BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

31
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pembelajaran Matematika Peristiwa belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dengan pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2). Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal (Sugihartono, 2007: 81). Pembelajaran perlu memberdayakan potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan (Sanjaya, 2010: 103). Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006: 9). Peristiwa pembelajaran merupakan proses interaksi mempengaruhi si belajar sehingga memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya (Trianto, 2010: 17). Menurut isjoni (2010: 11), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakuan kegiatan belajar. 7

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

7

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pembelajaran Matematika Peristiwa belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak

dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia. Kegiatan belajar yang disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dengan pengalaman dalam kehidupan sosial di masyarakat. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2003: 2).

Pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, mengorganisasi dan menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil yang optimal (Sugihartono, 2007: 81). Pembelajaran perlu memberdayakan potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan (Sanjaya, 2010: 103). Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006: 9). Peristiwa pembelajaran merupakan proses interaksi mempengaruhi si belajar sehingga memperoleh kemudahan dalam berinteraksi dengan lingkungan.

Pembelajaran merupakan interaksi dua arah dari seorang guru dan peserta didik, dimana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah diterapkan sebelumnya (Trianto, 2010: 17). Menurut isjoni (2010: 11), pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakuan kegiatan belajar.

7

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

8

Dari beberapa pengertian tentang pembelajaran yang telah disampaikan diatas bahwa pembelajaran itu menunjukan pada usaha siswa mempelajari bahan pelajaran sebagai akibat perlakuan guru. Proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak mungkin terjadi tanpa perlakuan guru. Guru merancang pembelajaran dengan sedemikian rupa untuk mempermudah siswa untuk belajar. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu usaha guru yang dilakukan untuk menciptakan kondisi yang memudahkan siswa untuk belajar dan memperdayakan potensinya sehingga dapat menguasai kompetensi dengan hasil optimal.

Pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru dalam mengajarkan matematika pada peserta didiknya yang didalamnya terkandung upaya guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan siswa tentang matematika yang amat beragam agar terjadi interaksi optimal antara siswa dengan siswa dalam mempelajari matematika tersebut (Suyitno, 2004: 2). Pembelajaran matematika mengoptimalkan keberadaan para siswa sebagai pembelajar. Menurut Depdiknas (2006: 416), Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama (Depdiknas, 2006: 416). Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengolahan data (Depdiknas, 2006: 417). Tujuan akhir pembelajaran matematika di SD yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari (Heruman, 2010: 2).

Dari beberapa pengertian tentang pembelajaran yang telah disampaikan diatas, dapat dilihat pengertian pembelajaran semuannya merujuk pada pembelajaran merupakan usaha menciptakan kondisi untuk mempermudah peserta didik untuk belajar secara optimal. Kegiatan pembelajaran dilakukan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

9

dengan menciptakan suasana atau memberi layanan agar siswa belajar. Sesuai dengan Depdiknas bahwa matematika membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting dalam memajukan daya pikir manusia sehingga matematika perlu diberikan sejak dini setidaknya mulai dari sekolah dasar. Dengan penerapan sejak dini sehingga siswa mempunyai bekal kemampuan berpikir yang logis dan kreatif. Sejalan dengan Heruman bahwa pembelajaram matematika bertujuan untuk menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu upaya guru yang dilakukan untuk menciptakan iklim pembelajaran yang mempermudah siswa belajar dan mengajarkan matematika pada peserta didiknya. Guru lebih berperan sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi tahu. Dengan bimbingan guru, siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang optimal. Dalam pembelajaran matematika SD mencakup materi yakni tentang bilangan, geometri dan pengukuran dan pengolahan data.

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif 2.1.2.1 Definisi Pembelajaran Kooperatif

Secara sederhana kata “kooperatif” yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2010: 8). Menurut Rusman (2011: 202), pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Pada pembelajaran siswa beriteraksi aktif dan positif dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif merupakan teknik-teknik kelas praktis yang dapat digunakan guru setiap hari untuk membantu

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

10

siswanya belajar setiap mata pelajaran, mulai dari keterampilan-keterampilan dasar sampai pemecahan masalah yang kompleks (Nur, 2005: 1).

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah (Ibrahim, 2000: 3). Siswa yang bekerja dalam pembelajaran kooperatif didorong untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dalam pembelajaran, dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama. Pelaksanaan prosedur pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif.

Dari beberapa pengertian tentang pembelajaran kooperatif yang telah disampaikan diatas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berkelompok, dalam kelompokan siswa berasal dari kemampuan akademik, jenis kelamin, suku, dan latar belakang sosial yang berbeda. Dalam manyelesaikan tugas siswa dalam kelompok saling bekerjasama dan mambantu untuk memahami materi pelajaran. Sehingga setiap siswa memiliki tanggung jawab yang sama untuk keberhasilan kelompok dan diperlukan kerjasama antar anggota kelompok.

Dari uraian diatas pembelajaran kooperatif merujuk pada kerjasama menyelesaikan masalah yang dihadapi dan membangkitkan semangat siswa dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu suatu pembelajaran dalam kelompok yang terdiri empat sampai enam siswa secara heterogen yang kemampuan, jenis kelamin, suku, dan latar belakang sosial yang berbeda untuk menyelesaikan tugas kelompok dimana setiap anggota bekerjasama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

11

2.1.2.2 Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Apabila diperhatikan secara seksama, maka pembelajaran kooperatif

mempunyai ciri-ciri dibandingkan dengan pembelajaran lain. Pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan

materi belajarnya. b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,

dan rendah. c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku,

jenis kelamin berbeda-beda. d. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu (Ibrahim,

2000: 6-7). Menurut Lie (2004: 31) mengemukakan adanya lima unsur dasar

dalam pembelajaran kooperatif meliputi. a. Saling ketergantungan positif (positive interdependence).

Siswa harus merasa senang bahwa mereka saling tergantung positif dan saling terikat sesama anggota kelompok. Mereka merasa tidak akan sukses bila siswa lain juga tidak sukses, dengan demikian materi tugas haruslah mencerminkan aspek saling ketergantungan, seperti tujuan belajar, sumber belajar, peran kelompok dan penghargaan.

b. Tatap Muka (face to face interaction). Belajar kooperatif membutuhkan siswa untuk bertatap muka satu

dengan yang lainnya dan berinteraksi secara langsung. Siswa harus saling berhadapan dan saling membantu dalam pencapaian tujuan belajar dan memberikan sumbangan pikiran dalam pemecahan masalah, siswa juga harus mengembangkan keterampilan komunikasi secara efektif.

c. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability). Setiap anggota kelompok bertanggung jawab mempelajari materi

dan bertanggung jawab terhadap hasil belajar kelompok. Hal inilah yang

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

12

menuntut tanggung jawab perseorangan untuk melaksanakan tugas dengan baik.

d. Komunikasi antar anggota Keterampilan sosial sangat penting dalam belajar kooperatif dan harus diajarkan pada siswa. Siswa harus dimotivasi untuk menggunakan keterampilan berinteraksi dalam kelompok yang benar sebagai bagian dari proses belajar. Keterampilan sosial yang perlu dan sengaja diajarkan seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi.

e. Evaluasi proses kelompok (group processing). Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi kerja kelompok dan hasil kerjasama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih baik. Dari beberapa ciri-ciri pembelajaran yang telah disampaikan diatas

bahwa pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok biasa. Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif yang membedakan dengan pembelajaran kelompok lainya. Pembelajaran ini kelompok di bentuk dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap kelompok terdiri dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda, penghargaan lebih berorentasi pada kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif anggota kelompok saling ketergantungan positif, tatap muka, tanggung jawab perseorangan, komunikasi antar anggota, evaluasi proses kelompok. Oleh karena itu guru dalam merancang rencana pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif harus memahami ciri-ciri yang membedakan pembelajaran kooperatif dengan yang lainnya.

Berdasarkan uraian tentang ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif yaitu siswa bekerjasama dan saling ketergangantungan positif dari siswa kemampuan, ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda untuk menuntaskan materi dan keberhasilan tergantung pada individu yang berorientasikan kelompok.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

13

2.1.2.3 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Rusman, 2011: 209). Pembelajaran ini memberikan keuntungan pada siswa dalam kelompok yang terdapat dari keanekaragaman ras, budaya, agama dan sosial yang melatih ketrampilan-ketrampilan kerjasama dan kolaborasi. Dalam tugas kelompok setiap anggota bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama (Trianto, 2009: 58). Jadi tujuan pembelajaran kooperatif sebagai berikut: a. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik siswa. b. Mengembangkan toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap

orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya.

c. Mengajarkan keterampilan kerjasama dan kolaborasi pada siswa. Dengan pembelajaran kooperatif, diharapkan kelak akan muncul

generasi baru yang memiliki prestasi akademik yang cemerlang dan memiliki solidaritas yang kuat (Trianto, 2009: 58).

Dari beberapa pengertian tentang tujuan pembelajaran kooperatif diatas bahwa tujuan yang dicapai dalam pembelajaran kooperatif yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan individu, dan pengembangan keterampilan sosial. Dalam pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang saling kerjasama, dalam kelompok terdiri dari perbedaan ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya, dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan uraian tentang tujuan pembelajaran kooperatif diatas semua bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar akademik, menghargai orang lain, meningkatkan ketrampilan sosial untuk bekerjasama dan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

14

kolaborasi dengan orang lain. Dapat disimpulkan tujuan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar akademis, saling menghargai satu sama lain dan dapat bekerja sama serta berkolaborasi.

2.1.2.4 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

Terdapat enam langkah utama atau tahapan didalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Kooperatif

I Ibrahim (2010: 10) Menurut Arends (2008: 6), terdapat enam fase atau langkah utama

yang terlibat dalam pelajaran yang menggunakan model cooperative learning adalah: Fase 1: Mengklarifikasi tujuan dan membangkitkan motivasi belajar.

Fase Tingkah laku Guru Fase-1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2 Menyajikan informasi.

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase-3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar.

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi.

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase-6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

15

Fase 2: Mempresentasikan informasi. Fase 3: Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Fase 4: Membentuk kerja tim dalam belajar. Fase 5: Mempresentasikan hasil diskusi dan mengujikan yang dipelajari. Fase 6: Memberi pengakuan.

Dari beberapa uraian tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif yang telah disampaikan diatas bahwa langkah dalam pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa belajar, menyajikan informasi materi pembelajaran, menjelaskan caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas kemudian mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Bersadarkan uraian tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif dapat ditarik kesimpulan bahwa pelajaran dimulai menyampaikan tujuan pelajaran dan motivasi untuk belajar. Selanjutnya siswa dikelompokan kedalam tim dan dikuti bimbingan guru kepada siswa untuk bekerjasama menyelesaikan tugas. Tahap terakhir meliputi presentasi hasil kerja kelompok atau evaluasi dan memberi penghargaan terhadap usaha kelompok.

2.1.2.5 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif

Jarolelimek & Parker (Isjoni, 2010: 36) mengungkapkan tentang kelebihan dan kelemahan pembelajaran kooperatif. Kelebihan dari pembelajaran kooperatif antra lain: a) saling ketergantungan positif; b) adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu; c) siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas; d) suasana kelas yang rileks dan menyenangkan; e) terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan gurunya; dan f) memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam yaitu

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

16

sebagai berikut: 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu; 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas,alat dan biaya yang cukup memadai; 3) selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan; dan 4) saat diskusi kelas, terkadang didominasi oleh seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

Berdasarkan kelebihan pembelajaran kooperatif, pembelajaran ini baik untuk diterapkan dalam pembelajaran. Siswa dapat bekerjasama dalam satu tim, siswa aktif dalam pembelajaran dan terjalin interaksi yang baik antara siswa dengan siswa atau guru. Hal itu menyebabkan siswa lebih mudah memahami materi. Berdasarkan kelemahan dalam pembelajaran kooperatif, sebelum pembelajaran berlangsung sebaiknya guru mempersiapkan pembelajaran secara baik seperti media atau yang lainnya, agar saat proses belajar mengajar berlangsung tidak ada hambatan. Pada waktu pembelajaran kooperatif berlangsung guru harus berusaha membuat suasana yang terbuka dengan kebiasaan-kebiasaan kerjasama, terutama dalam memecahkan masalah dan sebaiknya membatasi masalah yang dibahas, agar tidak melebihi waktu yang telah ditentukan.

Pembelajaran kooperatif dapat membuat kemajuan para siswa kearah pengembangan sikap, nilai, dan tingkah laku yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi dalam kelompok mereka. Hal ini dapat tercapai karena tujuan utama pembelajaran kooperatif adalah untuk memperoleh pengetahuan dari sesama temannya. Seorang teman harus memberikan kesempatan kepada teman lain untuk mengemukakan pendapatnya. Dengan cara menghargai pendapat orang lain, saling mengoreksi kesalahan, dan saling membetulkan sama lainnya untuk memperoleh jawaban yang benar sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan semakain luas dan baik.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

17

2.1.3 NHT (Number Heads Together)

Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Heads Together yang selanjutnya disingkat NHT merupakan salah satu pendekatan struktural dalam pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Spencer Kagan pada 1993 (Arends, 2008: 15). NHT pada dasarnya merupakan varian diskusi kelompok, ciri khasnya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa. Cara ini merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok (Nur, 2005: 78).

NHT merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur kelas tradisional. NHT dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran (Trianto, 2009: 82). Struktur Kagan mengharuskan siswa untuk bekerja secara interdependen di kelompok-kelompok kecil dan ditandai oleh reward kooperatif dan bukan reward individual (Arends, 2008: 15). Sebagian struktur memiliki tujuan untuk meningkatkan perolehan isi akademis oleh siswa. Struktur-struktur lainnya dirancang untuk mengajarkan berbagai keterampilan sosial atau kelompok.

NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu. Pembelajaran NHT juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat pada sebuah pertanyaan dalam kelompok. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja sama mereka (Lie, 2008: 59).

Saat pembelajaran NHT, guru membagi siswa dalam kelompok yang heterogen dan memberi penomoran. Setelah itu guru mengajukan pertanyaan dalam kelompok, siswa diberi waktu untuk menyamakan pemikiran untuk memastikan bahwa teman-teman sekelompok mereka juga tahu jawaban yang

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

18

benar. Akhirnya satu nomor dipilih secara acak untuk mempresentasikannya. Dengan demikian, tiap-tiap anggota kelompok ingin semua teman sekelompoknya bekerja dengan baik. Siswa saling tergantung secara positif. Interdepedensi positif meningkatkan pembelajaran dan juga kedekatan diantara teman sekelompok. Semua merasakan bahwa mereka berada di pihak yang sama, saling memberi tahu dan memberi dorongan (Sharan, 2009: 186).

Akuntabilitas perseorangan membuat setiap anggota bertanggung jawab atas pembelajaran atau kontribusi mereka. Dalam NHT, tiap-tiap siswa memiliki tanggung jawab kepada guru dan teman sekelas untuk berbagi gagasan dan jawaban. Unsur yang menuntut siswa untuk bertanggung jawab adalah tahap terakhir dari NHT, individu berbagi dengan kelas. Ketika siswa sudah merasa jelas bahwa mereka memiliki tanggung jawab, hal ini meningkatkan kemungkinan bahwa mereka akan bersedia mendengarkan dan berpartisipasi (Sharan, 2009: 186).

Dari beberapa pengertian tentang pembelajaran NHT yang telah disampaikan di atas bahwa pembelajaran NHT merupakan varian diskusi kelompok, ciri khasnya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. NHT merupakan pembelajaran kelompok yang dimana siswa dalam kelompok terdapat penomoran. Siswa berdiskusi kelompok dan nantinya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Dapat disimpulkan bahwa NHT merupakan pembelajaran berkelompok yang setiap siswa diberikan nomor kemudian menunjuk seorang siswa dengan memanggil nomor secara acak untuk menyampaikan hasil diskusinya.

Dalam mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks pembelajaran kooperatif tipe NHT (Trianto, 2009: 82).

Fase 1 : Penomoran Dalam fase ini, guru membagi siswa kedalam kelompok 3-5 orang dan setiap anggota kelompok diberikan nomor 1 sampai 5.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

19

Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi.

Fase 3 : Berpikir Bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban timnya.

Fase 4 : Menjawab Guru memanggil suatu nomor tertentu kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tanganya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas.

Dari uraian penjelasan sintaks pembelajaran kooperatif tipe NHT diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran NHT diawali dengan membagi kelas kedalam kelompok-kelompok kecil. Tiap-tiap anggota kelompok diberikan nomor. Setelah kelompok terbentuk guru memberikan pertanyaan atau LKS yang harus dijawab oleh tiap kelompok. Guru memberikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok untuk menyatukan kepala terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Langkah berikutnya, guru memanggil peserta didik dengan memanggil nomor dan yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok untuk memberi jawaban atas pertanyaan untuk seluruh kelas. Hal itu dilakukan terus hingga peserta didik setiap nomornya mendapat giliran memaparkan jawabannya. Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut guru mengembangkan diskusi yang lebih dalam sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban yang benar.

Berdasarkan sintaks pembelajaran kooperatif tipe NHT, dapat dibuat langkah-langkah pembelajaran NHT sebagai berikut: a. Kegiatan awal

1. Guru melakukan apersepsi kepada siswa. 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 3. Guru menjelaskan tentang langkah-langkah pembelajaran NHT.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

20

b. Kegiatan inti Guru memberikan informasi tetang materi yang dipelajari. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe NHT Tahap Penomoran: 1. Guru membagi siswa dalam kelompok yang beranggotakan 3-5

orang secara heterogen. 2. Siswa bergabung dengan kelompoknya, kemudian setiap anggota

kelompok diberikan nomor 1 sampai 5. Tahap mengajukan pertanyaan:

Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk untuk dikerjakan didalam kelompok.

Tahap berfikir bersama: Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut.

Tahap menjawab: 1. Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa

yang nomornya sesuai berdiri mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas.

2. Kelompok lain diberi kesempatan untuk berpendapat dan bertanya terhadap hasil diskusi kelompok tersebut dan menciptakan diskusi kelas sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban yang utuh.

3. Guru meluruskan kesalahan pemahaman kemudian memberi penguatan.

c. Kegiatan akhir 1. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan

melakukan refleksi. 2. Guru mengamati hasil yang diperoleh masing-masing kelompok

kemudian memberikan penghargaan bagi kelompok yang berhasil

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

21

dan memberikan semangat bagi kelompok yang belum berhasil dengan baik.

3. Sebagai tindak lanjut guru memberikan pekerjaan rumah (PR). 4. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan

berikutnya.

Adapun kelebihan dan kelemahan NHT menurut Ahmad Zuhdi (2010: 65) adalah: Kelebihan 1) Setiap siswa menjadi siap semua, 2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, 3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Sedangkan kelemahan 1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru. 2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Untuk mengatasi kelemahan tersebut guru berusaha untuk memanggil secara acak namun tidak memanggil nomor yang telah dipanggil dan memeratakan agar semua nomor dapat dipanggil atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya.

Untuk melakanakan pembelajaran NHT agar optimal peran seorang guru sangat diperlukan, sebagai pengawas dan pembimbing. Guru tidak hanya membiarkan siswanya mengerjakan sendiri namun juga harus membimbing jalannya diskusi sehinggga tujuan pembelajarannya akan tercapai.

2.1.4 LKS (Lembar Kerja Siswa)

Media pembelajaran adalah alat/wahana yang digunakan guru dalam proses pembelajaran untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran (Sugandi, 2006: 30). Untuk meningkatkan fungsi media sebagai alat bantu dalam pembelajaran guru perlu memilih media yang sesuai. LKS merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran. Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap/sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. LKS berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakan keterlibatan siswa dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

22

pembelajaran terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS dapat difungsikan dengan tujuan untuk menemukan konsep/prinsip, juga dapat ditujukan untuk aplikasi konsep/prinsip (Hidayah, 2007: 8).

LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis dalam penulisanya dibuat untuk menarik perhatian siswa. Sedangkan isi pesan LKS harus memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki materi (matematika) dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif (Hidayah, 2007: 8). Langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut.:

a. Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, indikator dan materi pembelajaran.

b. Menyusun peta kebutuhan LKS c. Menentukan judul LKS d. Menulis LKS e. Menentukan alat penilaian

Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: a. Judul, mata pelajaran, semester, tempat b. Petunjuk belajar c. Kompetensi yang akan dicapai d. Indikator e. Informasi pendukung f. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja g. Penilaian

Manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran. b. Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep. c. Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan

keterampilan proses.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

23

d. Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran.

e. Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar.

f. Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis. (Widiyanto, 2008: 12). Dari uraian tentang LKS yang telah disampaikan diatas bahwa LKS

merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap/sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. LKS berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal yang digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan pembelajaran terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. LKS difungsikan dengan tujuan untuk menemukan konsep/prinsip, juga dapat ditujukan untuk aplikasi konsep/prinsip.

Dari uraian atas dapat ditarik kesimpulan bahwa LKS adalah lembaran kertas yang intinya berisi informasi dari guru kepada siswa yang berupa tugas atau soal latihan yang berkaitan dengan materi yang diajarkan untuk mencapai tujuan pengajaran. Fungsi dari LKS untuk membantu penyampaian pesan pembelajaran. LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS yang didesain oleh peneliti.

2.1.5 Kerjasama

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Dalam era globalisasi ini, setiap orang dituntut lebih mampu memberdayakan diri dan kooperatif dalam menjalani kehidupan (Isjoni, 2010: 31). Sebagai makhluk sosial orang harus mau menjalin komunikasi dengan orang lain. Hubungan ini sangat penting dalam rangka memenuhi

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

24

kebutuhannya dan sekaligus untuk memenuhi fungsinya sebagai warga masyarakat.

Kerjasama diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kerjasama dalam proses pembelajaran disebut juga dengan belajar bersama. Belajar bersama merupakan proses beregu (berkelompok) di mana anggota-anggotanya mendukung dan saling mengandalkan untuk mencapai suatu hasil mufakat. Hal ini identik dengan definisi dari kooperatif. Menurut Isjoni (2010: 22), kooperatif berarti mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Dalam pembelajaran kooperatif menekankan kerjasama kelompok dalam mencapai tujuan.

Kerjasama merupakan melakukan (melaksanakan) suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang atau pihak untuk mencapai tujuan bersama (KBBI, 2005: 554). Kerjasama yang dilakukan dalam proses pembelajaran bertujuan agar peserta didik dapat mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka untuk suatu hasil tertentu. Niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompok dibutuhkan dalam model pembelajaran kooperatif sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja sama dengan anggota lainnya (Isjoni, 2010: 94).

Kelompok kerja kooperatif dapat membantu siswa untuk menjadi lebih aktif dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran membutuhkan partisipasi dan kerjasama dalam kelompok pembelajaran (Isjoni, 2010: 33). Ketika bekerja dengan rekan-rekan dalam kelompok, siswa didorong untuk mengartikulasikan ide-ide mereka dan mempertanyakan gagasan orang lain. Ketika bekerjasama ini mengarah pada proses sosial membangun ide-ide dan mengembangkan kemungkinan solusi untuk masalah. Menurut Isjoni (2010: 16), dalam kelompok kerja kooperatif siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Selain itu, dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

25

Unsur-unsur dasar dalam kerja kelompok kooperatif menurut Lundgren (Isjoni, 2010: 16-17 ) adalah sebagai berikut:

a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama”.

b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c. Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Pembelajaran harus menekankan kerjasama dalam kelompok untuk

mencapai tujuan yang sama. Menurut Harmin (Isjoni, 2010: 36) kerjasama antar siswa dalam kegiatan belajar dapat memberikan berbagai pengalaman. Mereka lebih banyak mendapatkan kesempatan berbicara, inisiatif, menentukan pilihan dan secara umum mengembangkan kebiasaan yang baik. Oleh karena itu, penanaman keterampilan kooperatif sangat perlu dilakukan, antara lain menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagai tugas.

Dalam proses pembelajaran, kerjasama dibutuhkan untuk menciptakan lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk saling membantu dalam mengerjakan tugas sehingga hasil belajar yang diperoleh meningkat. Salah satu tujuan cooperative learning dalah mengajakan ketrampilan kerjasama dan kolaborasi kepada siswa (Arends, 2008: 6). Pengajaran yang

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

26

mengharuskan siswa untuk bekerja sama dalam kelompok yang telah ditetapkan untuk tugas yang terstruktur dan mengajarkan siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi sehingga dapat membuka peluang bagi upaya mencapai tujuan meningkatkan keterampilan sosial siswa. Siswa belajar dan bekerjasama untuk sampai kepada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok (Isjoni, 2010: 45).

Kelompok kerja kooperatif dapat memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mempraktekkan sikap dan perilaku berpartisipasi pada situasi sosial yang bermakna bagi mereka. Keterampilan kooperatif harus dipelajari dan dipahami oleh setiap siswa agar hubungan kerja dan tugas dapat berjalan lancar. Kemampuan kerjasama ini sangat bermanfaat dalam dunia kerja dan kehidupan masyarakat nanti (Lie, 2008: 43).

Lungdren (Isjoni, 2010: 65) mengemukakan keterampilan-keterampilan selama kooperatif tersebut antara lain sebagai berikut: a. Keterampilan Kooperatif Tingkat Awal.

1. Menggunakan kesepakatan. Menyamakan pendapat yang berguna untuk meningkatkan hubungan kerja dalam kelompok.

2. Mengahargai kontribusi. Menghargai berarti memperhatikan atau mengenal apa yang dapat dikatakan atau dikerjakan anggota lain.

3. Mengambil giliran dan berbagi tugas. Setiap anggota kelompok bersedia menggantikan dan bersedia mengemban tugas/tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

4. Berada dalam kelompok. Setiap anggota tetap dalam kelompok kerja selama kegiatan berlangsung.

5. Berada dalam tugas. Meneruskan tugas yang menjadi tanggung jawabnya, agar kegiatan dapat diselesaikan sesuai waktu yang dibutuhkan.

6. Mendorong partisipasi.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

27

Mendorong semua anggota kelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok.

7. Mengundang orang lain. Meminta orang lain untuk berbicara dan berpartisipasi terhadap tugas.

8. Menyelesaikan tugas dalam waktunya. 9. Menghormati perbedaan individu.

Bersikap menghormati terhadap budaya, suku, rasa atau pengalaman dari semua siswa atau peserta didik.

b. Keterampilan Kooperatif Tingkat Menengah. Keterampilan tingkat menengah meliputi menunjukkan

penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara dapat diterima, mendengarkan dengan arif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengorganisir, dan mengurangi ketegangan.

c. Keterampilan Tingkat Mahir. Keterampilan tingkat mahir meliputi mengelaborasi, memeriksa

dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi. Dari uraian diatas bahwa dengan kerjasama maka dapat

mempermudah untuk mencapai tujuan. Siswa mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Kelompok kerja kooperatif siswa dapat bekerja sama dan saling tolong-menolong mengatasi tugas yang dihadapinya. Pembelajaran kooperatif melatih keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, penanaman keterampilan kooperatif sangat perlu dilakukan, antara lain menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagai tugas. Kelompok kerja kooperatif dapat memberikan kesempatan yang lebih luas kepada siswa untuk mempraktekkan sikap dan perilaku berpartisipasi pada situasi sosial yang bermakna bagi mereka.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

28

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa kerjasama merupakan proses interaksi siswa dengan siswa lain untuk mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim. Dengan bekerja sama secara baik di dalam kelompoknya, maka siswa dapat menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagai tugas. Oleh karena itu, kerjasama dalam kelompok merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan bersama dalam kelompok dan tercapainya tujuan pembelajaran.

2.1.6 Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan uraian untuk menjawab pertanyaan apa yang sudah digali, dipahami, dan dikerjakan oleh siswa. Hasil belajar ini merefleksikan keleluasaan, kedalaman, dan kompleksitas dan digambarkan secara jelas serta dapat diukur dengan teknik-teknik penilaian tertentu. Perbedaan tentang kompetensi dan hasil belajar terdapat pada batasan dan patokan-patokan kinerja siswa yang dapat diukur (Sugandi, 2006: 63).

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006: 5). Menurut Nana sudjana (2011: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang baru setelah melalui proses belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergatung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar.

Menurut Dimyanti (2009: 20), hasil belajar peserta didik merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Dalam pembelajaran, pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Maka pengukuran yang dilakukan guru lazimnya menggunakan tes sebagai alat ukurnya. Hasil pengukuran tersebut berwujud angka ataupun pernyataan yang

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

29

mencerminkan tingkat penguasaan materi pelajaran bagi para siawa (Sugihartono, 2007: 130).

Pada umumnya hasil belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian maupun tes obyektif (Sudjana, 2011: 55). Hasil belajar tersebut terjadi terutama berkat evaluasi guru. Nana sudjana (2011: 22) menyatakan bahwa proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tetang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Oleh karena itu penilaian hasil belajar mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar.

Dari uraian tentang hasil belajar diatas semua merujuk terhadap perubahan siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar dimana siswa mengalami berbagai kegiatan belajar yang menyebabkan perubahan dalam dirinya. Pengukuran hasil belajar siswa dapat diukur dengan kriteria atau patokan-patokan tertentu. Dalam pengukuran hasil belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan hasil tes berupa nilai.

Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kemampuan siswa setelah menerima pengalaman belajar yang dapat diukur dengan tes. Perubahan hsil belajar ini adalah perubahan menjadi lebih baik. Jadi yang dimaksud hasil belajar dalam penelitian adalah nilai tes matematika. Tes dilaksanakan pada akhir pembelajaran dalam setiap siklusnya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan hasil belajar. Menurut Slameto (2003: 54) faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang berasal dari individu, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. a. Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

30

1. Faktor jasmaniah, Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

2. Faktor psikologis, ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: inteligensi, keaktifan, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Dari faktor-faktor tersebut sangat jelas mempengaruhi belajar, dan apabila belajar terganggu maka hasil belajar tidak akan baik.

3. Faktor kelelahan, kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis).

b. Faktor-faktor ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor

ini meliputi: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari

keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

3. Faktor masyarakat, masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: pertama kegiatan siswa dalam mayarakat, multi media, dan teman bergaul.

Dari penjelasan faktor inten dan ekstern yang mempengaruhi hasil belajar siswa maka dapat disimpulkan bahwa faktor intern yaitu faktor jasmaniah, psikologis, dan kelelahan, dan faktor ekstern yaitu faktor keluarga,

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

31

sekolah, dan masyarakat. Untuk meningkatkan hasil belajar maka siswa dituntut untuk memiliki kebiasaan belajar yang baik. Oleh karena itu guru juga harus menciptakan iklim pembelajaran yang tidak hanya melihat hasil belajar dikelas saja, karena faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa juga harus diperhatikan.

2.1.7 Pembelajaran Matematika Menggunakan Pembelajaran Kooperatif Tipe

NHT Berbantuan LKS Pembelajaran adalah cara guru memberikan kesempatan kepada si

belajar untuk berfikir agar memahami apa yang dipelajari (Sugandi, 2006: 9). Pembelajaran merupakan usaha guru menciptakan kondisi yang memudahkan siswa untuk belajar dan memperdayakan potensinya sehingga menguasai kompetensi secara optimal. Dalam pembelajaran matematika guru berusaha untuk menciptakan iklim pembelajaran yang mempermudah siswa belajar dalam mengajarkan matematika pada peserta didiknya. Oleh karena itu, guru dalam pembelajaran lebih berperan sebagai pembimbing daripada sebagai pemberi informasi saja.

Pembelajaran kooperatif adalah suatu aktivitas pembelajaran yang menggunakan pola belajar siswa berkelompok untuk menjalin kerjasama dan saling ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan, dan hadiah (Ibrahim, 2000: 3). Menurut Rusman (2011: 202), pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas kelompok dimana setiap anggota bekerjasama dan membantu memahami suatu bahan pembelajaran untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran yang penting yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Rusman, 2011: 209).

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

32

NHT merupakan pembelajaran kelompok yang mana siswa dalam kelompok terdapat penomoran. Siswa berdiskusi kelompok dan nantinya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Pembelajaran NHT merupakan varian diskusi kelompok, ciri khasnya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya. Cara ini merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok (Nur, 2005: 78). Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka (Lie, 2008: 59). Untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran maka diperlukan sebuah sarana pendukung pembelajaran.

LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap/sarana pendukung pelaksanaan rencana pembelajaran. LKS berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal. Dalam proses pembelajaran matematika, LKS dapat difungsikan dengan tujuan untuk menemukan konsep/prinsip, juga dapat ditujukan untuk aplikasi konsep/prinsip (Hidayah, 2007: 8). Oleh karena itu dengan LKS dapat memfokuskan siswa dalam penyelesaian tugas dengan cara kerjasama dalam kelompok.

Dari uraian di atas bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT yang berbantuan LKS dimulai dengan guru memberikan apersepsi dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Guru memberikan materi secara sekilas. Setelah itu guru membagi siswa dalam kelompok yang secara heterogen kemudian setiap anggota kelompok diberikan nomor. Guru mengajukan pertanyaan berupa tugas atau LKS untuk dikerjakan di dalam kelompok. Siswa berpikir bersama dan menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan tersebut dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tersebut. Guru memanggil siswa dengan nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai berdiri mencoba untuk menjawab pertanyaan atau mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk seluruh kelas. Guru meluruskan kesalahan pemahaman kemudian memberi penguatan. Dalam kegiatan akhir guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi dan

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

33

refleksi. Guru memberikan penghargaan dan semangat bagi kelompok. Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari kembali materi yang telah diajarkan dan materi selanjutnya.

Dalam pembelajaran NHT, kerjasama kelompok merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan bersama. Niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompok dibutuhkan dalam model pembelajaran kooperatif sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk bekerja sama dengan anggota lainnya (Isjoni, 2010: 94). Dengan bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, maka siswa dapat menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, berani bertanya, mendorong teman untuk bertanya, mengambil giliran dan berbagai tugas. Oleh karena itu kerjasama dalam kelompok merupakan hal yang penting untuk tercapainya tujuan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar.

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar (Anni, 2006: 5). Hasil belajar adalah perubahan perilaku atau kemampuan siswa setelah menerima pengalaman belajar yang dapat diukur dengan tes. Perubahan dalam hal ini adalah perubahan menjadi lebih baik. Jadi yang dimaksud hasil belajar disini adalah nilai tes matematika.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe NHT yang berbantuan dengan LKS dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar karena didalam pembelajaran NHT siswa diberikan kesempatan bekerjasama untuk menyatukan pendapat menyelesaikan masalah dan meyakinkan tiap anggota kelompok mengetahui atas jawaban pertanyaan tersebut. Siswa bekerjasama untuk memahami suatu materi sehingga dapat maningkatkan hasil belajar .

2.2 Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan dalam penelitian ini yaitu penilitian yang dilakukan oleh Ananta, Wahyu Nugroho Sandi (2011). Penerapan model Number Heads Together (NHT) dalam pembelajaran matematika pokok bahasan penjumlahan dan

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

34

pengurangan pecahan untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri Pitrosari, Kecamatan Wonoboyo, Kabupaten Temanggung. Hasil penelitian menunjukan menggunakan model Number Heads Together (NHT) ternyata dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri Pitrosari. Pada kondisi awal atau prasiklus siswa yang nilainya diatas KKM terdapat 8 siswa (33%) dan yang belum tuntas dibawah KKM terdapat 16 (67%). Siklus 1 menerapkan model NHT terjadi peningkatan signifikan yaitu terdapat 18 siswa yang diatas KKM (75%) dan 6 siswa (25%) yng belum memenuhi KKM yang ditetapkan. Kemudian siklus 2 terjadi peningkatan yaitu 21 (87%) siswa yang sudah memenuhi KKM dan 3 (13%) yang belum memenuhi KKM.

Maulida, Hana (2011). Keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan berbantuan LKS materi pokok luas segiempat pada peserta didik kelas VII semester II MTs Tarbiyatul Mubatdiin Wilalung tahun pelajaran 2010/2011. Dari hasil perhitungan diperolek t table = 1,679, sedangkan nilai t hitung = 3,244. Oleh karena itu t hitung lebih besar t table maka ho ditolak dan h1 diterima. Artinya rata-rata hasil tes belajar kelompok belajar siswa eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran NHT berbantu LKS lebih baik daripada rata-rata hasil belajar kelompok kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS lebih baik dari pada model pembelajaran konvensional.

Rosmini, Noneng (2011). Meningkatkan hasil belajar dan kemampuan bekerjasama siswa dalam pembelajaran IPA melalui penerapan model pembelajaran kooperatif teknik jigsaw di kelas V SDN 3 Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini dilatar belakangi oleh fakta di lapangan ketika peserta didik diberi proses pembelajaran yang cenderung teacher

centre, sehingga hasil belajar dan kemampuan bekerjasama siswa rendah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, yang terdiri dari dua siklus. Hasil penelitian secara umum dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai rata–rata

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

35

hasil skor tes tiap siklus. Nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 69,9, kemudian pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 75,4. Selain hasil belajar yang meningkat, hasil observasi juga menunjukan bahwa kemampuan bekerjasama siswa juga meningkat.

Dari penelitian Ananta (2011) menunjukan bahwa dapat meningkatkan hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT yang ditunjukan adanya peningkatan yang dapat dilihat dari kondisi awal siswa yang nilainya diatas KKM terdapat 8 siswa dan dibawah KKM terdapat 16 setelah tindakan dengan menggunakan NHT pada siklus 1 meningkat yaitu 18 siswa diatas dan 6 siswa dibawah KKM. Kemudian siklus 2 terjadi peningkatan yaitu 21 siswa diatas KKM dan 3 dibawah KKM. Yang kedua Maulida, hana (2011) berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS lebih baik daripada model pembelajaran konvensional. Dapat diperoleh dari hasil perhitungan diperoleh t hitung = 3,244 lebih besar t table = 1,679. Yang ketiga oleh Rosmini, Noneng (2011) yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan bekerjasama siswa dalam pembelajaran ipa yang ditunjukan Nilai rata-rata siswa pada siklus I adalah 69,9, kemudian pada siklus II mengalami kenaikan menjadi 75,4. Selain hasil belajar yang meningkat, hasil observasi juga menunjukan bahwa kemampuan bekerjasama siswa juga meningkat.

Penelitian yang dilakukan Ananta (2011) mempunyai kesamaan dalam variabel bebasnya yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT dan variable terikat hasil belajar siswa. Maulida (2011) mempunyai kesamaan dalam variabel bebasnya yaitu pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu LKS dan variable terikat hasil belajar siswa. Dari hasil penelitian Rosmini (2009) diatas relevan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti karena sama meneliti tentang pembelajaran kooperatif terhadap kerjasama dan hasil belajar siswa, hanya saja penelitian yang dilakukan oleh Rosmini model kooperatif tipe jigsaw dan mata pelajaran IPA. Dari penelitian di atas dapat kita lihat bahwa hasil belajar dan kerjasama dipengaruhi oleh

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

36

pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS pada mata pelajaran matematika.

Penelitian yang dilakukan oleh Ananta (2011) dan Rosmini (2009) merupakan penelitian tindakan kelas. Dimana untuk melaksanakan tindakan peneliti melakukannya dengan mengajar sendiri di dalam kelas. Sedangkan penelitian Maulida (2011) merupakan penelitian eksperimen. Penelitian ini membandingkan kelas eksperimen yaitu yang diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantu LKS dengan kelas kontrol yang tidak diberi perlakuan atau dengan pembelajaran konvensional.

Penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas kolaborasi. Adapun ciri khasnya adanya kolaborasi (kerjasama) antara praktisi (guru, kepsek, siswa, dll) dan peneliti dalam pemahaman kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesepakatan. Dalam penelitian ini peneliti lebih menekankan kerjasama dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas V SD Negeri 2 Candiroto melalui pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS. Jadi dalam peneletian ini peneliti bekerjasama dengan praktisi (guru, kepsek, siswa, dll) dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS untuk meningkatkan kerjasama dan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika kelas V SD Negeri 2 Candiroto .

2.3 Kerangka Berpikir

Selama ini pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih berkosentrasi pada latihan menyelesaikan soal, siswa tidak dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran, metode yang digunakan oleh guru masih monoton dan berpusat pada guru, sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa menjadi rendah serta kerjasama siswa dalam belajar juga rendah maka dari itu perlu diadakannya tindakan, yaitu menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS. Dalam pembelajaran ini diharapkan pembelajaran menjadi menyenangkan dan siswa menjadi aktif dalam pembelajaran serta siswa yang

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/863/3/T1_292008111_BAB II.pdf · kemampuan bekerjasama. Matematika terlihat memiliki peran penting

37

berkemampuan rendah dapat terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi sehingga kerjasama dan hasil belajar siswa dapat meningkat. Secara sistematis kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka berfikir

2.4 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis

penelitian tindakan kelas dirumuskan sebagai berikut: Diduga, Penggunaan pembelajaran koopertif tipe NHT berbantuan LKS dapat meningkatkan kerjasama dan hasil belajar Matematika siswa kelas V di SD Negeri 2 Candiroto kecamatan Candiroto kabupaten Temanggung tahun 2011/2012.

Kerjasama kelompok dan hasil belajar siswa rendah dibawah KKM (65).

Diharapkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS meningkatkan kerjasama dengan rata-rata kelas ≥ 75 dan hasil belajar siswa matematika sesuai KKM ≥ 65.

Kondisi awal

Guru menggunakan pembelajaran yang monoton

Tindakan

Menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

NHT berbantuan LKS

Siklus I Menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS

Siklus II Menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT berbantuan LKS

Kondisi akhir