BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB...

15
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Pengoptimalisasian fungsi inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah merupakan suatu penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian tersebut mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tugas pokok dan fungsi Inspektorat Kabupaten Indragiri Hulu dalam pengendalian dan pengawasan keuangan daerah. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa Inspektorat belum melaksanakan pengendalian dan pengawasan keuangan daerah yang tertuang dalam APBD secara optimal (Setiawan dan Putro, 2013). Pengaruh peran audit internal terhadap pencegahan kecurangan merupakan studi empiris yang dilakukan pada perbankan di pekanbaru. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat hubungan antar variabel penelitian sangat tinggi yang berarti bahwa hubungan antara peran audit internal dengan pencegahan kecurangan memiliki hubungan yang sangat kuat. Semakin baik peran audit internal makan pencegahan kecurangan semakin bisa dicegah (Tampubolon et al., 2014). Penelitian dengan judul Peranan Inspektorat Kabupaten Sumenep Dalam Mencegah dan Mendeteksi Fraud di Dinas Pendidikan Sumenep merupakan penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Inspektorat Kabupaten Sumenep belum maksimal dalam melaksanakan perannya terhadap pencegahan kecurangan di Dinas Pendidikan Sumenep dikarenakan tidak

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Pengoptimalisasian fungsi inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah

merupakan suatu penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Penelitian tersebut mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi tugas pokok dan

fungsi Inspektorat Kabupaten Indragiri Hulu dalam pengendalian dan pengawasan

keuangan daerah. Hasil dari penelitian menyimpulkan bahwa Inspektorat belum

melaksanakan pengendalian dan pengawasan keuangan daerah yang tertuang dalam

APBD secara optimal (Setiawan dan Putro, 2013).

Pengaruh peran audit internal terhadap pencegahan kecurangan merupakan studi

empiris yang dilakukan pada perbankan di pekanbaru. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa tingkat hubungan antar variabel penelitian sangat tinggi yang

berarti bahwa hubungan antara peran audit internal dengan pencegahan kecurangan

memiliki hubungan yang sangat kuat. Semakin baik peran audit internal makan

pencegahan kecurangan semakin bisa dicegah (Tampubolon et al., 2014).

Penelitian dengan judul Peranan Inspektorat Kabupaten Sumenep Dalam

Mencegah dan Mendeteksi Fraud di Dinas Pendidikan Sumenep merupakan

penelitian yang menggunakan teknik pengumpulan data dengan wawancara

mendalam, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

Inspektorat Kabupaten Sumenep belum maksimal dalam melaksanakan perannya

terhadap pencegahan kecurangan di Dinas Pendidikan Sumenep dikarenakan tidak

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

7

melakukan pengawasan sejak tahap perencanaan atau penyusunan anggaran.

Inspektorat Kabupaten Sumenep juga menjalankan perannya dalam pendeteksian

fraud di Dinas Pendidikan Kabupaten Sumenep dengan melakukan audit

pengelolaan keuangan dan aset setiap tahun anggaran berlangsung (Furqani dan

Hafidhah, 2015).

Pengaruh pengalaman audit, skeptisme profesional dan pengetahuan audit pada

indikasi temuan kerugian daerah merupakan penelitian yang dilakukan pada

Inspektorat Kabupaten Klungkung dan Karangasem. Hasil penelitian

mengindikasikan bahwa pengalaman audit berpengaruh positif terhadap indikasi

temuan kerugian daerah. Semakin berpengelaman seorang auditor, maka semakin

tinggi pula auditor mengindikasikan temuan kerugian daerah. Skeptisme

prodesional yang tinggi merupakan tuntutan agar seorang auditor dapat

melaksanakan proses audit dengan sebaik mungkin. Begitu juga pengetahuan audit,

semakin tinggi pengetahuan audit seorang auditor maka semakin tinggi pula

penemuan kerugian daerah dapat terindikasi (Trisna dan Aryanto, 2016).

Selanjutnya pencegahan fraud dalam pengelolaan keuangan desa merupakan

penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh variabel kompetensi aparatur dan

sistem pengendalian internal terhadap pencegahan fraud dalam pengelolaan keuangan

desa dengan moralitas sebagai pemoderasi. Sampel yang digunakan dalam penelitian

yaitu 57 desa di Kabupaten Buleleng yang menerima dana desa. Hasil dari penelitian ini

yaitu kompetensi aparatur dan sistem pengendalian intern berpengaruh signifikan

terhadap pencegahan fraud pengelolaan keuangan desa. Moralitas yang digunakan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

8

sebagai variabel moderasi juga terbukti dapat memoderasi pengaruh kompetensi aparatur

dan sistem pengendalian internal (Atmadja dan Saputra, 2017).

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Peran Inspektorat Daerah

Inspektorat Daerah Kabupaten Flores Timur merupakan unsur pengawasan

penyelenggaraan pemerintah daerah dipimpin oleh Inspektur yang berada dibawah

dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah diatur dalam

Peraturan Bupati Nomor 73 tahun 2016 tentang Kedudukan, Struktur Organisasi,

Tugas dan Fungsi Serta Tata Kerja Inspektorat Daerah Kabupaten Flores Timur.

Tujuan dari Peraturan Bupati ini adalah terwujudnya tata kelola pemerintahan yang

efisien dan efektif, terwujudnya penataan kelembagaan berdasarkan pembagian

tugas yang jelas dan tercapainya penyelenggaraan pemerintaha, pengelolaan

pembangunan dan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat secara terkendali dan

bertanggung jawab.

Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP), posisi serta peran

Inspektorat Daerah sangat strategis. Peran APIP yang efektif dapat ditinjau melalui

kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan dan kegiatan pengawasan lain atas

penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka memberikan keyakinan

memadai bahwa kegiatan sudah dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam

rangka mewujudkan tata kelola kepemerintahan yang baik. dalam artian yang

sederhana, tujuan pengawasan adalah memahami serta menemukan adanya

kesalahan untuk memperbaikinya di masa yang akan datang (Arsana, 2016).

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

9

Permendagri Nomor 47 tahun 2011 merumuskan peran dari Inspektorat Daerah

Kabupaten/Kota yaitu melakukan:

1. Pengawasan terhadap pelaksanaan urusan pemerintah di daerah

kabupaten/kota (urusan wajib dan urusan pilihan) dengan menyusun dan

menetapkan kebijakan pengawasan di lingkungan penyelenggaraan pemerintah

daerah kabupaten/kota.

2. Pengawasan pelaksanaan urusan pemerintah desa dengan ruang lingkup:

a. Pengawasan pada pemerintah desa.

b. Pengawasan pelaksanaan tugas pembantuan di kabupaten/kota.

c. Pemeriksaan khusus terkait dengan adanya pengaduan.

3. Pembinaan di lingkungan penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota

dan desa dengan ruang lingkup:

a. Pendampingan/asistensi meliputi:

Asistensi dalam penyusunan neraca aset pada unit kerja di lingkungan

penyelenggaraan pemerintah daerah kabupaten/kota dan desa.

Asistensi penerapan SPIP di lingkungan penyelenggaraan pemerintah

daerah kabupaten/kota.

b. Koordinasi dan sinergitas terhadap:

Pelaksanaan rakorwasnas dan rakorwasda.

Penyusunan Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)

berdasarkan risk based audit plan.

Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

10

2.2.2 Tinjauan Pengawasan

2.2.2.1 Pengertian pengawasan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan

dan Pengawasan Penyelenggaraan pemerintah Daerah, pembinaan dan pengawasan

oleh Inspektorat Kabupaten/Kota dilaksanakan untuk menjaga akuntabilitas

pengelolaan keuangan desa yang meliputi laporan pertanggungjawaban

pengelolaan keuangan desa, efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan desa,

dan pelaksanaan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Selanjutnya hasil pengawasan oleh APIP dituangkan dalam bentuk

laporan hasil pengawasan dan disampaikan kepada pimpinan instansi masing-

masing. Laporan hasil pengawasan bersifat rahasia, tidak boleh dibuka kepada

publik dan tidak boleh diberikan kepada publik kecuali ditentukan lain sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

APIP melakukan pemeriksaan atas dugaan penyimpangan yang dilaporkan

oleh masyarakat serta melakukan koordinasi dengan aparat penegak hukum.

Koordinasi yang dilakukan dalam bentuk pemberian informasi, verifikasi,

pengumpulan data dan keterangan, pemaparan hasil pemeriksaan penanganan

laporan dan pengaduan dan bentuk koordinasi lain.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

11

2.2.2.2 Jenis-jenis Pengawasan

Menurut Instruksi Presiden Republik Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat, jenis-jenis pengawasan yaitu:

1. Pengawasan Melekat.

Pengawasan melekat merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat

sebagai pengendalian yang terus menerus, dilakukan oleh atasan langsung

terhadap bawahannya, secara preventif atau represif agar pelaksanaan tugas

bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan rencana

kegiatan dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Pengawasan Fungsional

Pengawasan fungsional merupakan pengawasan yang dilakukan oleh

aparat pengawasan secara fungsional baik intern pemerintah maupun ekstern

pemerintah, yang dilaksanakan terhadap pelaksanaan tugas umum

pemerintahan dan pembangunan agar sesuai dengan rencana dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

3. Pengawasan Masyarakat

Pengawasan masyarakat merupakan pengawasan yang dilakukan oleh

warga masyarakat yang disampaikan secara lisan atau tertulis kepada Aparatur

Pemerintah yang berkepentingan, berupa sumbangan pikiran, saran, gagasan

atau keluhan/ pengaduan yang bersifat membangun yang disampaikan baik

secara langsung maupun melalui media.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

12

4. Pengawasan Legislatif

Pengawasan legislatif merupakan pengawasan yang dilakukan oleh lembaga

perwakilan rakyat terhadap kebijaksanaan dan pelaksanaan tugas-tugas umum

pemerintahan dan pembangunan.

2.3 Tinjauan Dana Desa

2.3.1 Pengertian Dana Desa

Dana desa merupakan dana yang sumbernya dari Anggaran Pendapatan

Belanja Negara (APBN) yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat. Dana desa

tersebut ditransfer melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD)

Kabupaten/Kota serta digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah,

pembangunan serta pemberdayaan masyarakat dan juga kemasyarakatan. Pada

awalnya dana desa diberikan untuk mengganti program pemerintah yang dahulu

sebutannya adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM).

Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

bahwa Pemerintah mengalokasikan dana Desa melalui mekanisme transfer kepada

Kabupaten/Kota. Alokasi dana Desa paling sedikit 10% dari dana perimbangan

yang diterima Kabupaten/Kota dalam anggaran Pendapatan Belanja Daerah setelah

dikurangi Dana Alokasi Khusus. Besaran alokasi anggaran yang peruntukkannya

langsung ke Desa ditentukan 10% (sepuluh perseratus) dari dan diluar dana

Transfer Daerah (on top) secara bertahap.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

13

2.3.2 Pengelolaan Dana Desa

Dalam pengelolaan keuangan desa pemerintah harus mengatur keuangan desa

tersebut agar tidak menimbulkan masalah. Pemerintah mengupayakan adanya

pengelolaan alokasi dana desa dengan prinsip-prinsip kebijakannya yaitu

mendorong semangat desentralisasi dan dialokasikan secara adil, transparan dan

akuntabel. Asas pengelolaan keuangan desa tertuang dalam Permendagri nomor

113 tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang memberikan arah

penyempurnaan atas Permendagri nomor 37 tahun 2007 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Desa. Penjelasan asas-asas pengelolaan keuangan desa

menurut (BPKP, 2015) yaitu:

1. Transparan yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan masyarakat dapat

mengetahui dan mendapat akese informasi mengenai keuangan desa secara

luas.

2. Akuntabel yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir

kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa harus dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

3. Partisipatif yaitu penyelenggaraan pemerintah desa mengikutsertakan

kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.

4. Tertib dan disiplin anggaran yaitu pengelolaan keuangan desa harus

mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

Dana desa dialokasikan sejak tahun 2015 yang lalu sesuai dengan amanat

Undang-undang nomor 6 tahun 2014 tentang Desa dan Peraturan Pemerintah

nomor 60 tahun 2014 tentang Dana Desa yang bersumber dari APBN dan terakhir

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

14

kali diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2016. Untuk pelaksanaan

teknis Peraturan Pemerintah Tersebut diatur dalam Peraturan Menteri

Keuangan nomor 50/PMK.07/2017 yang telah mengalami perubahan melalui PMK

112/PMK.07/2017 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa,

khususnya ketentuan terkait Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan, dan Evaluasi

Dana Desa. PMK nomor 50/PMK.07/2017 juga telah mengalami perubahan untuk

kedua kalinya dalam PMK nomor 225/PMK.07/2017. Dalam peraturan tersebut,

mekanisme pencairan dana desa melalui 3 tahap skema baru. Pencairan dana desa

tahap 1 sebesar 20% pada bulan Januari 2018, tahap 2 sebesar 40% dan tahap 3

sebesar 40% dimana hal tersebut berbeda dengan tahapan seperti biasanya yang

hanya ada 2 tahap.

Berdasarkan APBN Tahun 2018, Pemerintah mengalokasikan Dana Desa

tahun 2018 dengan tujuan meningkatkan pelayanan publik di desa, mengentaskan

kemiskinan, memajukan perekonomian desa, mengatasi kesenjangan pembangunan

antardesa, serta memperkuat masyarakat desa sebagai subjek dari pembangunan.

Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, Presiden memberikan arahan agar

pelaksanaan Dana Desa dilakukan dengan skema padat karya tunai (Cash For

Work), dan dapat dilaksanakan mulai bulan Januari 2018.

2.4 Akuntabilitas

Menurut Tokyo Declaration of Guidelines on Public Accountability (1985)

dalam (Rosjidi, 2001), akuntabilitas merupakan kewajiban setiap individu untuk

mengelola sumber daya publik serta yang berkaitan dengan pertanggungjawaban

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

15

fiskal, manajerial, dan kegiatan. Akuntabilitas yaitu pertanggungjawaban oleh

pihak-pihak yang diberi kepercayaan oleh masyarakat/individu untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan. Pertanggungjawaban yang dimaksud berkaitan

dengan aktivitas birokrasi dalam memberikan pelayanan sebagai kontra prestasi

atas hak-hak dari masyarakat (Ulum dan Sofyani, 2016).

Jenis akuntabilitas yang dikemukakan oleh Ulum dan Sofyani (2016) yaitu

sebagai berikut:

1. Akuntabilitas Keuangan

Akuntabilitas keuangan merupakan konsep pemahaman yang luas dimana

menyarankan agar pemerintah memberikan laporan tentang penguasaan atas

dana-dana publik serta penggunaannya. Disamping memberikan laporan

pemerintah juga harus dapat mempertanggungjawabkan.

2. Akuntabilitas Kinerja

Tujuan dari Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang akuntabilitas

kinerja instansi pemerintah adalah untuk memperbaiki sense of accountability

pada jajaran pemerintah pusat dan daerah. Ruang lingkup dari akuntabilitas

kinerja adalah pertanggungjawaban yang meliputi keseluruhan yang berkaitan

dengan tanggung jawab atas amanah yang telah diberikan.

2.5 Transparansi

Undang-Undang nomor 14 tahun 2008 telah mengatur keterbukaan informasi

publik dimana informasi merupakan suatu keterangan, pernyataan, gagasan, dan

tanda-tanda yang mengandung nilai, makna, fakta, serta penjelasannya yang dapat

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

16

dilihat, didengar, dan dibaca serta disajikan dalam berbagai kemasan dengan format

yang sesuai. Transparansi dapat membantu mengurangi peluang kecurangan seperti

korupsi dan kecurangan yang lainnya di kalangan pemerintah karena terlihat bahwa

segala proses dan hasil kegiatan yang dilakukan pemerintah dapat terlihat.

Transparansi dibangun atas dasar informasi yang bebas dimana proses yang

dilaksanakan pemerintah secara keseluruhan serta informasi dari berbagai lembaga

dengan mudah dapat diakses semua pihak yang memiliki kepentingan. Indikator

transparansi menurut Sriwijayanti (2018) yaitu tersedianya dokumen anggaran

yang dengan mudah diakses, tersedianya laporan pertanggungjawaban yang tepat

waktu, terakomodasinya suara dan usulan rakyat, serta adanya sistem pemberian

informasi untuk publik.

2.6 Kecurangan (Fraud)

Menurut Black’s Law Dictionary dalam buku Gee (2015), fraud adalah suatu

tindakan penipuan atau ketidakjujuran yang dilakukan secara sengaja oleh satu

pihak atau lebih yang pada umumnya dilakukan untuk memperoleh keuntungan

finansial.

Jenis-jenis kecurangan menurut Association of Certified Fraud Examiners,

yaitu:

1. Korupsi (Corruption)

Korupsi merupakan salah satu jenis kecurangan yang sulit didteksi karena

korupsi bersangkutan dengan kerja sama antara satu phak dengan pihak lain

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

17

yang tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan menempuh cara

yang salah.

2. Penyalahgunaan Aset (Asset Missappropriation)

Penyalahgunaan aset merupakan penyimpakan atas aset yang dimiliki

perusahaan atau pihak lain. Penyalahgunaan aset digolongkan ke dalam

kecurangan kas (pencurian dan pengeluaran secara curang) dan kecurangan

atas persediaan dan aset lainnya yang merupakan kecurangan berupa pencurian

dan pemakaian persedian dan aset lainnya untuk kepentingan pribadi.

3. Kecurangan Laporan Keuangan

Kecurangan laporan keuangan merupakan tindakan yang dilakukan oleh

pejabat atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi dan keadaan

keuangan yang sebenarnya dengan cara merekayasa keuangan dalam penyajian

laporan keuangan.

Secara umum, kecurangan (fraud terjadi karena tiga hal yang kemungkinan

bisa terjadi dalam waktu yang bersamaan, diantaranya yaitu:

1. Peluang (Opportunity)

Pada umumnya, peluang muncul disebabkan oleh lemahnya sistem

pengendalian internal dalam organisasi. Terbukanya peluang ini dapat

mempengaruhi individu ataupun kelompok yang sebelumnya tidak memiliki

motif untuk bertindak curang.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

18

2. Motivasi (Pressure)

Contoh motivasi yaitu sifat buruk misalnya seperti hutang yang berlebihan dan

target kerja yang tidak terealisasi dapat memotivasi individu atau kelompok

untuk bertindak curang.

3. Rasionalisasi.

Rasionalisasi terjadi disebabkan oleh individu atau kelompok mencari

pembenaran atas aktifitas yang dilakukan yang mengandung kecurangan.

Individu atau kelompok tersebut meyakini bahwa apa yang telah dilakukannya

bukan merupakan suatu tindakan curang. Pada beberapa kasus ditemukan

bahwa kondisi pelaku yang bertindak curang tergoda melakukan tindakan

curang karena beranggapan bahwa rekannya yang melakukan hal yang sama

juga tidak menerima sanksi atas apa yang telah dilakukannya.

Pendeteksian kecurangan dapat dilakukan melalui identifikasi indikator

penyebab kecurangan yang perlu ditindaklanjuti oleh auditor untuk di investigasi.

Faktor-faktor penyebab sulitnya mendeteksi adanya kecurangan yaitu

karakteristik kecurangan, pemahaman standar audit tentang pendeteksian

kecurangan, lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit serta

metode prosedur audit yang tidak efektif dalam mendeteksi kecurangan. Menurut

Associaton of Certified Fraud Examiners dalam penelitian Taufik (2011), gejala

fraud atau red flags dikategorikan kedalam enam kategori yaitu adanya anomali

(keganjilan atau keganjalan) akuntansi, kelemahan pengendalian internal,

anomali analisis, perubahan gaya hidup, perilaku tidak lazim, pengaduan dan

pemberian informasi dari pihak ketiga. Sedangkan menurut ACFE (2018) bahwa

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

19

gejala kecurangan atau top red flags pada kasus korupsi yaitu dari 43% hidup diluar

kemampuan mereka, 34% memiliki hubungan yang sangat dekat dengan

vendor/pelanggan, 23% karena kesulitan keuangan, dan 21% sikap pedagang lihay.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38422/3/BAB II.pdf · BAB II KAJIAN PUSTAKA . 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu . ... 2. Pengawasan Fungsional

20