BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan …digilib.unila.ac.id/4820/141/BAB II.pdf · 2.2...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Belajar dan …digilib.unila.ac.id/4820/141/BAB II.pdf · 2.2...
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Belajar dan Pembelajaran
2.1.1 Teori Belajar
A. Belajar
Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya
(Slameto,2010:2).
Durton mengartikan belajar adalah suatu perubahan dalam diri individu sebagai
hasil interaksi lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan dan menjadikannya
lebih mampu melestarikan lingkungan secara memadai. “Learning is a change the
individual due to interaction of that individual and his environments which fills a
need and makes him capable of dealing adequality with his environment”
(Mutadi, 2007:12).
Menurut Hilgrad dan Bower dalam buku Baharuddin (2010:13) Belajar (to learn)
memiliki arti : to gain knowledge, comprehension, or mastery of trough
experience or study, to fix in the mind or memory; memorize; to acquire trough
experience, to become in forme of to find out.
Menurut definisi tersebut, belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan
atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai
12
pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian,
belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang
sesuatu. Sedangkan menurut James O. Wittaker dalam buku Aunurrahman
(2009:35) belajar adalah proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah
melalui latihan atau pengalaman.
Pendapat di atas, dapat penulis simpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang
ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil
dari berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap, tingkah
laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang
ada pada individu yang belajar.
Proses terjadinya belajar sangat sulit diamati. Karena itu orang cenderung melihat
tingkah laku manusia untuk disusunmenjadi pola tingkah laku yang akhirnya
tersusunlah suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar yang bermanfaat
sebagai bekal untuk memahami, mendorong dan memberi arah kegiatan belajar.
B. Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Slameto (2010:27) Prinsip-prinsip belajar yang dapat dilaksanakan
dalam situasi dan kondisi yang berbeda dan oleh setiap peserta didik secara
individual adalah sebagai berikut :
1. Berdasar prasyarat yang diperlukan untuk belajar
Dalam belajar peserta didik diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan
membimbing untuk mencapai tujuan intruksional.
13
2. Sesuai hakikat belajar
Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang lain)
sehingga mendapat pengertian yang diharapkan stimulus yang diberikan dapat
menimbulkan respon yang diharapkan.
3. Sesuai materi atau bahan yang akan dipelajari.
Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur penyajian yang
bisa ditangkap pengertiannya.
4. Syarat keberhasilan belajar
Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga peserta didik dapat belajar
dengan tenang.
C. Teori-Teori Belajar
Menurut Indah Kosmiyah (2012:34-43) beberapa teori belajar yang yang relevan
dan dapat diterapkan dalam kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan
antara lain :
Pertama, menurut teori belajar kognitif, belajar adalah pengorganisasian aspek-
aspek kognitif dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Teori ini menekankan
pada gagasan bahwa bagian suatu situasi saling berhubungan dalam konteks
situasi secara keseluruhan.
Kedua, menurut teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan
ditunjukan untuk kepentingan memanusiakan manusia, yaitu mencapai aktualisasi
diri peserta didik yang belajar secara optimal.
14
Ketiga, menurut teori belajar sibernetik, belajar adalah mengolah informasi (pesan
pembelajaran), proses belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Keempat, menurut teori belajar konstruktivism, belajar adalah menyusun
pengetahuan dari pengalaman konkret, aktivitas kolaborasi, refleksi serta
interpretasi.
Menurut Brunner dalam buku Sukiman (2012:30) ada tiga tingkatan utama modus
belajar, yaitu pengalaman langsung (enactive), pengalaman piktorial/gambar
(iconic), dan pengalaman abstrak (symbolic).
Uraian di atas memberikan petunjuk bahwa agar proses belajar mengajar dapat
berjalan dengan baik, peserta didik sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua
alat inderanya. Guru berupaya menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat di
proses dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk
menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi
tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan.
2.1.2 Teori Pembelajaran
Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi,
ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru
dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
a) Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu
kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran
15
merupakan suatu upaya menciptakan kondisi agar terjadi kegiatan belajar. Dalam
hal ini pembelajaran diartikan juga sebagai usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumer belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta
didik. Menurut Warsita pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat peserta
didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik. Menurut
Corey pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara
disengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu
dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,
pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan (Trianto, 2009:85).
Sedangkan dalam UU No. 2 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 1 ayat 20,
pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar (Dalam buku Indah Kosmiyah, 2012:4).
Berdasarkan kesimpulan di atas bahwa pembelajaran adalah suatu usaha untuk
memajukan peserta didik dalam menerima pembelajaran di lingkungan sekolah.
b) Prinsip-Prinsip Pembelajaran
Beberapa prinsip-prinsip yang dikembangkan dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut :
1. Pengendalian Kelas
Pembelajaran efektif pertama-tama membutuhkan kemampuan pengajar untuk
mengendalikan kelas, yaitu mengkondisikan peserta didik agar dengan antusias
bersedia mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti instruksi pengajar.
Pengendalian kelas merupakan kunci pertama keberhasilan pembelajaran.
16
Kegagalan ataupun pengendalian kelas yang kurang maksimal akan berakibat
kegagalan atau minimal keberhasilan pembelajaran kurang optimal. Intinya,
pengendalian kelas merupakan upaya membuat peserta didik secara mental siap
untuk dibelajarkan.
2. Membangkitkan minat eksplorasi
Setelah peserta didik secara mental siap belajar, tugas guru adalah meyakinkan
peserta didik betapa materi pembelajaran yang tengah mereka pelajari penting dan
mudah dipelajari, sehingga menggugah minat mereka untuk mempelajarinya.
3. Penguasaan konsep dan prosedur mempelajarinya
Tugas inti seorang guru secara profesional adalah memperkenalkan konsep dasar
dari materi pelajaran yang tengah dipelajari, dimulai dari sisi termudah dan paling
menarik. Guru yang benar-benar menguasai materi pelajaran pasti menemukan
banyak cara untuk membuat anak didiknya memahami materi pelajaran, dan bila
perlu membuat kiasan, terutama untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak.
4. Latihan
Pemahaman dalam sekali proses akan sangat mudah menguap oleh berbagai
aktivitas lain peserta didik. Memberikan latihan demi latihan baik berupa latihan
di kelas atau pemberian tugas-tugas tertentu merupakan wahana untuk
memperkuat penguasaan materi yang telah dipelajari. Pemberian tugas dan latihan
mutlak diberikan agar peserta didik berlatih secara terstruktur, sekalipun secara
mandiri mereka mungkin saja mempelajarinya.
17
Hal yang harus diperhatikan dalam pemberian latihan meliputi ketercakupan
materi pelajaran. Itu sebabnya kisi-kisi materi pelajaran harus disusun sejelas
mungkin, sehingga dalam pemberian latihan dan penugasan benar-benar meluas
dan mendalam.
5. Kendali Keberhasilan
Tugas guru tidak cukup hanya menyampaikan materi pelajaran, tetapi lebih dari
itu guru harus memastikan seluruh peserta didik menguasainya. Penjajagan
terhadap penguasaan materi pelajaran oleh peserta didik harus dilakukan baik
selama proses pembelajaran, latihan maupun penugasan.
c) Teori-Teori Pembelajaran
Menurut Indah Kosmiyah (2012:44-47) berdasarkan teori yang mendasarinya
yaitu teori psikologi dan teori belajar maka teori pembelajaran ini dibedakan ke
dalam lima kelompok, yaitu :
1. Teori Pendekatan Modifikasi Tingkah Laku
Teori pembelajaran ini menganjurkan guru menerapkan prinsip penguatan
(reinforcement) untuk mengidentifikasi aspek situasi pendidikan yang penting dan
mengatur kondisi sedemikian rupa yang memungkinkan peserta didik dapat
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran. Pengenalan karakteristik peserta didik dan
karakteristik situasi belajar perlu dilakukan untuk mengetahui setiap kemajuan
belajar yang diperoleh peserta didik.
2. Teori Pembelajaran Konstruk Kognitif
Menurut teori ini prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi
internal peserta didik yang terjadi selama pengalaman belajar diberikan di kelas.
18
Pengalaman belajar yang diberikan oleh peserta didik harus bersifat penemuan
yang memungkinkan peserta didik dapat memperoleh informasi dan ketrampilan
baru dari pelajaran sebelumnya.
3. Teori Pembelajaran Berdasarkan Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut teori ini, untuk belajar peserta didik harus mempunyai perhatian
responsif terhadap materi yang akan dipelajari dan semua proses belajar
memerlukan waktu. Setiap peserta didik yang sedang belajar selalu terdapat suatu
alat pengatur internal yang dapat mengontrol motivasi. Pengetahuan tentang hasil
yang diperoleh di dalam proses belajar merupakan faktor penting sebagai
pengontrol.
4. Teori Pembelajaran Berdasarkan Analisis Tugas
Hasil penerapan teori pembelajaran terkadang tidak selalu memuaskan. Oleh
karena itu, sangat penting untuk mengadakan analisis tugas secara sistematis
mengenai tugas-tugas pengalaman belajar yanng akan diberikan kepada peserta
didik, yang kemudian disusun secara hierarkis dan diurutkan sedemikian rupa
sehingga tergantung dari tujuan yang ingin dicapai.
5. Teori Pembelajaran Berdasarkan Psikologi Humanistis
Prinsip yang harus diterapkan adalah bahwa guru harus memperhatikan
pengalaman emosional dan karakteristik khusus peserta didik seperti aktualisasi
diri peserta didik. Inisiatif peserta didik harus dimunculkan, dengan kata lain
peserta didik harus selalu dilibatkan dalam proses pembelajaran.
19
2.2 Karakteristik Supervisi Akademik
2.2.1 Pengertian Supervisi
Istilah pembinaan guru sebenarnya berasal dari kurikulum SD, SMP dan SMA
tentang pembinaan guru dalam berbagai kepustakaan baik di Indonesia baik di
Negara-Negara asing sering di istilahkan dengan supervisi.
Menurut Hamza (2010:169) “secara terminology pembinaan guru (supervisi)
sering di artikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama
bantuan yang yang berwujud layananan professional yang dilakukan kepala
sekolah, pemilik sekolah, pengawas serta Pembina lain untukm meningkatkan
proses dan hasil belajar”. Selain itu Menurut Purwanto (2003:32) “Supervisi
adalah suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru
dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif”.
Menurut Hamza (2010:169) berdasarkan pengertian tersebut nyatalah bahwa
pembinaan guru dalam suvervisi adalah sebagai berikut :
1) Serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional.
2) Layananan Profesional tersebut diberikan oleh orang yang lebih ahli ( kepala
sekolah, Pemilik Sekolah, pengawas dan ahli lainya )
3) Maksud layanan professional tersebut adalah agar dapat meningkatkan
kualitas proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang
direncanakan tercapai.
Dalam rumusan yang rinci Djajadisastra mengemukakan pembinaan guru atau
suvervisi sebagai berikut :
20
1) Memperbaiki tujuan khususmengajar guru dan belajar siswa
2) Memperbiki materi ( bahan ) kegiatan belajar mengajar
3) Memperbaiki metode, yaitu dengan cara menggorganisasikan kegiatan belajar
mengajar
4) Memperbaiki penilaian atas media
5) Memperbaiki penilian proses belajar mengajar dan hasilnya.
6) Memperbaiki pembimbingan siswa atas kesulitan belajarnya.
7) Memperbaiki sikap guru atas tugasnya.
Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa supervisi merupakan sarana atau alat
untuk membina guru dalam mengajar untuk mencapai hasil yang maksimal.
Pembinaan guru harus dilakukan secara rutin untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan guru dalam mengajar.
2.2.2 Tujuan Supervisi
Menurut Hamza (2010: 171) tujuan-tujuan supervisi atau pembinaan guru
bertujuan sebagai berikut :
1) Memperbaiki proses belajar mengajar
2) Perbaikan tersebut dilakukan melalui pembinaan professional
3) Yang melakukan pembinaan adalah pembina.
4) Sasaran pembinaan adalah guru atau orang lain yang ada kaitannya.
5) Secara jangka panjang maksud pembinaan tersebut adalah memberikan
kontribusi bagi pencapaian tujuan pendidikan.
Selain itu Hamza (2010:171) juga mengemukakan “ bahwa supervisi juga
berfungsi untuk mengordinasi, mentimulasi dan mengarahkan peryumbuhan-
21
pertumbuhan guru; mengordinasi semua usaha sekolah, memperlengkapi
kepemimpinan sekolah, memperluas pengelaman-pengelaman guru, mestimulasi
uasaha-uasaha yang kraetif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus,
menganalisis situasi belajar, memberikan pengetahuan dan keterampilan guru dan
staff, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan
kemampuan guru”.
Menurut Arikunto (2005:40) “tujuan supervisi dapat dikelompok menjadi dua
yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum bertujuan untuk memberikan
bimbingan bantuan teknis kepada guru agar mampu meningkatkan kualitas
kerjanya terutama dalam proses pembelajaran. Secara khusus bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dan guru, meningkatkan efektivitas kurikulum dan
efisiensi sarana/prasarana, dan kualitas situasi umum sekolah”.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan supervisi adalah
memberikan bimbingan kepada guru dan siswa dalam meningkatkan kemampuan
dalam proses belajar-mengajar sehingga dapat membantu meningkatkan sumber
daya manusia terutama di lingkungan pendidikan.
2.2.3 Teknik Supervisi
Satu di antara tugas kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi akademik.
Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan keterampilan
konseptual, interpersonal dan teknikal Glickman (2007:245). Oleh sebab itu,
setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa kemampuan
menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan supervisi
akademik.
22
Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan
kelompok seperti gambar berikut :
Gambar 1. Teknik Supervisi
1. Teknik Supervisi Individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perseorangan terhadap
guru. Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru. Dari hasil
supervisi ini dapat diketahui kualitas pembelajaran guru bersangkutan. Teknik
supervisi individual ada lima macam adalah sebagai berikut :
a. Kunjungan Kelas, (Classroom Visitation)
Kepala sekolah atau supervisor datang ke kelas untuk mengobservasi guru
mengajar. Dengan kata lain, untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang
sekirannya perlu diperbaiki. Tahap-tahap kunjungan kelas terdiri dari empat tahap
yaitu:
1) Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan waktu, sasaran,
dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas;
2) Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini, supervisor mengamati
jalannya proses pembelajaran berlangsung;
23
3) Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama guru mengadakan
perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi; dan
4) Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.
b. Kunjungan Observasi (Observation Visits)
Guru-guru ditugaskan untuk mengamati seorang guru lain yang sedang
mendemonstrasikan cara-cara mengajar suatu mata pelajaran tertentu. Kunjungan
observasi dapat dilakukan di sekolah sendiri atau dengan mengadakan kunjungan
ke sekolah lain. Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah: (1) usaha-
usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran, (2) cara menggunakan
media pengajaran, (3) variasi metode, (4) ketepatan penggunaan media dengan
materi, (5) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan (6) reaksi mental
para siswa dalam proses belajar mengajar. Pelaksanaan observasi melalui tahap:
persiapan, pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi;dan tindak lanjut.
Dalam rangka melakukan observasi, seorang supervisor hendaknya telah
mempersiapkan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi.
c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar
pikiran antara supervisor dan guru. Tujuannya adalah :
(1) Mengembangkan perangkat pembelajaran yang lebih baik;
(2) Meningkatkan kemampuan guru dalam pembelajaran; dan
(3) Memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru.
24
Swearingen (2010) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan)
individual sebagai berikut :
1) Classroom-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di
dalam kelas ketika murid-murid sedang meninggalkan kelas (istirahat).
2) Office-conference, yaitu percakapan individual yang dilaksanakan di ruang
kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat
bantu yang dapat digunakan untuk memberikan penjelasan pada guru.
3) Causal-conference. yaitu percakapan individual yang bersifat informal, yang
dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
4) Observational visitation. yaitu percakapan individual yang dilaksanakan
setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
d. Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di
sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam
pembelajaran. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas adalah sebagai
berikut :
1) Jadwal kunjungan harus direncanakan.
2) Guru-guru yang akan dikunjungi harus diseleksi.
3) Tentukan guru-guru yang akan mengunjungi
4) Sediakan segala fasilitas yang diperlukan.
5) Supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan yang cermat.
6) Adakah tindak lanjut setelah kunjungan antar kelas selesai? misalnya dalam
bentuk percakapan pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu.
25
7) Segera aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi;
8) Adakan perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas
berikutnya.
2. Supervisi Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan program supervisi
yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang yang akan disupervisi
berdasarkan hasil analisis kebutuhan, dan analisis kemampuan kinerja guru,
kemudian dikelompokan berdasarkan kebutuhan guru. Kemudian guru diberikan
layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan yang diperlukan.
Dalam teknik supervisi kelompok, terdapat beberapa kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Mengadakan pertemuan atau rapat (meeting), Seorang kepala sekolah
menjalankan tugasnya berdasarkan rencana yang telah disusun. Termsuk
mengadakan rapat-rapat secara periodik dengan guru-guru, dalam hal ini
rapat-rapat yang diadakan dalam rangka kegiatan supervisi. Rapat tersebut
antara lain melibatkan KKG, MGMP, dan rapat dengan pihak luar sekolah.
2. Mengadakan diskusi kelompok (group discussions), Diskusi kelompok dapat
diadakan dengan membentuk kelompok-kelompok guru bidang studi sejenis.
Di dalam setiap diskusi, supervisor atau kepala sekolah memberikan
pengarahan, bimbingan, nasihat-nasihat dan saran-saran yang diperlukan.
26
3. Mengadakan penataran-penataran (inservice-training), Teknik ini dilakukan
melalui penataran-penataran, misalnya penataran untuk guru bidang studi
tertentu. Mengingat bahwa penataran pada umumnya diselenggarakan oleh
pusat atau wilayah, maka tugas kepala sekolah adalah mengelola dan
membimbing pelaksanaan tindak lanjut (follow-up) dari hasil penataran.
2.2.4 Peningkatan Kompetensi Guru
Guru sebagai otonomi kelas yang memiliki wewenang melakukan reformasi kelas
(Clasroom reform) dalam rangka melakukan perubahan prilaku peserta didik
secara berkelanjutan yang sejalan dengan tugas dan perkembangannya dan
tuntutan lingkungan sekitarnya. Sebagai pemegang otonom di dalam kelas guru
harus dapat melasanakan perannya sebagai berikut :
1. Guru sebagai Pendidik
2. Guru sebagai pengajar
3. Guru sebagai pemimpin
4. Guru sebagai supervisor
Nanang (2010:103) Guru sebagai arsitek perubahan prilaku siswa sekaligus
menjadi contoh buat siswa. Gruru di tuntut memiliki kompetensi paripurna
seperti:
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi Pedagogik yang harus dikuasai seorang guru adalah :
a) Menguasai karakteristik peserta didik, dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
cultural, emosional dan intelektual.
27
b) Menguasai teori-teori belajar dan prinsip pembelajaran yang mendidik
c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang ajarkan
d) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran
f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki
g) Berkomunikasi secara efektif, empati dan santun dengan peserta didik
h) Melakukan penilaian untuk kepentingan pembelajaran
i) Melakukan tindakan reflektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
2. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :
a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, beraklak mulia dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat.
c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa.
d) Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru dan rasa percaya diri.
e) Menjunjung tinggi martabat guru.
f) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
28
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :
a) Bersikap inklusif, bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena
perkembangan jenis kelamin, agam, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga
dan status sosial ekonomi.
b) Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santu kepada sesame pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua dan masyarakat.
c) Berinteraksi di tempat tugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
d) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
linsan dan tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Profesional
Kompetensi Profesional yang harus dimiliki guru adalah sebagai berikut :
a) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola piker keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diajarkan.
b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang diajarkan.
c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diajarkan secara kreatif.
d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan
diri.
Guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran sangat penting untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Seperti kita ketahui peran guru adalah : sebagai
29
pendidik, pengajar, pemimpin, administrator, harus mampu melayani peserta didik
yang di landasi dengan keasadaran (awareness), keyakinan (belief), kedisiplinan
(discipline) dan tanggung jawab (responsibility) secara optimal sehingga
memberiak pengaruh fositif terhadap perkembangan siswa secara optimal, baik
fisik maupun psikis.
Menurut Nanang (2010:106) kinerja guru dalam melayani peserta didik dapat
tergambar dalam rumus SERVICER yaitu kepanjangan dari :
1. Smile and Simpathy
Guru dalam menjalankan tugasnya secara sadar harus mempresentasikan
wajahnya dengan penuh senyuman sebagai wujud simpati dan sambutan hangat
(welcome) terhadap peserta didik sehingga siswa merasa betah melakukan proses
pembelajaran.
2. Empathy and Enthusiasm
Guru dalam menjalankan tugasnya harus memeiliki pribadi merasakan dan
melayani apa yang dirasakan dan di butuhkan oleh peserta didik dalam proses
pembelajaran, serta dalam dalam hidupnya penuh antusias berusaha sekuat tenaga
untuk merealisasikan potensi yang dimiliki peserta didik dengan seoptimal
mungkin.
3. Respect and Recovery
Guru dalam menjalankan tugasnya harus hormat dan menghargai (respect)
terhadap peserta didik dengan setulus hati sehingga menjadi kesan yang
mendalam (inpresive) dan sekaligus merupakan daya pikat (magnetic force) di
hati peserta didik.
30
4. Vision and Victory
Guru dalam menjalankan tugasnya harus menunjukan komitmennya terhadap
masa depan siswa yang lebih baik ( visioner ) dan keuntungan ( victory ) atau nilai
tambah bagi kehidupannya secara unggul komparatif dan kompetitif.
5. Initiative, Impresif dan inovatif
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat membangun prakarsa (inisiative).
Dengan penuh kesan fositif (impresif) di hati peserta didik sehingga peserta didik
merasa betah dan bebas untuk melahirkan berbagai gagasan yang cemerlang
sebagai wujud adanya dorongan untuk melakukan inovasi secara berkelanjutan
dalam proses pembelajaran.
6. Care and Cooperative
Guru dalam menjalankan tugasnya harus dapat mengayomi sebagai wujud
kepedulian kepada peserta didik yang dilakukan secara kooperatif dengan sesame
guru, kepala sekolah, peserta didik atau stakeholder lainya, serta berupaya
membangun prilaku peserta didik sesuai dengan norma yang berlaku dalam
lingkungannya serta mampu hidup berselancar dalam kesembrautan.
7. Empowering and Enjoying
Guru dalam menjalankan tugasnya harus mampu memberdayakan (empowering )
potensi peserta didik sesuai dengan kecerdasannya, bakat dan minatnya sehingga
peserta didik merasa senang (enjoying) dengan penuh kesadaran, komitmen dan
rasa tanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran secara aktif, kreatif,
efektif dan menyenangkan.
31
8. Result Oriented
Guru dalam melaksanakan tugasnya harus ditunjukan kepada pencapaian tujuan
pembelajaran, baik yang tertuang dalam kompetensi dasar, standar kompetensi,
indicator belajar, Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) maupun Standar
Kompetensi Lulusan (SKL).
Dalam mengajar guru harus menguasai kemampuan dasar dalam mengajar.
Seperti yang dikemukakan Oemar (2008:52) kemampuan itu meliputi:
1. Kemampuan menguasai bahan
2. Kemampuan mengelolah program belajar mengajar
3. Kemampuan mengelolah kelas dengan pengelaman belajar
4. Kemampuan mnggunakan media/sumber dengan pengelam belajar
5. Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan dengan pengelaman
belajar
6. Kemampuan mengelolah interaksi belajar
7. Kemampuan menilai prsetasi siswa dengan pengelaman belajar
8. Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan
9. Kemampuan mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah
10. Kemampuan memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil
penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
2.2.5 Kompetensi Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan pemimpin sekolah yang sangat berperan untuk
memajukan sekolah. Kepala sekolah melaksanakan program dan tugas utama
32
sebagai kepala sekolah. Untuk melaksanakan tugas kepala sekolah dengan baik
kepala sekolah mempunyai 5 kompetensi yang terus di kembangkan dan
diterapkan dalam meminpin sekolah. Seperti yang di kemukakan dalam
Permendiknas No. 1 Tahun 2007 disyaratkan 5 kompetensi yang harus dimiliki
kepala sekolah. Lima kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah
yaitu :
1. Dimensi Kompetensi Kepribadian
a) Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan akhlak mulia menjadi
teladan guru.
b) Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
c) Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah.
d) Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi.
e) Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam pekerjaan sebagai
kepala sekolah.
f) Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
2. Dimensi Kompetensi Manajerial
a) Menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
b) Mengembangkan organisasi sekolah sesuai dengan kebutuhan.
c) Memimpin sekolah dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia
secara optimal.
d) Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju organisasi
pembelajar yang efektif.
33
e) Menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.
f) Mengelola guru dan staf dalamr angka pendayagunaan sumber sumber
daya manusia secara optimal.
g) Mengelola sarana dan prasarana sekolah dalam rangka pendayagunaan
secara optimal.
h) Mengelola hubungan sekolah dengan masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide,sumber belajar,dan pembiayaan.
i) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru,penempatan, dan penegembangan kapasitas peserta didik.
j) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai
dengan arah dan tujuan pendidikan nnasional.
k) Mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabilatas, transparan dan efisien.
l) Mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah.
m) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik.
n) Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan
pembelajaran dan manajemen sekolah.
o) Melakukan monitoring,evaluasi,dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah dengan orosedur yang tepat serta merencanakan tindak
lanjut.
34
3. Dimensi Kompetensi Kewirausahaan
a) Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.
b) Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran yang efektif.
c) Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas
pokok dan dan fungsinya sebagai pemimpin sekolah.
d) Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah.
e) Memiliki naluri kewirausahaan dalam mengelola kegiatan sekolah
sebagai sumber belajar peserta didik.
4. Dimensi Kompetensi Supervisi
a) Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesional guru.
b) Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan pendekatan dan
teknik supervise yang tepat.
c) Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru.
5. Dimensi Kompetensi Sosial
a) Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah.
b) Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
c) Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
35
2.3. Kinerja Guru
2.3.1 Pengertian Kinerja Guru
Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu dalam
kaitannya untuk mencapai tujuan yang sudah direncanakan. Berkaitan dengan hal
tersebut terdapat beberapa definisi mengenai kinerja (Smith dalam buku Mulyasa,
2005: 136) menyatakan bahwa kinerja adalah “…..output drive from processes,
human or otherwise”. Kinerja merupakan hasil atau keluaran dari suatu proses.
Dikatakan lebih lanjut oleh Mulyasa bahwa kinerja atau performance dapat
diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja, pencapaian kerja, hasil-hasil
kerja atau unjuk kerja. Kinerja merupakan suatu konsep yang bersifat universal
yang merupakan efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan
karyawannya berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Karena organisasi pada dasarnya dijalankan oleh manusia maka kinerja
sesungguhnya merupakan perilaku manusia dalam menjalankan perannya dalam
suatu organisasi untuk memenuhi standar perilaku yang telah ditetapkan agar
membuahkan tindakan serta hasil yang diinginkan.
Menurut Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam Mulyasa (2006:136)
Kinerja atau performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan
kerja, pencapaian kerja, hasil kerja atau unjuk kerja. Kinerja adalah hasil kerja
suatu organisasi dalam rangka mewujudkan tujuan strategi, kepuasan pelanggan
dan kontribusinya terhadap lingkungan (Akdon, 2006:166).
Sedangkan menurut Akdon dalam Akdon kinerja sebagai outcome hasil keras
organisasi dalam mewujudkan tujuan strategi yang diterapkan organisasi,
36
kepuaasan pelanggan serta kontribusinya terhadap perkembangan ekonomi
masyarakat. Menurut Bates dan Holton, masih dalam Akdon kinerja merupakan
bentuk bangunan yang multi dimensional, sehingga cara mengukurnya sangat
bervariasi tergantung pada banyak faktor. Hasibuan (2005:94) mendefinisikan
prestasi kerja suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang dibebankan kepadanya yang didasrkan atas kecakapan, pengalaman
dan kesungguhan serta waktu. Prestasi kerja merupakan gabungan dari tiga faktor
penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan dan penerima
atas penjelasan delegasi tugas, serta peran dan tingkat motovasi seorang pekerja.
Semakin tinggi ketiga faktor di atas, semakin besarlah prestasi kerja karyawan
bersangkutan.
Kinerja (performance) menurut Drucker (2005 : 134) adalah tingkat prestasi atau
hasil nyata yang dicapai dipergunakan untuk memperoleh suatu hasil positif.
Kinerja juga didefinisikan sebagai keberhasilan personel dalam mewujudkan
sasaran stratejik pada empat perspektif : keuangan, kostumer, proses serta
pembelajaran dan pertumbuhan (Mulyadi, 2007: 363). Menurut Simamora
(2006:10), menyatakan bahwa kinerja merupakan suatu persyaratan-persyaratan
tertentu yang akhirnya secara langsung dapat tercermin dari output yang
dihasilkan baik yang berupa jumlah maupun kualitasnya. Output yang dihasilkan
dapat berupa fisik maupun nonfisik yang menyebutnya berupa karya, yaitu suatu
hasil/pekerjaan baik berupa fisik/material maupun nonfisik maupun non material.
Dari beberapa pengertian tentang kinerja tersebut di atas dapat penulis simpulkan
bahwa kinerja adalah prestasi kerja yang telah dicapai oleh seseorang. Kinerja
37
atau prestasi kerja merupakan hasil akhir dari suatu aktifitas yang telah dilakukan
seseorang untuk meraih suatu tujuan. Pencapaian hasil kerja ini juga sebagai
bentuk perbandingan hasil kerja seseorang dengan standar yang telah ditetapkan.
Apabila hasil kerja yang dilakukan oleh seseorang sesuai dengan standar kerja
atau bahkan melebihi standar maka dapat dikatakan kinerja itu mencapai prestasi
yang baik.
Kinerja yang dimaksudkan diharapkan memiliki atau menghasilkan mutu yang
baik dan tetap melihat jumlah yang akan diraihnya. Suatu pekerjaan harus dapat
dilihat secara mutu terpenuhi maupun dari segi jumlah yang akan diraih dapat
sesuai dengan yang direncanakan.
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja
Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja, antara lain dikemukakan Armstrong dan
Baron dalam Wibowo (2007: 74-75) yaitu :
1. Personal Factor, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang
dimiliki , motivasi dan komitmen individu.
2. Leadership Factor, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan dan
dukungan yang dilakukan manajer dan team leader
3. Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan
sekerja
4. System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang
diberikan organisasi
5. Contextual/Situational Factors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan
dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
38
Ondi Saondi dan Aris Suherman ( 2010:22) mengungkapkan “ Untuk mengetahui
keberhasilan kinerja perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan
berpedoman pada parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara
efektif dan efisien.
”Standar kinerja guru menurut Piet A. Sahertian menjelaskan dalam Rusman
(2010:51) bahwa : “ Standar kinerja guru itu berhubungan dengan kualitas guru
dalam menjalankan tugas seperti :
1) Bekerja dengan siswa secara individual
2) Persiapan dan perencanaan pembelajaran
3) Pendayagunaan media pembelajaran
4) Melibatkan siswa dalam berbagai pengalaman belajar;dan
5) Kepemimpinan yang aktif dari guru (Rusman 2010: 51).
Penilaan kinerja adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja.
Apabila penilaian prestasi kerja dilaksanakan dengan baik , tertib, dan benar maka
dapat membantu meningkatkan motivasi berprestasi sekaligus dapat
meningkatkan loyalitas para anggota organisasi yang ada di dalamnya. Dari
pernyataan di atas bahawa indikator kinerja guru merupakan alat untuk
mengevaluasi kerja, dalam penelitian ini berdasarkan rencana pembelajaran,
model pembelajaran dan disiplin kerja dalam melaksanakan Kurilukuium Tingkat
Satuan Pendidikan.
Kinerja guru dalam melaksanakan KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)
diangkat sebagai sebuah masalah pokok dalam penelitian ini berkaitan dengan
39
rendahnya kualitas kerja guru, sebagai contohnya guru belum menguasai model
pembelajaran PAIKEM ( Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif dan
Menyenangkan) yang seharusnya dikuasai guru dalam mengimplentasikan KTSP
di kelas, rencana pembelajaran hanya digunakan sebagai sarat formatif
administrasi pendidikan, ketidak mampuan guru dalam melakukan evaluasi, dan
dalam penguasaan materi guru tidak mendalam, dalam mengajar guru tidak
menggunakan media pembelajaran yang menarik, hal-hal tersebut mengambarkan
bahwa rendahnya kinerja guru dalam melaksanakan kurikulum tingkat satuan
pendidikan.
Penjelasan lain mengenai faktor yang berpengaruh terhadap kinerja dijelaskan
oleh Mulyasa. Menurut Mulyasa (2007: 227) sedikitnya terdapat sepuluh faktor
yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun eksternal:
“Kesepuluh faktor tersebut adalah:
1) Dorongan untuk bekerja,
2) Tanggung jawab terhadap tugas,
3) Minat terhadap tugas,
4) Penghargaan terhadap tugas,
5) Peluang untuk berkembang,
6) Perhatian dari kepala sekolah,
7) Hubungan interpersonal dengan sesama guru,
8) MGMP dan KKG,
9) Kelompok diskusi terbimbing serta
10) Layanan perpustakaan”.
Selanjutnya pendapat lain juga dikemukakan oleh Surya (2004: 10) tentang faktor
yang mempengaruhi kinerja guru. “Faktor mendasar yang terkait erat dengan
kinerja profesional guru adalah kepuasan kerja yang berkaitan erat dengan
kesejahteraan guru. Kepuasan ini dilatar belakangi oleh faktor-faktor antara lain :
40
1) Imbalan jasa,
2) Rasa aman,
3) Hubungan antar pribadi,
4) Kondisi lingkungan kerja,
5) Kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan diri”.
Berdasarkan penjelasan yang dikemukakan di atas, faktor-faktor yang menentukan
tingkat kinerja guru dapat penulis simpulkan antara lain:
1) Tingkat kesejahteraan (reward system);
2) Lingkungan atau iklim kerja guru;
3) Desain karir dan jabatan guru;
4) Kesempatan untuk berkembang
5) Meningkatkan diri;
6) Motivasi
7) Semangat kerja;
8) Pengetahuan;
9) Keterampilan dan;
10) Karakter pribadi guru.
2.3.3 Penilaian Kinerja Guru
Simamora (2006 : 337) mengemukakan, penilaian kinerja merupakan alat yang
berfaedah tidak hanya untuk mengevaluasi kerja dari para karyawan, tetapi juga
untuk mengembangkan dan memotivasi kalangan karyawan. Dalam penilaian
prestasi kerja tidak hanya semata-mata menilai hasil fisik, tetapi pelaksanaan
pekerjaan secara keseluruhan yang menyangkut berbagai bidang seperti
41
kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal-hal khusus sesuai bidang
tugasnya semua layak untuk dinilai.
Handoko (2005 : 76) mengemukakan, penilaian prestasi kerja (performance
appraisal) adalah proses suatu organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja
karyawan. Kegiatan ini dapat mempengaruhi keputusan-keputusan personalia dan
memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja
mereka.
Adapun kegunaan penilaian kinerja adalah a) mendorong orang ataupun karyawan
agar berperilaku positif atau memperbaiki tindakan mereka yang di bawah
standar, b) sebagai bahan penilaian bagi manajemen apakah karyawan tersebut
telah bekerja dengan baik, dan c) memberikan dasar yang kuat bagi pembuatan
kebijakan peningkatan organisasi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penilaian kinerja dapat dikatakan sebagai proses
suatu organisasi mengevaluasi atau menilai kerja karyawan. Dengan demikian
penilaian kinerja guru adalah proses yang dilakukan oleh pihak sekolah/lainnya
untuk mengevaluasi atau menilai kerja guru.
Apabila penilaian kinerja dilaksanakan dengan baik, tertib, dan benar akan dapat
membantu meningkatkan motivasi kerja sekaligus dapat meningkatkan loyalitas
guru yang ada di dalamnya, dan apabila ini terjadi akan menguntungkan sekolah
itu sendiri. Oleh karena itu penilaian prestasi kerja perlu dilakukan secara formal
dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan oleh organisasi secara obyektif.
42
2.3.4 Manfaat Penilaian Kinerja Guru
Penilaian kinerja guru memiliki manfaat bagi sebuah sekolah karena dengan
penilaian ini akan memberikan tingkat pencapaian dari standar, ukuran atau
kriteria yang telah ditetapkan sekolah. Sehingga kelemahan-kelemahan yang
terdapat dalam seorang guru dapat di atas serta akan memberikan umpan balik
kepada guru tersebut. Menurut Mangkupawira (2010: 224), manfaat dari penilaian
kinerja karyawan adalah:
(1) perbaikan kinerja;(2) penyesuaian kompensasi;(3) keputusan penetapan;(4)
kebutuhan pelatihan dan pengembangan;(5) perencanaan dan pengembangan
karir;(6) efisiensi proses penempatan staf; (7) ketidakakuratan informasi; (8)
kesalahan rancangan pekerjaan;(9) kesempatan kerja yang sama; (10) tantangan-
tantangan eksternal; dan (11) umpan balik pada SDM.
Sedangkan Mulyasa (2007: 157) menjelaskan tentang manfaat penilaian tenaga
pendidikan penilaian tenaga pendidikan biasanya difokuskan pada prestasi
individu, dan peran sertanya dalam kegiatan sekolah. Penilaian ini tidak hanya
penting bagi sekolah, tetapi juga penting bagi tenaga kependidikan yang
bersangkutan. Bagi para tenaga kependidikan, penilaian berguna sebagai umpan
balik terhadap berbagai hal, kemampuan, ketelitian, kekurangan dan potensi yang
pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana, dan
pengembangan karir. Bagi sekolah, hasil penilaian prestasi tenaga kependidikan
sangat penting dalam mengambil keputusan berbagai hal, seperti identifikasi
kebutuhan program sekolah, penerimaan, pemilihan, pengenalan, penempatan,
promosi, sistem imbalan dan aspek lain dari keseluruhan proses pengembangan
sumber daya manusia secara keseluruhan”.
43
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa penilaian kinerja penting dilakukan
oleh suatu sekolah untuk perbaikan kinerja guru itu sendiri maupun untuk sekolah
dalam hal menyusun kembali rencana atau strategi baru untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional.
Penilaian yang dilakukan dapat menjadi masukan bagi guru dalam memperbaiki
dan meningkatkan kinerjanya. Selain itu penilaian kinerja guru membantu guru
dalam mengenal tugas-tugasnya secara lebih baik sehingga guru dapat
menjalankan pembelajaran seefektif mungkin untuk kemajuan peserta didik dan
kemajuan guru sendiri menuju guru yang profesional.
Penilaian kinerja guru tidak dimaksudkan untuk mengkritik dan mencari
kesalahan, melainkan sebagai dorongan bagi guru dalam pengertian konstruktif
guna mengembangkan diri menjadi lebih profesional dan pada akhirnya nanti
akan meningkatkan kualitas pendidikan peserta didik. Hal ini menuntut perubahan
pola pikir serta perilaku dan kesediaan guru untuk merefleksikan diri secara
berkelanjutan.
2.3.5 Indikator Kinerja Guru
Indikator kinerja merupakan aspek-aspek yang menjadi ukuran tolak ukur dalam
menilai kinerja. Menurut John Miner dalam Sudarmanto (2009; 11)
mengemukakan 4 dimensi yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menilai
kinerja secara umum, yaitu :
1. Kualitas, yaitu ; tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.
2. Kuantitas, yaitu jumlah pekerjaan yang dihasilkan.
44
3. Penggunaan waktu dalam kerja, yaitu tingkat ketidakhadiran, keterlambatan,
waktu kerja efektif / jam kerja hilang.
4. Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja.
5. Tingkat kemampuan dalam bekerja
Dari empat indikator kinerja di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua hal terkait
dengan aspek keluaran atau hasil pekerjaan yaitu kualitas hasil, kuantitas keluaran
dan dua hal terkait aspek perilaku individu yaitu penggunaan waktu dalam bekerja
(tingkat kepatuhan terhadap jam kerja, disiplin) dan kerja sama sehingga keempat
indikator di atas mengukur kinerja pada level individu.
Sedangkan menurut Lembaga Administrasi Negara(LAN) dalam Mulyasa
(2010:136) pengukuran kinerja merupakan jembatan antara perencanaan strategis
dengan akuntabilitas. LAN menetapkan llima indikator yang dijadikan pedoman
dan panduan bagi organisasi publik dalam menyusun laporan kinerja yaitu :
1. Masukan adalah sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan
program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan keluaran seperti:
orang, dana, waktu, material, dan lain-lain.
2. Keluaran adalah segala sesuatu berupa produk/jasa ( fisik dan atau non fisik )
sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan program berdasarkan
masukan yang digunakan.
3. Hasil adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran
kegiatan dalam jangka menengah. Hasil merupakan ukuran seberapa jauh
setiap produk jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.
45
4. Manfaat adalah kegunaan suatu keluaran yang dirasaka langsung masyarakat.
Manfaat dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik.
5. Dampak adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau
kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator
dalam suatu kegiatan.
Kelima indikator tersebut di atas dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja
baik dalam perencanaan, pelaksanaan ataupun setelah selesai kegiatan sehingga
dapat disimpulkan kelima indikator di atas lebih cenderung pada penilaian kinerja
secara organisasi.
Dari berbagai pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa indikator penilaian
kinerja sangat beragam tergantung dari aspek tertentu yang diukur misalnya
kinerja individunya, kinerja hasilnya, kinerja prosesnya dan cara pengukurannya.
Berkenaan dengan kepentingan penilaian terhadap kinerja guru. Georgia
Departemen of Education telah mengembangkan teacher performance assessment
instrument yang kemudian dimodifikasi oleh Depdiknas menjadi Alat Penilaian
Kemampuan Guru (APKG). Alat penilaian kemampuan guru, meliputi: (1)
rencana pembelajaran (teaching plans and materials) atau disebut dengan RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), (2) prosedur pembelajaran (classroom
procedure), dan (3) hubungan antar pribadi (interpersonal skill). Indikator
penilaian terhadap kinerja guru dilakukan terhadap tiga kegiatan pembelajaran di
kelas yaitu :
46
2.3.5.1 Perencanaan Program Kegiatan Pembelajaran
Tahap perencanaan dalam kegiatan pembelajaran adalah tahap yang berhubungan
dengan kemampuan guru dalam proses penyusunan program kegiatan
pembelajaran. Ada tiga tahapan dalam pelaksanaan pengembangan atau
penyusunan silabus yaitu tahap adopsi, adaptasi dan produksi. Pada tahap adopsi
memiliki makna bahwa penyusunan silabus dan RPP hanya mengambil dari
silabus dan RPP yang sudah ada sebelumnya tanpa melakukan penyesuaian atau
revisi apapun, sehingga bisa dikatakan bahwa dalam tahap ini guru bersifat pasif.
Pada tahap adaptasi dalam penyusunan silabus dan RPP guru sudah melakukan
penyesuaian atau revisi terhadap silabus dan RPP yang sudah ada, sehingga bisa
dikatakan guru bersifat aktif. Pada tahap yang paling ideal adalah ketika guru
sudah dapat menghasilkan suatu produk silabus dan RPP sendiri tanpa tergantung
dari silabus dan RPP yang sudah ada. Ada beberapa unsur/komponen yang harus
diperhatikan dalam penyususnan silabus yaitu terdiri dari:
a) Identitas Silabus
b) Stándar Kompetensi (SK)
c) Kompetensi Dasar (KD)
d) Materi Pembelajaran
e) Kegiatan Pembelajaran
f) Indikator
g) Alokasi waktu
h) Sumber pembelajaran
47
Program pembelajaran jangka waktu singkat sering dikenal dengan sitilah RPP,
yang merupakan penjabaran lebih rinci dan spesifik dari silabus, ditandai oleh
adnya komponen-komponen :
a) Identitas RPP
b) Stándar Kompetensi (SK)
c) Kompetensi dasar (KD)
d) Indikator
e) Tujuan pembelajaran
f) Materi pembelajaran
g) Metode pembelajaran
h) Langkah-langkah kegiatan
i) Sumber pembelajaran
j) Penilaian
2.3.5.2 Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran di kelas adalah inti penyelenggaraan pendidikan yang
ditandai oleh adanya kegiatan pengelolaan kelas, penggunaan media dan sumber
belajar, dan penggunaan metode serta strategi pembejaran. Semua tugas tersebut
merupakan tugas dan tanggung jawab guru yang secara optimal dalam
pelaksanaanya menuntut kemampuan guru.
2.3.5.3 Evaluasi atau Penilaian Pembelajaran
Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui
tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga proses pembelajaran yang
telah dilakukan. Pada tahap ini seorang guru dituntut memiliki kemampuan dalam
48
menentukan pendekatan dan cara-cara evaluasi, penyusunan alat-alat evaluasi,
pengolahan, dan penggunaan hasil evaluasi. Pendekatan atau cara yang dapat
digunakan untuk melakukan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah melalui
Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP).
PAN adalah cara penilaian yang tidak selalu tergantung pada jumlah soal yang
diberikan atau penilaian dimasudkan untuk mengetahui kedudukan hasil belajar
yang dicapai berdasarkan norma kelas. Siswa yang paling besar skor yang didapat
di kelasnya, adalah siswa yang memiliki kedudukan tertinggi di kelasnya.
Sedangkan PAP adalah cara penilaian, dimana nilai yang diperoleh siswa
tergantung pada seberapa jauh tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang
dapat dikuasai siswa. Nilai tertinggi adalah nilai sebenarnya berdasarkan jumlah
soal tes yang dijawab dengan benar oleh siswa. Dalam PAP ada passing grade
atau batas lulus, apakah siswa dapat dikatakan lulus atau tidak berdasarkan batas
lulus yang telah ditetapkan.
Pendekatan PAN dan PAP dapat dijadikan acuan untuk memberikan penilaian dan
memperbaiki sistem pembelajaran. Kemampuan lainnya yang perlu dikuasai guru
pada kegiatan evaluasi/ penilaian hasil belajar adalah menyusun alat evaluasi. Alat
evaluasi meliputi: tes tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan. Seorang guru dapat
menentukan alat tes tersebut sesuai dengan materi yang disampaikan. Bentuk tes
tertulis yang banyak dipergunakan guru adalah ragam benar/ salah, pilihan ganda,
menjodohkan, melengkapi, dan jawaban singkat. Tes lisan adalah soal tes yang
diajukan dalam bentuk pertanyaan lisan dan langsung dijawab oleh siswa secara
lisan.
49
Tes ini umumya ditujukan untuk mengulang atau mengetahui pemahaman siswa
terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. Tes perbuatan
adalah tes yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam hal ini siswa diminta
melakukan atau memperagakan sesuatu perbuatan sesuai dengan materi yang telah
diajarkan seperti pada mata pelajaran kesenian, keterampilan, olahraga, komputer,
dan sebagainya. Indikasi kemampuan guru dalam penyusunan alat-alat tes ini
dapat digambarkan dari frekuensi penggunaan bentuk alat-alat tes secara variatif,
karena alat-alat tes yang telah disusun pada dasarnya digunakan sebagai alat
penilaian hasil belajar.
2.3.5.4 Pengawasan Pembelajaran
Di samping pendekatan penilaian dan penyusunan alat-alat tes, hal lain yang harus
diperhatikan guru adalah pengolahan dan penggunaan hasil belajar dalam hal ini
adalah pengawasan hasil pembelajaran oleh guru. Ada dua hal yang perlu
diperhatikan dalam pengawasan pembelajaran oleh guru. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan hasil belajar, yaitu :
a) Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran yang tidak dipahami oleh
sebagian kecil siswa, guru tidak perlu memperbaiki program pembelajaran,
melainkan cukup memberikan kegiatan remidial bagi siswa-siswa yang
bersangkutan.
b) Jika bagian-bagian tertentu dari materi pelajaran tidak dipahami oleh sebagian
besar siswa, maka diperlukan perbaikan terhadap program pembelajaran,
khususnya berkaitan dengan bagian-bagian yang sulit dipahami.
50
Mengacu pada kedua hal tersebut, maka frekuensi kegiatan pengembangan
pembelajaran dapat dijadikan indikasi kemampuan guru dalam pengolahan dan
penggunaan hasil belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi :
a) Kegiatan remidial, yaitu penambahan jam pelajaran, mengadakan tes, dan
menyediakan waktu khusus untuk bimbingan siswa.
b) Kegiatan perbaikan program pembelajaran, baik dalam program semesteran
maupun program satuan pelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran,
yaitu menyangkut perbaikan berbagai aspek yang perlu diganti atau
disempurnakan.
Ketiga indikator penilaian kinerja guru yang diterbitkan oleh Depdiknas sebagai
Alat Penilaian Kemampuan Guru (APKG) telah dituangkan secara rinci dalam
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria
minimal pelaksanaan proses pembelajaran yaitu perencanaan, pelaksanaan,
penilaian dan pengawasan proses pembelajaran, sehingga dalam penelitian ini
penulis menggunakan Standar Proses sesuai Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007
sebagai tinjauan untuk mengetahui kinerja guru.
2.3.5.5 Standar Proses
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009, tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, pada pasal 1 dinyatakan bahwa :
Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik
51
pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah.
Kegiatan pembelajaran adalah kegiatan guru dalam menyusun rencana
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran yang bermutu, menilai dan
mengevaluasi hasil pembelajaran, menyusun dan melaksanakan program
perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik (Permenpan 16;2009) Dalam
penelitian ini pembahasan mengenai kinerja guru lebih difokuskan pada
pelaksanaan standar proses sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007. Dalam Permendiknas tersebut
dinyatakan bahwa :
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi
lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan
pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar
dan menengah pada jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem
kredit semester.
2.3.5.6 Perencanaan Proses Pembelajaran
Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi
(SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan
pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.
52
1) Silabus
Silabus sebagai acuan pengembangan RPP memuat identitas mata pelajaran atau
tema pelajaran, SK, K D, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus
dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam pelaksanaannya, pengembangan silabus dapat
dilakukan oleh para guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah/
madrasah atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajaran
(MGMP) atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan Dinas Pendidikan. Pengembangan
silabus disusun di bawah supervisi dinas kabupaten/kota yang bertanggung jawab
di bidang pendidikan untuk SD dan SMP, dan divas provinsi yang bertanggung
jawab di bidang pendidikan untuk SMA dan SMK, serta departemen yang
menangani urusan pemerintahan di bidang agama untuk MI, MTs, MA, dan
MAK.
2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
RPP dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik
dalam upaya mencapai KD. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban
menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung
secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik
serta psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat
dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan
53
RPP untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan
pendidikan. Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah :
a) Identitas Mata Pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan,kelas, semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
b) Standar Kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik
yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diharapkan dicapai pada setiap kelas dan/atau semester pada suatu mata pelajaran.
c) Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta
didik•dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator
kompetensi dalam suatu pelajaran.
d) Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi
untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan
penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
e) Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
54
f) Materi Ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
g) Alokasi Waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan
beban belajar.
h) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau
seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran
disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap
indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran.
3) Prinsip-prinsip Penyusunan RPP
a) Memperhatikan Perbedaan Individu Peserta Didik
RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal,
tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial,
emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya,
norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
b) Mendorong Partisipasi Aktif Peserta Didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk
mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan
semangat belajar.
55
c) Mengembangkan Budaya Membaca Dan Menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemahaman beragam bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.
d) Memberikan Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
e) Keterkaitan dan keterpaduan
RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD,
materi pembelajaran, kegiatan pernlielajaran, indikator pencapaian kompetensi,
penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar.
f) Menerapkan Teknologi Informasi Dan Komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan
kondisi.
4) Pelaksanaan Proses Pembelajaran
a) Rombongan Belajar
Jumlah maksimal peserta didik setiap rombongan belajar adalah:
1 SD/MI : 28 peserta didik
2 SMP/MT : 32 peserta didik
3 SMA/MA : 32 peserta did 1k
4 SMK/MAK : 32 peserta didik
56
2) Beban Kerja Minimal Guru
1 Beban kerja guru mencakup kegiatan pokok yaitu merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran,
membimbing dan melatih peserta didik, serta melaksanakan tugas tambahan;
2 Beban kerja guru sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas adalah se
kurang-kurang nya 24 (dua puluh empat) jam tatap muka dalam 1 (satu)
minggu.
3) Buku Teks Pelajaran
1 Buku teks pelajaran yang akan digunakan oleh sekolah/adrasah dipilih
melalui rapat guru dengan pertimbangan komite sekolah/madrasah dari
bukubuku teks pelajaran yang ditetapkan oleh Menteri;
2 Rasio buku teks pelajaran untuk peserta didik adalah 1:1 permata pelajaran
dan
3 Selain buku teks pelajaran, guru menggunakan buku panduan guru, buku
pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lainnya.
4) Pengelolaan Kelas
1 Guru mengatur tempat duduk sesuai dengan karakteristik peserta didik dan
mata pelajaran, sertaaktivitas pembelajaran yang akan dilakukan;
2 Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat
didengar dengan baik oleh peserta didik;
3 Tutur kata guru santun dan dapat dimengerti oleh peserta didik;
4 Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan
belajar peserta didik;
57
5 Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, keselamatan,
dankeputusan pada peraturan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran;
6 Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil
belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung;
7 Guru menghargai pendapat peserta didik;
8 Guru memakai pakaian yang sopan, bersih, dan rapi;
9 Pada tiap awal semester, guru menyampaikan silabus mata.
2.3.5.7 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan
pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
1 Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru:
a) Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran;
b) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;
d) Menyampaikan cakupan materi dan penjelasanuraian kegiatan sesuai silabus.
2 Kegiatan Inti
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD
yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
58
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta
didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan
konfirmasi.
a) Eksplorasi
Dalam kegiatan eksplorasi, guru:
1 Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam
takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber;
2 Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain;
3 Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya;
4 Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran; dan
5 Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio,
atau lapangan.
b) Elaborasi
Dalarn kegiatan elaborasi, guru:
1 Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui
tugas-tugas tertentu yang bermakna;
2 Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain
untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis;
59
3 Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah,
dan bertindak tanpa rasa takut;
4 Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif can kolaboratif;
5 Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan
prestasi belajar;
6 Rnenfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan balk
lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok;
7 Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan r iasi; kerja individual maupun
kelompok.
c) Konfirmasi
Dalam kegiatan konfirmasi, guru:
1 Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupunhadiah terhadap keberhasilan peserta didik,
2 Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik
melalui berbagai sumber,
3 Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh
pengalaman belajar yang telah dilakukan,
4 Memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna
dalam mencapai kompetensi dasar.
1. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a. Bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat
rangkuman/simpulan pelajaran;
60
b. Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram;
c. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
d. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas balk tugas
individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;
e. Menyampaikan iencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
2.4 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini peneliti hanya membatasi beberapa point saja antara laian :
(1) Program pembinaan guru meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran dan penilaian pembelajaran;
(2) Program pemantauan dan
(3) Penilaian kinerja guru dalam pembuatan RPP Bahasa Indonesia.
2.5 Kerangka Berpikir
Guru adalah unsur utama dalam proses pendidikan, termasuk mengelola
pembelajaran dengan baik yang berhubungan dengan perkembangan peserta didik,
karena peserta didik akan memperoleh banyak ilmu pengetahuan, pengalaman
belajar dann hubungan sosial dengan sesama. Untuk mencapai tujuan pendidikan
yakni memperoleh perubahan, baik dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor
dalam berprilaku menuju yang lebih baik. Tinggi rendahnya kemampuan seorang
guru sangat dipengaruhi oleh diri sendiri, juga dipengaruhi oleh orang lain atau
lingkungan luar. Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran, kinerja guru
dalam pelaksanaan pembelajaran, kinerja guru dalam ecaluasi pembelajaran serta
61
kinerja guru dalam pengawasan atau tindak lanjuit evaluasi, sangat mempengaruhi
keberhasilan proses belajar mengajar.
Dengan adanya penelitian kinerja guru dalam proses pembelajaran, maka hasilnya
sangat menentukan dalam menunjang proses pendidikan yang dilaksanakan oleh
guru itu sendiri. Karena kinerja yang baik merupakan tugas dan tanggung jawab
seorang guru yang harus diembannya. Guru harus bisa menunjukkan bahwa
dirinya mampu menghasilkan prestasi kerja optimal dan professional dalam
bekerja demi terciptanya pendidikan bermutu. Untuk lebih jelas, alur kerangka
berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
1. Kemampuan kinerja guru dalam memahami rancangan program supervisi
kunjungan kelas belum optimal.
2. Pelaksanaan program pelayanan supervisi masih terpusat pada siswa, belum
melibatkan guru secara aktif.
3. Perencanaan evaluasi pembelajaran belum dibuat guru dengan benar.
4. Banyaknya aktivitas kinerja guru di luar sekolah menyebabkan kinerja guru
kurang maksimal.