BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek...

39
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Sastra a. Pengertian Apresiasi Sastra Dari bahasa latin, istilah apresiasi berasal dari kata appreciation, yang berarti mengindahkan atau menghargai. Menurut Hornby (Sayuti, 2002: 195) apresiasi berasal dari kata appreciation yang artinya pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang memberikan penilaian. Dalam arti yang lebih luas dikatakan Gove (Aminuddin, 2013: 34) apresiasi mengandung makna pengenalan melalui perasaan atau kepekaan batin serta pemahaman dan pengakuan terhadap nilai- nilai keindahan yang diungkapkan oleh penyair. Sastra adalah suatu bentuk sistem tanda karya seni yang bermediakan bahasa. Sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati serta dimanfaatkan untuk mengembangkan wawasan kehidupan. Sayuti (2002: 3) menyatakan bahwa apresiasi sastra adalah upaya memahami karya sastra, yaitu upaya agar dapat mengerti sebuah karya sastra yang dibaca, baik fiksi maupun puisi, mengerti maknanya, baik yang internasional maupun yang aktual dan mengerti seluk beluk strukturnya. Sementara Waluyo (2002: 44) mendefinisikan apresiasi sastra sebagai penghargaan atas karya sastra hasil pengenalan, memahaman, penafsiran, penghayatan, penikmatan atas karya sastra tersebut yang didukung atas kepekaan batin terhadap nilai yang terkandung dalam karya tersebut.Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra adalah menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan, pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik terhadap cipta sastra.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR,

DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka1. Hakikat Pembelajaran Apresiasi Sastra

a. Pengertian Apresiasi Sastra

Dari bahasa latin, istilah apresiasi berasal dari kata appreciation, yang

berarti mengindahkan atau menghargai. Menurut Hornby (Sayuti, 2002: 195)

apresiasi berasal dari kata appreciation yang artinya pemahaman dan

pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian, dan pernyataan yang

memberikan penilaian. Dalam arti yang lebih luas dikatakan Gove

(Aminuddin, 2013: 34) apresiasi mengandung makna pengenalan melalui

perasaan atau kepekaan batin serta pemahaman dan pengakuan terhadap nilai-

nilai keindahan yang diungkapkan oleh penyair.

Sastra adalah suatu bentuk sistem tanda karya seni yang bermediakan

bahasa. Sastra hadir untuk dibaca dan dinikmati serta dimanfaatkan untuk

mengembangkan wawasan kehidupan. Sayuti (2002: 3) menyatakan bahwa

apresiasi sastra adalah upaya memahami karya sastra, yaitu upaya agar dapat

mengerti sebuah karya sastra yang dibaca, baik fiksi maupun puisi, mengerti

maknanya, baik yang internasional maupun yang aktual dan mengerti seluk

beluk strukturnya.

Sementara Waluyo (2002: 44) mendefinisikan apresiasi sastra sebagai

penghargaan atas karya sastra hasil pengenalan, memahaman, penafsiran,

penghayatan, penikmatan atas karya sastra tersebut yang didukung atas

kepekaan batin terhadap nilai yang terkandung dalam karya tersebut.Dari

beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra adalah

menggauli cipta sastra dengan sungguh-sungguh sehingga timbul pengertian,

penghargaan, kepekaan, pikiran kritis, dan kepekaan perasaan yang baik

terhadap cipta sastra.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

9

b. Pembelajaran Apresiasi Sastra

Pembelajaran apresiasi cerpen diarahkan pada proses perolehan dan

pengenalan apresiasi cerpen agar siswa mampu menikmati dan memanfaatkan

karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan

kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa. Hal

ini berdasarkan pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

SMA khususnya pembelajaran apresiasi sastra. Cerpen diharapkan dapat

memenuhi tuntutan kurikulum tersebut, serta siswa mampu mengapresiasi

cerpen tersebut melalui unsur-unsur intrinsiknya.

Memahami unsur intrinsik cerpen merupakan salah satu materi

pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA. Oleh karena itu, untuk mencapai

standar kompetensi yang diharapkan perlu disampaikan dengan metode dan

media yang tepat. Pada dasarnya, pembelajaran bukan sekadar kegiatan

transfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Dalam pembelajaran, konteks

diciptakan secara nyata sehingga siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan

tetapi pengalaman dan keterampilan.

Hasibuan (Gino, dkk., 2002: 32) memberikan batasan pengetahuan,

yaitu usaha sadar guru untuk membuat siswa belajar dengan mengaktifkan

faktor intern dan ekstern dalam belajar. Faktor intern yang dimaksud di sini

meliputi minat, perhatian, motivasi, dan lain-lain. Faktor ekstern yang

berpengaruh meliputi keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Menurut Usman (Mulyaningsih 2007: 32), pembelajaran merupakan

suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas

dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu. Menurut Brown (Mulyaningsih, 2007: 31)

pembelajaran juga dapat diartikan pemerolehan pengetahuan tentang suatu

hal atau keterampilan melalui belajar pengalaman. Mengacu pada uraian di

atas, dapat dikatakan bahwa pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu

proses interaksi antara siswa dan lingkungannya. Interaksi tersebut difasilitasi

oleh guru yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku ke arah yang

lebih baik sehingga dapat mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

10

sebelumnya. Perubahan yang terjadi karena proses pembelajaran. Interaksi

antarkomponen merupakan faktor penting dalam keberhasilan suatu proses

belajar mengajar. Oleh karena itu, kerjasama antara guru dan siswa sangat

diperlukan demi kelancaran kegiatan belajar mengajar. Selain itu, kesesuaian

metode dalam proses belajar mengajar juga sangat berpengaruh dalam

menentukan tercapai atau tidaknya tujuan belajar pembelajaran yang

dilakukan di dalam kelas.

Hakikat pembelajaran sastra haruslah memampukan siswa menemukan

hubungan antara pengalaman dengan cipta sastra yang bersangkutan (Gani,

1988: 14). Dalam hal ini siswa diharapkan mampu menemukan hubungan

antara pengalaman batinnya dengan esensi cipta sastra yang dipelajari. Oleh

karena itu, siswa belajar sastra harus dihadapkan pada karya sastra yang

bersangkutan agar siswa dapat berkomunikasi, bergaul langsung dengan

karya sastra tersebut. Kegiatan yang demikian itu dinamakan kegiatan

mengapresiasi sastra. Pendapat lain mengenai pembelajaran sastra

dikemukakan oleh Moody (Sriyono, 2007: 45) bahwa:

Sastra harus dapat memberikan sumbangan untuk pendidikan secara utuh hal tersebut sesuai dengan tujuan karya sastra kepada pembaca. Sumbangan tersebut dapat secara utuh jika mencangkup empat manfaat, yaitu untuk menunjang keterampilan berbahasa (skill), meningkatkan pengetahuan sosial budaya (knowledge), mengembangkan rasa karsa (development), membentuk watak (character).

Mengikutsertakan pembelajaran sastra dalam kurikulum berarti

membekali siswa untuk berlatih menyimak, membaca, berbicara, maupun

menulis. Dengan membaca maupun menyimak karya sastra dapat menambah

pengetahuan sosial budaya karena di dalam karya sastra mengandung ajaran

tentang berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan tugas pembelajaran

sastra utama, yaitu memperkenalkan anak didik dengan sederetan kemajuan

yang dicapai manusia di seluruh dunia tanpa merusak kebanggaan terhadap

kebudayaannya sendiri.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

11

2. Hakikat Kemampuan Memahami Unsur Intrinsik Cerpen

a. Hakikat Kemampuan Memahami Cerpen

Berkaitan dengan pengertian cerpen, Syathariah (2011: 17) berpendapat

bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen

dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, peristiwa yang

mengharukan atau menyenangkan, dan mengandung kesan yang tidak mudah

dilupakan. Pendapat tersebut dapat dikaitkan dengan pendapat dari

Kurniawan dan Sutardi (2012: 59) bahwa cerpen adalah rangkaian peristiwa

yang terjalin menjadi satu yang di dalamnya terjadi konflik antartokoh atau

dalam diri tokoh itu sendiri dalam latar dan alur. Peristiwa dalam cerita

berwujud hubungan antartokoh, tempat, dan waktu yang membentuk satu

kesatuan.

Cerita pendek atau lebih populer dengan akronim cerpen merupakan

bagian dari jenis prosa. Sebuah cerita tidak dilihat panjang pendeknya

halaman atau pun kata-kata yang dikandungnya (Widjojoko dan Endang,

2007: 37). Cerpen adalah fiksi pendek yang selesai dibaca sekali duduk.

Sementara itu, Sumardjo (2001: 184) berpendapat bahwa cerita pendek hanya

memiliki satu arti, satu krisis atau satu efek untuk pembacaannya. Pengarang

cerpen hanya ingin mengemukakan suatu hal secara tajam. Pandangan lain

mengenai panjang suatu cerpen disampaikan oleh Suharianto (Setiawati,

2015) bahwa:

Cerita pendek bukan ditentukan oleh banyaknya halaman untuk mewujudkan cerita tersebut atau sedikitnya tokoh yang terdapat dalam cerita itu, melainkan lebih disebabkan oleh ruang lingkup permasalahan yang ingin disampaikan oleh bentuk karya sastra tersebut. Jadi sebuah cerita yang pendek belum tentu digolongkan ke dalam jenis cerita pendek.

Berdasarkan pendapat dari para tokoh tersebut, dapat disimpulkan

bahwa cerpen merupakan suatu cerita tentang kejadian kecil dalam

kehidupan. Dengan demikian, cerita pendek adalah suatu cerita yang

melukiskan suatu peristiwa atau kejadian apa saja yang menyangkut

persoalan jiwa atau kehidupan manusia.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

12

Cerpen sebagai bagian dari prosa jelas berbeda dengan novel. Keduanya

mempunyai persamaan, yaitu dibangun oleh unsur intrinsik dan unsur

ekstrinsik yang sama. Nurgiyantoro (2002:12) menjelaskan karakteristik

yang menonjol pada cerpen sehingga tidak dapat disamakan dengan novel.

Cerpen merupakan cerita pendek yang dapat dibaca sekali duduk kira-kira

setengah hingga dua jam. Cerita yang disampaikan dalam cerpen biasanya

hanya menampilkan satu konflik saja, jadi tidak memerlukan waktu yang

lama untuk membacanya.

Cerpen menuntut penceritaan yang serba ringkas tidak sampai pada

detail-detai khusus yang kurang penting yang lebih bersifat memperpanjang

cerita (Nurgiyantoro, 2002: 13). Berbeda halnya dengan novel, penceritaan

dalam cerpen cenderung ringkas. Plot cerpen pada umumnya tunggal, hanya

terdiri dari satu urutan cerita yang diikuti sampai cerita berakhir. Karena

berplot tunggal, konflik yang akan dibangun dan klimaks biasanya bersifat

tunggal.

Cerpen biasanya hanya berisi satu tema, hal ini berkaitan dengan plot

yang juga tunggal dan pelaku yang terbatas (Nurgiyantoro, 2002: 15). Tokoh

dalam cerpen sangat terbatas. Cerpen tidak memerlukan rincian khusus

tentang keadaan latar, misalnya yang meyangkut keadaan tempat dan latar

sosial. Cerpen hanya memerlukan pelukisan secara garis besar saja asal telah

mampu memberikan suasana tertentu. Dunia fiksi yang ditampilkan cerpen

hanya menyangkut salah satu sisi kecil pengalaman kehidupan saja. Dengan

demikian, cerpen merupakan cerita yang ringkas, pendek baik dari segi unsur

pembangunnya maupun dari segi penceritaanya. Hal-hal tersebutlah yang

membedakan cerpen dengan karya sastra yang lain. Cerita pendek dilihat dari

karakteristiknya memiliki keistimewaan yang lebih daripada karya yang lain.

Hal tersebut menjadikan cerpen masih dipilih sebagai salah satu karya sastra

yang wajib dipelajari di sekolah.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

13

b. Unsur Intrinsik Cerpen

Berkaitan dengan unsur intrinsik cerpen, Nurgiyantoro (2002: 19)

berpendapat bahwa unsur intinsik adalah unsur yang secara langsung

membangun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro 2002:19). Cerita pendek

terdiri atas unsur-unsur intrinsik, antara lain: alur, tokoh dan penokohan, latar,

sudut pandang, gaya bahasa, tema serta amanat. Berikut ini pembahasan

masing-masing unsur.

1) Alur atau Plot

Pengertian alur dalam cerpen atau karya fiksi pada umumnya

adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa,

sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam

suatu cerita (Aminuddin, 2002: 83). Stanton (Nurgiyantoro, 2002: 113)

menyatakan bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun

tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang

satu disebabkan atau menyebabkan peristiwa yang lain.

Alur berkaitan dengan peristiwa-peristiwa yang dialami oleh tokoh

dalam cerita. Selanjutnya, Pujiharto (2012: 32) mengatakan bahwa setiap

karya pasti menyajikan cerita. Cerita itu terdiri atas peristiwa-peristiwa.

Peristiwa-peristiwa tersebut tidak semata-mata diajarkan begitu saja,

tetapi memiliki hubungan kausalitas antara satu dengan yang lain.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa alur atau plot yaitu

rangkaian peristiwa yang disusun pengarang melalui tahapan-tahapan

peristiwa sehingga terjalin suatu cerita yang masuk akal dan utuh yang

dihadirkan oleh pelaku cerita dengan memperhatikan hubungan sebab

akibat.

Perbedaan plot berdasarkan kriteria urutan waktu, yaitu plot lurus

atau progresif, plot sorot balik atau flash back, dan plot campuran

(Nurgiyantoro, 2002: 153). Sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro,

Waluyo (2011: 13) berpendapat bahwa pada prinsipnya ada tiga jenis

plot, yaitu: (1) plot garis lurus atau progresif, atau konvensional, (2) plot

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

14

flashback atau sorot balik atau regresif, (3) plot campuran, yaitu

pemakaian alur garis lurus dan flashback sekaligus dalam cerita.

Pembagian plot menurut Nugiantoro (2003: 149) dibagi menjadi

lima bagian. Kelima tahapan itu yaitu: tahap situasi (situation),

pemunculan konflik (generating circumstances), peningkatan konflik

(rising action), klimaks (climax), dan penyelesaian (denouement).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Suharianto (Setiawati, 2015) membagi

alur atau plot terdiri dari lima bagian, yaitu: pemaparan atau

pendahuluan, penggawatan, penanjakan, puncak atau klimaks, dan

peleraian. Dengan berdasar pada pendapat di atas, tahapan plot dapat

dibedakan menjadi lima tahapan, kelima tahapan itu adalah sebagai

berikut.

a) Tahap penyituasian

Tahap yang berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh-

tokoh cerita. Tahapan ini merupakan tahap pembukaan cerita, dan

pemberian informasi awal sehingga akan mempermudah pembaca

mengetahui jalinan cerita sesudahnya.

b) Tahap pemunculan konflik

Masalah-masalah yang menyulut terjadinya konflik mulai

dimunculkan. Jadi, dalam tahap ini merupakan tahap awal

munculnya konflik. Konflik itu sendiri akan berkembang dan

dikembangkan menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya.

c) Tahap peningkatan konflik

Konflik yang telah dimunculkan semakin berkembang. Peristiwa-

peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin mencekam dan

menegangkan.

d) Klimaks

Puncak cerita atau penggawatan, puncak dari kejadian-kejadian dan

merupakan jawaban dari semua problem atau konflik yang tidak

mungkin dapat meningkat ataumenjadi lebih ruwet lagi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

15

e) Penyelesaian

Konflik yang telah mencapai klimaks diberi penyelesaian,

ketegangan dikendorkan, konflik-konflik diberi jalan keluar, cerita

diakhiri.Tahapan ini merupakan tahap akhir.

Plot dalam sebuah karya fiksi pada umumnya mengandung tahapan

di atas, namun tempatnya tidaklah harus linear, runtut, dan kronologis

seperti pemaparan di atas. Dalam pengkajian plot dalam suatu karya

fiksi, perincian mana yang yang diikuti semuanya terserah pada orang

yang bersangkutan.

2) Latar

Pengertian latar menurut Suharianto (Setiawati: 2015) adalah

tempat terjadinya dan waktu terjadinya cerita itu. Abrams (Nurgiantoro,

2002: 206) latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tumpu,

menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan

sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan.

Latar dalam pengertian sederhana yaitu gambaran tentang tempat

dan waktu atau masa terjadinya cerita.Wardani (2009: 42) memberikan

pengertian setting secara sederhana dapat dinyatakan sebagai tempat,

waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam karya sastra. Setting

meliputi penggambaran lokasi geografis, perlengkapan rumah, kesibukan

sehari-hari, hari tertentu, bulan, tahun, lingkungan agama, moral

intelektual, dan sosial para tokoh.

Sementara itu, Pradopo (2008:178) berpendapat bahwa latar sebuah

karya sastra dipengaruhi oleh adat istiadat, norma-norma serta pandangan

hidup suatu masyarakat. Latar tidak hanya terbatas oleh tempat, tetapi

juga waktu dan suasana atau keadaan masyarakat dalam cerita tersebut.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar tidak hanya berupa

sesuatu yang menyangkut fisik, tetapi juga yang menyangkut nonfisik

dan juga bukan bersifat materi.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

16

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, unsur latar dapat dibedakan

menjadi tiga unsur pokok, yaitu: tempat, waktu, dan sosial-budaya. Latar

tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam

sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-

tempat dengan nama tertentu, inisial tertentu, mungkin lokasi tertentu

tanpa nama yang jelas (Nurgiyantoro, 2002: 314). Latar tempat

menunjukkan keterangan tempat peristiwa itu terjadi. Keterangan tempat

tersebut, misalnya: di rumah, di halaman, di kamar, dan lain-lain.

Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya

peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Menurut

Nurgiyantoro (2013: 318). Latar waktu dalam prosa dibedakan menjadi

dua, yaitu waktu cerita dan waktu pencerita.Waktu cerita adalah waktu

yang ada di dalam cerita atau lamanya cerita itu terjadi.Waktu pencerita

adalah waktu untuk menceritakan pencerita (Rokhmansyah, 2014: 38).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa latar waktu pada dasarnya

menunjukkan kapan terjadinya peristiwa itu terjadi. Keterangan waktu

tersebut misalnya: pagi hari, siang hari, malam hari, dan lain-lain.

Latar sosial menggambarkan kondisi atau situasi saat terjadinya

adegan atau konflik. Latar sosial mengarah pada hal-hal yang

berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang

diceritakan dalam cerita (Rokhmansyah, 2014: 39). Situasi saat

terjadinya konflik dapat berupa suasana gembira, sedih, tragis, tegang,

dan lainnya. Sedangakan perilaku sosial masyarakat dapat berupa

kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara

berpikir, dan bersikap. Latar sosial juga berkaitan dengan status sosial

tokoh yang bersangkutan, misalnya rendah, menengah, dan atas.

Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

latar bukan sekedar menunjukkan tempat kejadian dan kapan terjadinya

saja, namun juga harus memuat latar sosial yang dijadikan latar belakang

penceritaan oleh pengarang yang keberadaannya harus integral dengan

unsur lainnya dalam membangun keutuhan makna cerita.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

17

3) Tokoh dan Penokohan

Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu cerpen.

Sudjiman (Rokhmansyah, 2014: 34) tokoh adalah individu rekaan yang

mengalami peristiwa atau berlaku andil dalam berbagai peristiwa

cerita.Tokoh pada umumnya berwujud manusia, tetapi dapat juga

berwujud binatang atau benda mati. Selain itu, Brams (Nurgiyantoro,

2002: 165) berpendapat bahwa tokoh cerita merupakan orang-orang yang

ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas

moral dan kecenderungan-kecenderungan tertentu seperti yang

diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan.

Tokoh cerita adalah pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya

dalam cerita fiksi lewat alur, baik sebagai pelaku maupun penderita

berbagai peristiwa yang diceritakan (Nuryatin, 2010: 7). Berdasarkan

berbagai pendapat tersebut dikatakan bahwa tokoh cerita adalah individu

rekaan yang mempunyai watak dan perilaku tertentu sebagai pelaku yang

mengalami peristiwa dalam cerita.

Penokohan lebih luas pengertiannya daripada tokoh sebab ia

sekaligus mencakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakan,

dan bagaimana memberikan gambaran yang jelas kepada pembaca

(Nurgiyantoro, 2002: 166). Selanjutnya, Jones (Nurgiyantoro, 2002: 165)

penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang

ditampilkan dalam sebuah cerita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

dari Sudjiman (Rokhmansyah, 2014: 34) watak adalah kualitas nalar dan

jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian watak

tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan.

Sejalan dengan hal tersebut, Suharianto (Setiawati, 2015)

penokohan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan

lahirnya maupun batinnya yang dapat berupa, pandangan hidupnya,

sikapnya, keyakinannya, adat-istiadatnya, dan sebagainya. Berdasarkan

pengertian dari berbagai tokoh tersebut, dapat dikatakan bahwa

perwatakan adalah pelukisan karakteristik tokoh melalui sifat, sikap, dan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

18

tingkah laku yang lebih menunjukkan pada kualitas pribadi sesuai

penafsiran pembaca. Penokohan adalah penyajian watak tokoh dan

penciptaan citra tokoh.

Penggambaran perwatakan dalam prosa fiksi ata dua cara, yaitu

secara ekspositori dan secara dramatik (Nurgiyantoro, 2005: 194 ). Dapat

dikatakan bahwa penokohan dapat diwujudkan dengan cara langsung dan

tidak langsung. Secara langsung berarti pengarang secara langsung

mengungkapkan watak tokoh dalam ceritanya. Sedangkan secara tidak

langsung, pengarang hanya menampilkan pikiran-pikiran, ide-ide,

pandangan hidup, perbuatan, keadaan fisik, dan ucapan-ucapan dalam

sebuah cerita. Dengan demikian, penggambaran watak secara tidak

langsung pembacalah yang menyimpulkan watak tokoh dalam cerita

yang dibacakan.

4) Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara pandang pengarang menampilkan para

pelakudalam cerita yang dipaparkan (Aminuddin 2002:90). Selanjutnya,

Stanton (Rokhmansyah, 2014: 39) sudut pandang adalah posisi yang

menjadi pusat kesadaran tempat untuk memahami setiap peristiwa dalam

cerita. Sudut pandang yang digunakan oleh pengarang pada karya sastra

merupakan cara pandang untuk menceritakan cerita dalam karyanya.

Sudut pandang pada hakikatya merupakan strategi, teknik, dan siasat

yang secara sengaja dipilih pengarang untukmengemukakan gagasan

ceritanya.

Hal tersebut sejalan dengan pendapat dari Abrams (Nurgiyantoro,

2002: 245). Sudut pandang (point of fiew), menyaran pada cara sebuah

cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang

dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh,

tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam

sebuah karya fiksi kepada pembaca. Menurut Nurgiyantoro (2005: 256)

perbedaan sudut pandang berdasarkan bentuk persona tokoh cerita, yaitu

persona ketiga: “Dia” terdiri dari “Dia” mahatau dan “Dia” terbatas

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

19

“Dia” sebagai pengamat; persona pertama “Aku” terdiri dari “Aku”

tokoh utama dan “Aku” tokoh sampingan: serta sudut pandang

campuran.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sudut

pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara

sengaja dipilih pengarang untuk menyampaikan gagasan dalam ceritanya.

Segala sesuatu yang dikemukakan dalam karya fiksi memang milik

pengarang, pandangan hidup, dan tafsirannya terhadap kehidupan.

5) Gaya Bahasa

Gaya erat hubungannya dengan nada cerita. Gaya pemakaian

bahasa yang spesifik dari seorang pengarang. Stanton (Rokhmansyah,

2014: 39) menyatakan bahwa gaya adalah cara pengarang dalam

menggunakan bahasa. Selanjutnya, Aminuddin (2002:72) menyatakan

bahwa gaya adalah cara seorang pengarang mengungkapkan gagasannya

dalam wacana ilmiah dengan cara pengarang dalam kreasi cipta sastra,

dengan demikian akan menunjukkan adanya perbedaan meskipun dua

pengarang itu berangkat dari satu ide yang sama.

Menurut Abrams (Nurgiyantoro, 2002: 276) gaya bahasa adalah

cara ekspresi kebahasaan oleh pengarang. Gaya bahasa pada masing-

masing pengarang berbeda sehingga gaya bahasa masing-masing karya

sastra berbeda. Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

gaya adalah keterampilan pengarang dalam mengolah dan memilih

bahasa secara tepat dan sesuai dengan watak pikiran dan perasaan. Setiap

pengarang mempunyai gaya yang berbeda-beda dalam mengungkapkan

hasil karyanya.

6) Tema

Tema menurut Aminuddin (2002: 91) adalah ide atau gagasan atas

permasalahan yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga

sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang

diciptakannya. Hartoko dan Rahmanto (Nurgiyantoro, 2002: 68)

mengatakan bahwa tema merupakan gagasan dasar di dalam teks sebagai

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

20

struktur semantik dan yang menyangkut pesamaan-persamaan atau

perbedaan-perbedaan.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa tema berarti implikasi

yang perlu dari cerita keseluruhan, bukan bagian yang terpisah dari cerita

(Kenny dalam Pujiharto, 2012: 76). Selanjutnya, Suharianto (Setiawati,

2015).Tema adalah dasar cerita, yakni pokok permasalahan yang

mendominasi suatu karya sastra. Ia terasa dan mewarnai karya sastra

tersebut dari halaman pertama hingga halaman terakhir

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud tema adalah ide atau gagasan atau permasalahan yang

mendasari suatu cerita yang merupakan titik tolak pengarang dalam

menyusun cerita atau karya sastra. Tema memiliki generalisasi yang

umum, lebih luas, dan abstrak. Seorang pakar menyatakan bahwa tema

hendaknya memenuhi kriteria yaitu:

Tema hendaknya selalu mempertimbangkan berbagai detai menonjol dalam sebuah cerita, interpretasi yang dilakukan hendaknya tidak terpengaruh oleh berbagai detail cerita yang saling berkontradiksi, interpretasi yang dilakukan hendaknya tidak sepenuhnya tergantung bukti-bukti yang tidak secara jelas diutarakan (hanya disebut secara implisit), dan interpretasi yang dilakukan hendaknya didasarkan pada ujaran yang secara jelas terdapat dalam cerita bersangkutan (Pujiharto, 2012: 78)

Langkah-langkah di atas cenderung mirip proses mekanis. Oleh

karena itu, harus segera diingat bahwa proses mencari tema sama saja

dengan bertanya pada diri sendiri tentang alasan pengarang menulis

cerita tersebut. Cara paling efektif untuk mengamati tema sebuah cerpen

adalah dengan mengamati secara teliti setiap konflik yang ada di

dalamnya.

7) Amanat

Pengertian amanat menurut Aminuddin (2002: 22) adalah unsur

pendidikan, terutama pendidikan moral, yang ingin disampaikan oleh

pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya. Amanat

dapat disampaikan dengan cara tersirat dan tersurat. Tersirat artinya

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

21

pengarang tidak menyampaikan langsung melalui kalimat-kalimat, tetapi

melalui jalan nasib atau penghidupan pelakunya, sedangkan tersurat

berarti pengarang menyampaikan langsung pada pembaca melalui

kalimat, baik itu berbentuk keterangan pengarangnya atau dialog

pelakunya.

Sedangkan menurut Kosasih (2012: 41) amanat merupakan ajaran

moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada

pembaca melalui karya itu. Amanat tersirat di balik kata-kata yang

disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan, Selanjutnya,

Sudjiman (Rokhmansyah, 2014: 33) mengatakan bahwa amanat biasanya

memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis. Amanat dibuat

oleh pengarang dapat disebut juga pesan terselubung yang disampaikan

oleh pengarang

Sejalan dengan Sudjiman, Suharianto (Setiawati, 1982: 70)

menyatakan bahwa amanat adalah nilai-nilai yang ada dalam cerita karya

sastra selain berfungsi sebagai hiburan juga berfungsi sebagai sarana

pendidikan. Dengan kata lain, pengarang selain untuk menghibur

pembaca (penikmat) juga ingin mengajari pembaca. Ajaran yang ingin

disampaikan pengarang itu dinamakan amanat.

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa yang

dimaksud dengan amanat adalah pesan yang ingin disampaikan

pengarang kepada pembaca lewat karya sastra yang ditulisnya.Seorang

pengarang sadar atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat. Pembaca

diharapkan dapat teliti untuk mengungkapkan apa yang tersirat dari

cerpen tersebut.

c. Penilaian Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen

Penilaian menurut Brown (Nurgiyantoro (2013: 9) adalah sebuah cara

pengukuran pengetahuan, kemampuan, dan kinerja seseorang dalam suatu

ranah yang diberikan. Selanjutnya, menurut Groundlund (Jihad dan Abdul

(2012: 54) penilaian sebagai proses sistematik pengumpulan, penganalisisan,

dan penafsiran informasi untuk menentukan sejauh mana siswa mencapai

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

22

tujuan. Dengan demikian, inti dari penilaian adalah proses memberikan atau

menentukan hasil belajar tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.

Penilaian pembelajaran apresiasi sastra itu hendaknya mengandung tiga

komponen dasar, yaitu: kognisi, afeksi, dan keterampilan. Pada umumnya

dikenal bentuk penilaian prosedur, yang meliputi penilaian proses belajar dan

penilaian hasil belajar.

1) Penilaian Proses

Penilaian kualitas proses pembelajaran dimaksudkan untuk menilai

aktivitas siswa dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik dari

cerpen yang disimak. Untuk melakukan penilaian, terlebih dahulu harus

ditentukan aspek-aspek yang dinilai. Aspek yang dinilai dalam penilian

proses pembelajaran, yaitu aspek keaktifan siswa saat mengikuti

pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen.

Keaktifan adalah kegiatan atau aktivitas atau segala sesuatu yang

dilakukan atau kegiatan yang terjadi baik fisik maupun nonfisik

(Mulyono, 2001: 26). Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran tidak

hanya keterlibatan dalam bentuk fisik seperti duduk melingkar,

mengerjakan atau melakukan sesuatu, akan tetapi dapat juga dalam

bentuk proses analisis, analogi, komparasi, penghayatan, yang

kesemuanya merupakan keterlibatan siswa dalam hal praktis dan emosi

(Sugandi, 2007: 75). Dari pengertian-pengertian tersebut dapat

disimpulkan bahwa siswa aktif adalah siswa yang terlibat secara terus

menerus baik secara fisik, psikis, intelektual, maupun emosional dalam

proses pembelajaran.

Penilaian keaktifan siswa terdiri dari enam indikator, yaitu:

1)mengajukan pertanyaan dan mengemukakan ide atau gagasan,

2)memperhatikan penjelasan guru, 3) menyimak pembacaan cerpen,

4)mencatat materi yang dijelaskan guru, 5) aktif saat berdiskusi dengan

teman satu kelompok, dan 6) aktif dalam melaksanakan tunamen.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

23

Tabel 1. Tabel Penilaian Keaktifan Siswa

No Nama Indikator Nilai Ket

1 2 3 4 5 61.

2.

3.

Jumlah

Keterangan Indikator

1 : Mengajukan pertanyaan dan mengemukakan ide/gagasan

2. : Memperhatikan penjelasan guru

3 : Menyimak pembacaan cerpen

4 : Mencatat materi yang dijelaskan guru

5 : Aktif saat berdiskusi dengan teman satu kelompok

6 : Aktif dalam melaksanakan tunamen

Kriteria Penilaian

a) Mengajukan pertanyaan

5 = mengajukan pertanyaan dan mengemukakan ide/gagasan dengan

luas dan mendalam sesuai data

4 = mengajukan pertanyaan dengan tidak terlalu luas namun sesuai

data

3 = mengajukan pertanyaan dengan luas dan kurang sesuai dengan

data

2 = mengajukan pertanyaan secara singkat dan tidak sesuai data

1 = tidak mengajukan pertanyaan maupun mengemukakan ide/

gagasan

b) Memperhatikan penjelasan guru

5 = memperhatikan penjelasan guru dengan baik tanpa melakukan

kegiatan lain.

4 = memperhatikan penjelasan guru dengan kurang fokus

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

24

3 = memperhatikan penjelasan guru dengan melakukan kegiatan lain

1 = lebih banyak melakukan kegiatan lain daripada memperhatikan

penjelasan guru

1 = sama sekali tidak memperhatikan penjelasan guru

c) Menyimak pembacaan cerpen

5 = menyimak pembacaan cerpen dengan baik tanpa melakukan

kegiatan lain

4 = menyimak cerpen dengan kurang fokus

3 = menyimak penjelasan guru dengan melakukan kegiatan lain

2 = lebih banyak melakukan kegiatan lain daripada menyimak

cerpen

1 = sama sekali tidak menyimak cerpen

d) Mencatat materi yang dijelaskan guru

5 = mencatat seluruh materi yang diterangkan

4 = mencatat poin-poin penting dari seluruh materi

3 = mencatat setengah dari materi yang diterangkan

2 = mencatat kurang dari setengah materi

1 = tidak mencatat sama sekali

e) Aktif dalam diskusi kelompok

5 = ikut aktif berdiskusi dan ikut menyalurkan ide yang dimiliki serta

aktif dalam mencari unsur intrinsik cerpen

4 = ikut aktif berdiskusi dan ikut menyalurkan ide tetapi tidak aktif

dalam mencari unsur intrinsik cerpen

3 = ikut aktif berdiskusi tetapi tidak memberikan ide

2 = tidak terlalu aktif dalam diskusi tidak memberikan ide dan

mencari unsur intrinsik cerpen

1 = sama sekali tidak aktif dalam berdiskusi dan tidak turut

menyalurkan ide mapun membantu mencari unsur intrinsik

cerpen

f) Aktif dalam menjelaskan hasil diskusi kelompok

5 = sangat aktif dalam turnamen dan menjawab soal turnamen

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

25

dengan mandiri dan tepat

4 = aktif dalam turnamen, menjawab soal dengan mandiri namun

menjawab soal dengan kurang tepat

3 = aktif dalam turnamen tetapi tidak menjawab dengan mandiri dan

tepat

2 = aktif dalam turnamen tidak menjawab soal dengan mandiri dan

jawaban kurang tepat

1 = tidak aktif dalam turnamen tidak menjawab soal dengan mandiri

dan kurang tepat

Tiap aspek penilaian memiliki skor maksimal 5. Jumlah skor

maksimal enam aspek penilaian adalah (5x6=30). Nilai diperoleh dengan

cara:

Nilai rata-rata = ( )

Diadaptasi dari Suwandi (2008: 134-142)

Keterangan nilai rata-rata skor masing-masing aspek

0,01-1,49 : sangat kurang

1,50-2,49 : kurang

2,50-3,49 : sedang

3,50-4,49 : baik

4,50-5,00 : sangat baik

Keterangan jumlah skor

0-6 : sangat kurang

7-12 : kurang

13-18 : sedang

19-24 : baik

25-30 : sangat baik

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

26

2) Penilaian Hasil

Selaian penilian proses, penilian yang dilakukan dalam

pembelajaran memahami unsur intrinsik dari cerpen yang disimak yaitu

dengan penilaian hasil. Tes formatif dimaksudkan sebagai tes yang

digunakan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah

mengikuti proses belajar mengajar. Menurut Purwanto (2009: 67-68) tes

formatif diujikan untuk mengetahui sejauh mana proses belajar mengajar

dalam satu program telah membentuk siswa dalam perilaku yang menjadi

tujuan pembelajaran program tersebut. Tes formatif dalam praktik

pembelajaran dikenal sebagai ulangan harian.

Tes formatif tersebut adalah sebagai alat penilaian dalam

memahami unsur intrinsik cerpen siswa. Tes formatif ini digunakan

untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti

proses belajar mengajar mengenai materi mengidentifikasi unsur intrinsik

cerpen. Prosedur penilaiannya adalah ketika proses pembelajaran

menggunakan metode TGT (Teams Games Tornament) dengan media

audio sudah selesai dilaksanakan, siswa kembali ke tempat duduk

masing-masing dan guru memberikan tes objektif bentuk soal jawab

singkat berjumlah 10 soal untuk dikerjakan. Menurut Sudjana (2014: 44)

bentuk soal jawab singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban

dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau symbol, dan jawabannya

hanya dapat dinilai benar atau salah.

Penskoran bentuk jawab singkat, skor hanya dimungkinkan

menggunakan dua kategori, yaitu benar dan salah.Untuk setiap kata kunci

yang benar diberi skor satu (1) dan untuk kata kunci yang dijawan salah

atau tidak benar diberi skol nol (0).Sehingga penilaian dapat dirumuskan

sebagai berikut ini.

Nilai = × 100

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

27

Hasil tes kemampuam memahami unsur intrinsik cerpen

dinyatakan tuntas apabila siswa memperoleh nilai di atas KKM yaitu

sebesar 75. Sebaliknya, siswa yang belum mencapai nilai 75 tergolong

siswa yang belum mencapai KKM atau belum tuntas.

d. Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik dari Cerpen di SMA

Mengikutsertakan pembelajaran apresiasi sastra dalam kurikulum

berarti membekali siswa untuk berlatih menyimak, membaca, berbicara,

maupun menulis.Dengan membaca maupun menyimak karya sastra dapat

menambah pengetahuan sosial budaya karena didalam karya sastra

mengandung ajaran tentang berbagai ilmu pengetahuan. Hal ini sesuai dengan

tugas pembelajaran sastra utama, yaitu memperkenalkan anak didik dengan

sederetan kemajuan yang dicapai manusia di seluruh dunia tanpa merusak

kebanggaan terhadap kebudayaannya sendiri.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Sekolah

Menengah Atas (SMA) kelas XI terdapat pembelajaran apresiasi sastra. Salah

satunya yaitu menganalisis unsur intrinik cerpen. Hal tersebut dapat dilihat

dalam Standar Kompetensi (SK) memahami pembacaan cerpen dan

Kompetensi Dasar (KD) mengidentifikasikan alur, penokohan, dan latar

dalam cerpen yang dibacakan.

Setidaknya ada beberapa fenomena yang dapat dijadikan alasan

mengapa cerpen mempunyai beberapa kekhususan yang menguntungkan

untuk dijadikan pengajaran sastra di sekolah sebagai berikut ini.

a. Pada umumnya cerpen memiliki bentuk yang relatif lebih singkat

dibandingkan dengan bentuk novel dan drama.

b. Sesuai dengan semangat zaman yang tidak memungkinkan lagi orang

untuk berlama-lama menikmati suatu cerita, cerpen cocok dengan minat

masyarakat dan juga para remaja karena cerpen dapat dibaca pada waktu

yang singkat bahkan di sela-sela kesibukan.

c. Cerpen memiliki keanekaragaman topik yang mencerminkan

keanekaragaman kehidupan.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

28

d. Dalam proses belajar-mengajar cerpen lebih memungkinkan

pengembangan pikiran kritis dan kreatif (Sarwadi: 97).

Pembelajaran memahami unsur intrinsik dari cerpen yang disimak di

Sekolah Menengah Atas masih banyak mengalami problematika. Menurut

Toha (Sarumpaet, 2002: 16-18) permasalah tersebut yaitu, alokasi waktu

dalam pengajaran sastra sebaiknya ditambah agar para pengajar dan siswa

memiliki keleluasaan untuk mengembangkan pemahaman mengenai sastra

lebih lanjut. Selain itu, sekolah harus menyediakan buku-buku sastra yang

diperlukan di perpustakaan.

Guru tidak memberikan tes kemampuan menyimak cerpen kepada

siswa. Pelaksanaan pembelajaran bahasa di sekolah, khususnya bahasa

Indonesia, pembelajaran tes menyimak tampak kurang mendapat perhatian

sebagaimana halnya kompetensi berbahasa yang lain (Nurgiyantoro, 2013:

353). Belum tentu semua guru bahasa secara khusus membelajarkan dan

sekaligus menguji kemampuan menyimak peserta didik dalam satu periode

tertentu walaupun sebenarnya kemampuan itu sangat diperlukan untuk

mengetahui pelajaran sebagai mata pelajaran. Hal tersebut mungkin

disebabkan guru beranggapan bahasa lisan, atau karena menyusun dan

mempersiapkan tes kompetensi menyimak memang tidak semudah dan

sesederhana seperti halnya tes-tes kompetensi lain. Tegasnya, tes kempetensi

menyimak memerlukan persiapan dan sarana yang telah khusus.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Setiawati tahun 2015 dengan judul “Peningkatan Motivasi dan

Kemampuan Mengidentifikasikan Unsur Intrinsik Cerpen dengan

Menggunakan Metode Pembelajaran Jigsaw pada Siswa Kelas VII SMP Al-

Irsyad Tawangmangu”. Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dengan

penelitian yang dilakukan saat ini, yaitu dalam variabel mengidentifikasi

unsur intrinsik cerpen.Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan

kualitas proses dan hasil pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik

cerita pendekdengan metode Jigsaw pada siswa kelas VII SMP Al-Irsyad

TawangmanguKaranganyar. Hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

29

peningkatan kualitas proses pembelajaran, yang meliputi: (1) Peningkatan

kualitas tersebut ditandai dengan meningkatnya: jumlah siswa yang

menyimak pembacaan cerpen dan jumlah siswa yang aktif ketikadiskusi

kelompok serta (2) Peningkatan kualitas hasil pembelajaran ditandai dengan

meningkatnya ketuntasan belajar siswa. Kesimpulannya adalah metode

Jigsaw efektif diterapkan dalam pembelajaran mengidentifikasi unsur-unsur

intrinsik cerpen.

Penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian

yang dilakukan oleh Nafisah dengan judul “Peningkatan Pemahaman Unsur

Intrinsik pada Cerpen Melalui Metode Kooperatif Tipe Student Teams

Achievement Division (STAD)”. Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk;

(1) mengetahui penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pemahaman

unsur intrinsik dalam cerpen, (2) mengetahui tanggapan siswa terhadap

penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam pemahaman unsur intrinsik

dalam cerpen. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pemahaman awal siswa

terhadap cerpen dan unsur intrinsiknya cukup baik, namun masih ada

sebagian siswa yang mendapat nilai di bawah KKM, namun setelah guru

menjelaskan materi unsur intrinsik cerpen melalui metode kooperatif tipe

STAD terdapat peningkatan rata-rata nilai siswa.

3. Hakikat Media Audio

a. Pengertian Media

Pengertian Media menurut Miarso (Indriana, 2011: 14) adalah segala

sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan yang dapat

merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

Hamalik (Syukur, 2005: 125) mendefinisikan media sebagai teknik yang

digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi antara guru dan

murid dalam proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah.

Sejalan dengan pendapat di atas, Musfiqon (2012: 28) berpendapat

bahwa media pembelajaran dapat didefinisikan sebagai alat bantu berupa

fisik maupun nonfisik yang sengaja digunakan sebagai perantara antara guru

dan siswa dalam memahami materi pembelajaran agar lebih efektif dan

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

30

efisien. Sehingga materi pembelajaran lebih cepat diterima siswa dengan

utuh dan menarik minat siswa untuk belajar lebih lanjut. Dari beberapa

pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah

sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai perantara dalam proses

pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan efisiensi serta minat dan

motifasi dalam mencapai tujuan pembelajaran.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi media pembelajaran menurut Sanaky (2009: 6) yaitu untuk:

menghadirkan obyek sebenarnya dan obyek yang langka; membuat duplikasi

dari obyek yang sebenarnya; mengatasi hambatan waktu, tempat, jumlah, dan

jarak; menyajikan ulang informasi secara konsisten, dan memberi susasana

belajar yang tidak tertekan, santai, dan menarik, sehingga dapat mencapai

tujuan pembelajaran. Selanjutnya, Agus (Syukur, 2005: 125) menyatakan

bahwa media pembelajaran berfungsi untuk: membantu memudahkan belajar

bagi siswa dan juga memudahkan proses pembelajaran bagi guru;

memberikan pengalaman lebih nyata; menarik perhatian siswa lebih besar;

semua indera siswa dapat diaktifkan; dan dapat membangkitkan dunia teori

dengan realitanya.

Sejalan dengan pendapat di atas, Hamalik (Arsyad, 2006: 15)

menyatakan bahwa:

Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologi terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran pada tahap orientasi pembelajaran akan sangat membantu keaktifan proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat itu.

Berbagai paparan di atas menunjukkan bahwa fungsi media

pembelajaran cukup luas dan banyak. Namun, secara lebih rinci dan utuh

media pembelajaran berfungsi untuk:

1) meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran;

2) meningkatkan gairah belajar siswa;

3) meningkatkan minat dan motivasi belajar;

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

31

4) menjadikan siswa berinteraksi langsung dengan kenyataan;

5) mengefektifkan proses komunikasi dalam pembelajaran; dan

6) meningkatkan kualitas pembelajaran.

c. Pemilihan Media Pembelajaran

Pemilihan media pembelajaran menurut Munadi (2010: 187) harus

memenuhi kriteria-kriteria yang menjadi fokus pemilihan media, yaitu:

karakteristik siswa, tujuan belajar, sifat bahan ajar, pengadaan media, dan

sifat pemanfaatan media. Berdasar pada pendapat tersebut, yang menjadi

fokus pemilihan media dapat dijabarkan sebagai berikut.

1) Karakteristik Siswa

Karakteristik siswa adalah keseluruhan kemampuan yang ada

pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dan pengalamannya sehingga

menentukan pola aktivitas siswa. Setidaknya ada tiga hal yang

berkaitan dengan karakteristik siswa, yaitu: karakteristik atau keadaan

yang berkenaan dengan kemampuan awal, latar belakang lingkungan

hidup dan status sosial, serta perbedaan-perbedaan kepribadian.

2) Tujuan Belajar

Tujuan belajar secara umum diusahakan untuk mencapai:perolehan

pengetahuan, penanaman konsep dan keterampilan, serta pembentukan

sikap. Baik hasil belajar dari segi kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3) Sifat Bahan Ajar

Bahan ajar atau isi pelajaran memiliki keragaman dari sisi tugas

yang ingin dilakukan siswa.Tugas-tugas tersebut biasanya menuntut

adanya aktivitas yang dilakukan oleh para siswa.Setiap kategori

pembelajaran itu menuntut aktivitas atau perilaku yang berbeda-beda.

Dengan demilikan, akan mempengaruhi pemilihan media beserta teknik

pemanfaatannya.

4) Pengadaan Media

Dari segi pengadaannya media ada dua macan yaitu media jadi

dan media rancangan. Media jadi adalah media yang sudah menjadi

komoditi perdagangan. Sedangkan media rancangan adalah media yang

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

32

dirancang secara khusus untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran

tertentu.

5) Sifat Pemanfaatan Media

Dilihat dari sifat pemanfaatannya, media pembelajaran dibagi

menjai dua, yaitu media primer dan sekunder. Media primer yakni

media yang diperlukan atau hanya digunakan guru untuk membantu

siswa dalam proses pembelajaran. Sedangkan Media sekunder ini

bertujuan untuk memberikan pengayaan materi.Kedua macam media

tersebut, tentunya tidak cukup hanya memiliki kesesuaian dengan

tujuan, materi, dan karakteristik saja, tetapi juga memerlukan sejumlah

keahlian dan pengalaman profesionali guru.

d. Pengertian Media Audio

Berkaitan dengan pengertian media audio, Kustandi dan Sutjipto (2011:

57) menyatakan bahwa media audio berkaitan dengan indera pendengaran.

Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang auditif, baik

verbal maupun nonverbal. Sejalan dengan pendapat Kustandi dan Sutjipto,

Asyhar (2012: 130) berpendapat bahwa media audio adalah media yang

penyampaian pesannya hanya dapat diterima oleh indera pendengaran. Pesan

atau informasi yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-

lambang auditif, berupa kata-kata, musik, dan efek suara (sound effect).

Dalam kaitannya audio sebagai media pembelajaran, maka suara-suara

atau bunyi direkam dengan menggunakan alat perekam suara, kemudian

diperdengarkan kembali kepada peserta didik dengan sebuah alat pemutar

(Daryanto, 2013: 38). Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa media audio adalah media penyajian pengajaran atau

pengetahuan melalui indera pendengaran melalui lambang-lambang auditif.

e. Kelebihan dan Kekurangan Media Audio

Kelebihan dari media audio menurut Anitah (2009: 40) yaitu tidak

begitu mahal untuk kegiatan pembelajaran, dapat digunakan untuk

pembelajaran kelompok maupun individual, media audio dapat membawakan

pesan verbal yang lebih dramatis daripada media cetak, dengan sedikit

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

33

imaginasi guru program audio dapat bervariasi. Selanjutnya, Sanaky (2009:

93) berpendapat bahwa kelebihan dari media audio yaitu dapat memotivasi

suasana belajar karena dapat dilengkapi dengan unsur musik serta praktis

peggunaannya terutama sifatnya yang mudah digunakan dan dapat diputar

secara berulang-ulang sesuai dengan kenginan.

Kekurangan dari media audio menurut Anitah (2009: 40) yaitu: tanpa

ada penyaji yang bertatap muka langsung dengan pebelajar, beberapa diantara

pebelajar kurang memperhatikan penyajian itu, pengembangan program audio

yang baik akan banyak menyita waktu, serta tidak dapat diperoleh balikan

secara langsung karena hanya ada satu jalur penyampaian informasi.

Selanjutnya, menurut Sanaky (2009: 93) kekurangan dari media audio yaitu

kurang efektif untuk materi pelajaran yang mempunyai kadar kesukaran

tinggi, seperti: matematika, kimia, dan fisika serta audio kaset lebih mudah

menciptakan suasana jenuh dan membosankan.

Berdasarkan pendapat tersebut, kelebihan dari media audio yaitu dapat

memotivasi siswa karena dengan media audio dapat dilengkapi dengan unsur

musik dan efek-efek suara pendukung lain sehingga dapat menimbulkan

unsur-unsur dramatik. Dilihat dari segi guru, penggunaannya dapat diputar

secara berulang-ulang sesuai dengan keinginan sehingga media audio ini

tidak begitu mahal untuk kegiatan pembelajaran.

Disisi lain, penggunaan media audio yang diputar secara berulang-ulang

akan terdengar hal-hal yang sama. Hal ini dapat menimbulkan kebosanan.

Untuk penyajian media audio yang baik pula dibutuhkan waktu dan proses

yang cukup lama. Baik dari proses awal perekaman materi, proses perbaikan

dan pemberian efek-efek pendukung, dan sebagainya.

Sayangnya, penerapan media audio ini tidak cocok untuk mata

pelajaran dengan kadar kesukaran tinggi, misalnya kimia, fisika, matematika,

dan lain-lain. Media ini cocok untuk pembelajaran dengan unsur teks atau

wacana. Misalnya mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa

Jawa. Selain itu, penyajian dalam media audio hanya menggunakan satu jalur

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

34

informasi, sehingga beberapa diantara pebelajar kurang memperhatikan

penyajian itu.

f. Kriteria Media Pembelajaran Audio

Media audio memiliki karakteristik yang cocok digunakan dalam

pembelajaran materi yang memerlukan pendengaran dan daya imajinasi

(Asyhar, 2012: 135). Sejalan dengan pendapat tersebut, Daryanto (2013: 39)

menyatakan bahwa media ini sangat cocok untuk menyampaikan materi-

materi pembelajaran yang erat kaitannya dengan masalah cerita dan bunyi.

Selain media ini juga sangat cocok untuk mengembangkan daya imaginasi

peserta didik.

Berdasarkan hasil penelitian dari Zhang (2006) terdapat kriteria dari

media audio, yaitu sebagai berikut:

Similar to the management of graphics, audio files should be used only when they are in relation to the instruction content, complementing the information displayed, and supporting the presentation. In addition, when used, audio should offer students the flexibility to pause, repeat, and continue the sound recording at any time so that they can reflect on important information or go over unclear instruction.

Serupa dengan pengolahan grafis, file audio harus digunakan hanya

ketika berkaitan dengan konten intruksi, melengkapi informasi yang

ditampilkan, dan mendukung presentasi. Selain itu, ketika digunakan, audio

yang disajikan kepada siswa-siswa harus fleksibel untuk penggunaan jeda,

mengulang, dan melanjutkan rekaman suara setiap saat sehingga mereka

dapat merefleksikan informasi penting atau memecahkan intruksi yang tidak

jelas (Li Zhang, 2006).

Media audio hanya mengandalkan suara dalam penyampaian pesan atau

informasi, maka media audio harus dibuat semenarik mungkin.Pesan atau

informasi lebih jelas, dan dapat meningkatkan daya imajinasi siswa.

Keterampilan mengemas materi dalam media audio juga akan mampu

menciptakan suatu pembelajaran yang lebih efektif dibandingkan

pembelajaran konvensional yang hanya menggunakan media papan tulis.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

35

Untuk membuat sebuah media audio yang menarik, perlu dipahami

bagian atau elemen-elemen yang dapat diolah dan dieksplorasi, yaitu unsur

kata, unsur musik, unsur suara (Asyhar, 2012: 135).Unsur kata merupakan

elemen utama dalam percakapan yang diucapkan oleh pemain secara teratur

dan bermakna. Beberapa hal yang dapat dieksplorasi untuk memperindah

sebuah media audio, penghayatan dalam pengucapan, intonasi, artikulasi,

pilihan kata(diksi), dan lain-lain.

Unsur musik dapat diarikan secara umum merupakan perpaduan bunyi

yang membuat arti dan nilai artistik yang tinggi. Musik dapat membuat

sebuah media lebih menarik. Dalam media audio, musik dapat dimanfaatkan

untuk beberapa hal, yaitu: menciptakan suasana, misalnya suasana sedih,

gembira, lucu, tegang, dan lain-lain; melatarbelakangi sebuah adegan;

memberi tekanan sebuah adegan, misalnya terkejut, marah, dan lain-lain;

danmenguatkan latar (setting), misalnya adegan dalam istana kerajaan

Mataram digunakan musik gending jawa.

Efek suara penting pada media audio karena media ini tidak dapat

dilihat hanya bisa didengar. Melalui efek suara dapat menimbulkan imajinasi

atau memberikan gambaran suasana atau latar, baik waktu, tempat, maupun

suatu kegiatan atau peristiwa yang terjadi. Ketiga unsur tersebut saling terkait

satu sama lain. Apabila ketiga unsur tersebut terpenuhi dengan baik maka

akan membentuk media audio yang baik.

g. Alat Penyimpanan Audio

Alat penyimpanan audio dapat dibagai menjadi beberapa jenis alat

penyimpanan file audio, yaitu: CD dan DVD, MP3, Audio digital (WAV),

serta Radio atau Radio Streaming (Daryanto, 2013: 41). CD (Compact Disc)

dan juga DVD (Digital Compact Disc) adalah sebuah media penyimpanan

file audio yang dibuat untuk merangkap sistem penyimpanannnya. Selain

ramping, keduanya memiliki kemampuan menyimpan file yang lebih banyak

jika dibandingkan dengan kaset.

MP3 merupakan salah satu bentuk atau format penyimpanan file audio

digital yang paling populer. MP3 adalah format audio file yang banyak

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

36

diminati oleh para pengguna Komputer karena disamping kualitas yang

dihasilkan baik, file ini juga tidak memerlukan tempat penyimpanan yang

besar (Asyhar, 2012: 145). Disamping ukuran filenya yang lebih kecil, MP3

juga memberikan kualitas suara yang lebih bagus jika dibandingkan dengan

CD audio. Alat untuk memutar MP3 adalah MP3 player.

Audio digital atau WAV(waveform) merupakan salah satu format

penyimpanan file audio yang dirancang dan dikembangkan oleh Microsoft

dan IBM. Perangkat yang diperlukan untuk memutar WAV adalah iPod

(Asyhar, 2012: 145). WAV merupakan dasar dari format audio file yang

memiliki kualitas suara terbaik, hanya saja file ini membutuhkan tempat

penyimpanan yang besar.

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi

(ICT) yang berbasis radio, disamping siaran radio yang sifatnya konvensional

seperti yang selama ini kita kenal dan dengarkan sehari-hari, kini berkembang

radio maupun audio streaming. Kalau dalam radio konvensional materi

pembelajaran dipancarkan melalui stasiun pemancar radio dan kita tangkap

dengan menggunakan pesawat radio, maka dalam radio streaming materi

pembelajaran ditembakkan ke dunia maya (internet).

Dari berbagai macam alat penyimpanan media audio tersebut, pemilihan

alat penyimpanan media audio juga harus dipilih dengan tepat. Pemilihan alat

penyimpanan media audio disesuaikan dengan file audio yang digunakan

berkaitan dengan ukuran audio maupun keefektifan dari alat penyimpanan

tersebut.

Penelitian lain yang relavan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Wicaksono pada tahun 2007 dengan judul “Peningkatan

Kualitas Pembelajaran Apresiasi Cerita Pendek dengan Media Audio

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas XI IA 2 SMA Batik 1 Surakarta

Tahun Ajaran 2006/2007)”. Terdapat variabel yang sama dalam penelitian ini

yaitu media audio. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

terdapat peningkatan kualitas pembelajaran baik proses dan hasil

pembelajaran apresiasi cerita pendek dengan media audio. Peningkatan

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

37

kualitas proses terefleksi dari meningkatnya keaktifan siswa selama apersepsi

dan selama mengikuti pembelajaran serta meningkatnya keberanian siswa

untuk mengemukakan hasil pekerjaannya dalam forum diskusi. Peningkatan

kualitas hasil dapat dilihat dari nilai siswa dalam mengerjakan tugas dari guru

yang terus-menerus mengalami peningkatan pada tiap siklus.

4. Hakikat Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Game

Tournament )

a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Berkaitan dengan pengertian pembelajaran kooperatif, Sural dan Hans

(Isjoni, 2007: 12) menyakatan bahwa pembelajaran kooperatif (Cooperative

learning) merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang

khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja

sama selama proses pembelajaran.Selain itu, Slavin (Isjoni, 2007: 12).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa

belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang

anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.

Menurut hasil penelitian dari Wichadee dan Wiwad (2012) bahwa

model pembelajaran Cooperative Learning adalah, sebagai berikut:

Cooperation is not assigning a job to a group of students where one student does all the work and the others put their names on the paper. It is not having students sit side by side at the same table to talk with each other as they do their individual assignments as well. It is not having students do a task individually with instructions that the ones who finish first are to help the slower students. On the contrary, cooperative learning is a teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of asubject. Each member of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping teammates learn, thus creating an atmosphere of achievement.

Pembelajaran kooperatif adalah strategi pengajaran di mana tim kecil,

masing-masing dengan siswa dari berbagai tingkat kemampuan,

menggunakan berbagai aktivitas belajar untuk meningkatkan pemahaman

mereka tentang sebuah subyek. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

38

hanya untuk belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan

belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi (Wichadee dan Wiwad, 2012).

Pendapat tersebut susuai dengan pendapat dari Nurulhayati (Majid,

2013: 175) bahwa pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang

melibatkan partisipasi siswa dalam suatu kelompok kecil untuk saling

berinteraksi. Dalam sistem belajar kooperatif, siswa belajar kerjasama dengan

anggota lainnya. Selanjutnya, Paker (Huda, 2011: 29) mendefinisikan

kelompok kecil kooperatif sebagai sarana pembelajaran di mana siswa saling

berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas

akademik demi mencapai tujuan bersama. Dari beberapa metode

pembelajaran yang banyak diteliti dan paling sering digunakan Slavin (Huda,

2011: 114) membagi metode-metode tersebut dalam tiga kategori yaitu:

Pertama, metode-metode Student Teams Learning, yang terdiri dari: Student Team-Achievement Division (STAD), Teams Games Tournaments (TGT),dan Jigsaw II (JIG II). Kedua, metode-metode Supported Cooperative Learning, terdiri dari: Learning Together (LT)-Circle of Learning (CL), Jigsaw (JIG), Jigsaw III (JIG III), Cooperative Learning Structures (CLS), Group Investigation (GI), Complex Instruction (CI), Team Accelerated Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), Stryctured Dyadic Methods (SDM). Ketiga, Metode-metode Informal yang terdiri dari: Spontaneous Group Discussion (SGD), Numbered Heads Together (NHT), Team Product (TP), Cooperative Review (CR),Think Pair Share (TPS),dan Discussion Group (DG)- Group Project (GP).

Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif adalah salah satu strategi pembelajaran dalam

kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang untuk saling berinteraksi dan

bekerja sama selama proses pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama.

b. Metode Pembelajaran Koopratif Tipe TGT (Teams Games Tournament)

TGT (Teams Game Tournament) pada mulanya dikembangkan oleh

David De Vries dan Keith Edwards. Metode ini menggunakan pelajaran yang

sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam metode

STAD, tetapi mengganti kuis dengan turnamen, di mana siswa memainkan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

39

game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi

skor timnya (Slavin, 2005: 13).

Sejalan dengan pendapat slavin, Huda (2011: 117) menyatakan bahwa

dengan TGT (Teams Game Tournament), siswa akan menikmati bagaimana

suasana turnamen itu, dan karena mereka berkompetisi dengan kelompok-

kelompok yang memiliki komposisi kemampuan yang setara, maka kompetisi

dalam TGT terasa lebih fair dibandingkan kompetisi dalam pembelajaran-

pembelajaran tradisional pada umumnya.

Pembelajaran kooperatif model TGT (Teams Game Tournament) adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur-unsur permainan dan reinforcement didalamnya. Aktivitas belajar dirancang dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT (Teams Game Tournament)memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks disamping menumbuhkan tanggung jawab, kerja sama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar (A’la, 2012: 105)

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode

TGT (Teams Game Tournament) merupakan salah satu metode yang terdapat

dalam strategi pembelajaran kooperatif sehingga sistem pembelajaran dalam

bentuk kelompok kecil. Pembelajaran dengan metode TGT (Teams Game

Tournament) menggunakan turnamen akademik dalam pengerjan kuis-kuis

dimana siswa berlomba dengan siswa dalam tim lain yang memiliki

kemampuan akademik yang sama.

Terdapat lima komponen utama dalam metode TGT, yaitu penyajian

kelas, kelompok (team), game, turnamen, dan penghargaan kelompok (team

recognize) (A’la, 2012: 105). Dalam penyajian kelas, pada awal pembelajaran

guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas. Biasanya dilakukan

dengan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin guru. Pada saat

penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami

materi yang disampaikan guru karena akan membantu siswa bekerja lebih

baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena akan menentukan

skor kelompok.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

40

Kelompok (team) biasanya terdiri dari 4-5 orang siswa yang

anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik.Fungsi kelompok adalah

untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus

untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan

optimal pada saat game. Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang

dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian

kelas dan belajar kelompok. Kabanyakan game terdiri dari pertanyaan-

pertanyaan sederhana bernomor. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu

akan mendapatkan skor.

Dalam turnamen, biasanya dilakukan pada akhir minggu atau pada

setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah

mengerjakan lembar kerja.Turnamen pertama guru membagi siswa ke dalam

beberapa meja turnamen.Siswa akan berturnamen dengan siswa yang

memiliki kemampuan akademik yang sama, sehingga turnamen akan terkesan

adil. Guru kemudian memberikan penghargaan kelompok (Team tecognize)

dengan mengumumkan kelompok yang menang. Masing-masing kelompok

akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria

yang ditentukan. Team mendapatkan julukan “Super Team” bagi yang

memperoleh skor tertinggi ,“Gold Team”untuk kelompok yang memperoleh

peringkat kedua dan “Good Team” untuk kelompok yang memperoleh

peringkat ketiga.

c. Kelebihan dan Kekurangan Metode TGT (Teams Game Tournament)

Kelebihan dari metode TGT (Teams Game Tournament) yaitu dengan

bermain dalam belajar dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan

bagi siswa karena secara tidak sadar siswa dapat memahami materi juga bisa

mengurangi rasa ketegangan terhadap materi (Pratiwi, 2015).

Kelebihan dari metode TGT (Teams Game Tournament) yaitu: dengan diadakannya turnamen diharapkan siswa dapat membangkitkan motivasi siswa untuk berusaha lebih baik bagi diri maupun kelompoknya, menumbuhkan betapa pentingnya kerjasama dalam pencapaian tujuan belajar baik untuk dirinya maupun seluruh anggota kelompok, dan kegiatan belajar mengajar berpusat pada siswa sehingga dapat menumbuhkan keaktifan siswa (Hotimah dan Motlan, 2012)

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

41

Kelebihan lain yang dapat diperoleh dari penerapan metode TGT

(Teams Game Tournament) melalui interaksi dengan anggota kelompok yaitu

semua kesempatan untuk belajar mengemukakan pendapat untuk memperoleh

pengetahuan dari hasil diskusi dengan anggota kelompok. Selain itu

pengelompokan siswa secara homogen dalam tingkat kemampuan diharapkan

dapat membentuk rasa saling menghargai antarsiswa.

Kelemahan metode TGT (Teams Game Tournament) yaitu memerlukan

waktu yang lama, memerlukan persiapan yang matang, dan dapat

menimbulkan suasana gaduh di kelas. Kekurangan dari metode TGT (Teams

Game Tournament), yaitu:

Penggunaan waktu yang relatif lama dan biayanya besar, jika kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator kurang memadai atau sarana tidak cukup tersedia maka pembelajaran dengan ini sulit dilaksanakan, dan apabila sportifitas siswa kurang, maka keterampilan berkompetisi siswa yang terbentuk bukanlah yang diharapkan (Hotimah dan Motlan, 2012).

Dalam pembelajaran TGT (Teams Game Tournament), meskipun

proses belajar mengajar dilakukan secara kelompok, akan tetapi prestasi

belajar yang diukur adalah prestasi belajar individu. Dengan metode ini

diharapkan siswa dapat belajar dengan sungguh-sungguh karena terpacu

untuk lebih siap belajar.

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Widyawati (2011) yang berjudul “Pengaruh Metode Student

Teams Achievement Division (STAD) dan Team Games Tournamen (TGT)

dilengkapi dengan Laboratum Virtual terhadap Prestasi Belajar Ditinjau dari

Motivasi Berprestasi pada Materi Pokok Koloid”. Dalam penelitian tersebut

menunjukkan bahwa metode pembelajaran TGT memberikan prestasi belajar

yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode STAD.Hal ini ditunjukkan

dari rata-rata prestasi belajar kognitif dan afektif siswa pada pembelajaran

TGT yaitu 85,14 dan 81,28 lebih tinggi dibandingkan rata-rata pembelajaran

kognitif dan afektif pada pembelajaran STAD yaitu 80,59 dan 77,29.

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

42

d. Penerapan metode TGT (Teams Game Tournament) dengan Media Audio

dalam Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen

Sebelum turnamen siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Prosedur

penentuan kelompok dilakukan secara heterogen dengan langkah-langkah

berikut: 1) membuat daftar rangking akademik siswa; 2) membatasi jumlah

maksimal anggota setiap tim; 3) menomori siswa-siswa mulai dari yang

paling atas; dan 4) membuat setiap tim heterogen dan setara secara akademis

(Huda, 2014: 198).

1) Penyajian kelas

Guru menyampaikan materi berkaitan dengan unsur intrinsik cerpen.

Dalam penyajian kelas ini dapat dilakukan dengan pengajaran langsung

atau ceramah maupun diskusi.

2) Kelompok

Setelah guru menyampaikan materi, siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa yang anggotanya heterogen.Siswa

berkelompok sesuai dengan kelompoknya.

3) Game

Dalam tahap ini guru memutarkan audio rekaman pembacaan

cerpen.Siswa mendengarkan rekaman pembacaan cerpen.Setelah selesai,

siswa berdiskusi mengenai materi dan audio pembacaan cerpen yang

telah didengar. Selanjutnya, kelompok yang memiliki kemampuan

akademik yang sama berkumpul dan menempatkan diri di meja yang

telah disediakan oleh guru. Sebelum turnamen dimulai, pengambilan soal

dilakukan dengan permainan kartu-kartu soal atau jenis permainan lain.

4) Turnamen

Dalam tahap ini, siswa akan melakukan turnamen dengan menjawab

pertanyaan berkaitan dengan unsur intrinsik cerpen yang telah disimak.

Setiap kelompok akan memilih orang pertama, kedua, ketiga, dan

seterusnya untuk bergantian menjawab pertanyaan dalam turnamen. Oleh

karena itu, setiap siswa memiliki kesempatan untuk menjawab soal.

Page 36: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

43

Setiap siswa yang menjawab pertanyaan akan menyumbangkan skor

untuk kelompoknya.

5) Penghargaan Kelompok

Guru mengumumkan kelompok yang menang. Team yang menang akan

mendapatkan julukan “Super Team”,“Gold Team”, dan “Good Team”.

B. Kerangka Berpikir

Memahami unsur intrinsik cerpen adalah upaya menyerap, menangkap

informasi (pesan-pesan) yang terkandung dalam cerpen. Upaya memahami unsur

intrinsik cerpen dikatakan berhasil apabila siswa mampu menentukan alur,

penokohan, dan latar. Memahami unsur intrinsik cerpen tidaklah mudah,

diperlukan persyaratan, yaitu mampu membedakan antarunsur intrinsik agar tidak

terjadi kekeliruan dalam menentukan unsur intrinsik cerpen. Dengan

diterapkannya metode pembelajaran TGT (Team Game Tournament), akan

terjalin suasana belajar yang mengutamakan kerjasama, menyenangkan, tidak

membosankan, belajar dengan bergairah, pembelajaran dengan terintegrasi,

menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, saling bertukar pendapat dengan

teman, dan siswa kritis guruaktif.

Dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen terhadap siswa kelas

kelas XI IPA 3 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dijumpai suatu permasalah.

Kenyataan yang terjadi, dari 40 siswa dengan 14 siswa laki-laki dan 26 siswa

siswa perempuan yang mencapai nilai di atas KKM hanya 9 siswa dengan

persentase 22,5%. Hal ini membuktikan bahwa ketuntasan belajar siswa di kelas

XI IPA 3 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dikatakan belum ideal. Selain itu,

siswa terlihat pasif saat mengikuti pembelajaran memahami unsur intrinsik

cerpen.

Metode pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen yang diterapkan

guru selama ini pun belum mampu mengoptimalkan kemampuan memahami

unsur intrinsik cerpen siswa, sehingga prestasi kemampuan memahami unsur

intrinsi cerpen siswa rendah. Metode yang digunakan yaitu (1) guru meminta

siswa menyimak pembacaan cerpen yang dibacakan oleh guru (2) siswa

mengerjakan soal latihan yang berkaitan dengan cerpen yang telah dibacakan, dan

Page 37: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

44

(3) jawaban siswa dikoreksi dengan cara guru memberikan jawaban yang benar.

Selain penggunaan metode yang kurang tepat, materi yang digunakan guru kurang

menarik. Guru kurang mengaplikasi materi dan hanya terpaku pada buku LKS

saja. Selain metode yang kurang tepat, dalam pembelajaran menganalisis unsur

intrinsik cerpen guru belum menggunakan media yang dapat menarik minat siswa

untuk menganalisis kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen. Hal tersebut

dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana pendukung proses kegiatan belajar

mengajar.

Releven dengan masalah tersebut, untuk mengatasinya peneliti akan

menggunakan metode TGT (Teams Game Tournament) dengan media audio.

Dalam menumbuhkan suatu minat siswa membutuhkan suatu metode yang dapat

membuatnya tertarik. Dengan metode TGT (Teams Game Tournament) dengan

media audio siswa dapat dengan mudah menganalisis unsur intrinsik cerpen

karena dalam metode dan media ini siswa akan belajar sambil bermain. Permainan

akedemik dalam bentuk turnamen kelompok dengan menggunakan media audio.

Media audio tersebut berupa rekaman pembacaan cerpen. Pembelajaran dengan

metode TGT (Teams Game Tournament ) dengan media audio dapat menambah

keaktifan siswa, dapat melatih keberanian untuk berpendapat, bentuk permainan

lebih menarik, melatih untuk berpikir cepat, tepat, dan kreatif.

Hasil akhir yang diharapkan dari penelitian tersebut adalah dengan

menerapkan metode TGT (Teams Game Tournament) dengan media audio

kemampuan serta keaktifan dalam memahami unsur intrinsik cerpen siswa kelas

XI IPA 3 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dapat meningkat. Selain itu, dapat

membantu guru untuk menemukan alternatif metode, media, dan materi yang

menarik untuk pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen.

Page 38: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

45

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Kondisi Awal Sebelum Tindakan

SISWA

Siswa cenderung kurang aktif

Kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen rendah

GURU Hanya menggunakan

metode ceramah Penguasaan kelas

masih kurang Pembelajaran

terpusat pada guru

LINGKUNGAN Suasana sekolah

yang kurang kondusif

Media pembelajaran yang kurang memadai

Pembelajaran Memahami Unsur Intrinsik Cerpen dengan Metode TGT (Teams Game Tournament)

dengan Media Audio

Siswa aktif dalam pembelajaranmemahami unsur intrinsik cerpen yang ditandai dengan 6 indikator, yaitu:

Mengajukan pertanyaan dan mengemukakan ide

Memperhatikan penjelasan guru

Menyimak pembecaan cerpen

Mencatat materi yang dijelaskan guru

Aktif saat berdiskusi

Aktif dalam melakukan turnamen

Kondisi Akhir Setelah Tindakan Kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen siswa meningkat

Keaktifan siswa dalam pembelajaran memahami unsur intrinsik cerpen meningkat

Page 39: BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS … · bahwa cerpen adalah karangan pendek yang berbentuk prosa. Dalam cerpen Dalam cerpen dikisahkan sepenggal kehidupan tokoh

46

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

1. Penerapan metode TGT (Teams Game Tournament) dengan media audio

dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam memahami unsur intrinsik

cerpen pada siswa kelas XI IPA 3 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.

2. Penerapan metode TGT (Teams Game Tournament) dengan media audio

dapat meningkatkan kemampuan memahami unsur intrinsik cerpen pada

siswa kelas XI IPA 3 SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar.