BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB...

14
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakter Karakter merupakan sifat yang dimiliki oleh manusia, yang menjadi ciri khas tertentu. Karakter setiap individu tentu berbeda-beda. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 623) menjelaskan istilah karakter berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Scerenko (Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2012: 42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa. Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi seluruh aktivitas kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, dan sesama manusia (Suyadi, 2013: 5). Berdasarkan berbagai pengertian mengenai karakter yang telah diuraikan tadi, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah pola perilaku yang dilakukan oleh seseorang berupa sikap, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri pribadi, atau suatu kelompok bangsa. Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat (Saptono, 2011: 23). Lickona (Suyadi, 2013: 6) mengemukakan pendidikan karakter mencakup tiga unsur pokok yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the 6 Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Ladasan Teori

1. Pendidikan Karakter

Karakter merupakan sifat yang dimiliki oleh manusia, yang menjadi

ciri khas tertentu. Karakter setiap individu tentu berbeda-beda. Kamus Besar

Bahasa Indonesia (2008: 623) menjelaskan istilah karakter berarti sifat-sifat

kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain.

Scerenko (Samani, Muchlas dan Hariyanto, 2012: 42) mendefinisikan

karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri

pribadi, ciri etis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau

bangsa. Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang meliputi

seluruh aktivitas kehidupan yang berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri, dan

sesama manusia (Suyadi, 2013: 5). Berdasarkan berbagai pengertian mengenai

karakter yang telah diuraikan tadi, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah

pola perilaku yang dilakukan oleh seseorang berupa sikap, akhlak atau budi

pekerti yang menjadi ciri pribadi, atau suatu kelompok bangsa.

Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja

untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan

kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif baik bagi individu

maupun masyarakat (Saptono, 2011: 23). Lickona (Suyadi, 2013: 6)

mengemukakan pendidikan karakter mencakup tiga unsur pokok yaitu

mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the

6 Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

7

good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Zubaedi (2011: 143)

pengembangan karakter merupakan proses seumur hidup, pengembangan

karakter merupakan upaya yang perlu melibatkan semua pihak, baik keluarga

inti, keluarga (kakek-nenek), sekolah, masyarakat maupun pemerintah.

Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan maka hakikat dari pendidikan

karakter yaitu upaya membelajarkan nilai-nilai karakter yang baik sebagai

warga negara yang religius, produktif, dan kreatif. Zubaedi (2011: 182) faktor

yang berpengaruh terhadap pendidikan karakter adalah milieu atau

lingkungan. Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam

terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor milieu

(lingkungan) di mana seseorang berada. Mulyasa (2006: 43) berpendapat

bahwa guru adalah sebagai penasehat, guru adalah seorang penasehat bagi

peserta didik bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan

khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk

menasehati orang. Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik bahkan

bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai

penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati

orang.

2. Disiplin

a. Pengertian Disiplin

Disiplin berasal dari kata yang sama dengan “disciple” yakni

seorang yang belajar dari atau secara suka rela mengikuti seseorang

pemimpin. Verhoven dan Carvallo (Dolet Unaradjan, 2003: 8) disiplin

berasal dari kata latin discipulus, yang berarti siswa atau murid. Kata ini

mengalami perubahan bentuk dan perluasan arti. Kata ini berarti ketaatan,

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

8

metode pengajaran, mata pelajaran, dan perlakuan yang cocok bagi

seorang siswa dan pelajar.

Kemendiknas (2010: 9) mendeskripsikan disiplin sebagai tindakan

yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan. Imron, Ali (2011: 173) mengemukakan pengertian disiplin

sebagai “Suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam keadaan tertib,

teratur dan semestinya, serta tidak ada suatu pelanggaran-pelanggaran baik

secara langsung atau tidak langsung”. Berdasarkan beberapa pengertian

tersebut, dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah sikap atau perilaku

ketaatan individu terhadap setiap ketentuan dan peraturan yang berlaku.

b. Indikator nilai disiplin

Kemendiknas (2010: 26) membagi indikator dari nilai disiplin

menjadi tiga yaitu sebagai berikut:

1) Membiasakan hadir tepat waktu.

2) Membiasakan mematuhi aturan.

3) Menggunakan pakaian sesuai dengan ketentuan.

c. Hal yang penting dalam menanamkan perilaku disiplin

Dolet Unaradjan (2003: 15) memaparkan ada empat hal penting yang

harus dipertimbangkan dalam mendisiplinkan anak:

1) Aturan-aturan (Rules)

Aturan digambarkan sebagai pola berperilaku di rumah, di sekolah

ataupun di masyarakat. Aturan-aturan itu memiliki nilai pendidikan

dan membantu anak untuk menahan perilaku yang tidak diinginkan

oleh masyarakat.

2) Hukuman (Punishment)

Beberapa fungsi hukuman dalam menanamkan disiplin adalah:

a) Yang bersifat membatasi

b) Yang bersifat mendidik

c) Sebagai pembangkit motivasi untuk menghindari perilaku yang

ditolak masyarkat

3) Imbalan

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

9

Imbalan merupakan suatu penghargaan untuk hasil baik yang telah

dicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi.

4) Konsistensi

Konsistensi berarti suatu derajat kesesuaian atau stabilitas (uniformity

or stability)

3. Pakaian Seragam

Seragam sekolah berarti pakaian yang sama potongan dan warna yang

digunakan untuk melakukan kegiatan sekolah. Sejarah dalam pemakaian

seragam di sekolah terjadi dimasa Indonesia masih dijajah oleh Jepang. Pada

saat itu semua sekolah diwajibkan memakaikan pakaian yang sama kepada

siswanya, namun pada saat itu pakaian seragam belum memiliki corak warna

seperti sekarang ini. Jepang yang sarat dengan militeristik membawa nilai

disiplin yang tinggi bagi masyarakat Indonesia, termasuk para siswa. Ibrahim

dalam Hudzaifah dkk (2012) menyatakan bahwa fashion, pakaian, busana

sudah menjadi bagian penting dari gaya trend, penampilan keseharian kita,

sebagai fenomena budaya dan komunikasi, fashion sesungguhnya dapat

berucap banyak tentang identitas pakaiannya. Pakaian seragam tidak berarti

hanya pakaian identitas, melainkan juga sebagai bentuk pendisiplinan.

Pemakaian seragam sekolah kepada siswa di sekolah bertujuan untuk

membuat siswa mudah diarahkan, diatur, dan agar siswa berdisiplin diri.

Seragam sekolah berarti pakaian yang sama potongan dan warnanya yang

digunakan untuk melakukan kegiatan sekolah. Dhakidae dalam Hudzaifah dkk

(2012) menyatakan, “untuk keperluan ketahanan sekolah diciptakan pakaian

seragam, sebagai pakaian digunakan saat belajar di sekolah, yang

disaturagamkan, yang diatur bentuk/model, warna, tambahan atribut dan cara

penggunaanya”. Berdasarkan pendapat yang telah disampaikan maka dapat

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

10

disimpulkan bahwa seragam sekolah adalah seperangkat pakaian yang digunakan

saat belajar siswa di sekolah dan sebagai identitas di setiap sekolah.

a. Jenis-jenis Pakaian Seragam menurut Permendikbud Nomor 40 Tahun 2014

(http://www.eurekapendidikan.com/2015/10/seragam-sekolah-permendikbud-

nomor-45.html)

Pakaian seragam sekolah terdiri dari pakaian seragam nasional,

pakaian seragam kepramukaan, pakaian seragam khas sekolah, pakaian

seragam muslimah, dan pakaian seragam olahraga. Untuk pakaian nasional

dan kepramukaan memiliki perbedaan di setiap jenjang sekolah, untuk

pakaian nasional jenjang SD menggunakan pakaian putih dan merah, jenjang

SMP menggunakan pakaian berwarna putih dan biru sedangkan untuk jenjang

SMA menggunakan pakaian putih dan abu-abu. Pakaian seragam khas,

muslim dan olahraga akan kembali kedalam kebijakan setiap sekolah.

Adapun pakaian seragam yang digunakan di SDN 2 PSR KLN adalah sebagai

berikut:

1) Pakaian Seragam Nasional

Gambar 2.1 Gambar Pakaian Seragam Nasional SD

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

11

Gambar di atas adalah gambar dari pakaian nasional yang

dikenakan di SDN 2 PSR KLN yang digunakan setiap hari senin dan

selasa. Permendikbud Nomor 40 Tahun 2014 menjelaskan pakaian

seragam nasional adalah pakaian yang dikenakan oleh peserta didik di

sekolah yang memiliki jenis, model, dan warna sama dan berlaku

secara nasional.

2) Pakaian Seragam Kepramukaan

Gambar 2.2 Gambar Pakaian Seragam Kepramukaan SD

Gambar di atas adalah gambar seragam pramuka di SDN 2

PSR KLN yaitu siswa menggunakan pakaian pramuka lengkap yang

digunakan setiap hari jumat dan sabtu. Permendikbud Nomor 40

Tahun 2014 menjelaskan pakaian seragam kepramukaan adalah

pakaian seragam yang memiliki model atau atribut tersendiri dan

dikenakan untuk melaksanakan kegiatan kepramukaan. Pakaian ini

diatur tersendiri oleh setiap sekolah dalam pemakaiannya.

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

12

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

13

Gambar di atas adalah pakaian seragam olahraga SDN 2 PSR

KLN. Pakaian seragam olahraga adalah pakaian yang digunakan

khusus untuk pada saat pelajaran olahraga. Setiap sekolah memiliki

pakaian olahraga yang berbeda-bedaa.

b. Tujuan Pakaian Seragam

Adapun tujuan dari pemakaian seragam di sekolah dasar menurut

Permendikbud Nomor 45 Tahun 2014

(http://www.eurekapendidikan.com/2015/10/seragam-sekolah-permendikbud-

nomor-45.html) adalah:

1) Menanamkan dan menumbuhkan rasa nasionalisme dan

kebersamaan, selain itu juga memperkuat persaudaraan sehingga

dapat menumbuhkan semangat kesatuan dan persatuan dikalangan

peserta didik.

2) Meningkatkan rasa kesetaraan tanpa memandang kesenjangan

sosial ekonomi orang tua/wali siswa.

3) Meningkatkan disiplin dan tanggungjawab siswa serta kepatuhan

terhadap peraturan yang berlaku.

4) Menjadi acuan bagi sekolah dalam menyusun tata tertib dan

disiplin siswa khususnya yang mengatur pakaian seragam.

c. Peraturan pemakaian seragam di SDN 2 PSR KLN

Pemakaian seragam di SDN 2 PSR KLN sudah diatur dalam tata tertib yang

ada, tata tertib tersebut adalah sebagai berikut:

TATA TERTIB SEKOLAH

I. Peraturan yang harus ditaati

1. Siswa harus datang di sekolah 10 menit sebelum bel masuk berbunyi.

2. Siswa yang mendapat tugas piket harus lebih awal.

3. Siswa yang sering terlambat akan diberi teguran.

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

14

4. Berpakaian sekolah yang bersih dan rapi dengan ketentuan sebagai

berikut:

a. Hari Senin-Selasa seragam putih merah (atas putih bawah merah)

b. Hari Rabu-Kamis seragam batik sekolah.

c. Hari Jumat-Sabtu seragam pramuka.

5. Siswa berbaris di depan kelas ketika bel berbunyi.

6. Guru kelas memeriksa kerapian dan kebersihan baju siswa sebelum

masuk kelas.

7. Siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai.

8. Mengikuti upacara bendera setiap hari Senin dan upacara peringatan hari

besar lainnya.

II. Peraturan bagi siswa yang melanggar

1. Tidak mengerjakan PR: Mengepel lantai kelas setelah teman-teman

pulang.

2. Tidak memakai seragam sekolah sesuai peraturan: Menyapu halaman

kelas.

3. Terlambat masuk sekolah: Mencuci taplak/ membersihkan perkakas kelas

yang perlu dibersihkan.

4. Sering membolos tanpa surat: Memberikan WC.

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

15

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Dian Ardiani (2015), tentang penanaman nilai-nilai kedisiplinan

siswa kelas IV SD Negeri Kepek Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon

Progo Yogyakarta Tahun Pelajaran 2014/2015 menyimpulkan bahwa dalam

penanaman nilai-nilai kedisiplinan, guru menggunakan teknik external

control yaitu dengan memberikan ancaman atau hukuman kepada siswa yang

tidak disiplin dan memberikan reward ataupun pujian kepada siswa yang

berdisiplin dan patuh terhadap peraturan. Guru juga menanamkan disiplin

melalui teknik inner control yaitu dengan guru secara langsung menjadi

teladan bagi siswannya, kegiatan peneladan yang dilakukan oleh guru berupa

guru tidak pernah terlambat datang kesekolah, cara berpakaian guru yang

rapih dan sopan, tutur kata dan bahasa yang digunakan baik dan sopan serta

mengajarkan sopan santun, beretika dan mengajarkan untuk saling

menghormati, baik kepada guru maupun kepada siswa.

2. Penelitian Akhmad Rofii’ Udiin (2016) yang berjudul kedisiplinan siswa

dalam mengikuti kegiatan sekolah (studi kasus di SD Negeri Panasan

Sleman) menyimpulkan bahwa:

3. Siswa dalam mengikuti kegiatan intrakurikuler memiliki kedisiplinan yang

meliputi ketepatan waktu datang, penggunaan barang yang sesuai fungsinya,

serta penggunaan seragam yang sesuai peraturan. Siswa kurang disiplin

dalam ketaatan terhadap tata tertib terutama terkait kewajiban mengerjakan

tugas. Siswa memiliki kesadaran ketika tidak disiplin yang dibuktikan dengan

mengakui secara jujur.

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

16

a. Siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Pramuka memiliki

kedisiplinan yang meliputi ketepatan waktu datang, penggunaan peralatan

yang sesuai fungsinya, serta ketaatan terhadap tata tertib. Siswa kurang

disiplin dalam berpenampilan terutama terkait dengan penggunaan atribut

seragam. Siswa memiliki kesadaran ketika tidak disiplin yang dibuktikan

dengan mengakui secara jujur.

b. Faktor pendukung kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan

intrakurikuer di sekolah adalah faktor guru, peraturan (tata tertib), serta

penerapan hukuman yang mendidik. Faktor yang menghambat adalah

pengaruh teman yang tidak disiplin. Faktor yang menyebabkan siswa

sadar ketika tidak disiplin disebabkan karena guru yang membisakan tata

tertib dan disiplin, serta penerapan hukuman yang mendidik.

c. Faktor pendukung kedisiplinan siswa dalam mengikuti kegiatan

ekstrakurikuler Pramuka di sekolah adalah pembina Pramuka, peraturan

(tata tertib), serta penerapan hukuman yang mendidik. Faktor yang

menghambat adalah pengaruh teman yang tidak disiplin. Faktor yang

menyebabkan siswa sadar ketika tidak disiplin adalah pembina Pramuka

yang membisakan untuk disiplin, serta hukuman yang mendidik

4. Penelitian Han, (2010) yang berjudul A Mandator y Uniform Policy in Urban

Schools: Findings from the School Survey on Crime and Safety: 2003-04.

Menyimpulkan bahwa efek kebijakan seragam mampu mengurangi masalah

pada perilaku siswa di tingkat sekolah dan seragam sekolah juga menjadi

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

17

kebijakan di daerah perkotaan sebagai wawasan untuk mengurangi masalah

pada perilaku siswa.

5. Penelitian Huss, (2007) yang berjudul The Role of School Uniforms in

Creating an Academically Motivating Climate: Do Uniforms Influence

Teacher Expectation?. Menyimpulkan bahwa seragam meningkatkan belajar

antar siswa dan mempermudah interaksi antara guru dan siswa. Siswa akan

merasa penting dan seolah-olah mereka menjadi anggota tim karena mereka

mengenakan seragam. Karena para siswa percaya bahwa mereka cocok,

mereka memiliki kecenderungan untuk bekerja keras yang lebih besar dan

telah menunjukan sikap yang lebih baik ketika berada di sekolah. Guru

menggaris bawahi kesediaan siswa dalam usaha untuk belajar lebih besar.

C. Kerangka Pikir

Tujuan pendidikan nasional menurut UU no 20 tahun 2003 pasal 3 ialah

untuk menciptakan generasi yang cerdas intelektual dan berakhlak mulia. Tetapi

kenyataan pendidikan pada aspek afektif sering terabaikan dan hanya aspek

kognitif yang sering ditonjolkan sebagai tolak ukur keberhasilan dalam sebuah

pembelajaran. Hal tersebut dapat memunculkan individu-individu yang

kecerdasan intelektualnya bagus, namun mempunyai karakter yang buruk.

Berbagai pelanggaran hukum terjadi di segala kalangan. Hal itu tidak akan terjadi

jika setiap individu tertanam nilai moral dan karakter yang positif. Hal inilah

yang membuat pentingnya pendidikan karakter yang diharapkan mampu

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

18

menciptakan pribadi yang mempunyai akhlak mulia. Salah satunya adalah

karakter disiplin, Kemendiknas (2010: 9) mendeskripsikan disiplin sebagai

tindakan yang menunjukan tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan

peraturan.

Pendidikan karakter disiplin dapat diterapkan dilingkup sekolah, salah

satunya melalui pakaian seragam sekolah. Karena pemakaian seragam sekolah

kepada siswa di sekolah bertujuan untuk membuat siswa mudah diarahkan,

diatur, dan agar siswa berdisiplin diri. Melalui penelitian ini diharapkan mampu

menggali lebih dalam terkait pendidikan karakter disiplin melalui pakaian

seragam di sekolah dasar.

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ladasan Teori 1. Pendidikan Karakterrepository.ump.ac.id/3695/3/BAB II.pdfdicapai. Imbalan tidak harus berbentuk materi. 4) Konsistensi . Konsistensi berarti

19

Berikut ini gambar kerangka pikir dalam penelitian ini:

Gambar 2.5 Gambar Kerangka Pikir

Tujuan pendidikan nasional

Aspek afektif masih terabaikan

Pendidikan karakter

disiplin di sekolah dasar

Pakaian seragam

Faktor penyebab siswa kurang

berdisiplin dalam berpakaian

seragam

Penerapan pendidikan

karakter disiplin melalui

pakaian seragam

Hambatan pendidikan

karakter disiplin melalui

seragam

Pendidikan Karakter Disiplin…, Titis Setiadi Trisnawan, FKIP, UMP, 2017