BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berhitung dalam …repository.ump.ac.id/6711/3/MAULANA NUR BAB...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Berhitung dalam …repository.ump.ac.id/6711/3/MAULANA NUR BAB...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Berhitung dalam Aspek Kognitif Anak Usia Dini
1. Perkembangan Kognitif AUD
Kognitif adalah perkembangan anak usia 0-8 tahun yang
mempunyai kemampuan intelektual dalam berfikir melalui sebuah
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh dari belajar tetapi
kecapatan setiap anak berbeda pada masing-masing individu. Bahkan
Hurlock (1978) mengatakan “anak lahir (0-8 tahun) sudah mempunyai
kematangan dalam kemampuan intelektual yang diperoleh dari
pengetahuan melalui belajar selama periode waktu yang panjang”.
Misalnya ketika anak masih berada di dalam kandungan, anak sudah
diberikan pendidikan dari orangtua yaitu berupa stimulasi
Santrock (2009) “mengatakan anak usia dini adalah anak usia
2-6 tahun yang telah memasuki kategori anak prasekolah”,
perkembangan kognitif anak praksekolah yaitu bersifat kreatif dan
mempunyai bakat unik yang awalnya dilihat dari pengalaman anak
baik itu pengalaman lingkungan keluarga, lingkungan sekolah maupun
dilingkungan masyarakat yang menjadi suatu pengetahuan yang baru
bagi anak sebelum memasuki pendidikan selanjutnya
Kognitif adalah proses dimana manusia berfikir secara internal,
proses berfikirnya itu terdapat di pusat susunan syaraf. Piaget
mengembangkan teori perkembangan kognitif yang cukup dominan,
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
dalam teorinya Piaget (Suyanto, 2005) membahas pandangannya
tentang bagaimana anak belajar, menurutnya dasar belajar adalah
“aktivitas anak saat berinteraksi dengan lingkungan sosial dan
lingkungan fisiknya, pertumbuhan anak merupakan suatu proses
sosial”, namun pada kenyataannya anak tidak berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya sebagai individu, tetapi sebagai dari kelompok
sosial, akibatnya lingkungan sosialnya berada diantara lingkungan
anak.
Perkembangan kognitif anak merupakan suatu proses
perkembangan anak–anak dalam mencari pengetahuan dengan cara
berpikir kreatif dan bebas, ketika anak mencari suatu pengetahuan
anak–anak bisa belajar melalui berinteraksi dengan lingkungan sosial
maupun lingkungan fisiknya sehingga proses kognitif yang sangat
penting dalam beradaptasi yaitu dengan malalui adaptasi asimilasi dan
akomodasi, sebagaimana yang dikemukakan oleh Piaget dalam
Santrock (2009) menyebutkan bahwa proses kognitif yang penting
dalam otak anak saat beradaptasi yaitu skema, asimilasi, akomodasi,
dan organisasi.
a. Skema (schema) yaitu terjadi saat anak mencoba untuk beradaptasi
dengan lingkungan. Lingkunganlah yang menjadikan suatu kumpulan
mental untuk anak yang bersifat luwes baik dari segi kualitas maupun
kuantitas.
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
b. Organisasi (organization) adalah suatu pengelompokan perilaku dan
pemikiran anak yang telah terisolasi kedalam system tatanan yang
lebih tinggi. Bahkan ada kecenderungan dalam proses fisik (individu)
atau psikologis anak yang menjadi suatu keseluruhan yang terpadu.
c. Asimilasi (assimilation) merupakan penggabungkan informasi dimana
anak berada di lingkungan sosial yang telah mendapatkan suatu
pengetahuan yang mereka miliki. Dari penggabungan tersebut menjadi
proses individu yang memasukan pengalaman-pengalaman kedalam
sebuah kelompok sosial.
d. Akomodasi (accommodation) yaitu terjadi saat anak menyesuaikan
pengetahuan mereka kemudian mencocokan informasi serta
pengetahuan yang telah mereka miliki, disaat itulah terdapat proses
pembentukan skema baru.
Teori Piaget (Dalam Santrock, 2007) mengemukakan tentang
kemampuan kognitif yang berhubungan dengan usia anak yang
mencakup empat tahapan yaitu tahap sensorimotor, tahap pra-
operasional, tahap operasi konkret dan tahap operasi formal. Tahap-
tahap tersebut tidak terpisah atau berbeda-beda, namun melainkan
lebih merupakan sub bagian dari suatu pola perkembangan kognitif
yang berkesinambungan.
Selama tahap sensorimotor (0-2 tahun) perkembangan kognitif
dalam tahapan ini anak mulai membangun pemahaman dan pengertian
mengenai dunia, dengan cara mengoordinasikan pengalamannya
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
melalui sensoris yaitu seperti melihat dan mendengar melalui tindakan
fisik dan motorik maka dari tindakan tersebut di namakan dengan
sensorimotor.
Tahap praoperasional (2-6 tahun) perkembangan kognitif
merupakan saat anak mulai menjelaskan dan mampu menggunakan
bahasa, dan pemikiran simbolik melalui gambar atau lukisan, hal ini
tampak dalam permaianan imajinatif mereka.
Tahap ketiga dari perkembangan kognitif ialah tahap
operasional konkret yang berlangsung sejak anak berusia 6 sampai 12
tahun, pada tahap ini mempunyai konsep yang samar-samar dan tidak
jelas, dari masa prasekolah menjadi lebih konkret dan spesifik,
maksudnya ini memungkinkan anak dapat melakukan pemikiran secara
deduktif melalui penalaran yang logis.
Tahap keempat dan terakhir dari perkembangan kognitif ialah
operasi formal yang dimulai sejak berusia 11 sampai 15 tahun, tahap
ini anak mampu mengimbangkan semua pemikiran dalam
memecahkan masalah atas dasar bukti, akibatnya mereka dapat
mengatasi masalah dari berbagai segi pandangan, pemikiran ini anak
dapat berpikir lebih konkret dan mampu menggabungkan informasi
dari beberapa sumber.
Teori Piaget yang merupakan teori perkembangan yang besar,
namun ada teori perkembangan lainnya yang berfokus pada kognisi
anak-anak adalah teori Vygotsky
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
Menurut Vygotsky (dalam Santrock, 2009) “anak-anak secara
aktif membangun pengetahuan dan pemahaman mereka”.
Teori Piaget (dalam Santrock, 2009) mengatakan anak-anak
mengembangkan cara-cara berpikir dan pemahaman melalui tindakan
dan interaksi mereka dengan dunia fisik, sedangkan teori Vygotsky
mengatakan anak-anak lebih sering digambarkan sebagai makhluk
social, mereka mengembangkan cara-cara mereka dalam berpikir dan
pemahaman, terutama melalui interaksi social (Gauvain, 2008;
Gauvain & Parke, 2010), perkembangan kognitif mereka bergantung
pada alat yang disediakan oleh masyarakat, dan pikiran mereka
dibentuk oleh konteks budaya tempat mereka tinggal (Gredler, 2008;
Holzman, 2009).
Menurut Novan Ardi (2014) ada dua faktor yang dapat
mempengaruhi perkembangan pada anak usia dini yaitu faktor internal
dan faktor eksternal
a. Faktor Internal/keturunan
Faktor keturunan ialah manusia lahir sudah membawa potensi-
potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan,
misalnya ketika anak didalam kandungan sudah memiliki bakat
dan kematangan secara individu, kebakatan tersebut terlihat dari
bawaan orangtua contoh jika orangtua seorang penyanyi maka
anak tersebut otomatis akan menjadi seorang penyanyi. Oleh
karena itu bawaan orangtua akan turun kepada anaknya
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
b. Faktor eksternal/lingkungan
Teori lingkungan ialah anak di lahirkan seperti kertas putih yang
bersih, namun dalam perkembangannya kertas tersebut akan di
tentukan oleh faktor lingkungan, taraf intelegensinya sangatlah di
tentukan oleh pengalaman dan pengetahuan yang di miliki atau di
peroleh lingkungan hidupnya.
Hal diatas yang dapat dijelaskan bahwa Hurlock mengatakan
pendidikan anak usia dini adalah perkembangan anak usia 0-8 tahun.
Anak usia 0-8 tahun inilah yang telah mempunyai kemampuan anak
dalam berpikir melalui sebuah pengetahuan dan pengalaman yang
mereka dapatkan melalui sebuah pembelajaran, pada dasarnya anak
sudah diberikan sebuah pengetahuan ketika anak masih didalam
kandungan mengenai perkembangan dan pertumbuhan anak,
pendidikan inilah yang diberikan oleh orangtua yaitu berupa stimulasi.
Pendidikan anak usia dini diberikan pada saat anak masih
didalam kandungan sampai anak memasuki pendidikan selanjutnya,
anak usia 2-6 tahun sudah dikatakan termasuk kategori anak
prasekolah dimana anak sudah bisa berpikir kreatif dan mempunyai
bakat unik yang dilihat dari pengelaman anak baik itu dari
pengalaman lingkungan keluarga, lingkungan sosial bahkan
dilingkungan sekolah. Perkembangan kognitif dimulai ketika anak
berpikir secara internal tentang bagaimana anak belajar, belajar bagi
anak usia dini adalah melalui bermain dimana anak mulai aktivitas saat
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
anak berinteraksi dilingkungan sosial maupun dilingkungan fisiknya
saat itulah proses pertumbuhan anak terjadi, namun pada kenyataannya
saat berinteraksi anak tidak berada pada lingkungan fisiknya yang
sebagai individu tetapi sebagai lingkungan kelompok sosial yang
menjadikan anak berada diantara lingkungan sosialnya.
Proses perkembangan kognitif yang sangat penting bagi anak
saat berinteraksi antara lain ketika anak mulai mencoba untuk
beradaptasi dengan lingkungannya, pengelompokan perilaku yang
menjadikan pemikiran anak telah tertata kedalam sistem yang lebih
tinggi, pengumpulan informasi dimana anak berada dilingkungan
sosial maupun lingkungan keluarga yang telah mendapatkan suatu
pengetahuan yang dimiliki oleh anak, ketika saat digabungkan menjadi
proses individu yang memasukan pengalaman tersebut ke dalam
kelompok sosial kemudian anak bisa menyesuaikan informasi serta
mencocokan informasi mengenai pengetahuan mereka yang dimiliki
dan pada saat itulah terdapat pembentukan skema baru.
2. Kemampuan Berhitung Pada Anak Usia dini
Berhitung di Taman Kanak-kanak tidak hanya berkaitan
dengan kemampuan kognitif saja, tetapi juga kesiapan mental, sosial
serta emosional pada anak, belajar berhitung di Taman Kanak-kanak
pada awalnya hanya memperkenalkan suatu penjumlahan dan
pengurangan 1-20, memasangkan suatu lambang bilangan dengan
benda-benda 1-20 dll. Oleh karena itu dalam pelaksanaan
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
pembelajarannya, berhitung di TK di harapkan serta dilakukan secara
bervariasi dan menarik sehingga anak akan terkesan atau menjadi
termotivasi untuk lebih belajar dalam berhitung.
Depdiknas 2007 (dalam Kurniawati, 2014) mengatakan
pedoman dalam permainan berhitung permulaan di TK bahwa
berhitung merupakan bagian dari matematika, diperlukan untuk
menumbuh kembangkan keterampilan berhitung yang sangat di
perlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang
merupakan juga konsep dasar bagi pengembangan kemampuan
matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.
Hurlock (1978) mengatakan “bahwa kata-kata yang berkaitan
dengan bilangan di gunakan tidak lama sesudah anak mulai belajar
bicara”, apa arti suatu bilangan dan kapan anak mendapatkan atau
menggunakannya dengan bermakna, perkembangan konsep bilangan
tampaknya merupakan fungsi perkembangan usia dan pendidikan.
Terman dan Merrill menemukan bahwa rata-rata anak yang
berusia 4 tahun dapat menghitung dua dari jumlah benda, rata-rata
anak berusia 5 tahun menghitung empat, dan rata-rata anak berusia 6
tahun dapat menghitung dua belas. (Hurlock, 1978)
Uraian diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa di usia 4-6
tahun disaat anak belajar bicara sudah boleh diperkenalkan bilangan 1-
20. Namun sebelum anak mengenal konsep bilangan dan operasi
bilangan anak harus berlatih berpikir symbolik sehingga anak dapat
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
memahami dalam menghubungkan bilangan dan symbol bilangan,
sehingga anak dapat lebih mudah dalam berhitung ketika anak sudah
memahami konsep bilangan dan operasi bilangan.
Berhitung bagi anak usia dini merupakan kemampuan yang di
miliki oleh setiap anak dalam hal matematika seperti kegiatan
mengurutkan bilangan atau membilang dan mengenai jumlah untuk
menumbuh kembangkan keterampilan yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari–hari, merupakan juga dasar bagi pengembangan
kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan
dasar bagi anak, bahkan Seefeldt dan Wasik (2008) juga mengatakan
bilangan adalah bagian dari pengalaman anak sehari-hari, karena dari
pengalaman anak akan mendapatkan sesuatu yang baru yang bisa
memperkaya kosa kata anak terhadap bilangan misal, jumlah pintu
ruang kelas mereka dan nomor rumah mereka.
Sejalan dengan beberapa teori yang telah dikemukakan diatas
bahwa matematika anak usia dini dilakukan melalui tiga tahapan dalam
penguasaan berhitung di jalur matematika yakni: (Depdiknas, 2007)
a. Penguasaan konsep
Pemahaman atau pengertian tentang sesuatu dengan menggunakan
benda dan peristiwa konkrit seperti pengenalan warna, bentuk, dan
menghitung benda/bilangan.
b. Masa transisi
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
Proses berpikir yang merupakan masa peralihan dari pemahaman
konkrit menuju pengenalan lambang yang abstrak, dimana benda
konkrit itu masih ada dan mulai dikenalkan bentuk lambangnya.
c. Lambang
Merupakan visualisasi dari berbagai konsep, misal lambang 7
untuk menggambarkan konsep bilangan 7, merah untuk
menggambarkan konsep warna, besar untuk menggambarkan
konsep ruang dll.
Kemampuan berhitung anak usia dini merupakan bagian dari
suatu pengalaman anak dalam kehidupan sehari-hari, misal anak
belajar bahwa angka “1” dapat ditulis sebagai “1”. Pembelajaran di
Taman Kanak-kanak dalam memperkenalkan lambang bilangan Guru
harus membuat indicator sebelum menyampaikan pembelajaran
tersebut pada anak, disini peneliti telah memasukan sebuah indicator
terhadap kemampuan berhitung pada peserta didik yang telah
dimodifikasikan dari Luluk Asmawati (2014) dan Mulyasa (2012)
yakni dapat dilihat dari tabel 2.1:
Tabel 2.1 indikator kemampuan berhitung
No Indicator
1. Membilang urutan bilangan dari 1-20
2. Membilang/mengenal konsep bilangan dengan – benda
1-20
3. Membilang banyak benda dari 1-20
4. Menunjuk lambang bilangan 1-20
5. Menunjuk urutan bilangan 1-20 dengan benda-
benda/gambar
6. Menghubungkan/memasangkan lambang bilangan
dengan gambar gambar sampai 20 (anak tidak disuruh
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
menulis)
7. Mengenal, banyak-sedikit, sama-tidak sama
8. Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang
sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan
lebih sedikit.
9. Mengenal konsep bilangan dengan benda-benda
sampai 20
10. Menyebutkan hasil penambahan dan pengurangan
dengan benda sampai 20
3. Pengenalan matematika untuk anak TK
Menurut Principles and Standards for School Mathematics
2000 (dalam Seefeldt dan Wasik, 2008) dasar bagi perkembangan
matematika anak-anak dibangun pada tahun-tahun ini, matematika di
bangun oleh keingintahuan dan semangat anak-anak dan tumbuh
secara alami dari pengalaman mereka, agar anak-anak belajar konsep
matematika sesuai dengan usia, mereka harus mengembangkan bahasa
matematika, punya kesempatan interakif untuk pengelaman
matematika, dan termotivasi untuk tertarik pada matematika.
Pada mulanya pembelajaran di TK di fokuskan pada tiga
bidang dasar (basic) yaitu membaca, menulis, dan berhitung yang di
kenal dengan “Three Rs” yaitu Reading, Writing, dan Arithmathic.
Suyanto (2005) juga mengatakan “kegiatan pembelajaran di TK tidak
hanya sekedar untuk mengembangkan “Tiga R”, tetapi untuk
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak secara menyeluruh
(the whole child development)”.
Fungsi matematika di Samping itu juga sebenarnya bukan
sekedar untuk berhitung, tetapi untuk mengembangkan berbagai aspek
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
perkembangan anak, utamanya aspek kognitif, matematika juga
berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan anak, khususnya
kecerdasan yang oleh Gardner (1998) disebut Logico-mathematics.
Kecerdasan Logico - mathematics menyangkut kemampuan
seseorang menggunakan logika dan matematika. Kecerdasan ini
meliputi kemampuan menggunakan bilangan,operasi bilangan dan
logika matematika. (Suyanto, 2005)
Matematika atau berhitung amat penting dalam kehidupan
sehari-hari, bahkan setiap menit kita menggunakan matematika, misal
belanja, menghitung benda, waktu tempat, jarak, kecepatan,
memahami grafik, tabel, mengukur panjang, berat, dan volume semua
itu merupakan bagian dari fungsi matematika, dengan kata lain
matematika sangat penting bagi kehidupan kita.
Pembelajaran di Taman Kanak-kanak khususnya pembelajaran
konsep bilangan di harapkan pembelajaran yang berpusat pada anak
serta menyenangkan agar anak di saat mengikuti pembelajaran tidak
cepat bosa, Guru dituntut harus teliti dalam memilih metode
pembelajaran yang tepat dan bervariasi, serta dalam penyampaiannya
harus benar-benar jeli agar anak dapat memahami apa yang Guru
sampaikan, ada pendapat dari uraian diatas Suyanto (2005)
mengatakan “pada mulanya anak tidak tahu bilangan, angka dan
operasi bilangan matematis”.
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
Mulanya anak sudah mengetahui mengenai suatu bilangan
namun secara bertahap, tetapi sesuai perkembangan mentalnya anak
belajar membilang, mengenal angka, dan berhitung, misalnya sebuah
jeruk diberi symbol dengan angka “1” dan dua buah jeruk diberi
symbol dengan angka “2”. Demikian pula symbol “+” yang berarti
dijumlah, dan “-“ yang berarti dikurangi. Berbagai notasi matematis
sederhana dan cara pengenalannya perlu dipahami agar dapat melatih
anak berhitung dan menggunakan fungsi-fungsi matematis lainnya.
Selanjutnya Seefeldt dan Wasik (2008) mengatakan bahwa
ketika kepekaan terhadap bilangan berkembang anak usia empat tahun
mulai mengerti bahwa kata “satu” menunjuk satu benda tunggal dan
bahwa lebih banyak dari satu dihubungkan dengan bilangan-bilangan
sesudahnya “dua, tiga, empat, lima dan seterusnya”.
Pengenalan konsep bilangan sangat melibatkan dan tidak jauh
dari beberapa penjumlahan dan pengurangan, bahkan Piaget
mengatakan (dalam Suyanto, 2005) pengenalan matematika sebaiknya
dilakukan melalui penggunaan–penggunaan media konkret dan
pembiasaan penggunaan matematika agar anak dapat memahami
matematika seperti menghitung, bilangan, dan operasi bilangan.
Contohnya mengingatkan anak tentang tanggal hari ini menuliskannya
dipapan tulis akan melatih anak mengenal bilangan.
Menurut Seefledt dan Wasit (2008) Konsep bilangan dan
keselarasan bilangan satu lawan satu menjadi lebih solid bagi anak-
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
anak usia lima tahun, anak-anak melakukan lebih banyak usaha untuk
menetapkan nilai bilangan pada benda yang mereka hitung.
Matematika untuk anak usia dini menurut persatuan Guru
matematika Amerika Serikat National Council of Teachers of
Mathematics (NCTM, 1989) standar matematika untuk TK sampai
kelas empat SD ada 13 macam yakni; matematika sebagai cara
pemecahan masalah (problem solving), matematika sebagai cara
komunikasi, matematika sebagai cara berfikir, hubungan matematis,
estimasi (perkiraan), mengenal bilangan dan angka, konsep
keseluruhan dan sebagian, menghitung semua dan sebagian, mengenal
ruang dan jarak, pengukuran, statistic dan probabilitas, pecahan dan
decimal, pola dan relasi. (Suyanto, 2005)
Anak membangun konsep matematika dengan melalui berbagai
kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan, tetapi ada beberapa orang
tua yang ingin difokuskan kepada anak untuk bisa memahami dan
mengerti arti konsep matematika, namun dalam penyampaian materi
pembelajaran dalam mengenal bilangan untuk anak usia dini harus
secara bertahap dan tidak difokuskan atau dituntut anak harus bisa
berhitung. Bahkan Piaget (dalam Suyanto, 2005) mengatakan “Anak
tidak bisa diajarkan secara langsung bahwa 2+3=5, sebelum anak
memahami konsep bilangan dan operasi bilangan”.
Metode pembalajaran untuk anak usia dini harus yang bersifat
konkret karena pada hakikatnya anak tidak bisa berfikir secara abstrak.
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
Maka dari itu Guru harus lebih kreatif serta inovatif dalam
penyampaian materi mengenai konsep bilangan terhadap kemampuan
berhitung anak, misalnya Guru memberi anak uang logam Guru
mengatakan “koin”, kemudian anak dilatih berpikir simbolik lebih
jauh, namun ketika Guru menaruh sebuah koin didepan siswa, ia
mengatakan “satu”, kemudian menaruh lagi sambil berkata “dua” dan
seterusnya. Kini Guru dapat memegang jari telunjuk siswa dan
menggunakannya untuk menghitung koin tadi sambil berkata
“satu”,”dua”,”tiga” dan seterusnya. Dengan demikian anak mulai
menghubungkan antara jumlah koin dengan bahasa matematis
bilangan: satu, dua, tiga dan seterusnya.
Pengenalan konsep bilangan pada anak usia dini memang sulit,
dikarenakan konsep bilangan sifatnya abstrak tetapi anak usia dini
tidak bisa berfikir secara abstrak melainkan berfikir secara konkret.
Maka dari itu metode pembelajaran dalam mengenalkan konsep
bilangan dengan tampilan model/benda konkret untuk membantu
proses pembelajaran dalam mengenalkan konsep bilangan, selanjutnya
langkah berikutnya ialah mengajari anak menghubungkan antara
pengertian bilangan dengan symbol bilangan, misalnya antara sebuah
koin dengan kata “satu” dan angka 1, dua buah koin dengan kata “dua”
dan angka 2, demikian seterusnya sampai anak benar-benar
memahaminya.
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
Menurut Piaget (1970) (dalam Suyanto, 2005) tujuan
pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai logico-
mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis
dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Tujuannya bukan
agar anak dapat menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi
memahami bahasa matematis dan penggunaannya untuk berpikir.
B. Media Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
1. Media Pembelajaran
Menurut Association for education and communication
technologi (AECT) dalam Azhar (2007:3) media yaitu segala bentuk
yang digunakan untuk suatu proses penyaluran informasi. Media
diartikan sebagai segala benda yang dapat di manipulasikan, dilihat,
didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrument yang digunakan
untuk kegiatan tersebut, media adalah segala sesuatu yang dapat
menyalurkan pesan, merangsang pikiran dan perasaan dan kemauan
peserta didik sehingga terdorong terjadinya proses belajar pada dirinya.
Suyanto (2005) juga mengatakan “media belajar untuk anak
usia dini umumnya merupakan alat-alat permainan”, pada prinsipnya
media belajar berguna untuk memudahkan siswa belajar memahami
sesuatu yang mungkin sulit atau menyederhanakan sesuatu yang
kompleks, media belajar anak tidak harus mahal bahkan dapat di
peroleh dari benda-benda yang tidak di pakai.
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
Media belajar merupakan sebuah alat bantu dalam
menyampaikan pesan baik itu secara komunikasi langsung maupun
dengan tulisan atau gambar, saat pembelajaran media sangat di
butuhkan untuk menyampaikan materi yang akan di sampaikan saat
proses pembelajaran berlangsung, bahkan Sadiman dkk (2008)
mengatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat di gunakan
untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat
merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian
siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
2. Bermain kartu bilangan (karbil) dan kartu gambar (kargam)
Dunia anak adalah dunia bermain, bagi anak bermain adalah
suatu belajar atau aktivitas yang menyenangkan, sudah selayaknya
pembelajaran dikelola kembali dengan cara bermain, Santrock (dalam
Fadlillah dkk, 2014) mengatakan “permainan ialah kegiatan yang
menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu
sendiri”. Menurutnya, permanainan memungkinkan anak melepaskan
energi fisik yang berlebihan dan membebaskan perasaan yang
terpendam, maka dari itu dengan bermain perasaan anak akan terasa
senang dan bahagia serta dapat membuat kenyamanan dalam
melakukan kegiatan proses pembelajaran.
Bermain bagi anak usia dini merupakan suatu permainan yang
tidak mempunyai peraturan-peraturan seakan anak bermain dengan
sendirinya dan menimbulkan suatu kebahagiaan serta kenyamanan
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
dalam memperoleh suatu pegetahuan, sebagaimana yang di
kemukakan oleh Bettelheim (dalam Fadlillah dkk, 2014) kegiatan
bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali
yang ditetapkan pemain sendiri dan tidak ada hasil akhir yang di
maksudkan realitas luar.
Berdasarkan penelitian peneliti mencoba menerapkan kegiatan
belajar anak melalui media kartu bilangan dan kartu gambar terhadap
kemampuan berhitung anak, Mayke 1995 (dalam Yutiatini dkk, 2014)
menyatakan belajar dengan bermain kartu angka memberi kesempatan
pada anak, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi,
mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak
terhitung banyaknya, maka dari itu bermain kartu bilangan/angka
sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak dalam
kemampuan berhitung dengan cara anak bereksplorasi dan
memberikan anak kesempatan untuk belajar dengan sendirinya tanpa
ada paksaan dan beban.
Supriyadi (dalam Halida dkk: 4) mengemukakan bahwa media
kartu bergambar merupakan media tiga dimensi berupa gambar dan
symbol bilangan yang terbuat dari kertas karton atau sejenisnya yang
dilapisi plastic, yang berukuran 4x4 cm. kartu ini jumlahnya
menyesuaikan keperluan dan tingkat perkembangan anak.
Penelitian ini peneliti memberikan prosedur cara bermain kartu
bilangan dan kartu gambar terhadap kemampuan berhitung anak,
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
bermain kartu bilangan dan kartu gambar dalam penelitian ini
mempunyai judul yaitu “Harta Karun” dimana anak mencari angka
yang sudah disebar luaskan oleh Guru sehingga anak mencari kartu
angka/bilangan yang telah disebarkan.
Bentuk permainannya di mana permainan ini mengajak anak
untuk kreatif, nantinya anak diajak untuk mencari karbil yang sesuai
dengan jumlah gambar, misal anak memilih satu amplop yang berisi
kargam dengan jumlah satu gambar, maka anak mencari jumlah karbil
satu.
Prosedur pelaksaan dalam permainan kartu bilangan dan kartu
gambar yaitu pertama, ajak anak untuk mencari karbil yang sudah
disebarkan disetiap sudut kelas, kemudian dibagi menjadi 3 kelompok
tiap kelompok beranggota 5 anak, kedua, anak diajak memilih amplop,
di dalam amplop tersebut berisi sebuah pertanyaan, ketiga, jelaskan
peraturannya sampai semua anak paham, keempat, kelompok yang di
tunjuk oleh Guru wajib mencari jawaban dari setiap pertanyaan dengan
secara bekerja sama. (Kurniawan dan Laely, 2014)
Flashcard dan dotcard (dalam Maimunah, 2009) merupakan
sebuah terobosan dalam bidang anak usia dini yang menggunakan
sejumlah kartu sebagai alat bantu. Metode F/D card memungkinkan
balita mampu untuk belajar membaca dengan cara mengingat gambar
dan bentuk. Dalam hal ini, perkembangan otak kanan anak akan
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
terstimulasi sejak dini. Adapun manfaat flash/dot card antara lain
adalah sebagai berikut:
a) Dapat membaca pada usia dini
b) Mengembangkan daya ingat otak kanan
c) Melatih kemampuan konsentrasi balita
d) Memperbanyak perbendaharaan kata dari balita
Materi yang mempergunakan F/D card dan cara
menggunakannya (Maimunah, 2009):
a. Falsh Card Benda: perkenalkan gambar-gambar benda, mulai dari
yang ada disekitar anak, seperti hewan, buah-buahan, dan sebagainya,
sehingga perbendaharaan benda yang dilihat semakin banyak.
b. Flash Card Abjad: perkenalkanlah anak dengan 26 abjad atau huruf
sejak dini.
c. Dots Card (flash card angka): kenalkanlah anak dengan angka-angka,
dimulai dari angka 1-10. Memperkenalkan angka sejak usia dini juga
awal anak belajar berhitung.
d. Flash Card Warna: kenalkanlah anak dengan berbagai jenis warna ada
10 warna yang menarik yang dapat kita perlihatkan kepada anak.
Penelitian ini peneliti menggunakan media kartu untuk
membantu anak dalam mengenal bilangan, huruf dan gambar yang
berupa benda namun disini peneliti memperkenalkan bilangan terhadap
kemampuan anak dalam berhitung yaitu dengan menggunakan media
kartu bilangan dan kartu gambar.
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
Banyak pembelajaran yang dapat di gunakan untuk melatih
anak memahami bahasa simbolik matematik, kartu bilangan/kartu
domino, misalnya, merupakan bahasa symbol bilangan sederhana,
anak–anak dapat belajar domino/bilangan dengan memasangkan kartu
yang memiliki bulatan dalam jumlah yang sama, disini anak belum
belajar angka baru bilangan, anak berlatih menghitung bulatan yang
ada pada kartu dari tidak ada, satu, sampai enam. Oleh karenanya
jangan menggunakan aturan belajar domino seperti orang dewasa,
tetapi biarlah anak sekedar menempelkan kartu dengan jumlah bulatan
yang sama.
Sedangkan pada kartu remi/kartu gambar ialah jumlah bilangan
gambar disertai dengan angka (symbol bilangan), hanya sayangnya ia
tidak memiliki angka satu. Oleh karena itu kartu remi/kartu gambar
dapat digunakan untuk melatih anak menghubungkan konsep bilangan
dengan angka. (Suyanto, 2005)
C. Kerangka Berpikir
Kemampuan setiap anak mempunyai tingkat keaktifan dan
kecerdasan yang berbeda, sehingga kurangnya kreativitas guru dalam
pembelajaran membuat proses pembelajaran anak menjadi pasif dan
membosankan, sehingga kemampuan anak dalam berhitung kurang tertarik
karena ada pengaruh dalam proses pembelajaran.
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tidak
menimbulkan rasa bosan terhadap anak, maka diperlukan pembelajaran
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
yang dapat membantu proses pembelajaran salah satunya dengan
menggunakan media karbil dan kagam terhadap kemampuan berhitung
peserta didik. Media karbil dan kargam adalah sebuah alat bantu untuk
menyampaikan informasi melalui sebuah kartu yang berisi bilangan dan
gambar, karbil ini membantu anak mengenal angka 1-20 melalui kartu
gambar dan diharapkan anak aktif dalam mengenal konsep bilangan.
Digunakannya media karbil dan kargam diharapkan anak dapat
mengerti dan memahami bilangan disaat proses pembelajara, sehingga
penggunaan media karbil dan kargam diduga dapat efektif terhadap
kemampuan berhitung anak ketika disaat propses pembelajaran di kelas.
Adapun bagan kerangka berpikir yang telah sajikan sebagai berikut:
Kelompok Eksperimen
Tahap pretest Tahap treatment Tahap Posttest
(sebelum perlakuan) (diberikan perlakuan) (setelah perlakuan)
Kelompok Kontrol
Tahap pretest Tahap Posttest
(sebelum perlakuan) (setelah perlakuan)
D. Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan pada dua pihak yaitu kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol, pengujian hipotesis yang diharapkan adalah H0
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016
ditolak dan Ha diterima yaitu penggunaan media karbil dan kargam efektif
terhadap kemampuan berhitung anak
Efektivitas Penggunaan Media..., Maulana Nur, FKIP UMP, 2016