BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB...

21
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu setiap manusia itu berbeda-beda. Begitupula rasa ingin tahu peserta didik dalam proses pembelajaran pasti berbeda. Rasa ingin tahu peserta didik bisa disebabkan karena baru pertama kali melihat atau mendengar sesuatu yang terkait dengan pembelajaran, sehingga mereka merasa penasaran. Berikut ini beberapa definisi tentang rasa ingin tahu yang dijelaskan oleh beberapa ahli. Rasa ingin tahu dimiliki oleh setiap orang. Aly dan Rahma (2010:2) berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di dalam pikirannya. Rasa ingin tahu seseorang bisa berupa sikap dan tindakan. Daryanto (2013: 147) menjelaskan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Rasa ingin tahu berawal dari penglihatan dan pendengaran yang dilakukan oleh indra kita. Aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dapat dikatakan sebagai rasa ingin tahu terhadap materi pembelajaran. Suyadi (2013: 122) berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah aktivitas peserta Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Rasa Ingin Tahu

Rasa ingin tahu setiap manusia itu berbeda-beda. Begitupula rasa

ingin tahu peserta didik dalam proses pembelajaran pasti berbeda. Rasa

ingin tahu peserta didik bisa disebabkan karena baru pertama kali melihat

atau mendengar sesuatu yang terkait dengan pembelajaran, sehingga

mereka merasa penasaran. Berikut ini beberapa definisi tentang rasa ingin

tahu yang dijelaskan oleh beberapa ahli.

Rasa ingin tahu dimiliki oleh setiap orang. Aly dan Rahma

(2010:2) berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah kegiatan yang

bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul di

dalam pikirannya.

Rasa ingin tahu seseorang bisa berupa sikap dan tindakan.

Daryanto (2013: 147) menjelaskan bahwa rasa ingin tahu merupakan sikap

dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan

meluas dari sesuatu yang dipelajari, dilihat dan didengar. Rasa ingin tahu

berawal dari penglihatan dan pendengaran yang dilakukan oleh indra kita.

Aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dapat

dikatakan sebagai rasa ingin tahu terhadap materi pembelajaran. Suyadi

(2013: 122) berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah aktivitas peserta

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

10

didik sepanjang proses atau aktivitas mencari hingga menemukan jawaban.

Aktivitas ini terjadi dalam proses pembelajaran yang berlangsung.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sikap rasa

ingin tahu adalah sikap peserta didik yang bertujuan mencari hingga

menemukan jawaban di dalam pikiran yang mampu dipelajari, dapat

dilihat dan dapat didengar. Peserta didik yang awalnya belum tahu

menjadi tahu, belum paham menjadi paham. Dapat dikatakan tahu dan

paham apabila jawaban sudah ditemukan dengan benar dan tepat.

Rasa ingin tahu merupakan nilai karakter yang memiliki beberapa

indikator. Indikator rasa ingin tahu di sekolah menurut Daryanto dan

Darmiatun (2013: 147) sebagai berikut:

Tabel 2.1. Indikator Sikap Rasa Ingin Tahu

Rasa Ingin Tahu Indikator

Kelas 1-3 Kelas 4-6

Sikap yang selalu

berupaya untuk

mengetahui lebih

mendalam dan meluas

dari sesuatu yang

dipelajari, dilihat dan

didengar.

Bertanya kepada

pendidik dan teman

seputar materi

pelajaran.

Bertanya atau

membaca sumber di

luar buku teks tentang

materi yang terkait

dengan pelajaran.

Bertanya kepada

pendidik tentang

gejala alam yang baru

terjadi.

Membaca atau

mendiskusikan

tentang gejala alam

yang baru terjadi.

Bertanya kepada

pendidik tentang

sesuatu yang didengar

dari televisi atau radio.

Bertanya tentang

beberapa peristiwa

alam, sosial, budaya,

ekonomi, politik,

teknologi yang baru.

Bertanya kepada

pendidik tentang

beberapa peristiwa

yang dibaca dari

media cetak.

Bertanya tentang

sesuatu yang terkait

dengan materi

pelajaran tetapi di luar

dibahas di kelas.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

11

Berdasarkan tabel 2.1 di atas dapat dijelaskan bahwa indikator rasa

ingin tahu dibagi menjadi dua yaitu kelas 1-3 dan kelas 4-6. Indikator rasa

ingin tahu di kelas 1-3 meliputi: peserta didik bertanya kepada pendidik dan

teman seputar materi pelajaran yang telah disampaikan. Peserta didik bertanya

kepada pendidik tentang peristiwa alam yang baru terjadi. Peserta didik

bertanya kepada pendidik tentang sesuatu yang didengar dari televisi atau

radio. Peserta didik bertanya kepada pendidik tentang beberapa peristiwa yang

dibaca dari media cetak.

Indikator rasa ingin tahu di kelas 4-6 meliputi: peserta didik bertanya

kepada pendidik bahkan peserta didik membaca sumber di luar buku teks

tentang materi yang terkait dengan pelajaran. Peserta didik membaca dan

mendiskusikan hasil bacaan tentang gejala alam yang baru terjadi. Peserta

didik bertanya kepada pendidik tentang beberapa peristiwa yang meliputi:

alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, teknologi yang baru, peserta didik

bertanya kepada pendidik tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran

tetapi di luar yang dibahas di kelas.

2. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar erat kaitannya dengan proses pembelajaran.

Pembelajaran dilakukan untuk membuat peserta didik menjadi berprestasi.

Prestasi yang didapat oleh peserta didik dapat dikatakan sebagai

penghargaan selama mengikuti proses pembelajaran. Beberapa ahli

mengutarakan pendapatnya tentang prestasi belajar.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

12

Prestasi belajar erat kaitannya dengan pengetahuan peserta didik.

Arifin (2011: 12) menjelaskan bahwa pengertian prestasi belajar pada

umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar

meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Kata prestasi banyak

digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antaralain dalam kesenian,

oleh raga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran.

Prestasi belajar sebagai alat ukur yang bertujuan untuk mengetahui

pengetahuan peserta didik. Hamdani (2011:138) berpendapat bahwa

prestasi belajar merupakan hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar

yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf, maupun kalimat, yang

menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode

tertentu. Prestasi belajar pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari

suatu aktivitas.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi

belajar adalah hasil belajar yang diperoleh dari keseluruhan pembelajaran

dalam kurun waktu tertentu dalam mempelajari materi yang disampaikan

oleh pendidik. Prestasi belajar dapat dinyatakan dalam bentuk simbol,

huruf maupun kalimat. Prestasi belajar yang diukur seputar aspek

pengetahuan yang dimiliki peserta didik.

b. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Aspek yang diukur dalam prestasi belajar meliputi pengetahuan yang

didapat peserta didik selama pembelajaran. Prestasi belajar peserta didik dapat

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

13

meningkat dan dapat menurut. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Syah

(2011: 145) berpendapat bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh:

1) Faktor internal siswa, yaitu faktor yang berasaldari dalam diri siswa

sendiri. Faktor internal siswa meliputi dua aspek, yaitu:

a) Aspek fisiologis. Kondisi umum jasmani dan tegangan otot

(tonus) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan

sendi-sendinya dapat mempengaruhi semangat dan identitas siswa

dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah

apalagi jika disertai pusing kepala berat misalnya, dapat

menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang

dipelajarinyapun kurang atau tidak berbekas. Untuk

mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat

dianjurkan mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi.

Selain itu, siswa dianjurkan memilih pola istirahat dan olahraga

ringan yang sedapat mungkin terjadi secara tetap dan

berkesinambungan. Hal ini penting, sebab kesalahan pola makan

minum dan istirahat akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif

dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri.

b) Aspek psikologis

Aspek psikologis ini meliputi:

(1) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa. Tingkat kecerdasan

atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan keberhasilan

belajar siswa. Semakin tinggi kemampuan intelegensi siswa

maka semakin besar pula peluang untuk meraih sukses.

(2) Sikap siswa, yaitu gejala internal yang berdimensi afektif

berupa kecederungan untuk mereaksi atau merespon (response

tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,

dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.

(3) Bakat siswa, yaitu kemampuan potensial yang dimiliki

seseorang untuk keberhasilan pada masa yang akan datang.

Setiap orang memiliki bakat memiliki bakat dalam arti

berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu

sesuai dengan kapasitas masing-masing.

(4) Minat siswa, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan besar terhadap sesuatu.

(5) Motivasi siswa, yaitu suatu dorongan yang dapat membuat

anak melakukan kegiatan belajar dengan lebih baik.

2) Faktor eksternal siswa

a) Faktor lingkungan sosial

(1) Sekolah, meliputi pendidik, para staf administrasi, dan teman-

teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang

siswa.

(2) Masyarakat, yaitu tetangga dan teman-teman yang

sepermainan.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

14

(3) Keluarga, meliputi sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaa

keluarga, dan ketegangan keluarga.

b) Faktor lingkungan non sosial, meliputi gedung sekolah, dan

letaknya, rumah tempat tinggal dan letaknya, alat-alat belajar,

keadaan cuaca, serta waktu belajar yang digunakan siswa.

c) Faktor pendekatan belajar, yaitu keefektifan segala cara atau

strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan

efisiensi proses belajar materi tertentu.

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta didik adalah

faktor internal dan eksternal. Faktor internal mencakup dua aspek yaitu aspek

fisiologis dan psikologis. Aspek fisiologis meliputi fisik atau jasmani peserta

didik. Kebugaran fisik peserta didik berpengaruh dalam proses pembelajaran.

Kondisi fisik yang lemah akan membuat proses pembelajaran peserta didik

tidak fokus atau terganggu, sehingga materi pelajaran yang disampaikan tidak

dapat dipahami dengan baik.

Aspek psikologis meliputi tingkat kecerdasan peserta didik, sikap

peserta didik, bakat peserta didik, minat peserta didik, dan motivasi peserta

didik. Semakin tinggi kecerdasan peserta didik, kesuksesan proses

pembelajaran akan semakin mudah tercapai. Reaksi atau respon peserta didik

terhadap pembelajaran harus tinggi. Potensi yang dimiliki peserta didik lebih

ditekankan dalam proses pembelajaran, agar materi pembelajaran yang

disampaikan dapat tersampaikan sesuai kemampuan masing-masing. Proses

pembelajaran harus membuat gairah yang tinggi terhadap peserta didik,

pendidik memberikan dorongan yang membuat proses pembelajaran lebih

baik.

Faktor eksternal mencakup lingkungan sosial, non sosial dan

pendekatan belajar. Lingkungan sosial meliputi sekolah yang di dalamnya ada

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

15

pendidik, karyawan, dan teman-teman peserta didik yang saling memberikan

pengaruh. Non sosial meliputi tempat atau letak, seperti gedung sekolah,

tempat tinggal, alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan

peserta didik. Gedung sekolah, tempat tinggal, dan alat belajar harus memadai

sesuai kebutuhan proses pembelajaran. Cuaca yang bagus mendukung

terlaksananya pembelajaran dengan baik, sebaliknya cuaca yang buruk akan

menghambat pembelajaran serta waktu belajar peserta didik harus diimbangi

dengan istirahat yang cukup.

3. Pembelajaran IPA

a. Hakekat IPA

IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Tidak

hanya pada jenjang sekolah dasar (SD) saja. IPA juga diajarkan pada

sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menegah atas (SMA)

bahkan perguruan tinggi. Para ahli berpendapat tentang pengertian IPA.

IPA sebagai suatu pengetahuan teoritis memiliki cara-cara khas.

Aly dan Rahma (2010: 18) berpendapat bahwa IPA adalah suatu

pengetahuan teoritis yang diperoleh/ disusun dengan cara yang khas/

khusus, yaitu melakukan observasi ekperimentasi, penyimpulan,

penyusunan teori, ekperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-

mengait cara yang satu dengan cara yang lain. Cara untuk memperoleh

ilmu secara demikian ini terkenal dengan nama metode ilmiah. Metode

ilmiah pada dasarnya menerapkan suatu cara yang logis untuk

memecahkan suatu masalah tertentu.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

16

IPA memiliki tiga konsep. Prihantoro, dkk dalam Trianto (2010:

137) menjelaskan bahwa IPA hakikatnya merupakan suatu produk,

proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA merupakan sekumpulan

pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagan konsep. Sebagai suatu

proses, IPA merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari

objek studi, menentukan dan mengembangkan produk-produk sains, dan

sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat

memberi kemudahan bagi kehidupan.

IPA dipahami melalui pengamatan. Susanto (2013: 167)

berpendapat bahwa sains atau IPA adalah usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran,

serta menggunakan prosedur, dan dijelaskan dengan penalaran sehingga

mendapatkan suatu kesimpulan. IPA didefinisikan sebagai ilmu tentang

alam, yang dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu: IPA sebagai

produk, proses dan sikap.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah

cara khusus manusia dalam memahami dan mencari suatu pengetahuan

alam semesta dengan metode ilmiah yang di dalamnya menyangkut

produk, proses, dan aplikasi sehingga dapat mempermudah kehidupan.

Metode ilmiah ini saling keterkaitan, karena menyangkut observasi

ekperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, ekperimentasi, observasi.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

17

b. Tujuan IPA

IPA sebagai mata pelajaran memiliki tujuan yang harus dicapai dalam

proses pendidikan. Berhasilnya proses pendidikan di sekolah juga didukung

dengan adanya tujuan IPA, sehingga arah pendidikan yang ditempuh melalui

mata pelajaran IPA jelas. Tujuan pembelajaran IPA dikemukakan oleh

beberapa ahli.

IPA memiliki tujuan yang harus dicapai. Prihantoro dalam Trianto

(2010: 142) berpendapat, bahwa sebagai alat pendidikan yang berguna untuk

mencapai tujuan pendidikan, maka pendidikan IPA di sekolah mempunyai

tujuan tertentu, yaitu:

1) Memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup

dan bersikap.

2) Menanamkan sikap hidup ilmiah.

3) Memberikan ketrampilan untuk melakukan pengamatan.

4) Mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta

menghargai para ilmuwan penemuannya.

5) Menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan.

Adapun tujuan pembelajaran sains di sekolah dasar meurut BSNP

dalam Susanto (2013: 171), dimaksudkan untuk:

1) Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu,sikap positif dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5) Meningktatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

18

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan IPA di

sekolah dasar adalah memberikan pengetahuan kepada peserta didik tentang

ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, menanamkan sikap ilmiah untuk diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari, memberikan keterampilan melalui rasa ingin tahu

peserta didik yang berhubungan dengan lingkungan, teknologi dan masyarakat.

Menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan serta

menghargai para ilmuwan penemunya. Menerapkan metode ilmiah dalam

memecahkan permasalahan dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan alam.

c. Karakteristik IPA

IPA sebagai disiplin ilmu dan mata pelajaran memiliki ciri-ciri atau

karakteristiknya. Karakteristik IPA menurut Jacobson & Bergman dalam

Susanto (2013: 170) sebagai berikut:

1) IPA merupakan kumpulan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

2) Proses ilmiah dapat berupa fisik dan mental, serta mencermati

fenomena alam, termasuk juga penerapannya.

3) Sikap keteguhan hati, keingintahuan, dan ketekunan dalam

menyingkap rahasia alam.

4) IPA tidak dapat membuktikan semua akan tetapi hanya sebagian atau

beberapa saja.

5) Keberanian IPA bersifat subjektif dan bukan kebenaran yang bersifat

objektif.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik IPA

meliputi konsep, prinsip, hukum, dan teori yang bersifat ilmiah dalam

mencermati alam, tetapi hanya beberapa yang dapat dibuktikan karena IPA itu

subjektif dan kebenarannya tidak objektif. IPA mencermati alam bersifat

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

19

ilmiah yang di dalamnya menggunakan sikap keteguhan hati, keingintahuan

dan ketekunan.

4. Materi Pelajaran IPA

Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang digunakan

oleh sekolah, materi yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian tindakan

kelas dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel tersebut berisi tentang Standar

Kompetensi dan Kompetensi Dasar, sebagai berikut:

Tabel 2.2 SK dan KD Materi IPA Kelas V

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

7. Memahami perubahan yang terjadi

di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam

yang terjadi di Indonesia dan

dampaknya bagi makhluk hidup

dan lingkungan

7.7 Mengidentifikasi beberapa

kegiatan manusia yang dapat

mengubah permukaan bumi

Peneliti mengambil sampel di kelas V dan materi yang akan diajarkan

yaitu tentang bumi dan alam semesta dengan sub materi peristiwa alam dan

kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan bumi. Sub materi peristiwa

alam untuk siklus 1 pertemuan I dan pertemuan II. Siklus 1 pertemuan I

tentang bencana alam yang terjadi di Indonesia, dan siklus 1 pertemuan II

tentang dampak yang ditimbulkan bencana alam bagi makhluk hidup dan

lingkungan. Sub materi kegiatan manusia yang dapat mengubah permukaan

bumi untuk siklus 2 pertemuan I dan pertemuan II. Siklus 2 pertemuan I

tentang kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi permukaan bumi, dan

siklus 2 pertemuan II tentang alasan manusia melakukan kegiatan yang dapat

mempengaruhi permukaan bumi.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

20

5. Model Pembelajaran Berbasis Masalah

a. Definisi

Suatu pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran yang

berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan pembelajaran yang dilakukan.

Salah satunya dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah. Berikut ini beberapa pendapat yang dijelaskan oleh

beberapa ahli tentang pengertian model pembelajaran berbasis masalah.

Model pembelajaran berbasis masalah memberikan suatu

permasalahan yang nyata. Arends (2008: 41) berpendapat bahwa model

pembelajaran berbasis masalah berupa menyuguhkan berbagai situasi

bermasalah yang autentik dan bermakna kepada siswa. Berfungsi sebagai

batu loncatan untuk investigasi dan penyelidikan.

Peserta didik terlibat dalam penyelidikan untuk memecahkan suatu

permasalahan dalam pembelajaran. Kunandar (2007: 300) berpendapat

bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem base learning) merupakan

suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan masalah dunia nyata

sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan

keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan

dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Model pembelajaran berbasis masalah mengoptimalkan proses

kelompok. Tan dalam Rusman (2010: 229) berpendapat bahwa model

pembelajaran berbasis masalah adalah inovasi dalam pembelajaran karena

dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalkan melalui

proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

21

memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan

berpikirnya secara berkesinambungan. Perlu kiranya ada sebuah bahan

kajian yang mendalam tentang apa dan bagaimana pembelajaran berbasis

masalah ini untuk selanjutnya diterapkan dalam sebuah proses

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran yang

menggunakan masalah nyata untuk memperoleh pengetahuan dengan cara

berpikir kritis yang saling berkesinambungan sehingga masalah tersebut

dapat terpecahkan oleh peserta didik. Peserta didik dituntut untuk

menginvestigasi dan menyelidiki masalah yang disajikan atau peserta didik

harus bernalar dalam memecahkan sebuah masalah.

b. Karakteristik

Setiap model pembelajaran memiliki ciri-ciri atau karakteristik yang

berbeda. Demikian halnya dengan model pembelajaran berbasis masalahh

memiliki karakteristik tersendiri. Kunandar (2007: 354) berpendapat bahwa

karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran berbasis masalah adalah:

1) Pengajuan masalah atau pertanyaan

Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran di

sekitar pertanyaan dan masalah yang kedua-duanya secara sosial

dan pribadi sangat bermakna untuk siswa. Mereka mengajukan

situasi kehidupan nyata yang autentik, menghindari jawaban

sederhana, dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi

untuk situasi itu.

2) Berfokus pada keterkaitan atar disiplin

Pembelajaran berbasis masalah mungkin berpusat pada mata

pelajaran tertentu, namun dalam pemecahannya melalui solusi,

siswa dapat meninjaunya dari berbagai mata pelajaran.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

22

3) Penyelidikan autentik

Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa melakukan

penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian secara nyata

terhadap masalah pembelajaran. Mereka harus menganalisis dan

mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat

prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan

eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi dan merumuskan

kesimpulan. Metode penyelidikan yang digunakan bergantung pada

masalah yang sedang dipelajari.

4) Menghasilkan produk/ karya dan memamerkannya

Pembelajaran berbasis masalah menuntut siswa untuk

menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata dan

peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian

masalah yang mereka temukan. Produk dapat berupa transkip

debat, laporan, model fisik, video atau program komputer.

Berdasarkan uraian di atas terdapat empat karakteristik model

pembelajaran berbasis masalah, pertama pengajuan masalah, kedua berfokus

pada keterkaitan, ketiga penyelidikan autentik, dan keempat menghasilkan

produk atau karya. Diajukannya suatu masalah kepada peserta didik untuk

diidentifikasi dan dicari berbagai macam penyelesaiannya, berpusat pada mata

pelajaran tertentu seperti IPA. Masalah yang disajikan nyata begitu pula

dengan penyelesaian yang akan dilakukan oleh peserta didik, yang pada

akhirnya menghasilkan sebuah karya berupa laporan.

c. Langkah pembelajaran berbasis masalah

Model pembelajaran memiliki langkah-langkah tersendiri dalam

kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berbasis masalah juga memiliki

langkah-langkah atau sintaksis dalam kegiatan pembelajaran. Arends (2008:

57) mengemukakan langkah-langkah atau sintaksis pembelajaran berbasis

masalah, sebagai berikut:

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

23

Tabel 2.3 Langkah-langkah pembelajaran berbasis masalah

Fase Perilaku Pendidik

Fase 1:

Memberikan orientasi tentang

permasalahannya kepada siswa

Pendidik membahas tujuan

pembelajaran, mendeskripsikan

berbagai kebutuhan logistik penting,

dan memotivasi siswa untuk terlibat

dalam kegiatan mengatasi masalah

Fase 2:

Mengorganisasikan siswa untuk

meneliti

Pendidik membantu siswa untuk

mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas-tugas

belajar yang terkait dengan

permasalahannya

Fase 3:

Membantu investigasi mandiri dan

kelompok

Pendidik mendorong siswa untuk

mendapatkan informasi yang tepat,

melaksanakan eksperimen, dan

mencari penjelasan dan solusi

Fase 4:

Mengembangkan dan

mempresentasikan artefak dan exhibit

Pendidik membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan

artefak-artefak yang tepat, seperti

laporan, rekaman video, dan model-

model, dan membantu mereka untuk

menyampaikannya kepada orang lain

Fase 5:

Menganalisis dan mengevaluasi proses

mengatasi masalah

Pendidik membantu siswa untuk

melakukan refleksi terhadap

invertigasinya dan proses-proses

yang mereka gunakan

Tabel 2.3 di atas menerangkan sintaksis atau langkah-langkah model

pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah memiliki lima

fase dalam pembelajaran. Fase pertama memberikan orientasi tentang

permasalahannya kepada peserta didik. Pendidik menyampaikan permasalahan

yang akan dibahas. Peserta didik menyimak penjelasan dari pendidik dan

melakukan penalaran untuk memecahkan masalah.

Fase kedua mengorganisasikan siswa untuk meneliti. Pendidik

mengarahkan peserta didik untuk memahami masalah yang disajikan di lembar

kerja peserta didik dan menugaskan peserta didik untuk berdiskusi

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

24

mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan timbulnya suatu masalah. Peserta

didik berdiskusi untuk mengidentifikasi penyebab timbulnya masalah dan

merencanakan langkah penyelesaiannya.

Fase ketiga membantu investigasi mandiri dan kelompok. Pendidik

mengamati peserta didik dalam mengerjakan lembar kerja, memberikan

kesempatan untuk mencoba berbagai alternatif sehingga menemukan jawaban

terhadap masalah, memberikan bimbingan dengan mendatangi setiap peserta

didik atau kelompok untuk menanyakan kesulitan yang dihadapi. Peserta didik

berdiskusi dengan melaksanakan rencana dan strategi, mencoba berbagai

alternatif sehingga menemukan jawaban, menanyakan hal-hal yang dianggap

belum dimengerti seputar lembar kerja peserta didik.

Fase keempat mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan

exhibit. Pendidik menugaskan peserta didik untuk mempresentasikan hasil

pekerjaannya, melakukan tanya jawab terhadap hasil pekerjaan peserta didik.

Peserta didik mempresentasikan hasil pekerjaannya dan bertanya jawab dengan

memberikan saran dan perbaikan.

Fase kelima menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah.

Pendidik mengarahkan peserta didik untuk melihat dan memeriksa kembali

hasil jawabannya, apakah sudah tepat, mengevaluasi hasil belajar tentang

materi yang telah disampaikan, membuat kesimpulan bersama peserta didik

terhadap pemecahan masalah. Peserta didik memeriksa kembali hasil jawaban

dan melakukan perbaikan yang dianggap belum tepat, dengan bimbingan dari

pendidik membuat kesimpulan berupa langkah-langkah pemecahan masalah.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

25

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang dilakukanَSeamus,َC.َdkkَ (2016)َ yangَberjudulَ “The

Implementation and Evaluation of a Project Oriented Problem-Based Learning

Module in a First Year Engineering Programme”َ menjelaskanَ bagaimanaَ

sebuah proyek sirkuit berdasarkan orientasi model pembelajaran berbasis

masalah oleh sarjana teknik dalam program teknik elektro di Maynooth

University, Irlandia. Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa teknik

elektro, penelitian ini dilakukan selama 1 tahun pada semester 1 dan semesster

2. Pada semester 1 peneliti sebagai fasilitator dalam modul pembelajaran tidak

menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dan pada semester 2

menggunakan modul pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis

masalah. Berdasarkan data hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat

berbedaan kerjasama tim, kepemimpinan, komunikasi, dan motivasi mahasiswa

teknik elektro dalam menyelesaikan proyek sirkuit yang meningkat pada

semester 2. Semester 1 proyek sirkuit berjalan lambat namun pada semester 2

peneliti sebagai fasilitator menggunakan modul pembelajaran dengan model

pembelajaran berbasis masalah dalam proyek sirkuit sehingga berjalan cepat.

Penelitian yang dilakukan oleh Demikhova, N. dkk (2016) yang

berjudulَ“Using PBL and Interactive Methods in Teaching Subjects in Medical

Education” menggunakan populasi semua mahasiswa Medical Institute of

Sumy State University di Ukraina. Sampel yang diambil adalah kelas A dan B

yang berjumlah 62 orang yang diacak salah satu kelas sebagai kelompok

eksperimen (32 mahasiswa) dan lainnya sebagai kelompok kontrol (30

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

26

mahassiswa). Berdasarkan data hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat

perbedaan hasil tes akhir yang menggunakan PBL lebih tinggi 16% dari pada

yang menggunakan model tradisional dan mahasiswa dapat menyelesaikan soal

tes dalam waktu 29 menit 45 detik lebih cepat 10 menit dari model tradisional.

Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Handika dan Wangid

(2013)َ yangَ berjudulَ “Pengaruh pembelajaran berbasis masalahterhadap

penguasaan konsep dan keterampilan proses sainssiswa kelas V”, penelitian ini

merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen. Penelitian ini

menggunakan populasi siswa SD Negeri 1 Labuhan. Sampel yang diambil

adalah seluruh siswa kelas V sebanyak 74 siswa. Dibagi menjadi 2 kelas yaitu

38 siswa di kelas eksperimen dan 36 siswa di kelas kontrol. Siswa yang

mendapatkan pembelajaran berbasis masalah (kelas eksperimen) menunjukkan

bahwa secara keseluruhan kemampuan penguasaan konsep IPA tentang

cahaya lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol yang mendapatkan

pembelajaran konvensional. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai

posttestsebesar 68,78 sedangkan kelas kontrol hanya sebesar 54,50.

Berdasarkan jurnal penelitian yang dilakukan oleh Minarni (2012) yang

berjudul “Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis”, penelitian ini menggunakan metode quasy

eksperimen. Populasi pada penelitian iniseluruh siswa kelas VIII SMP Negeri

yang ada di Kota Bandung dari sekolah level atas dan sekolah level tengah

masing-masing diambil satu sekolah. Masing-masing level sekolah yang

terpilih diambil satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas untuk kelas

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

27

kontrol. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di sekolah level

atas menggunakan pembelajaran berbasis masalah lebih baik 27,01% dari pada

pembelajaran konvensional, hal ini juga terjadi di sekolah level tengah. Skor

rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis menggunkan

pembelajaran berbasis masalah sebesar 13,66 dan pada pembelajaran

konvensional sebesar 9,97.

Dari hasil penelitian di atas dijadikan acuan dan sumber bagi peneliti

untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah yang akan

dilaksanakan diharapkan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik.

C. Kerangka Pikir

Penelitian Tindakan Kelas yang akan dilaksanakan dengan judul

“Upayaَmeningkatkanَ rasaَ inginَ tahuَdanَprestasiَbelajarَ IPAَmenggunakanَ

model pembelajaran berbasis masalah di kelas V MI Muhammadiyah

Sidabowa”َiniَdilaksanakanَdenganَlangkah-langkah yang tersusun pada siklus

1 dan siklus 2. Kondisi awal proses pembelajaran yang dilakukan di MI

Muhammadiyah Sidabowa belum menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah. Rasa ingin tahu dan prestasi belajar peserta didik masih rendah. Rasa

ingin tahu masih rendah ditandai dengan peserta didik hanya memperhatikan

penjelasan pendidik dan ada juga yang bermalas-malasa, serta tidak ada

pertanyaan terkait materi yang dijelaskan oleh pendidik. Prestasi belajar masih

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

28

rendah ditandai dengan nilai UTS IPA yang belum tuntas lebih besar

persentasenya daripada yang sudah tuntas.

Perlu adanya tindakan untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi

belajar peserta didik, yaitu dengan menggunakan model pembelajaran berbasis

masalah pada setiap siklus, baik siklus 1 maupun siklus 2. Setiap siklus

memiliki 2 pertemuan yang setiap pertemuan menggunakan model

pembelajaran berbasis masalah, sehingga rasa ingin tahu dan prestasi belajar

dapat meningkat. Berikut ini adalah skema atau gambaran penelitian tersebut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir Penelitian

Rasa ingin tahu dan

prestasi belajar

meningkat

Peserta didik melaksanakan

pembelajaran menggunakan

model pembelajaran berbasis

masalah

Siklus 2

Dalam pembelajaran

pendidik menggunakan

model pembelajaran

berbasis masalah

Siklus 1 Tindakan

Rendahnya rasa

ingin tahu dan

prestasi belajar

peserta didik

Sebelum menggunakan

model pembelajaran

berbasis masalah

Kondisi awal

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahurepository.ump.ac.id/4401/3/YUSUF INSAN BAB II.pdf9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Rasa Ingin Tahu Rasa ingin tahu

29

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

tindakan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan:

1. Rasa ingin tahu peserta didik kelas V MI Muhammadiyah Sidabowa

materi bumi dan alam semesta sub materi peristiwa alam dan kegiatan

manusia yang dapat mengubah permukaan bumi dapat meningkat melalui

model pembelajaran berbasis masalah.

2. Prestasi belajar IPA peserta didik kelas V MI Muhammadiyah Sidabowa

materi bumi dan alam semesta sub materi peristiwa alam dan kegiatan

manusia yang dapat mengubah permukaan bumi dapat meningkat melalui

model pembelajaran berbasis masalah.

Upaya Meningkatkan Rasa..., Yusuf Insan Robbani, FKIP UMP 2017