BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

34
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Kajian teori merupakan kerangka acuan yang digunakan untuk dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori- teori yang dikaji antara lain teori-teori tentang IPA, teori tentang keaktifansi dan teori-teori tentang belajar. Juga dikaji hasil-hasil penelitian yang relevan sebelumnya dan dari semuanya disusun sebuah hipotesis tentang penelitian ini. 2.1.1 Pengertian IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan atau sains yang semula dari bahasa Inggris ‘science’ (Triyanto, 2010: 136). Kata ‘science’ kata science berasal dari Bahasa Latin ‘science’ yang berarti tahu. Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010: 136) dalam perkembangan science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi. IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam menjelaskan hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati (Kardi dan Nur dalam Trianto 2010: 136). Menurut Wahyana dalam Trianto (2010: 136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli di atas, maka yang dimaksud dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

Kajian teori merupakan kerangka acuan yang digunakan untuk dijadikan

sebagai acuan dalam penelitian ini. Pada bagian ini akan dibahas mengenai teori-

teori yang dikaji antara lain teori-teori tentang IPA, teori tentang keaktifansi dan

teori-teori tentang belajar. Juga dikaji hasil-hasil penelitian yang relevan

sebelumnya dan dari semuanya disusun sebuah hipotesis tentang penelitian ini.

2.1.1 Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

atau sains yang semula dari bahasa Inggris ‘science’ (Triyanto, 2010: 136). Kata

‘science’ kata science berasal dari Bahasa Latin ‘science’ yang berarti tahu.

Menurut Jujun Suriasumantri dalam Trianto (2010: 136) dalam perkembangan

science sering diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam

(IPA) walaupun pengertian ini kurang pas dan bertentangan dengan etimologi.

IPA mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada dipermukaan bumi, di

dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun

yang tidak dapat diamati dengan indera. Oleh karena itu dalam menjelaskan

hakikat fisika, pengertian IPA dipahami terlebih dahulu. IPA atau ilmu kealaman

adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati (Kardi dan

Nur dalam Trianto 2010: 136).

Menurut Wahyana dalam Trianto (2010: 136) mengatakan bahwa IPA

adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematik dan dalam

penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya

tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode

ilmiah dan sikap ilmiah. Berdasarkan definisi IPA menurut para ahli di atas, maka

yang dimaksud dengan IPA dalam penelitian ini adalah ilmu yang mempelajari

tentang bumi dan isinya baik makhluk hidup maupun benda mati.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

8

2.1.1.1 Hakikat IPA di SD

Patta Bundu (2006: 11) menyebutkan bahwa pada hakikatnya IPA dapat

dipandang dari segi proses, produk dan pengembangan sikap. Adapun

penjabaran masing-masing aspek adalah sebagai berikut.

1) IPA sebagai Proses

Pengertian IPA sebagai proses disini adalah proses mendapatkan IPA.

Proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak usia SD, metode ilmiah

dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa

pada akhirnya akan berbentuk suatu paduan yang lebih utuh sehingga anak SD

dapat melakukan penelitian sedarhana. Adapun tahapan pengembangannya

disesuaikan dengan tahapan dari suatu proses penelitian eksperimen yang

meliputi: (1) observasi, (2) klasifikasi, (3) interpretasi, (4) prediksi, (5) hipotesis,

(6) mengendalikan variabel, (7) merencanakan dan melaksanakan penelitian, (8)

inferensi, (9) aplikasi, dan (10) komunikasi.

2) IPA Sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA

terdahulu dan biasanya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam

bentuk buku teks. Dalam pembelajaran IPA seorang guru dituntut untuk dapat

mengajak siswa memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber belajar. Pengertian

IPA sebagai produk menurut Maslichah Asy’ari (2006: 9) merupakan kumpulan

pengetahuan yang tersusun dalam bentuk fakta, konsep, prinsip, hukum dan

teori. Fakta terkait pengertian hakikat IPA tersebut merupakan pernyataan-

pernyataan tentang benda-benda yang ada atau peristiwa-peristiwa yang betul-

betul terjadi dan sudah dikonfirmasi secara obyektif (Iskandar, 2001: 3). Patta

Bundu (2006: 11) menjelaskan konsep dalam hakikat IPA sebagai suatu ide yang

menyatukan fakta-fakta sains yang berhubungan dan menyatakan prinsip sebagai

generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep sains. Selanjutnya

Iskandar (2001: 3) menambahkan bahwa hukum dalam IPA adalah prinsip-

prinsip yang sudah diterima meskipun bersifat tentatif teteapi mempunyai daya

uji yang kuat sehingga dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama. Teori

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

9

merupakan generasi mengenai berbagai prinsip yang menjelaskan dan

meramalkan fenomena alam (Maslichah Asya’ari: 12).

3) IPA Sebagai Pengembangan Sikap

Menurut Wynne Harlen (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:

7) setidak-tidaknya ada Sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan

pada anak usia Sekolah dasar, yaitu:

a. Sikap ingin tahu (curiousity)

Sikap ingin tahu sebagai bagian sikap ilmiah di sini maksudnya adalah suatu

sikap yang selalu ingin mendapatkan jawaban yang benar dari objek yang

diamatinya. Kata benar di sini artinya rasional atau masuk akal dan objektif

atau sesuai dengan kenyataan.

b. Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru (originality)

Sikap ingin mendapatkan sesuatu yang baru bertitik tolak dari kesadaran

bahwa jawaban yang telah mereka peroleh dari rasa ingin tahu itu tidaklah

bersifat mutlak, tetapi masih bersifat sementara atau tentatif. Hal ini

disebabkan keterbatasan kemampuan berpikir maupun keterbatasan

pengamatan pancaindera manusia untuk menetapkan suatu kebenaran. Jadi,

jawaban benar yang mereka peroleh itu sebatas pada suatu “tembok

ketidaktahuan”. Sikap anak usia Sekolah Dasar seperti itu dapat dipupuk

dengan cara mengajaknya melakukan pengamatan langsung pada objek-objek

yang terdapat di lingkungan sekolah.

c. Sikap kerja sama (cooperation)

Yang dimaksud kerjasama disini adalah untuk memperoleh pengetahuan yang

lebih banyak. Seorang yang bersikap cooperative ini menyadari bahwa

pengetahuan yang dimiliki orang lain mungkin lebih banyak dan lebih

sempurna daripada apa yang ia miliki. Oleh karena itu, untuk meningkatkan

pengetahuannya ia merasa membutuhkan kerjasama dengan orang lain.

Kerjasama ini dapat juga bersifat berkesinambungan. Anak usia Sekolah

Dasar perlu dipupuk sikapnya untuk dapat bekerjasama satu dengan yang lain

kerjasama itu dapat dalam bentuk kerja kelompok, pengumpulan data maupun

diskusi untuk menarik suatu kesimpulan hasil observasi.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

10

d. Sikap tidak putus asa (perseverance)

Tugas guru untuk memberikan motivasi bagi anak didik yang mengalami

kegagalan dalam upaya menggali ilmu dalam bidang IPA agar tidak putus

asa.

e. Sikap tidak berprasangka (open-mindedness)

IPA mengajarkan kita untuk menetapkan kebenaran berdasarkan dua kriteria,

yaitu rasionalitas dan objektivitas. Munculnya faktor objektivitas dalam

menetapkan kebenaran menjadikan orang tidak lagi purba sangka. Sikap tidak

purba sangka dapat dikembangkan secara dini kepada anak usia SD dengan

jalan melakukan observasi dan eksperimen dalam mencari kebenaran ilmu.

f. Sikap mawas diri (self criticism)

Objektivitas tidak hanya ditunjukkan di luar dirinya tetapi juga terhadap

dirinya sendiri. Itulah sikap mawas diri untuk menjunjung tinggi kebenaran.

Anak usia SD harus dikembangkan sikapnya untuk jujur pada dirinya sendiri,

menjunjung tinggi kebenaran dan berani melakukan koreksi pada dirinya

sendiri.

g. Sikap bertanggungjawab (responsibility)

Sikap bertanggungjawab harus dikembangkan sejak usia SD misalnya dengan

membuat dan melaporkan hasil pengamatan, hasil eksperimen ataupun hasil

kerjanya yang lain kepada teman sejawat, guru atau orang lain, dengan

sejujur-jujurnya.

h. Sikap berpikir bebas ( independence in thinking)

Tugas guru untuk dapat mengembangkan pikiran bebas dari siswa (dan bukan

sebaliknya untuk mendiktekan pendapatnya agar sesuai dengan buku teks).

Jadi, mencatat atau merekam hasil pengamatan sesuai dengan apa adanya dan

membuat kesimpulan dengan hasil kerja mereka sendiri merupakan saat-saat

yang penting bagi anak dalam mengembangkan sikap berpikir bebas.

i. Sikap kedisiplinan diri (self discipline)

Menurut Morse dan Wingo (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis, 1992:

8) kedisiplinan diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk

dapat menngontrol ataupun mengatur dirinya menuju kepada tingkah laku

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

11

yang dikehendaki dan dapat diterima oleh masyarakat. Salah satu bentuk

pengembangan kedisiplinan diri adalah pengorganisasian kelas termasuk

adanya regu-regu kebersihan dan sebagainya yang dapat diatur sendiri oleh

siswa.

2.1.1.2 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata

pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan

dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda

langit lainnya.

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA di SD

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata

pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkaan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,

teknologi dan masyarakat

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara,

menjaga dan melestarikan lingkungan alam

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

12

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai

dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Belajar.

Secara umum belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku,

akibat interaksi individu dengan lingkungan. Jadi perubahan perilaku adalah

hasil belajar. Artinya seorang dikatakan telah belajar, jika ia dapat melakukan

sesuatu yang tidak dapat dilakukan sebelumnya (Sumiati dan Asra 2009: 38).

Menurut Gagne (Sumardjono, 2012: 13) mengartikan pembelajaran sebagai

pengetahuan peristiwa yang berada diluar dari pengetahuan siswa, sedangkan

menurut Sugandi (2000: 16) Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan

secara sadar dan sengaja. Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses

usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

interaksi dengan lingkungan. Morgan (Heri, 2012: 5) berpendapat belajar adalah

perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan dan

pengalaman. Belajar dalam hal ini merupakan proses yang bisa mengubah

tingkah laku seseorang disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu

atau adanya proses internal yang terjadi dalam diri seseorang.

Berdasarkan pendapat-pendapat mengenai batasan-batasan pengertian

belajar maka dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya pengalaman yang

sama dan berulang-ulang dalam situasi tertentu serta berkaitan dengan

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan

keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan pemahaman. Sedang yang

dimaksud pengalaman adalah proses belajar tidak lain adalah interaksi antara

individu dengan lingkungannya.

2.1.2.2 Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar menurut Wingo (Sumiati dan Asra, 2009: 41-43) didasarkan

atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Hasil belajar sepatutnya menjangkau banyak segi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

13

Dalam suatu proses belajar, banyak segi yang sepatutnya dicapai sebagai

hasil belajar, yaitu meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang konsep,

kemampuan menjabarkan dan menarik kesimpulan serta menilai

kemanfaatan suatu konsep, menyenangi dan memberi respon yang positif

terhadap sesuatu yang dipelajari, dan diperoleh kecakapan melakukan suatu

kegiatan tertentu.

b. Hasil belajar diperoleh berkat pengalaman

Pemahaman dan struktur kognitif dapat diperoleh seseorang melalui

pengalaman melakukan suatu kegiatan. Dalam khasanah peristilahan

pendidikan, hal ini dikenal dengan “learning by doing-yaitu belajar dengan

jalan melakukan suatu kegiatan”. Pemahaman itu bersifat abstrak. Sesuatu

yang abstrak akan mudah diperoleh dengan jalan melakukan kegiatan-

kegiatan yang nyata atau konkrit, sehingga orang yang bersangkutan

memperoleh pengalaman yang menuntun pada pemahaman yang abstrak.

c. Belajar merupakan suatu kegiatan yang mempunyai tujuan

Dalam proses belajar, apa yang ingin dicapai sepatutnya dirasakan dan

dimiliki oleh setiap siswa.

Prinsip belajar pada aktivitas Siswa. Prinsip belajar yang menekankan pada

aktivitas siswa antara lain :

1) Belajar dapat terjadi dengan proses mengalami

2) Belajar merupakan transaksi aktif

3) Belajar secara aktif memerlukan kegiatan yang bersifat fital, sehingga

dapat berupaya mencapai tujuan dan memenuhi kebutuhan pribadinya

4) Belajar terjadi melalui proses mengatasi hambatan (masalah) sehingga

mencapai pemecahan atau tujuan

5) Hanya dengan melalui penyodoran masalah memungkinkan diaktifkanya

motivasi dan upaya, sehingga siswa berpengalaman dengan kegiatan yang

bertujuan

6) Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar siswa

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

14

2.1.2.3 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2009: 22). Indikator

kualitas dan kuantitas pengetahuan yang dikuasai anak didik dalam proses

belajar mengajar disebut juga dengan hasil belajar.

Menurut Purwanto (2009: 44) hasil belajar adalah penilaian pendidikan

tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenan dengan penguasaan

bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka dan nilai-nilai yang terdapat di

dalam kurikulum. Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk

mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan.

Menurut Sudjana (2009: 22) "Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya". Perubahan

tingkah laku sebagai hasil belajar meliputi tiga domain, yaitu kognitif, efektif,

dan psikomotor.

Klasifikasi hasil belajar menurut Bloom (Suprijono, 2009: 5-6) secara

garis besar terbagi menjadi 3 ranah, yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan

ranah psikomotoris.

a. Ranah kognitif, berkenaan dengan hasil belajar intelektual.

b. Ranah afektif, berkenaan dengan sikap.

c. Ranah psikomotorik, berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan

kemampuan bertindak.

Menurut Nana Sudjana klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom

dibagi menajdi tiga ranah, yaitu 1) Ranah kognitif berkenaan dengan hasil

belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni (a) pengetahuan atau

ingatan, (b) pemahaman, (c) aplikasi, (d) analisis, (e) sintesis, dan (f) evaluasi. 2)

Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni (a)

penerimaan, (b) jawaban atau reaksi, (c) penilaian, (d) organisasi, dan (e)

internalisasi. 3) Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar

keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik,

yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

15

perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan

kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpreatif. (Nana Sudjana, 22: 2010).

Suyono menyatakan bahwa taksonomi Bloom memusatkan perhatian

terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pengertian kognitif semakna

dengan pengetahuan, mengetahui, berpikir atau intelek. Afektif semakna dengan

perasaan, emosi, dan prilaku, terkait dengan perilaku menyikapi, bersikap atau

merasa, dan merasakan. Sedangkan psikomotorik semakna dengan aturan dan

keterampilan fisik, terampil dan melakukan. (Suyono, 167: 2011).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya, dimana kemampuan itu terjadi pada aspek kognitif

afektif dan psikomotorik. Mesikpun demikian, dalam penelitian hasil belajar

lebih dibatasi pada aspek kognitif, dimana hasilnya di ukur melalui pemberian

tes setelah diberikan tindakan tiap siklus.

2.1.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Masnur Muslich (2008: 207) faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa adalah:

a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yaitu kondisi/keadaan jasmani

dan rohani siswa

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan sekitar

siswa

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar

siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk

melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Menurut Suryabrata (Sulistyoningsih, 2010: 13) ada tiga faktor yang

mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor psikis, fisik, dan lingkungan. Adapun

papaparannya sebagai berikut:

a. Faktor Psikis

1) Kecerdasan

Kecerdasan seseorang biasanya diukur dengan menggunakan alat tertentu,

salah satunya dengan menggunakan test. Hasil dari pengukuran kecerdasan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

16

umumnya dinyatakan dengan angka yang menunjukkan perbandingan

kecerdasan yang dikenal dengan sebutan Intelligence Quiotient (IQ).

Berbagai penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara IQ dengan

hasil belajar di sekolah. Secara kasar para ahli menetapkan bahwa orang

normal memiliki IQ sekitar 90-110, lebih dari itu termasuk katagori sangat

cerdas dan kurang dari 90 maka dianggap kurang atau tidak normal. Dengan

demikian, guru diharapkan dapat memahami tingkat kecerdasan tiap siswa

agar dapat memperkirakan tindakan yang tepat dalam memperlakukan siswa

khususnya dalam proses belajar.

2) Motivasi belajar

Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Jadi, motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologis

yang mendorong seseorang untuk belajar. Tinggi atau lemahnya motivasi

belajar pada tiap siswa dapat ditimbulkan oleh rangsangan dari luar. Motivasi

dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu motivasi intrinsik dan motivasi

ekstrensik. Motivasi intrinsik merupakan motivasi yang berasal dari dalam

diri seseorang, sedangkan motivasi ekstrensik adalah motivasi yang berasal

dari luar diri seseorang. Salah satu contoh motivasi ekstrensik adalah motivasi

yang berasal dari guru yang dapat berupa penghargaan ataupun pengarahan

terhadapnya.

3) Disiplin diri

Siswa yang memiliki disiplin dalam belajar memiliki hasil belajar yang

baik dibandingkan dengan siswa yang tidak mendisiplinkan dirinya dalam

belajar.

4) Konsentrasi

Siswa yang memiliki konsetrasi yang baik memiliki hasil tinggi,

dibandingkan siswa yang tidak memiliki konsentrasi yang baik.

5) Bakat

Manusia telah dibekali dengan bakat yang beragam dari semenjak lahir,

ada yang berbakat dalam bidang sosial, eksak, maupun kesenian. Hampir

tidak ada orang yang membantah bahwa belajar pada bidang yang sesuai

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

17

dengan bakat akan memperbesar kemungkinan berhasilnya usaha itu. Apabila

bakat itu mendapat latihan dan pendidikan yang baik, maka bakat akan

berkembang menjadi suatu kecakapan nyata dan apabila tidak, maka bakat

yang terdapat pada diri seseorang tidak akan berkembang sebagaimana

mestinya.

6) Minat

Minat atau interest adalah gejala psikis yang berkaitan dengan dengan

obyek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu. Minat

yang ada pada seseorang mempunyai hubungan yang menentukan terhadap

proses belajar dan hasil yang dicapai, dan minat siswa biasanya berubah-ubah

sesuai dengan tujuan pengajaran yang diterimanya, dan banyak siswa yang

berminat mengikuti pelajaran yang tujuannya mendorong siswa untuk

berimanjinasi, menyempurnakan keterampilan atau membangkitkan

kreativitas.

7) Percaya diri

Siswa yang percaya diri akan kemampuan dirinya memiliki hasil yang

baik, dibandingkan dengan siswa yang tidak percaya diri.

b. Faktor Fisik

1) Panca Indera yang baik

Panca indera yang baik terutama mata dan telinga merupakan gerbang

masuknya pengaruh dalam individu.

2) Kesehatan

Siswa yang kesehatannya baik dapat menangkap pelajaran dengan baik

pula, dibandingkan siswa yang mengalami tidak enak badan.

c. Faktor Lingkungan

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Di dalam

lingkungan keluarga umumnya yang paling besar peranannya adalah orang

tua. Siswa yang mempunyai beban untuk mencari tambahan biaya

penghidupan keluarga umumnya hasil belajar yang diraih tergolong rendah

karena tidak mempunyai cukup waktu belajar. Begitu juga sebaliknya,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

18

biasanya siswa dapat meraih hasil belajar yang lebih baik jika mempunyai

waktu penuh untuk belajar dirumahnya. Siswa yang keluarganya mengalami

kesulitan ekonomi juga kesulitan mengadakan sarana belajar sehingga

menjadi pengambat bagi siswa dalam belajar.

2) Guru dan Metode Mengajar

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

Keberhasilan suatu proses pembelajaran juga tergantung pada beberapa faktor

yang terdapat dalam diri pengajar tersebut seperti watak, pengalaman, tingkat

penguasaan materi pelajaran, serta kemampuannya dalam menyajikan materi

pelajaran kepada siswa.

Selain itu, metode mengajar yang digunakan guru sangat berpengaruh

terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa. Seorang guru tidak akan dapat

melaksanakan tugasnya bila ia tidak menguasai satupun metode mengajar

yang telah dirumuskan dan dikemukakan para ahli psikologi dan pendidikan.

Dengan demikian, seorang guru hendaknya menguasai lebih dari satu metode

mengajar agar dapat mengantarkan siswa kepada tujuan pembelajaran secara

optimal.

3) Sarana dan Prasarana

Sarana pembelajaran meliputi buku pelajaran, media dan lain-lain.

Sedangkan prasarana meliputi gedung sekolah, ruang belajar, perpustakaan

dan lain-lain. Apabila sarana dan prasarana tidak menunjang akan dapat

menyebabkan proses belajar mengajar terganggu atau tidak optimal.

Untuk memperoleh hasil yang baik dari suatu kegiatan belajar perlu

didukung oleh alat-alat yang lengkap. Alat-alat yang lengkap ini berfungsi

untuk membantu kelancaran bahan pelajaran yang disajikan, sehingga siswa

lebih mudah dalam menguasai suatu materi pelajaran.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa banyak faktor yang

mempengaruhi hasil belajar siswa, baik faktor internal dan faktor eksternal.

Yang termasuk faktor internal adalah motivasi, minat dan keaktifan belajar

siswa, sedangkan yang termasuk faktor eksternal yaitu metode atau model

pembelajaran yang digunakan oleh guru.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

19

2.1.3 Keaktifan Belajar

2.1.3.1 Pengertian Keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam belajar secara efektif itu dapat dinyatakan

sebagai berikut:

a. Hasil belajar peserta didik umumnya hanya sampai tingkat penguasaan,

merupakan bentuk hasil belajar terendah.

b. Sumber-sumber belajar yang digunakan pada umumnya terbatas pada guru

(catatan penjelasan dari guru) dan satu dua buku catatan.

c. Guru dalam mengajar kurang merangsang aktivitas belajar peserta didik

secara optimal. (Tabrani, 1989: 128).

Keaktifan sendiri merupakan motor dalam kegiatan pembelajaran maupun

kegiatan belajar, siswa di tuntut untuk selalu aktif memproses dan mengolah hasil

belajarnya. Untuk dapat memproses dan mengolah hasil belajarnya secara efektif,

siswa dituntut untuk aktif secara fisik, intelektual, dan emosional. Sardiman

(2009) berpendapat bahwa aktifitas disini yang baik yang bersifat fisik maupun

mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktifitas itu harus saling terkait. Kaitan

antara keduanya akan membuahkan aktifitas belajar yang optimal. Banyak

aktifitas yang dapat dilakukan siswa di sekolah. Beberapa macam aktifitas itu

harus diterapkan guru pada saat pembelajaran sedang berlangsung.

Dalam proses belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman priba

yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan

pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya, sedangkan

mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan. agar siswa dapat

memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan

belajar. Sebaiknya itu guru harus memotivasi siswa pada saat pembelajaran

berlangsung, dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator pada saat

pembelajaran. Guru berperan untuk menciptakan kondisi yang kondusif dan

mendukung bagi terciptanya pembelajaran yang bermakna. Siswa harus

mengalami dan berinteraksi langsung dengan obyek yang nyata. Jadi belajar

harus dialihkan yang semula berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang

berpusat pada siswa. Sekolah merupakan sebuah miniatur dari masyarakat dalam

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

20

proses pembelajaran harus terjadi saling kerja sama dan interaksi antar

komponen. Pendidikan modern lebih menitik beratkan pada aktifitas yang sejati,

dimana siswa belajar dengan mengalaminya sendiri pengetahuan yang dipelajari.

Dengan mengalami sendiri, siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman dan

ketrampilan serta perilaku lainnya termasuk sikap dan nilai. Saat ini

pembelajaran diharapkan ada interaksi siswa pada saat pembelajaran. Hal ini

agar siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam belajar. guru berperan sebagai

pembimbing dan fasilitator. Untuk melihat keaktifan siswa maka diperlukan

suatu patokan atau indikator, Sudjana (2010: 61) menjabarkan indikator-

indikator keaktifan siswa sebagai berikut.

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya;

b. Terlibat dalam pemecahan masalah;

c. Bertanya kepada siswa lain/ kepada guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya;

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperoleh untuk pemecahan

masalah;

e. Melaksanakan diskusi kelompok;

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil yang diperoleh;

g. Melatih diri dalam menyelesaikan soal/ masalah;

h. Menggunakan/ menerapkan apa yang diperolehnya dalammenyelesaikan

tugas/ persoalan yang dihadapi.

Memperhatikan karakteristik indikator-indikator yang telah dijabarkan

tersebut, maka indikator-indikator tersebut dikelompokan menjadi 3 indikator

sesuai dengan aspek yang diukur yakni indikator interaksi, komunikasi, dan

relfeksi. Ketiga aspek tersebut dapat mewakili indikator yang dijabarkan oleh

Sudjana.

2.1.3.2 Klasifikasi keaktifan siswa

Menurut Sardiman (2009) keaktifan siswa dalam belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

21

a. Visual activities

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi,

dan mengamati orang lain bekerja.

b. Oral activities

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,

mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat,

wawancara, diskusi dan interupsi.

c. Listening activities

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi

kelompok, mendengarkan musik, pidato.

d. Writing activities

Menulis cerita, menulis laporan, karangan, angket, menyalin.

e. Drawing activities

Menggambar, membuat grafik, diagram, peta.

f. Motor activities

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat

model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

g. Mental activities

Merenung, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor,

melihat hubungan-hubungan dan membuat keputusan.

h. Emotional activities

Minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Dengan demikian bisa kita

lihat bahwa keaktifan siswa sangat bervariasi, peran gurulah untuk menjamin

setiap siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam kondisi

yang ada. Guru juga harus selalu memberi kesempatan bagi siswa untuk

bersikap aktif mencari, memperoleh, dan mengolah hasil belajarnya.

2.1.3.3 Prinsip-Prinsip Keaktifan

Menurut W. Gulo (2002) prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam

usaha menciptakan kondisi belajar supaya siswa dapat mengoptimalkan

aktivitasnya dalam pembelajaran. Prinsip–prinsip tersebut adalah :

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

22

a. Prinsip motivasi, di mana guru berperan sebagai motivator yang merangsang

dan membangkitkan motif-motif yang positif dari siswa dalam

pembelajarannya.

b. Prinsip latar atau konteks, yaitu prinsip keterhubungan bahan baru dengan

apa yang telah diperoleh siswa sebelumnya. Dengan perolehan yang ada

inilah siswa dapat memperoleh bahan baru.

c. Prinsip keterarahan, yaitu adanya pola pengajaran yang menghubung-

hubungkan seluruh aspek pengajaran.

d. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu mengintegrasikan pengalaman dengan

kegiatan fisik dan pengalaman dengan kegaiatan intelektual.

e. Prinsip perbedaan perorangan, yaitu kegiatan bahwa ada perbedaan -

perbedaan tertentu di dalam diri setiap siswa, sehingga mereka tidak

diperlakukan secara klasikal.

f. Prinsip menemukan, yaitu membiarkan sendiri siswa menemukan informasi

yang dibutuhkan dengan pengarahan seperlunya dari guru.

g. Prinsip pemecahan masalah, yaitu mengarahkan siswa untuk peka terhadap

masalah dan mempunyai kegiatan untuk mampu menyelesaikannya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam membangun suatu aktivitas dalam diri

para siswa, hendaknya guru memperhatikan dan menerapkan beberapa prinsip di

atas. Dengan begitu para siswa akan terlihat keaktifannya dalam belajar dan juga

mereka dapat mengembangkan pengetahuannya. Jadi siswalah yang berperan

pada saat pembelajaran sedang berlangsung. Guru hanya membuat suasana

belajar yang menyenangkan, agar siswa bisa aktif dalam pembelajaran, jadi

mereka tidak hanya diam pada saat pelajaran sedang berlangsung.

2.1.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

Gagne dan Briggs (Martinis, 2007: 84) menyebutkan bahwa keaktifan

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi

keaktifan belajar siswa adalah 1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian

peserta didik, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran; 2)

Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta didik); 3)

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

23

Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik; 4) Memberikan stimulus

(masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari); 5) Memberikan petunjuk

kepada peserta didik cara mempelajari; 6) Memunculkan aktifitas, partisipasi

peserta didik dalam kegiatan pembelajaran, 7) Memberikan umpan balik

(feedback); 8) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes

sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur; 9)

Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa

pada saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman (2009)

cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan waktu

yang lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa

secara efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang

jelas dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain

memperbaiki keterliban siswa juga dijelaskan cara meningkatkan keterlibatan

siswa atau keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau

keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang

kurang terlibat dan menyelidiki penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan

untuk meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-

kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha

dan keinginan siswa untuk berfikir secara aktif.

2.1.4 Model Project Based Learning

2.1.4.1 Pengertian Model Project Based Learning

Menurut Buck Institute for Education (BIE) (Khamdi, 2007) “Project

Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang siswa bekerja secara

otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan

produk karya siswa bernilai dan realistik. Project-based Learning (PjBL)

adalah sebuah model kegiatan dikelas yang berbeda dengan biasanya. Kegiatan

pembelajaran PjBL berjangka waktu lama, antardisiplin, berpusat pada siswa

dan terintegrasi dengan masalah dunia nyata (Harun, 2006).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

24

Suparno (2007: 126) memaparkan bahwa PjBL merupakan

pembelajaran yang mengarahkan peserta didik untuk bekerja dalam kelompok

dalam rangka membuat atau melakukan suatu proyek bersama, dan

mepresentasikan hasil dari proyek itu. Sejalan dengan hal tersebut, Wina

(2009: 42) menyebutkan bahwa PjBL merupakan pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada siswa untuk melalukan kerja proyek,

maksudnya siswa diberi tugas untuk membuat suatu proyek sesuai dengan apa

yang dipelajari. Dari beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa Project Based Learning merupakan pembelajaran inovatif yang

berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai

motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom

mengkonstruksi belajarnya. Adapun sintak pada Project Based Learning

(PjBL) dijelaskan sebagai berikut.

Tabel 2.1 Sintak Model Project Based Learning

No Tahap-Tahap Keterangan

1 Penentuan proyek Pada langkah ini, peserta didik menentukn tema/ topik

proyek berdasarkan tugas proyek yang akan dikerjakan,

baik secara kelompok ataupun mandiri.

2 Menyusun rencana

proyek

Peserta didik merancang langkah-langkah kegiatan

penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta

pengelolaannya.

3 Menyusun jadwal

proyek

Melalui pendampingan guru, peserta didik dapat

melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah

dirancangnya.

4 Monitoring Guru memonitoring peserta didik dalam menyelesaikan

proyek yang diberikan.

5 Publikasi hasil

proyek

Hasil proyek berupa produk baik itu berupa produk

karya tulis, karya seni, karya teknologi dipresentasikan

dan dipublikasikan kepada peserta didik yang lain

6 Evaluasi proses dan

hasil proyek

Guru dan peserta didik di akhir pembelajaran

melakukan refleksi terhadap aktivitas da tugas proyek.

Keser & Karagoca (2010: 325-327)

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

25

2.1.4.2 Ciri-ciri Project Based Learning

BIE (Susanti, 2008) menyebutkan ciri-ciri Project Based Learning

diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan hasil. Keempat ciri-ciri itu adalah

sebagai berikut:

1) Isi difokuskan pada ide-ide siswa yaitu dalam membentuk gambaran

sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan minat siswa yang

seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.

2) Kondisi dalam pengertian ini merupakan kondisi untuk mendorong

siswa mandiri, yaitu dalam mengelola tugas dan waktu belajar.

3) Aktivitas adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam

mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan

masalahmasalah menggunakan kecakapan. Aktivitas juga merupakan

bangunan dalam menggagas pengetahuan siswa dalam mentransfer

dan menyimpan informasi dengan mudah.

4) Hasil di sini adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu

siswa mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan

dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan

untuk mempergunakan kognitif strategi pemecahan masalah. Juga

termasuk kecakapan tertentu, disposisi, sikap dan kepercayaan yang

dihubungkan dengan pekerjaan produktif, sehingga secara efektif

dapat menyempurnakan tujuan yang sulit untuk dicapai dengan

model-model pengajaran yang lain.

2.1.4.3 Tahap-Tahap Project Based Learning

Anita (2007: 25) merumuskan langkah-langkah PjBL dalam 3

tahapan, yakni:

1) Tahap perencanaan proyek

Tahap ini terdiri dari merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai;

menetukkan topik yang dibahas; mengelompokan siswa dalam kelompok-

kelompok kecil berjumlah 4-5 siswa secara heterogen; merancang dan

menyusun LKS; merancang kebutuhan sumber belajar; menetapkan

rancangan penilaian.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

26

2) Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini, siswa dalam kelompok melaksanakan proyek dengan

melakukan investigasi atau berpikir dengan kemampuannya berdasarkan

pada pengalaman yang dimiliki. Kemudia diadakan diskusi kelompok.

Sementara guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dengan

bertindak sebagai fasilitator.

3) Tahap penilaian

Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masing-

masing kelompok. Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat

kesimpulan dan melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang telah

dilakukan dan mengampil tindakan bagian mana yang perlu dilakukan

perbaikan.

Menurut Ericka Backer (2011:4) Project Based Learning memiliki

delapan tahapan kegiatan pembelajaran. Delapan kegiatan pembelajaran

Project Based Learning tersebut meliputi:

Pertama, mendeskripsikan konsep/materi yang sedang dipelajari. Guru

menugaskan siswa untuk menggambarkan atau mendeskripsikan konsep yang

sedang dipelajari. Misal siswa sedang belajar materi ekosistem, siswa

ditugaskan untuk mendeskripsikan unsur-unsur biologis, geografis, dan fisik

yang ada di sebuah ekosistem dan bagaimana ketiga unsur tadi berinteraksi.

Kedua, menentukan permasalahan. Guru mengarahkan siswa untuk

membentuk sebuah pertanyaan dengan melihat deskripsi konsep yang sudah

siswa buat. Siswa diarahkan untuk mengidentifikasi permasalahan kecil yang

menyangkut suatu sistem secara utuh.

Ketiga, mengkaji permasalahan.Dengan menggunakan pemikiran

yang lebih mendalam, siswa diajak untuk memahami permasalahan sebagai

langkah awal untuk menemukan solusi yang efektif. Siswa bekerja secara

kooperatif dengan teman-temannya untuk mencari tahu apa yang mereka

butuhkan bukan hanya menentukan apa saja yang sudah mereka ketahui. Guru

berperan sebagai fasilitator dengan memberikan beberapa sumber informasi

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

27

yang bisa digunakan oleh siswa, menyempurnakan pertanyaan yang diajukan

oleh siswa, dan menghubungkan siswa dengan ahli terkait.

Keempat, memahami pihak-pihak yang terlibat. Siswa melakukan

diskusi dengan ahli yang terkait.

Kelima, menentukan pemecahan masalah/solusi. Solusi atas

pemecahan masalah yang diambil harus berlandaskan keputusan bersama

dengan memperhitungkan aspek keterbatasan dan kemudahan. Guru

menjelaskan kepada siswanya bahwa solusi yang didambil harus berdasarkan

kriteria berikut ini yaitu hasil rangkuman beberapa solusi yang memungkinkan

berdasarkan pertanyaan siapa, apa, dimana, kapan, dan bagaimana;

mempertimbangkan aspek positif dan negatif; berbasis pendapat pihak yang

terlibat/ahli terkait; dan tingkat kesulitan dari masing-masing solusi.

Keenam, merencanakan proyek. Secara berkolaboratif siswa dan guru

menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek yang meliputi

timeline, deadline, alat bahan, dan cara kerja.

Ketujuh, melaksanakan proyek. Proyek dilaksanakan juga secara

kolaboratif antarsiswa dalam kelompok. Pada tahapan ini guru memfasilitasi

peserta didik pada setiap proses. Guru menggunakan rubrik yang dapat

merekam seluruh aktivitas siswa untuk mempermudah proses monitoring.

Selain itu, guru juga mencatat kesulitan apa saja yang siswa hadapi.

Kedelapan, menyimpulkan, mengevaluasi, dan merefleksi. Pada

tahapan ini guru memberikan penilaian terhadap proyek yang sudah dibuat

siswa. Guru dan siswa saling berdiskusi dalam menyimpulkan, mengevaluasi,

dan merefleksi kegiatan pembelajaran yang sudah dilakukan. Tahapan terakhir

ini berguna untuk memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran sehingga

pada akhirnya ditemukan suatu cara yang efektif untuk ke depannya dalam

membentuk sebuah proyek yang baik.

Dari tahapan-tahapan tersebut yang telah dipaparkan di atas, kemudian

peneliti kembangkan menjadi lima tahapan sebagai berikut:

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

28

1) Menentukan proyek yang akan dilakukan. Pada tahap ini guru memberikan

proyek kepada siswa, menentukan batasan-batasan dan menentukan tujuan

utama dari proyek.

2) Menentukan kerangka waktu. Tahap ini merupakan tahap menentukan

berapa lama proyek akan dikerjakan, memeriksa tujuan proyek yang akan

diteliti dan menyediakan tempat yang sesuai untuk proyek. Penentuan

kerangka waktu proyek disesuaikan dengan persiapan pencarian referensi

pendukung materi.

3) Merencanakan kegiatan apa yang akan dilakukan. Pada tahap ini guru

memilih beberapa kegiatan yang sesuai, menggambarkan kegiatan yang

akan dilakukan oleh siswa.

4) Merencanakan penilaian. Setelah siswa melakukan kegiatan pada tahapan

ini nantinya guru meninjau atau menuliskan beberapa tujuan penilaian,

merencanakan alat-alat penilaian apa saja yang akan digunakan,

menambahkan penilaian dalam kerangka waktu. Penilaian ini juga

mencakup penguasaan materi oleh siswa.

5) Memulai proses project dengan siswa. Tahap ini adalah tahap pengerjaan

proses project dengan mendiskusikan tujuan dikelas, melaksanakan,

melihat dan mendengarkan pekerjaan apa yang dilakukan, mengingatkan

siswa untuk tidak membuang-buang waktu pengerjaan proyek, menambah

atau mengurangi kegiatan untuk memperkuat kecakapan dalam kelompok

dan kecakapan dalam mengelola dan mendiskusikan beberapa perbaikan.

6) Gambaran akhir proses project. Tahap ini memberikan hasil akhir dalam

suatu forum khusus, yaitu mendiskusikan atau menuliskan hal-hal yang

penting dari proses project yang telah dilakukan, menganjurkan perbaikan

untuk proses project selanjutnya.

2.1.4.4 Kelebihan Project Based Learning

Project Based Learning adalah penggerak yang unggul untuk

membantu siswa belajar melakukan tugas-tugas otentik dan multidisipliner,

menggunakan sumber-sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan

orang lain. Pengalaman di lapangan baik dari guru maupun siswa bahwa

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

29

Project Based Learning menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran

selain itu memilki nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa. Anatta

(dalam Susanti, 2008) menyebutkan beberapa kelebihan dari Project Based

Learning diantaranya sebagai berikut:

1) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam

mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih

menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain.

2) Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber

yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa

menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang

kompleks.

3) Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek

memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan

komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik

menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan

belajar lebih didalam lingkungan kolaboratif.

4) Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan

secara baik maka siswa akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi

proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti

perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2.1.4.5 Kekurangan Project Based Learning

Menurut (Susanti, 2008) berdasarkan pengalaman yang ditemukan di

lapangan Project Based Learning memiliki beberapa kekurangan diantaranya:

1) Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat

pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada siswa sehingga

memberi peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru

dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.

2) Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup masih saja

memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang

maksimal.

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

30

2.1.5 Media Pembelajaran

2.1.6.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

’tengah’, ’perantara’, atau ’pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media

dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun

kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and

Communication Technology) memberi batasan tentang media sebagai segala

bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.

Disamping sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering

diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan

fungsi atau perannya, yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak

utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media

adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran

(Arsyad, 2010).

Pengertian media pembelajaran adalah paduan antara bahan dan alat atau

perpaduan antara software dan hardware (Sadiman, dkk, 1996). Media

pembelajaran bisa dipahami sebagai media yang digunakan dalam proses dan

tujuan pembelajaran. Pada hakikatnya proses pembelajaran juga merupakan

komunikasi, maka media pembelajaran bisa dipahami sebagai media

komunikasi yang digunakan dalam proses komunikasi tersebut, media

pembelajaran memiliki peranan penting sebagai sarana untuk menyalurkan

pesan pembelajaran (Warsita, 2008).

Media dapat dibagai dalam dua kategori, yaitu alat bantu pembelajaran

(instructional aids) dan media pembelajaran (instructional media). Alat bantu

pembelajaran atau alat untuk membantu guru (pendidik) dalam memperjelas

materi (pesan) yang akan disampaikan. Oleh karena itu alat bantu embelajaran

disebut juga alat bantu mengajar (teaching aids). Misalnya OHP/OHT, film

bingkai (slide) foto, peta, poster, grafik, flip chart, model benda sebenarnya dan

sampai kepada lingkungan belajar yang dimanfaatkan untuk memperjelas

materi pembelajaran.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

31

2.1.6.2 Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Levie & Lentsz (Sanaky, 2009), mengemukakan empat fungsi media

pembelajaran, khususnya media visual, yaitu: Fungsi Atensi, Fungsi Afektif,

Fungsi Kognitif, Fungsi Kompensatoris.Fungsi atensi media visual merupakan

inti, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi

kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan

atau menyertai teks materi pelajaran. Seringkali pada awal pelajaran peserta

didik tidak tertarik dengan materi pelajaran atau mata kuliah yang tidak

disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan. Media visual

yang diproyeksikan dapat menenangkan dan mengarahkan perhatian mereka

kepada mata kuliah yang akan mereka terima. Dengan demikian, kemungkinan

untuk memperoleh dan mengingat isi materi perkuliahan semakin besar.

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan peserta

didik ketika belajar atau membaca teks yang bergambar. Gambar atau lambang

visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa. Misalnya informasi yang

menyangkut masalah sosial atau ras. Fungsi kognitif media visual terlihat dari

lambang visual atau gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk

memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam

gambar.

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian

bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks

membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan

informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media

pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan

lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks atau

disajikan secara verbal.

Sudjana dan Rivai (2002), mengemukakan manfaat media pembelajaran

dalam proses belajar siswa yaitu:

a. Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat

menumbuhkan motivasi belajar.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

32

b. Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih

dipahami oleh siswa sehingga memungkinkannya menguasai dan

mencapai tujuan pembelajaran.

c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi

verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan

dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar pada setiap

jam pelajaran.

d. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan mendemonstrasikan, memamerkan, dll.

2.1.6.3 Macam-Macam Media Pembelajaran

Media pembelajaran banyak sekali jenis dan macamnya. Menurut

Anderson (1998) beberapa media yang paling akrab dan hampir semua

sekolah memanfaatkan adalah media cetak (buku) dan papan tulis. Selain itu,

banyak juga sekolah yang telah memanfaatkan jenis media lain seperti

gambar, model, overhead projektor (OHP) dan obyek obyek nyata.

Sedangkan media lain seperti kaset audio, video, VCD, slide (film bingkai),

powerpoint serta program pembelajaran komputer masih jarang digunakan

meskipun sebenarnya sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar guru.

Meskipun demikian, sebagai seorang guru alangkah baiknya Anda mengenal

beberapa jenis media pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar

mendorong kita untuk mengadakan dan memanfaatkan media tersebut dalam

kegiatan pembelajaran di kelas.

2.1.6.4 Kriteria Memilih Media Pembelajaran

Memilih media hendaknya tidak dilakukan secara sembarangan,

melainkan didasarkan atas kriteria tertentu. Kesalahan pada saat pemilihan,

baik pemilihan jenis media maupun pemilihan topik yang dimediakan, akan

membawa akibat panjang yang tidak kita inginkan di kemudian hari. Banyak

pertanyaan yang harus kita jawab sebelum kita menentukan pilihan media

tertentu. Ibrahim (1982) mengemukakan bahwa secara umum kriteria yang

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

33

harus dipertimbangkan dalam pemilihan media pembelajaran diuraikan

sebagai berikut:

1) Tujuan

Tujuan pembelajaran apa (standar kompetensi dan kompetensi

dasar) yang hendak dicapai. Apakah tujuan itu masuk ranah kognitif,

afektif, psikomotor, atau kombinasinya. Jenis rangsangan indera apa yang

ditekankan: apakah penglihatan, pendengaran, atau kombinasinya. Jika

visual, apakah perlu gerakan atau cukup visual diam. Jawaban atas

pertanyaan itu akan mengarahkan pada jenis media tertentu, apakah media

realia, audio, visual diam, visual gerak, audio visual gerak dan seterusnya.

2) Sasaran didik

Siapa sasaran didik yang akan menggunakan media. Bagaimana

karakteristik mereka, berapa jumlahnya, bagaimana latar belakang

sosialnya, bagaimana motivasi dan minat belajarnya Dengan demikian,

media harus sesuai benar dengan kondisi mereka.

3) Karakteristik media yang bersangkutan

Bagaimana karakteristik media tersebut. Apa kelebihan dan

kelemahannya, sesuaikah media yang akan dipilih itu dengan tujuan yang

akan dicapai. Pemilihan media diikuti dengan pemahaman setiap kriteria

media tersebut, karena kegiatan memilih pada dasamya adalah kegiatan

membandingkan satu sama lain, mana yang lebih baik dan lebih sesuai

dibanding yang lain. Oleh karena itu, sebelum menentukan jenis media

tertentu, perlu memahami dengan baik bagaimana karaktristik media

tersebut.

4) Waktu

Yang dimaksud waktu di sini adalah berapa lama waktu yang

diperlukan untuk mengadakan atau membuat media yang akan kita pilih,

serta berapa lama waktu yang tersedia/yang dimiliki. Pertanyaan lain

adalah, berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyajikan media

tersebut dan berapa lama alokasi waktu yang tersedia dalam proses

pembelajaran.

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

34

5) Biaya

Faktor biaya juga merupakan pertanyaan penentu dalam memilih

media. Bukankah penggunaan media pada dasarnya dimaksudkan untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh sebab itu,

faktor biaya menjadi kriteria yang harus dipertimbangkan. Media yang

mahal belum tentu lebih efektif untuk mencapai tujuan belajar

dibandingkan media sederhana dan murah.

6) Ketersediaan

Kemudahan dalam memperoleh media juga menjadi pertimbangan

kita. Adakah media yang dibutuhkan itu diperoleh dengan mudah,

misalnya di sekolah atau di pasaran. Media dapat dibuat sendiri, jika

hendak membuat sendiri maka perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

kemampuan, waktu tenaga dan sarana untuk membuatnya.

7) Konteks penggunaan

Konteks penggunaan maksudnya adalah dalam kondisi dan strategi

bagaimana media tersebut akan digunakan. Misalnya: apakah untuk belajar

individual, kelompok kecil, kelompok besar atau masal. Dalam hal ini

diperlukan perencanaan strategi pembelajaran secara keseluruhan yang

akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga tergambar kapan

dan bagaimana konteks penggunaaan media tersebut dalam pembelajaran.

8) Mutu Teknis

Kriteria ini terutama untuk memilih/membeli media siap pakai

yang telah ada, misalnya program audio, video, grafis atau media cetak

lain.

2.1.6.5 Power Point

Power Point merupakan salah satu program dalam Microsoft Office.

Microsoft Office Power Point merupakan program aplikasi yang dirancang

secara khusus untuk menampilkan program multimedia. Hal ini sebagaimana

dikemukakan Riyana (2008) sebagai berikut: Program Microsoft Office Power

Point adalah salah satu software yang dirancang khusus untuk mampu

menampilkan program multimedia dengan menarik, mudah dalam pembuatan,

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

35

mudah dalam penggunaan dan relative murah karena tidak membutuhkan

bahan baku selain alat untuk menyimpan data. Berdasarkan penjelasan

tersebut dapat disimpulkan bahwa Microsoft Office Power Point adalah

perangkat lunak yang mampu menampilkan program multimedia dengan

menarik, mudah dalam pembuatan, penggunaan serta relatif murah. Riyana

(2008) mengatakan Microsoft Office Power Point memiliki kemampuan

untuk menggabungkan berbagai unsur media seperti pengolahan teks, warna,

gambar, grafik, serta animasi. Terdapat tiga tipe penggunaan Microsoft Office

Power Point yaitu personal presentation, stand alone dan web besed.

Pada umumnya Microsoft Office Power Point digunakan untuk

presentasi dalam classical learning, karena Microsoft Office Power Point

merupakan program aplikasi yang digunakan untuk kepentingan presentasi.

Berdasarkan pola penyajian yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa

Microsoft Office Power Point yang digunakan untuk presentasi dalam

classical learning disebut personal presentation. Microsoft Office Power

Point pada pola penyajian ini digunakan sebagai alat bantu bagi guru untuk

menyampaikan materi dan kontrol pembelajaran terletak pada guru. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Herlanti (Munadi, 2010: 150) yang

menyebutkan keunggulan multimedia PowerPoint yakni: (1) mampu

menampilkan objek-objek yang sebenarnya tidak ada secara fisik atau

diistilahkan dengan imagery. Secara kognitif pembelajaran dengan

menggunakan mental imagery akan meningkatkan retensi siswa dalam

mengingat materi-materi pelajaran, (2) Mampu mengembangkan materi

pembelajaran terutama membaca dan mendengarkan secara mudah, (3)

memiliki kemampuan dalam menggabungkan semua unsur media seperti teks,

gambar, video, grafik, tabel, suara dan animasi menjadi satu kesatuan

penyajian yang terintegrasi, (4) dapat mengakomodasi peserta didik sesuai

dengan modalitas belajarnya terutama bagi mereka yang memiliki tipe visual,

auditif, kiestetik, atau yang lainnya, karena menurut Riyana & Susilana (2007:

100) secara umum, modalitas belajar siswa dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu

visual, auditif dan kinestetik. Daryanto (2010) juga mengemukakan bahwa

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

36

Software Microsoft PowerPoint sangat berguna dalam mendukung kesuksesan

sebuah presentasi. Daryanto (2010) juga menambahkan bahwa, dalam

Microsoft PowerPoint, kita dapat memasukan elemen-elemen seperti gambar

atau movie, yaitu salah satu elemen yang sangat mudah untuk di mengerti oleh

audience. Selain keunggulan-keunggukan tersebut, Ms Powerpoint juga

memiliki kekurangan dankeunggulan lain terkait berbagai fitur yang ada di

dalamnya. Berikut dijabarkan kekurangan dan kelebihan Ms Powerpoint

menurut Sunarto (2007: 17).

1) Kekurangan

Microsoft Office PowerPoint ini hanya dapat dijalankan/dioperasikan

pada sistem operasi Windows saja.

2) Kelebihan

Jendela PowerPoint dilengkapi dengan menu-menu dan tombol-tombol

toolbar yang memungkinkan para pengguna dapat mengoperasikannya

dengan mudah. Kelebihan ini ditunjang dengan fitur-fitur lain yang

dibutuhkan dalam sebuah aplikasi presentasi.

Fitur yang dimiliki Microsoft Office PowerPoint adalah :

1) Terdapat fasilitas Undo dan Redo;

2) Menampilkan struktur presentasi;

3) Mengirimkan file presentasi ke word untuk diedit/diubah sebagai handout

presentasi;

4) Menambahkan header (kepala halaman) dan footer (kaki halaman) ke slide

presentasi;

5) Dapat menambahkan grafik, tabel, clipt art, music, film dan lainnya ke

dalam slide presentasi;

6) Menggunakan Task Pane untuk membuat presentasi baru, mencari

dokumen, menggunakan design template, layout, serta menambahkan efek

transisi dan animasi;

7) Menampilkan presentasi dengan menggunakan layar komputer, overhead

projector atau yang biasa disebut OHP, atau melalui web.

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

37

Layaknya Ms. Word, Ms. PowerPoint juga merupakan program

pengolahan kata namun berberda dengan Ms. Word. Ms. PowerPoint

merupakan program pengolah kata sekaligus menampilkannya dengan

menarik dan unik bahkan dapat diiringi suara. Program ini banyak membantu

kegiatan manusia seperti mempermudah mempresentasikan suatu hal maupun

barang. Dalam dunia pendidikan Ms. PowerPoint juga sering digunakan

bahkan ketika pendidik hendak menjelaskan materi yang dirasa tak dapat

dihadirkan secara nyata maka Ms. PowerPoint akan dipilih. Mengkaji teori

tersebut, maka penelitian ini menggunakan media PowerPoint untuk

memudahkan penyampaian materi sekaligus menarik perhatian siswa serta

memfasilitasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.

2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe PjBL (Project Based

Learning), telah dilakukan peneliti lain. Penelitian tersebut berbentuk skripsi,

yang dilakukan oleh Ivo Aulia Putri Yanti (2013) yang berjudul “Implementasi

model Project Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada

materi sumber daya alam (Penelitian tindakan kelas pada siswa ke kelas IV di

SDN 2 Cibodas). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model project based

learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada siswa kelas IV SDN 2

Cibodas mengalami peningkatkan yakni dari siklus I dengan prosentase 79, 31

sedangkan pada siklus II ketutansan sebesar 85,79.

Laporan hasil penelitian yang dilakukan oleh Linawati (2014) dengan judul

Peningkatan aktivitas belajar siswa pada sub tema macam-macam sumber energi

yang melalui penerapan model Project Bassed Learning menunjukkan adanya

peningakatan. Penerapan model PjBl telah terbukti meningkatkan keaktifan yakni

siklus I sebesar 36. 36% dengan kategori cukup aktif, 41.81 kategori aktif dan

pada siklus prosentase keaktifan siswa adalah 50.90% dan 49.08%. Penelitian-

penelitian tersebut telah menunjukkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran

Project Based Learning (PjBL) dapat membantu meningkatkan keaktifan pada

siswa di jenjang sekolah dasar.

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

38

Hasil penelitian lain tentang keberhasilan meningkatkan hasil belajar siswa

dengan berbantuan media power point adalah penelitian yang telah dilakukan oleh

Ni Wayan Widya Yanti (2013). Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil

belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran PBL berbantuan power

point. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Bhaktiyasa Singaraja

tahun pelajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan

hasil belajar siswa yaitu dari 75,90 dengan ketuntasan klasikal 54% pada Siklus I

menjadi 81,13 dengan ketuntasan klasikal 100% pada siklus II, hambatan-

hambatan yang ditemui dalam proses pembelajaran yaitu siswa belum sepenuhnya

dapat mengikuti model pembelajaran yang diterapkan, fasilitas yang masih

terbatas untuk penggunaan media power point di SMA Bhaktiyasa Singaraja,

alokasi waktu yang terbatas untuk setiap pertemuan, keterbatasan buku penunjang

yang dimiliki siswa, adapun solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi

hambatan-hambatan tersebut yaitu menekankan kembali langkah-langkah

pembelajaran yang diterapkan, menyusun jadwal untuk penggunaan ruangan

multimedia, menyusun RPP dengan baik, dan setiap akhir pertemuan guru

memberikan siswa tugas untuk mencari materi di internet maupun buku

penunjang lainnya.

Penelitian yang telah dilakukan tersebut telah menunjukkan bahwa PjBL

terbukti dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA dibeberapa sekolah.

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan menerapkan model PjBL berbantuan powerpoint

untuk meningkatkan hasil belajar dan keaktifan pada siswa kelas IV SD Negeri

Ngrambitan Blora. Berbeda dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya, yakni hanya berfokus pada 1 variabel, penelitian ini tidak hanya

berfokus meningkatkan pada 1 variabel hasil belajar IPA saja, tetapi juga berfokus

untuk meningkatkan keaktifan siswa, kemudian selain meningkatkan keaktifan

dan hasil belajar, penelitian ini akan dilaksanakan pada waktu, tempat dan subjek

yang berbeda pula, yakni penelitian ini akan dilaksanakan di kelas IV SD Negeri

Ngrambitan Semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penerapan model PjBL dalam

penelitian ini juga dibantu dengan media powerpoint tujuannya adalah untuk

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

39

menarik perhatian siswa sekaligus membuat siswa tetap focus ketika guru

menjelaskan materi ajar, dengan demikian pembelajaran model PjBL berbantuan

media powerpoint menjadi ciri dari penelitian ini.

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA di kelas IV masih menggunakan metode ceramah yang

konvensional, guru belum memberikan kegiatan yang bisa membuat siswa

berinteraksi aktif dalam pembelajaran sehingga menyebabkan masih ada siswa

yang belum bisa mendapat hasil belajar yang memuaskan dan tidak fokus dalam

pembelajaran. Hal ini mengakibatkan 16 siswa (57.14%) dari 28 siswa hasil

belajarnya masih dibawah KKM (65) khususnya untuk mata pelajaran IPA nilai

rata-rata kelas mendapat 60 dan kurang memenuhi KKM (65).

Diduga kuat rata-rata nilai kelas yang rendah tersebut karena pembelajaran

yang masih konvesional yakni sebesar 62,5, dalam pembelajaran guru masih

mendominasi kelas dengan menggunakan metode ceramah, sehingga siswa kurang

aktif pada proses pembelajaran dan akibatnya hasil belajar siswa yang menjadi

rendah. Dalam mengatasi hal tersebut, peneliti melakukan perbaikan proses

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran PjBL (Project Based

Learning) berbantuan media powerpoint. Penggunaan model PjBL (Project Based

Learning) berbantuan media powerpoint akan dilakukan atau diterapkan oleh guru

pada siklus I, dan bilamana pada siklus I hasil belajar siswa belum maksimal atau

meningkat secara signifikan, maka akan dilakukan evaluasi dan perbaikan

terhadap kekurangan pada siklus I dan melakukan pembelajaran PBjL (Project

Based Learning) pada siklus ke II. Diharapkan setelah menerapkan pembelajaran

dengan model PjBL (Project Based Learning) tersebut maka siswa akan lebih

aktif dalam mengikuti pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

siswa secara signifikan sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang telah

ditetapkan, serta keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran juga

dapat meningkat. Berdasarkan uraian tersebut dapat digambarkan melalui gambar

bagan berikut ini.

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10939/2/T1_292012144_BAB II... · Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan

40

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakan

dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran PjBL (Project Based

Learning) berbantuan media PowerPoint dalam pembelajaran IPA dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

Keaktifan dan

hasil belajar

siswa rendah.

Kegiatan

Awal

Guru menggunakan

metode ceramah

Siklus I : Guru menggunakan model

PjBL berbantuan media Powerpoint

Tindakan

Siklus II : Guru menggunakan model

PjBL berbantuan media Powerpoint

keaktifan dan hasil belajar siswa

kelas IV SD meningkat sesuai dengan

KKM yang ditentukan. Kondisi

Akhir