BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43766/3/BAB II.pdf · ekonomi pasar...

18
17 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dimana penelitian tersebut memiliki hubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, penelitian terdahulu ini akan menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian. Penulis mengangkat beberapa judul penelitian sebagai referensi dalam penulisan penelitian. Adapun diantaranya adalah: 1. pertama, jurnal berjudul Industrialisasi Pertambangan Dan Deagrarianisasi Masyarakat Desa “Studi Kasus Masyarakat Desa Embalut dan Desa Bangunrejo, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur” ( Jurnal Sosiologi Pedesaan, 2015). Kehadiran perusahaan tambang dalam jumlah yang cukup besar sangat berpengaruh terhadap keadaan sosial, ekonomi dan ekologi disana. Perusahaan-perusahaan tambang menguasai sebagian besar lahan di Desa Embalut dan bangunrejo. Terhitung terdapat total enam perusahan tambang yang berada di kedua Desa tersebut. Penguasaan lahan yang begitu besar tersebut membuat perusahaan tambang menjadi penguasa lahan yang begitu dominan, padahal sebelum kehadiran perusahaan- perusahaan tambang penguasaan lahan sebagian besar diperuntuhkan bagi pertanian yang diklola masyarakat. 2. Kedua, jurnal berjudul Dampak Negatif Industri PT. Semen Indonesia Terhadap Masyarakat Desa Temandang (jurnal Paradigma, 2014). gejolak

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/43766/3/BAB II.pdf · ekonomi pasar...

17

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya dimana penelitian tersebut memiliki hubungan dengan penelitian

yang akan dilakukan, penelitian terdahulu ini akan menjadi acuan bagi penulis

dalam melakukan penelitian. Penulis mengangkat beberapa judul penelitian

sebagai referensi dalam penulisan penelitian. Adapun diantaranya adalah:

1. pertama, jurnal berjudul Industrialisasi Pertambangan Dan Deagrarianisasi

Masyarakat Desa “Studi Kasus Masyarakat Desa Embalut dan Desa

Bangunrejo, Kecamatan Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai

Kartanegara, Kalimantan Timur” ( Jurnal Sosiologi Pedesaan, 2015).

Kehadiran perusahaan tambang dalam jumlah yang cukup besar sangat

berpengaruh terhadap keadaan sosial, ekonomi dan ekologi disana.

Perusahaan-perusahaan tambang menguasai sebagian besar lahan di Desa

Embalut dan bangunrejo. Terhitung terdapat total enam perusahan

tambang yang berada di kedua Desa tersebut. Penguasaan lahan yang

begitu besar tersebut membuat perusahaan tambang menjadi penguasa

lahan yang begitu dominan, padahal sebelum kehadiran perusahaan-

perusahaan tambang penguasaan lahan sebagian besar diperuntuhkan bagi

pertanian yang diklola masyarakat.

2. Kedua, jurnal berjudul Dampak Negatif Industri PT. Semen Indonesia

Terhadap Masyarakat Desa Temandang (jurnal Paradigma, 2014). gejolak

18

Hadirnya perusahaan semen membawa baru bagi masyarakat Desa

Temandang dimana proses berdirinya industri tersebut terdapat proses-

proses sosial yang terjadi selama industrialisasi terdapat dua proses sosial

yaitu proses assosiatif dan disassosiatif. Dampak industrialisasi PT. Semen

Indonesia terhadap masyarakat Desa Temandang sangat beragam dalam

aspek ekonomi, lingkungan, sosial maupun budaya. Diantaranya adalah

kelangkaan sumber daya alam, konsumerisme masyarakat, perubahan

sosial masyarakat progres, dan regres, kerusakan lingkungan, marginalisasi

pekerjaan, pemudaran modal sosial, dan masalah ganti rugi terhadap

dampak negatif yang tidak sesuai. Dampak negatif dari kehadiran PT.

Semen Indonesia dirasakan oleh masyarakat yang terkena dampak

industrialisasi terutama adalah masyarakat petani yang menjadi

termarginal, karena tidak mampu beradaptasi dengan iklim industrialisasi.

3. Ketiga jurnal berjudul Modal Sosial dan Mekanisme Adaptasi Masyarakat

Pedesaan Dalam Pengelolaan dan Pembangunan Infrastruktur (Jurnal

Sosiologi, 2015). Pada pengelolaan infrastruktur desa, masyarakat

mengembangkan kontak dan relasi antara individu dalam kelompok.

Kontribusi dalam pembangunan lebih dititikberatkan pada interaksi yang

bersifat ke dalam. Bentuk modal sosial yang berorientasi kedalam

membuat masyarakat mempunyai sebuah kekuatan untuk mengembangkan

kapasitas adaptasi. Modal sosial ke dalam memungkinkan kelompok

mereka mempunyai kemampuan untuk merespon sistuasi di luarnya

dengan sigap.

19

4. Keempat, jurnal berjudul Dampak Pencemaran Lingkungan Laut Oleh

Perusahaan Pertambangan Terhadap Nelayan Tradisional (Jurnal Lex

Administratum, 2013). Pencemaran air laut perlu dikendalikan karena

akibat pencemaran air dapat mengurangi pemanfaatan air sebagai modal

dasar dan faktor utama pembangunan, di samping itu air laut merupakan

lahan nafkah para nelayan.

5. Kelima, Jurnal Berjudul Genealogi Konflik Industri Ekstraktif di Lanskap

Masyarakat Agraris (Jurnal Pemikiran Sosiologi, 2013). terjadinya

gelombang ekonomi kapitalistik yang terepresentasikan dalam ekonomi

pasar/ uang telah mengubah hampir seluruh aspek kehidupan warga.

Mekanisme pasar yang volatil (mudah goyah, labil) kian mendorong

pondasi perekonomian desa. Dalam hitungan satu setengah dekade saja,

ekonomi pasar telah merobohkan sistem ekonomi subsisten. Berbagai

sistem kelembagaan, alat, dan faktor produksi di sektor pertanian menjadi

tersingkir dan marjinal. Merosotnya kuantitas dan kualitas lahan pertanian,

berkurangnya jumlah petani, rendahnya peran kaum muda di sektor

pertanian menjadi konsekuensi logis yang sulit ditampik.

6. Keenam adalah jurnal yang berjudul Makna Iklan Televisi (Studi

Fenomenologi Pemirsa Di Jakarta Terhadap Iklan Televisi Minuman

“Kuku Bima Energi” Versi Kolam Susu) jurnal ilmu komunikasi, 2010).

Hasil dari penelitian yang dilakukan dengan menggunakan teori

fenomenologi adalah pemirsa televisi di Jakarta memaknai iklan tersebut

dengan menunjukan keragaman makna, karena pemirsa memiliki beragam

interpretasi sesuai dengan social setting masing-masing khalayak.

20

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

No Judul Hasil Penelitian Relevansi

1. Industrialisasi

Pertambangan Dan

Deagrarianisasi

Masyarakat Desa

“Studi Kasus

Masyarakat Desa

Embalut dan Desa

Bangunrejo,

Kecamatan

Tenggarong Seberang,

Kabupaten Kutai

Kartanegara,

Kalimantan Timur”

(Rajib Gandi,

Satyawansunito, Rilus

A. Kinseng)

Kehadiran perusahaan tambang

dalam jumlah yang cukup

besar sangat berpengaruh

terhadap keadaan sosial,

ekonomi dan ekologi disana.

Perusahaan-perusahaan

tambang menguasai sebagian

besar lahan di Desa Embalut

dan bangunrejo. Terhitung

terdapat total enam perusahan

tambang yang berada di kedua

Desa tersebut. Penguasaan

lahan yang begitu besar

tersebut membuat perusahaan

tambang menjadi penguasa

lahan yang begitu dominan,

padahal sebelum kehadiran

perusahaan-perusahaan

tambang penguasaan lahan

sebagian besar diperuntuhkan

bagi pertanian yang diklola

masyarakat.

Relevansi dari jurnal

terdahulu dengan penelitian

ini adalah adanya kesamaan

pembangunan industri yang

menguasai lahan pertanian

dimana sebelum kehadiran

perusahaan tambang

penguasaan lahan sebagian

besar diperuntuhkan bagi

pertanian yang dikelola

masyarakat.

2. jurnal berjudul

Dampak Negatif

Industri PT. Semen

Indonesia Terhadap

Masyarakat Desa

Temandang

(Wiwin Nur Afifah,

Sugeng Harianto)

gejolak Hadirnya perusahaan

semen membawa baru bagi

masyarakat Desa Temandang

dimana proses berdirinya

industri tersebut terdapat

proses-proses sosial yang

terjadi selama industrialisasi

terdapat dua proses sosial yaitu

proses assosiatif dan

disassosiatif. Dampak

industrialisasi PT. Semen

Indonesia terhadap masyarakat

Desa Temandang sangat

beragam dalam aspek ekonomi,

lingkungan, sosial maupun

budaya. Diantaranya adalah

kelangkaan sumber daya alam,

konsumerisme masyarakat,

perubahan sosial masyarakat

progres, dan regres, kerusakan

Terdapat persamaan dari

penelitian terdahulu yaitu

dengan hadirnya industri

PT. Semen Indonesia

memberikan perubahan

pada masyarakatnya

terutama bagi masyarakat

petani. Perbedaan dari

penelitian terdahulu dengan

penelitian yang akan

dilakukan adalah pada

penelitian terdahulu

masyarakat telah merasakan

dampak dari adanya

industrialisasi sedangkan

penelitian yang akan

dilakukan baru ingin

mengetahui bagaimana

interpretasi petani atas

pembangunan LOTT.

21

lingkungan, marginalisasi

pekerjaan, pemudaran modal

sosial, dan masalah ganti rugi

terhadap dampak negatif yang

tidak sesuai. Dampak negatif

dari kehadiran PT. Semen

Indonesia dirasakan oleh

masyarakat yang terkena

dampak industrialisasi

terutama adalah masyarakat

petani yang menjadi

termarginal, karena tidak

mampu beradaptasi dengan

iklim industrialisasi.

3. Modal Sosial dan

Mekanisme Adaptasi

Masyarakat Pedesaan

Dalam Pengelolaan

dan Pembangunan

Infrastruktur

(Ayu Kusumastuti)

Pada pengelolaan infrastruktur

desa, masyarakat

mengembangkan kontak dan

relasi antara individu dalam

kelompok. Kontribusi dalam

pembangunan lebih

dititikberatkan pada interaksi

yang bersifat ke dalam. Bentuk

modal sosial yang berorientasi

kedalam membuat masyarakat

mempunyai sebuah kekuatan

untuk mengembangkan

kapasitas adaptasi. Modal

sosial ke dalam memungkinkan

kelompok mereka mempunyai

kemampuan untuk merespon

sistuasi di luarnya dengan

sigap.

Relevansi dari penelitian

terdahulu adalah bagaimana

masyarakat berkontribusi

dalam pembangunan

sehingga masyarakat

mampu untuk beradaptasi

dan memiliki strategi untuk

bertahan. Hanya saja pada

penelitian ini pembangunan

yang dimaksud adalah

pembangunan infrastruktur.

4. Dampak Pencemaran

Lingkungan Laut Oleh

Perusahaan

Pertambangan

Terhadap Nelayan

Tradisional

(Rizky W. Santosa)

Pencemaran air laut perlu

dikendalikan karena akibat

pencemaran air dapat

mengurangi pemanfaatan air

sebagai modal dasar dan faktor

utama pembangunan, di

samping itu air laut merupakan

lahan nafkah para nelayan.

Relelevansi dari penelitian

terdahulu dengan penelitian

yang akan dilakukan adalah

adanya perusahaan

pertambangan yang

menimbulkan dampak

pencemaran lingkungan laut

dapat mempengaruhi

kehidupan nelayan

tradisional karena air laut

merupakan lahan nafkah

bagi para nelayan,

perbedaannya adalah pada

penelitian terdahulu telah

diketahui dan dirasakannya

dampak tersebut bagi para

22

nelayan sedangkan pada

penelitian yang akan

likasnakan adalah ingin

mengetahui kekhawatiran

apa yang dirasakan oleh

para nelayan atas adanya

pembangunan LOTT.

5. Jurnal Berjudul

Konflik Industri

Ekstraktif di Lanskap

Masyarakat Agraris

(AB. Widyanta)

Hasil dari penelitian ini adalah

terjadinya gelombang ekonomi

kapitalistik yang

terepresentasikan dalam

ekonomi pasar/ uang telah

mengubah hampir seluruh

aspek kehidupan warga.

Mekanisme pasar yang volatil

(mudah goyah, labil) kian

mendorong pondasi

perekonomian desa. Dalam

hitungan satu setengah dekade

saja, ekonomi pasar telah

merobohkan sistem ekonomi

subsisten. Berbagai sistem

kelembagaan, alat, dan faktor

produksi di sektor pertanian

menjadi tersingkir dan

marjinal. Merosotnya kuantitas

dan kualitas lahan pertanian,

berkurangnya jumlah petani,

rendahnya peran kaum muda di

sektor pertanian menjadi

konsekuensi logis yang sulit

ditampik.

Relevansi dari penelitian

terdahulu adalah adanya

industri yang mempengaruhi

kehidupan masyarakat

merosotnya kuantitas dan

kualitas lahan pertanian,

berkurangnya jumlah petani,

rendahnya peran kaum

muda di sektor pertanian

menjadi konsekuensi logis

yang sulit ditampik.

Perbedaannya pada

penelitian terdahulu

masyarakat telah merasakan

dampaknya sedangkan pada

penelitian yang akan

dilakukan peneliti ingin

mengetahui apakah ada

kekhawatiran dari petani

tentang terjadinya

penurunan kuantitas dan

kualitas bagi pertanian.

6. Makna Iklan Televisi

(Studi Fenomenologi

Pemirsa Di Jakarta

Terhadap Iklan

Televisi Minuman

“Kuku Bima Energi”

Versi Kolam Susu)

(Hadiono Afdjani &

Soleh Soemirat)

Hasil dari penelitian yang

dilakukan dengan

menggunakan teori

fenomenologi adalah pemirsa

televisi di Jakarta memaknai

iklan tersebut dengan

menunjukan keragaman

makna, karena pemirsa

memiliki beragam interpretasi

sesuai dengan social setting

masing-masing khalayak.

Relevansi dari penelitian

terdahulu dengan penelitian

yang akan dilakukan adalah

adanya kesamaan pada teori

yang digunakan, yaitu

menggunakan teori

fenomenologi Alfred

Schutz. Perbedaannya

adalah penelitian terdahulu

ingin mengetahui makna

dari iklan televisi bagi

pemirsa televisi sedangkan

penelitian yang akan

dilakukan adalah ingin

mengetahui interpretasi dari

23

2.2 Tinjauan Pustaka

2.2.1 Masyarakat Petani dan Nelayan

Horton dan Hunt (1987: 59) mendefinisikan masyarakat yaitu sebagai

sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup

lama, yang mendiami suatu wilayah mandiri, memiliki kebudayaan yang sama,

dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut (Damsar,

2017 : 71). Masyarakat dalam istilah bahasa inggris adalah society yang berasal

dari kata latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata

bahasa Arab syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat

adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah

saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui

warga-warganya dapat saling berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah

kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat

tertentu yang bersifat berkelanjutan, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas

bersama. Kontinuitas merupakan kesatuan masyarakat yang memiliki keempat ciri

yaitu: 1) interaksi antar warga-warganya, 2). Adat istiadat, 3). Kontinuitas waktu,

dan 4). Rasa identitas kuat yang mengikat pada semua warga (Koentjaraningrat,

2009: 115-118).

Menurut Wolf (1983: 2) petani merupakan penduduk yang secara

eksistensial terlibat dalam bercocok tanam dan membuat keputusan yang otonom

tentang proses tanam. Kategori itu dengan demikian mencakup penggarapan atau

penerima bagi hasil maupun pemilik penggarap selama mereka ini berada pada

masyarakat petani dan

nelayan atas pembangunan

Lamongan Oil Tank

Terminal.

24

posisi pembuat keputusan yang relevan tentang bagaimana pertumbuhan tanaman

mereka (Dadang Fredianto, 2017: 15). Sedangkan nelayan merupakan pekerjaan

masyarakat yang bertempat diwilayah pesisir atau pinggiran pantai, definisi

nelayan mengacu pada pekerjaan, tempat tinggal atau status pekerjaan (Mulyadi,

2005 : 171).

Masyarakat petani dan nelayan pada konsep ini adalah masyarakat yang

tinggal pada suatu wilayah yang sama dan menetap cukup lama yang berorientasi

pada nilai budaya yang sama, dimana mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai

petani dan nelayan. Masyarakat petani pada penelitian ini merupakan masyarakat

yang berstatus sebagai petani dan mempunyai lahan yang berada di daerah lokasi

pembangunan yang secara tidak langsung sedikit atau banyak akan merasakan

perubahan dari adanya pembangunan Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT)

tersebut.

Sedangkan masyarakat nelayan pada penelitian ini adalah nelayan

tradisional, nelayan tradisional adalah nelayan yang memanfaatkan sumber daya

perikanan dengan peralatan tangkap tradisional, modal usaha yang kecil, dan

organisasi penangkapan yang sederhana. Nelayan tradisional adalah nelayan yang

memanfaatkan sumber daya perikanan dengan peralatan tangkap tradisional,

modal usaha yang kecil, dan organisasi penangkapan yang sederhana. Secara lebih

rinci, ciri-ciri usaha nelayan tradisional adalah (1) teknologi penangkapan yang

digunakan bersifat sederhana dengan ukuran perahu yang kecil, daya jelajah

terbatas, daya muat perahu sedikit, daya jangkau alat tangkap terbatas, dan perahu

dilajukan dengan layar, dayung, atau mesin ber-PK kecil; (2) besaran modal usaha

terbatas; (3) jumlah anggota organisasi penangkapan kecil yaitu antara 2-3 orang,

25

dengan pembagian peran bersifat kolektif (nonspesifik) dan umumnya berbasis

kerabat, tetangga dekat, dan atau teman dekat; (4) orientasi ekonomisnya terutama

diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dasar sehari-hari (Kusnadi, 2003: 85-86).

1.2.2 Karakteristik Masyarakat Petani

Karakteristik petani berbeda dengan karakteristik nelayan karena

perbedaan sumberdaya yang dimiliki. Petani menghadapi sumberdaya yang

terkontrol yaitu lahan untuk memproduksi suatu jenis komoditas dengan hasil

pendapatan yang dapat diprediksi. Dengan sifat yang demikian

memungkinkannya lokasi produksi yang menetap, sehingga mobilitas usaha yang

rendah dan faktor resiko relatif kecil. Menurut Handlin (1982 dalam elizabeth,

2007) memandang masyarakat petani sebagai masyarakat yang memiliki

kesamaan dengan tipe masyarakat lain. Kesamaan tersebut adalah dalam hal; (1)

adanya ikatan pribadi dengan tanah, (2) keterikatan kepada desa atau komunitas

lokal; (3) pentingnya keluarga secara sentral, (4) perkawinan sebagai persiapan

kecukupan ekonomi menuju makmur, serta (5) adanya ketegangan antara

keterikatan kepada tanah dan dunia lokal dengan keharusan menghasilkan

tanaman penghasil uang dan seterusnya (Firmansyah, 2009: 4-5).

2.2.3 Karakteristik Masyarakat Nelayan

Masyarakat pesisir yang bermata pencaharian sebagai nelayan maupun

yang melakukan aktivitas hidup di laut jumlahnya relati kecil dibandingkan

dengan yang bekerja sebagai petani di sawah, ladang, dan sektor jasa. Hal ini

berarti jenis pencaharian nelayan bersifat heterogen dan masyarakat yang memilih

sebagai nelayan pada dasarnya merupakan kelompok kecil saja. Dilihat dari

kesejahteraan hidup nelayan rata-rata masih belum menggembirakan, karena

26

sebagai nelayan mereka menghadapi berbagai keterbatasan. Karakteristik menurut

Surjantoro (2006) antara lain; (1) nelayan memiliki fokus yang jelas, (2) nelayan

terbiasa hidup sederhana, (3) nelayan adalah orang yang rajin, (4) nelayan adalah

orang yang sabar, (5) nelayan adalah orang yang berani dalam tugas dan

profesinya, (6) nelayan suka bekerja sama dalam melakukan pekerjaan, (7)

nelayan adalah orang yang mencintai dan setia kepada profesinya (Firmansya,

2009: 4).

2.2.4 Posisi Masyarakat Petani dan Nelayan Dalam Pembangunan Industri

Di Indonesia

Salah satu bagian penting dari pembangunan ekonomi adalah

pembangunan di bidang industri. Pembangunan industri yang berlangsung di

Indonesia diarahkan untuk menciptakan kemandirian perekonomian nasional

dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui peran serta aktif masyarakat

yang didukung oleh produktivitas masyarakat dengan melalui peningkatan daya

saing masyarakat yang sehat dalam menghasilkan barang dan jasa. Diharapkan

dalam pembangunan industri yang berlangsung dapat meningkatkan penguasaan

pasar dalam negeri dan memperluas pasar luar negeri (Mayana, 2004 : 26).

Pembangunan industri yang terjadi bukan tanpa suatu hal yang dengan

tiba-tiba dilaksanakan, adanya pembangunan industri tentu telah melewati banyak

hal yang di pertimbangkan dimana nantinya industri yang ada akan memunculkan

suatu perubahan yang mampu mempengaruhi masyarakat sekitar, terutama bagi

masyarakat petani dan nelayan yang tinggal di Dusun Ngesong dimana lokasi

dusun tersebut adalah lokasi dari pembangunan industri. Petani dan nelayan

27

menjadi bagian dari masyarakat yang bisa menjadi pengaruh maupun terpengaruh

dengan adanya pembangunan industri tersebut.

Masyarakat bisa dikatakan menjadi pengaruh dari adanya pembangunan,

artinya ketika masyarakat mempunyai sumber daya alam namun masyarakat

sekitar tidak mampu untuk mengelola maka hal tersebut mampu menjadikan

masyarakat menjadi pengaruh dengan adanya pembangunan tersebut. Namun,

masyarakat juga bisa dikatakan sebagai masyarakat yang dipengaruhi oleh adanya

pembangunan industri artinya masyarakat mulai beralih profesi, dimana semula

mereka adalah masyarakat petani ketika mreka mampu beradaptasi dengan

lingkungan baru sehingga mereka mulai berubah menjadi masyarakat industri.

Hadirnya teknologi industri di tengah-tengah masyarakat petani dan

nelayan ini akan menimbulkan beberapa perubahan pola kehidupan masyarakat,

diantaranya ketenagakerjaan yang memiliki aneka ragam suku bangsa, budaya dan

agama, begitu juga terhadap pergaulan ekonomi masyarakat di dalamnya.

Sebagaimana telah dikemukaan bahwa pertumbuhan industri di daerah akan

menimbulkan perubahan-perubahan pada pola kehidupan masyarakat, baik

penambahan yang bersifat ke arah proses maupun kemunduran di daerah politik,

sosial dan budaya. Hal ini akan mempengaruhi ekonomi masyarakat yang terlibat

pertumbuhan industri dan pariwisata ( Nuh, 2009 : 103).

2.2.5 Pembangunan Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT)

Pembangunan Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT) di latar belakangi

oleh adanya potensi minyak yang cukup besar di Daerah Jawa Timur sehingga

mengharuskan untuk adanya tempat pengolahan di Daerah Jawa Timur untuk

menambah nilai tambah Jawa Timur sendiri, Lamongan menjadi Daerah yang

28

dipilih karena selain lokasi yang strategis, pantai lautnya dalam, dan juga banyak

sumur minyak didaerah sekitarnya. Wagub Jawa Timur, Drs H. Saifullah Yusuf

pada Ground Breaking Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT) di Lamongan,

kamis 27 April 2017 mengatakan, Lamongan Oil Tank Terminal (LOTT)

merupakan proyek strategis. Setelah ini akan dilanjutkan dengan pembangunan

kilang minyak untuk mengelola minyak yang dihasilkan Jawa Timur (Kadin

Surabaya, 2017).

Pembangunan dengan teknologi yang semakin canggih memungkinkan

bahwa dengan adanya pembangunan industri memunculkan perubahan-perubahan

pada lingkungan sekitar, dimana masyarakat harus beradaptasi dengan keadaan

baru untuk bisa bertahan dan memanfaatkan potensi yang ada masyarakat perlu

untuk mempersiapkan skill/ keahlian yang ada pada dirinya. Sebuah industri

didirikan tentu untuk menghasilkan produk yang berkualitas, sehingga sebuah

industri juga akan memberikan peluang pekerjaan/ menerima tenaga kerja yang

berkualitas. Pembangunan yang menggunakan lahan pertanian dan direncanakan

akan memasuki wilayah maritim membuat adanya kekhawatiran tentang

bagaimana kelanjutan/ kelangsungan hidup masyarakat petani dan nelayan

tersebut? Disinilah peneliti ingin mngetahui bagaimana interpretasi masyarakat

khususnya masyarakat petani dan nelayan dimana mereka mencari nafkah dengan

bertani dan mencari ikan.

2.2.6 Landasan Teori

Bagi schutz, verstehen sebagai pemahaman tentang makna subjektif

individu sama dengan penekanan fenomenologis yang menganalisis struktur

makna pada individu dan hubungan struktur tersebut dengan individu-individu

29

lain. Bisa dikatakan bahwa pengalaman dan asumsi dari makna-makna bersama

merupakan dasar yang mungkin untuk membuat kehidupan sosial. Tujuan

fenomenologi adalah mendorong kita untuk menyadari dan mempelajari serta

mengontrol apa yang sedang kita lakukan dan membentuk kehidupan sosial.

Sekalipun manusia tidak memiliki kontrol penuh atas setiap situasi dalam

kehidupan sosial mereka, akhirnya mereka sanggup memilih proyek hidupnya.

Mengapa demikian? Sebab, masing-masing individu memiliki stock of knowledge,

kemudian diantara mereka terjadi sharing, negosiasi, dan manuver-manuver demi

terbentuknya kohesi sosial (Rachmad, 2008 : 153-154).

In his attempt to adapt Husserl’s philosophy to sosiology, schutz

incorporated weber’s concept of verstehen (subjektive understanding). For schutz,

the meaning that individual imparts to situation in everyday life is of prime

importance; he puts the spotlight on the individual’s own definition of the

situation. For schutz, the definition of the situation includes the assumption that

individuals draw on a common stock of knowledge, that is, social recipes of

conceptions of appropriate behavior that enable them to think of the world.

(dalam usahanya untuk mengadaptasi filosofi Husserl dalam sosiologi,

Schutz memasukkan konsep weber tentang verstehen (pemahaman subjektif).

Bagi Schutz makna yang diberikan individu terhadap situasi dalam kehidupan

sehari-hari adalah sangat penting. Ia menempatkan pandangan pada definisi

individu dari situasi tersebut. Bagi Schutz, definisi situasi termasuk asumsi bahwa

orang-orang menggunakan pengetahuan umum, yaitu ilmu sosial konsepsi tentang

perilaku yang sesuai yang memungkinkan mereka untuk memikirkan

dunia.(Wallace, 1998: 255).

30

Teori fenomenologi dari Alfred Schutz (1899-1959), dalam The

Penomenologi of sosial world (1967: 7), mengemukakan bahwa orang secara aktif

menginterpretasikan pengalamnnya dengan memberi tanda dan arti tentang apa

yang mereka lihat. Interpretasi merupakan proses aktif dalam menandai dan

mengartikan tentang sesuatu yang diamati. Menurut Schutz, fenomenologi adalah

studi tentang pengetahuan yang datang dari kesadaran atau cara kita memahami

sebuah obyek atau peristiwa tersebut. Sebuah fenomena adalah penampilan

sebuah obyek, peristiwa atau kondisi dalam persepdi seseorang, jadi bersifat

subjektif.

Alfred Schutz adalah ahli teori fenomenologi yang paling menonjol

sekaligus yang membuat fenomenologi menjadi ciri khas bagi ilmu sosial hingga

saat ini. Bagi schutz, tugas utama fenomenologi adalah mengkontruksi dunia

kehidupan manusia “sebenarnya” dalam bentuk yang mereka sendiri alami.

Realitas dunia tersebut bersifat intersubjektif dalam arti bahwa anggota

masyarakat berbagi persepsi dasar mengenai dasar mengenai dunia yang mereka

internalisasikan melalui sosialisasi dan memungkinkan mereka melakukan

interaksi atau komunikasi (Kuswarno, 2009: 110).

Inti pemikiran Schutz adalah bagaimana memahami tindakan sosial

melalui penafsiran. Dimana, tindakan sosial merupakan tindakan yang

berorientasi pada perilaku orang atau orang lain pada masa lalu, sekarang, dan

yang akan datang (Alpian. R, Rahmat, 2017: 6). Konstruksi makna dapat

dipahami sebagai sebuah proses ketika seseorang mengatur dan

menginterpretasikan kesan-kesan mereka untuk memberikan arti bagi lingkungan

atau objek disekitar mereka. Konstruksi makna juga dapat diartikan sebagai

31

proses dengan mana orang mengorganisasikan dunia dalam perbedaan yang

signifikan. Proses ini kemudian dijalankan melalui konstruksi kode-kode sosial,

budaya, dan sejarah yang spesifik. Konsep yang digunakan dalam proses sosial

pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia.

Teori fenomenologi dalam kaitannya dengan pembahasan ini adalah

dimana schuzt melihat bahwa interpretasi merupakan pemahaman tentang makna

subjektitif individu, individu dapat menginterpretasikan sesuatu sesuai dengan apa

yang mereka pikirkan, apa yang mereka rasakan dengan menggunakan

pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki yang tetunya akan berbeda

antara individu satu dengan yang lain sehingga hasil dari interpretasi atas

sesuatupun akan berbeda. Terdapat dua jenis interpretasi understanding yaitu:

a. Observational understanding/aktualles verstehen (pemahaman

observasional atau pemahaman aktual), pemahaman melalui observasi

langsung atau ekspresi simbolis tanpa melihat konteks yang lebih luas.

b. Explanatory understanding/ eklarandes verstehen (pemahaman

penjelasan) merupakan pemahaman dengan menempatkan aksi ke

dalam konteks makna yang lebi luas. Pemahaman ini mencari bentuk

motif, yaitu apa yang menyebabkan sesorang melakukan hal seperti itu

(Damsar, 2017 : 10-11).

Bernard Raho memberikan deskripsi atau gambaran tentang stock of

knowledge ini, sebagai berikut:

a. Realitas yang dialami oleh orang-orang merupakan stock of knowledge

penting digunakan sebagai panduan atas peristiwa sosial, ia juga

32

digunakan aktor ketika berinteraksi dengan orang lain di lingkungan

mereka.

b. Stock of knowledge mampu memberikan pada individu sebuah ciri yang

bersifat taken for granted (diterima begitu saja). Oleh karena itu, jarang

ia sebagai objek sadar, tetapi sebagai prosedur implisit yang digunakan

individu ketika berinteraksi. Stock of knowledge dipelajari dari

sosialisasi. Tetapi setelah itu, kemana pun individu berinteraksi selalu

saja membawa stock of knowledge tersebut.

c. Stock of knowledge memberikan rasa kesalingan atau timbal balik yang

akan memberikan kesan bahwa dunia adalah sama dalam perasaan

mereka. Raho menambahkan bahwa apa yang membuat masyarakat

bisa bertahan atau menjaga keutuhannya adalah asumsi akan dunia yang

satu dan sama ini.

d. Asumsi akan dunia yang sama itu memungkinkan aktor bisa terlibat

dalam proses tipifikasi, yaitu berdasarkan tipe-tipe, resep-resep atau

pola-pola tingkah laku yang sudah ada. Tindakan dan perbuatan pada

hampir semua situasi dapat berlangsung melalui proses tipifikasi timbal

balik ketika mengkategorikan satu dengan lain dan menyesuaikan

tanggapan mereka terhadap tipifikasi-tipifikasi tersebut (Bernard Raho,

2007:138).

Schutz menyatakan bahwa pada hakikatnya fenomena kehidupan

sehari-hari tidak sama dengan fenomena ilmiah. Karenanya, jika ingin

mempelajari ilmu-ilmu sosial (masyarakat) tidak mungkin dipelajari dengan

33

menggunakan metode yang abstrak, melainkan menggunakan metode yang tepat

yaitu dengan pemeriksaan kehidupan sehari-hari dari objek yang diteliti.

Banyak gagasan Schutz yang menyinggung penjelasan tentang

kehidupan sehari-hari (common sense). Common sense merupakan lambang yang

terorganisasi dari pengetahuan yang diterima begitu saja, dimana aktivititas kita

didasarkan dan dalam sikap alamiah kita tidak mempertanyakannya (Gordon

Marshall, 1998: 94).

Margaret Poloma menyatakan bahwa orang bergerak bukan didorong

oleh teori-teori ilmiah tetapi mereka beraktivitas didasarkan atas kepentingan

praktis atau kehidupan sehari-hari yang dkembangkan melalui:

1. Taken for granted asumption (asumsi yang apa adanya)

2. Stock Knowledge

3. Resiprositas dari perspektif atau sudut pandang yang saling menukar

4. Perilaku alamiah, bisa bersifat praktis dan prakmatis.

Tokoh sosiologi yang mendukung teori fenomenologi oleh Alfred Schutz

sendiri salah satunya adalah Peter L. Berger, dimana Alfred Schutz dijadikan

inspirasi pada gagasan yang keluarkan oleh Peter L. Berger dalam buku

(Rachmad, 2008: 334) dua di antara sosiolog yang menginspirasi Berger itu

adalah Emile Durkheim dan Alfred Schutz. Inti gagasan Durkheim yang dijadikan

pijakan membangun teori adalah bahwa dunia bersifat serba teratur dan ada

sebelum kita ada atau hidup sebelum kita lahir. Sedangkan pembacaan kembali

atas karya Alfred Schutz adalah pandangan tentang dunia individu yang bersifat

unik, mencerminkan kehidupan sehari-hari (common sense),telah terbangun secara

subjektif, dan bersifat turun-temurun.

34

Sedangkan teori yang bertolak belakang dengan teori fenomenologi

sendiri adalah teori Etnometodologi dimana teori etnometodologi ingin

memperbaruhi teori fenomenologi, pada dasarnya etnometodologi merupakan

teori dari Harold Garfinkel dimana pada teori ini diri lebih bebas sedangkan pada

teori fenomenologi ada pengurungan diri atau yang biasa disebut dengan epoche.

Dalam buku (Rachmad, 2008: 360). Garfinkel memiliki eksperimen, murid

diinstrusikan terlibat dalam perkenalan atau pertemanan dalam percakapan biasa

dan tanpa mengindikasikan apa yang peneliti katakan dalam cara yang tidak

umum, untuk menghindari bahwa orang menjernihkan pengertian kata-kata yang

umum. Dalam sebuah percakapan, individu pastilah menginginkan untuk

bercakap-cakap tanpa mendapatkan masalah pengertian atau pemaknaan. Ketika

dikonfirmasi terus-menerus maksud yang dikatakan, bahkan konfirmasi itu lebih

dari sekali, maka pasangan interaksi akan melawan dan menunjukkan bentuk

permusuhan.