BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan...
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Reviu Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai analisis pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
telah banyak dilakukan sebelumnya, penelitian-penelitian tersebut berfokus pada
bagaimana sebuah desa dapat memanfaatkan dan menggali potensi desa yang
dimiliki untuk menjadi desa mandiri serta bagaimana pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa yang dinilai baik agar dapat menyumbangkan kekuatan untuk
meningkatkan pendpatan desa juga untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat
desa yang terkait.
Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Zulkarnaen (2016) yang
meneliti mengenai Pengembangan Potensi Ekonomi Desa Melalui Badan Usaha
Milik Desa (Bumdes) Pondok Salam Kabupaten Purwakarta. Penlitian ini
merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan dan menjelaskan
mengenai potensi desa dalam proses pembentukan BUMDES. Penelitian ini
mengungkapkan bahwa Desa Parakan Salam memiliki potensi untuk mendirikan
Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan
pertimbangan dalam proses pendirian BUMDES, potensi-potensi tersebut antara
lain lokasi yang cukup strategis dengan pasar, belum maksimalnya pelayanan
public serta kondisi geografis yang kurang cocok untuk daerah pertanian membuat
lapangan kerja yang ada tidak mencukupi, banyaknya masyarakat desa yang
memilihi untuk merantau dan mencari mata pencaharian serta banyaknya home
9
industry mengalami kemunduran karena kurang ter-ekspos dengan maksimal. Hal
inilah yang dinilai agar Masyarakat Desa dan Pemerintah yang ada dapat saling
mengimbangi dan memfasilitasi pendirian BUMDES, karena adanya BUMDES
dapat membantu Desa memiliki tingkat perekonomian mandiri yang baik dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa yang merata.
Satriawan et al. (2019) telah melakukan penelitian mengenai “Upaya
Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Program Badan Usaha Milik
Desa (Bumdes) di Desa Sesela Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok
Barat”. Penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif dengan
menggunakan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis model interaktif dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa BUMDES Maju Bersama sudah memberikan manfaat yang
cukup signifikan bagi masyarakat dan membantu dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat desa melalui beberapa unit usaha yang ada. Dapat
dikatakan bahwa BUMDES cukup berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat dan menambah kas dan pendapatan asli Desa.
Wahyudi (2016) telah melakukan penelitian mengenai “Implementasi
Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam Upaya
Pengembangan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Kotawaringin Barat”.
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif. Fokus penelitiannya adalah menelaah implementasi rencana strategis
Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam upaya pengembangan Badan
Usaha Milik Desa di Kabupaten Kotawaringin Barat. Penelitian ini menghasilkan
kesimpulan bahwa Rencana-rencana strategi tersebut telah dilakukan dengan baik
10
dilihat dari tercapainya indikator kinerja dalam pengembangan perekonomian
desa mulai dari terbentuknya pengelolan usaha mikro kecil menengah dan mandiri
sebagai cikal bakal BUM Desa. Hal ini dapat dicapai dengan bagaimana interaksi
dapat terbentuk baik antara pihak pelaksana kebijakan dan sasaran tujuan
sehingga dapat saling mendukung beberapa aspek.
Sidik (2015) melakukan penelitian yang berjudul Menggali Potensi Lokal
Mewujudkan Kemandirian Desa Wisata Bleberan Kabupaten Gunung Kidul,
dengan menggunakan metode kualitatif yang mendeksripsikan mengenai potensi
yang dimiliki Desa Bleberan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada tahun
2010-2014 Desa Wisata telah mampu memberikan kontribusi pendapatan asli desa
secara signifikan. Namun terdapat beberapa kendala dalam mengembangkan Desa
Wisata tersebut dikarenakan pengelolaan yang kurang efektif dan belum
dilaksanakan secara transparan dan akuntabel.
Ramadana et al. (2013) melakukan penelitian mengenai Keberadaan Badan
Usaha Milik Desa (BUMDES) Sebagai Penguatan Ekonomi Desa di Desa
Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dengan menggunakan Jenis
penelitia kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini berfokus pada
keberadaan Badan Usaha Milik Desa, kontribusi Badan Usaha Milik Desa dalam
penguatan ekonomi desa serta faktor penghambat dan pendukung keberadaan
Badan Usaha Milik Desa sebagai penguatan ekonomi desa. Penelitian ini
mengungkapkan bahwa 1.) Keberadaan BUMDES di Desa Landungsari ini
memiliki struktur organsasi yang telah tersusun secara baik dan fungsionalis, lalu
telah baik dalam menyalurkan dana desa yang diperoleh berupa hibah dari
pemerintah desa, namun BUMDES masih terkendala masalah terkait permodalan
11
untuk pengembangan badan usaha yang ada. 2.) Dalam perihal Kontribusi
keberadaan badan usaha milik desa dalam penguatan ekonomi desa, BUMDES
telah dinilai membantu dalam menjadikan desa dianggap mandiri dalam
melakukan pembangunan meskipun BUMDES belum cukup dapat dikatakan
memenuhi dalam peningkatan pendapatan Desa.
Hayyuna et al. (2016) yang melakukan penelitian mengenai “Strategi
Manajemen Aset BUMDES Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Desa”.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif dan bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi asset yang
diterapkan oleh BUMDES dalam peningkatan pendapatan desa. Dengan
menghasilkan kesimpulan yang mana, Strategi manajemen yang sudah dilakukan
BUMDES Desa Sekapuk dapat berkontribusi meningkatkan pendapatan desa pada
tahun 2010-2012. Namun BUMDES yang ada perlu untuk melakukan
peningkatan sarana pemasaran agar dapat mempermudah mengenalkan produk
kepada konsumen baik untuk masyarakat desa dan juga masyarakat luas.
Nilawati (2018) melakukan penelitian mengenai Analisis Manajemen
Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Hanyukupi Desa Ponjong Kecamatan
Ponjong Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Informan diambil dengan cara sampel bertujuan dan data penelitian
diperoleh melalui data sekunder, observasi, dan wawancara mendalam. Dalam
penelitian ini menjelaskan bahwa BUMDES Hanyukupi merupakan Badan Usaha
yang bergerak dalam memberikan layanan mendasar kepada masyarakat,
memberikan manfaat social meskipun memperoleh laba dan tidak murni
berorientasi kepada laba saja. BUMDES Hanyukupi dinilai telah menjalankan
12
organisasinya secara terstruktur menurut susunan fungsionalisnya. Namun
BUMDES masih terkendala mengenai pengelolaan BUMDES dikarenakan
terbatasnya pelatihan dan kegiatan pendidikan untuk penyelenggaraan
kepemimpinan serta terkendala masalah tidak adanya standar evaluasi kinerja
yang terukur untuk melakukan pengawasan dalam mendorong pencapaian kinerja
BUMDES agar lebih efektif dan efisien.
Tabel 2.1. Reviu Penelitian Terdahulu
No. Nama, Tahun Judul Metode Hasil
1 Zulkarnaen
(2016)
Pengembangan
Potensi Ekonomi
Desa Melalui
Badan Usaha
Milik Desa
(Bumdes)
Pondok Salam
Kabupaten
Purwakarta.
Deskriptif
kualitatif
Penelitian ini
mengungkapkan
bahwa Desa Parakan
Salam memiliki
potensi untuk
mendirikan Badan
Usaha Milik Desa.
Potensi masyarakat
desa inilah yang
menjadi bahan
pertimbangan dalam
proses pendirian
BUMDES, antara
lain lokasi strategis
dengan pasar, adanya
faktor-faktor yang
dinilai cocok dalam
pembuatan lapangan
pekerjaan baru
dibidang
perdagangan.
2 Satriawan et al.
(2019).
Upaya
Meningkatkan
Kesejahteraan
Masyarakat
Melalui Program
Badan Usaha
Milik Desa
(Bumdes) di
Deskriptif
kualitatif
BUMDES Maju
Bersama sudah
memberikan
manfaat yang cukup
signifikan bagi
masyarakat dan
membantu dalam
peningkatan
13
Desa Sesela
Kecamatan
Gunung Sari
Kabupaten
Lombok Barat
kesejahteraan
masyarakat desa
melalui beberapa
unit usaha yang
ada. Dapat dikatakan
bahwa BUMDES
cukup berkontribusi
dalam pemenuhan
kebutuhan
masyarakat dan
menambah kas
dan pendapatan asli
Desa.
3 Wahyudi (2016) Implementasi
Rencana
Strategis Badan
Pemberdayaan
Masyarakat dan
Desa dalam
Upaya
Pengembangan
Badan Usaha
Milik Desa di
Kabupaten
Kotawaringin
Barat
Deskriptif
kualitatif
Rencana-rencana
strategi tersebut
telah dilakukan
dengan baik
dilihat dari
tercapainya
indikator
kinerja dalam
pengembangan
perekonomian
desa mulai dari
terbentuknya
pengelolan usaha
mikro kecil
menengah dan
mandiri sebagai
cikal bakal BUM
Desa.
4 Sidik (2015) Menggali
Potensi Lokal
Mewujudkan
Kemandirian
Desa Wisata
Bleberan
Kabupaten
Gunung Kidul
Deskriptif
kualitatif
Penelitian ini
mengemukakan
bahwa pada
tahun 2010-2014
Desa Wisata
Bleberan telah
mampu memberikan
kontribusi
pendapatan asli
desa secara
signifikan.
Namun terdapat
beberapa kendala
dalam
14
mengembangkan
Desa Wisata
tersebut
dikarenakan
pengelolaan yang
kurang efektif
dan belum
dilaksanakan secara
transparan dan
akuntabel.
5 Ramadana et al.
(2013)
Keberadaan
Badan Usaha
Milik Desa
(BUMDES)
Sebagai
Penguatan
Ekonomi Desa
di Desa
Landungsari,
Kecamatan Dau,
Kabupaten
Malang.
Deskriptif
kualitatif
Keberadaan
BUMDES di Desa
Landungsari ini
memiliki struktur
organsasi yang telah
tersusun secara baik
dan fungsionalis, lalu
telah baik dalam
menyalurkan dana
desa yang diperoleh
berupa hibah dari
pemerintah desa,
namun BUMDES
masih terkendala
masalah terkait
permodalan.
6 Hayyuna et al.
(2016)
Strategi
Manajemen Aset
BUMDES
Dalam Rangka
Meningkatkan
Pendapatan Desa
Deskriptif
kualitatif
Strategi
manajemen yang
sudah dilakukan
BUMDES Desa
Sekapuk
dapat berkontribusi
meningkatkan
pendapatan desa
pada tahun
2010-2012.
Namun BUMDES
yang ada perlu
untuk melakukan
peningkatan
sarana pemasaran
agar dapat
mempermudah
mengenalkan
produk kepada
15
B. TINJAUAN PUSTAKA
B.1. Desa
Didalam Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014 Pasal 1 poin 1
menjelaskan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusah pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul
dana tau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
konsumen baik
untuk masyarakat
desa dan juga
masyarakat luas.
7 Nilawati (2018) Analisis
Manajemen
Badan Usaha
Milik Desa
(BUMDesa)
Hanyukupi Desa
Ponjong
Kecamatan
Ponjong
Kabupaten
Gunungkidul
Deskriptif
kualitatif
BUMDesa
“Hanyukupi”
telah melaksanakan
prinsip-prinsip
manajemen
perusahaan standar
yang meliputi
aspek manajemen
perencanaan,
pengorganisasian,
personalia,
kepemimpinan,
dan pengawasan.
Manajemen
perencanaan
ditempuh dengan
penyusunan
dokumen rencana
kerja tahunan
perusahaan, namun
demikian BUMDesa
belum menyusun
Rencana Strategis
Bisnis.
16
Menurut pasal 18 menjelaskan mengenai kewenangan yang dimiliki oleh
Desa adalah mulai dari penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asl-usul dan adat istiadat
desa. Sedangkan pada pasal 19 Kewenangan Desa meliputi, antara lain :
a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul
b. Kewenangan lokal berskala desa
c. Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah Daerah Provinsi,
atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan
d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah
provinsi, atau pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan.
Rafsanzani, dalam Sidik (2015) mengemukakan bahwa Pemerintahan desa
adalah sebuah lembaga yang ada sebagai fungsi perpanjangan pemerintah pusat
yang memiliki peran dan fungsi yang utama dalam pengaturan masyarakat desa
atau kelurahan serta mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Sebab,
pemerintah desa memiliki peran signifikan dalam pengelolaan proses sosial di
dalam masyarakat. Tugas utama yang dimiliki pemerintah desa adalah bagaimana
agar pemeerintah dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang demokratis,
serta memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa
masyarakatnya kepada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram, dan berkeadilan.
Dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi, sebuah desa memiliki anggaran atau
dana desa tertentu untuk mendorong proses memajukan daerahnya dan membuat
17
masyarakatnya memiliki kehidupan yang layak dengan menjalankan
perekonomian mulai dari sektor pertanian sampai perdagangan. Salah satu upaya
pemerintah untuk mewujudkan hal-hal yang dapat menggali potensi ditiap-tiap
desa adalah dengan mendirikan Badan Usaha yang dimiliki oleh tiap desa
sehingga dapat membantu mendukung sistem pembangunan yang merata.
B.2. Badan Usaha Milik Desa
Badan Usaha Milik Desa atau BUMDES merupakan usaha di bidang
ekonomi yang dimiliki oleh sebuah desa dan didirikan dengan maksud untuk
dikelola oleh desa, dijadikan usaha untuk menggali potensi serta kemampuan desa
beserta masyarakat desa agar dapat digunakan untuk membantu keperluan dalam
menyejahterakan masyarakat desa juga kepentingan umum. BUMDES sendiri
merupakan sebuah gagasan pemerintah sebagai alat penggerak perekonomian desa
dan juga diharapkan dapat mendorong dalam upaya peningkatan serta pemerataan
taraf hidup ditiap daerah di Indonesia.
Dalam Buku Panduan Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik
Desa (2007) menjelaskan bahwa BUMDes merupakan sebuah pilar dari kegiatan
ekonomi di desa yang memiliki fungsi sebagai lembaga sosial dimana berpihak
kepada kepentingan masyarakat melalui penyediaan layanan sosial dan juga
berfungsi sebagai lembaga komersial yang memiliki tujuan untuk memperoleh
keuntungan melalui penawaran barang dan jasa ke pasar. Dalam menjalankan
usahanya, BUMDES memiliki prinsip efisiensi dan efektifitas yang dijadikan
dasar. BUMDES dibentuk berdasarkan undang-undang yang berlaku sebagai
badan hukum yang disepakati oleh masyarakat desa. Disetiap desa pembentukan
18
BUMDES akan disesuaikan dengan keragaman karakteristik local, potensi dan
sumberdaya serta kebutuhan yang dimiliki masing-masing desa.
Pada Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014 pasal 87-89 menjelaskan
bahwa sebuah Desa dapat mendirikan suatu Badan Usaha Milik Desa yang disebut
dengan BUM Desa atau BUMDES. Yakni merupakan badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa baik penyertaan langsung yang
berasal dari kekayaan desa dan dipisahkan dalam pengelolaan asset, jasa
pelayanan dan usaha lainnya demi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat desa
sendiri. Usaha yang dijalankan BUM Desa dapat berupa bidang ekonomi ataupun
pelayanan umum yang sesuai ketentuan dan aturan perundang-undangan serta
menyediakan kebutuhan masyarakat desa ataupun masyarakat lain.
Kementerian Desa dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Desa telah menjelaskan bahwa maksud dari pendirian BUMDES adalah sebagai
suatu upaya untuk menampung setiap kegiatan dalam bidang ekonomi beserta jasa
pelayanan umum yang pengelolaannya dimili oleh Desa atau kerjasama antar-
desa. Pendirian BUMDES ini dilakukan atas pertimbangan dari kesepakatan
Pemerintah Desa beserta masyarakat desa, potensi desa yang dapat dijadikan
usaha ekonomi, sumber daya baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya
manusia untuk mengelola BUMDES dan penyertaan modal oleh Pemerintah Desa
baik berupa tunai ataupun fasilitas sarana prasarana.
19
Nugrahaningsih et al. (2016) menjelaskan mengenai beberapa ciri yang
membedakan BUMDES dengan lembaga perekonomian komersial lainya, antara
lain :
a. Kepemilikan Badan Usaha ini adalah merupakan milik desa dan
pengelolaannya dilakukan secara bersama
b. Kepemilikan modal usahanya bersumber dari desa senilai 51% dan dari
masyarakat senilai 49% melalui penyertaan modal (saham atau andil)
c. Pada kegiatan operasionalnya, BUMDES menggunakan falsafah bisnis yang
berakar dari budaya local atau local wisdom
d. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi
pasar
e. Besar keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village
policy)
f. Pemberian fasilitas berasal dari Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes
g. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD,
anggota).
Berdasarkan pasal 90 Undang-undang Desa Nomor 6 Tahun 2014,
Pemerintah yang terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa
dengan cara :
a. Pemberian hibah dana atau permodalan
b. Memberikan pendampingan teknis dan akses ke pasar
20
c. Memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.
Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) didirikan dengan dasar
pertimbangan untuk mengupayakan menggali potensi desa dan menyatukan
kegiatan masyarakat desa dibidang ekonomi maupun jasa pelayanan umum yang
pengelolaannya dilakukan oleh Desa ataupun kerjasama dari lebih dua desa dan
pendirian tersebut bertujuan untuk :
a. Menambah, meningkatkan serta menjadikan perekonomian desa itu sendiri
mencapai angka yang tinggi
b. Memaksimalkan serta mengoptimalisasi aset yang dimilik desa agar dapat
bermanfaat dan digunakan oleh masyarakat desa untuk menyejahterakan
kehidupan masyarakat dan desa.
c. Mengelola serta meningkatkan usaha masyarakat dalam menggali potensi
ekonomi yang ada di desanya.
d. Membuka dan menambah lapangan pekerjaan baru yang nantinya dapat
digunakan untuk menciptakan peluang bagi Desa menjalin kerjasama dengan
antar desa atau pihak ketiga dalam kegiatan ekonomi sehingga dapat saling
mendukung kebutuhan umum masyarakat desa agar mencapai angka
kesejahteraan yang baik, meningkatkan angka pendapatan desa dan
memperbaiki pelayanan kepada para masyarakat serta menyeimbangkan
perekonomian di Desa.
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) itu sendiri dilakukan atas
dasar rasa kebersamaan, kekeluargaan serta kegotong-royongan dari para
masyarakat dan pemerintahan Desa ataupun instansi-instansi yang bersangkutan.
21
BUM Desa berdiri berdasarkan atas kesepakatan atau musyawarah dari Desa dan
didirikan dengan ketetapan yang ada pada Peraturan Desa. Pemanfaatan hasil
usaha dari BUM Desa adalah untuk :
a. Pengembangan usaha;
b. Pengembangan Desa;
c. Pemberdayaan masyarakat Desa;
d. Pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial
dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Desa.
Ridlwan (2013) mengungkapkan bahwa BUMDES memiliki potensi
sebagai lembaga usaha atau ekonomi mandiri masyarakat Desa dan dapat terus
ditingkatkan serta dikembangkan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan desa, sebagai ujung tombak
perwujud kesejahteraan diperlukan hal-hal yang dapat mendasari dan
melatarbelakangi adanya pembentukan BUMDes yang kuat sesuai dengan tujuan
dan prinsip keadilan sosial yang merupakan nilai dasar bernegara di Indonesia.
Nugrahaningsih et al. (2016) mengemukakan bahwa Badan Usaha Milik
Desa dalam perannya sebagai lembaga sosial dipergunakanuntuk kepentingan
masyarakat dan berkontribusi dalam penyediaan pelayanan sosial, dan pada saat
Badan Usaha Milik Desa berperan sebagai lembaga komersial maka bertujuan
untuk mencari keuntungan melalui penyediaan sumberdaya local berupa barang
ataupun jasa kepada pasar. Badan Usaha Milik Desa sebagai suatu lembaga
ekonomi maka modal usahanya dibangun atas dasar inisiatif masyarakat serta
22
menganut asas mandiri yang berarti pemenuhan modalnya berasal dari masyarakat
namun tidak menutup kemungkinan bahwa BUMDES dapat mengajukan
pinjaman kepada pihak lain selama hal-hal yang terkait tersebut masih selaras
dengan ketetapan Perauran Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).
Keberadaan BUMDES dapat turut serta dalam mendorong peningkatan
perekonomian desa dan daaerah ketika pengelolaan BUMDES dilaksanakan
secara baik, transparan dan akuntabilitas. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana
BUMDES dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap
perkembangan desa. Selain itu, ketika potensi desa dan masyarakatnya dinilai
meningkat adalah pada saat tata kelola BUMDES dapat menjadikan sebuah desa
dikenal oleh daerah lain sebagai desa yang berpotensi dan memberikan pengaruh
positif dalam perubahan ekonomi maupun sosial di daerahnya. Pendirian
BUMDES merupakan salah satu upaya dari pembangunan desa yang diamanatkan
pada Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, ditetapkan sebagai salah satu prioritas
pembangunan nasional dimana hal ini menjadi sebuah harapan agar desa dengan
segala kewenangannya dapat lebih aktif dan kreatif dalam pembangunan desa.
Salah satu tugas yang merupakan kewenangan desa adalah mengelola keuangan
secara mandiri Satriajaya et al. (2018). Maka dari itu dibentuklah Badan Usaha
Milik Desa (BUMDES) sebagai salah satu wujud upaya pemerintah desa dan
masyarakat desa dalam ikut serta pada pembangunan desa dan menjadikan desa
yang mandiri sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebuah potensi desa sebagai
sebuah daya tarik dalam upaya kemajuan pembangunan yang merata.
23
B.3. Pengelolaan BUMDES
Dapat dikatakan bahwa pengelolaan Badan Usaha yang baik akan dapat
mempengaruhi perkembangan usaha yang ada. Dalam hal ini pengelolaan Badan
Usaha Milik Desa yang dapat dinilai baik adalah pada saat dilakukan secara
transparan, akuntabel dan efektif dalam menerapkan prinsip-prinsip yang
dianggap mampu mendorong berdirinya BUMDES yang ada. Sebuah pengaruh
positif sekecil apapun akan mengakibatkan perkembangan BUMDES ke arah
maju yang lebih baik dan dapat mempengaruhi keadaan sekitar BUMDES berada
seperti kehidupan masyarakat sekitar dan tingkat pembangunan yang merata.
Wibowo (2019) menjelaskan bahwa dalam hal pengimplementasiannya,
pemerintah telah menetapkan Peraturan Daerah (PERDA) mengenai pedoman tata
cara pembentukan dan pengelolaan BUMDES. Ketentuan tersebut bersifat
mandatory, bukan voluntary dimana pengelolaan BUMDES harus sesuai dengan
karakteristik wilayah masing masing. Dalam upaya pengelolaan BUMDES yang
maksimal dan tepat sasaran dibutuhkan adanya sikap idealisme yang kuat dari
para pengurus BUMDES yang nantinya dapat membawa prinsip-prinsip yang
harus dijalankan dalam mengelola berjalannya BUMDES yang ada.
Sofyan (2015) menjelaskan bahwa dalam pengelolaannya harus dijalankan
menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel
dan keberlanjutan (sustainability), dengan mekanisme keanggotaan dasar dan self
help yang dijalankan secara professional dan mandiri. Sejalan dengan hal tersebut,
untuk membangun BUMDes diperlukan informasi data yang akurat dan tepat
tentang karakteristik lokal Desa, termasuk ciri sosial budaya masyarakatnya dan
24
peluang pasar dari produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat
setempat.
Prinsip-prinsip yang dinilai ideal dalam pengelolaan BUMDES menurut
Buku Panduan Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (2007) adalah
sebagai berikut :
a. Kooperatif, yaitu dimana semua komponen yang terlibat di dalam BUMDES
diharapkan mampu untuk menerapkan kerjasama yang baik demi
pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.
b. Partisipatif, yaitu dimana semua komponen yang terlibat di dalam BUMDES
harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan
kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDES.
c. Emansipatif, yaitu dimana semua komponen yang terlibat didalam BUMDES
harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku dan agama, karena
masyarakat memiliki hak yang sama.
d. Transparansi, yaitu dimaksudkan dalam aktivitas yang berpengaruh terhadap
kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan
masyarakat dengan mudah dan terbuka.
e. Akuntabel, yaitu dimana seluruh kegiatan usaha harus dapat
dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif kepada lembaga
berwenang dan masyarakat umum.
f. Keberlanjutan, yaitu kegiatan usaha yang sedang dijalankan harus dapat
dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes
secara berkelanjutan sehingga dapat dirasakan oleh orang banyak manfaatnya.
25
Prinsip-prinsip dasar pengelolaan BUMDes tersebut diharapkan dapat
memberikan pengaruh yang positif dalam kinerja dan produktivitas anggotanya.
Serta dengan secara baik dalam menerapkan dan menjalankan prinsip-prinsip
tersebut diharapkan dapat membuat BUMDES bisa mengembangkan dan
memperluas manfaatnya disamping manfaat utamanya yaitu untuk dapat
membantu menghidupi masyarakat desa di wilayah BUMDES juga menggali
potensi desa yang ada.
Sebagai sebuah Badan Usaha, BUMDES dibagun atas dasar inisiatif yang
berasal dari masyarakat serta menganut asas kemandirian. Dalam pembentukan
BUMDES mengutamakan perolehan modal yang berasal dari masyarakat dan
Pemerintah Desa, namun tidak menutup kemungkinan BUMDES dapat
memperolehan modal yang berasal dari pihak luar seperti dari Pemerintah
Kabupaten ataupun dengan melakukan pinjaman kepada pihak ketiga sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku (Buku Panduan Pendirian Dan
Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, (2007).
Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,
Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa telah
dijelaskan mengenai poin-poin yang penting untuk diterapkan dalam
pengoperasian sebuah Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Hal tersebut
diantaranya adalah mengenai Pendirian BUMDES yang didalamnya termasuk
juga tahap perencanaan dalam pendirian BUMDES. Pada Pasal (3) dijelaskan
bahwa dalam perencanaan pendirian BUMDES, tujuannya antara lain adalah
untuk mengoptimalkan potensi desa untuk meningkatkan perekonomian Desa,
26
menciptakan atau membuka lapangan pekerjaan dan juga untuk meningkatkan
angka pendapatan serta kesejahteraan masyarakat Desa. Selain itu dalam Pasal (5)
menjelaskan bahwa dalam mendirikan BUMDES maka pengambilan setiap
keputusan dilaksanakan melalui Musyawarah Desa untuk membahas mengenai
rencana pendirian BUMDES mulai dari kepengurusan BUMDES, jenis usaha apa
yang nantinya akan dijalankan oleh BUMDES serta penyertaan modal BUMDES
yang dijelaskan pada Pasal (17) dan Pasal (18) bahwa modal awal BUMDES
bersumber dari APB Desa lalu dalam penyertaan modal BUMDES terdiri atas:
peryertaan modal Desa dan juga penyertaan modal dari masyarakat Desa.
Penyertaan Modal masyarakat tersebut dapat berasal dari tabungan atau simpanan
yang dimiliki oleh masyarakat.
Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan
Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,
Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa juga
menjelaskan pada pasal (9) bahwa kepengurusan dan organisasi pengelola
BUMDES harus dijalankan secara terpisah dengan organisasi yang dimiliki oleh
Pemertintah Desa untuk membedakan kepentingan diantara keduanya. Susunan
kepengurusan organisasi yang ada di BUMDES menurut pasal (10) sampai
dengan pasal (15) dijelaskan terdiri atas : Penasihat, Pelaksana Operasional dan
Pengawas yang bekerjasama dalam menjalankan kegiatan usaha yang ada di
BUMDES. Dimana penasihat dari BUMDES bertugas untuk memberikan nasihat,
saran dan pendapat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan
pengelolaan BUMDES. Pelaksana Operasional bertugas untuk mengurus dan
mengelola serta mengembangkan BUMDES sesuai dengan Anggaran Dasar dan
27
Anggaran Rumah Tangga (AD ART). Sedangkan Pengawas bertugas sebagai
perwakilan kepentingan masyarakat dengan menyelenggarakan rapat umum untuk
membahas kinerja dari BUMDES selama menjalankan kegiatan usahanya. Pada
pasal (16) menjelaskan bahwa dalam pemilihan kepengurusan BUMDES
dilaksanakan dengan melalui pengambilan keputusan musyawarah Desa untuk
menempatkan siapa saja yang akan menempati posisi di BUMDES.
Pada pelaksanaan kegiatan usaha BUMDES, Kementerian Desa dalam
Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 pasal (19) sampai dengan pasal (23)
menjelaskan bahwa BUMDES dapat menjalankan kegiatan usaha bersifat sosial
sederhana yang memberikan layanan umum kepada masyarakat tapi juga dapat
memperoleh keuntungan finansial. Beberapa jenis usaha yang dapat dijalankan
oleh BUMDES, antara lain BUMDES dapat menjalankan usaha yang
memanfaatkan sumber daya lokal serta teknologi tepat guna bagi Desa, BUMDES
dapat menjalankan usaha penyewaan seperti perkakas pesta, alat transportasi serta
gedung pertemuan atau tanah, selain itu BUMDES juga dapat menjalankan usaha
perantara serta menjalankan usaha dalambidang perdagangan ataupun produksi
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa dan skala pasar lainnya.
Pertanggungjawaban dalam pelaksanaan BUMDES telah diatur dalam pasal (31)
dimana dijelaskan bahwa dalam hal pertanggungjawaban BUMDES, pelaksana
operasional BUMDES harus melaporkannya kepada Penasihat yang dijabat oleh
Kepala Desa kemudian Pemerintah Desa mempertanggungjawabkannya dengan
melalui musyawarah Desa.
28
B.4. Pendapatan Desa
Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20
Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Pendapatan Desa merupakan
segala penerimaan dana atau pemasukan berupa uang melalui rekening desa yang
telah menjadi hak milik desa dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar
kembali oleh desa (Permendagri, 2018). Pendapatan desa tersebut berasal dari
pendapatan asli desa, pendapatan transfer dan pendapatan lain-lain. Pendapatan
asli desa merupakan pendapatan yang diperoleh dan berasal dari kewenangan desa
dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi berdasarkan potensi yang dimiliki
oleh desa termasuk juga hasil yang diperoleh dari Badan Usaha Milik Desa dan
Tanah kas desa. Yang merupakan kelompok atas pembagian pendapatan desa,
yaitu :
1. Pendapatan Asli Desa (PADes)
Pendapatan asli desa adalah pungutan dana atau pendapatan yang
dimasukkan ke rekening desa, yang merupakan pendapatan dari :
a. Hasil usaha desa, antara lain bagi hasil BUMDES
b. Hasil aset, antara lain tanah kas desa, tambahan perahu, pasar desa, tempet
pemandian umum, jaringan irigasi, dan hasil aset lain yang sesuai kewenangan
berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala Desa
c. Swadaya, partisipasi dan gotong royong, meliputi penerimaan yang berasal
dari sumbangan masyarakat Desa.
d. Pendapatan asli desa lain-lain, seperti hasil pungutan Desa.
29
2. Transfer
Pendapatan desa jenis ini bersumber dari pemerintah (baik pusat maupun
kabupaten) yang diperoleh melalui transfer antar rekening yaitu dari rekening
kabupaten atau provinsi ke rekening kas desa. Transfer tersebut meliputi :
a. Dana desa
b. Bagian atas hasil pajak daerah serta retribusi daerah kabupaten atau kota
c. Pengalokasian dana desa
d. Bantuan berupa keuangan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi
e. Bantuan berupa keuangan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
kabupaten atau kota.
3. Pendapatan Lain-lain
Pendapatan ini merupakan pendapatan yang bersumber dari hibah dan
sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga dan lain-lain pendapatan desa
yang sah. Pendapatan lain-lain tersebut terdiri atas :
a. Penerimaan hasil atas kerja sama yang Desa lakukan
b. Penerimaan bantuan yang berasal dari perusahaan yang berlokasi disekitar
Desa
c. Penerimaan berupa hibah dan sumbangan dari pihak ketiga
d. Hasil alokasi dana dari proses koreksi kesalahan anggaran belanja ditahun
sebelumnya yang mengakibatkan penerimaan di kas Desa pada tahun
anggaran berikutnya
e. Bunga bank
f. Pendapatan lain Desa yang sah.
30
Ariyanto (2017) menyebutkan bahwa didalam Undang-undang nomor 6 tahun 2016
tentang Desa, pasal 72 ayat (1) menjelaskan bahwa pendapatan desa dapat berasal dari:
a. Pendapatan asli desa yang terdiri atas Hasil usaha, hasil asset, swadaya serta
partisipasi, gotong royong dan lain-lain pendapatan Desa;
b. Alokasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara;
c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi Daerah Kabupaten/Kota;
d. Dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota;
e. Bantuan keuangan dari Anggsrsn Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;
f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan lain-lain
pendapatan desa yang sah.