BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Mata Pelajaran PKn
2.1.1.1 Hakikat PKn
Menurut Azyumi Azra dalam Mawardi dan Bambang S. Sulasmono
(2011:10) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan
membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule
of law, HAM, hak dan kwajiban warga negara, serta proses demokrasi. Selain itu
ada pengertian PKn Menurut Zamroni dalam (Mawardi dan Bambang S.
Sulasmono, 2011:11) Pendidikan Kewarganegaraan adalah pendidikan
demokrasi yang bertujuan untuk mempersiapkan masyarakat berpikir kritis dan
bertindak demokratis.
Dalam (PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan / SNP)
mata pelajaran kewarganegaraan dimaksud untuk meningkatkan kesadaran dan
wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya
sebagai manusia.
2.1.1.2 Tujuan PKn
Menurut Faturohman dan Wuri Wuryandari (2011:7-8) Tujuan mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-
kompetensi sebagai berikut :
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan,
b. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi.
2.1.1.3 Ruang Lingkup PKn
Menurut Mawardi dan Bambang S. Sulasmono (2011: 23-25) menetapkan
ruang lingkup materi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi
aspek-aspek sebagai berikut:
a. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,
Cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda,
Keutuhan Negara Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara,
sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Norma, hokum dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga,
Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-
peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
Sistim hokum dan peradilan nasional, hokum dan peradilan internasional.
c. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
d. Kebutuhan warganegara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
anggota masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, persamaan
kedudukan warga Negara.
e. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia,
Hubungan dasar Negara dengan konstitusi.
9
f. Kekuasaan dan politik meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan,
Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistim
politik, budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistim
pemerintahan, Pers dan masyarakat demokrasi.
g. Pancasila meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasr negara dan ideology
negara, Proses perumusan pancasila sebagai dasr negara, Pengamalan nilai-
nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi
terbuka.
h. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negri
Indonesia di era globalisasi, Dampak Globalisasi, Hubungan internasional
dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)
2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT)
Anita Lie (2004:59) menyatakan “Numbered Head Together (NHT) atau
kepala bernomor adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif pendekatan
struktural yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.”
Trianto (2007:82) menyebutkan “Numbered Head Together merupakan
jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional.”
Miftahul Huda (2011:130) menyatakan “Numbered Head Together (NHT)
pada dasarnya, merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaannya
hampir sama dengan diskusi kelompok. Guru meminta siswa untuk duduk
berkelompok, masing-masing anggota kelompok diberi nomor. Setelah itu, guru
memanggil nomor (baca; anggota) secara acak untuk mempresentasikan hasil
diskusinya.
10
2.1.2.2 Tujuan Model Pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT)
Miftahul Huda (2011:138) menjabarkan: 1) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat; 2) meningkatkan semangat kerja sama siswa; 3) dapat digunakan untuk
semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Numbered Head
Togeteher (NHT)
Kelebihan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) menurut
Arends dalam Awaliyah (2008:3) menjabarkan: 1) terjadinya interaksi antara
siswa melalui diskusi atau siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah
yang dihadapi; 2) siswa pandai maupun lemah sama-sama memperoleh manfaat
melalui aktivitas belajar kooperatif; 3) dengan bekerja secara kooperatif ini,
kemungkinan konstruksi pengetahuan akan menjadi lebih besar atau
kemungkinan bagi siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan; 4)
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakanketerampilan
bertanya, berdiskusi dan bakat kepemimpinan.
Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan: 1) dapat meningkatkan prestasi
beljar siswa; 2) mampu memperdalam pemahaman siswa; 3) menyenangkan
siswa dalam belajar; 4) mengembangkan sifat positif siswa; 5) mengembangkan
sifat kepemimpinan siswa; 6) mengembangkan rasa ingin tahu siswa; 7)
mengembangkan rasa saling memiliki; 8) mengembangkan keterampilan masa
depan.
Kelemahan model pembelajaran Numbered Head Togeteher (NHT) menurut
Hill dalam Tryana (2008) menyebutkan: 1) kemungkinan nomor yang dipanggil
akan dipanggil lagi oleh guru; 2) tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh
guru; 3) waktu yang dibutuhkan banyak; 4) guru tidak mengetahui kemampuan
dari masing-masing siswa.
11
2.1.2.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Head Togeteher (NHT)
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada Kagen dalam
Ibrahim (2000:9) dengan tiga langkah yaitu pembentukan kelompok, diskusi
masalah, dan tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut
kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000:9) menjadi enam langkah sebagai
berikut:
Langkah 1. Persiapan. Dalam hal ini guru mempersiapkan rancangan
pelajaran dengan membuat skenario pembelajaran (SP), (LKS) yang sesuai dengan
pembelajaran NHT.
Langkah 2. Pembentukan kelompok. Dalam pembetukan kelompok
disesuaikan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT guru membagi siswa
menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siwa guru memberi
nomor pada siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok
yang dibentuk merupakan pencampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial,
suku, jenis kelamin, dan kemampuan belajar. Selain itu dalam pembentukan
kelompok digunakan nilai tes awal, sebagai dasar dalam menentukan masing-
masing kelompok.
Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
agar mempermudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang
diberikan oleh guru.
Langkah 4. Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok guru membagikan LKS
kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok
setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa
tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang ada dalam LKS atau
pertanyaan yang diberikan oleh guru pertanyaan dapat bervariasi dan yang
bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.
12
Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam
tahap ini guru memanggil satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan
nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di
kelas.
Langkah 6. Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan
jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berkembang dari materi yang
disajikan.
Dari urian di atas singkatnya NHT merupakan kegiatan pembelajaran
kooperatif deangan 4 tahap kegiatan: pertama, siswa dikelompokan menjadi
beberapa kelompok tiap kelompok terdiri dari 5 orang setiap anggota kelompok
diberi satu nomor 1, 2, 3 ,4 dan 5; kedua, guru menyampikan pertanyaan; ketiga,
berpikir bersama siswa menyatukan pendapatnya terhadap pertanyaan itu;
keempat guru menyebut nomor (1, 2, 3, 4 atau 5) dan siswa dengan nomor yang
tersebut itu yang harus menjawab.
Kagen dalam Trianto (2011:82) menjabarkan: Fase 1. Penomoran. Dalam
fase ini, guru membagi siswa dalam kelompok 3-5 orang dan kepada setiap
anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5; Fase 2. Mengajukan
pertanyaan. Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertayaan dapat
bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya; Fase
3. Berpikir bersama. Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban
pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban
tim; Fase 4. Menjawab. Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa
yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
Anita Lie (2004:60) menjabarkan: 1) siswa dibagi dalam kelompok. Setiap
kelompok mendapat nomor; 2) guru memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya; 3) kelompok memutuskan jawaban yang dianggap
paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahuai jawaban
13
tersebut; 4) guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
2.2 Hasil Belajar
2.2.1 Pengertian Belajar
Agus Suprijono (2009:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan
keterampilan.
Menurut Bloom dalam Agus Suprijono (2009:6) hasil belajar mencangkup
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif adalah
knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehention (pemahaman, menjelaskan,
meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan,
menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan,
membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif adalah
receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai),
organization (organisasi), characterization (karakteristik). Domain psikomotor
meliputi initiatory, pre routine, reutinized. Psikomotor juga mencangkup
ketrampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Sementara, menurut Lindgren hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi,
pengertian, dan sikap. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan
perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian
saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasikan oleh para pakar
pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris atau
terpisah, melainkan komprehensif.
Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan
tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari
tidak mengerti menjadi mengerti (Hamalik, 2006:30).
14
Dimyati dan Mujiono (2006:250-251) menyebutkan bahwa hasil belajar
merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru.
Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih
baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental
tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar adalah saat terselesainya bahan pelajaran.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar
adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan
tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam
membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik
lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang
lebih baik.
2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri. Dari pendapat ini faktor yang
dimaksud adalah faktor dalam diri siswa perubahan kemampuan yang
dimilikinya seperti yang dikemukakan oleh Clark pada tahun 1981 bahwa hasil
belajar siswa disekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%
dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian juga faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan yang paling dominan berupa kualitas pembelajaran menurut Sudjana
(2006:39).
Perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan
lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian
belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu.
Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak
dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kamampuan siswa dan
kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah profesional yang
15
dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif
(intelektual), bidang sikap (afektif) dan bidang perilaku (psikomotorik) menurut
Ali (2011:1).
Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa
berupa kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni
lingkungan. Hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa
berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam
bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan
penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam
berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan
tingkah laku secara kuantitatif menurut Djamarah (2011:1).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh dua faktor dari dalam individu siswa berupa kemampuan
personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan. Dengan
demikian hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat
adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk
penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian
terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku
secara kuantitatif.
2.2.3 Hasil Belajar PKn
Secara garis besar pembelajaran PKn harus mengacu pada standar
kompetensi maupun pada kompetensi dasar PKn. Standar kompetensi PKn
merupakan kompetensi PKn yang dibakukan dan harus ditunjukkan siswa pada
hasil belajarnya dalam pembelajaran PKn.
16
Dengan demikian hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam
menguasai materi PKn berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah
mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses
belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar
atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn yang diberikan oleh guru. Dari
hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
2.3 Hubungan Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)
dengan Pembelajaran PKn
Penerapan dan keunggulan Numbered Head Together (NHT) adalah suatu
proses pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam
mencari, mengolah dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
ahirnya dipersentasikan di depan kelas. NHT pertama kali dikenalkan Spenser
Kagen (1993) dalam Trianto (2007: 82) bagian dari model pembelajaran
kooperatif struktural yang dirancang khusus untuk mempengaruhi interaksi
siswa. Kagen menghendaki agar siwa bekerja saling bergantung pada kelompo-
kelompok kecil secara kooperatif. Struktural tersebut dikembangkan sebagai
bahan alternatif dari struktur kelas tradisional seperti mengacungkan tangan
terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab pertanyaan
yang dilontarkan. Suasana seperti akan menimbulkan kegaduhan di dalam kelas,
karena para siswa saling berebut untuk menjawab pertanyaan.
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat
serta berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam
pembelajaran. Lalu seperti apa langkah-langkah pembelajaran NHT? Sintaks
NHT dijelaskan sebagai berikut:
Langkah Pertama Penomoran. Penomoran adalah hal yang utam dalam NHT,
dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang
17
beranggotakan 3-5 dan memberi siswa nomor yang berbeda-beda sesuai dangan
kelompok siswa.
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari pelajaran
tertentu yang memang sedang dipelajari, dalam membuat pertanyaan diusahakan
bervariasi dari yang spesifik sehingga bersifat umum dan dengan tingkat
kesulitan yang bervariasi pula.
Dilanjutkan berpikir bersama setelah mendapat pertanyaan-pertanyaan dari
guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan dan menjelaskan jawaban
kepada anggota, mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
Langkah terakhir adalah pemberian jawaban. Guru menyebutkan satu nomor
dari setiap kelompok siswa dan tiap kelompok yang bernomor sama mengangkat
tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru secara
random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyaan tersebut,
Selanjutnya nomor yang disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat
tangan dan berdiri untuk menjawab pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor
sama menanggapi jawaban tersebut.
2.4 Kajian Hasil Penelitian yang Relavan
Istiyati, Siti, A. Dakir, dan Jenny ISP. 2010. Penggunaan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari rata-rata skor observasi angket serta
didukung dengan nilai hasil belajar siswa kelas 4 SDN 02 Doplang
Karangpandan selama pelaksanaan tindakan kelas dari pra tindakan, siklus I
maupun siklus II terjadi peningkatan motivasi belajar siswa yang signifikan.
Peningkatan tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut : (1) Dari data observasi
pembelajaran siswa rata-rata sebelum tindakan sebesar 16,38 atau kurang lebih
16 menjadi 19,17 atau kurang lebih 19 rata-rata di siklus II meningkat menjadi
26,68 atau 27, dari 17 peserta didik, (2) untuk rata-rata motivasi belajar siswa
18
juga mengalami peningkatan, rata-rata motivasi belajar sebelum tindakan adalah
sebesar 60,88 pada siklus I rata-rata motivasi belajar siswa menjadi meningkat
72,80 atau sekitar 73, pada siklus II mengalami peningkatan lagi menjadi 84,20
dari 17 peserta didik. (3) Sedangkan untuk rata-rata hasil belajar IPS siswa juga
mengalami peningkatan yang signifikan, adapun rata-rata peningkatan nilai
belajar IPS siswa sebagai berikut: rata-rata nilai IPS siswa sebelum tindakan
sebesar 60,03 menjadi 69,58 atau 70 pada siklus I meningkat sebesar 9,55,
kemudian meningkat lagi menjadi 77,17 pada siklus II atau mengalami
peningkatan sebesar 17,14%. Dari uraian tersebut dapat diketahui bahwa terjadi
peningkatan yang signifikan skor observasi, motivasi serta nilai belajar IPS
siswa selama tahap pra tindakan menuju siklus I dan siklus II. Dan peningkatan
tersebut tergolong dalam kategori yang tinggi.
Dari hasil penelitian, siswa yang memiliki motivasi tinggi siswa tersebut
aktif dalam kegiatan pembelajaran terutama pada saat kelompok, selain itu nilai
evaluasinya juga tinggi, akan tetepi beberapa siswa yang hasil angket
motivasinya tinggi tetapi hasil belajarnya masih sedang, hal ini karena daya
tangkap siswa tersebut memang rendah. Dari keseluruhan tindakan atau siklus
yang telah dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya keterkaitan
antara keaktifan siswa dengan motivasi dan hasil belajar siswa, dengan
penggunaan model pembelajaran koopertaif tipe NHT 9 siswa menjadi lebih
antusias, lebih aktif, percaya diri meningkat dan lebih tertarik dengan
pembelajaran yang dilakukan guru sehingga siswa yang semula tidak aktif dan
motivasinya rendah dapat meningkat keaktifan dan motivasi belajarnya, karena
disini siswa yang aktif baik dalam kelompok maupun individu siswa juga merasa
senang dengan pembelajaran yang dilakukan selama kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Dan hal ini berpengaruh pada nilai belajar siswa pula karena
dengan motivasi belajar yang tinggi dalam pembelajaran maka penguasaan
materi siswa juga lebih baik dan dapat meningkat.
19
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dian Kurniasih Wahyusari,
tahun 2009 pada siswa kelas V SDN Luwuk Kecamatan Kejayaan Pasuruan
dengan judul ”Pelaksanaan Pembelajaran Kooperatif Model Numbered Heads
Together (NHT) Untuk Meningkatkan Prestasi Hasil Belajar IPS Siswa Kelas V
SDN Luwuk Kecamatan Kejayan Kabupaten Pasuruan”, menunjukan adanya
peningkatan hasil belajar IPS siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil
tes tulis pada setiap siklus. Hasil tes pada siklus I mencapai 69,12% dan
meningkat menjadi 80,88% pada siklus II. Selain itu tidak hanya meningkatkan
aspek kognitif saja, namun semua aspek yang menyangkut perkembangan siswa
dalam pembelajaran seperti kemampuan bekerjasama serta partisipasi siswa
dalam pembelajaran. Selain itu dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
merancang serta mengelola pembelajaran secara individual, klasikal maupun
kelompok.
Dari hasil penelitian tersebut, didapatkan informasi bahwa model Numbered
Head Together (NHT) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran. Hal tersebut menjadi penguat dalam penelitian yang akan
dilakukan di kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren Kecamatan Tengaran
Kabupaten Semarang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn yang
meliputi peningkatan aktivitas siswa, peningkatan ketrampilan guru, dan
peningkatan hasil belajar siswa.
2.5 Kerangka Pikir
Kemampuan memecahkan masalah PKn merupakan usaha kegiatan yang
dicapai siswa dalam periode tertentu dari mata pelajaran PKn. Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran juga memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio kultural, bahasa, usia,
dan suku bangsa. Pembelajaran PKn ini diharapkan akan mampu membentuk
siswa yang ideal memiliki mental yang kuat, sehingga dapat mengatasi masalah
yang dihadapi.
20
Mata pelajaran PKn tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan
warga negara yang menekankan pada kesadaran akan hak dan kewajiban tetapi
lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang jenuh dan membosankan. Selain
itu pembelajaran PKn juga cenderung kurang bermakna karena hanya
berpatokan pada penilaian hasil bukan pada penilaian proses.
Suatu upaya yang dilakukan adalah melalui pembelajaran NHT. Guru dalam
memberikan tugas didiskusikan untuk dipecahkan bersama dengan
memformulasikan pengalaman yang mereka punya sehingga dapat menemukan
apa yang mereka cari dengan maksimal, sehingga NHT dapat meningkatkan
kemampuan memacahkan masalah PKn.
Supaya penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka
peneliti mempunyai gambaran kerangka pikir. Adapun kerangka pikir tersebut,
adalah sebagai berikut:
21
2.6 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka berpikir di atas
dapat dirumuskan hipotesis tindakan sebagai berikut: melalui penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT) diduga dapat
meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas 5 SD Negeri 01 Karangduren
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Menggunakan strategi mengajar yang
konvensional:
Kurang melibatkan siswa
Hanya ada komunikasi satu arah
Siswa pasif
Kondisi Awal
Kondisi Akhir
Tindakan
Penggunaan model pembelajaran
Numbered Head Together (NHT),
yaitu:
Siswa berpikir bersama-sama
menyatukan pendapatnya terhadap
jawaban pertanyaan itu.
Pembelajaran menyenangkan
Perilaku mengganggu kurang.
Pemahaman lebih mendalam.
Hasil belajar
meningkat.
Hasil belajar lebih meningkat.
Gambar 1.
Kerangka Berpikir
Pemantapan model
pembelajaran NHT:
Membenahi
kegiatan
pembelajaran yang
kurang efektif.
Memotivasi siswa
agar lebih aktif lagi
dalam proses
pembelajaran.
Hasil belajar
siswa rendah.