal dengan cara berjalan dan

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

17

melihat, gemar menyentuh sesuatu yang dijumpai, duduk terlalu lama menyiksa,

waktu yang dibutuhkan mengerjakan tugas lama, suka mengerjakan sesuatu yang

memungkinkan tangannnya aktif, banyak gerak fisik dan memiliki koordinasi

tubuh yang baik. Anak pada tipe ini umumnya menyenangi olahraga.

Berdasarkan uraian diatas gaya belajar terbagi menjadi tiga tipe yaitu: gaya

belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Setiap gaya

belajar memiliki ciri masing-masing sebagai proses dalam mengingat, berpikir,

dan memecahkan masalah.

2.5.3 Cara Mengetahui Gaya Belajar Siswa

Beberapa cara dapat digunakan untuk membantu siswa dalam

memaksimalkan gaya belajar masing-masing. Menurut Kusuma (2013) untuk

mengetahui gaya belajar siswa ada beberapa cara yang bisa dilakukan diantaranya

yaitu:

1) Observasi

Melakukan observasi secara mendetail terhadap setiap siswa melalui

pengajaran dengan menggunakan berbagai metode belajar mengajar di kelas.

Untuk mengenali siswa yang mempunyai gaya belajar visual dapat menggunakan

metode seperti memutar film, menunjukkan gambar, dan juga peta atau diagram.

Proses belajar mengajar yang seperti ini dapat melihat siswa yang mempunyai

kecenderungan belajar visual akan ketertarikan dan antusias dalam mengikuti

pelajaran.

Siswa yang mempunyai gaya belajar auditorial dapat dikenali dengan

menggunakan metode ceramah selama proses mengajar. Selanjutnya perhatikan

dan catatlah siswa yang antusias mendengarkan dengan tekun hingga akhir. Dari

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

18

sini bisa diklasifikasikan tipe-tipe siswa dengan gaya auditorial yang lebih

menonjol.

Demikian pula untuk mengenali siswa dengan gaya belajar kinestetik

gunakanlah metode pembelajaran simulasi atau pendek. Siswa yang mempunyai

gaya belajar kinestetik tentu saja akan sangat antusias dalam proses pembelajaran.

Dengan begitu, reaksi siswa terhadap setiap model pembelajaran yang diberikan

lambat laun akan lebih mudah mengetahui kecenderungan gaya belajar siswa.

2) Pemberian tugas

Siswa dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan proses dalam berpikir

untuk menyatukan bagian-bagian yang terpisah, misalnya menyatukan puzzel dari

bagian-bagian yang terpisahkan. Ada tiga cara dalam menyusunnya, yaitu: (1)

melakukan praktek secara langsung, (2) melihat gambar desain secara utuh

terlebih dahulu, baru menyatukan, dan (3) membaca petunjuk tertulis dan

melakukan sesuai langkah-langkah yang tertulis.

Siswa dengan gaya visual akan cenderung memulai dengan melihat gambar

desain secara utuh terlebih dahulu. Siswa dengan gaya visual akan lebih cepat

menyerap melalui gambar-gambar. Siswa dengan gaya auditorial akan cenderung

memulai dengan membaca petunjuk dan langkah-langkah yang tertulis. Adapun

siswa dengan gaya belajar kinestetik akan langsung mempraktekkan secara

langsung dengan mencoba-coba menyatukan satu bagian dengan bagian yang lain.

Dari pengamatan tersebut akan memudahkan untuk mengenal dan memahami

gaya belajar siswa secara lebih mendetail.

3) Tes gaya belajar atau survey

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

19

Tes gaya belajar ini biasanya digunakan oleh psikolog atau jasa konsultan.

Tes gaya belajar ini menggunakan metodologi yang cukup teruji dan mempunyai

akurasi tinggi sehingga memudahkan untuk mengenal gaya belajar siswa. Namun

jika kesulitan menggunakan jasa konsultan, maka dapat menggunakan instrumen

tes sederhana yang berupa daftar pertanyaan terkait gaya belajar cisual, auditorial,

dan kinestetik. Instrumen tersebut harus dijawab (diberi tanda checklist) agar

dapat membantu mengidentifikasi gaya belajarnya.

Dari beberapa cara untuk mengetahui gaya belajar siswa, penelitian ini

menggunakan cara tes gaya belajar atau survey. Adapun model instrumen tes gaya

belajar yang digunakan yaitu angket atau kuisioner (Bobbi, dkk, 2010). Jawaban

angket yang disediakan bukan jawaban benar atau salah melainkan disesuaikan

dengan karakteristik siswa. setelah siswa menjawab tes gaya belajar tersebut maka

akan kelihatan gaya belajar yang paling mendominasi pada diri siswa tersebut.

2.6 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Fauziah (2015) yang menyelidiki

bagaiman proses berpikir siswa dalam menyelesaikan sistem persamaan linier dua

variabel dengan didasarkan pada tahapan taksonomi Marzano dan kerangka

berpikir Zuhri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa siswa berkemampuan

tinggi mampu menyelesaikan masalah melalui tahapan taksonomi Marzano

dengan baik serta melakukan proses berpikir secara konseptual. Siswa

berkemampuan sedang menyelesaikan masalah dengan melalui semua tahapan

taksonomi Marzano serta melakukan proses berpikir secara semi konseptual.

Sedangkan siswa berkemampuan rendah masih banyak mengalami kesulitan

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

20

dalam menyelesaikan masalah dan tidak melalui semua tahapan taksonomi

Marzano serta melakukan proses berpikir komputasional.

Penelitian kedua yang dilakukan oleh Winsaputri (2016) yang menyelidiki

bagaimana proses berpikir siswa dengan tipe kepribadian introvert dan siswa

dengan tipe kepribadian ekstrovert berdasarkan taksonomi Marzano. Penelitian ini

mengambil 3 siswa bertipe kepribadian introvert serta 2 siswa bertipe ekstrovert.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa proses berpikir siswa berdasarkan

taksonomi Marzano, proses berpikir siswa SI 1 mencapai level analysis

knowledge yaitu SI 1 dapat mengolah informasi yang relevan namum tidak dapat

menentukan hasil akhir selesaian dengan tepat dan SI 2 dan SI 3 mencapai level

using knowledge yaitu dapat mengolah informasi yang relevan untuk

menyelesaikan soal dan dapat menentukan hasil akhir dengan tepat. Lebih lanjut,

SE 1 dan SE 2 mencapai level comprehension knowledge, yaitu tidak dapat

mengolah informasi dengan tepat dan juga tidak dapat menentukan hasil akhir

dengan tepat.

Penelitian ketiga yang dilakukan oleh Permatasari, dkk, (2016) yang

menyelidiki untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah

matematika berdasarkan tipe Krulik dan Rudnick ditinjaui dari tipe kepribadian

introvert-ekstrovert. Proses berpikir siswa dengan kepribadian extrovert

menggunakan proses berpikir akomodasi pada tahap terakhir (memikirkan perkara

lain dan memperluas) karena dapat mengecek dan meyakini kebenaran jawaban,

akan tetapi tidak dapat menyelesaikan masalah terakhir karena jawaban yang

dituliskan keliru. Siswa tipe kepribadian introvert menunjukkan proses berpikir

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Proses Berpikireprints.umm.ac.id/39733/3/jiptummpp-gdl-fitrianiwa-49146-3-babii.pdf · knowledge (aanalisis pengetahuan) lebih kompleks dibanding pemahaman

21

asimilasi tak sempurna karena dapat mengecek dan meyakini jawaban tetapi

belum dapat menganalisis dan memisalkan titik baru dengan benar.

Penelitian keempat yang dilakukan oleh Ngilawajan (2013) yang

menyelidiki untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah

matematika ditinjau dari gaya kognitif field independent dan field dependent.

Hasil penelitian menunjukkan perbedaan signifikan kedua subjek pada langkah

memahami maslah, yaitu subjek FI memahami masalah lebih baik bila

dibandingkan dengan subjek FD. Selain itu, subjek FI menunjukkan pemahamn

yang baik terhadap konsep turunan bila dibandingkan dengan subjek FD.

Penelitian kelima yang dilakukan oleh Yanti, dkk, (2015) yang menyelidiki

untuk mengetahui proses berpikir siswa dalam memecahkan masalah matematika

berdasarkan adversity quotient. Subjek dengan tipe climbers cenderung

mempunyai proses berpikir konseptual dalam menyelesaikan masalah matematika

berdasarkan teori Bransford dan Stein. Subjek dengan tipe campers cenderung

mempunyai proses berpikir semikonseptual dalam menyelesaikan masalah

matematika berdasarkan teori Bransford dan Stein, dan subjek dengan tipe

quitters dalam menyelesaikan masalah berdasarkan teori Bransford dan Stein

cenderung memiliki proses berpikir komputasional.

Perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh penelitian terdahulu adalah

memperhatikan gaya belajar siswa dalam menyelesaikan masalah matematika.

Dengan demikian, peneliti terdorong untuk melakukan identifikasi mengenai

proses berpikir siswa dalam menyelesaikan masalah matematika berdasarkan

sistem kognitif taksonomi marzano dan gaya belajarnya.