BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43766/3/BAB II.pdf · ekonomi pasar...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43766/3/BAB II.pdf · ekonomi pasar...
17
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dimana penelitian tersebut memiliki hubungan dengan penelitian
yang akan dilakukan, penelitian terdahulu ini akan menjadi acuan bagi penulis
dalam melakukan penelitian. Penulis mengangkat beberapa judul penelitian
sebagai referensi dalam penulisan penelitian. Adapun diantaranya adalah:
1. pertama, jurnal berjudul Industrialisasi Pertambangan Dan Deagrarianisasi
Masyarakat Desa “Studi Kasus Masyarakat Desa Embalut dan Desa
Bangunrejo, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai
Kartanegara, Kalimantan Timur” ( Jurnal Sosiologi Pedesaan, 2015).
Kehadiran perusahaan tambang dalam jumlah yang cukup besar sangat
berpengaruh terhadap keadaan sosial, ekonomi dan ekologi disana.
Perusahaan-perusahaan tambang menguasai sebagian besar lahan di Desa
Embalut dan bangunrejo. Terhitung terdapat total enam perusahan
tambang yang berada di kedua Desa tersebut. Penguasaan lahan yang
begitu besar tersebut membuat perusahaan tambang menjadi penguasa
lahan yang begitu dominan, padahal sebelum kehadiran perusahaan-
perusahaan tambang penguasaan lahan sebagian besar diperuntuhkan bagi
pertanian yang diklola masyarakat.
2. Kedua, jurnal berjudul Dampak Negatif Industri PT. Semen Indonesia
Terhadap Masyarakat Desa Temandang (jurnal Paradigma, 2014). gejolak
18
Hadirnya perusahaan semen membawa baru bagi masyarakat Desa
Temandang dimana proses berdirinya industri tersebut terdapat proses-
proses sosial yang terjadi selama industrialisasi terdapat dua proses sosial
yaitu proses assosiatif dan disassosiatif. Dampak industrialisasi PT. Semen
Indonesia terhadap masyarakat Desa Temandang sangat beragam dalam
aspek ekonomi, lingkungan, sosial maupun budaya. Diantaranya adalah
kelangkaan sumber daya alam, konsumerisme masyarakat, perubahan
sosial masyarakat progres, dan regres, kerusakan lingkungan, marginalisasi
pekerjaan, pemudaran modal sosial, dan masalah ganti rugi terhadap
dampak negatif yang tidak sesuai. Dampak negatif dari kehadiran PT.
Semen Indonesia dirasakan oleh masyarakat yang terkena dampak
industrialisasi terutama adalah masyarakat petani yang menjadi
termarginal, karena tidak mampu beradaptasi dengan iklim industrialisasi.
3. Ketiga jurnal berjudul Modal Sosial dan Mekanisme Adaptasi Masyarakat
Pedesaan Dalam Pengelolaan dan Pembangunan Infrastruktur (Jurnal
Sosiologi, 2015). Pada pengelolaan infrastruktur desa, masyarakat
mengembangkan kontak dan relasi antara individu dalam kelompok.
Kontribusi dalam pembangunan lebih dititikberatkan pada interaksi yang
bersifat ke dalam. Bentuk modal sosial yang berorientasi kedalam
membuat masyarakat mempunyai sebuah kekuatan untuk mengembangkan
kapasitas adaptasi. Modal sosial ke dalam memungkinkan kelompok
mereka mempunyai kemampuan untuk merespon sistuasi di luarnya
dengan sigap.
19
4. Keempat, jurnal berjudul Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh
Perusahaan Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional (Jurnal Lex
Administratum, 2013). Pencemaran air laut perlu dikendalikan karena
akibat pencemaran air dapat mengurangi pemanfaatan air sebagai modal
dasar dan faktor utama pembangunan, di samping itu air laut merupakan
lahan nafkah para nelayan.
5. Kelima, Jurnal Berjudul Genealogi Konflik Industri Ekstraktif di Lanskap
Masyarakat Agraris (Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2013). terjadinya
gelombang ekonomi kapitalistik yang terepresentasikan dalam ekonomi
pasar/ uang telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan warga.
Mekanisme pasar yang volatil (mudah goyah, labil) kian mendorong
pondasi perekonomian desa. Dalam hitungan satu setengah dekade saja,
ekonomi pasar telah merobohkan sistem ekonomi subsisten. Berbagai
sistem kelembagaan, alat, dan faktor produksi di sektor pertanian menjadi
tersingkir dan marjinal. Merosotnya kuantitas dan kualitas lahan pertanian,
berkurangnya jumlah petani, rendahnya peran kaum muda di sektor
pertanian menjadi konsekuensi logis yang sulit ditampik.
6. Keenam adalah jurnal yang berjudul Makna Iklan Televisi (Studi
Fenomenologi Pemirsa Di Jakarta Terhadap Iklan Televisi Minuman
“Kuku Bima Energi” Versi Kolam Susu) jurnal ilmu komunikasi, 2010).
Hasil dari penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teori
fenomenologi adalah pemirsa televisi di Jakarta memaknai iklan tersebut
dengan menunjukan keragaman makna, karena pemirsa memiliki beragam
interpretasi sesuai dengan social setting masing-masing khalayak.
20
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu
No Judul Hasil Penelitian Relevansi
1. Industrialisasi
Pertambangan Dan
Deagrarianisasi
Masyarakat Desa
“Studi Kasus
Masyarakat Desa
Embalut dan Desa
Bangunrejo,
Kecamatan
Tenggarong Seberang,
Kabupaten Kutai
Kartanegara,
Kalimantan Timur”
(Rajib Gandi,
Satyawansunito, Rilus
A. Kinseng)
Kehadiran perusahaan tambang
dalam jumlah yang cukup
besar sangat berpengaruh
terhadap keadaan sosial,
ekonomi dan ekologi disana.
Perusahaan-perusahaan
tambang menguasai sebagian
besar lahan di Desa Embalut
dan bangunrejo. Terhitung
terdapat total enam perusahan
tambang yang berada di kedua
Desa tersebut. Penguasaan
lahan yang begitu besar
tersebut membuat perusahaan
tambang menjadi penguasa
lahan yang begitu dominan,
padahal sebelum kehadiran
perusahaan-perusahaan
tambang penguasaan lahan
sebagian besar diperuntuhkan
bagi pertanian yang diklola
masyarakat.
Relevansi dari jurnal
terdahulu dengan penelitian
ini adalah adanya kesamaan
pembangunan industri yang
menguasai lahan pertanian
dimana sebelum kehadiran
perusahaan tambang
penguasaan lahan sebagian
besar diperuntuhkan bagi
pertanian yang dikelola
masyarakat.
2. jurnal berjudul
Dampak Negatif
Industri PT. Semen
Indonesia Terhadap
Masyarakat Desa
Temandang
(Wiwin Nur Afifah,
Sugeng Harianto)
gejolak Hadirnya perusahaan
semen membawa baru bagi
masyarakat Desa Temandang
dimana proses berdirinya
industri tersebut terdapat
proses-proses sosial yang
terjadi selama industrialisasi
terdapat dua proses sosial yaitu
proses assosiatif dan
disassosiatif. Dampak
industrialisasi PT. Semen
Indonesia terhadap masyarakat
Desa Temandang sangat
beragam dalam aspek ekonomi,
lingkungan, sosial maupun
budaya. Diantaranya adalah
kelangkaan sumber daya alam,
konsumerisme masyarakat,
perubahan sosial masyarakat
progres, dan regres, kerusakan
Terdapat persamaan dari
penelitian terdahulu yaitu
dengan hadirnya industri
PT. Semen Indonesia
memberikan perubahan
pada masyarakatnya
terutama bagi masyarakat
petani. Perbedaan dari
penelitian terdahulu dengan
penelitian yang akan
dilakukan adalah pada
penelitian terdahulu
masyarakat telah merasakan
dampak dari adanya
industrialisasi sedangkan
penelitian yang akan
dilakukan baru ingin
mengetahui bagaimana
interpretasi petani atas
pembangunan LOTT.
21
lingkungan, marginalisasi
pekerjaan, pemudaran modal
sosial, dan masalah ganti rugi
terhadap dampak negatif yang
tidak sesuai. Dampak negatif
dari kehadiran PT. Semen
Indonesia dirasakan oleh
masyarakat yang terkena
dampak industrialisasi
terutama adalah masyarakat
petani yang menjadi
termarginal, karena tidak
mampu beradaptasi dengan
iklim industrialisasi.
3. Modal Sosial dan
Mekanisme Adaptasi
Masyarakat Pedesaan
Dalam Pengelolaan
dan Pembangunan
Infrastruktur
(Ayu Kusumastuti)
Pada pengelolaan infrastruktur
desa, masyarakat
mengembangkan kontak dan
relasi antara individu dalam
kelompok. Kontribusi dalam
pembangunan lebih
dititikberatkan pada interaksi
yang bersifat ke dalam. Bentuk
modal sosial yang berorientasi
kedalam membuat masyarakat
mempunyai sebuah kekuatan
untuk mengembangkan
kapasitas adaptasi. Modal
sosial ke dalam memungkinkan
kelompok mereka mempunyai
kemampuan untuk merespon
sistuasi di luarnya dengan
sigap.
Relevansi dari penelitian
terdahulu adalah bagaimana
masyarakat berkontribusi
dalam pembangunan
sehingga masyarakat
mampu untuk beradaptasi
dan memiliki strategi untuk
bertahan. Hanya saja pada
penelitian ini pembangunan
yang dimaksud adalah
pembangunan infrastruktur.
4. Dampak Pencemaran
Lingkungan Laut Oleh
Perusahaan
Pertambangan
Terhadap Nelayan
Tradisional
(Rizky W. Santosa)
Pencemaran air laut perlu
dikendalikan karena akibat
pencemaran air dapat
mengurangi pemanfaatan air
sebagai modal dasar dan faktor
utama pembangunan, di
samping itu air laut merupakan
lahan nafkah para nelayan.
Relelevansi dari penelitian
terdahulu dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah
adanya perusahaan
pertambangan yang
menimbulkan dampak
pencemaran lingkungan laut
dapat mempengaruhi
kehidupan nelayan
tradisional karena air laut
merupakan lahan nafkah
bagi para nelayan,
perbedaannya adalah pada
penelitian terdahulu telah
diketahui dan dirasakannya
dampak tersebut bagi para
22
nelayan sedangkan pada
penelitian yang akan
likasnakan adalah ingin
mengetahui kekhawatiran
apa yang dirasakan oleh
para nelayan atas adanya
pembangunan LOTT.
5. Jurnal Berjudul
Konflik Industri
Ekstraktif di Lanskap
Masyarakat Agraris
(AB. Widyanta)
Hasil dari penelitian ini adalah
terjadinya gelombang ekonomi
kapitalistik yang
terepresentasikan dalam
ekonomi pasar/ uang telah
mengubah hampir seluruh
aspek kehidupan warga.
Mekanisme pasar yang volatil
(mudah goyah, labil) kian
mendorong pondasi
perekonomian desa. Dalam
hitungan satu setengah dekade
saja, ekonomi pasar telah
merobohkan sistem ekonomi
subsisten. Berbagai sistem
kelembagaan, alat, dan faktor
produksi di sektor pertanian
menjadi tersingkir dan
marjinal. Merosotnya kuantitas
dan kualitas lahan pertanian,
berkurangnya jumlah petani,
rendahnya peran kaum muda di
sektor pertanian menjadi
konsekuensi logis yang sulit
ditampik.
Relevansi dari penelitian
terdahulu adalah adanya
industri yang mempengaruhi
kehidupan masyarakat
merosotnya kuantitas dan
kualitas lahan pertanian,
berkurangnya jumlah petani,
rendahnya peran kaum
muda di sektor pertanian
menjadi konsekuensi logis
yang sulit ditampik.
Perbedaannya pada
penelitian terdahulu
masyarakat telah merasakan
dampaknya sedangkan pada
penelitian yang akan
dilakukan peneliti ingin
mengetahui apakah ada
kekhawatiran dari petani
tentang terjadinya
penurunan kuantitas dan
kualitas bagi pertanian.
6. Makna Iklan Televisi
(Studi Fenomenologi
Pemirsa Di Jakarta
Terhadap Iklan
Televisi Minuman
“Kuku Bima Energi”
Versi Kolam Susu)
(Hadiono Afdjani &
Soleh Soemirat)
Hasil dari penelitian yang
dilakukan dengan
menggunakan teori
fenomenologi adalah pemirsa
televisi di Jakarta memaknai
iklan tersebut dengan
menunjukan keragaman
makna, karena pemirsa
memiliki beragam interpretasi
sesuai dengan social setting
masing-masing khalayak.
Relevansi dari penelitian
terdahulu dengan penelitian
yang akan dilakukan adalah
adanya kesamaan pada teori
yang digunakan, yaitu
menggunakan teori
fenomenologi Alfred
Schutz. Perbedaannya
adalah penelitian terdahulu
ingin mengetahui makna
dari iklan televisi bagi
pemirsa televisi sedangkan
penelitian yang akan
dilakukan adalah ingin
mengetahui interpretasi dari
23
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Masyarakat Petani dan Nelayan
Horton dan Hunt (1987: 59) mendefinisikan masyarakat yaitu sebagai
sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup
lama, yang mendiami suatu wilayah mandiri, memiliki kebudayaan yang sama,
dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut (Damsar,
2017 : 71). Masyarakat dalam istilah bahasa inggris adalah society yang berasal
dari kata latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata
bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat
adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah
saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui
warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah
kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat
tertentu yang bersifat berkelanjutan, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas
bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri
yaitu: 1) interaksi antar warga-warganya, 2). Adat istiadat, 3). Kontinuitas waktu,
dan 4). Rasa identitas kuat yang mengikat pada semua warga (Koentjaraningrat,
2009: 115-118).
Menurut Wolf (1983: 2) petani merupakan penduduk yang secara
eksistensial terlibat dalam bercocok tanam dan membuat keputusan yang otonom
tentang proses tanam. Kategori itu dengan demikian mencakup penggarapan atau
penerima bagi hasil maupun pemilik penggarap selama mereka ini berada pada
masyarakat petani dan
nelayan atas pembangunan
Lamongan Oil Tank
Terminal.
24
posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman
mereka (Dadang Fredianto, 2017: 15). Sedangkan nelayan merupakan pekerjaan
masyarakat yang bertempat diwilayah pesisir atau pinggiran pantai, definisi
nelayan mengacu pada pekerjaan, tempat tinggal atau status pekerjaan (Mulyadi,
2005 : 171).
Masyarakat petani dan nelayan pada konsep ini adalah masyarakat yang
tinggal pada suatu wilayah yang sama dan menetap cukup lama yang berorientasi
pada nilai budaya yang sama, dimana mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai
petani dan nelayan. Masyarakat petani pada penelitian ini merupakan masyarakat
yang berstatus sebagai petani dan mempunyai lahan yang berada di daerah lokasi
pembangunan yang secara tidak langsung sedikit atau banyak akan merasakan
perubahan dari adanya pembangunan Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT)
tersebut.
Sedangkan masyarakat nelayan pada penelitian ini adalah nelayan
tradisional, nelayan tradisional adalah nelayan yang memanfaatkan sumber daya
perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha yang kecil, dan
organisasi penangkapan yang sederhana. Nelayan tradisional adalah nelayan yang
memanfaatkan sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional,
modal usaha yang kecil, dan organisasi penangkapan yang sederhana. Secara lebih
rinci, ciri-ciri usaha nelayan tradisional adalah (1) teknologi penangkapan yang
digunakan bersifat sederhana dengan ukuran perahu yang kecil, daya jelajah
terbatas, daya muat perahu sedikit, daya jangkau alat tangkap terbatas, dan perahu
dilajukan dengan layar, dayung, atau mesin ber-PK kecil; (2) besaran modal usaha
terbatas; (3) jumlah anggota organisasi penangkapan kecil yaitu antara 2-3 orang,
25
dengan pembagian peran bersifat kolektif (nonspesifik) dan umumnya berbasis
kerabat, tetangga dekat, dan atau teman dekat; (4) orientasi ekonomisnya terutama
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari (Kusnadi, 2003: 85-86).
1.2.2 Karakteristik Masyarakat Petani
Karakteristik petani berbeda dengan karakteristik nelayan karena
perbedaan sumberdaya yang dimiliki. Petani menghadapi sumberdaya yang
terkontrol yaitu lahan untuk memproduksi suatu jenis komoditas dengan hasil
pendapatan yang dapat diprediksi. Dengan sifat yang demikian
memungkinkannya lokasi produksi yang menetap, sehingga mobilitas usaha yang
rendah dan faktor resiko relatif kecil. Menurut Handlin (1982 dalam elizabeth,
2007) memandang masyarakat petani sebagai masyarakat yang memiliki
kesamaan dengan tipe masyarakat lain. Kesamaan tersebut adalah dalam hal; (1)
adanya ikatan pribadi dengan tanah, (2) keterikatan kepada desa atau komunitas
lokal; (3) pentingnya keluarga secara sentral, (4) perkawinan sebagai persiapan
kecukupan ekonomi menuju makmur, serta (5) adanya ketegangan antara
keterikatan kepada tanah dan dunia lokal dengan keharusan menghasilkan
tanaman penghasil uang dan seterusnya (Firmansyah, 2009: 4-5).
2.2.3 Karakteristik Masyarakat Nelayan
Masyarakat pesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan maupun
yang melakukan aktivitas hidup di laut jumlahnya relati kecil dibandingkan
dengan yang bekerja sebagai petani di sawah, ladang, dan sektor jasa. Hal ini
berarti jenis pencaharian nelayan bersifat heterogen dan masyarakat yang memilih
sebagai nelayan pada dasarnya merupakan kelompok kecil saja. Dilihat dari
kesejahteraan hidup nelayan rata-rata masih belum menggembirakan, karena
26
sebagai nelayan mereka menghadapi berbagai keterbatasan. Karakteristik menurut
Surjantoro (2006) antara lain; (1) nelayan memiliki fokus yang jelas, (2) nelayan
terbiasa hidup sederhana, (3) nelayan adalah orang yang rajin, (4) nelayan adalah
orang yang sabar, (5) nelayan adalah orang yang berani dalam tugas dan
profesinya, (6) nelayan suka bekerja sama dalam melakukan pekerjaan, (7)
nelayan adalah orang yang mencintai dan setia kepada profesinya (Firmansya,
2009: 4).
2.2.4 Posisi Masyarakat Petani dan Nelayan Dalam Pembangunan Industri
Di Indonesia
Salah satu bagian penting dari pembangunan ekonomi adalah
pembangunan di bidang industri. Pembangunan industri yang berlangsung di
Indonesia diarahkan untuk menciptakan kemandirian perekonomian nasional
dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peran serta aktif masyarakat
yang didukung oleh produktivitas masyarakat dengan melalui peningkatan daya
saing masyarakat yang sehat dalam menghasilkan barang dan jasa. Diharapkan
dalam pembangunan industri yang berlangsung dapat meningkatkan penguasaan
pasar dalam negeri dan memperluas pasar luar negeri (Mayana, 2004 : 26).
Pembangunan industri yang terjadi bukan tanpa suatu hal yang dengan
tiba-tiba dilaksanakan, adanya pembangunan industri tentu telah melewati banyak
hal yang di pertimbangkan dimana nantinya industri yang ada akan memunculkan
suatu perubahan yang mampu mempengaruhi masyarakat sekitar, terutama bagi
masyarakat petani dan nelayan yang tinggal di Dusun Ngesong dimana lokasi
dusun tersebut adalah lokasi dari pembangunan industri. Petani dan nelayan
27
menjadi bagian dari masyarakat yang bisa menjadi pengaruh maupun terpengaruh
dengan adanya pembangunan industri tersebut.
Masyarakat bisa dikatakan menjadi pengaruh dari adanya pembangunan,
artinya ketika masyarakat mempunyai sumber daya alam namun masyarakat
sekitar tidak mampu untuk mengelola maka hal tersebut mampu menjadikan
masyarakat menjadi pengaruh dengan adanya pembangunan tersebut. Namun,
masyarakat juga bisa dikatakan sebagai masyarakat yang dipengaruhi oleh adanya
pembangunan industri artinya masyarakat mulai beralih profesi, dimana semula
mereka adalah masyarakat petani ketika mreka mampu beradaptasi dengan
lingkungan baru sehingga mereka mulai berubah menjadi masyarakat industri.
Hadirnya teknologi industri di tengah-tengah masyarakat petani dan
nelayan ini akan menimbulkan beberapa perubahan pola kehidupan masyarakat,
diantaranya ketenagakerjaan yang memiliki aneka ragam suku bangsa, budaya dan
agama, begitu juga terhadap pergaulan ekonomi masyarakat di dalamnya.
Sebagaimana telah dikemukaan bahwa pertumbuhan industri di daerah akan
menimbulkan perubahan-perubahan pada pola kehidupan masyarakat, baik
penambahan yang bersifat ke arah proses maupun kemunduran di daerah politik,
sosial dan budaya. Hal ini akan mempengaruhi ekonomi masyarakat yang terlibat
pertumbuhan industri dan pariwisata ( Nuh, 2009 : 103).
2.2.5 Pembangunan Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT)
Pembangunan Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT) di latar belakangi
oleh adanya potensi minyak yang cukup besar di Daerah Jawa Timur sehingga
mengharuskan untuk adanya tempat pengolahan di Daerah Jawa Timur untuk
menambah nilai tambah Jawa Timur sendiri, Lamongan menjadi Daerah yang
28
dipilih karena selain lokasi yang strategis, pantai lautnya dalam, dan juga banyak
sumur minyak didaerah sekitarnya. Wagub Jawa Timur, Drs H. Saifullah Yusuf
pada Ground Breaking Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT) di Lamongan,
kamis 27 April 2017 mengatakan, Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT)
merupakan proyek strategis. Setelah ini akan dilanjutkan dengan pembangunan
kilang minyak untuk mengelola minyak yang dihasilkan Jawa Timur (Kadin
Surabaya, 2017).
Pembangunan dengan teknologi yang semakin canggih memungkinkan
bahwa dengan adanya pembangunan industri memunculkan perubahan-perubahan
pada lingkungan sekitar, dimana masyarakat harus beradaptasi dengan keadaan
baru untuk bisa bertahan dan memanfaatkan potensi yang ada masyarakat perlu
untuk mempersiapkan skill/ keahlian yang ada pada dirinya. Sebuah industri
didirikan tentu untuk menghasilkan produk yang berkualitas, sehingga sebuah
industri juga akan memberikan peluang pekerjaan/ menerima tenaga kerja yang
berkualitas. Pembangunan yang menggunakan lahan pertanian dan direncanakan
akan memasuki wilayah maritim membuat adanya kekhawatiran tentang
bagaimana kelanjutan/ kelangsungan hidup masyarakat petani dan nelayan
tersebut? Disinilah peneliti ingin mngetahui bagaimana interpretasi masyarakat
khususnya masyarakat petani dan nelayan dimana mereka mencari nafkah dengan
bertani dan mencari ikan.
2.2.6 Landasan Teori
Bagi schutz, verstehen sebagai pemahaman tentang makna subjektif
individu sama dengan penekanan fenomenologis yang menganalisis struktur
makna pada individu dan hubungan struktur tersebut dengan individu-individu
29
lain. Bisa dikatakan bahwa pengalaman dan asumsi dari makna-makna bersama
merupakan dasar yang mungkin untuk membuat kehidupan sosial. Tujuan
fenomenologi adalah mendorong kita untuk menyadari dan mempelajari serta
mengontrol apa yang sedang kita lakukan dan membentuk kehidupan sosial.
Sekalipun manusia tidak memiliki kontrol penuh atas setiap situasi dalam
kehidupan sosial mereka, akhirnya mereka sanggup memilih proyek hidupnya.
Mengapa demikian? Sebab, masing-masing individu memiliki stock of knowledge,
kemudian diantara mereka terjadi sharing, negosiasi, dan manuver-manuver demi
terbentuknya kohesi sosial (Rachmad, 2008 : 153-154).
In his attempt to adapt Husserl’s philosophy to sosiology, schutz
incorporated weber’s concept of verstehen (subjektive understanding). For schutz,
the meaning that individual imparts to situation in everyday life is of prime
importance; he puts the spotlight on the individual’s own definition of the
situation. For schutz, the definition of the situation includes the assumption that
individuals draw on a common stock of knowledge, that is, social recipes of
conceptions of appropriate behavior that enable them to think of the world.
(dalam usahanya untuk mengadaptasi filosofi Husserl dalam sosiologi,
Schutz memasukkan konsep weber tentang verstehen (pemahaman subjektif).
Bagi Schutz makna yang diberikan individu terhadap situasi dalam kehidupan
sehari-hari adalah sangat penting. Ia menempatkan pandangan pada definisi
individu dari situasi tersebut. Bagi Schutz, definisi situasi termasuk asumsi bahwa
orang-orang menggunakan pengetahuan umum, yaitu ilmu sosial konsepsi tentang
perilaku yang sesuai yang memungkinkan mereka untuk memikirkan
dunia.(Wallace, 1998: 255).
30
Teori fenomenologi dari Alfred Schutz (1899-1959), dalam The
Penomenologi of sosial world (1967: 7), mengemukakan bahwa orang secara aktif
menginterpretasikan pengalamnnya dengan memberi tanda dan arti tentang apa
yang mereka lihat. Interpretasi merupakan proses aktif dalam menandai dan
mengartikan tentang sesuatu yang diamati. Menurut Schutz, fenomenologi adalah
studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara kita memahami
sebuah obyek atau peristiwa tersebut. Sebuah fenomena adalah penampilan
sebuah obyek, peristiwa atau kondisi dalam persepdi seseorang, jadi bersifat
subjektif.
Alfred Schutz adalah ahli teori fenomenologi yang paling menonjol
sekaligus yang membuat fenomenologi menjadi ciri khas bagi ilmu sosial hingga
saat ini. Bagi schutz, tugas utama fenomenologi adalah mengkontruksi dunia
kehidupan manusia “sebenarnya” dalam bentuk yang mereka sendiri alami.
Realitas dunia tersebut bersifat intersubjektif dalam arti bahwa anggota
masyarakat berbagi persepsi dasar mengenai dasar mengenai dunia yang mereka
internalisasikan melalui sosialisasi dan memungkinkan mereka melakukan
interaksi atau komunikasi (Kuswarno, 2009: 110).
Inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial
melalui penafsiran. Dimana, tindakan sosial merupakan tindakan yang
berorientasi pada perilaku orang atau orang lain pada masa lalu, sekarang, dan
yang akan datang (Alpian. R, Rahmat, 2017: 6). Konstruksi makna dapat
dipahami sebagai sebuah proses ketika seseorang mengatur dan
menginterpretasikan kesan-kesan mereka untuk memberikan arti bagi lingkungan
atau objek disekitar mereka. Konstruksi makna juga dapat diartikan sebagai
31
proses dengan mana orang mengorganisasikan dunia dalam perbedaan yang
signifikan. Proses ini kemudian dijalankan melalui konstruksi kode-kode sosial,
budaya, dan sejarah yang spesifik. Konsep yang digunakan dalam proses sosial
pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia.
Teori fenomenologi dalam kaitannya dengan pembahasan ini adalah
dimana schuzt melihat bahwa interpretasi merupakan pemahaman tentang makna
subjektitif individu, individu dapat menginterpretasikan sesuatu sesuai dengan apa
yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dengan menggunakan
pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki yang tetunya akan berbeda
antara individu satu dengan yang lain sehingga hasil dari interpretasi atas
sesuatupun akan berbeda. Terdapat dua jenis interpretasi understanding yaitu:
a. Observational understanding/aktualles verstehen (pemahaman
observasional atau pemahaman aktual), pemahaman melalui observasi
langsung atau ekspresi simbolis tanpa melihat konteks yang lebih luas.
b. Explanatory understanding/ eklarandes verstehen (pemahaman
penjelasan) merupakan pemahaman dengan menempatkan aksi ke
dalam konteks makna yang lebi luas. Pemahaman ini mencari bentuk
motif, yaitu apa yang menyebabkan sesorang melakukan hal seperti itu
(Damsar, 2017 : 10-11).
Bernard Raho memberikan deskripsi atau gambaran tentang stock of
knowledge ini, sebagai berikut:
a. Realitas yang dialami oleh orang-orang merupakan stock of knowledge
penting digunakan sebagai panduan atas peristiwa sosial, ia juga
32
digunakan aktor ketika berinteraksi dengan orang lain di lingkungan
mereka.
b. Stock of knowledge mampu memberikan pada individu sebuah ciri yang
bersifat taken for granted (diterima begitu saja). Oleh karena itu, jarang
ia sebagai objek sadar, tetapi sebagai prosedur implisit yang digunakan
individu ketika berinteraksi. Stock of knowledge dipelajari dari
sosialisasi. Tetapi setelah itu, kemana pun individu berinteraksi selalu
saja membawa stock of knowledge tersebut.
c. Stock of knowledge memberikan rasa kesalingan atau timbal balik yang
akan memberikan kesan bahwa dunia adalah sama dalam perasaan
mereka. Raho menambahkan bahwa apa yang membuat masyarakat
bisa bertahan atau menjaga keutuhannya adalah asumsi akan dunia yang
satu dan sama ini.
d. Asumsi akan dunia yang sama itu memungkinkan aktor bisa terlibat
dalam proses tipifikasi, yaitu berdasarkan tipe-tipe, resep-resep atau
pola-pola tingkah laku yang sudah ada. Tindakan dan perbuatan pada
hampir semua situasi dapat berlangsung melalui proses tipifikasi timbal
balik ketika mengkategorikan satu dengan lain dan menyesuaikan
tanggapan mereka terhadap tipifikasi-tipifikasi tersebut (Bernard Raho,
2007:138).
Schutz menyatakan bahwa pada hakikatnya fenomena kehidupan
sehari-hari tidak sama dengan fenomena ilmiah. Karenanya, jika ingin
mempelajari ilmu-ilmu sosial (masyarakat) tidak mungkin dipelajari dengan
33
menggunakan metode yang abstrak, melainkan menggunakan metode yang tepat
yaitu dengan pemeriksaan kehidupan sehari-hari dari objek yang diteliti.
Banyak gagasan Schutz yang menyinggung penjelasan tentang
kehidupan sehari-hari (common sense). Common sense merupakan lambang yang
terorganisasi dari pengetahuan yang diterima begitu saja, dimana aktivititas kita
didasarkan dan dalam sikap alamiah kita tidak mempertanyakannya (Gordon
Marshall, 1998: 94).
Margaret Poloma menyatakan bahwa orang bergerak bukan didorong
oleh teori-teori ilmiah tetapi mereka beraktivitas didasarkan atas kepentingan
praktis atau kehidupan sehari-hari yang dkembangkan melalui:
1. Taken for granted asumption (asumsi yang apa adanya)
2. Stock Knowledge
3. Resiprositas dari perspektif atau sudut pandang yang saling menukar
4. Perilaku alamiah, bisa bersifat praktis dan prakmatis.
Tokoh sosiologi yang mendukung teori fenomenologi oleh Alfred Schutz
sendiri salah satunya adalah Peter L. Berger, dimana Alfred Schutz dijadikan
inspirasi pada gagasan yang keluarkan oleh Peter L. Berger dalam buku
(Rachmad, 2008: 334) dua di antara sosiolog yang menginspirasi Berger itu
adalah Emile Durkheim dan Alfred Schutz. Inti gagasan Durkheim yang dijadikan
pijakan membangun teori adalah bahwa dunia bersifat serba teratur dan ada
sebelum kita ada atau hidup sebelum kita lahir. Sedangkan pembacaan kembali
atas karya Alfred Schutz adalah pandangan tentang dunia individu yang bersifat
unik, mencerminkan kehidupan sehari-hari (common sense),telah terbangun secara
subjektif, dan bersifat turun-temurun.
34
Sedangkan teori yang bertolak belakang dengan teori fenomenologi
sendiri adalah teori Etnometodologi dimana teori etnometodologi ingin
memperbaruhi teori fenomenologi, pada dasarnya etnometodologi merupakan
teori dari Harold Garfinkel dimana pada teori ini diri lebih bebas sedangkan pada
teori fenomenologi ada pengurungan diri atau yang biasa disebut dengan epoche.
Dalam buku (Rachmad, 2008: 360). Garfinkel memiliki eksperimen, murid
diinstrusikan terlibat dalam perkenalan atau pertemanan dalam percakapan biasa
dan tanpa mengindikasikan apa yang peneliti katakan dalam cara yang tidak
umum, untuk menghindari bahwa orang menjernihkan pengertian kata-kata yang
umum. Dalam sebuah percakapan, individu pastilah menginginkan untuk
bercakap-cakap tanpa mendapatkan masalah pengertian atau pemaknaan. Ketika
dikonfirmasi terus-menerus maksud yang dikatakan, bahkan konfirmasi itu lebih
dari sekali, maka pasangan interaksi akan melawan dan menunjukkan bentuk
permusuhan.