BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

13
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN 2.1.1 Pengertian Permainan Kartu Bilangan Chalidah menyatakan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilakukan dengan sukarela dan menggunakan aktifitas fisik, sensorik, emosi, komunikasi dan pikiran (2005 : 124). Sadiman (2006 : 76) mengatakan bahwa permainan adalah suatu yang menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur. Permainan dalam pembelajaran matematika di sekolah bukan untuk menerangkan melainkan suatu cara atau teknik untuk mempelajani atau membina keterampilan dan suatu materi tertentu. Secara umum permainan cocok untuk membantu mempelajari fakt dan keterampilan (Sukayati, 2004: 14). Kartu adalah kertas tebal yang segi empat bangunnya (Kamus Bahasa Indonesia, 1999 : 145). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang (Depdiknas, 2005 : 510). Secara umum kartu bilangan adalah Kartu yang berisi angka- angka atau bilangan yang digunakan dalam pelajaran matematika. 2.1.2 Petunjuk Permainan Kartu Bilangan Pujiati (2003: 19) mengemukakan bahwa bentuk permainan kartu bilangan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil masing- masing beranggotakan 2-4 siswa. Setiap putaran permainan diikuti oleh semua kelompok. 2. Waktu setiap putaran lebih kurang 10 menit. 3. Guru menunjukkan salah satu kartu yang merupakan hasil atau jawaban dari suatu pertanyaan atau hasil perkalian. 6

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 KARTU BILANGAN

2.1.1 Pengertian Permainan Kartu Bilangan

Chalidah menyatakan bahwa permainan adalah suatu kegiatan yang

menyenangkan yang dilakukan dengan sukarela dan menggunakan

aktifitas fisik, sensorik, emosi, komunikasi dan pikiran (2005 : 124).

Sadiman (2006 : 76) mengatakan bahwa permainan adalah suatu yang

menyenangkan untuk dilakukan dan sesuatu yang menghibur.

Permainan dalam pembelajaran matematika di sekolah bukan untuk

menerangkan melainkan suatu cara atau teknik untuk mempelajani

atau membina keterampilan dan suatu materi tertentu. Secara umum

permainan cocok untuk membantu mempelajari fakt dan keterampilan

(Sukayati, 2004: 14). Kartu adalah kertas tebal yang segi empat

bangunnya (Kamus Bahasa Indonesia, 1999 : 145). Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa kartu adalah kertas tebal

berbentuk persegi panjang (Depdiknas, 2005 : 510).

Secara umum kartu bilangan adalah Kartu yang berisi angka- angka

atau bilangan yang digunakan dalam pelajaran matematika.

2.1.2 Petunjuk Permainan Kartu Bilangan

Pujiati (2003: 19) mengemukakan bahwa bentuk permainan kartu

bilangan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil masing-

masing beranggotakan 2-4 siswa. Setiap putaran permainan diikuti

oleh semua kelompok.

2. Waktu setiap putaran lebih kurang 10 menit.

3. Guru menunjukkan salah satu kartu yang merupakan hasil atau

jawaban dari suatu pertanyaan atau hasil perkalian.

6

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

7

4. Siswa mencari dan memilih kartu siswa yang berupa jawaban dari

pertanyaan yang sesuai dan cocok dengan kartu guru.

2.1.3 Sarana Permainan Lacak Kartu Bilangan

Sarana permainan lacak kartu bilangan terdiri dari :

1. Kartu untuk guru

Kartu untuk guru dibuat dari kertas cukup tebal, misalnya kertas

duplek atau kertas marga dengan ukuran lebih kurang setengah

folio. Kartu untuk guru bertuliskan pertanyaan bisa berupa gambar

atau hasil perkalian dari fakta dasar yang dipilih. Lomba ini

dilakukan 6 kali permainan dalam satu putaran, maka kartu guru

harus berjumlah enam kartu terdiri atas pertanyaan yang berbeda.

2. Kartu untuk siswa

Kartu untuk siswa dibuat dari kertas manila atau kertas buffalo, dan

untuk setiap kelompok, kartu yang diberikan berbeda warna agar

memudahkan dalam penskoran. Kartu untuk siswa berukuran lebih

kecil dari kartu untuk guru misalnya seperempat kertas folio dan

berisi perkalian dari dua bilangan satu angka. Banyak kartu siswa

lebih kurang 30 kartu yang terdiri dari jawaban yang mungkin dari

kartu guru ditambah beberapa kartu, agar siswa tetap memilih

kartu-kartunya sampai kartu guru yang terakhir dimainkan.

3. Kartu untuk kelompok.

Kartu untuk kelompok dibuat warnanya sama dengan kartu untuk

siswa, berisi nomor 1 sampai dengan 6 ( sesuai banyak kelompok )

dengan ukuran lebih kecil dan berbeda bentuk dengan kartu guru

dan kartu siswa. Kartu ini berguna untuk menandai pengumpulan

kartu oleh tiap kelompok pada tiap putaran.

2.1.4 Cara Berlomba

Cara berlomba dalam permainan lacak kartu bilangan adalah sebagai

berikut :

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

8

1. Sebelum permainan dimulai, masing-masing kelompok diberi 1 set

kartu.

2. Guru menjelaskan aturan permainan yaitu siswa diminta untuk

mencari sebanyak – banyaknya kartu yang merupakan perkalian

dari dua bilangan yang hasilnya ditunjukkan oleh guru dengan

kartu guru. Waktu pencarian kartu siswa dibatasi. Guru memberi

tanda saat pencarian kartu dimulai dan mengatakan stop yang

menandakan waktu pencarian habis, kemudian wakil kelompok

mengumpulkan kartu yang diperolehnya kedepan pada tempat

yang telah ditentukan. Penjelasan ini disertai contoh.

3. Permainan putaran I

4. Guru memberikan pertanyaan. Siswa dibiarkan mencari beberapa

detik untuk mencari kartu. Bila dirasa waktu sudah cukup, guru

mengatakan “stop” sambil mengetuk Meja sebagai tanda waktu

pencarian kartu berakhir. Wakil kelompok diminta untuk

mengumpulkan kartu pada tempat yang telah disediakan, yaitu

pada kartu lingkaran I (putaran I) dengan warna yang sesuai

dengan kartu siswa pada masing–masing kelompok (ada

kemungkinan banyak kartu yang dikumpulkan berbeda dan belum

tentu semuanya benar).

5. Langkah diulang untuk kartu guru yang lain, misal untuk kartu

guru 24 pada putaran II, kartu guru 36 pada putaran III dan

seterusnya.

2.1.5 Penilaian hasil permainan

Untuk mengetahui hasil, maka permainan perlu diadakan penilaian

sebagai berikut :

1. Setelah permainan selesai, dilakukan penilaian terhadap kartu

yang dikumpulkan oleh setiap kelompok. Kartu yang dinilai adalah

kartu jawaban yang benar. Banyaknya kartu yang benar yang telah

terkumpul kemudian dicatat pada papan penilaian.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

9

2. Pemenang permainan didasarkan pada banyaknya kartu jawaban

yang benar yang dikumpulkan. Pemenang I adalah kelompok

pengumpul kartu jawaban benar terbanyak. Pemenang bisa bisa

dicari sampai dua atau tiga pemenang. Dari tiga urutan pemenang,

jika terjadi seri bisa ditambah satu putaran lagi sampai diperoleh

urutan I, II dan III. Para pemenang bisa diberi hadiah ringan,

misalnya permen. Penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan

papan penilaian seperti disajikan dalam tabel 2.1 di bawah ini.

Tabel 2.1

Papan Penilaian Hasil Permainan

KELOMPOK PUTARAN PERMAINAN JUMLAH

NILAI I II III IV V VI

I

II

III

IV

2.2 Metode Demonstrasi

2.2.1. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah suatu penyajian yang dipersiapkan secara

teliti untuk mempertontonkan dan mempertunjukkan yaitu sebuah

tindakan atau posedur yang digunakan. Metode ini disertai dengan

penjelasan, ilustrasi, dan pernyataan lisan (oral) atau peragaan (visual)

secara tepat dalam Canei, 1986:38). Dari batasan ini, nampak bahwa

metode ini ditandai adanya kesengajaan untuk mempertunjukkan

tindakan atau penggunaan prosedur yang disertai penjelasan, ilustrasi,

atau pernyataan secara lisan maupun visual.

Winarno mengemukakan bahwa metode demonstrasi adalah adanya

seorang guru, orang luar yang diminta, atau siswa memperlihatkan

suatu proses kepada seluruh kelas (Winarno, 1980:87). Batasan yang

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

10

dikemukakan Winarno memberikan kepada kita, bahwa untuk

mendemonstrasikan atau memperagakan tidak harus dilakukan oleh

guru sendiri dan yang didemonstrasikan adalah suatu proses.

Dengan mempedulikan batasan metode demonstrasi seperti

dikemukakan oleh Cardille dan Winarno, maka dapat dikemukakan

bahwa metode demonstrasi merupakan format interaksi belajar-

mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan,

proses, atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada

seluruh siswa atau sebagian siswa. Dengan batasan metode demonstrasi

ini, menunjukkan adanya tuntutan kepada guru untuk merencanakan

penerapannya, memperjelas demonstrasi oral maupun visual, dan

menyediakan peralatan yang diperlukan.

2.2.2 Tujuan Penerapan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi barangkali lebih sesuai untuk mengajarkaan

keterampilan tangan ini dimana gerakan-gerakan jasmani dan gerakan-

gerakan dalam memegang sesuatu benda akan dipelajari, ataupun

untuk mengajar hal-hal yang bersifat rutin (Staton, 1978:91). Dengan

kata lain, metode demonstrasi bertujuan untuk mengajarkan

keterampilan-keterampilan fisik daripada keterampilan-keterampilan

intelektual. Cardille mengemukakan bahwa metode demonstrasi dapat

dipergunakan untuk:

1. Mengajar siswa tentang bagaimana melakukan sebuah tindakan atau

menggunakan suatu prosedur atau produk baru.

2. Meningkatkan kepercayaan bahwa suatu prosedur memungkinkan

bagi siswa melakukannya.

3. Meningkatkan perhatian dalam belajar dan penggunaan prosedur.

(Canei, 1986:38)

Sedangkan Winarno mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode

demonstrasi adalah :

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

11

1. Mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses

pembuatan, proses kerja. Proses mengerjakan dan menggunakan.

2. Menginformasikan tentang bahan yang diperlukan untuk membuat

produk tertentu.

3. Mengetengahkan cara kerja. (Winarno, 1980:87-88)

Berdasarkan pendapat di atas, maka tujuan penerapan metode

demonstrasi yang dikemukakan oleh Staton, Cardille, dan Winarno,

dapat diidentifikasi tujuan penerapan metode demonstrasi yang

mencakup:

1. Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proses atau prosedur

keterampilan-keterampilan fisik/motorik.

2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan

penglihatan para siswa secara bersama-sama.

3. Mengkonkretkan infomasi yang disajikan kepada para siswa.

2.2.3 Keunggulan Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi memiliki keunggulan-keunggulan sebagai berikut:

1. Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa

hanya membaca atau mendengar penjelasan saja, karena

demonstrasi memberikan gambaran konkret yang memperjelas

perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya.

2. Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan

demonstrasi, sehingga memberi kemungkinan yang besar bagi para

siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung. Peluang

keterlibatan siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan

kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari

teman-temannya.

3. Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang

dianggap penting, sehingga para siswa akan benar-benar

memberikan perhatian khusus kepda hal tersebut. Dengan kata lain,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

12

perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan

tidak tertuju kepada yang lain.

4. Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal

yang belum mereka ketahui selama demonstrasi berjalan, jawaban

dari pertanyaan dapat disampaikan oleh guru ada saat itu pula.

2.2.4 Penerapan Metode Demonstrasi

Sebelum mengajar atau pembelajaran dilaksanakan, seorang guru

harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menentukan

konsep materi yang akan dipelajari siswa, mencari dan merumuskan

masalah yang sesuai dengan konsep tersebut, serta merencanakan

strategi pembelajaran yang cocok.

Mengacu dari metode yang dipergunakan, maka selama proses

kegiatan belajar mengajar siswa dapat memusatkan perhatiannya pada

pokok bahasan yang akan didemonstrasikan, siswa memperoleh

pengalaman yang dapat membentuk ingatan yang kuat, siswa terhindar

dari kesalahan dalam mengambil suatu kesimpulan, pertanyaan-

pertanyaan yang timbul dapat dijawab sendiri oleh siswa pada saat

dilaksanakannya demonstrasi, apabila terjadi keraguan siswa dapat

menanyakan secara langsung kepada guru, kesalahan yang terjadi dari

hasil ceramah dapat diperbaiki karena langsung diberikan contoh

konkritnya.

Menurut Basyirudin Usman (2002:46) menyatakan bahwa

keunggulan dari metode demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat

terpusat sepenuhnya pada pokok bahasan yang akan didemonstrasikan,

memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang

kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan kesalahan siswa

dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara

langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.

Adapun menurut Syaiful Bahri Djamara (2000:56) menyatakan

bahwa keunggulan metode demonstrasi adalah membantu anak didik

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

13

memahami dengan jelas jalannya suatu proses atau kerja suatu kegiatan

pembelajaran, memudahkan berbagai jenis penjelasan, kesalahan-

kesalahan yang terjadi dari hasil ceramah dapat diperbaiki melalui

pengamatan dan contoh konkret dengan menghadirkan objek

sebenarnya.

Berdasarkan uraian di atas maka penggunaan metode

demonstrasi diharapkan dapat meningkatkan pemahaman siswa pada

pokok bahasan nilai tempat ratusan, puluhan dan satuan. Adapun

prosedur demonstrasi yang harus dilakukan dalam pembelajaran, dalam

hal ini untuk meningkatkan pemahaman pada pelajaran matematika

pada pokok bahasan nilai tempat adalah:

1. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam

pembelajaran.

2. Memberikan penjelasan tentang topik yang akan didemonstrasikan.

3. Pelaksanaan demonstrasi bersamaan dengan perhatian dan peniruan

dari siswa.

4. Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan latihan) terhadap demonstrasi.

5. Kesimpulan.

2.3 Hakekat Matematika

2.3.1 Latar belakang

Kata matematika merupakan ratu dari ilmu pengetahuan dimana materi

matematika di perlukan di semua jurusan yang di pelajarai oleh semua

orang. Istilah mathematics (Inggris), mathematik (Jerman),

mathematique (Perancis), matematico (Itali), matematiceski (Rusia),

atau mathematick (Belanda) berasal dari perkataan latin mathematica,

yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang

berarti “relating to learning”. Perkataan mathematike berhubungan

sangat erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathanein

yang mengandung arti belajar (berpikir). Jadi berdasarkan etimologis

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

14

(Elea Tinggih dalam Erman Suherman, 2003:16), perkataan matematika

berarti “ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar”.

James dan James (1976) dalam kamus matematikanya mengatakan

bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk,

susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan

yang lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga

bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri.

Johnson dan Rising (1972) dalam bukunya mengatakan bahwa

matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, pembuktian

yang logik, matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah

yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya

dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide dari

pada mengenai bunyi. Sementara Reys, dkk. (1984) mengatakan bahwa

matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau

pola pikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat.

Berdasarkan pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa ciri yang

sangat penting dalam matematika adalah disiplin berpikir yang

didasarkan pada berpikir logis, konsisten, inovatif dan kreatif.

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin

dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang

teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh

perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis,

teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan mencipta

teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat

sejak dini.

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik

mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta

kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta

didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

15

memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang

selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar matematika dalam dokumen

ini disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan

kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk

mengembangkan kemampuan menggunakan matematika dalam

pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan

menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran

matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal,

masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan

berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan

memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami

masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan

menafsirkan solusinya.

Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai

dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual

problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik

secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk

meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer,

alat peraga, atau media lainnya.

2.3.2 Tujuan Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut.

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep

dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,

efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

16

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami

masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan

menafsirkan solusi yang diperoleh

4. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam

mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

2.3.3 Ruang Lingkup Matematika

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi

aspekaspek sebagai berikut.

1. Bilangan

2. Geometri dan pengukuran

3. Pengolahan data.

2.3.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Matematika

Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi

matematika yang dibukukan dan harus ditunjukkan oleh siswa pada

hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar ini dirinci

dalam komponen kompetensi dasar beserta hasil belajarnya, indikator

dan materi pokok untuk setiap aspeknya. Pengorganisasian dan

pengelompokan materi pada materi didasarkan menurut disiplin

ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang

hendak dicapai. Aspek atau ruang lingkup materi pada standar

kompetensi matematika adalah bilangan, pengukuran dan geometri,

aljabar, trigonometri, peluang dan statistik, dan kalkulus.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

17

Kelas II, Semester 1

Standar kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

1. Melakukan penjumlahan dan

pengurangan bilangan sampai

500

1.1 Membandingkan bilangan sam

pai 500

1.2 Mengurutkan bilangan sampai

500

1.3 Menentukan nilai tempat ra

tusan, puluhan, dan satuan

1.4 Melakukan penjumlahan dan

pengurangan bilangan sampai

500

Geometri dan Pengukuran

2. Menggunakan pengukuran wak

tu, panjang dan berat dalam

pemecahan masalah

2.1 Menggunakan alat ukur waktu

dengan satuan jam

2.2 Menggunakan alat ukur pan jang

tidak baku dan baku (cm, m)

yang sering digunakan

2.3 Menggunakan alat ukur berat

2.4 Menyelesaikan masalah yang

berkaitan dengan berat benda

2.4 Kerangka Pikir

Pelaksanaan pembelajaran di SD Babalan Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati pada untuk peningkatan kemampuan siswa dalam pelajaran

matematika sub bab berhitung. Sebagai guru, guru harus pandai dalam

menyikapi hal ini maka untuk mengatasi permasalahan tersebut peneliti

melakukan tindakan pembelajaran. Adapun kerangka pikirnya dapat

digambarkan dalam skema berikut :

Gambar. 2.1

Hubungan Antara Penggunaan Metode Demonstrasi dan Kemampuan Berhitung

Kondisi Awal Siswa

Kemampuan

berhitung rendah

Prestasi Kurang

Meningkatkan kemampuan

berhitung dengan metodel demonstrasi

kartu bilangan.

1. Alat bantu 2. Topik 3. Demonstrasi

4. Penguatan

Siswa aktif Kemampuan

berhitung meningkat

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KARTU BILANGAN

18

2.5 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan dalam gambar 2.1,

hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah “apakah dengan

menggunakan metode demonstrasi kartu bilangan dapat meningkatkan

kemampuan berhitung siswa kelas II SDN Babalan Kecamatan Gabus

Kabupaten Pati pada semester I Tahun 2011/2012.