BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Sikap Peduli ...repository.ump.ac.id/2915/3/Rahmat...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Sikap Peduli ...repository.ump.ac.id/2915/3/Rahmat...
22
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. LANDASAN TEORI
1. Sikap Peduli Lingkungan
Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari Sikap. Manusia
akan senantiasa menunjukkan sikapnya jika dihadapkan dengan berbagai
kondisi. Sikap yang ditunjukkan oleh seseorang mencerminkan perasaan
yang sedang dialaminya. Trow, Popham dan Allport dalam Adisusilo
(2014: 67-68) mengemukakan tentang sikap sebagai:
suatu kesiapan mental atau emosional dalam berbagai jenis tindakan
pada situasi yang tepat dan merupakan sebagian dari ranah afektif
yang di dalamnya mencakup perilaku seperti perasaan, minat, emosi
dan sikap. Kesiapan mental dan saraf tersusun melalui pengalaman
dan memberikan pengaruh langsung kepada respon individu
terhadap semua objek atau situasi yang berhubungan dengan objek
itu
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap
merupakan suatu kesiapan mental dan saraf yang tersusun melalui
pengalaman dan dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Tindakan
seseorang terhadap lingkunganya tergantung pada kesiapan mental orang
itu sendiri.
Lingkungan tempat manusia tinggal harus selalu dijaga kelestarian,
kebersihan serta keindahanya agar menciptakan suasana yang kondusif
bagi kelangsungan hidup makhluk hidup. Lingkungan yang terjaga
kelestarianya akan berdampak baik bagi penghuninya. Begitupun
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
23
sebaliknya, lingkungan yang buruk juga akan menimbulkan bahaya bagi
penghuninya sendiri.
Banyak bahaya yang senantiasa mengancam kelestarian lingkungan
dari waktu ke waktu, diantaranya adalah pencemaran dan kerusakan
lingkungan. Pasal 1 ayat 12 UU No. 23 Tahun 1997 dalam (Erwin, 2009:
35) menjelaskan pencemaran lingkungan merupakan:
masuknya atau dimasukannya makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi sesuai
peruntukannya.
Lingkungan merupakan ruang lingkup yang bersinggungan
langsung dengan manusia. Manusia harus menjaga dan melestarikan
lingkungan hidupnya. Begitupun dalam lingkungan sekolah peran warga
sekolah sangatlah berpengaruh, tak terkecuali dengan siswa yang
berkewajiban menjaga dan melestarikan lingkungan sekolahnya agar
tetap bersih, indah dan sehat. Hal ini dapat diwujudkan dengan menjaga
kebersihan kelas, menjaga kebersihan sekolah, tidak membuat sampah
sembarangan serta tidak merusak fasilitas yang dimiliki sekolah.
Kegiatan siswa di sekolah tidak hanya belajar di dalam kelas saja,
tetapi siswa juga berinteraksi dengan makhluk hidup dan benda mati
yang berada di lingkungan sekolahnya. Siswa yang tinggal di lingkungan
sekolah diharapkan mampu memberikan sumbangsih dan tanggapan yang
baik terhadap lingkungan dengan cara menjaga kelestarian lingkungan.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
24
Sikap peduli lingkungan perlu ditanamkan di dalam diri siswa, agar siswa
dapat ikut serta menjaga kelestarian lingkungan.
Sikap peduli lingkungan perlu ditanamkan dalam diri siswa dan
dilatih sesering mungkin sehingga menjadi kebiasaan. Kurikulum
karakter di negara bagian Georgia (Samani & Hariyanto, 2012: 53-54)
menyatakan bahwa “respect for environment maknanya adalah
menghargai alam lingkungan dengan berkewajiban melestarikan
fungsinya agar terjadi kehidupan yang berkelanjutan, jauh dari
pencemaran lingkungan”. Berdasarkan pernyataan di atas peduli
lingkungan merupakan sikap menghargai lingkungan sebagai suatu
sumber daya yang harus dijaga dan dipelihara fungsinya agar dapat terus
dimanfaatkan dalam kehidupan manusia dan berkelanjutan.
a. Pendidikan Lingkungan di Sekolah
Sekolah merupakan tempat anak memperoleh pendidikan selain di
lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan merupakan hal yang
sangat penting diberikan oleh manusia sejak dini. Pendidikan menurut
Sagala (2012: 6) adalah “usaha sadar untuk menyiapkan siswa melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannanya di masa
yang akan datang”. Dewey dalam Muslich (2011:67) mengatakan
bahwa “pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan
sesama manusia”. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan adalah suatu proses yang disengaja, sadar dan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
25
terencana untuk menyiapkan siswa agar mampu mengubah perilaku
mereka sebaik mungkin dan mampu untuk menghadapi dan
menyelesaikan permasalahan yang ada di lingkunganya serta
mempersiapkan keikutsertaannya di masa yang akan datang.
Makhluk hidup erat kaitannya dengan lingkungan. Makhluk hidup
senantiasa akan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Menurut
Sharma dan Tan dalam (Tumisem, 2012: 10) mendefinisikan
lingkungan sebagai berikut:
is not the sum of all the material things that constantly interact
with each other which make up the mosaic of the countryside
landscape. It is much more than this. It also include the economic
structures and the outlook and habits of people in different parts of
the world.
Definisi di atas menjelaskan secara keseluruhan yang mencakup
faktor fisik, ekonomi dan budaya. Lingkungan dipandang sebagai
interaksi kontekstual antara komponen sosial, teknologi, politik,
ekonomi dan biofisik.
Keadaaan lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab seluruh
warga sekolah baik guru, siswa, karyawan, petugas kebersihan dan
penjaga kantin. Sikap peduli lingkungan sebaiknya mulai diajarkan
dan dididik sejak dini agar dapat menjadi bekal manusia di masa yang
akan datang. Siswa di sekolah harus mendapatkan pendidikan
lingkungan untuk membiasakan hidup peduli terhadap lingkungan dan
menjaga kualitas lingkungan agar menjadi lebih baik.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
26
Menciptakan kesadaran seseorang terhadap lingkungan bukanlah
hal yang mudah. Adisusilo (2014: 67) mengungkapkan bahwa “sikap
itu tidak muncul seketika, tetapi disusun dan dibentuk melalui
pengalaman serta memberikan pengaruh langsung kepada respon
seseorang”.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
lingkungan merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan
kepada siswa karena dapat memberikan pembelajaran untuk mengenal
lingkungan dan meningkatkan kesadaran siswa tehadap lingkungan.
Karakter anak usia SD lebih mudah dibentuk menjadi pribadi yang
baik, sehingga pendidikan lingkungan yang diajarkan saat anak usia
SD akan lebih tepat dan mudah dilaksanakan untuk menanamkan
sikap peduli lingkungan dalam diri siswa.
b. Pendidikan Karakter Peduli Lingkungan di Sekolah
Manusia senantiasa menunjukkan sikapnya jika dihadapkan dengan
kondisi tetentu. Sikap manusia dapat berupa sikap negatif atau positif.
Sikap manusia yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi
sebuah kebiasaan. Kebiasaan manusia yang terlihat dan menjadi ciri
khasnya itulah yang disebut dengan karakter.
Scerenko dalam Samani & Hariyanto (2012: 43) mendefinisikan
karakter sebagai “atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan
membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari
seseorang, suatu kelompok atau bangsa”. Simon philips (Mu‟in, 2011:
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
27
160) “karakter adalah kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu
sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang
ditampilkan”. Pendapat lain dikemukakan oleh Fasli Jalal dalam
Zubaidi (2011: 12) yang mendefinisikan karakter sebagai “nilai-nilai
yang khas-baik (tahu nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata
berkehidupan baik, dan berdampak baik terhadap lingkungan) yang
terpatri dalam diri dan terjawantahkan dalam perilaku”. Berdasarkan
pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan sifat kepribadian seseorang yang membedakan orang
tersebut dengan kepribadian orang lain dan dapat dibentuk dan
diarahkan menjadi perilaku yang baik.
Pemerintah Indonesia khususnya dinas pendidikan telah
merumuskan program pendidikan karakter di sekolah-sekolah untuk
membentuk karakter yang baik. Program ini dimulai dari tingkatan
pendidikan paling rendah yaitu pendidikan usia dini, sekolah dasar,
sekolah menengah hingga perguruan tinggi.
Karakter merupakan hal yang sangat penting untuk ditanamkan
pada manusia. Karakter perlu dimasukkan ke dalam pendidikan
sehingga siswa tidak hanya menerima pengetahuan umum, melainkan
siswa juga ditanamkan karakter melalui pendidikan karakter. Menurut
Winton dalam Samani & Hariyanto (2012: 43) mengatakan bahwa
“pendidikan karakter adalah upaya sadar dan sungguh-sungguh dari
seseorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kepada siswanya”.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
28
Raharjo dalam Zubaedi (2011: 16) mengatakan pendidikan karakter
adalah:
suatu proses pendidikan secara holistik yang menghubungkan
dimensi moral dengan ranah sosial dalam kehidupan peserta didik
sebagai fondasi bagi terbentuknya generasi yang berkualitas yang
mampu hidup mandiri dan memiliki prinsip suatu kebenaran yang
dapat dipertanggungjawabkan.
Pengertian pendidikan karakter di atas dapat disimpulkan sebagai
pendidikan yang diberikan guru kepada siswanya dalam rangka
mengajarkan nilai-nilai moral kepada siswa agar siswa dapat tumbuh
menjadi generasi yang berkualitas.
Pendidikan karakter dikatakan berhasil atau tidaknya dapat dilihat
dari indikator keberhasilan pendidikan karakter. Siswa yang memiliki
sikap peduli lingkungan akan menunjukkan sikapnya sesuai dengan
indikator yang telah ditentukan. Narwanti (2012: 69) menjelaskan
bahwa:
indikator pendidikan karakter peduli lingkungan di kelas antara
lain: kebersihan ruang kelas, menyediakan tong sampah organik
dan anorganik, hemat dalam penggunaan bahan praktik, dan
penanganan limbah bahan kimia dari kegiatan praktik.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan
karakter peduli lingkungan sekolah merupakan penanaman sikap dan
perilaku untuk mencintai, menjaga, dan melindungi lingkungan dan
alam sekitar untuk dapat melestarikan alam demi menjaga
keseimbangan hidup. Penanaman karakter peduli lingkungan ini
sangat berkaitan dengan proses pembelajaran IPA yang diharapkan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
29
dapat melatih dan menanamkan sikap peduli siawa terhadap
lingkungan sekitar.
2. Prestasi Belajar
Kata prestasi sering dijumpai dalam dunia pendidikan. Prestasi akan
terus diupayakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Manusia
dalam hidupnya akan senantiasa mengejar prestasi sesuai bidang
keahliannya. Arifin (2013: 12) menjelaskan bahwa:
prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, sedangkan
dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berari “hasil
usaha”. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan
kegiatan antara lain kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya
pembelajaran. Prestasi merupakan buah hasil dari usaha atau kerja
yang dilakukan seseorang. Prestasi bagi siswa berkaitan dengan hasil
dari usaha jerih payahnya dalam belajar yang telah dilakukan.
Definisi di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha
setelah melakukan kegiatan belajar. Pestasi akan mengiringi jika
seseorang melakukan kegiatan belajar.
Prestasi selalu diiringi dengan belajar. Prestasi yang baik tidak
muncul begitu saja, melainkan terdapat usaha-usaha yang dilakukan
sebelumnya yaitu belajar. Skinner dalam Sagala (2010:14) berpendapat
“belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang
berlangsung secara progressif”. Abdilah (Aunurrahman, 2011:35)
mengatakan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukuan
oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
untuk memperoleh tujuan tertentu.”
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
30
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan usaha sadar yang dilakukan individu dalam bentuk tingkah
laku sebagai hasil pengalamannya untuk dimanfaatkan dalam
kehidupan sehari-hari. Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa di
sekolah akan memberikan pengalaman dan pengetahuan baru bagi
mereka. Siswa melakukan sebuah usaha yaitu belajar, maka siswa
akan mendapatkan hasil dari kegiatan belajarnya itu berupa ilmu
pengetahuan dan nilai. Nilai yang diperoleh siswa dari kegiatan
belajar tersebut seringkali disebut sebagai sebuah prestasi belajar.
Istilah pestasi belajar dan hasil belajar erat kaitannya dalam
dunia pendidikan. Pengertian prestasi belajar berbeda dengan hasil
belajar. Arifin (2013: 12-13) mengatakan perbedaan prestasi belajar
dan hasil belajar yaitu:
prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek
pembentukan watak siswa. Kegunaan prestasi belajar banyak
ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam
mengajar, untuk keperluan diagnostik, untuk keperluan
penempatan atau penjurusan, untuk menentukan isi kurikulum,
dan untuk menentukan kebijakan sekolah.
Pendapat Arifin di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan prestasi
belajar dan hasil belajar yaitu prestasi belajar mengacu pada aspek
pengetahuan sedangkan hasil belajar mengacu pada pembentukan
watak. Prestasi belajar dapat digunakan guru untuk umpan balik dalam
kegiatan mengajar sedangkan hasil belajar digunakan untuk
mengetahui presentase tingkat pencapaian kompetensi.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
31
3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
a. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang
diberikan mulai dari tingkat Sekolah Dasar. IPA merupakan
pengetahuan yang membahas tentang manusia dan alam sekitarnya.
Suriasumantri dalam (Trianto, 2010: 136) menjelaskan IPA
merupakan:
bagian dari ilmu pengetahuan atau sains yang semula berasal dari
bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’ sendiri berasal dari kata
dalam bahasa latin „scientia’ yang berarti saya tahu. ‘Science’
terdiri dari social sciences (Ilmu Pengetahuan Sosial) dan natural
sciences (Ilmu Pengetahuan Alam). Perkembangan science sering
diterjemahkan sebagai sains yang berarti Ilmu Pengetahuan Alam
(IPA).
Susanto (2015: 167) menjelaskan bahwa “sains atau IPA adalah
usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan
yang tepat pada sasaran, serta menggunakan prosedur serta dijelaskan
dengan penalaran sehingga mendapat suatu kesimpulan”. Berdasarkan
uraian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan
suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari keadaan alam dengan cara
mengamati sesuai dengan prosedur sampai memperoleh hasil.
Prihatno Laksmi dalam Trianto (2010: 141-142) mengatakan
bahwa pembelajaran IPA di sekolah terdapat nilai-nilai yang dapat
ditanamkan saat proses pembelajaran, antara lain:
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan
sistematis menurut langkah-langkah metode ilmiah.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
32
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan
pengamatan, mempergunakan alat-alat eksperimen untuk
memecahkan masalah.
3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan
masalah baik dalam kaitanya dengan pelajaran sains
maupun dalam kehidupan.
Proses pembelajaran IPA di tingkat sekolah harus menekankan
pada pendekatan keterampilan proses, hingga siswa menemukan
fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori-teori dan sikap ilmiah
siswa itu sendiri yang akhirnya akan berpengaruh positif terhadap
kualitas proses pendidikan maupun produk pendidikan. Proses
pembelajaran IPA memerlukan penggunaan model pembelajaran yang
melibatkan siswa secara aktif untuk menemukan dan menerapkan
sendiri ide-ide dan pengetahuan yang dimilikinya.
b. Materi Perubahan Daratan dan Pengaruhnya
Materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya terdapat di
kelas IV SD semester 2 yaitu ada pada KD 10.2 dan 10.3. KD 10.2
menjelaskan pengaruh perubahan lingkungan fisik terhadap daratan
(erosi, abrasi, banjir dan longsor). KD 10.3 mendeskripsikan cara
pencegahan kerusakan lingkungan (erosi, abrasi, banjir dan longsor).
Materi tersebut berisi tentang bagaimana siswa memahami pengaruh
perubahan lingkungan terhadap darat dan bagaimana cara siswa
mencegah kerusakan-kerusakan lingkungan. Pembelajaran ini
bertujuan untuk membantu siswa mengenal lingkungan, memahami
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan tempat tinggal,
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
33
pengaruh perubahan lingkungan dan upaya yang dapat dilakukan
untuk menangani permasalahan kerusakan lingkungan.
4. Model Problem Based Learning (PBL)
a. Pengertian PBL
Model pembelajaran dalam pendidikan memiliki banyak jenis,
salah satunya adalah PBL. PBL merupakan model pembelajaran yang
mengajak siswa untuk menyelesaikan masalah. Pengertian PBL
menurut Barrows dan Kelson dalam Amir (2009: 21) adalah:
kurikulum dan proses pembelajaran. Kurikulum tersebut berisi
masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan
pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam
memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri
serta memiliki kecakapan untuk berpartisipasi dalam tim.
Proses pembelajaran PBL menggunakan pendekatan yang
sistematis untuk memecahkan masalah atau menghadapi
tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Suyadi (2013: 129) mengemukakan bahwa PBL adalah “suatu
pendekatan pembelajaran yang dimulai dengan menyelesaikan suatu
masalah, tetapi untuk menyelesaikan masalah itu peserta didik
memerlukan pengetahuan baru untuk menyelesaikannya”. Tan dalam
Rusman (2011: 229) mengatakan PBL merupakan:
inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBL kemampuan
berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses
kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat
memperdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan
kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa PBL
merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang mengarahkan siswa
untuk belajar memahami dan mengatasi permasalahan nyata yang ada
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
34
di kehidupan siswa dengan memanfaatkan pengetahuan yang
dimilikinya dan mencari pengetahuan baru agar siswa mampu untuk
memecahkan masalah.
b. Karakteristik PBL
Model pembelajaran dalam dunia pendidikan memiliki
bermacam-macam jenis. Masing-masing jenis model pembelajaran
memiliki karaktersitik yang berbeda-beda. Taufiq (2009: 22)
merangkum karakteristik yang tercakup dalam proses PBL, antara
lain:
1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.
2) Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah
dunia nyata yang disajikan secara mengambang (ill-
structured).
3) Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple
perspective). Solusinya menuntut siswa menggunakan dan
mendapatkan konsep dari beberapa bab pelajaran atau
lintas ilmu ke bidang lainnya.
4) Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan
pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.
5) Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed
learning).
6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak
dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta
penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting.
7) Pembelajarannya kolaboratif, komunikatif, dan kooperatif.
Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling
mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.
Berdasarkan karakteristik PBL di atas bahwa pembelajaran
yang menggunakan model PBL memiliki ciri dan keunggulan
tersendiri. Siswa dalam proses pembelajaran diberikan suatu masalah
yang nyata untuk diselesaikan dan dipecahkan secara berkelompok.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
35
Pembelajaran tersebut melatih kemandirian siswa dalam berpikir
untuk menyelesaikan suatu permasalahan.
c. Langkah-langkah model PBL
Menurut Hamruni dalam Suyadi (2013: 137-140), terdapat
enam langkah untuk dapat menerapkan pembelajaran berbasis
masalah ini, yaitu:
1) Menyadari Adanya Masalah
Pembelajaran ini awalnya harus dimulai dari membangun
kesadaran kritis siswa akan adanya masalah yang akan
dipecahkan. Pada tahap ini, guru dapat menunjukan
adanya gap atau kesenjangan antara realitas yang terjadi
dengan idealitas atau yang dikehendaki.
2) Merumuskan Masalah
Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah. Setelah
materi disajikan secara problematik, dan siswa mampu
menangkap gap atau kesenjangan pada masalah tersebut,
maka guru perlu membantu siswa untuk merumuskan
masalah sehingga menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
lebih fokus dan spesifik. Dalam hal ini, siswa
menggunakan seluruh pengetahuan yang dimilikinya,
kemudian mengakumulasi dengan pengetahuan-
pengetahuan baru dan mengkristal pada rumusan masalah
yang layak diangkat.
3) Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah hubungan sebab akibat yang sifatnya
sementara dan belum teruji kebenarannya, namun
memenuhi syarat logis rasional dan empiris.
4) Mengumpulkan Data
Sebagai konsekuensi proses berpikir empiris, kebenaran
data dalam kerangka berpikir ilmiah sangat dibutuhkan.
Data akan berpengaruh pada hipotesis yang disajikan.
Dalam tahap ini siswa diharap mampu mengumpulkan
data yang relevan secepat mungkin, kemudian
mengorganisasikan serta menyajikan secara skematis atau
terpetakan sehingga mudah dipahami.
5) Menguji Hipotesis
Berdasarkan data yang dikumpulkan, diharapkan siswa
mampu menguji hipotesis yang diajukan pada langkah ke-
tiga. Akhirnya siswa mampu memilih hipotesis yang
sesuai dan dapat dibenarkan secara rasional dan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
36
dibuktikan secara empiris, serta menolak hipotesis yang
lain.
6) Menentukan Pilihan Penyelesaian
Tahap terakhir adalah memilih salah satu solusi yang
diambil dari hipotesis yang telah diuji kebenaranya
sebagai sebuah pilihan. Dengan demikian, kemampuan
yang diharapkan pada tahap terakhir adalah kecakapan
siswa dalam memilih alternatif penyelesaian
masalahsecara bijaksana.
Langkah-langkah di atas merupakan suatu keterpaduan yang
harus ada. Adanya masalah yang harus diselesaikan merupakan hal
yang pokok dan harus ada dalam dalam penerapan model
pembelajaran ini, kemudian berlanjut ke langkah berikutnya sehingga
masalah tersebut terselesaikan.
d. Keunggulan model PBL
Model pembelajaran PBL memiliki banyak keunggulan.
Menurut Suyadi (2013: 142) keunggulan dari model PBL antara lain:
1) Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus
untuk lebih memahami isi pelajaran.
2) Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa,
sehingga memberikan keluasan untuk menentukan
pengetahuan baru bagi siswa.
3) Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas
pembelajaran siswa.
4) Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami
masalah dalam kehidupan nyata.
5) Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk
mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung
jawab dalam pembelajaran yang dilakukan.
6) Siswa mampu memecahkan masalah dengan suasana
pembelajaran yang aktif dan menyenangkan.
7) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan
kemampuan mereka guna beradaptasi dengan pengetahuan
baru.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
37
8) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada
siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
miliki dalam dunia nyata.
9) PBM dapat mengembangkan minat siswa untuk
mengembangkan konsep belajar secara terus menerus,
karena dalam praktiknya masalah tidak akan pernah
selesai. Artinya, ketika satu masalah diatasi, masalah lain
muncul dan membutuhkan penyelesaian secepatnya.
Banyak keunggulan dari penerapan model PBL di dalam
proses pembelajaran. Karakter siswa juga dimunculkan dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa tidak hanya melakasanakan
pembelajaran saja, namun mendapatkan hikmah yang bisa diterapkan
dalam berkehidupan di luar kelas.
B. Penelitian yang Relevan
Penggunaan model PBL sebelumnya sudah pernah dilakukan untuk
penelitian oleh Tatang Herman dalam jurnal Educationist No. 1 Vol. 1 (2007)
yang berjudul “Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah
Pertama” dengan hasil penelitian sebagai berikut
1. Terdapat peningkatan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi yang
dilihat berdasarkan variasi peringkat sekolah. Peningkatan tersebut
dibuktikan berdasarkan tes Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat
Tinggi (KBMTT) yang terdiri atas Tes-1, Tes-2, dan Tes-G (gabungan dari
Tes-1 dan Tes-2) dengan menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran
seperti Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) Terbuka, PBM Terstruktur
dan Konvensional. Hasil tes menunjukkan bahwa sekolah dengan
peringkat baik cenderung memperoleh rerata skor lebih baik daripada
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
38
sekolah dengan peringkat cukup dan kurang untuk masing-masing Tes-1,
Tes-2, maupun Tes-G. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor peringkat
sekolah berpengaruh terhadap kemampuan berpikir matematik tingkat
tinggi.
2. PBM terbuka dan PBM terstruktur secara signifikan lebih baik dalam
meningkatkan kemampuan berpikir matematis tingkat tinggi siswa
dibanding pembelajaran konvensional.
3. Terbangun disposisi matematis yang positif dalam diri siswa. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa disposisi matematis siswa yang
mendapatkan PBM menunjukkan hal-hal yang positif, seperti: 77,2%
siswa menyatakan senang belajar matematika melalui pemecahan masalah,
72,8% siswa merasa tertantang dalam belajar matematika melalui pem-
ecahan masalah, 90% siswa berpendapat bahwa pemecahan masalah perlu
dilakukan melalui kerja kelompok, 72,8% siswa menyatakan bahwa selalu
ada cara lain untuk menyelesaikan masalah, 82,8% siswa percaya bahwa
dirinya memiliki kemampuan dalam menyelesaikan masalah, 82,2% siswa
memandang perlu menghargai pendapat orang lain, 86,2% siswa
berpendapat bahwa belajar matematika melalui pemecahan masalah
bermanfaat untuk kehidupan, 65,5% siswa menyatakan perlunya
memikirkan cara lain yang lebih baik dalam menyelesaikan masalah, dan
71,7% siswa menyatakan perlunya mengikuti cara yang dilakukan teman
dalam menyelesaikan masalah, jika cara tersebut lebih baik daripada
caranya.
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
39
C. Kerangka Berpikir
Kondisi awal yang menjadi permasalahan di SD Negeri 1 Kalitinggar
Kidul yaitu sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran IPA yang masih rendah. Proses pembelajaran IPA belum mampu
memberikan dorongan bagi siswa untuk mengaplikasikan ilmu yang mereka
dapat ke dalam kehidupan nyata. Siswa kurang memiliki sikap peduli
terhadap lingkungan sekitar. Siswa juga kurang memahami dan menguasai
materi pelajaran IPA yang menyebabkan prestasi belajar IPA siswa rendah..
Sikap peduli lingkungan dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA
dikelas IV SD Negeri 1 Kalitinggar Kidul dapat meningkat, maka perlu
dilakukan adanya tindakan yang berasal dari guru.
Banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk meningkatkan sikap peduli
lingkungan dan prestasi belajar siswa. Salah satu cara yaitu dengan
menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Salah satu model pembelajaran
yang dianggap sesuai adalah model PBL. Penerapan model PBL dapat
memberikan pembelajaran yang bermakna bagi siswa karena siswa
dihadapkan dengan masalah kehidupan nyata dan siswa dilatih untuk
memiliki sikap peduli lingkungan dari kegiatan pemecahan masalah dan
kegiatan praktik yang dilakukannya. Siswa juga dilatih untuk berpikir kritis
dalam menyeselesaikan masalah yang dihadapinya sehingga siswa akan
memperoleh pengetahuan dan konsep mengenai materi pelajaran. Penerapaan
model PBL diharapkan dapat meningkatkan sikap peduli lingkungan dan
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016
40
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi perubahan lingkungan
dan pengaruhnya di kelas IV SD Negeri 1 Kalitinggar Kidul.
Gambar 2.1. Kerangka Pikir
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis
tindakan pada penelitian ini yaitu:
1) Penerapan model PBL diduga dapat meningkatkan sikap peduli
lingkungan siswa pada materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya di
kelas IV SN Negeri 1 Kalitinggar Kidul.
2) Penerapan model PBL diduga dapat meningkatkan prestasi belajar pada
materi perubahan lingkungan dan pengaruhnya di kelas IV SN Negeri 1
Kalitinggar Kidul.
Model pembelajaran PBL dapat meningkatkan sikap peduli
lingkungan dan prestasi belajar siswa
Siklus I
Kondisi Akhir
Menggunakan Model PBL
Tindakan
Siklus II
Belum
menggunakan
Model PBL
Rendahnya sikap peduli lingkungan dan prestasi
belajar siswa
Kondisi
Awal
Upaya Meningkatkan Sikap…, Rahmat Arifudin, FKIP UMP, 2016