BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan...

23
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian mengenai analisis pengelolaan Badan Usaha Milik Desa telah banyak dilakukan sebelumnya, penelitian-penelitian tersebut berfokus pada bagaimana sebuah desa dapat memanfaatkan dan menggali potensi desa yang dimiliki untuk menjadi desa mandiri serta bagaimana pengelolaan Badan Usaha Milik Desa yang dinilai baik agar dapat menyumbangkan kekuatan untuk meningkatkan pendpatan desa juga untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat desa yang terkait. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Zulkarnaen (2016) yang meneliti mengenai Pengembangan Potensi Ekonomi Desa Melalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Pondok Salam Kabupaten Purwakarta. Penlitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan dan menjelaskan mengenai potensi desa dalam proses pembentukan BUMDES. Penelitian ini mengungkapkan bahwa Desa Parakan Salam memiliki potensi untuk mendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan dalam proses pendirian BUMDES, potensi-potensi tersebut antara lain lokasi yang cukup strategis dengan pasar, belum maksimalnya pelayanan public serta kondisi geografis yang kurang cocok untuk daerah pertanian membuat lapangan kerja yang ada tidak mencukupi, banyaknya masyarakat desa yang memilihi untuk merantau dan mencari mata pencaharian serta banyaknya home

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Reviu Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai analisis pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

telah banyak dilakukan sebelumnya, penelitian-penelitian tersebut berfokus pada

bagaimana sebuah desa dapat memanfaatkan dan menggali potensi desa yang

dimiliki untuk menjadi desa mandiri serta bagaimana pengelolaan Badan Usaha

Milik Desa yang dinilai baik agar dapat menyumbangkan kekuatan untuk

meningkatkan pendpatan desa juga untuk menyejahterakan kehidupan masyarakat

desa yang terkait.

Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Zulkarnaen (2016) yang

meneliti mengenai Pengembangan Potensi Ekonomi Desa Melalui Badan Usaha

Milik Desa (Bumdes) Pondok Salam Kabupaten Purwakarta. Penlitian ini

merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang menggambarkan dan menjelaskan

mengenai potensi desa dalam proses pembentukan BUMDES. Penelitian ini

mengungkapkan bahwa Desa Parakan Salam memiliki potensi untuk mendirikan

Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan

pertimbangan dalam proses pendirian BUMDES, potensi-potensi tersebut antara

lain lokasi yang cukup strategis dengan pasar, belum maksimalnya pelayanan

public serta kondisi geografis yang kurang cocok untuk daerah pertanian membuat

lapangan kerja yang ada tidak mencukupi, banyaknya masyarakat desa yang

memilihi untuk merantau dan mencari mata pencaharian serta banyaknya home

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

9

industry mengalami kemunduran karena kurang ter-ekspos dengan maksimal. Hal

inilah yang dinilai agar Masyarakat Desa dan Pemerintah yang ada dapat saling

mengimbangi dan memfasilitasi pendirian BUMDES, karena adanya BUMDES

dapat membantu Desa memiliki tingkat perekonomian mandiri yang baik dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa yang merata.

Satriawan et al. (2019) telah melakukan penelitian mengenai “Upaya

Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Program Badan Usaha Milik

Desa (Bumdes) di Desa Sesela Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok

Barat”. Penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif dengan

menggunakan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis model interaktif dari Miles dan Huberman. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa BUMDES Maju Bersama sudah memberikan manfaat yang

cukup signifikan bagi masyarakat dan membantu dalam peningkatan

kesejahteraan masyarakat desa melalui beberapa unit usaha yang ada. Dapat

dikatakan bahwa BUMDES cukup berkontribusi dalam pemenuhan kebutuhan

masyarakat dan menambah kas dan pendapatan asli Desa.

Wahyudi (2016) telah melakukan penelitian mengenai “Implementasi

Rencana Strategis Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam Upaya

Pengembangan Badan Usaha Milik Desa di Kabupaten Kotawaringin Barat”.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Fokus penelitiannya adalah menelaah implementasi rencana strategis

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa dalam upaya pengembangan Badan

Usaha Milik Desa di Kabupaten Kotawaringin Barat. Penelitian ini menghasilkan

kesimpulan bahwa Rencana-rencana strategi tersebut telah dilakukan dengan baik

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

10

dilihat dari tercapainya indikator kinerja dalam pengembangan perekonomian

desa mulai dari terbentuknya pengelolan usaha mikro kecil menengah dan mandiri

sebagai cikal bakal BUM Desa. Hal ini dapat dicapai dengan bagaimana interaksi

dapat terbentuk baik antara pihak pelaksana kebijakan dan sasaran tujuan

sehingga dapat saling mendukung beberapa aspek.

Sidik (2015) melakukan penelitian yang berjudul Menggali Potensi Lokal

Mewujudkan Kemandirian Desa Wisata Bleberan Kabupaten Gunung Kidul,

dengan menggunakan metode kualitatif yang mendeksripsikan mengenai potensi

yang dimiliki Desa Bleberan. Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada tahun

2010-2014 Desa Wisata telah mampu memberikan kontribusi pendapatan asli desa

secara signifikan. Namun terdapat beberapa kendala dalam mengembangkan Desa

Wisata tersebut dikarenakan pengelolaan yang kurang efektif dan belum

dilaksanakan secara transparan dan akuntabel.

Ramadana et al. (2013) melakukan penelitian mengenai Keberadaan Badan

Usaha Milik Desa (BUMDES) Sebagai Penguatan Ekonomi Desa di Desa

Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang dengan menggunakan Jenis

penelitia kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penelitian ini berfokus pada

keberadaan Badan Usaha Milik Desa, kontribusi Badan Usaha Milik Desa dalam

penguatan ekonomi desa serta faktor penghambat dan pendukung keberadaan

Badan Usaha Milik Desa sebagai penguatan ekonomi desa. Penelitian ini

mengungkapkan bahwa 1.) Keberadaan BUMDES di Desa Landungsari ini

memiliki struktur organsasi yang telah tersusun secara baik dan fungsionalis, lalu

telah baik dalam menyalurkan dana desa yang diperoleh berupa hibah dari

pemerintah desa, namun BUMDES masih terkendala masalah terkait permodalan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

11

untuk pengembangan badan usaha yang ada. 2.) Dalam perihal Kontribusi

keberadaan badan usaha milik desa dalam penguatan ekonomi desa, BUMDES

telah dinilai membantu dalam menjadikan desa dianggap mandiri dalam

melakukan pembangunan meskipun BUMDES belum cukup dapat dikatakan

memenuhi dalam peningkatan pendapatan Desa.

Hayyuna et al. (2016) yang melakukan penelitian mengenai “Strategi

Manajemen Aset BUMDES Dalam Rangka Meningkatkan Pendapatan Desa”.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif dan bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana strategi asset yang

diterapkan oleh BUMDES dalam peningkatan pendapatan desa. Dengan

menghasilkan kesimpulan yang mana, Strategi manajemen yang sudah dilakukan

BUMDES Desa Sekapuk dapat berkontribusi meningkatkan pendapatan desa pada

tahun 2010-2012. Namun BUMDES yang ada perlu untuk melakukan

peningkatan sarana pemasaran agar dapat mempermudah mengenalkan produk

kepada konsumen baik untuk masyarakat desa dan juga masyarakat luas.

Nilawati (2018) melakukan penelitian mengenai Analisis Manajemen

Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) Hanyukupi Desa Ponjong Kecamatan

Ponjong Kabupaten Gunungkidul. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

kualitatif. Informan diambil dengan cara sampel bertujuan dan data penelitian

diperoleh melalui data sekunder, observasi, dan wawancara mendalam. Dalam

penelitian ini menjelaskan bahwa BUMDES Hanyukupi merupakan Badan Usaha

yang bergerak dalam memberikan layanan mendasar kepada masyarakat,

memberikan manfaat social meskipun memperoleh laba dan tidak murni

berorientasi kepada laba saja. BUMDES Hanyukupi dinilai telah menjalankan

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

12

organisasinya secara terstruktur menurut susunan fungsionalisnya. Namun

BUMDES masih terkendala mengenai pengelolaan BUMDES dikarenakan

terbatasnya pelatihan dan kegiatan pendidikan untuk penyelenggaraan

kepemimpinan serta terkendala masalah tidak adanya standar evaluasi kinerja

yang terukur untuk melakukan pengawasan dalam mendorong pencapaian kinerja

BUMDES agar lebih efektif dan efisien.

Tabel 2.1. Reviu Penelitian Terdahulu

No. Nama, Tahun Judul Metode Hasil

1 Zulkarnaen

(2016)

Pengembangan

Potensi Ekonomi

Desa Melalui

Badan Usaha

Milik Desa

(Bumdes)

Pondok Salam

Kabupaten

Purwakarta.

Deskriptif

kualitatif

Penelitian ini

mengungkapkan

bahwa Desa Parakan

Salam memiliki

potensi untuk

mendirikan Badan

Usaha Milik Desa.

Potensi masyarakat

desa inilah yang

menjadi bahan

pertimbangan dalam

proses pendirian

BUMDES, antara

lain lokasi strategis

dengan pasar, adanya

faktor-faktor yang

dinilai cocok dalam

pembuatan lapangan

pekerjaan baru

dibidang

perdagangan.

2 Satriawan et al.

(2019).

Upaya

Meningkatkan

Kesejahteraan

Masyarakat

Melalui Program

Badan Usaha

Milik Desa

(Bumdes) di

Deskriptif

kualitatif

BUMDES Maju

Bersama sudah

memberikan

manfaat yang cukup

signifikan bagi

masyarakat dan

membantu dalam

peningkatan

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

13

Desa Sesela

Kecamatan

Gunung Sari

Kabupaten

Lombok Barat

kesejahteraan

masyarakat desa

melalui beberapa

unit usaha yang

ada. Dapat dikatakan

bahwa BUMDES

cukup berkontribusi

dalam pemenuhan

kebutuhan

masyarakat dan

menambah kas

dan pendapatan asli

Desa.

3 Wahyudi (2016) Implementasi

Rencana

Strategis Badan

Pemberdayaan

Masyarakat dan

Desa dalam

Upaya

Pengembangan

Badan Usaha

Milik Desa di

Kabupaten

Kotawaringin

Barat

Deskriptif

kualitatif

Rencana-rencana

strategi tersebut

telah dilakukan

dengan baik

dilihat dari

tercapainya

indikator

kinerja dalam

pengembangan

perekonomian

desa mulai dari

terbentuknya

pengelolan usaha

mikro kecil

menengah dan

mandiri sebagai

cikal bakal BUM

Desa.

4 Sidik (2015) Menggali

Potensi Lokal

Mewujudkan

Kemandirian

Desa Wisata

Bleberan

Kabupaten

Gunung Kidul

Deskriptif

kualitatif

Penelitian ini

mengemukakan

bahwa pada

tahun 2010-2014

Desa Wisata

Bleberan telah

mampu memberikan

kontribusi

pendapatan asli

desa secara

signifikan.

Namun terdapat

beberapa kendala

dalam

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

14

mengembangkan

Desa Wisata

tersebut

dikarenakan

pengelolaan yang

kurang efektif

dan belum

dilaksanakan secara

transparan dan

akuntabel.

5 Ramadana et al.

(2013)

Keberadaan

Badan Usaha

Milik Desa

(BUMDES)

Sebagai

Penguatan

Ekonomi Desa

di Desa

Landungsari,

Kecamatan Dau,

Kabupaten

Malang.

Deskriptif

kualitatif

Keberadaan

BUMDES di Desa

Landungsari ini

memiliki struktur

organsasi yang telah

tersusun secara baik

dan fungsionalis, lalu

telah baik dalam

menyalurkan dana

desa yang diperoleh

berupa hibah dari

pemerintah desa,

namun BUMDES

masih terkendala

masalah terkait

permodalan.

6 Hayyuna et al.

(2016)

Strategi

Manajemen Aset

BUMDES

Dalam Rangka

Meningkatkan

Pendapatan Desa

Deskriptif

kualitatif

Strategi

manajemen yang

sudah dilakukan

BUMDES Desa

Sekapuk

dapat berkontribusi

meningkatkan

pendapatan desa

pada tahun

2010-2012.

Namun BUMDES

yang ada perlu

untuk melakukan

peningkatan

sarana pemasaran

agar dapat

mempermudah

mengenalkan

produk kepada

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

15

B. TINJAUAN PUSTAKA

B.1. Desa

Didalam Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014 Pasal 1 poin 1

menjelaskan bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas

wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusah pemerintahan,

kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul

dana tau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

konsumen baik

untuk masyarakat

desa dan juga

masyarakat luas.

7 Nilawati (2018) Analisis

Manajemen

Badan Usaha

Milik Desa

(BUMDesa)

Hanyukupi Desa

Ponjong

Kecamatan

Ponjong

Kabupaten

Gunungkidul

Deskriptif

kualitatif

BUMDesa

“Hanyukupi”

telah melaksanakan

prinsip-prinsip

manajemen

perusahaan standar

yang meliputi

aspek manajemen

perencanaan,

pengorganisasian,

personalia,

kepemimpinan,

dan pengawasan.

Manajemen

perencanaan

ditempuh dengan

penyusunan

dokumen rencana

kerja tahunan

perusahaan, namun

demikian BUMDesa

belum menyusun

Rencana Strategis

Bisnis.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

16

Menurut pasal 18 menjelaskan mengenai kewenangan yang dimiliki oleh

Desa adalah mulai dari penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan

pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan

masyarakat desa berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asl-usul dan adat istiadat

desa. Sedangkan pada pasal 19 Kewenangan Desa meliputi, antara lain :

a. Kewenangan berdasarkan hak asal usul

b. Kewenangan lokal berskala desa

c. Kewenangan yang ditugaskan oleh pemerintah, pemerintah Daerah Provinsi,

atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan

d. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh pemerintah, Pemerintah Daerah

provinsi, atau pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan

Peraturan Perundang-undangan.

Rafsanzani, dalam Sidik (2015) mengemukakan bahwa Pemerintahan desa

adalah sebuah lembaga yang ada sebagai fungsi perpanjangan pemerintah pusat

yang memiliki peran dan fungsi yang utama dalam pengaturan masyarakat desa

atau kelurahan serta mencapai keberhasilan pembangunan nasional. Sebab,

pemerintah desa memiliki peran signifikan dalam pengelolaan proses sosial di

dalam masyarakat. Tugas utama yang dimiliki pemerintah desa adalah bagaimana

agar pemeerintah dapat menciptakan kehidupan masyarakat yang demokratis,

serta memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga dapat membawa

masyarakatnya kepada kehidupan yang sejahtera, rasa tentram, dan berkeadilan.

Dalam pelaksanaan kegiatan ekonomi, sebuah desa memiliki anggaran atau

dana desa tertentu untuk mendorong proses memajukan daerahnya dan membuat

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

17

masyarakatnya memiliki kehidupan yang layak dengan menjalankan

perekonomian mulai dari sektor pertanian sampai perdagangan. Salah satu upaya

pemerintah untuk mewujudkan hal-hal yang dapat menggali potensi ditiap-tiap

desa adalah dengan mendirikan Badan Usaha yang dimiliki oleh tiap desa

sehingga dapat membantu mendukung sistem pembangunan yang merata.

B.2. Badan Usaha Milik Desa

Badan Usaha Milik Desa atau BUMDES merupakan usaha di bidang

ekonomi yang dimiliki oleh sebuah desa dan didirikan dengan maksud untuk

dikelola oleh desa, dijadikan usaha untuk menggali potensi serta kemampuan desa

beserta masyarakat desa agar dapat digunakan untuk membantu keperluan dalam

menyejahterakan masyarakat desa juga kepentingan umum. BUMDES sendiri

merupakan sebuah gagasan pemerintah sebagai alat penggerak perekonomian desa

dan juga diharapkan dapat mendorong dalam upaya peningkatan serta pemerataan

taraf hidup ditiap daerah di Indonesia.

Dalam Buku Panduan Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik

Desa (2007) menjelaskan bahwa BUMDes merupakan sebuah pilar dari kegiatan

ekonomi di desa yang memiliki fungsi sebagai lembaga sosial dimana berpihak

kepada kepentingan masyarakat melalui penyediaan layanan sosial dan juga

berfungsi sebagai lembaga komersial yang memiliki tujuan untuk memperoleh

keuntungan melalui penawaran barang dan jasa ke pasar. Dalam menjalankan

usahanya, BUMDES memiliki prinsip efisiensi dan efektifitas yang dijadikan

dasar. BUMDES dibentuk berdasarkan undang-undang yang berlaku sebagai

badan hukum yang disepakati oleh masyarakat desa. Disetiap desa pembentukan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

18

BUMDES akan disesuaikan dengan keragaman karakteristik local, potensi dan

sumberdaya serta kebutuhan yang dimiliki masing-masing desa.

Pada Undang-Undang Desa nomor 6 tahun 2014 pasal 87-89 menjelaskan

bahwa sebuah Desa dapat mendirikan suatu Badan Usaha Milik Desa yang disebut

dengan BUM Desa atau BUMDES. Yakni merupakan badan usaha yang seluruh

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa baik penyertaan langsung yang

berasal dari kekayaan desa dan dipisahkan dalam pengelolaan asset, jasa

pelayanan dan usaha lainnya demi kebutuhan dan kesejahteraan masyarakat desa

sendiri. Usaha yang dijalankan BUM Desa dapat berupa bidang ekonomi ataupun

pelayanan umum yang sesuai ketentuan dan aturan perundang-undangan serta

menyediakan kebutuhan masyarakat desa ataupun masyarakat lain.

Kementerian Desa dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah

Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang

Pendirian, Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik

Desa telah menjelaskan bahwa maksud dari pendirian BUMDES adalah sebagai

suatu upaya untuk menampung setiap kegiatan dalam bidang ekonomi beserta jasa

pelayanan umum yang pengelolaannya dimili oleh Desa atau kerjasama antar-

desa. Pendirian BUMDES ini dilakukan atas pertimbangan dari kesepakatan

Pemerintah Desa beserta masyarakat desa, potensi desa yang dapat dijadikan

usaha ekonomi, sumber daya baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya

manusia untuk mengelola BUMDES dan penyertaan modal oleh Pemerintah Desa

baik berupa tunai ataupun fasilitas sarana prasarana.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

19

Nugrahaningsih et al. (2016) menjelaskan mengenai beberapa ciri yang

membedakan BUMDES dengan lembaga perekonomian komersial lainya, antara

lain :

a. Kepemilikan Badan Usaha ini adalah merupakan milik desa dan

pengelolaannya dilakukan secara bersama

b. Kepemilikan modal usahanya bersumber dari desa senilai 51% dan dari

masyarakat senilai 49% melalui penyertaan modal (saham atau andil)

c. Pada kegiatan operasionalnya, BUMDES menggunakan falsafah bisnis yang

berakar dari budaya local atau local wisdom

d. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi

pasar

e. Besar keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan

anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village

policy)

f. Pemberian fasilitas berasal dari Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes

g. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD,

anggota).

Berdasarkan pasal 90 Undang-undang Desa Nomor 6 Tahun 2014,

Pemerintah yang terdiri atas Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa

dengan cara :

a. Pemberian hibah dana atau permodalan

b. Memberikan pendampingan teknis dan akses ke pasar

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

20

c. Memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di Desa.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) didirikan dengan dasar

pertimbangan untuk mengupayakan menggali potensi desa dan menyatukan

kegiatan masyarakat desa dibidang ekonomi maupun jasa pelayanan umum yang

pengelolaannya dilakukan oleh Desa ataupun kerjasama dari lebih dua desa dan

pendirian tersebut bertujuan untuk :

a. Menambah, meningkatkan serta menjadikan perekonomian desa itu sendiri

mencapai angka yang tinggi

b. Memaksimalkan serta mengoptimalisasi aset yang dimilik desa agar dapat

bermanfaat dan digunakan oleh masyarakat desa untuk menyejahterakan

kehidupan masyarakat dan desa.

c. Mengelola serta meningkatkan usaha masyarakat dalam menggali potensi

ekonomi yang ada di desanya.

d. Membuka dan menambah lapangan pekerjaan baru yang nantinya dapat

digunakan untuk menciptakan peluang bagi Desa menjalin kerjasama dengan

antar desa atau pihak ketiga dalam kegiatan ekonomi sehingga dapat saling

mendukung kebutuhan umum masyarakat desa agar mencapai angka

kesejahteraan yang baik, meningkatkan angka pendapatan desa dan

memperbaiki pelayanan kepada para masyarakat serta menyeimbangkan

perekonomian di Desa.

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) itu sendiri dilakukan atas

dasar rasa kebersamaan, kekeluargaan serta kegotong-royongan dari para

masyarakat dan pemerintahan Desa ataupun instansi-instansi yang bersangkutan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

21

BUM Desa berdiri berdasarkan atas kesepakatan atau musyawarah dari Desa dan

didirikan dengan ketetapan yang ada pada Peraturan Desa. Pemanfaatan hasil

usaha dari BUM Desa adalah untuk :

a. Pengembangan usaha;

b. Pengembangan Desa;

c. Pemberdayaan masyarakat Desa;

d. Pemberian bantuan untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial

dan kegiatan dana bergulir yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa.

Ridlwan (2013) mengungkapkan bahwa BUMDES memiliki potensi

sebagai lembaga usaha atau ekonomi mandiri masyarakat Desa dan dapat terus

ditingkatkan serta dikembangkan untuk masa yang akan datang. Oleh karena itu,

untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan desa, sebagai ujung tombak

perwujud kesejahteraan diperlukan hal-hal yang dapat mendasari dan

melatarbelakangi adanya pembentukan BUMDes yang kuat sesuai dengan tujuan

dan prinsip keadilan sosial yang merupakan nilai dasar bernegara di Indonesia.

Nugrahaningsih et al. (2016) mengemukakan bahwa Badan Usaha Milik

Desa dalam perannya sebagai lembaga sosial dipergunakanuntuk kepentingan

masyarakat dan berkontribusi dalam penyediaan pelayanan sosial, dan pada saat

Badan Usaha Milik Desa berperan sebagai lembaga komersial maka bertujuan

untuk mencari keuntungan melalui penyediaan sumberdaya local berupa barang

ataupun jasa kepada pasar. Badan Usaha Milik Desa sebagai suatu lembaga

ekonomi maka modal usahanya dibangun atas dasar inisiatif masyarakat serta

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

22

menganut asas mandiri yang berarti pemenuhan modalnya berasal dari masyarakat

namun tidak menutup kemungkinan bahwa BUMDES dapat mengajukan

pinjaman kepada pihak lain selama hal-hal yang terkait tersebut masih selaras

dengan ketetapan Perauran Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).

Keberadaan BUMDES dapat turut serta dalam mendorong peningkatan

perekonomian desa dan daaerah ketika pengelolaan BUMDES dilaksanakan

secara baik, transparan dan akuntabilitas. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana

BUMDES dapat memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap

perkembangan desa. Selain itu, ketika potensi desa dan masyarakatnya dinilai

meningkat adalah pada saat tata kelola BUMDES dapat menjadikan sebuah desa

dikenal oleh daerah lain sebagai desa yang berpotensi dan memberikan pengaruh

positif dalam perubahan ekonomi maupun sosial di daerahnya. Pendirian

BUMDES merupakan salah satu upaya dari pembangunan desa yang diamanatkan

pada Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014, ditetapkan sebagai salah satu prioritas

pembangunan nasional dimana hal ini menjadi sebuah harapan agar desa dengan

segala kewenangannya dapat lebih aktif dan kreatif dalam pembangunan desa.

Salah satu tugas yang merupakan kewenangan desa adalah mengelola keuangan

secara mandiri Satriajaya et al. (2018). Maka dari itu dibentuklah Badan Usaha

Milik Desa (BUMDES) sebagai salah satu wujud upaya pemerintah desa dan

masyarakat desa dalam ikut serta pada pembangunan desa dan menjadikan desa

yang mandiri sehingga hal tersebut dapat dijadikan sebuah potensi desa sebagai

sebuah daya tarik dalam upaya kemajuan pembangunan yang merata.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

23

B.3. Pengelolaan BUMDES

Dapat dikatakan bahwa pengelolaan Badan Usaha yang baik akan dapat

mempengaruhi perkembangan usaha yang ada. Dalam hal ini pengelolaan Badan

Usaha Milik Desa yang dapat dinilai baik adalah pada saat dilakukan secara

transparan, akuntabel dan efektif dalam menerapkan prinsip-prinsip yang

dianggap mampu mendorong berdirinya BUMDES yang ada. Sebuah pengaruh

positif sekecil apapun akan mengakibatkan perkembangan BUMDES ke arah

maju yang lebih baik dan dapat mempengaruhi keadaan sekitar BUMDES berada

seperti kehidupan masyarakat sekitar dan tingkat pembangunan yang merata.

Wibowo (2019) menjelaskan bahwa dalam hal pengimplementasiannya,

pemerintah telah menetapkan Peraturan Daerah (PERDA) mengenai pedoman tata

cara pembentukan dan pengelolaan BUMDES. Ketentuan tersebut bersifat

mandatory, bukan voluntary dimana pengelolaan BUMDES harus sesuai dengan

karakteristik wilayah masing masing. Dalam upaya pengelolaan BUMDES yang

maksimal dan tepat sasaran dibutuhkan adanya sikap idealisme yang kuat dari

para pengurus BUMDES yang nantinya dapat membawa prinsip-prinsip yang

harus dijalankan dalam mengelola berjalannya BUMDES yang ada.

Sofyan (2015) menjelaskan bahwa dalam pengelolaannya harus dijalankan

menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel

dan keberlanjutan (sustainability), dengan mekanisme keanggotaan dasar dan self

help yang dijalankan secara professional dan mandiri. Sejalan dengan hal tersebut,

untuk membangun BUMDes diperlukan informasi data yang akurat dan tepat

tentang karakteristik lokal Desa, termasuk ciri sosial budaya masyarakatnya dan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

24

peluang pasar dari produk barang dan jasa yang dihasilkan oleh masyarakat

setempat.

Prinsip-prinsip yang dinilai ideal dalam pengelolaan BUMDES menurut

Buku Panduan Pendirian Dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (2007) adalah

sebagai berikut :

a. Kooperatif, yaitu dimana semua komponen yang terlibat di dalam BUMDES

diharapkan mampu untuk menerapkan kerjasama yang baik demi

pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.

b. Partisipatif, yaitu dimana semua komponen yang terlibat di dalam BUMDES

harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan

kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDES.

c. Emansipatif, yaitu dimana semua komponen yang terlibat didalam BUMDES

harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku dan agama, karena

masyarakat memiliki hak yang sama.

d. Transparansi, yaitu dimaksudkan dalam aktivitas yang berpengaruh terhadap

kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan

masyarakat dengan mudah dan terbuka.

e. Akuntabel, yaitu dimana seluruh kegiatan usaha harus dapat

dipertanggungjawabkan secara teknis maupun administratif kepada lembaga

berwenang dan masyarakat umum.

f. Keberlanjutan, yaitu kegiatan usaha yang sedang dijalankan harus dapat

dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes

secara berkelanjutan sehingga dapat dirasakan oleh orang banyak manfaatnya.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

25

Prinsip-prinsip dasar pengelolaan BUMDes tersebut diharapkan dapat

memberikan pengaruh yang positif dalam kinerja dan produktivitas anggotanya.

Serta dengan secara baik dalam menerapkan dan menjalankan prinsip-prinsip

tersebut diharapkan dapat membuat BUMDES bisa mengembangkan dan

memperluas manfaatnya disamping manfaat utamanya yaitu untuk dapat

membantu menghidupi masyarakat desa di wilayah BUMDES juga menggali

potensi desa yang ada.

Sebagai sebuah Badan Usaha, BUMDES dibagun atas dasar inisiatif yang

berasal dari masyarakat serta menganut asas kemandirian. Dalam pembentukan

BUMDES mengutamakan perolehan modal yang berasal dari masyarakat dan

Pemerintah Desa, namun tidak menutup kemungkinan BUMDES dapat

memperolehan modal yang berasal dari pihak luar seperti dari Pemerintah

Kabupaten ataupun dengan melakukan pinjaman kepada pihak ketiga sesuai

peraturan perundang-undangan yang berlaku (Buku Panduan Pendirian Dan

Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa, (2007).

Dalam Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,

Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa telah

dijelaskan mengenai poin-poin yang penting untuk diterapkan dalam

pengoperasian sebuah Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). Hal tersebut

diantaranya adalah mengenai Pendirian BUMDES yang didalamnya termasuk

juga tahap perencanaan dalam pendirian BUMDES. Pada Pasal (3) dijelaskan

bahwa dalam perencanaan pendirian BUMDES, tujuannya antara lain adalah

untuk mengoptimalkan potensi desa untuk meningkatkan perekonomian Desa,

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

26

menciptakan atau membuka lapangan pekerjaan dan juga untuk meningkatkan

angka pendapatan serta kesejahteraan masyarakat Desa. Selain itu dalam Pasal (5)

menjelaskan bahwa dalam mendirikan BUMDES maka pengambilan setiap

keputusan dilaksanakan melalui Musyawarah Desa untuk membahas mengenai

rencana pendirian BUMDES mulai dari kepengurusan BUMDES, jenis usaha apa

yang nantinya akan dijalankan oleh BUMDES serta penyertaan modal BUMDES

yang dijelaskan pada Pasal (17) dan Pasal (18) bahwa modal awal BUMDES

bersumber dari APB Desa lalu dalam penyertaan modal BUMDES terdiri atas:

peryertaan modal Desa dan juga penyertaan modal dari masyarakat Desa.

Penyertaan Modal masyarakat tersebut dapat berasal dari tabungan atau simpanan

yang dimiliki oleh masyarakat.

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, Dan

Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian,

Pengurusan Dan Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa juga

menjelaskan pada pasal (9) bahwa kepengurusan dan organisasi pengelola

BUMDES harus dijalankan secara terpisah dengan organisasi yang dimiliki oleh

Pemertintah Desa untuk membedakan kepentingan diantara keduanya. Susunan

kepengurusan organisasi yang ada di BUMDES menurut pasal (10) sampai

dengan pasal (15) dijelaskan terdiri atas : Penasihat, Pelaksana Operasional dan

Pengawas yang bekerjasama dalam menjalankan kegiatan usaha yang ada di

BUMDES. Dimana penasihat dari BUMDES bertugas untuk memberikan nasihat,

saran dan pendapat kepada Pelaksana Operasional dalam melaksanakan

pengelolaan BUMDES. Pelaksana Operasional bertugas untuk mengurus dan

mengelola serta mengembangkan BUMDES sesuai dengan Anggaran Dasar dan

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

27

Anggaran Rumah Tangga (AD ART). Sedangkan Pengawas bertugas sebagai

perwakilan kepentingan masyarakat dengan menyelenggarakan rapat umum untuk

membahas kinerja dari BUMDES selama menjalankan kegiatan usahanya. Pada

pasal (16) menjelaskan bahwa dalam pemilihan kepengurusan BUMDES

dilaksanakan dengan melalui pengambilan keputusan musyawarah Desa untuk

menempatkan siapa saja yang akan menempati posisi di BUMDES.

Pada pelaksanaan kegiatan usaha BUMDES, Kementerian Desa dalam

Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 pasal (19) sampai dengan pasal (23)

menjelaskan bahwa BUMDES dapat menjalankan kegiatan usaha bersifat sosial

sederhana yang memberikan layanan umum kepada masyarakat tapi juga dapat

memperoleh keuntungan finansial. Beberapa jenis usaha yang dapat dijalankan

oleh BUMDES, antara lain BUMDES dapat menjalankan usaha yang

memanfaatkan sumber daya lokal serta teknologi tepat guna bagi Desa, BUMDES

dapat menjalankan usaha penyewaan seperti perkakas pesta, alat transportasi serta

gedung pertemuan atau tanah, selain itu BUMDES juga dapat menjalankan usaha

perantara serta menjalankan usaha dalambidang perdagangan ataupun produksi

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa dan skala pasar lainnya.

Pertanggungjawaban dalam pelaksanaan BUMDES telah diatur dalam pasal (31)

dimana dijelaskan bahwa dalam hal pertanggungjawaban BUMDES, pelaksana

operasional BUMDES harus melaporkannya kepada Penasihat yang dijabat oleh

Kepala Desa kemudian Pemerintah Desa mempertanggungjawabkannya dengan

melalui musyawarah Desa.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

28

B.4. Pendapatan Desa

Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, Pendapatan Desa merupakan

segala penerimaan dana atau pemasukan berupa uang melalui rekening desa yang

telah menjadi hak milik desa dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar

kembali oleh desa (Permendagri, 2018). Pendapatan desa tersebut berasal dari

pendapatan asli desa, pendapatan transfer dan pendapatan lain-lain. Pendapatan

asli desa merupakan pendapatan yang diperoleh dan berasal dari kewenangan desa

dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi berdasarkan potensi yang dimiliki

oleh desa termasuk juga hasil yang diperoleh dari Badan Usaha Milik Desa dan

Tanah kas desa. Yang merupakan kelompok atas pembagian pendapatan desa,

yaitu :

1. Pendapatan Asli Desa (PADes)

Pendapatan asli desa adalah pungutan dana atau pendapatan yang

dimasukkan ke rekening desa, yang merupakan pendapatan dari :

a. Hasil usaha desa, antara lain bagi hasil BUMDES

b. Hasil aset, antara lain tanah kas desa, tambahan perahu, pasar desa, tempet

pemandian umum, jaringan irigasi, dan hasil aset lain yang sesuai kewenangan

berdasarkan hak asal-usul dan kewenangan lokal berskala Desa

c. Swadaya, partisipasi dan gotong royong, meliputi penerimaan yang berasal

dari sumbangan masyarakat Desa.

d. Pendapatan asli desa lain-lain, seperti hasil pungutan Desa.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

29

2. Transfer

Pendapatan desa jenis ini bersumber dari pemerintah (baik pusat maupun

kabupaten) yang diperoleh melalui transfer antar rekening yaitu dari rekening

kabupaten atau provinsi ke rekening kas desa. Transfer tersebut meliputi :

a. Dana desa

b. Bagian atas hasil pajak daerah serta retribusi daerah kabupaten atau kota

c. Pengalokasian dana desa

d. Bantuan berupa keuangan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi

e. Bantuan berupa keuangan dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

kabupaten atau kota.

3. Pendapatan Lain-lain

Pendapatan ini merupakan pendapatan yang bersumber dari hibah dan

sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga dan lain-lain pendapatan desa

yang sah. Pendapatan lain-lain tersebut terdiri atas :

a. Penerimaan hasil atas kerja sama yang Desa lakukan

b. Penerimaan bantuan yang berasal dari perusahaan yang berlokasi disekitar

Desa

c. Penerimaan berupa hibah dan sumbangan dari pihak ketiga

d. Hasil alokasi dana dari proses koreksi kesalahan anggaran belanja ditahun

sebelumnya yang mengakibatkan penerimaan di kas Desa pada tahun

anggaran berikutnya

e. Bunga bank

f. Pendapatan lain Desa yang sah.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Reviu Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/64737/3/BAB II.pdfmendirikan Badan Usaha Milik Desa. Potensi masyarakat desa inilah yang menjadi bahan pertimbangan

30

Ariyanto (2017) menyebutkan bahwa didalam Undang-undang nomor 6 tahun 2016

tentang Desa, pasal 72 ayat (1) menjelaskan bahwa pendapatan desa dapat berasal dari:

a. Pendapatan asli desa yang terdiri atas Hasil usaha, hasil asset, swadaya serta

partisipasi, gotong royong dan lain-lain pendapatan Desa;

b. Alokasi Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara;

c. Bagian dari hasil pajak daerah dan retribusi Daerah Kabupaten/Kota;

d. Dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota;

e. Bantuan keuangan dari Anggsrsn Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota;

f. Hibah dan sumbangan yang tidak mengikat dari pihak ketiga; dan lain-lain

pendapatan desa yang sah.