BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori...
Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori...
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Ingin Tahu
a. Pengertian Ingin Tahu
Nasoetion (Hadi dan Permata, 2010:3) berpendapat rasa ingin tahu adalah
suatu dorongan atau hasrat untuk lebih mengerti suatu hal yang sebelumnya kurang
atau tidak kita ketahui. Rasa ingin tahu biasanya berkembang apabila melihat keadaan
diri sendiri atau keadaan sekeliling yang menarik. Dari pengertian ini, berarti untuk
memiliki rasa ingin tahu yang besar, syaratnya seseorang harus tertarik pada suatu hal
yang belum diketahui. Keterkaitan itu ditandai dengan adanya proses yang berpikir
akti, yakni digunakannya semua panca indera yang kita miliki secara maksimal.
Pengaktifan bisa diawali dengan pengamatan melalui mata atau mendengar informasi
dari orang lain. Saat mendapatkan data dari berbagai sumber, maka kaitkan data
tersebut satu sama lain sehingga menimbulkan suatu fenomena , yakni sembarang
objek yang memiliki karakteristik yang dapat diamati.
Sulistyowati (2012 : 74) berpendapat ingin tahu adalah sikap dan tindakan
yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Indikator kelas; 1) menciptakan suasana kelas
yang mengundang rasa ingin tahu, 2) ekplorasi lingkungan secara terprogam, 3)
tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau elektronik).
Mustari (2011 : 103) berpendapat bahwa kurioritas (rasa ingin tahu) adalah
emosi yang dihubungkan dengan perilaku mengorek secara alamiah seperti
11
eksplorasi, investigasi, dan belajar. Rasa ingin tahu terdapat pada pengalaman
manusia dan binatang, Istilah itu juga dapat digunakan untuk menunjukkan perilaku
itu sendiri yang disebabkan oleh emosi ingin tahu, karena emosi ini mewakili
kehendak untuk mengetahui hal-hal baru, rasa ingin tahu bisa diibaratkan bensin”
atau kendaraan ilmu dan disiplin lain dalam studi yang dilakukan oleh manusia.
Rasa ingin tahu yang kuat merupakan motivasi kaum ilmuwan. Sifatnya yang
bersifat heran dan kagum, rasa ingin tahu telah membuat manusia ingin menjadi ahli
dalam suatu bidang pengetahuan. Manusia itu seringkali bersifat ingin tahu, namun
tetap saja ada yang terlewati dari perhatian mereka. Rasa ingin tahu dapat
digabungkan dengan kemampuan untuk berpikir abstrak, membawa pada peniruan,
fantasi dan imajinasi yang akhirnya membawa pada cara manusia berpikir yaitu
abstrak, sadar diri atau secara sadar.
Rasa ingin tahu ini membuat bekerjanya kedua jenis otak, yaitu otak kiri dan
otak kanan, yang satu adalah kemampuan untuk memahami dan mengantisipasi
informasi, sedang yang lain adalah menguatkannya dan mengencangkan memori
jangka panjang untuk informasi baru yang mengejutkan.
Dari pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa rasa ingin tahu adalah
sebuah sikap yang dimiliki oleh setiap individu untuk mempelajari sesuatu hal yang
belum mereka ketahui untuk dipelajari lebih dalam, agar nantinya dapat bermanfaat
bagi dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan sekitar.
b. Pendidikan Rasa Ingin Tahu
Mustari (2011: 109) berpendapat bahwa untuk mengembangkan rasa ingin tahu
pada anak, kebebasan si anak itu sendiri harus ada untuk melakukan dan melayani
rasa ingin tahunya. Kita tidak bisa begitu saja menghardik mereka kita tidak tahu atau
malas saat bertanya. Yang lebih baik adalah kita berikan kepada mereka cara-cara
untuk mencari jawaban. Misalnya, apabila pertanyaan tentang Bahasa Inggris, berilah
kepada anak itu kamus; apabila pertanyaan tentang pengetahuan, berilah mereka
Ensiklopedia; dan begitu seterusnya.
c. Sumber Rasa Ingin Tahu
Hadi dan Permata (2010 : 6-8) berpendapat ada tiga sumber rasa ingin tahu yaitu :
1) Kebutuhan
Rasa ingin tahu, muncul dari kesadaran kita akan kondisi masyarakat yang
terdapat di sekitar ataupun sesuatu yang kita alami sehari-hari. Rasa penasaran
dan inginn tahu biasa kita alami jika ada suatu persoalan yang belum terselesaika,
yang misalnya karena mayarakat tidak mampu menanganinya. Ketidakmampuan
ini biasanya disebabkan karena pengetahuan dan sumber daya yang minim.
Kondisi yang demikian dapat mendorong kita untuk mencari jawaban atau solusi
persoalan tersebut. Disinilah rasa ingin tahu mulai beraksi. Orang akan mencari
cara utnuk mengatasi persoalan tersebut. Cara mengatasi persoalan tersebut bisa
dilakukan dengan membaca berbagai sumber yang berhubungan ataupun bertanya
kepada orang yang berkapasitas.
2) Keanehan
Keanehan berasal dari kata dasar aneh. Kata ini memiliki makna sesuatu
yang dianggap tidak sesuai dengan apa yang umum dilihat maupun dirasakan
karena berlawanan dengan kebiasaan atau aturan yang disepakati. Rasa ingin tahu,
bisa muncul kalau orang tersebut memandang ada suatu hal yang dianggap salah
secara umum, namun tetap berlangsung di masyarakat. Misalnya, ada suatu
perilaku masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai moral, hukum, ataupun
agama.
3) Kebutuhan Vs Keanehan
Apa bedanya rasa ingin tahu karena kebutuhan dengan rasa ingin tahu
karena keanehan? Kebutuhan, lebih berkaitan dengan ketidakmampuan
masyarakat. Rasa ingin tahu siswa ini diawali dengan upaya mencari penjelasa,
lalu berusaha member jalan keluar. Sedangkan rasa ingin tahu yang berasal dari
keanehan berkaitan dengan cara kita memaknai fenomena yang ada di
masyarakat. Secara singkat, rasa ingin tahu dari kebutuhan, dapat menghasilkan
penelitian berupa produk yang dapat dimanfaatkan, yang dapat disebut sebagai
temuan. Sedangkan rasa ingin tahu dari keanehan, tujuannya adalah
penggambaran dan penjelasan, yang kemudian disebut sebagai pemahaman.
2. Prestasi Belajar
a. Hakikat Belajar
Slameto (2010: 2) berpendapat bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya, sedangkan menurut Anthony Robbins (Trianto 2011 : 16)
berpendapat bahwa belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara sesuatu
(pengetahuan) yang sudah di pahami dan sesuatu (pengetahuan) yang baru. Dari
definisi ini dimensi belajar memuat beberapa unsur, yaitu :
1) Penciptaan hubungan
2) Sesuatu hal (pengetahuan) yang sudah dipahami dan
3) Sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Jadi dalam makna belajar, di sini bukan berangkat dari sesuatu yang benar-benar
diketahui nol ada dengan pengetahuan baru.
Dari pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa belajar merupakan suatu
usaha yang dilakukan seseorang atau siswa untuk mendapatkan sebuah ilmu atau
pengetahuan, dengan cara seperti membaca buku atau literatur, mendengarkan guru
menyampaikan materi, menulis rangkuman pelajaran, belajar dari pengalaman hidup
seseorang yang bisa menajdi panutan yang baik, dan nantinya dapat bermanfaat bagi
dirinya sendiri, orang lain atau lingkungan sekitar.
b. Prinsip –prinsip belajar
Slameto (2010: 6) berpendapat prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam
situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Namun
demikian marlah kita susun prinsip-prinsip belajar itu sebagai berikut :
1) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif meningkatkan minat
dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional
2) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada
siswa untuk mencapai tujuan instruksional
3) Belajar perlu lingkungan yang menantang dimana anak dapat mengembangkan
kemampuannya dan belajar dengan efektif
4) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya
Selain itu harus sesuai hakikat belajar yang ada, dan juga sesuai materi/bahan
yang harus dipelajari antara lain :
1) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian
yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya
2) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan
instruksional yang harus dicapainya
c. Pengertian Prestasi Belajar
Arifin (2011 : 12-13) berpendapat bahwa kata prestasi berasal dari bahasa
belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang
berarti “ hasil usaha” . Istilah “ prestasi belajar” (achivment) berbeda dengan “hasil
belajar” (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek
pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta
didik. Kata prestasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan antara lain
dalam kesenian, olahraga, dan pendidikan, khususnya pembelajaran. Prestasi belajar
merupakan suatu masalah yang bersifat dalam kehidupan manusia, karena sepanjang
rentang kehidupannya manusia selalu mengejar pretasi menurut bidang dan
kemampuan masing – masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting
untuk dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain :
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah
dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli psikologi
biasanya menyebut hal ini sebagai “tendensi keingintahuan ( couriosity ) dan
merupakan kebutuhan manusia”.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. Asumsinya
adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi pesrta didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik
(feedback) dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indicator intern dan ekstern dari suatu institusi
pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi belajar dapat dijadikan
indicator tingkat produktivitas suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah
kurikulum yang digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik.
Indikator ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat
dijadikan indicator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat. Asumsinya
adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat djadikan iindikator daya serap ( kecerdasan ) pesrta didik.
Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi focus utama yang harus
diperhatikan, karena peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh
materi pelajaran,
Berdasarkan beberapa fungsi prestasi belajar di atas, maka betapa pentingnya
kita mengetahui dan memahami prestasi belajar peserta didik , baik secara
perseorangan maupun secara kelompok, sebab fungsi prestasi belajar tidak hanya
sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tetentu, tetapi juga sebagai
indikator kualitas institusi pendidikan. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagi umpan
balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat
menentukan apakah perlu melakukan diagnosis, penempatan , atau bimbingan
terhadap peserta didik. Cronbach (1970) mengemukakan bahwa kegunaan prestasi
belajar banyak ragamnya, antara lain sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar,
untuk keperluan diagnostic, untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan, untuk
keperluan seleksi, untuk keperluan penempatan atau penjurusan, untuk menentukan
isi kurikulum, dan untuk menentukan kebijakan sekolah.
Dari pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan
sebuah hasil usaha belajar yang dilakukan oleh siswa, setelah melakukan ujian-ujian
atau mengerjakan soal-soal tes yang nantinya menunjukan ukuran kecakapan atau
ukuran prestasi belajar siswa dalam bentuk nilai.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Pendidik atau guru hendaknya juga memperhatikan faktor –faktor yang
mempengruhi prestasi belajar siswa. Hamdani (2010:139-146) faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain:
1) Faktor Internal
a) Kecedasan (intellegensi)
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaa yang dihadapinya. Setiap anak memiliki
perkembangan yang berbeda, jadi tidak heran jika akan ada anak yang
memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi daripada teman sebayanya.
Seorang anak jelas tidak akan bisa terlepas dari faktor intelegensi dalam
kaitannya denan kegiatan belajarnya, kecerdasan merupakan salah satu aspek
ang penting dan sangat menentkan berhasil atau tidaknya belajar seseorang.
Seorang murid jika mempunyai tingkat kecerdasan normal atau diatas normal,
secara potensi ia dapat mencapai prestasi yang tinggi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kecerdasan setiap
indviidu berbeda beda dan sangat berpengaruh pada proses belajar seseorang.
Seorang anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi memiliki peluang yang
besar untuk mnjadi sukses, begitu juga sebaliknya.
b) Faktor Jasmaniah
Kondisi jasmaniah pada umumnya sangat berpengaruh pada
kemampuan belajar seseorang, faktor jasmaniah yaitu pancaindra yang tidak
berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau
perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar yang membawa
kelainn tingkah laku.
Uraian tersebut menyatakan bahwa jika seseorang memiliki kelainan
jasmaniah maka proses belajarnya juga akan terganggu.
c) Sikap
Seseorang memiliki sikap yang berbeda – beda, sikap merupakan suatu
kecenderungan untuk mereaksi suatu hal, orang, atu benda dengan suka, tidak
suka, atau acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor
pengetahuan. Seseorang dalam proses belajarnya harus memiliki sikap yang
positif atau menerima sehingga ia akan memliki kemauan untuk belajar.
d) Minat
Para ahli psikologi berpendapat bahwa minat adalah suatu
kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara
terus – menerus. Minat erat kaitannya dengan perasaan senang, dapat dikakan
minat terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Seseorang yang belajar
juga dipengarui oleh minat, yaitu senang atau tidaknya seseorang pada suatu
pelajaran tertentu yang akan menjadikannya aktif dan tertarik atau sebaliknya.
e) Bakat
Setiap orang memiliki bakat yang terkadang masih tersembunyi. Bakat
adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai
keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam
arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan
kapasitas masing - masing
f) Motivasi
Motivasi adalah segala daya yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Seseorang mengalami kesuksesan belajar ditentukan oleh
besar atau tidaknya motivasi dari dirinya sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar seseorang sangat menentukan kesuksesannya di masa mendatang,
karena motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting sebagai pendorong
siswa untuk melakukan belajar. Guru harus berusaha untuk mengarahkan
perhatian siswa pada tujuan tertentu sehingga nantinya akan tumbuh suatu
keinginan atau inisiatif dari dalam diri siswa untuk melakukan belajar.
2) Faktor Eksternal
a) Keadaan Keluarga
Seseorang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga dan keluarga
merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat,keluarga merupakan
lembaga pendidikan pertama dan utama. Seseorang memiliki kesuksesan
belajar berawal dari rasa aman dalam keluarganya yang menjadikannya
terdorong untuk aktif dalam belajar.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran keluarga
sangat penting bagi seseorang. Seseorang mendapat pendidikan informal
dalam keluarga sebab keluarga sebagai tempat pertama pendidikannya yang
sangat dasar sebelum menuju pada pendidikan formal.
b) Keadaan Sekolah
Setiap orang menginginkan belajar di sekolah yang baik, karena
sekolah merupakan lembaga formal pertama yang sangat penting dalam
menentukan keberhasilan belajar siswa. Siswa memerlukan kondisi sekolah
yang baik agar dapat belajar lebih giat. Guru yang terampil dalam menyajikan
pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat – alat pelajaran, dan kurikulum
merupakan bagian dari keadaan sekolah yang perlu selalu ditingkatkan
kualitasnya demi kesuksesan belajar siswa.
c) Lingkungan Masyarakat
Masyarakat merupakan faktor penting yang berpengaruh pada prestasi
belajar. Karena lingkungan masyarakat dapat menimbulkan kesukaran belajar
anak, terutama anak – anak yang sebayanya. Apabila anak – anak yang sebaya
merupakan anak – anak yang rajin belajar, anak akan terangsang untuk
mengikuti jejak mereka. Anak akan menyesuaikan dirinya dengan
lingkungannya.
Berdasarkan uraian tentang faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa lingkungan sangatlah
berpengaruh pada proses belajar seseorang. Seseorang yang tinggal dengan
lingkungan yang mendukung dan merangsang semangat belajarnya akan
menjadikannya rajin belajar dan begitu pula sebaliknya. Masyarakat dengan
segala kebiasaannyapun akan turut mempengaruhi proses dan kesuksesan
belajar.
Dari pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa peran keluarga
sangat penting bagi seseorang. Seseorang mendapat pendidikan informal
dalam keluarga sebab keluarga sebagai tempat pertama pendidikannya yang
sangat dasar sebelum menuju pada pendidikan formal.
3. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif
Isjoni (2010 : 15) berpendapat cooperative learning artinya mengerjakan
sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu
kelompok atau satu tim. Anita Lie (Isjoni, 2010 : 16) menyebut cooperative learning
dengan istilah pemebelajaran gotong-royong, yaitu sistem pembelajaran yang
member kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja sama dengan siswa lain
dalam tugas-tugas yang terstruktur.
Cooperative learning hanya berjalan kalau sudah terbentuk suatu kelompok
atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan
yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada umumnya terdiri dan
4-6 orang saja.
Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja
sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana
keberhasilan kerja sangat dipengaruhi keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu
sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas
bersama dalam suasana kebersamaan diantara sesama anggota kelompok.
Cooperative learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau
perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja
sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana
keberhasilan kerja sangat dopengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok
itu sendiri. Cooperative learning juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas
bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesame anggota kelompok.
b. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2008 : 103) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah solusi
ideal terhadap masalah menyediakan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan
tidak dangkal kepada para siswa dari latar belakang etnik yang berbeda. Metode-
metode pembelajaran kooperatif secara khusus menggunakan kekuatan dari sekolah
yang menghapuskan perbedaan-kehadiran para siswa dari latar belakang ras atau
etnik yang berbeda untuk meningkatkan hubungan antar kelompok. Metode-metode
ini, kerja sama diantara siswa ditekankan melalui penghargaan dan tugas-tugas di
dalam kelass dan juga penghargaan oleh guru, yang coba mengkomunikasikan sikap
“semua untuk satu, satu untuk semua”. Pembelajaran kooperatif pada setiap harinya
memberikan kesempatan untuk terjadinya kontak personal yang intens di antara para
siswa dengan latar belakang ras berbeda. Ketika guru memberikan tugas kepada para
siswa dari kelompok etnik berbeda untuk bekerja sama, guru tersebut secara tegas
telah mengkomunikasikan dudkungan terhadap gagasan bahwa interaksi antar-rasial
atau antar etnik mendapat persetujuan resmi.
Isjoni ( 2010 : 16 ) berpendapat bahwa cooperative learning adalah suatu
model pembelajaran yang sangat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan
belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk
mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak
dapat bekerja sama dengan prang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang
lain.
Model pembelajaran ini telah terbukti dapat dipergunakan dalam berbagai
mata pelajaran dan berbagai usia. Aplikasinya di dalam pembelajaran di kelas, model
pembelajaran ini mengetengahkan realita kehidupan masyarakat yang dirasakan dan
dialami oleh mahasiswa dalam kesehariannya, dengan bentuk yang disederhanakan
dalam kehidupan kelas. Model pembelajaran ini memandang bahwa keberhasilan
dalam belajar bukan semata-mata hrus diperoleh dari dosen/guru, melainkan bisa juga
dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu, yaitu teman sebaya.
Keberhasilan belajar menurut model belajar ini bukan semata-mata ditentukan
oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan belajar itu akan semakin
baik apabila dilakukan secara bersama-sama dalam kelompok-kelompok belajar kecil
yang terstruktur dengan baik. Melalui belajar daru teman yang sebaya dan di bawah
bimbingan dosen/guru, maka proses penerimaan dam pemahaman peserta didik akan
semakin mudah dan cepat terhadap materi yang dipelajari. Model belajar cooperative
learning mendorong peningkatan kemampuan peserta didik dalam memecahkan
berbagai permasalahan yang ditemui selama pembelajaran , karena peserta didik
dapat bekerja sama dengan peserta didik lain dalam menemukan dan merumuskan
alternative pemecahan terhadap masalah materi pelajaran yang dihadapi.
Huda (2012: 31) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif didefisinikan
sebagai pembentukan kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang
dituntut untuk bekerja sama dan saling meningkatkan pembelajarannya dan
pembelajaran siswa-siswa lain. Hal ini tentu saja berbeda dengan pembelajaran
kompetitif (siswa bekerja saling mengalahkan satu sama lain untuk mencapai tujuan
akademik tertentu, seperti nilai “A”, yang hanya bisa diperoleh oleh satu atau
beberapa siswa saja) dan individualistic (siswa bekerja sendiri-sendiri untuk
mencapai tujuan pembelajaran yang tidak berhubungan dengan atau tidak
berpengaruh terhadap siswa-siswa lainya).
Dari pengertian di atas peneliti berpendapat bahwa cooperative learning
merupakan suatu model pembelajaran yang lebih menekankan pada kegiatan
kelompok yang terdiri dari berbagai orang atau siswa, dengan cara saling bertukar
pikiran atau gagasan untuk menyelesaikan masalah pada materi pelajaran yang akan
diteliti. Pembelajaran ini lebih pada sebuah kerja tim atau kelompok, tidak hanya
belajar apa yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan rekan belajar, sehingga
bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua Siswa berusaha sampai semua anggota
kelompok berhasil memahami danmelengkapinya.
c. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
1) Hamruni (2012 : 129 -131) berpendapat keunggulan Pembelajaran Kooperatif
sebagai suatu strategi pembelajaran adalah sebagai berikut :
a) Siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, tetapi dapat menambah
kepercayaan kemampuan berpikr sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
b) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan idea tau gagasan dengan kata-
kata (verbal) dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
c) Menumbuhkan sikap respek pada orang lain, menyadari segala
keterbatasannya, dan bersedia menerima segala perbedaan.
d) Membantu memberdayakan setiap siswa untuk lebih bertanggung jawab
dalam belajar.
e) Meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan social, termasuk
mengembangkan rasa harga diri, hubungan interpersonal, keterampilan
mengelola waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
f) Mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahaman siswa
sendiri, serta menerima umpan balik. Siswa dapat menerapkan teknik
pemecahan masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang
dibuat adalah tanggung jawab kelompoknya.
g) Meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan mengubah
belajar abstrak menjadi nyata (riil)
h) Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir, dan ini
berguna untuk proses pendidikan jangka panjang.
2) Keterbatasan atau Kelemahan Pembelajaran Kooperatif
a) Untuk memahami dan mengerti filosofi Pembelajarn Kooperatif memang
butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita mengharapakan secara otomatis
siswa dapat mengerti dan memahami filsafat cooperative learning. Untuk
siswa yang dianggap memiliki kelebihan, mereka akan merasa terhambat
oleh siswa yang dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan
semacam ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok..
b) Ciri utama dari pembelajarn cooperative learning adalah bahwa siswa saling
membelajarkan. Karena itu, tanpa adanya peer teaching yang efektif, maka
dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa jadi cara belajar
yang demikian membuat siswa tidak bisa memahami apa yang seharusnya
dipahami.
c) Penilaian yang diberikan dalam pembelajaran cooperative berdasarkan pada
hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu menyadari bahwa
sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan adalah prestasi setiap individu
siswa.
d) Keberhasilan pembelajaran cooperative dalam mengembangkan kesadaran
berkelompok memrlukan periode waktu yang cukup panjang. Hal ini tidak
mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau beberapa kali
penerapannya.
e) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang sangat
penting untuk siswa, tetapi banyak aktivitas dalam kehidupan yang hanya
didasarkan kepada kemampuan secara individual. Karena itu, idealnya
melalui pembelajaaran cooperative selain siswa belajar bekerja sama, siswa
juga harus belajar membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal
itu dalam pembelajran cooperative bukan pekerjaan yang mudah.
4. Pembelajaran Cooperative Tipe Think, Pair, and Share
a. Pengertian Think, Pair and Share
Trianto (2010 : 61) berpendapat bahwa think pair share atau berpikir
berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang
untuk mempengaruhi pola interaksi. Pembelajaran ini berkembang dari penelitian
belajar kooperatif dan waktu tunggu. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau
diskusi membutuhkan pengaturan untuk pengendalian kelas secara keseluruhan, dan
prosedur yang digunakan dalam think pair sharedapat memberi siswa lebih banyak
waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Huda (2012 : 136) dikembangkan oleh Frank Lyman memungkinkan siswa
untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, mengoptimalkan
partisipasi siswa, member kesempatan sedikitnya delapan kali lebih banyak kepada
setiap siswa untuk menunjukan partisipasi mereka kepada orang lain, bisa diterapkan
untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Kelebihan dan Kelemahan Think, Pair and share
1) Kelebihan
a) Meningkatkan partisipasi
b) Cocok untuk tugas-tugas yang sederhana (tidak terlalu terstruktur)
c) Masing-masing anggota memiliki lebih banyak kesempatan untuk
berkonstribusi pada kelomponya
d) Interaksi lebih muda
e) Pembentukannya lebih cepat dan mudah
2) Kekurangan
a) Banyak kelompok yang akan melaporkan tugas-tugas pada guru
b) Guru harus memonitor banyak kelompok
c) Lebih sedikit ide yang muncul
d) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.
Definisi mengenai model pembelajaran cooperative tipe think pair share juga
dikemukakan oleh Savage (1996 : 205) yaitu
Gunter, Estes, and Mintz (2006) describe a pair arrangement based on the work of Lyman (1981). Think, Pair, Share is a simple technique in which students learn in from one another and get to try out their ideas in a nonthreatening context before presenting them to the class. The benefits for the theacer include increased time on task in the classroom and greater quality of students’ contributions to class
discussions. Ther are four steps to think, pair, share, and a time limit on each step is
signaled by the theacer : 1) The theacer poses a question. The process of think, pair, share begins when the
theacer poses a thought-provoking question for the entir class. Question with single right answers are avoided. Questions must pose problems or dilemmas thet student will be willing and able to think about.
2) The students think individualy, responding to signal from the theacer, students are given a limited amount of think of their own answers to the problematic question. The time should be decided by by the theacer on the basis of knowledge of the students, the nature of the question, and the demands of the schedule.
3) Each student discusses his or her answer with a fellow student. The and of the “think) step a signals to the student it is time to begin working with another student ti reach consensus on an answer to the question. Each student now has a chance to try out possibillites. Togheter each pair of students can reformulate a common answer based on their collective insight to possible solutions to the problem.
4) Students share their answer with the whole class. In this final step, individuals present solutions individually or cooperatively to the wholes class, where pairs of students have constructed displays of their answers, as in a chart or diagram, each member of the pair can take credit for his or her specific contribution.
The successs and quality of the think, pair, share activity will depend on the quality of the question posed in step 1. If the question promotes genuine thought for students, genuine discussion and sharing will emerge from the successive steps.
Here is a lesson plan for our indirect instruction dialogue, following the written format provided in chapter 4 (Borich,2011 : 285)
Gunter, Estes, dan Mintz (Borich, 2011: 285) menjelaskan bahwa pengaturan
pasangan didasarkan pada pendapat Lyman. Think Pair Share merupakan teknik
sederhana yang menuntut siswa belajar dari satu sama lain dan mencoba ide-ide
mereka dalam presentasi di depan kelas. Ada empat langkah yang dilakukan untuk
menerapkan model pembelajaran TPS, antara lain:
1) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan bahwa
berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
2) Para siswa berpikir secara individual (think), menanggapi pertanyaan dari guru,
siswa diberi waktu terbatas untuk memikirkan jawaban mereka sendiri. Waktu
harus diputuskan oleh guru atas dasar pengetahuan siswa dan sifat pertanyaan.
3) Setiap siswa membahas tentang pertanyaan yang diberikan guru dengan
berpasangan (pair). Pasangan untuk berdiskusi ditentukan oleh guru secara acak,
dapat juga menggunakan permainan. Siswa dapat menentukan jawaban yang
paling masuk akal dengan bertukar pikiran bersama pasangannya.
4) Siswa mempresentasikan dan berbagi jawaban hasil diskusinya di depan kelas
(share). Siswa lain memberikan pendapat atau sanggahan terhadap jawaban
masing-masing pasangan
5. Pendidikan Kewarganegaraan
a. Pengertian pendidikan Kewarganegaraan
Muhaimin (Taniredja (2009; 11) mengatakan bahwa Pkn haruslah
diperkaya dengan tukar pikiran hingga silang pendapat sengit sekalipun tentanmg isu
penting dalam kiehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Karena
kelemahan pokok yang sekarang nampak dalam skala nasional adalah rendahnya
kemampuan menegelola konflik antar individu maupun antar kelompok. Karena itu,
Civic Education yang akan kita berikan untuk mahasiswa haruslah mampu
membekali mereka menjadi warga negara yang cakap menjalankan hak dan
kewajibannya dengan cara pengelolaan yang membawa kemajuan.
Azra (2000: 7) berpendapat pendidikan kewargaan adalah pendidikan
cakupannya lebih luas dari pendidikan demokrasi dan pendidikan HAM. Karena,
pendidikan Kewargaan mencakup kajian dan pembahasan tentang pemerintahan,
konsultasi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, hak dan kewajiban warga
negara, proses demokrasi, partisispasi aktif dan keterlibatan warga negara dalam
masyarakat madani, pengetahuan tentang lembaga-lembaga dan system yang terdapat
dalam pemerintahan, warisan politik, administrasi public dan sistem hukum,
pengetahuan tentang proses seperti kewarganegaraan aktif, refleksi kritis,
penyelidikan dan kerja sama, keadilan social, pengertian antar budaya dan
keselestarian lingkungan hidup dan hak asasi manusia.
Definisi mengenai pendidikan kewarganegaraan juga dikemukakan oleh
(Benninga, 1991 : 4):
(Benninga, 1991 : 4-5) According to gutmann’s (1987) definition, moral education is
conscious effort shared by parents, society, and professional education is a tors to
help “shape the character of less well educated people” (p19).Dari pengertian
tersebut dikatakan bahwa pendidikan moral merupakan usaha sadar yang dilakukan
oleh orang tua, masyarakat, dan pendidik untuk membentuk karakter pendidikan
orang-orang yang kurang baik.
b. Maksud dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Fathurohman dan Wuryandari (2011 : 7-8) berpendapat bahwa tujuan mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-
kompetensi sebagai berikut :
1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraa,
2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas
dalam kegatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membantuk diri berdasarkan
pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hdup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung
atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
c. Ruang Lingkup PKn
Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-
aspek sebagai berikut :
1) Persatuan dan Kesatuan bangsa meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, Cinta
lingkungan, Kebangsaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap
positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan
keadilan
2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, Tata
tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah,
Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistem hukum dan
peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.
3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan Kewajiban anak, Hak dan kewajiban
anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,
Penghormatan dan perlindungan HAM.
4) Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai
warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan
pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan
warga negara.
5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang
pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintah
daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sitem politik, Budaya
poltik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers
dalam masyarakat demokrasi.
7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi
negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka
8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia
di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan Mengevaluasi globalisasi.
d. Materi Pkn Contoh Peraturan Perundang-undangan
Pokok Bahasan Materi
Standar Kompetensi : Memahami peraturan perundang undangan tingkat
pusat dan daerah. Kompetensi Dasar : Memberikan contoh peraturan perundang-
undangan tingkat pusat dan daerah seperti pajak, anti korupsi, lalu lintas, dan
larangan merokok. Indikator : Menyebutkan peraturan/undang-undang tentang
pajak, menyebutkan berbagai macam pajak, menjelaskan pentingnya membayar
pajak, menyebutkan peraturan/ undang-undang tentang korupsi, mengidentifikasi
tindak korupsi, mengetahui para pelaku korupsi di indonesia, mengidentifikasi tata
tertib berlalu lintas, mengetahui peraturan lalu lintas, menyebutkan berbagai macam
tata tertib lalu lintas, menyebutkan peraturan/ undang-undang tentang larangan
merokok, menyebutkan larangan merokok, menyebutkan zat-zat yang terkandung
dalam rokok.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitan yang dilakukan oleh Ika Rini Ambarawati (2010) mahasiswi PGSD
Universitas Muhamadiyah Purwokerto. Hasil penelitian pada siklus I peran aktif siswa
diperoleh 36,6 % dan ketuntasan belajar matematika secara klasikal sebesar 66,7 %. Pada
siklus II peran aktif diperoleh 44,2 % dan ketuntasan belajar secara klasikal 83,3%. Pada
siklus III peran aktif siswa diperoleh 50,5 % dan ketuntasan belajar matematika secara
kalsikan 95,8 %. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah “pembelajaran matematika dengan
model pembelajaran Think Pair Share dapat meningkatkan peran aktif dan prestasi siswa”.
Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Ika Rini Ambarawati dengan
penelitian ini adalah penelitian Ika Ambarawati untuk meningkatkan peran aktif siswa dan
prestasi siswa dengan menggunakan tiga siklus. Sedangkan penelitian ini utnuk
meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi belajar (dua variable) siswa di kelas V SD N 1
Karangturi dan menggunakan dua siklus. Jadi sudah terlihat jelas perbedannya dengan
melihat variable dan berapa tahap siklus yang digunakan.
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran Think, Pair, Share merupakan salah satu model pembelajaran
yang inovatif dalam proses pembelajrannya. Melalui Think, Pair, Share itu dapat
meningkatkan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar, agar nantinya siswa dapat
berkembang sesuai dengan potensi yang ada dalam diri siswa, serta dapat meningkatkan rasa
ingin tahu siswa dan prestasi belajar siswa. Karena model pembelajaran ini menuntut
keaktifan siswa dan siswa akan berpikir kritis terhadap permasalahan yang ada pada materi
pelajaran tersebut.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis tindakan
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Diduga penggunaan model pembelajaran
kooperatife tipe Think, Pair, Share (TPS) dapat meningkatkan rasa ingin tahu dan prestasi
belajar pada materi contoh peraturan perundang-undangan melalui model pembelajaran
cooperative tipe Think, Pair, Share di kelas V SD Negeri 1 Karangturi.