BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang...

45
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian Relevan 1. Hakikat Motivasi a. Pengertian Motivasi Motivasi merupakan energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan (Majid, 2013: 309). Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Aunurrahman (2012: 114) bahwa motivasi sebagai kekuatan yang mampu mengubah energi dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Gray dalam Majid (2013: 307) menyatakan bahwa motivasi merupakan sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang menyebabkan timbulnya antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Hamalik (2013: 158) mengartikan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sementara Sardiman (2004: 75) mengartikan motivasi sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi- kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suak itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang. Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat (Uno, 2008: 3). Adapun Djamarah dalam Aunurrhaman (2012: 115) menyatakan bahwa motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin dicapai, maka akan kuat motivasi untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka dan Hasil Penelitian Relevan

1. Hakikat Motivasi

a. Pengertian Motivasi

Motivasi merupakan energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu

perubahan pada diri seseorang yang tampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan

juga emosi sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu

dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan

(Majid, 2013: 309). Pendapat yang senada juga disampaikan oleh Aunurrahman

(2012: 114) bahwa motivasi sebagai kekuatan yang mampu mengubah energi

dalam diri seseorang dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu.

Gray dalam Majid (2013: 307) menyatakan bahwa motivasi merupakan

sejumlah proses yang bersifat internal atau eksternal bagi seseorang individu yang

menyebabkan timbulnya antusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu. Hamalik (2013: 158) mengartikan motivasi sebagai

perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya

perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Sementara Sardiman (2004: 75)

mengartikan motivasi sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-

kondisi tertentu, sehingga seorang mau dan ingin melakukan sesuatu, dan bila ia

tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan

tidak suak itu. Jadi, motivasi dapat dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi

itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.

Motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan

yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan individu tersebut bertindak

atau berbuat (Uno, 2008: 3). Adapun Djamarah dalam Aunurrhaman (2012: 115)

menyatakan bahwa motivasi terkait erat dengan kebutuhan. Semakin besar

kebutuhan seseorang akan sesuatu yang ingin dicapai, maka akan kuat motivasi

untuk mencapainya. Kebutuhan yang kuat terhadap sesuatu akan mendorong

seseorang untuk mencapainya dengan sekuat tenaga.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

9

Dari berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa motivasi

adalah dorongan dari diri seorang baik disebabkan faktor internal maupun

eksternal yang ditandai dengan perubahan perasaan dan emosi yang diwujudkan

dalam tindakan untuk mencapai tujuan tertentu.

b. Pengertian Motivasi dalam Pembelajaran

Motivasi dalam pembelajaran merupakan hal penting yang saling

memengaruhi. Dalam peoses pembelajaran, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan

belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang

dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Motivasi belajar menurut

Sardiman (2004: 75) adalah faktor psikis yang bersifat nonintelektual. Perannya

yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang, dan semangat

belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat akan mempunyai banyak energi untuk

melakukan kegiatan belajar.

Suprijono (2009: 163) mendefinisikan motivasi belajar sebagai proses

yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku

yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama.

Pendapat lain dikemukakan oleh Wena (2014: 33) bahwa motivasi belajar dapat

dilihat dari karkteristik tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman

perhatian, konsentrasi, dan ketekunan dalam kegiatan belajar. Selain itu, motivasi

belajar dapat juga dilihat dari indikator-indikator seperti keantusiasan dalam

belajar, rasa ingin tahu pada sisi pembelajaran, ketekunan dalam belajar, selalu

berusaha mencoba, dan aktif mengatasi tantangan yang ada dalam pembelajaran.

Dari berbagai asumsi yang telah disampaikan di atas dapat diambil

kesimpulan bahwa motivasi dalam pembelajaran adalah dorongan dalam diri

siswa untuk melakukan kegiatan belajar secara lebih aktif sehingga tujuan belajar

tercapai.

c. Fungsi Motivasi dalam Pembelajaran

Menurut Sardiman (2004: 85), ada tiga fungsi motivasi, yaitu (1)

mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi; (2) menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

10

hendak dicapai; dan (3) menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan mana

yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan dengan menyisihkan

perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

Adapun pendapat Uno (2008: 17) tentang fungsi motivasi dalam belajar

adalah sebagai berikut: (1) mendorong manusia untuk melakukan suatu aktivitas

yang didasarkan atas pemenuhan kebutuhan; (2) menentukan arah tujuan yang

hendak dicapai; dan (3) menentukan perbuatan yang harus dilakukan.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan fungsi motivasi dalam

pembelajaran antara lain adalah untuk mendorong, menggerakkan, dan

mengarahkan aktivitas-aktivitas siswa dalam proses pembelajaran sehingga dapat

mencapai proses belajar dan hasil belajar yang maksimal.

d. Cara Membangkitkan Motivasi dalam Pembelajaran

Motivasi dalam pembelajaran yang tinggi tercermin dari perilaku siswa

yang tidak mudah putus asa dalam mencapai proses dan hasil belajar yang tinggi

meskipun mendapat berbagai kesulitan. Keller (dalam Wena, 2014: 35)

mengajukan empat jenis strategi dalam pengelolaan motivasi, yaitu

1) Strategi pengelolaan motivasional untu menarik perhatian, meliputi:

membangkitkan daya persepsi; keinginann untuk bertanya; dan

penggunaan strategi belajar yang bervariasi.

2) Strategi pengelolaan motivasional meningkatkan relevansi, diantaranya:

menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan/

kompetensi; menggunakan strategi yang sesuai; dan menciptakan

keakraban.

3) Strategi pengelolaan motivasional menumbuhkan keyakinan diri siswa,

meliputi: menyajikan prasyarat belajar; memberi kesempatan untuk

suskses; dan memberi kesempatan untuk melakukan kontrol pribadi.

4) Strategi pengelolaan motivasional menumbuhkan kepuasan, meliputi:

memberi kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang dikuasai;

merencanakan umpan balik/ penguatan positif; dan mempertahankan

standar konsekuensi secara konsisten.

Strategi pengelolaan motivasional di atas perlu dilakukan dengan langkah

konkret. Berikut beberapa langkah konkret yang dikemukakan oleh Sardiman

(2004: 92-95). Ada beberapa contoh dan cara untuk menumbuhkan motivasi

dalam kegiatan belajar di sekolah. Beberapa bentuk dan cara motivasi tersebut

diantaranya (a) memberi angka; (b) hadiah; (c) saingan atau kompetisi; (d) ego-

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

11

involvement; (e) memberi ulangan; (f) mengetahui hasil; (g) pujian; (h) hukuman;

(i) hasrat untuk belajar; (j) minat; (k) tujuan yang diakui.

Adapun menurut Hamalik (2013: 166), guru dapat menggunakan berbagai

cara untuk menggerakan atau membangkitkan motivasi belajar siswanya, yaitu (a)

memberi angka; (b) pujian; (c) hadiah; (d) kerja kelompok; (e) persaingan; (f)

tujuan dan level of aspiration; (g) sarkasme; (h) penilaian; (i) karyawisata dan

ekskursi; (j); film pendidikan; (k) dan belajar melalui radio.

Secara umum pendapat Sardiman maupun Hamalik hampir sama, akan

tetapi pada pendapat Hamalik cenderung menggunakan cara yang lebih menarik

dalam meningkatkan motivasi belajar siswa yaitu lewat karyawisata, film pendek,

dan belajar melalui radio. Cara-cara tersebut merupakan beberapa contoh cara

menigkatkan motivasi belajar yang menarik sehingga motivasi belajar siswa

meningkat.

Sementara menurut pendapat Kyriacou (2009: 137), peran dorongan

keluarga dan orang tua diakui amat penting dalam memengaruhi level motivasi

akademis murid, meskipun keterikatannya bersifat kompleks, seperti dialami oleh

banyak orang tua dari para murid yang “tidak termotivasi”. Sejumlah studi tentang

praktik pengasuhan anak telah menyoroti bagaimana motivasi murid untuk

berprestasi di sekolah bisa dikembangkan oleh orang tua. Hal tersebut dapat

dilakukan dengan cara guru menugaskan siswa agar setiap hasil ulangan

ditandatangani oleh orang tua dan dikumpulkan kembali sebagai bukti. Dengan

demikian, orang tua bisa memberi apresiasi nilai melalui pujian ataupun nasihat

agar anaknya selalu belajar dengan baik.

Dari beberapa pendapat yang telah dijelaskan dapat diambil kesimpulan

bahwa motivasi dalam pembelajaran dapat ditumbuhkan melalui kompetensi yang

dimiliki guru dalam melakukan kegiatan pembelajaran secara bervariasi dan

pemberian apresiasi terhadap setiap proses dan hasil yang telah dicapai siswa

dapat tercapai. Termasuk penggunaan metode dan media pembelajaran yang

digunakan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

12

2. Keterampilan Mengonversi Teks Anekdot menjadi Puisi

Berdasarkan Kurikulum 2013 pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah

dilaksanakan dengan berbasis teks. Pembelajaran berbasis teks tersebut

dituangkan dalam empat rumusan kompetensi, salah satunya yakni kompetensi

penggunaan atau keterampilan. Pada kompetensi penggunaan, pembelajaran

difokuskan pada kegiatan menginterpretasi makna, memproduksi, menyunting,

mengabstraksi, dan mengonversi suatu teks ke dalam bentuk yang lain sesuai

dengan struktur dan kaidah teks baik secara lisan maupun tulisan.

Salah satu teks yang wajib dipelajari oleh siswa kelas X SMA/MA/SMK

adalah teks anekdot. Pembelajaran teks anekdot dalam mata pelajaran bahasa

Indonesia diwujudkan secara tersurat dan runtut dalam bentuk Kompetensi Dasar

(KD). Untuk lebih jelasnya Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD)

yang harus dikuasi tentang keterampilan mengonversi teks anekdot dapat dilihat

pada Tabel 1 berikut.

Tabel1. KI dan KD Keterampilan Mengonversi Teks pada Kelas X

Kompetensi Inti (KI) Kompetensi Dasar (KD)

4. Mengolah, menalar, dan menyaji

dalam ranah konret dan ranah

abstrak terkait dengan

pembangunan dari yang

dipeljainya di sekolah secara

mandiri, dan mampu

menggunakan metoda sesuai

kaidah keilmuan

4.5 Mengonversi teks anekdot,

laporan, hasil observasi, prosedur

komplkes, dan negosiasi ke dalam

bentuk yang lain sesuai dengan

struktur dan kaidah teks baik

secara lisan maupun tulisan.

Mengonversi adalah mengubah suatu bentuk, rupa, dan sebagainya ke

dalam bentuk atau rupa yang lain (Depdiknas, 2008: 74). Adapun mengonversi

teks adalah mengubah teks dalam bentuk lain sesuai dengan kaidah dan struktur

tanpa mengubah isinya. Kaitannya dengan keterampilan mengonversi teks

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

13

anekdot, menurut Kosasih (2013: 38) suatu teks anekdot dapat dikonversikan baik

ke dalam puisi, prosa ataupun drama. Mengonversi teks anekdot menjadi puisi

dapat diartikan sebagai mengubah teks anekdot menjadi puisi. Puisi hasil konversi

tersebut harus sesuai dengan tema teks anekdot yang telah ditentukan dengan

mencermati pemilihan diksi serta memiliki kemampuan untuk menuangkan ide

atau gagasan sehingga menarik untuk dibaca. Dengan demikian, tujuan dari

penulisan anekdot dapat tersampaikan dengan bahasa yang lebih kreatif lewat

puisi.

Mengonversi teks termasuk dalam keterampilan menulis. Hal ini berkaitan

dengan kemampuan mengubah atau membuat tulisan dari suatu bentuk kebentuk

lain sesuai dengan kaidah dan struktur tanpa mengubah isinya. Untuk itu, dalam

mengonversi teks anekdot menjadi puisi dibutuhkan keterampilan menulis yang

baik sehingga mampu menciptakan puisi yang baik pula.

Sebelum mengkaji lebih jauh tentang keterampilan menulis dalam

kompetensi mengonversi teks anekdot menjadi puisi, akan dijelaskan terlebih

dahulu mengenai kajian teori teks anekdot dan puisi. Berikut pembahasan

mengenai teks anekdot dan puisi.

a. Teks Anekdot

1) Pengertian Teks Anekdot

Sebagai salah satu genre teks yang wajib dipelajari siswa SMA/MA dalam

Kurikulum 2013, teks anekdot memberi banyak efek positif bagi siswa.

Penggunaan teks anekdot sebagai materi, sumber belajar, maupun sebagai sisipan

dalam pengembangan strategi pembelajaran mengarah pada pencapaian

keberhasilan belajar siswa. Dengan kata lain, teks anekdot mampu menjadi salah

satu sarana dalam pengembangan diri siswa, baik bagi perkembangan dan

peningkatan kompetensi kebahasaan, berbahasa, bersastra, maupun pembentukan

akhlak luhur dalam pembentukan karakter.

Teks anekdot adalah cerita singkat yang mengandung humor. Kadar

humornya terlihat dari ketidakmasukakalannya, keanehannya, kejutannya,

kebodohannya, sifat pengecohannya, kejanggalannya, kekontradiksiannya, dan

kenakalannya (Darmansyah, 2012: 148). Sesuai dengan jenis humor berbentuk

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

14

tulisan, maka kelucuan yang dimunculkan adalah melalui kata-kata. Baik arti yang

terkandung di dalamnya, maupun bentuk kata yang digunakan, seperti plesetan,

kata aneh, dan lain-lain. Menurut Martin (2003), istilah humor muncul pada abad

ke-18 seiring dengan dimulainya masa pendekatan humanistik. Istilah humor

digunakan untuk membedakan perilaku tertawa yang disebabkan hal-hal kurang

positif seperti saling ledek (comedy), celaan (sarcasm), sindiran (satire), dan

keanehan yang terjadi pada orang lain (ridicule). Oleh karena itu, uraian mengenai

humor juga menjelaskan tentang anekdot. Berdasarkan dua pendapat di atas, teks

anekdot sangat menonjolkan humor baik melalui kata-kata celaan, sindiran,

maupun plesetan.

Menurut Fatimah (2013: 219), teks anekdot merupakan cerita narasi

ataupun percakapan yang lucu dengan berbagi tujuan, baik hanya sekadar hiburan

atau senda gurau, sindirin, atau kritik tidak langsung. Dalam anekdot, cerita

menjadi menarik dan mengesankan karena biasanya mengenai orang penting atau

terkenal dan berdasarkan kejadian yang sebenarnya. Namun, ada pengertian lain

bahwa anekdot dapat merupakan cerita rekaan yang tidak harus didasarkan pada

kenyataan yang terjadi di masyarakat. Partisipan atau pelaku di dalamnya pun

tidak harus orang penting.

Sementara menurut pendapat ahli lainnya, teks anekdot menjadi lucu

karena adanya hal konyol yang terkandung dalam cerita tersebut. Pendapat

tersebut didukung oleh Mahsun (2014: 18), teks anekdot merupakan teks yang

bertujuan untuk menceritakan berbagai reaksi emosional dalam sebuah cerita.

Peristiwa yang ditampilkan dalam teks anekdot membuat partisipan yang

mengalaminya merasa jengkel atau konyol. Pengertian tersebut juga senada

dengan pendapat Danandjaya (1997: 117), lelucon dan anekdot adalah dongeng-

dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan

ketawa bagi yang mendengarkannya maupun yang menceritakannya. Walaupun

demikian, bagi kolektif atau tokoh tertentu, yang menjadi sasaaran dongeng itu,

dapat menimbulkan rasa sakit hati. Perasaan jengkel dan konyol dalam teks

anekdot merupakan krisis yang ditanggapi dengan reaksi dari pertentangan antara

nyaman dan tidak nyaman, puas dan frustrasi, serta tercapai dan gagal.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

15

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa teks anekdot

merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun

pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol sehingga partisipan merasa

terhibur.

2) Struktur Teks Anekdot

Struktur teks anekdot terdiri atas lima bagian atau struktur generik. Lima

bagian tersebut antara lain abstract, orientation, crisis, reaction, dan coda (Gerot

dan Wignell dalam Fatimah, 2013: 219). Abstraksi, yaitu bagian di awal paragraf

yang berfungsi memberi gambaran tentang isi teks secara umum. Orientasi, yaitu

bagian yang menunjukkan awal kejadian cerita atau latar belakang bagaimana

peristiwa terjadi. Krisis, yaitu bagian di mana terjadi hal atau masalah yang unik

atau tidak biasa yang terjadi pada si penulis. Reaksi merupakan bagian bagaimana

cara penulis atau orang yang ditulis menyelesaikan masalah yang timbul di bagian

krisis tadi. Sementara yang terakhir yaitu koda, berisi simpulan dari cerita yang

dialami oleh penulis.

Mahsun (2014: 26) menyatakan pada teks anekdot perlu adanya reaksi dari

pelaku yang dialaminya. Hal tersebut yang membedakan dari struktur teks

anekdot dengan teks lainnya. Oleh karena itu, struktur pada teks anekdot berisi

orientasai, krisis, dan reaksi.

Dalam setiap struktur teks anekdot tersebut termuat beberapa kaidah

bahasa anekdot di antaranya: (1) penggunaan kata yang menunjukkan

pengandaian, (2) penggunaan kata yang maknanya bertentangan dengan

kenyataan, (3) penggunaan kata konjungsi urutan peristiwa, (4) dan penggunaan

konjungsi yang menyatakan akibat. Kaidah bahasa tersebut penting guna

tesusunnya teks anekdot yang baik.

3) Klasifikasi Teks Anekdot

Brunvand dalam Danandjaya (1997: 123) mengusulkan agar anekdot

diklasifikan menjadi tiga golongan, yakni jokes abaout religion (lelucon agama),

jokes about nationalities ( lelucon bangsa), dan jokes about sex (lelucon seks).

Sementara Danandjaya (1997: 123) mengklasifikasikan anekdot Indonesia ke

dalam tujuh kategori dengan perincian sebagai berikut:

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

16

1) Lelucon dan anekdot agama: tokoh agama, tokoh agama tertentu, dan

ajaran agama tertentu.

2) Lelucon dan anekdot seks: seks bangsa atau suku-suku bangsa, seks

tokoh agama, seks angkatan bersenjata, seks politik, seks orang biasa

dewsa, seks orang biasa kanak-kanak, dan lainnya.

3) Lelucon dan anekdot bangsa atau suku-bansga: bangsa atau suku

bangsa, tokoh tertentu suatu bangsa atau suku-bangsa.

4) Lelucon dan anekdot politik: tokoh politik dan paham politik tertentu.

5) Lelucon dan anekdot angkatan bersenjata: tokoh angkatan bersenjata

tertentu dan kesatuan angkatan bersenjata.

6) Lelucon dan anekdot seorang profesor: profesor tertentu dan profesor

pada umumnya.

7) Lelucon dan anekdot anggota kolektif lainnya.

Klasifikasi di atas semakin berkembang, tidak hanya menceritakan kisah

orang-orang terkenal saja namun juga orang atau masyarakat bisa dengan tema

yang lebih luas lagi.

b. Puisi

1) Pengertian Puisi

Menurut Waluyo (1995: 29), puisi adalah bentuk karya sastra yang

mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun

dengan mengonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengonsentrasian

struktur fisik dan struktur batin. Dalam puisi bahasa yang digunakan bersifat

konotatif yang ditandai dengan kata konkret lewat pengimajinasian, pelambangan,

pengiasan, dan penggunaan bahasa figuratif.

Sementara Hasnun (2006: 203) menyatakan bahwa puisi adalah jenis

sastra yang terbentuk dari kata-kata tertentu yang memiliki kemudahan dan

pengertian tertentu. Dalam puisi terdapat makna tersirat yang disampaikan penulis

pada pembaca. Menurut Sulistyono (2008: 57) puisi adalah bentuk tulisan yang

kata-katanya memiliki pemusatan makna, mempunyai arti dalam tulisan, serta

adanya bentuk khusus dalam puisi. Dapat diartikan puisi mempunyai bentuk

pemilihan kata yang akan membentuk suatu rima sehingga tercipta puisi yang

indah. Pendapat tersebut juga didukung oleh Damayanti (2013: 12) bahwa puisi

merupakan karya seni imajinatif berbentuk sajian bahasa yang bernilai dan

disusun dengan memerhatikan irama, rima, dan kata-kata perlambangan.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

17

Adapaun pendapat Burdick (2011: 4) mengenai puisi yaitu

Poetry as a form is not only a different way of writing, it is a different way

of presenting and viewing the world: metaphorically, symbolically and in

a condensed form. These effects allow a stronger impressionistic meaning

for the reader or listener. Usually in poetry, hefty ideas are represented

through relatively few words.

Pendapat Burdick di atas menjelaskan bahwa puisi tidak hanya berbeda

dalam bentuk penulisan, tetapi juga berbeda dalam penayajian metaforis dan

simbolis yang padat. Efek tersebut memungkinkan arti impresionik yang kuat

tentang puisi bagi pembaca atau pendengar. Biasanya dalam puisi, ide besar dan

kuat dipresentasikan melalui kata-kata yang relatif sedikit. Dari pendapat tersebut

dapat dikatakan bahwa puisi adalah metaforis dan simbol yang padat yang

disajikan melalui tulisan dengan kata-kata yang relatif sedikit.

Mengacu pada pendapat para ahli, dapat diambil kesimpulan bahwa puisi

adalah karya sastra yang menuangkan pemikiran dan perasaan penulis dengan ciri

khusus yaitu adanya penggunaan bahasa yang indah dan sarat makna dengan

memerhatikan rima.

2) Unsur yang Membangun Puisi

Puisi adalah sebuah struktur yang terdiri dari unsur-unsur pembangun.

Unsur-unsur tadi dinyatakan bersifat padu karena tidak dapat dipisahkan tanpa

mengaitkan unsur yang lainnya, Waluyo (1995: 28) membagi unsur pembangun

puisi menjadi dua, yaitu unsur batin dan unsur fisik.

a) Unsur Batin

Unsur batin adalah sesuatu yang hendak diungkapkan penyair dengan perasaan

dan suasana. Ada empat unsur batin dalam puisi.

(1) Tema

Tema adalah ide pokok, gagasan utama, atau subjek yang diungkapkan oleh

penyair. Seorang penyair dalam menulis puisi tertentu ingin mengungkapkan

sesuatu yang dirasakan atau dipikirkannya pada pembaca.

(2) Perasaan Penyair (Feeling)

Perasaan (feeling) merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang

ditampilkannya. Perasaan penyair dalam puisinya dapat dikenal melalui

penggunaan ungkapan-ungkapan yang digunakan dalam puisinya karena dalam

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

18

menciptakan puisi suasana hati penyair juga ikut diekspresikan dan harus dapat

dihayati oleh pembaca.

(3) Nada dan Suasana

Nada adalah sikap sang penyair terhadap pembacanya atau dengan kata lain

sikap sang penyair terhadap para penikmat karyanya. Suasana adalah keadaan

jiwa pembaca setelah membaca puisi/ akibat psikologis yang ditimbulkan puisi

terhadap pembaca.

(4) Amanat (Pesan)

Amanat adalah maksud yang hendak disampaikan atau imbauan, pesan, tujuan

yang hendak disampaikan penyair melalui puisinya.

(b) Unsur Fisik

Struktur fisik puisi adalah unsur pembangun puisi dari luar. Terdapat enam

unsur pembangun fisik dalam puisi

(1) Diksi atau Pilihan Kata

Diski adalah pilihan kata yang digunakan penyair dalam menulis suatu karya

puisi. Bahasa yang digunakan tidak hanya bermakna denotatif tetapi juga

konotatif untuk menggambarkannya.

(2) Pengimajian

Pengimajian dibatasi dengan pengertian kata atau susunan kata-kata yang dapat

mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, dan

perasaan.

(3) Kata Konkret

Kata konkret adalah kata-kata yang dapat menyarankan kepada pembaca

tentang suatu pengertian menyeluruh. Semakin tepat sang penyair

menggunakan kata-kata atau bahasa dalam karya sastranya maka akan semakin

kuat juga daya pemikat untuk penikmat sastra sehingga penikmat sastra akan

merasakan sensasi yang berbeda.

(4) Majas atau Bahasa Figuratif

Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan oleh penyair untuk menyatakan

sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

19

mengungkapkan makna kata atau bahasanya bermakna kias atau makna

lambang.

(5) Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)

Versifikasi terdiri dari rima, ritma, dan metrum. Rima adalah pengulangan

bunyi dalam puisi untuk membentuk musikalisasi atau orkestrasi sehingga

puisi menjadi menarik untuk dibaca. Ritma adalah pertentangan bunyi, tinggi

rendah, panjang pendek, keras lemah, yang mengalun dengan teratur dan

berulang-ulang sehingga membentuk keindahan. Metrum adalah perulangan

kata yang tetap bersifat statis.

(6) Tipografi atau Perwajahan

Tipografi puisi merupakan bentuk visual yang bisa memberi makna

tambahan dan bentuknya bisa didapati pada jenis puisi konkret. Tipografi

bentuknya bermacam-macam antara lain berbentuk grafis, kaligrafi, kerucut,

dan sebagainya.

3) Jenis-jenis Puisi

Waluyo (1995:135-144) mengungkapkan jenis-jenis puisi, antara lain:

a) Puisi Naratif, Lirik, dan Deskriptif

Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan

yang hendak disampaikan.

(1) Puisi Naratif

Mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair. Ada puisi naratif yang

sederhana, ada yang sugestif, dan ada pula yang kompleks. Puisi-puisi

naratif, misalnya: epik, romansa, balada, dan syair. Balada adalah puisi yang

berisi cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang

yang menjadi pusat perhatian. Romansa adalah jenis puisi cerita yang

menggunakan bahasa romantis yang berisi kisah percintaan yang

berhubungan dengan kesatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan

yang menambah percintaan mereka lebih memesonakan.

(2) Puisi Lirik

Mengungkapkan gagasan pribadi penyair atau aku liriknya. Jenis puisi ini

misalnya : elegi, ode, dan serenade. Elegi adalah puisi yang mengungkapkan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

20

perasaan duka. Serenade adalah sajak percintaan yang dapat dinyanyikan.

Ode adalah puisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau

suatu keadaan.

(3) Puisi Deskriptif

Puisi Deskriptif adalah puisi yang di dalamnya penyair bertindak sebagai

pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau suasana yang dapat

dipandang menarik perhatian penyair. Jenis puisi ini antara lain puisi satire,

kritik sosial, dan puisi-puisi impresionistik. Satire adalah puisi yang

mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan,

namun dengan cara menyindir atau menyatakan keadaan sebaliknya. Kritik

sosial adalah puisi yang juga menyatakan ketidaksenagan penyair terhadap

keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan

kepincangan atau ketidakberesan orang lain.

b) Puisi Auditorium dan Puisi Kamar

Puisi Auditorium disebut pula puisi Hukla (puisi yang mementingkan suara

atau serangkai suara). Puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk

dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat mencapai

ratusan orang. Adapun puisi kamar adalah puisi yang cocok dibaca sendirian

atau dengan satu dua orang pendengar saja dikala berada di kamar atau

sebuah ruangan cukup kecil.

c) Puisi Fisikal, Platonik, dan Metafisik

Puisi Fisikal bersifat realistis, artinya menggambarkan kenyataan apa

adanya, seperti hal-hal yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan objek

ciptaannya. Puisi Platonik adalah puisi yang sepenuhnya berisi hal-hal

bersifat spiritual atau kejiwaan. Puisi metafisik adalah puisi yang bersifat

filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan

Tuhan. Puisi religius disatu pihak dapat dinyatakan sebagai puisi platonik

(menggambarkan ide atau gagasan penyair) di lain pihak dapat disebut juga

sebagai puisi metafisik (mengajak pembaca merenungkan hidup, kehidupan,

dan Tuhan).

d) Puisi Subjektif dan Puisi Objektif

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

21

Puisi subjektif juga disebut puisi personal, yakni puisi yang mengungkapkan

gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi

objektif berarti juga puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair

itu sendiri. Puisi objektif disebut juga puisi impersonal.

e) Puisi Konkret

Puisi Konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati

keindahan bentuknya dari sudut penglihatan. Dalam puisi konkret, tanda

baca dan huruf-huruf sangat potensial membentuk gambar yang memiliki

arti.

f) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismitis

Puisi Diafan atau puisi polos adalah puisi yang kurang sekali menggunakan

pengimajian, kata konkret, dan bahasa figuratif sehingga puisinya mirip

dengan bahasa sehari-hari. Pusi yang demikian akan sangat mudah dihayati

maknanya. Puisi Gelap adalah puisi yang terlalu banyak mengandung

lambang, kiasan, majas dan sebagainya. Puisi gelap biasanya sukar

ditafsirkan. Dalam puisi prismatis penyair mampu menyelaraskan

kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian

sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna

puisinya, namun tidak terlalu gelap.

g) Puisi Pernasian dan Puisi Inspiratif

Pernasian adalah sekelompok penyair Prancis pada pertengahan akhir abad

19 yang menunjukan sifat puisi-puisi yang mengandung nilai keilmuan.

Puisi Inspiratif diciptakan berdasarkan mood atau passion. Penyair benar-

benar masuk ke dalam nuansa yang hendak dilukiskan. Suasana batin

penyair benar-benar terlibat ke dalam puisi itu.

h) Stansa

Stansa artinya puisi yang terdiri atas 8 baris. Stansa berbeda dengan oktaf

karena oktaf dapat terdiri atas 16 atau 24.

i) Puisi Demonstrasi dan Pamflet

Puisi demonstrasi bersifat kekitaan, artinya melukiskan perasaan

sekelompok bukan perasaan individual. Puisi pamflet juga megungkapkan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

22

protes sosial. Disebut puisi pamflet karena bahasanya adalah bahasa

pamflet.

j) Alegori

Puisi ini mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk

memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama. Jenis alegori yang

terkenal ialah parabel yang juga disebut dongeng perumpamaan.

c. Keterampilan Menulis Puisi

1) Pengertian Keterampilan Menulis Puisi

Setiap manusia yang terlahir ke dunia pada hakikatnya mempunyai

keterampilan. Seiring bertambahnya usia keterampilan dapat bertambah ataupun

berkurang. Keterampilan dapat diartikan sebagai pengetahuan, kemampuan, dan

nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak

(Depdiknas, 2008). Keterampilan tersebut diartikan sebagai kemampuan untuk

mengeluarkan bakat dalam diri seseorang yang dapat bermanfaat bagi dirinya

sendiri ataupun orang lain.

Menurut Hamalik (2013: 73), keterampilan memiliki karakteristik yang

menunjukkan ikatan respon motorik, melibatkan koordinasi gerakan tangan, mata,

dan menuntut kaitan-kaitan organsiasi menjadi pola-pola respon yang kompleks.

Dalam pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah penguasaan keterampilan

para siswa yang didasarkan pada pemahaman fakta, konsep, dan prinsip, bukan

hanya pada penguasaan kognitif semata. Keterampilan diperoleh melalui proses

belajar dan latihan secara intensif dan berkesinambungan. Keterampilan hanya

dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak berlatih (Tarigan,

2008: 1).

Dari beberapa pendapat yang disampaikan di atas dapat disimpulkan

bahwa keterampilan merupakan kemampuan dalam diri seseorang yang diperoleh

dengan proses berlatih secara berkesinambungan.

Sementara itu menulis yang merupakan salah satu dari keterampilan

berbahasa memiliki berbagai pengertian. Menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

23

secara bertatap muka dengan orang lain (Tarigan, 2008: 3). Menulis atau

mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa sehingga pesan yang

disampaikan penulis dapat dipahami pembaca. Sebagai bentuk keterampilan

berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang bersifat mengungkapkan, dengan

maksud mengungkapkan gagasan, buah pikiran, dan atau perasaan kepada pihak

atau orang lain. Oleh karena itu, menulis merupakan kegiatan produktif dan

ekspresif.

Adapun Andayani (2015: 189) berpendapat bahwa menulis adalah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambnag grafik yang menggambarkan

suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain dapat membaca

langsung lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka mamahmi bahasa dan

gambaran grafik itu. Hal senada juga diungkapkan oleh Burhanudin dalam

Andayani (2009: 28) bahwa menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan

melaui bahasa. Pada dasarnya menulis itu bukan hanya merupakan melahirkan

pikiran atau perasaan saja, melainkan juga merupakan pengungkapan ide,

pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup seseorang dalam bahasa tulis kepada

pembaca.

Menulis jauh lebih sulit sulit daripada bicara, alhasil banyak orang yang

sangat hebat dalam komunikasi lisan (berbicara) (Leo, 2010: 54). Akan tetapi,

kebanyakan orang kurang dalam menguasai keterampilan menulis. Untuk

menghasilkan tulisan yang baik, seseorang penulis hendaknya memiliki tiga

keterampilan dasar meliputi: (1) keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan

menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukaan kata, pemilihan kata, serta

penggunaan kalimat efektif; (2) keterampilan penyajian, yaitu keterampilan

pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan

dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis; dan (3) keterampilan

perwajahan, yaitu keterampilan mengatur tipografi dan pemanfaatan sarana tulis

secara efektif dan efisien, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dll.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa keterampilan

menulis adalah kemamapuan untuk menuangkan ide ke dalam bahasa tulis secara

jelas dan sistematis sehingga pesan yang ingin disampaikan penulis tersampaikan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

24

pada pembaca secara baik. Kaitannya dengan keterampilan menulis puisi, maka

dapat simpulkan sebagai keterampilan menulis puisi adalah kemampuan

mengungkapkan ide dengan memasukan unsur batin dan unsur fisik puisi agar

tercipta puisi yang indah.

2) Tujuan dan Manfaat Menulis Puisi

Pada dasarnya tujuan menulis adalah sebagai alat komunikasi dalam

bentuk tulisan. Setiap jenis tulisan tentunya memiliki tujuan. Tarigan (2008: 24)

membagi tujuan menulis dilihat dari penulisnya yang belum berpengalaman

sebagai berikut: (1) memberitahukan atau mengajar; (2) meyakinkan atau

mendesak; (3) menghibur atau menyenangkan; dan (4) mengutarakan atau

mengekspresikan perasaan dan emosi yang berapi-api. Dari pendapat Tarigan

tersebut diketahui bahwa tujuan menulis, khusunya dalam menulis puisi yaitu

untuk menghibur dan berekspresi. Hal itu sesuai dengan peraturan Depdiknas

(2006: 22) bahwa dalam standar kompetensi menulis khususnya kemampuan

bersastra, yakni siswa diharapkan dapat mengekspresikan karya sastra yang

diminati (puisi, prosa, dan drama) dalam bentuk sastra tulis yang kreatif serta

dapat menulis kritik dan esai sastra berdasarkan ragam sastra yang telah dibaca.

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa menulis puisi bertujuan

untuk mengekspresikan perasaan siswa secara kreatif yang bersifat memberi

informasi, menghibur ataupun sebagai media mengkritik.

Adapun manfaat menulis menurut Akhadiah (dalam Kartini, 2006: 5)

sebagai berikut:

a) Mengetahui potensi diri dengan dan kemampuan serta pengetahuan kita

tentang topik yang dipilih. Dengan mengembangkan topik itu kita

dipaksa berpikir, menggali pengetahuan, dan pengalaman yang

tersimpan dalam diri.

b) Dengan mengembangkan berbagai gagasan kita terpaksa bernalar,

menghubung-hubungkan, dan membandingkan fakta-fakta yang tidak

pernah kita lakukan kalau kita tidak menulis.

c) Lebih banyak menyerap, mencari, serta menguasai informasi

sehubungan dengan topik yang ditulis. Dengan demikian, kegiatan

menulis dapat memperluas wawasan baik secara teoritis maupun

mengenai fakta-fakta yang berhubungan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

25

d) Menulis berarti mengorganisasi gagasan secara sistematik serta

mengungkapkan secara tersurat. Dengan demikian, setiap permasalahan

yang semula samar-samar akan menjadi lebih jelas.

e) Melalui tulisan, kita dapat menjadi peninjau dan penilaian gagasan kita

secara objektif.

f) Lebih mudah memecahkan masalah dengan menganalisisnya secara

tersurat dalam konteks yang lebih konkret.

g) Dengan menulis, kita menjadi aktif berpikir sehingga kita dapat

menjadi penemu sekaligus pemecah masalah. Bukan hanya sekadar

penerima informasi yang pasif.

h) Membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara tertib.

Kaitannya dengan puisi, menulis puisi memberikan manfaat bagi siswa

untuk lebih kreatif dalam mengembangkan ide, pikiran, pengalaman, perasaan

yang dituangkan dalam tulisan. Selain itu siswa akan lebih percaya diri terhadap

pemikirannya yang berasal dari kondisi lingkungan sekitar maupun daya

imajinasinya. Dengan kata lain, puisi bermanfaat bagi siswa sebagai media untuk

mengembangkan pemikirannya melalui tulisan yang kreatif dan indah.

Keterampilan menulis puisi juga bermanfaat dalam meningkatkan

pendidikan karakter. Puisi yang merupakan bagian dari sastra penting dipelajari

oleh para siswa. Hal tersebut didukung oleh pendapat Herfanda (2008:131) bahwa

sastra memiliki potensi yang besar untuk membawa masyarakat ke arah

perubahan, termasuk perubahan karakter. Sebagai ekspresi seni bahasa yang

bersifat reflektif sekaligus interaktif, sastra dapat menjadi spirit bagi munculnya

gerakan perubahan masyarakat, bahkan kebangkitan suatu bangsa ke arah yang

lebih baik. Hal itu dapat diwujudkan sebagai penguatan rasa cinta tanah air,

sumber inspirasi dan motivasi kekuatan moral bagi perubahan sosial-budaya. Jadi,

dengan mempelajari sastra khusunya menulis puisi dapat bermanfaat bagi siswa

dalam peningkatan pendidikan karakter serta mengekspresikan seni berbahasa.

Dari beberapa manfaat menulis puisi yang dikemukakan, dapat

disimpulkan bahwa menulis puisi bagi sisiwa bermanfaat untuk mengekspresikan

gagasan dan mengembangkannya dalam bentuk tulisan yang indah, informatif,

kritis, kreatif serta sarat makna melalui pendidikan karakter yang terkandung di

dalamnya.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

26

3) Langkah-langkah Menulis Puisi

Sutedjo& Kasnadi (2008: 50) mengungkapkan langkah-langkah praktis

menulis puisi dengan mempertimbangkan unsur pembangun yang ada. Semakin

kreatif dalam menapaki langkah-langkah tersebut, tentunya semakin cepat dan

mudah pula untuk mampu menuliskannya. Adapun langkah-langkah praktis

menulis puisi secara umum adalah sebagai berikut.

a) Pemilihan aliran

Dikenal banyak sekali aliran dalam sastra Indonesia, misalnya; realisme,

naturalism, idealism, romantisme, dan sebagainya. Jika penyair bertindak

sebagai “juru potret” kehidupan, maka penyair tersebut masuk ke dalam aliran

realism, tetapi jika penyair memilih mengekspresikan kejiwaan dan pikirannya,

maka penyair tersebut tergolong penyair dengan aliran ekspresionisme.

b) Pemilihan tema

Tema dalam kepenulisan puisi menunjukkan masalah apa yang diangkat dalam

puisi. Tema yang sering diangkat menjadi sebuah puisi, misalnya; politik,

sosial, adat, keagmaan, keluarga, nasionalisme, cinta remaja, idola, dan

sebagainya.

c) Penentuan jenis puisi

Puisi terdiri dari berbagai jenis, misalnya; puisi kamar, puisi pamfletis, puisi

hymne, puisi ode, dan sebagainya. Oleh karena itu, penyair perlu

memerhatikan jenis puisi yang cocok dengannya.

d) Pencarian ide (ilham)

Pengalaman para penyair dalam memperoleh ide (ilham) ini beragam.

Misalnya: melalui perenungan, membaca puisi karya orang lain, mengamati

realitas sosial, menonton film, membaca berita, mengamati lingkungan sekitar,

pengalaman pribadi, dan sebagainya.

e) Mengeramkan ide (inkubasi)

Ibarat telur, ide (ilham) butuh dijelaskan. Oleh karena itu, sebelum ditetaskan

maka ide tersebut perlu melalui proses inkubasi atau pengeraman. Tahap ini

merupakan tahap persiapan untuk mewujudkan ide atau gagasan yang telah

dikandung, melintas-lintas, atau ide-ide yang selalu membayangi. Inkubasi

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

27

akan dapat “menetaskan” karya dengan kematangan umur yang dapat

dibanggakan.

f) Pemilihan diksi (kata) yang padat dan khas

Kata-kata dalam puisi ibarat roh mutiara yang akan memantulkan cahaya

estetis yang penting untuk dipahami. Oleh karena itu, kata-kata yang digunakan

dalam sebuah puisi tentunya bukan kata-kata biasa, tetapi kata-kata khas,

padat, dan bermakna. Untuk itu, kata-kata dalam puisi biasanya bersifat

konotatif (gramatik), kias, bahkan simbolik.

g) Pemilihan permainan bunyi

Salah satu sarana untuk mewujudkan citraan (imagery) penyair adalah

penggunaan bahasa puitis dengan mengandalkan permainan bunyi. Aspek

bunyi ini juga dapat memberikan gambaran citraan terhadap pembaca.

h) Pembuatan larik yang menarik

Larik yang menarik dalam puisi biasanya banyak menggunakan permainan,

bunyi, baik rima maupun pilihan kata. Biasanya permainan bunyi ini

dimaksudkan untuk menciptakan nada dan suasan dalam puisi sehingga akan

tampak sikap penyair di dalam puisi yang ditulisnya.

i) Pemilihan pengucapan

Cara pengucapan adalah ciri khas seorang penyair. Gaya pengucapan ini

berkaitan juga dengan penggunaan gaya bahasa seseorang maupun penggunaan

imaji (citraan).

j) Pemanfaatan gaya bahasa

Salah satu sarana untuk mewujudkan estetika bahasa puisi adalah gaya bahasa.

Gaya bahasa merupakan saran yang banyak digunkan penyair untuk

mengungkapkan pengalaman kejiwaan ke dalan sebuah karya puisi. Gaya

bahasa meliputi: majas perbandingan, majas pertentangan, dan majas pertautan.

k) Pemilihan tipografi

Tipografi atau sering disebut tata bentuk puisi ini merupakan aspek lain yang

perlu dipertimbangkan dalam menulis puisi dan memahami puisi. Oleh karena

itu, pilihan tipografi tentu akan membantu mengekspresikan isi dan maksud

pesan penyair yang ingin disampaikan kepada pembaca.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

28

l) Pemuatan aspek psikologis (kejiwaan)

Aspek psikologis ini berkaitan erat dengan kesatuan pengucapan seorang

penyair. Di samping oleh kejiwaan penyair terhadap suatu persoalan, puisi

yang mengandung aspek psikologis ini akan melahirkan nada dalam puisi.

Nada, secara umum berkaitan dengan sikap penyair terhadap pembaca

berkaitan dengan feeling (sikap) yang dituangkan terhadap persoalan

(masalah).

m) Pemuatan aspek sosiologis (sosial kemasyarakatan)

Aspek sosiologis dalam puisi seringkali menjadi “kekuatan” puisi yang

menarik untuk dicermati. Aspek sosiologis ini berkaitan dengan kesatuan

pengucapan seorang penyair. Pengucapan dan aspek sosiologis puisi seringkali

melahirkan puisi-puisi yang berbobot dan berkualitas.

n) Pemilihan judul yang menarik

Pemilihan judul yang menarik menjadi hal yang harus dipikirkan dalam

menulis puisi. Sebuah judul yang baik harus mencerminkan isi puisi di sisi dan

di sisi yang lain penting untuk mempertimbangkan aspek kemenarikan seperti

indah, padat, dan bernas.

Dari langkah-langkah dalam menulis puisi di atas, dapat disimpulkan

bahwa dalam menulis puisi hendaknya memahami unsur fisik maupun unsur batin

puisi kemudian merangkainya dalam bentuk bait dengan pemilihan kata yang

sarat makna.

3. Hakikat Model Pembelajaran Sinektik dengan Media Audio Visual

a. Model Pembelajaran Sinektik

1) Pengertian Model Pembelajaran Sinektik

Menurut Gordon (dalam Joyce, Weil, & Calhoun, 2009: 252) sinektik

berarti strategi mempertemukan berbagai macam unsur, dengan menggunakan

kiasan untuk memeroleh satu pandangan baru. Model sinektik yang ditemukan

dan dirancang oleh Gordon ini berorientasi meningkatkan kemampuan pemecahan

masalah, ekspresi kreatif, empati, dan wawasan dalam hubungan sosial. Hal

tersebut dikarenakan asumsi Gordon tentang kreativitas, yakni kreativitas penting

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

29

bagi kehidupan sehari-hari; proses kreatif tidak selamanya misterius; penemuan

atau inovasi yang dianggap kreatif sama rata di semua bidang dan ditandai oleh

proses intelektual yang sama.

Model sinektik diterapkan dengan melakukan metafora membandingan

satu objek dengan objek lain. Tujuannya yaitu untuk menciptakan lingkungan

belajar yang membangun kreativitas dan kemampuan pemecahan masalah pada

siswa. Proses metaforik atau analogi tersebut diperlukan keterlibatan emosional

siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Paltasingh (2008: 1) yaitu

“Metaphors establish a relationship of likeness, the comparison of one

object or idea with another object or idea by using one in place of other.

Metaphors these substitutions the creative process occurs connecting the

familiar with the unfamiliar or creating a new idea from familiar ideas.

Metaphor introduced conceptual distance between the student and the

object or the subject matter and prompt original thoughts”.

Pendapat di atas menjelaskan bahwa metafora membangun hubungan

kemiripan, perbandingan dari satu objek atau ide dengan objek lain atau ide

dengan menggunakan sesuatu di tempat lain. Melalui subtitusi ini terjadi proses

kreatif yang menghubungkan antara yang sudah akrab dengan yang masih asing

atau menciptakan sebuah ide baru dari ide-ide asing. Metafora memperkenalkan

konsep jarak antara siswa dengan objek atau pokok persoalan dan meminta

pikiran asli. Berdasarkan konsep yang dikemukan Paltasingh, maka sinektik

merupakan pendekatan pembelajaran dengan penggabungan unsur-unsur atau

gagasan-gagasan yang berbeda-beda yang tampaknya tidak relevan untuk

peningkatan kemampuan pemecahan masalah, ekspresi kreatif, empati, dan

wawasan dalam hubungan sosial. Model ini menuntut keaktifan dan keterlibatan

siswa ke dalam karya sastra baik secara individu maupun kelompok. Guru hanya

berperan memonitor agar proses analogi dan metafora terarah dengan baik.

Adapun pendapat Aunurrahman (2012: 126) bahwa sinektik adalah salah

satu model pembelajaran yang didesain oleh Gordon yang pada dasarnya

diarahkan untuk mengembangkan kreativitas. Pendapat senada juga dikemukakan

oleh Rusman (2012: 144) bahwa model sinektik bertujuan mengembangkan

kreativitas dan pemecahan masalah secara kreatif. Kedua pendapat tersebut

mengutamakan proses kreativitas sebagai langkah dalam tujuan pembelajaran.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

30

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahawa model pembelajaran

sinektik adalah model pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk berprikir

kreatif dengan menuangkan gagasan atau pandangan baru dari hasil

penganalogian metafora.

2) Akivitas Metaforis dalam Model Pembelajaran Sinektik

Aktivitas metaforis dalam model sinektik dilakukan guna membangun

perumpamaan maupun membandingan objek satu dengan yang lainnya. Joyce,

Weil, & Calhoun (2009: 254) menyatakan bahwa terdapat tiga jenis analogi yang

diterapkan dalam latihan model sinektik. Ketiga jenis analogi tersebut yaitu

a) Analogi Personal

Pada analogi personal siswa diharuskan berempati pada gagasan atau

subjek-subjek yang dibandingkan. Siswa harus merasa bahwa mereka menjadi

bagian dari unsur fisik dari masalah tersebut. Jadi, siswa diharuskan lepas dari

identitas diri sendiri menjadi objek lain yang akan dibandingan. Identifikasi

analogi personal dapat diterapkan pada orang, tumbuhan, hewan, atau benda-

benda mati.

Dalam kegiatan membuat analogi langsung, siswa melibatkan dirinya

sebagai objek yang dibandingkan. Misalnya, siswa disuruh membandingkan

dirinya dengan telepon genggam. Kemudian ditanyakan apa yang ingin dikuasai

jika siswa menjadi telepon? Nada dering apa yang ingin dipilih? Ingin berbicara

dengan siapa? Tujuan pertanyaan tersebut untuk mengarahkan jarak konseptual

agar terbentuk dengan baik, semakin besar jarak konseptualnya maka semakin

besar diperoleh gagasan baru. Gordon (dalam Joyce, Weil, & Calhoun, 2009: 254-

255) mengidentifikasikan empat tingkat keterlibatan dalam analogi personal: (a)

deskripsi orang pertama terhadap fakta-fakta; (b) identifikasi orang pertama

terhadap emosi; (c) identifikasi empatik terhadap makhluk hidup; dan (d)

identifikasi empatik terhadap benda mati.

b) Analogi Langsung

Analogi langsung merupakan perbandingan dua objek atau konsep.

Perbandingan tidak harus selalu identik dalam segala hal. Fungsinya cukup

sederhana, yaitu untuk mentransposisikan kondisi-kondisi atau topik atau situasi

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

31

permasalahan yang asli pada situasi lain untuk menghadirkan pandangan baru

tentang gagasan atau masalah. Dapat dikatakan pada analogi langsung

perbandingan antara dua objek atau masalah tidak harus sama dalam semua aspek,

karena tujuan sebenarnya adalah mentransformasikan objek pada situasi lain

sehingga terbentuk cara pandang baru.

Pada analogi langsung dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan

pada siswa untuk menemukan masalah yang sejajar dengan situasi kehidupan

nyata. Misalnya, bagamana memakai pakain seperti mengunci pintu rumah?

Keduanya sama-sama seperti menyekap/menutupi sesuatu. Efektivitas analogi

langsung dapat dilihat dari jarak konseptualnya, semakin jauh jarak

konseptualnya, maka semakin baik analoginya.

c) Konflik Padat

Bentuk metafora ketiga adalah konflik padat, secara umum didefinisikan

sebagai frasa yang terdiri dari dua kata di mana kata-kata tersebut tampak

berlawanan dengan kata yang lain. Jadi, konflik padat mengombinasikan dua kata

yang berbeda atau berlawanan terhadap suatu objek sehingga terlihat dua

kerangka atau acuan yang berbeda.

Konflik padat bisa diciptakan dengan menghadirkan beberapa benda atau

meminta orang memanipulasinya. Misalnya, bagaimana jika komputer malu

tetapi agresif? Mesin apa yang seperti senyuman dan kerutan dahi? Tujuan

konflik padat ini untuk memperluas pemahaman siswa tentang penemuan objek

yang berkontradiktif kemudian menjelaskannya kenapa objek tersebut

berkontradiktif.

3) Langkah-langkah Model Pembelajaran Sinektik

Aunurrahman (2012: 163) berpendapat bahwa penerapan model sinektik

dalam proses pembelajaran dilakuakn secara enam tahap: (1) guru menugaskan

siswa untuk mendeskripsikan situasi yang ada sekarang; (2) siswa

mengembangkan berbagai analogi; (3) siswa menjadi bagian dari analoginya; (4)

siswa mengembangkan pikiran dalam bentuk deskripsi-deskripsi; (5) siswa

menyimpulkan; dan (6) guru mengarahkan agar siswa kembali pada tugas dan

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

32

masalah semula dengan menggunakan analogi-analogi terakhir atau dengan

menggunakan seluruh pengalaman sinektik.

Lain halnya dengan pendapat Aunurrahman yang membagi model sinektik

menjadi enam tahapan, Joyce, dkk. membagi model sinektik menjadi dua strategi.

Joyce, Weil, & Calhoun. (2009:257) menyatakan ada dua strategi dari model

pembelajaran sinektik, yaitu model pembelajaran yang menciptakan sesuatu yang

baru (creating something new) dan strategi pembelajaran untuk melazimkan

terhadap sesuatu yang masih asing (making the strange familiar). Tahapan dari

strategi pertama model pembelajaran sinektik dijelaskan dalam Tabel 2 di bawah

ini.

Tabel 2. Struktur Strategi Pertama Model Pembelajaran

Tahapan Struktur Strategi Pertama, Membuat Sesuatu yang Baru

Tahap Pertama

Mendeskripsikan Situasi Saat Ini

Guru meminta siswa untuk

mendeskripsikan situasi atau

topik yang mereka lihat saat ini.

Tahap kedua

Analogi Langsung

Siswa mengusulkan analogi-analogi

langsung, memilihnya, dan

mengeksplorasi

(mendeskripsikannya) lebih jauh

Tahap Ketiga

Analogi Personal

Siswa “menjadi” analogi yang telah

mereka pilih dalam tahap kedua tadi.

Tahap Keempat

Konflik Padat

Siswa mengambil deskripsi-deskripsi

dari tahap kedua dan ketiga,

mengusulkan beberapa analogi

konflik padat, dan memilih salah

satunya.

Tahap Kelima

Analogi Langsung

Siswa membuat dan memilih analogi

langsung yang lain, yang didasarkan

pada analogi konflik padat.

Tahap Keenam

Memeriksa Kembali Tugas Awal

Guru meminta siswa kembali pada

masalah awal dan menggunakan

analogi terakhir dan atau seluruh

pengalaman sinektiknya.

Sumber: Joyce, Weil, & Calhoun (2009: 258)

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

33

Adapun untuk strategi kedua model pembelajaran sinektik dijelaskan pada

Tabel 3 di bawah ini

Tabel 3. Struktur Strategi Kedua Model Pembelajaran

Tahapan Strategi Kedua, Membuat Sesuatu yang Asing

Tahapan Pertama

Input Substantif

Guru memberikan informasi tentang

topik baru

Tahap kedua

Analogi Langsung

Guru mengusulkan analogi langsung

dan meminta siswa

mendeskripsikannya.

Tahap Ketiga

Analogi Personal

Guru meminta siswa “menjadi”

analogi langsung

Tahap Keempat

Membandingkan Analogi-Analogi

Siswa mengidentifikasi dan

menjelaskan poin-poin kesamaan

antara materi baru dengan analogi

langsung.

Sumber: Joyce, Weil, & Calhoun

(2009: 265)

Tahap Kelima

Menjelaskan Perbedaan-

Perbedaan

Siswa menjelaskan di mana saja

analogi-analogi yang tidak sesuai

Tahap Keenam

Eksplorasi

Siswa mengeksplorasi kembali topik

asli.

Tahap Ketujuh

Membuat Analogi

Siswa menyiapkan analogi langsung

dan mengeksplorasi persamaan-

persamaan dan perbedaan-perbedaan.

Sumber: Joy

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

34

4) Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Sinektik

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran sinektik menurut

Sakdiahwati (2008: 167), yaitu sebagai berikut:

Kelebihan

a) Strategi ini bermanfaat untuk mengembangkan pengertian baru pada diri

siswa tentang suatu masalah sehingga dia sadar bagaimana bertingkah laku

dalam situasi tertentu.

b) Strategi ini bermanfaat karena dapat mengembangkan kejelasan pengertian

dan internalisasi pada diri siswa tentang materi baru.

c) Strategi ini dapat mengembangkan berpikir kreatif, baik pada diri siswa

maupun guru.

d) Strategi ini dilaksanakan dalam suasana kebebasan intelektual dan

kesamaan martabat antara siswa.

e) Strategi ini membantu siswa menemukan cara berpikir baru dalam

memecahkan suatu masalah.

Kekurangan

a) Sulit dilakukan oleh guru dan siswa yang sudah terbiasa menggunakan

cara lama yang menekankan pada penyampaian informasi.

b) Metode ini menitikberatkan pada berpikir reflektif dan imajinatif dalam

situasi tertentu, maka kemungkinan besar siswa kurang menguasai fakta-

fakta dan prosedur pelaksanaan atau keterampilan.

c) Kurang memadahinya sarana dan prasarana pendidikan di sekolah-

sekolah.

b. Media Audio Visual

1) Pengertian Media Pembelajaran

Media merupakan hal yang penting dalam menunjang proses belajar

mengajar. Dengan adanya media pembelajaran, peran guru menjadi semakin luas.

Sementara bagi siswa, media pembelajaran akan merangsang siswa untuk

memhamai materi dengan efektif dan efisien. Menurut Arsyad (2014: 4), media

pembelajaran adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang

mengandung materi intruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang

siswa untuk belajar. Pendapat senada juga dikatakan oleh Indriana (2011: 16)

media pengajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan

untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap

sasaran atau tujuan pengajaran. Kedua pendapat tersebut menyatakan bahwa

media pengajaran berperan dalam peningkatan proses belajar bagi siswa.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

35

Aqib (2013: 50) mendefinisikan media pembelajaran sebagai segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dan merangsang

terjadinya proses belajar pada si pembelajar (siswa). Media pembelajaran tersebut

mencakup makna yang lebih luas dari alat peraga dan alat bantu mengajar. Hal

tersebut sesuai dengan pendapat Kustandi & Sutjipto (2011: 10), media

pembelajaran memiliki pengertian non-fisik yang dikenal sebagai software

(perngkat lunak), yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perngkat keras yang

merupakan isi yang ingin disampaikan kepada siswa pada proses belajar baik di

dalam maupun di luar kelas. Sementara media pembelajaran memiliki pengertian

fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu sesuatu

benda yang dapat dilihat, didengar, atau diraba dengan pancaindera.

Hamallik (dalam Arsyad, 2014: 2) menjelaskan bahwa guru/ pengajar

harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media

pembelajaran, yang meliputi:

(1) media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses

belajar mengajar; (2) fungsi media dalam rangka mencapai tujuan; (3)

seluk-beluk proses belajar; (4) hubungan antara metode mengajar dan

media pembelajaran; (5) nilai atau manfaat metode pendidikan dalam

pembelajaran; (6) pemilihan dan penggunaan media pendidikan; (7)

berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan; (8) media pendidikan

dalam setiap mata pelajaran; dan (9) usaha inovasi dalam media

pendidikan.

Mengacu pada penjelasan para ahli dapat dirumuskan bahwa media

pembelajaran adalah perangkat komunikasi dalam pembelajaran baik perangakat

lunak maupun perangkat keras agar siswa mampu menerima materi ajar dengan

lebih mudah sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

2) Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Hamalik (dalam Arsyad, 2014: 19) mengemukakan bahwa pemakaian

media pembelajaran dalam proses belajar dapat membangkitkan keinginan dan

minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan

bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain

membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran juga dapat

membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik

dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi.

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

36

Pendapat Hamalik tersebut menitikberatkan fungsi penggunaan media terutama

bagi siswa.

Levi & Lentz (dalam Kustandi & Sutjipto, 2011: 20) mengemukakan

empat fungsi media pembelajaran, khususnya visual, yaitu (1) fungsi atensi,

menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi

pembelajaran; (2) fungsi afektif, terlihat dari tingkat kenikmatan siswa ketika

belajar atau membaca; (3) fungsi kognitif, bertujuan untuk memahami dan

mengingat informasi atau pesan; dan (4) fungsi kompensatoris,

mengorganisasikan informasi dalam bentuk teks dan mengingatnya kembali.

Secara garis besar media pembelajaran berfungsi untuk membantu siswa

yang mengalamai kesulitan belajar dalam menerima dan memahami isi

pembelajaran sehingga tujuan dari proses dan hasil pembelajaran dapat tercapai.

Sudjana & Rivai (dalam Kustandi & Sutjipto, 2011: 25) berpendapat

bahwa media pembelajaran bermanfaat dalam proses pembelajaran, yaitu (a)

pembelajaran akan lebiih menarik perhatian siswa; (b) bahan pembelajaran akan

lebih jelas maknanya; (c) metode mengajar lebih bervariasi; dan (d) siswa dapat

lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan ujaran

guru, tetapi juga aktivitas mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,

memerankan, dan lain-lain.

Manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar menurut

Arsyad (2014: 29-30) di antaranya: (1) media pembelajaran dapat memperjelas

penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan

proses dan hasil belajar; (2) media pembelajaran dapat meningkatkan dan

mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar,

interkasi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan

siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya; (3)

media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; dan

(4) media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa

tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka.

Dapat dikatakan bahwa adanya media pembelajaran sangat penting bagi

para guru maupun siswa. Guru lebih mudah menyampaikan materi secara variatif

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

37

sementara siswa didorong untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal

tersebut didukung oleh penelitian dari Barikly (2013) berjudul “Keefektifan

Model Pembelajaran Sinektik Berbantuan Media Film Pendek dalam

Pembelajaran Menulis Puisi pada Siswa Kelas VIII SMP N 2 Depok, Sleman.”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara

keterampilan menulis puisi yang menggunakan model pembelajaran sinektik

berbantuan media film pendek dengan siswa yang diberi pembelajaran tanpa

model sinektik berbantuan media film pendek.

3) Dasar Pertimbangan Media Pembelajaran

Banyak faktor yang dipertimbangkan dalam memilih suatu media

pembelajaran. Salah satu pertimbangan pemilihan media pembelajaran yaitu

disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai. Pada dasarnya media digunakan

untuk memudahkan kegiatan pembelajaran, bukan untuk menghambat kegiatan

pembelajaran. Maka dari itu guru harus cermat dalam menentukan media

pembelajaran yang akan digunakan.

Dick & Crey (dalam Sadiman, dkk., 2008: 86) menyebutkan bahwa ada

empat faktor dalam pemilihan media pembelajaran. Pertama, ketersedian sumber

setempat. Artinya, bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-

sumber yang ada, harus dibeli atau dibuat sendiri. Kedua, apakah untuk membeli

atau memproduksi sendiri tersebut ada dana, tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga,

faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media yang

bersangkutan untuk waktu yang lama. Artinya, media tersebut dapat digunakan

dimanapun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapanpun serta mudah

dipindahkan. Keempat, efektivitas biaya dalam waktu jangka yang panjang.

Dasar pertimbangan pemilihan media pembelajaran yang juga penting

adalah apakah guru dapat mengoperasikan media tersbut. Proyektor, transparasi

(OHP), proyektor slide dan film, komputer, dan peralatan canggih lainnya tidak

akan mempunyai arti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam

proses pembelajaran sebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar (Arsyad,

2014: 75). Pendapat tersebut benar adanya karena nilai guna suatu media

pembelajaran tidak dapat dirasakan bila tidak dimanfaatkan secara maksimal oleh

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

38

guru. Oleh sebab itu, kini guru dituntut untuk pintar dalam memilih dan

menggunakan media pembelajaran.

4) Media Berbasis Audio Visual

Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup

beragam, dari media yang sederhana sampai dengan media yang cukup rumit dan

canggih. Semuanya memilki kelemahan dan kekurangan masing-masing. Dari

sekian banyak media, media audio visual sangat efektif dan efisien diaplikasikan

dalam proses pembelajaran. Menurut Anitah (2009: 55), media audio visual

adalah media yang menunjukkan unsur auditif (pendengaran) maupun unsur

visual (penglihatan), jadi dapat dipandang maupun didengar suaranya. Pendapat

tersebut sejalan dengan Kustandi & Sutjipto (2011: 95) bahwa media audio visual

adalah media visual yang menggabungkan penggunaan suara memerlukan

pekerjaan tambahan untuk memproduksinya. Dapat dikatakan media audio visual

merupakan gabungan dari media audio juga visual.

Penggunaan media audio visual sangat baik diaplikasikan dalam proses

pembelajaran karena materi yang disampaikan bisa dilihat serta bisa didengar

sekaligus. Hal ini akan membuat daya imajinasi maupun daya ingat siswa bisa

meningkat. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

Haryoko (2009: 3) mengemukakan media audio visual dibagi menjadi dua

yaitu (a) audio visual diam, yaitu media yang menampilkan suara dan gambar

diam seperti film bingkai suara (sound slide), film bingkai suara, dan cetak suara;

(b) audio visual gerak, yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan

gambar yang bergerak seperti film suara dan video kaset. Pembagian lain dari

media audio visual adalah (a) audio visual murni, yaitu baik unsur suara maupun

gambar berasal dari satu sumber seperti film video kaset; (b) audio visual tidak

murni, yaitu yang unsur suara dan unsur gambar berasal dari sumber yang

berbeda, misalnya film bingkai suara yang unsur gambarnya dan slide proyektor

dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.

Masih banyak pembagian media audio visual lainnya mengingat kini

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya dalam dunia

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

39

pembelaajran semakin diperbaharui. Semuanya berkontribusi dalam penunjang

pembelajaran terlepas dari kelemagan dan kelebihan yang dimilikinya.

5) Video Sebagai Media Pembelajaran Berbasis Audio Visual

Dalam penelitian ini penulis menggunkan media audio visual berupa

video. Video merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membantu

proses pembelajaran, baik pembelajaran massal, individual, maupun

berkelompok. Video juga merupakan bahan ajar noncetak yang kaya informasi

dan tuntas karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung. Di samping itu,

video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini karena

karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada siswa,

sekaligus suara yang meyertainya. Oleh karena itu, diharapkan siswa merasa

seperti berada di suatu tempat yang sama dengan yang ditampilkan pada video.

Daryanto menyatakan bahwa (2013: 88) media video adalah segala sesuatu

yang memungkinkan sinyal audio dapat dikombinasikan dengan gambar bergerak

secara sekuensial. Sementara Desrianti, Rahardja, & Mulyani (2012: 138)

memberi definisi lebih luas mengenai video yaitu sebagai teknologi untuk

menangkap, merekam, memproses, mentransmisikan, dan menata ulang gambar

bergerak. Namun, pendapat tersebut cenderung mengacu pada pengolahan gambar

belum mencakup suara. Dari beberapa pendapat tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa video adalah sajian gambar yang bergerak yang direkam atau

diciptakan dengan menggunakan efek suara.

Program video dapat dimanfaatkan dalam program pembelajaran, karena

dapat memberikan pengalaman yang tidak terduga kepada siswa, selain itu juga

program video dapat dikombinasikan dengan animasi dan pengaturan kecepatan

untuk mendemonstrasikan perubahan dari waktu ke waktu. Kemampuan video

dalam memvisualisasikan materi terutama efektif untuk membantu guru

menyampaikan materi yang bersifat dinamis. Materi yang memerlukan visualisasi

yang mendemonstrasikan hal-hal seperti gerakan motorik tertentu, seperti ekspresi

wajah maupun suasana tertentu sangat baik disajikan melalui video. Hal tersebut

berguna dalam pendeskripsian suatu materi secara jelas.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

40

Kemajuan teknologi video tersedia dalam format kaset, CD, VCD, DVD,

dan lain-lain. Hal ini memudahkan dalam pemutaran video lewat video player,

VCD, DVD, LCD, maupun melalui televisi yang disesuaikan dengan fasilitas

yang ada di masing-masing sekolah. Sebuah video dapat dibuat sendiri oleh guru

ataupun dengan mengunduh lewat internet. Umumnya sebuah video yang

digunakan dalam media pembelajaran dapat diunduh dengan mudah melalui

media sosial youtube. Hal tersebut sangat efisien mengingat banyak video yang

diunggah sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru dapat dengan

leluasa memilih video mana yang sesuai dengan materi ajar serta model

pembelajaran yang akan digunakan.

Dalam pemanfaatan video dalam proses pembelajaran, hendaknya tetap

memerhatikan evaluasi pembelajaran. Seperti yang diungkapkan Desrianti,

Rahardja, & Mulyani (2012: 136) yaitu sesudah program video diputar harus

diadakan diskusi agar siswa mampu memahami isi video, mampu mencari

pemecahan masalah, dan mampu menjawab pertanyaan. Selain itu perlu diadakan

tes agar mampu mengukur berapa banyak informasi yang dipahami siswa melalui

pemutaran video.

Keuntungan dan kelemahan menggunakan video menurut Daryanto (2013:

90), antara lain:

a) Ukuran tampilan video sangat fleksibel dan dapat diatur sesuai dengan

kebutuhan.

b) Video merupakan bahan ajar non cetak yang kaya informasi dan lugas

karena dapat sampai kehadapan siswa secara langsung.

c) Video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran.

Sementara kelemahan dari media video anatara lain:

a) Fine details artinya media tayangnya tidak dapat menampilkan objek

sampai yang sekecil-kecilnya dengan sempurna.

b) Size information artinya tidak dapat menampilkan objek dengan ukuran

yang sebenarnya.

c) Third dimention artinya gambar yang diproyeksikan oleh video

umumnya berbentuk dua dimensi.

d) Opposition artinya pengambilan yang kurang tepat dapat menyebabkan

timbulnya keraguan penonton dalam menafsirkan gambar yang

dilihatnya.

e) Setting artinya kalau kita tampilkan adegan dua orang yang sedang

bercakap-cakap di antara banyak orang, akan sulit menebak settingnya.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

41

f) Material pendukung video membutuhkan alat proyeksi untuk dapat

menampilkan gambar yang ada didalamnya.

g) Budget artinya biaya untuk membuat program video membutuhkan

biaya yang tidak sedikit.

c. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Sinektik dengan Media

Audio Visual dalam Pembelajaran Mengonversi Teks Anekdot Menjadi

Puisi

Berikut langkah-langkah penerapan model pembelajaran sinektik dengan

media audio visual dalam pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi

puisi

1) Guru memberi salam, berdoa, dan mengondisikan siswa untuk siap

memulai pembelajaran.

2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan penjelasan tentang manfaat

menguasai materi pembelajaran.

3) Guru bertanya jawab mengulas materi yang telah dipelajari dan yang akan

dipelajari, yaitu mengonversi teks anekdot menjadi puisi.

4) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa

setiap kelompoknya.

5) Guru menginstrusikan siswa untuk mengamati teks anekdot “Puntung

Rokok” dan contoh puisi “Ini Singapura bukan Indonesia”.

6) Guru menginstrusikan siswa untuk berdiskusi, bertanya jawab mengenai

pengertian, struktur, dan kaidah bahasa dalam puisi. Guru membimbing

dan menjelaskan materi yang belum dipahami siswa.

7) Guru memberi tugas masing-masing kelompok untuk mengonversi teks

anekdot menjadi puisi dengan tema kerusakan lingkungan.

8) Guru menjelaskan langkah-langkah mengonversi teks anekdot menjadi

puisi menggunakan model sinektik, yaitu

a) Guru menampilkan objek yang ditampilkan melalui video “Campaign

DBMP Kota Bandung-Sungai dan Asap Membawa Maut.”

b) Setiap kelompok memilih salah satu dari objek yang diamati (sampah,

sungai, banjir, dan asap) sesuai dengan kesepakatan.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

42

c) Guru meminta siswa membuat analogi personal melalui deskripsi dari

objek yang diamati berupa poin-poin atau kata kunci dari objek yang

dipilihnya. Untuk membantu siswa, guru bisa memberikan pertanyaan.

Misal objek yang dipilih adalah banjir, maka guru dapat memberikan

pertanyaan yang dapat membantu membuat analogi langsung diantaranya

Bagaimana pendapat kalian tentang banjir?

Mengapa bisa terjadi banjir?

Kapan biasanya terjadi banjir?

Apa efek banjir?

Apa yang kamu lakukan saat banjir datang?

Bagaimana menanggulangi banjir?

c) Guru meminta siswa untuk membuat analogi langsung, yaitu membuat

perbandingan dari objek yang diamati dengan masalah yang dipilihnya.

Kemudian mendeskripsikannya dalam bentuk kalimat dengan bimbingan

guru. Contoh,

Bagaimana banjir seperti perayaan? Setiap tahun selalu dikirim Tuhan

sebagai bingkisan.

d) Guru meminta siswa untuk membuat konflik padat, yaitu

mengombinasikan dua kata yang berbeda atau berlawanan terhadap suatu

objek sehingga terlihat dua kerangka atau acuan yang berbeda.

Bagaimana banjir seperti selimut?Menyelimuti rumah dan menyelimuti

jalan. Namun, tak menghangatkan. Justru membuat penderitaan.

e) Siswa secara berkelompok mengembangkan pemikirannya tentang objek

yang dipilih kemudian dituliskan dalam bentuk puisi dengan

memerhatikan unsur batin dan unsur fisik puisi berdasarkan proses

sinektik yang telah dilaluinya.

Pada Musim Penghujan

Banjir sudah seperti perayaan

Yang setiap tahunnya

dikirim Tuhan sebagai bingkisan

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

43

Semuanya jadi tergenang

Pertokoan, perkantoran, sekolah, dan jalanan tampak lengang

Banyak yang menangis kelaparan

Dilanda dingin butuh kehangatan

Ada yang sakit-sakitan butuh segera pengobatan

Banjir sesukanya datang

Kapan, dan ke mana ia bertandang

Tak ada bisa yang melawan

Semua itu buah tangan manusia pecundang

Hobinya buang sampah sembarangan

Pada musim penghujan

Banjir bagai selimut dingin

Menyelimuti rumah, menyelimuti jalan

Namun tak menghangatkan

Justru membuat penderitaan

f) Selanjutnya para siswa berdiskusi kembali dengan kelompoknya tentang

kaidah dan struktur puisi dari hasil mengonversi teks anekdot.

9) Guru melakukan monitoring dan memberi masukan pada puisi-puisi siswa.

10) Setiap kelompok mempresentasikan hasil mengonversi teks anekdot

menjadi puisi di depan kelas dan dilanjutkan diskusi.

11) Guru membimbing serta memberi evaluasi dan refleksi tentang

mengonversi teks anekdot menjadi puisi menggunkan model pembelajran

sinektik dengan media audio visual.

12) Guru memberi tugas pada pertemuan selanjutnya.

13) Guru menutup pembelajaran dengan doa dan salam.

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

44

4. Penilaian dalam Pembelajaran Mengonversi Teks Anekdot Menjadi Puisi

Model pembelajaran sinektik yang dirancang untuk meningkatkan

motivasi dan keterampilan mengonversi tek anekdot menjadi puisi ini diharapkan

mampu untuk mengatasi permasalahan siswa yaitu motivasi dalam pembelajaran

dan keterampilan mengonversi tek anekdot menjadi puisi. Dengan diterapkan

model pembejaran sinektik, siswa dapat terdorong untuk berpikir secara lebih

kreatif. Untuk mengetahui proses dan hasil belajar dapat berlangsung secara baik

atau tidak maka perlu adanya penilaian. Penilaian adalah suatu proses untuk

mengetahui apakah proses dan hasil suatu program telah sesuai dengan tujuan

atau kriteria yang telah ditetapkan (Suwandi, 2009a: 15). Penelitian ini

mengunakan dua bentuk penilaian untuk menilai keberhasilan dalam kegiatan

pembelajaran mengonversi tek anekdot menjadi puisi, yaitu penilaian motivasi

sebagai penilaian proses belajar dan penilain hasil karya siswa berupa puisi

sebagai penilaian hasil belajar.

a. Penilaian Motivasi Pembelajaran Mengonversi Teks Anekdot Menjadi

Puisi

Motivasi dalam pembelajaran dapat dilihat atau disimpulkan dari usaha

yang kontinu walaupun sudah tidak dikontrol oleh guru. Dorongan aktivitas untuk

belajar yang dilakukan siswa muncul dengan sendirinya tanpa perlu disuruh.

Dengan kata lain, bila keinginan untuk belajar dari siswa sudah dimiliki maka

siswa disebut memiliki motivasi.

Supratiknya (2012: 44) menilai motivasi siswa dengan mengamati tingkah

laku siswa saat memerhatikan pejelasan guru, membuat catatan, menyimak

pelajaran, dan mengajukan pertanyaan. Cara untuk mengukur motivasi dalam

pembelajaran dapat juga diketahui dari bagaimana perhatian siswa terhadap materi

yang diajarkan dan konsentrasi siswa saat mengikuti proses pembelajaran ataupun

mengerjakan tugas. Lebih spesifiknya Wena (2014: 33) menetapkan indikator-

indikator dalam mengukur motivasi dalam pembelajaran, yaitu (1) keantusiasan

dalam belajar, (2) minat atau perhatian pada pembelajaran, (3) keterlibatan dalam

pembelajaran, (4) rasa ingin tahu pada isi pembelajaran, (5) ketekunan dalam

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

45

belajar, (6) selalu berusaha mencoba, dan (7) aktif mengatasi tantangan yang ada

dalam pembelajaran.

Dengan mempertimbangkan pendapat di atas, peneliti melakukan penilaian

motivasi pembelajaran dengan menggunakan pedoman sesuai dengan Tabel 4 di

bawah ini.

Tabel 4. Penilaian Motivasi Pembelajaran Mengonversi Teks Anekdot Menjadi

Puisi

No Nama

siswa

Aspek penilaian motivasi pembelajaran Skor Nilai

Minat pada

pembelajaran

Keaktifan

selama

pembelajaran

Keantusiasan

dalam

pembelajaran

Keterlibatan

dalam

pembelajaran

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sumber: diadaptasi dari Wena (2014: 33)

Keterangan

Nilai = Perolehan skor x 100

Jumlah skor maksimal

Adapun untuk menghitung perolehan skor dalam menilai motivasi

pembelajaran digunakan pedoman penilaian sesuai Tabel 5 di bawah ini.

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

46

Tabel 5. Pedoman Penilaian Motivasi Pembelajaran

Mengonversi Teks Anekdot Menjadi Puisi

Aspek yang dinilai Skor

Minat dalam pembelajaran

Siswa sangat berminat dalam memerhatikan seluruh kegiatan

pembelajaran dari awal sampai akhir atas kemauannya sendiri.

Siswa berminat dalam memerhatikan seluruh kegiatan

pembelajaran dari awal sampai akhir atas kemauannya sendiri.

Siswa cukup berminat dalam memerhatikan sebagian kegiatan

pembelajaran setelah disuruh oleh guru.

Siswa tidak berminat dalam memerhatikan kegiatan pembelajaran

dari awal sampai akhir.

Siswa sangat tidak berminat dalam memerhatikan kegiatan

pembelajaran dari awal sampai akhir.

5-1

5

4

3

2

1

Keaktifan selama pembelajaran

Siswa sangat aktif bertanya, menanggapi pertanyaan, dan

melakukan umpan balik dengan penuh rasa percaya diri.

Siswa aktif bertanya, menanggapi pertanyaan, dan melakukan

umpan balik namun kurang memiliki percaya diri.

Siswa cukup aktif bertanya, menanggapi pertanyaan, dan

melakukan umpan balik setelah disuruh oleh guru.

Siswa tidak aktif bertanya, menanggapi pertanyaan, dan

melakukan umpan balik namun tidak sesuai dengan konteks.

Siswa sangat tidak aktif dalam bertanya, menanggapi pertanyaan,

dan melakukan umpan balik dalam pembelajaran.

1-5

5

4

3

2

1

Keantusiasan dalam pembelajaran

Siswa sangat antusias dalam belajar, mengerjakan tugas maupun

mengerjakan ulangan.

Siswa antusias dalam belajar, namun tidak semangat saat

mengerjakan tugas dan mengerjakan ulangan.

Siswa cukup antusias dalam belajar, mengerjakan tugas maupun

mengerjakan ulangan.

Siswa tidak antusias dalam belajar, mengerjakan tugas maupun

mengerjakan ulangan.

Siswa sangat tidak antusias dalam belajar, mengerjakan tugas

maupun mengerjakan ulangan.

5-1

5

4

3

2

1

Keterlibatan dalam pembelajaran

Siswa sangat terlibat dalam pemecahan masalah, berdiskusi, dan

bertanggung jawab dalam melakukan tugas.

Siswa terlibat dalam pemecahan masalah dan berdiskusi namun

kurang bertanggung jawab dalam melakukan tugas.

Siswa cukup terlibat dalam pemecahan masalah, berdiskusi, dan

bertanggung jawab dalam melakukan tugas setelah disuruh oleh

guru/ temannya.

5-1

5

4

3

Page 40: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

47

Siswa tidak terlibat dalam pemecahan masalah, berdiskusi, dan

bertanggung jawab dalam melakukan tugas.

Siswa sangat tidak terlibat dalam pemecahan masalah, berdiskusi,

dan mengerjakan tugas.

2

1

Skor maksimal 20

Sumber: diadaptasi dari Suwandi (2009a: 130)

b. Penilaian Keterampilan Mengonversi Teks Anekdot Menjadi Puisi

Pada penilian hasil pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi,

peneliti menggunakan penilaian tes tertulis. Siswa ditugasi untuk mengonversi

teks anekdot menjadi puisi. Keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi

tergolong dalam keterampilan menulis. Untuk itu, dalam melakukan penilaian

keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi, peneliti mengacu pada

penilaian kemampuan menulis puisi siswa yang dirujuk dari teori Nurgiyantoro.

Menurut Nurgiyantoro (2010: 487), kisi-kisi rubrik penilaian menulis

siswa adalah (1) kebaharuan tema dan makna, (2) keaslian pengucapan, (3)

kekuatan imajinasi, (4) ketepatan diksi, (5) pendayaan pemajasan dan citraan, (6)

respon afektif guru. Dalam penelitian ini, “kebaharuan tema dan makna” diganti

dengan “kesesuaian tema dan makna”. Kemudian “keaslian pengucapan” tidak

digunakan dalam penilaian menulis puisi karena kurang sesuai dengan aspek

menulis puisi, maka diganti dengan penggunaan rima dalam puisi. Dari pendapat

Nurgiyantoro tersebut dapat disimpulkan bahwa penilaian dalam menulis puisi

mencakup unsur batin maupun unsur fisik puisi. Berikut rubrik penilain yang

digunakan dalam mengukur keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi

dijelaskan secara rinci pada Tabel 6 di bawah ini.

Page 41: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

48

Tabel 6. Penilaian Keterampilan Mengonversi Teks Anekdot Menjadi Puisi

No Nama

siswa

Aspek yang dinilai Skor Nilai

Kesesuaian

tema dan

makna

Rima Imajinasi Diksi Majas

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

Sumber: diadaptasi dari Nurgiyantoro (2010: 487)

Keterangan

Nilai = Perolehan skor x 100

Jumlah skor maksimal

Pedoman penskoran hasil mengonversi teks anekdot menjadi puisi

dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini.

Tabel 7. Pedoman Penskoran

Keterampilan Mengonversi Teks Anekdot Menjadi Puisi

Aspek yang dinilai

Skor

Kesesuaian tema dan makna

Isi puisi sesuai dengan tema, makna, dan struktur puisi yang

ditentukan.

Isi puisi cukup sesuai dengan tema, makna, dan struktur puisi yang

ditentukan.

Isi puisi kurang sesuai tema, makna, dan struktur puisi yang

ditentukan.

Isi puisi tidak sesuai dengan tema, makna, dan struktur puisi yang

ditentukan.

4-1

4

3

2

1

Page 42: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

49

Rima

Rima yang digunakan menciptakan variasi bunyi indah dalam puisi.

Rima yang digunakan kurang menciptakan variasi bunyi yang indah

dalam puisi.

Rima yang digunakan cukup menciptakan variasi bunyi yang indah

dalam puisi.

Rima yang digunakan tidak menciptakan variasi bunyi yang indah

dalam puisi.

4-1

4

3

2

1

Pengimajian

Pengimajian yang digunakan sudah sesuai sehingga efek keindahan

yang ditimbulkan terasa dengan baik dan mendukung makna yang

diharapkan.

Pengimajian yang digunakan cukup sesuai sehingga efek keindahan

yang ditimbulkan terasa cukup baik dan cukup mendukung makna

yang diharapkan.

Pengimajian yang digunakan kurang sesuai sehingga efek keindahan

yang ditimbulkan kurang terasa dengan baik dan kurang mendukung

makna yang diharapkan.

Sama sekali tidak menggunakan pengimajian sehingga efek

keindahan yang ditimbulkan sama sekali tidak terasa dan tidak

mendukung makna yang diharapkan.

4-1

4

3

2

1

Penggunaan Diksi

Kata-kata yang digunakan padat, singkat, jelas, dan dapat

mengekspresikan perasaan dengan baik.

Kata-kata yang digunakan padat, singkat, jelas, dan cukup dapat

mengekspresikan perasaan dengan baik.

Kata-kata yang digunakan kurang mamapu mengekspresikan

perasaan.

Kata-kata yang digunakan sama sekali tidak dapat mengekspresikan

perasaan.

4-1

4

3

2

1

Majas

Majas yang digunakan mampu menimbulkan efek keindahan baik

dan sesuai konteks puisi.

Majas yang digunakan cukup mampu menimbulkan efek keindahan

dan cukup sesuai konteks puisi.

Majas yang digunakan kurang mampu menimbulkan efek keindahan

dan kurang sesuai konteks puisi.

Majas yang digunakan sama sekali tidak mampu menimbulkan efek

keindahan dan tidak sesuai konteks puisi.

4-1

4

3

2

1

Skor maksimal 20

Sumber: Didapatasi dari Nurgiyantoro (2010: 488)

Page 43: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

50

B. Kerangka Berpikir

Berdasarkan uraian yang penulis paparkan dapat disusun kerangka berpikir

di mana saat dilaksanakan pembelajaran sebelum dilakukan tindakan, guru

menemukan berbagai permasalahan. Masalah yang dihadapai sebelum tindakan

yaitu (1) kreativitas siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta dalam

mengonversi teks anekdot menjadi puisi masih rendah; (2) rendahnya motivasi

siswa pada pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi, dan (3) siswa

mengalami kesulitan untuk menemukan ide dan menungakannya dalam tulisan.

Sementara permasalahan yang dialami guru mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu

guru kesulitan menemukan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran

mengonversi teks anekdot menjadi puisi. Selama ini proses belajar mengajar

berlangsung dengan metode konvensional sehingga siswa kurang aktif dan belum

mempunyai motivasi pembelajaran maksimal. Akibatnya, hasil menulis puisi nilai

rata-ratanya masih tergolong rendah.

Setelah melakukan observasi dan konsultasi terhadap guru mata pelajaran

bahasa Indonesia, peneliti merencanakan melakukan penelitian tindakan kelas

dengan menerapkan model pembelajaran sinektik untuk meningkatkan motivasi

dan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada kelas X TKJ A

SMK Negeri 9 Surakarta. Tindakan penelitian kelas ini menggunakan dua siklus.

Siklus pertama dengan menerapkan model pembelajaran sinektik dengan media

audio visual dalam pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi puisi dengan

tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Untuk siklus kedua

menerapakan model pembejaran sinektik dengan media audio visual dengan tahap

merevisi peleksanaan tindakan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Hasil akhir dari tindakan ini diduga keterampilan mengonversi teks

anekdot menjadi puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta dapat

meningkat. Guru mampu menggunakan model pembelajaran sinektik dengan

media aidio visual dalam pembelajaran mengonversi teks anekdot sehingga

pembelajaran akan lebih menarik dan bervariasi serta terjadi timbal balik antara

guru dengan siswa. Berikut skema kerangka berpikir dalam penelitian ini

dijelaskan pada Gambar 1 di bawah ini.

Page 44: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

51

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Kondisi Akhir

Motivasi dan kreativitas siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta dalam megonversi teks anekdot

menjadi puisi diduga meningkat.

Siswa ampu menemukan ide dan mengungkapkannya dalam megonversi teks anekdot menjadi puisi

dengan bahasa tulis yang baik dan benar Motivasi siswa dalam pembelajaran mengonversi teks anekdot

menjadi puisi meningkat

Guru

Kesulitan menemukan

model pembelajaran yang

tepat dalam pembelajaran

mengonversi teks anekdot

menjdi puisi

Siswa

Kreativitas dan motivasi

rendah serta kesulitan untuk

menemukan ide dan

mengungkapkannya dalam

tulisan anekdot menjdi puisi

Proses Belajar Mengajar

Berlangsung monoton dengan

metode ceramah, siswa kurang aktif

dan termotivasi belajar puisi, serta

tidak ada interaksi antar guru

dengan siswa

Kondisi Awal

Motivasi dan kreativitas siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta dalam megonversi teks anekdot

menjadi puisi rendah

Tindakan

Kolaborasi Peneliti dengan Guru

Perencanaan

Pelaksanaan

Observasi

Refleksi

Penerapan model

pembelajaran sinektik

dengan media audio

visual

Page 45: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · merupakan teks cerita singkat yang lucu berupa sindiran, kritik, maupun pengalaman yang didalamnya termuat hal-hal konyol

52

C. Hopotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir dapat dinyatakan bahwa:

1. Penerapan model pembelajaran sinektik dengan media audio visual dapat

meningkatkan motivasi pembelajaran mengonversi teks anekdot menjadi

puisi pada siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran

2015/2016.

2. Penerapan Model Pembelajaran Sinektik dengan media audio visual dapat

meningkatkan keterampilan mengonversi teks anekdot menjadi puisi pada

siswa kelas X TKJ A SMK Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2015/2016.