BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab yang kedua ini, tentang Kajian Pustaka, akan dibahas 4 (empat)
bagian besar, yaitu (1) kajian teori, (2) hasil penelitian yang relevan, dan (3)
kerangka berpikir, serta (4) hipotesis. Bagian ini merupakan dasar atau landasan
teoritis bagi pelaksanaan penelitian ini. Berikut ini akan dibahas secara khusus
keempat bagian-bagian besar tersebut.
2.1. KAJIAN TEORI
2.1.1. Pengertian Belajar
Pendapat Abdillah (Aunurrahman, 2010:35) belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakuakan oleh individu dalam perubahan tingkah laku
baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu.
Etin Solihatin (2012:5) juga menjelaskan bahwa belajar secara umum
dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Sedangkan menurut Bimo Walgito
(2010:185) belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya
perubahan perilaku secara individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif. Proses perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya , tetapi ada
yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi
karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi
perubahan perilaku ini disebut dengan proses belajar. Proses ini
8
merupakan suatu aktivitas psikis/mental yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-
perubahan yang relatif konstan dan berbekas.
Menurut Darsono (dalam Hamdani, 2011:22) terdapat beberapa
ciri belajar, ciri tersebut diantaranya adalah:
1) Belajar dilakukan dengan sadar dan mempunyai tujuan.
Tujuan ini digunakan sebagai arah kegiatan, sekaligus tolok
ukur keberhasilan belajar.
2) Belajar merupakan pengalaman sendiri, tidak dapat
diwakilkan kepada orang lain. Jadi belajar bersifat individual.
3) Belajar merupakan proses interaksi antara individu dan
lingkungan. Hal ini berati individu harus aktif apabila di
hadapkan pada lingkungan tertentu. Keaktifan ini dapat
terwujud karena setiap individu memiliki berbagai potensi
untuk belajar.
4) Belajar mengakibatkan terjadinya perubahan pada diri orang
yang belajar. Perubahan tersebut bersifat integral, artinya
perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik
yang terpisahkan satu dengan yang lainya.
Berdasarkan beberapa pengertian belajar dan cirinya, maka dapat
dipahami bahwa belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang
dilakukan secara sadar untuk mengusahakan perubahan tingkah laku baik
perubahan kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan serangkaian
9
kegiatan baik jiwa dan raga melalui latihan sebagai hasil dari pengalaman
individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya seperti yang
diungkapkan oleh Abdillah.
2.1.2. Pengertian dan Jenis Hasil Belajar
Menurut Nana Sudjana (2005:3) hasil belajar siswa adalah
perubahan tingkah laku yang telah terjadi melalui proses pembelajaran.
Perubahan tingkah laku tersebut berupa kemampuan-kemampuan siswa
setelah aktifitas belajar yang menjadi hasil perolehan belajar. Sedangkan
Aronson dan Briggs (dalam Etin Solihatin, 2012:35) mengemukakan
bahwa hasil belajar adalah perilaku yang dapat diamati dan menunjukkan
kemampuan yang dimiliki seseorang. Sehubungan dengan itu, Oemar
Hamalik (2010:85) mendefinisikan hasil belajar sebagai perubahan
tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam
bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.
Berdasarkan beberapa definisi hasil belajar diatas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu perubahan yang berupa
pengetahuan, sikap, keterampilan atau perilaku siswa sebagai akibat dari
proses belajar (latihan dan pengalaman). Pengukuran terhadap perubahan
perilaku itu digunakan alat pengukuran yang berupa tes yang disusun
secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan yang
mencangkup tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan
demikian hasil belajar adalah perubahan yang terjadi pada individu
10
setelah mengalami pembelajaran. Penelitian ini menekankan hasil belajar
siswa pada ranah kognitif Bloom yang sudah direvisi.
Menurut Bloom (dalam Anderson dan Krathwohl, 2010:39-43)
Revisi ranah kognitif taksonomi Bloom dibedakan menjadi 2 jenis
dimensi besar yaitu dimensi pengetahuan, dan dimensi proses kognitif.
Dimensi pengetahuan dibedakan dalam empat jenis/dimensi yaitu:
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognif, sedangkan
dimensi proses kognitif terdiri dari 6 (enam dimensi) yaitu mengingat
(C1), memahami (C2), mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4),
Mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Dimensi proses kognitif ini
masing-masing diklasifikasikan dalam kategori-kategori.
1) Kategori-kategori Dalam Dimensi Proses Kognitif
Dimensi kedua dari revisi taksonomi Bloom adalah Dimensi
proses kognitif yang terdiri dari 6 (enam) dimensi proses yaitu
mengingat (remember), memahami (understand), mengaplikasikan
(applicating), menganalisis (analyzing), mengevaluasi (evaluating)
dan mencipta (create). Menurut Anderson dan Krathwohl (2010:44-
45) kategori-kategori dimensi proses kognitif diantaranya sebagai
berikut:
a. Mengingat
Mengingat berarti mengambil pengetahuan tertentu dari
memori jangka panjang. Jika tujuan pembelajaran adalah
menumbuhkan kemampuan untuk meretensi materi pelajaran,
11
maka kategori proses kognitif yang tepat adalah mengingat.
Meretensi materi pelajaran sama seperti materi yang diajarkan
boleh jadi Pengetahuan faktual, Konseptual, Prosedural,
Metakognitif
b. Memahami
Memahami adalah mengkonstruksi makna dari
materi/pesan-pesan pembelajaran termasuk apa yang diucapkan,
ditulis, dan digambar/ataupun grafis oleh guru. Menumbuhkan
kemampuan mentransfer. Proses-proses Kognitif meliputi:
menafsirkan, mencontohkan, mengklasifikasikan, merangkum,
menyimpulkan, membandingkan dan menjelaskan.
c. Mengaplikasikan
Mengaplikasikan yaitu melibatkan penggunaan prosedur-
prosedur tertentu untuk mengerjakan soal latihan atau
penyelesaian masalah. Mengaplikasikan berkaitan erat dengan
pengetahuan Prosedural. Proses kognitif terdiri dari
mengeksekusi (ketika tugas hanya soal latihan) dan
mengimplemantasi (ketika tugas merupakan masalah yang tidak
familiar). Dalam mengimplementasikan memahami pengetahuan
konseptual merupakan prasyarat mengaplikasikan pengetahuan
prosedural.
d. Menganalisis
12
Menganalisis berarti melibatkan proses memecah-mecah
materi jadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan
hubungan-hubungan antar bagian itu dan hubungan antara
bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.
e. Mengevaluasi
Mengevaluasi didefinisikan sebagai membuat keputusan
berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang paling
sering digunakan adalah kualitas, efisiensi, dan konsistensi.
f. Mencipta
Mencipta adalah memadukan bagian-bagian untuk
membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau membuat suatu
produk yang orisinal. Mencipta melibatkan proses menyusun
elemen-elemen jadi sebuah keseluruhan yang koheren dan
fungsional. Meminta siswa membuat sebuah produk baru
dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau bagian jadi suatu
pola atau struktur yang tidak pernah ada sebelumnya. Mencipta
dalam pengertian ini, walaupun mencakup tujuan pendidikan
untuk menciptakan produk yang khas tetapi juga untuk
menciptakan produk yang semua siswa dapat melakukannya
dalam pengertian menyintesiskan informasi atau materi untuk
membuat sebuah keseluruhan yang baru. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada bagan perubahan struktural dari kerangka
pikir asli ke revisi.
13
Bagan 2.1.
Ringkasan Perubahan Struktural dari Kerangka Pikir Asli ke Revisi.
Dimensi tersendiri
Pengetahuan Mengingat
Komprehensi Memahami
Aplikasi mengaplikasikan
Analisi Menganalisis
Sintesi Mengevaluasi
Evaluasi Mencipta
2.1.3. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yakni faktor internal/intern dan faktor
eksternal/ekstern. Kedua faktor tersebut saling memberikan pengaruh
dalam proses belajar individu dan menentukan kualitas dari hasil belajar.
2.1.3.1. Faktor Intern/Internal
Faktor intern/internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor
internal ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
Dimensi
pengetahuan
Dimensi
Proses
Kognitif
14
1. Faktor fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang
berhubungan dengan kondisi fisik individu. Faktor-faktor ini
dibedakan menjadi 2 (dua) macam. Pertama, keadaan tonus jasmani.
Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat mempengaruhi
aktivitas belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan
memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan hasil belajar
individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan
menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal (Baharuddin
dkk, 2007:19)
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Fisiologis pada
tubuh manusia yang sangat mempengaruhi hasil belajar terutama
adalah pancaindera. Pancaindera yang berfungsi dengan baik akan
mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula. Dalam proses
belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang diterima dan ditangkap oleh manusia, dan yang memiliki peran
besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga (Baharuddin
dkk, 2007:20).
2. Faktor psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang
dapat mempengaruhi proses belajar.
Dari sudut pandang sumbernya, motivasi dibagi menjadi dua,
yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstinsik. Motivasi instrinsik
15
adalah motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas
dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan
belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan
motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang
menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Menurut Arden N. Frandsen (dalam Baharuddin, 2007:21)
Yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain
adalah:
1) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih
luas;
2) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan
keinginan untuk maju;
3) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat
dukungan dari orang-orang penting, misalkan orangtua, saudara,
guru, atau teman-teman, dan lain sebagainya;
4) Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan
yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
2.1.3.2. Faktor Ekstern/eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-
faktor eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar yang akhirnya
akan berdampak pada hasil belajar siswa. Pengaruh lingkungan ini pada
umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan kepada
individu. Faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil belajar
16
adalah “lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan
masyarakat” (Slameto, 2003:50).
1. Lingkungan Sosial Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat
tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Sebagaimana yang
dijelaskan oleh Slameto bahwa: “Keluarga adalah lembaga
pendidikan pertama dan utama. Keluarga yanng sehat besar artinya
untuk pendidikan kecil, tetapi bersifat menentukan dalam ukuran
besar yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia.”
Dalam hal ini dikatakan bahwa “Keluarga merupakan
lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah
anak pertama-tama mendapatkan pendidikan dan bimbingan,
sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan anak ialah
sebagai peletak dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup
keagamaan” (Hasbullah, 1994:46).
2. Lingkungan Sosial Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama
yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa,
karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk
belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian
pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan
kurikulum. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan
mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
17
“Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan
diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar”
(Kartono, 1995:6). Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk
menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki
kemampuan dalam menggunakan metode-metode pembelajaran yang
tepat dalam mengajar. Metode pembelajaran adalah cara yang
digunakan guru untuk menyampaikan pelajaran kepada siswa.
Karena penyampaian itu berlangsung dalam interaksi edukatif,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang
dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada
saat berlangsungnya pembelajaran. Dengan demikian metode
pembelajaran merupakan alat untuk menciptakan proses belajar
mengajar yang efektif sehingga proses belajar mengajar berjalan
aktif (Hamdani, 2011:80).
Mengajar pada hakikatnya merupakan upaya guru dalam
menciptakan situasi belajar, metode yang digunakan oleh guru harus
mampu menumbuhkan berbagai kegiatan belajar bagi siswa
sehubungan dengan kegiatan mengajar. Dengan kata lain proses
interaksi edukatif antara guru yang menciptakan suasana belajar dan
siswa yang memberi respons terhadap usaha guru tersebut.
Penggunaan metode pembelajaran yang modern dapat
meningkatkan keaktifan belajar yang kemudian akan berdampak
pada output/ hasil belajar yang lebih baik (Sumiati, 2008:91)
18
Menurut Hamdani (2011:81) ciri-ciri keaktifan dalam
pembelajaran tercermin dari kegiatan, baik yang dilakukan guru
maupun siswa yaitu sebagai berikut:
a. Adanya keterlibatan siswa dalam menyusun atau membuat
perencanaan, proses pembelajaran, dan evaluasi.
b. Andanya keterlibatan intelektual-emosional siswa, baik melalui
kegiatan mengalami, menganalisis, berbuat, dan pembentukan
sikap.
c. Adanya keikutsertaan siswa secara kreatif dalam menciptakan
situasi yang cocok untuk berlangsungnya proses pembelajaran.
d. Guru bertindak sebagai fasilitator (pemberi kemudahan) dan
koordinator kegiatan belajar siswa, bukan sebagai pengajar
(instruktur) yang mendominasi kegiatan kelas.
e. Biasanya menggunakan berbagai metode, media, dan alat secara
bervariasi.
3. Lingkungan Sosial Masyarakat
Di samping orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu
faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa
dalm proses pelaksanaan pendidikan. Karena lingkungan alam
sekitar sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi
anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak
bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
19
Kondisi Lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan
memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak
pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas
belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan saat memerlukan teman
belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan
belum dimilikinya (Baharuddin dkk, 2007:27).
Berbagai pendapat para ahli di atas memberikan pemahaman
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa ada
bermacam-macam. Namun dapat dimengerti bahwa secara garis
besar faktor-faktor tesebut berasal dari dalam (intern) dan luar
(ekstern). Kedua faktor tersebut saling berkaitan satu dengan
lainnya, sehingga kondisi pembelajaran sungguh-sungguh dirasakan
dampaknya ketika menjalani proses pembelajaran. Dalam penelitian
ini faktor yang paling mempengaruhi adalah faktor eksternal, yang
berkaitan dengan keadaan lingkungan sosial sekolah. Keadaan
sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan
siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum. Guru berperan penting
dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, terutama dalam soal
guru menggunakan metode-metode pembelajaran yang modern
dalam proses pelaksanaan pembelajaran. Penggunaan metode
pembelajaran yang modern dapat meningkatkan keaktifan dalam
proses pembelajaran yang akhirnya berdampak pada output/hasil
20
belajar yang lebih baik. Metode pembelajaran modern tersebut
adalah metode pembelajaran Course Review Horay dan Scramble.
2.1.4. Pembelajaran Kooperatif
Menurut Slavin (2005:95) pembelajaran kooperaif adalah para
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beraggotakan empat
orang untuk memguasai materi yang disampaikan oleh guru. Menurut
Hamid Hasan (dalam Etin Solihatin, 2012:101) kooperatif mengandung
pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan. Dalam kegiatan
kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang menguntungkan
bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, belajar kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan
siswa bekerja bersama untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar
anggota lainya dalam kelompok tersebut. Johnson (dalam Etin Solihatin,
2012:102) pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran
dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan
struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif dari
para ahli maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah
belajar dan bekerja bersama secara berkelompok dengan beranggotakan
5-6 orang secara heterogen guna mencapai tujuan bersama.
Ada tiga konsep sentral karakteristik pembelajaran kooperatif yang di
kemukakan oleh Slavin (dalam Hamdani, 2002:32) sebagai berikut:
21
1. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan kelompok
untuk memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan ini
diberikan jika suatu kelompok memperoleh skor sesuai kriteria yang
ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan atas penampilan
individu sebagai anggota kelompok mampu menciptakan hubungan
antar personal yang saling membantu, mendukung, dan peduli.
2. Pertanggung jawaban individu
Keberhasilan kelompok bergantung pada pembelajaran
individu dari semua anggota kelompok. Pertanggung jawaban
tersebut menitik beratkan aktivitas anggota kelompok yang saling
membantu dalam belajar.
3. Kesempatan yang sama dalam mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode penskoran
nilai yang mencakup nilai perkembangan berdasarkan peningkatan
prestasi yang diperoleh siswa dari yang terdulu. Dengan
menggunakan metode penskoran nilai ini siswa yang berkemampuan
tinggi, sedang, rendah sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
Menurut Slavin (dalam Miftahul Huda, 2013:230) pembelajaran
kooperatif memiliki macam-macam metode yaitu:
1) Student Team-Achievement Division (STAD);
22
Student Team Achievement Division (STAD) adalah metode
pembelajaran kooperatif dimana siswa bekerja bersama dalam
kelompok kecil yang heterogen dan saling membantu dalam belajar
untuk memahami materi pelajaran yang telah disampaikan guru.
2) Teams Games-Tournament (TGT);
Team Games-Tounament (TGT) hampir sama dengan STAD,
kecuali dalam hal evaluasi pada akhir pelajaran. Jika pada metode
pembelajaran STAD, evaluasinya dengan tes tertulis atau lisan.
Sementara pada tipe TGT pada akhir pelajaran evaluasinya dalam
bentuk games, dimana siswa memilih sendiri nomor pertanyaan yang
sudah disediakan.
3) Team-Assisted Individualization (TAI);
TAI dirancang khusus untuk mengajarkan matematika
kepada siswa yang belum siap menerima pelajaran secara lengkap
dengan menggabungkan pembelajaran kooperatif dan individual.
4) Group Investigation;
Group Investigation adalah metode pembelajaran yang
mencakup penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi untuk
menyelesaikan masalah yang bersifat multi aspek. Siswa mencari
sumber belajar baik dari dalam sekolah maupun di luar sekolah.
Selanjutnya siswa mengevaluasi dan mensisntesiskan informasi yang
disumbangkan oleh setiap anggota kelompok supaya dapat
menghasilkan karya kelompok.
23
5) Jigsaw II;
Model asli jigsaw dikembangkan Elliot Arronson dan rekan-
rekannya tahun 1978. Kemudian diadaptasi oleh Slavin tahun 1986
yang diberi nama Jigsaw II. Tipe pembelajaran kooperatif ini adalah
tipe pembelajaran kooperatif dimana siswa mempelajari bahan ajar
yang bila digabungkan dengan materi yang diajarkan oleh siswa lain,
membentuk kumpulan pengetahuan atau keterampilan yang padu
(Silberman, 2004)
6) Learning Together;
Metode Pembelajaran Learning Together dikembangkan oleh
David dan Roger Johnson beserta rekan-rekannya di University of
Minnesota tahun 1984. Tipe ini sama dengan STAD, hanya
perbedaannya Learning Together tidak memberikan sertifikat atau
rekognisi tim lainnya.
7) Complex Instruction
Metode pembelajaran kooperatif ini dikembangkan oleh
Edward De Avila dan Elizabeth Cohen. Metode ini berorientasi pada
penemuan yang melibatkan siswa dengan memberikan kegiatan
ilmiah untuk bereksperimen dan menemukan prinsip-prinsip ilmiah.
8) Metode Course Review Horay
Metode Course Review Horay merupakan metode
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah
dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar
24
diwajibkan berteriak “hore” atau menyanyikan yel-yel lainya yang
disukai. Metode ini juga membantu siswa untuk memahami konsep
dengan baik melalui diskusi kelompok.
9) Metode Scramble
Metode Scramble merupakan salah satu metode pembelajaran
yang dapat meningkatkan konsentrasi dan kecepatan belajar siswa.
Dalam metode ini siswa tidak hanya diminta untuk menjawab soal,
tetapi juga menerka jawaban soal yang sudah tersedia namun masih
dalam keadaan acak.
10) Co-op Co-op;
Co-op Co-op adalah tipe pembelajaran kooperatif dimana
siswa didorong untuk menemukan beberapa topik yang menarik bagi
mereka. Setelah mengidentifikasi masalah yang akan didalami,
mereka memilih sendiri topik yang akan dibahas dalam
kelompoknya masing-masing. Siswa diberi waktu untuk bekerja
dalam kelompok, dan hasil kerjanya dipresentasikan di kelas. Pada
akhirnya evaluasi secara keseluruhan materi yang didalami semua
kelompok.
11) Cooperated Integrated Reading and Composition (CIRC);
Tipe pembelajaran kooperatif ini difokuskan untuk mengajari
pelajaran membaca, menulis dan seni berbahasa di sekolah. Guru
menggunakan novel atau bahan bacaan yang berisi latihan soal dan
cerita. Siswa ditugaskan untuk belajar secara berpasangan dalam
25
kegiatan yang bersifat kognitif, termasuk membaca cerita satu sama
lainnya, membuat prediksi mengenai bagaimana akhir sebuah cerita
naratif, saling merangkum cerita, menulis tanggapan terhadap cerita,
melatih pengucapan, dan melatih untuk menguasai gagasan utama.
Pembelajaran kooperatif yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode pembelajaran Course Review Horay dan Scramble.
Metode ini dipilih karena yang paling sederhana dari metode
pembelajaran kooperatif yang lain sehingga calon guru (peneliti) yang
belum berpengalaman pun bisa menerapkannya di kelas.
Selain itu juga kerena alasan lain yaitu metode pembelajaran
Course Review Horay dan Scramble memiliki keunggulan dari dimensi
sosial, yaitu meriah dan sangat menyenangkan serta tertanam rasa saling
memotivasi dan tolong menolong antar anggota kelompok tanpa
mengenal latar belakang. Selain itu materi yang akan diajarkan adalah
pemahaman konsep sehingga metode ini sangat cocok diterapkan dalam
penelitian.
2.1.4.1. Metode Pembelajaran Course Review Horay
2.1.4.1.1. Pengertian Metode Course Review Horay
Course Review Horay merupakan metode pembelajaran yang
dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan
karena setiap siswa yang dapat menjawab pertanyaan dengan benar
diwajibkan berteriak “horee!!‟ atau yel-yel lainya yang disukai
(Miftahul Huda, 229:2013). Menurut Dwitantra (2010) metode
26
pembelajaran Course Review Horay adalah suatu metode
pembelajaran dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak
yang diisi dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling
dulu mendapatkan tanda benar langsung berteriak horay. Sedangkan
menurut Imran (dalam Nur Malechah, 2011) metode pembelajaran
Course Review Horay merupakan suatu metode pembelajaran
dengan pengujian pemahaman menggunakan kotak yang diisi
dengan nomor untuk menuliskan jawabannya, yang paling dulu
mendapatkan tanda benar vertikal atau horisontal, atau diagonal
langsung berteriak horey.
Berbekal dari pengertian para ahli di atas bahwa metode
pembelajaran Course Review Horay (CRH) adalah suatu metode
atau desain pembelajaran untuk menguji pemahaman siswa dengan
menggunakan strategi games yang mana jika siswa mampu
menjawab benar maka siswa akan berteriak ''horey''.
2.1.4.1.2. Langkah-langkah Metode Course Review Horay
Sintak langkah-langkah metode pembelajaran Course Review
Horay (Miftahul Huda, 2013:230) adalah sebagai berikut:
a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
b) Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik
dengan tanya jawab melalui ceramah.
c) Guru membagi dalam kelompok-kelompok.
27
d) Untuk menguji pemahaman, siswa diminta membuat kartu atau
kotak sesuai dengan kebutuhan. Kartu atau kotak tersbut
kemudian diisi dengan nomor yang ditentukan guru.
e) Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan
jawabanya di dalam kartu atau kotak yang nomornya disebutkan
oleh guru.
f) Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa ditulis dalam kartu
atau kotak, guru dan siswa mendiskusikan soal yang telah
diberikan tadi.
g) Bagi pertanyaan yang dijawab dengan benar, siswa memberi
tanda chek list (√) dan langsung berteriak „horee‟ atau
menyanyikan yel-yelnya.
h) Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak
berteriak „hore‟.
i) Guru meberikan reward pada kelompok yang memperoleh nilai
tertinggi atau kelompok yang sering berteriak „horee‟.
2.1.4.1.3. Kelebihan Metode Course Review Horay
Miftahul Huda (2013:231) menyebutkan beberapa kelebihan
metode Course Review Horay, diantaranya adalah sebagai berikut:
a) Strukturnya yang menarik dan dapat dan dapat mendorong siswa
untuk dapat terjun kedalamnya
b) Metode yang tidak monoton karena diselingi dengan hiburan,
sehingga suasana tidak menegangkan.
28
c) semangat belajar yang meningkat karena suasana pembelajaran
berlangsung menyenangkan.
d) Skill kerjasama antar siswa yang semakin terlatih.
2.1.4.1.4. Kekurangan Metode Course Review Horay
Miftahul Huda (2013:231) menyebutkan beberapa
kekurangan metode Course Review Horay, diantaranya adalah
sebagai berikut:
a) Antara siswa yang aktif dan pasif nilanya cenderung sama, sulit
untuk memberi nilai.
b) Adanya peluang untuk curang (menyontek pekerjaan teman
sebelah).
c) Mengganggu suasana belajar kelas lain.
2.1.4.2. Metode Pembelajaran Scramble
2.1.4.2.1. Pengertian Metode Scramble
Menururut Taylor (dalam Miftahul Huda, 2013:303)
Scramble merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat
meningkatkan konsentrasi dan kecepatan berfikir siswa. Metode ini
mengharuskan siswa untuk menggabungkan otak kanan dan otak
kiri. Dalam metode ini siswa tidak hanya diminta untuk menjawab
soal, tetapi juga menerka dengan cepat jawaban soal yang sudah
tersedia namun masih dalam kondisi acak. Ketepatan dan kecepatan
dalam menjawab soal adalah salah satu kunci permainan metode
pembelajaran Scramble.
29
Menurut Widodo (dalam Nur, 2011:21) metode pembelajaran
Scramble adalah suatu metode pembelajaran dengan memberiken
kartu soal dan kartu jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban
yang tersedia namun dengan susunan yang acak dan siswa bertugas
mengoreksi jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban tepat.
Sedangkan menurut Hanafi dan Suhana (dalam Nur, 2011:18)
metode pembelajaran Scramble bersifat aktif, siswa dituntut aktif
bekerja sama serta bertanggung jawab terhadap kelompoknya untuk
menyelesaikan kartu soal guna memperoleh point dan diharapkan
dapat meningkatkan kebersamaan siswa.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode
Scramble adalah metode pembelajaran dengan memberikan kartu
soal dan dilengkapi dengan kartu jawaban yang tersusun secara acak
kemudian siswa secara berkelompok mengerjakan kartu soal dengan
mencari kartu jawaban yang cocok. Karena dalam pembelajaran
dilakukan secara berkelompok dan kerjamama menjadi kunci
pembelajaran maka akan berdampak terhadap hasil belajar yang
lebih baik.
Metode pembelajaran ini dapat memacu minat siswa dalam
materi pelajaran Pkn “Memahami makna kedaulatan rakyat dan
sistem pemerintahan di Indonesia”, karena pada materi ini cocok
dilakukan dengan belajar secara berkelompok yaitu dengan metode
pembelajaran Scramble.
30
2.1.4.2.2. Langkah-langkah metode Scramble
Sintak langkah-langkah metode pembelajaran Scramble
menurut (Miftahul Huda, 2013:304) adalah sebagai berikut:
a) Guru menyajikan materi sesuai topik dengan, Standar
kompetensinya, Memahami kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan di Indonesia, adapun kompetensi dasarnya,
Menjelaskan makna kedaulatan rakyat, sedangkan indikatornya,
Menyebutkan pengertian kedaulatan, Merumuskan pengertian
kedaulatan, Menjelaskan pengertian kedaulatan kedalam dan
keluar, Menemukan 5 (lima) jenis teori kedaulatan, Menjelaskan
makna kedaulatan rakyat, Menjelaskan bahwa negara Indonesia
adalah negara yang berkedaulatan rakyat, Menyebutkan
landasan hukum kedaulatan rakyat Indonesia, dan Materi pokok
Kedaulatan rakyat.
b) Setelah menjelaskan tentang Kedaulatan rakyat, guru
membagikan kartu soal dan kartu jawaban yang diacak.
c) Guru memberi durasi tertentu untuk pengerjaan soal.
d) Siswa berkelompok mengerjakan soal dan mencari kartu soal
untuk jawaban yang cocok berdasarkan waktu yang telah
ditentukan oleh guru.
e) Guru mengecek durasi waktu sambil memeriksa pekerjaan
siswa.
31
f) Jika waktu pengerjaan soal sudah habis, siswa wajib
mengumpulkan lembar jawaban kepada guru. Dalam hal ini,
baik siswa yang selesai maupun yang tidak selesai.
g) Guru melakukan penilaian, nilai diperoleh seberapa banyak soal
yang terjawab dengan benar.
h) Guru memberi apresiasi dan rekognisi kepada siswa-siswa yang
berhasil, dan memberi semangat kepada siswa yang belum
cukup berhasil menjawab dengan cepat dan benar.
2.1.4.2.3. Kelebihan Metode Scramble
Adapun kelebihan metode sramble adalah sebagi berikut:
a) Melatih siswa untuk berfikir cepat dan tepat
b) Mendorong siswa belajar untuk mengerjakan soal dengan
jawaban acak.
c) Melatih kedisiplinan siswa
2.1.4.2.4. Kekurangan Metode Scramble
Adapun kekurangan metode scramble adalah sebagai berikut:
a) Siswa bisa saja mencontek jawaban temanya
b) Siswa tidak dilatih untuk berfikir kreatif
c) Siswa menerima bahan mentah yang hanya diolah dengan baik
2.1.5. Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.5.1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan
32
mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi
warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (BNSP, 2006:108).
Selanjutnya menurut Winataputra (2011:37) mengemukakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasarkan
nilai-nilai Pancasila sebagai wahana mengembangkan dan
melestarikan nilai luhur menjadi jati diri yang diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari. Sementara itu, dalam standar kompetensi
kurikulum 2006, ditegaskan bahwa “Pendidikan Kewarganegaraan
(Citizenship Education)” adalah merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama,
sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga
negara Indonesia yang cerdas, terampil, serta berkarakter yang
dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kewarganegaraan merupakan program pengembangan
karakter warga negara sesuai dengan nilai-nilai pancasila dan UUD
1945 yang dilaksanakan secara kurikuler, yaitu dilaksanakan di
sekolah sebagai suatu mata pelajaran.
2.1.5.2. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Menurut UU No. 20/2003 Pasal 37 ayat (1), tujuan utama PKn
yaitu mengembangkan kompetensi kewarganegaraan dan kualitas
pribadi yang bernilai sebagai warga negara, berbudaya
33
kewarganegaraan yang baik menuju terbentuknya kepribadian yang
mantap dan mandiri, memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan, serta membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Sedangkan
menurut Noor Ms Bakry (2009:3) tujuan pendidikan kewarganegaraan
adalah menumbuhkan kesadaran berbangsa dan bernegara serta
berjiwa demokratis yang berkeadaban.
Berdasarkan KTSP 2006 PKn SMP, mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan mempunyai tujuan, yaitu:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan,
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya,
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
Berdasarkan tujuan-tujuan PKn diatas, dapat disimpulkan
bahwa tujuan PKn adalah mengembangkan kompetensi peserta didik
yang cerdas, terampil, dan bersikap serta berperilaku sebagai warga
negara yang baik dan bertanggung jawab
34
2.1.5.3. Ruang Lingkup dan Materi Pendidikan Kewarganegaraan di
SMP
Menurut Arni Fajar (2009:80) ruang lingkup mata pelajaran
kewarganegaraan dikelompokkan ke dalam komponen rumpun bahan
pelajaran dan subkomponen rumpun bahan pelajaran sebagai berikut:
Menurut KTSP 2006 materi PKn kelas 8 semester 2 terdiri dari
Hakikat demokrasi dan Macam-macam Demokrasi, Pentingnya
kehidupan demokrasi, Demokratis dalam bermasyarakat, Sikap positif
terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan, Makna
kedaulatan rakyat, peran lembaga negara sebagai pelaksanaan
ASPEK SUB ASPEK
Sistem Berbangsa dan
Bernegara
1. Persatuan bangsa dan Negara
2. Nilai dan norma (agama,
kesusilaan, kesopanan dan
hukum)
3. Hak Asasi Manusia
4. Kebutuhan hidup warganegara
5. Kekuasaan dan politik
6. Masyarakat demokratis
7. Pancasila dan konstitusi negara
8. Globalisasi
35
kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia, Sikap positif
terhadap kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia.
Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok
4.1.Menjelaskan
hakikat demokrasi
- Menjelaskan
pengertian
demokrasi
- Menguraikan
sejarah
perkembangan
demokrasi.
- Menguraikan
macam-macam
demokrasi.
Hakekat
demokrasi
4.2 Menjelaskan
pentingnya
kehidupan
demokrasi dalam
bermasyarakat,
berbangsa dan
bernegara.
- Menjelaskan
pentingnya
kehidupan
demokrasi.
- Menjelaskan akibat
jika tidak
menerapkan
kehidupan
demokratis
Pentingnya
kehidupan
demokrasi
36
4.3 Menunjukan
sikap positif
terhadap
pelaksanaan
demokrasi dalam
berbagai
kehidupan
- Memberi contoh
nilai-nilai demokrasi
dalam kehidupan
sehari-hari.
- Memberi contoh
nilai-nilai demokrasi
dalam kehidupan
sekolah.
- Menampilkan sikap
demokratis dalam
kehidupan
masyarakat
Demokrasi dalam
berbagai aspek
kehidupan.
5.1 Menjelaskan
makna
kedaulatan rakyat
- Merumuskan
pengertian
kedaulatan rakyat
- menyebutkan
landasan hukum
kedaulatan rakyat di
Indonesia
- Menjelaskan bahwa
negara indonesia
adalah negara yang
berkedaulatan
Kedaulatan
rakyat.
37
rakyat.
5.2 Mendiskripsikan
sistem
pemerintahan
Indonesia dan
peran lembaga
negara sebagai
pelaksana
kedaulatan
rakyat.
- Menjelaskan sistem
pemerintahan
Indonesia
berdasarkan UUD
1945
- Menyebutkan
lembaga-lembaga
negara pelaksana
kedaulatan rakyat.
- Menjelaskan tugas
lembaga-lembaga
negara.
Kedaulatan rakyat
dan sistem
pemerintahan
negara Indonesia.
5.3 Menunjukan
sikap positif
terhadap
kedaulatan rakyat
dan sistem
pemerintahan
Indonesia.
- Menunjukkan sikap
positif terhadap
kedaulatan rakyat.
- Menunjukan sikap
positif terhadap
pemerintahan
Indonesia.
Sikap positif
terhadap
kedaulatan rakyat
dan sistem
pemerintahan
Indonesia.
38
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah materi kelas 8
semester 2 yaitu:
Kedaulatan rakyat di Indonesia.
Standar kompetensi: Memahami kedaulatan rakyat dan sistem
pemerintahan di Indonesia.
Kompetensi dasar: Menjelaskan makna kedaulatan rakyat.
Menurut Kemendikbud, kurikulum 2013 menekankan pada
dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, menalar,
mencoba, membentuk jejaring untuk semua mata pelajaran. Pendekatan
pembelajaran dapat dikatakan sebagai pendekatan ilmiah apabila
memenuhi 7(tujuh) kriteria pembelajaran berikut; pertama, materi
pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan
logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau
dongeng semata. Kedua, penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif
guru siswa terbebas dari prasangka yang serta merta, pemikiran subjektif,
atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. Ketiga,
mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran. Keempat, mendorong dan menginspirasi siswa agar
mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan
tautan sama lain dari materi pembalajaran. Kelima, mendorong dan
39
menginspirasi siswa dalam memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola
berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon materi pembelajaran. Keenam,
berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan. Ketujuh, tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana
dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Ketujuh (7) kriteria
pembelajaran tercakup di materi pembelajaran PPKn kurikulum 2013.
Sebagai bahan pembanding penulis cantumkan Kompetensi Inti (KI) dan
Kompetensi Dasar (KD) kurikulum 2013 Mata Pelajaran PPKn kelas 8
sebagai berikut:
Kompetensi Inti (KI)
Kompetensi dasar (KD)
1. Menghargai dan
menghayati ajaran
agama yang dianutnya
1.1. Menghargai perilaku beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan YME dan
berakhlak mulia dalam lingkungan
sekolah, masyarakat, bangsa, dan
negara.
2. Menghargai dan
menghayati perilaku
jujur, disiplin,
tanggung jawab,
2.1. Menunjukan semangat dan komitmen
kebangsaan seperti yang ditunjukan
oleh para pendiri negara dalam
menetapkan Pancasila sebagai dasar
40
peduli, santun,
percaya diri, dalam
berinteraksi secara
efektif dengan
lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan
pergaulan dan
keberadaannya.
negara
2.2. Menunjukan semangat kebangsaan
dan kebernegaraan seperti yang
ditunjukan oleh para pendiri negara
dalam menetapkan UUD 1945 sebagai
landasan konstitusional negara
kebangsaan.
2.3. Menunjukan sikap kebersamaan
dalam keberagaman masyarakat
sekitar.
2.4. Menghargai semangat dan komitmen
sumpah pemuda dalam kehidupan
bermasyarakat sebagaimana
ditunjukan oleh tokoh-tokoh pemuda
pada saat mendeklarasikan Sumpah
Pemuda tahun 1928
2.5. Menghargai semangat dan komitmen
persatuan dan kesatuan bangsa untuk
memperkuat dan memperkokoh NKRI
3. Memahami dan
menerapkan
pengetahuan (faktual,
3.1. Memahami nilai-nilai Pancasila
sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa
41
konseptual, dan
prosedural)
berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu
pengetahuan,
teknologi, seni, dan
kejadian tampak mata
3.2. Menjelaskan lembaga-lembaga negara
dalam UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
3.3. Mendiskusikan tata urutan peraturan
perundangan nasional
3.4. Membedakan norma dan kebiasaan
antar daerah di Indonesia
3.5. Memahami hak asasi manusia dalam
UUD RI 1945
3.6. Mendiskripsikan makna keberagaman
dalam bingkai bhineka Tunggal Ika
3.7. Mendiskusikan unsur-unsur NKRI
4. Mengolah, menyaji,
dan menalar dalam
ranah konkret
(menggunakan,
mengurai, merangkai,
memodifikasi dll) dan
ranah abstrak
(menulis, membaca,
menghitung,
4.1. Menyajikan dan melaksanakan nilai-
nilai Pancasila sebagai dasar negara
dan pandangan hidup bangsa dalam
kehidupan sehari-hari
4.2. Menyajikan hubungan fungsi antar
lembaga-lembaga negara dalam UUD
Negara Republik Indonesia Tahun
1945
42
menggambar dll)
sesuai yang dipelajari
di sekolah dan sumber
lain yang sama dalam
sudut pandang/teori
4.3. Melaksanakan kewajiban sesuai
peraturan perundang-undangan dalam
kehidupan sehari-hari
4.4. Melaksanakan hasil pengamatan
tentang norma, dan kebiasaan yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia
4.5. Mengamati dan melaksanakan
kewajiban asasi manusia sebagaimana
UUD 1945
4.6. Mengamati dan melakukan kerjasama
dalam masyarakat yang beragama
dalam bingkai Bhinika Tunggal Ika
4.7. Mengamati dan menyajikan unsur-
unsur NKRI sebagai satu kesatuan
yang utuh
4.2. Hasil Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan oleh (Menik Kusmani, 2013) dengan judul:
Keekfektifan Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Course
Review Horay terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar PKn pada siswa
kelas V SDN Kaligangsa Kulon 01 Kabupaten Brebes. Populasi dalam
43
penelitian ini yaitu siswa kelas V SDN Kaligangsa Kulon 01 Kabupaten
Brebes yang berjumlah 47 orang siswa yang terbagi menjadi dua kelas,
dengan 25 dari kelas VA dan 22 dari kelas VB. Desain eksperimen
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Quasi experimental desaign
dengan bentuk nonequivalent control group desaign. Analisis ststistik
yang digunakan yaitu korelasi product moment untuk uji Validitas dan
Cronbach’s alpha untuk uji reliabilitas instrumen. Metode lilliefors
untuk menguji normalitas data, metode independent sample t test untuk
uji homogenitas dan uji t intuk uji hipotesis. Hasil penelitian
menunjukan rata-rata skor aktivitas belajar siswa dikelas eksperimen
87,6% dan kelas kontrol 73,86%. Hasil uji t menunjukan bahwa nilai t
hitung = 2,854 dan signifikansi sebesar 0,007. Harga t tabel dengan dk=45
yaitu 2,014. Hal ini berati dapat disimpulkan terdapat perbedaan
aktivitas dan hasil belajar PKn antara siswa kelas pembelajaran dengan
menggunakan metode pembelajaran Course Review Horay dan yang
menggunakan metode ceramah.
2. Penelitian yang dilakukan oleh (Diah Purwanti, 2012) dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Scramble untuk meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada KD Hakikat Demokrasi dalam Mata pelajaran PKn
Kelas 8 SMP PAB 2 Helvita Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012.
44
4.3. Kerangka Berfikir
Secara sistematis kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1
Proses pembelajaran adalah kegiatan di dalam kelas yang melibatkan
komponen pembelajaran meliputi guru, siswa, materi pelajaran, metode, alat
dan sumber pembelajaran, dan tujuan dari proses pembelajaran. Metode
pembelajaran merupakan salah satu komponen yang berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran atau keberhasilan belajar siswa. Proses
pembelajaran akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
Metode Scramble merupakan metode mengajar dengan membagikan
lembar soal dan lembar jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban
Proses
Pembelajaran
Hasil belajar
Metode Course
Review Horay
a. Semua siswa
terlibat
b. Menyenangkan
c. Memacu giat
belajar
Metode Scramble
a. Tidak semua
siswa dapat
aktif
b. Tidak semua
siswa dapat
fokus
Hasil belajar
45
yang tersedia. Siswa diharapkan mampu mencari jawaban dan cara
penyelesaian dari soal yang ada. Scramble adalah sebuah metode yang
menggunakan penekanan latihan soal berupa permainan yang dikerjakan
secara berkelompok. Dalam metode pembelajaran ini perlu adanya kerja
sama antar anggota kelompok untuk saling membantu teman sekelompok
dapat berpikir kritis sehingga dapat lebih mudah dalam mencari
penyelesaian soal. Metode ini memang sangat efektif digunakan dan semua
siswa terlibat didalam proses pembelajaran. tetapi metode ini kurang
meningkatkan hasil belajar karena di dalam kelompok tersebut hanya
beberapa yang benar-benar membahas dan memahami materi dan sebagian
tidak memperhatikan, sebagian siswa cenderung pasif dan metode ini
kurang menyenangkan. Bila sering digunakan metode ini akan
membosankan karena siswa tidak bisa mengembangkan kreativitas secara
optimal, materi pembelajaran hanya diperoleh dari siswa yang aktif dan
yang pasif tidak mengerti. Pembelajaran menggunakan metode Scramble
menyebabkan pengaruh hasil belajar yang kurang optimal atau kurang baik
karena dalam proses pembelajaran terpusat pada siswa tertentu.
Metode pembelajaran Course Review Horay merupakan metode
pembelajaran yang dapat menciptakan suasana kelas menjadi meriah dan
menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar maka siswa
tersebut diwajibkan berteriak‟hore!‟ atau yel-yel lainnya yang disukai.
Jadi, metode pembelajaran Course Review Horay ini merupakan suatu
metode pembelajaran yang dapat digunakan guru agar dapat tercipta suasana
46
pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan. Sehingga para
siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam metode pembelajaran Course
Review Horay ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar
maka siswa tersebut diwajibkan meneriakan kata “hore” ataupun yel-yel
yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun individu siswa itu
sendiri. Dalam aplikasinya metode pembelajaran Course Review Horay
(CRH) tidak hanya menginginkan siswa untuk belajar keterampilan dan isi
akademik melainkan proses learning to know, learning to do, learning to be
and learning to live together untuk mendorong terciptanya kebermaknaan
belajar bagi peserta didik. Walaupun metode ini terlihat sederhana dan
menonjol aspek permainan, namun metode Course Review Horay dapat
meningkatkan keterampilan motorik, meningkatkan ketrampilan sosial,
melatih siswa berani berpendapat dan memperluas pengetahuan. Melalui
metode Course Review Horay belajar siswa akan lebih baik karena siswa
diminta untuk aktif, kreatif dan berfikir inovatif. Sehingga tidak hanya
aspek kognitif saja yang terpenuhi tetapi aspek psikomotorik dan aspek
afektif. Pembelajaran dengan mengunakan metode Course Review Horay
berpengaruh terhadap hasil belajar yang lebih baik.
4.4. Hipotesis
Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode
pembelajaran Course Review Horay dan Scramble terhadap hasil belajar
PPKn siswa kelas 8 di SMP Negeri 1 Bancak tahun ajaran 2013/2014.