BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari...

35
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA SD Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal dengan istilah sains. Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti “saya tahu”. Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari science yang berarti “pengetahuan”. IPA disebut juga dengan natural science. Jadi IPA atau Science disebut sebagai ilmu tentang alam ini (dalam Deasi, 2009: 2). Makhrus, dkk (2008: 2) menyatakan bahwa pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat melalui pemberian langsung sehingga mampu mengembangkan kompetensi siswa untuk dapat menjelajah alam sekitar yang dilakukan secara ilmiah. Carin menyatakan bahwa sains merupakan kegiatan yang berupa pertanyaan, penyelidikan, penemuan tentang alam semesta, untuk dapat mengungkapkan tentang rahasia alam. Wonoraharjo (2010: 11) menyatakan bahwa sains merupakan pengetahuan yang berada dalam sistem berfikir dan konsep teoritis, yang mencakup segala macam pengetahuan, mengenai apa saja. Menurut Conant (dalam Bundu, 2006: 10) menyatakan bahwa sains merupakan deretan konsep yang berhubungan dengan hasil eksperimentasi dan observasi. Menurut Darmojo (dalam Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa sains adalah pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta beserta segala isinya. Dari pendapat beberapa ahli maka hakikat dari IPA atau sains merupakan suatu konsep teoritis yang mencakup segala macam pengetahuan yang berhubungan dengan alam semesta yang dilakukan melalui observasi, eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Mata Pelajaran IPA menurut Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat IPA SD

Istilah Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA dikenal dengan istilah sains.

Kata sains ini berasal dari bahasa Latin yaitu scientia yang berarti “saya tahu”.

Dalam bahasa Inggris, kata sains berasal dari science yang berarti “pengetahuan”.

IPA disebut juga dengan natural science. Jadi IPA atau Science disebut sebagai

ilmu tentang alam ini (dalam Deasi, 2009: 2). Makhrus, dkk (2008: 2) menyatakan

bahwa pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat melalui

pemberian langsung sehingga mampu mengembangkan kompetensi siswa untuk

dapat menjelajah alam sekitar yang dilakukan secara ilmiah.

Carin menyatakan bahwa sains merupakan kegiatan yang berupa

pertanyaan, penyelidikan, penemuan tentang alam semesta, untuk dapat

mengungkapkan tentang rahasia alam. Wonoraharjo (2010: 11) menyatakan

bahwa sains merupakan pengetahuan yang berada dalam sistem berfikir dan

konsep teoritis, yang mencakup segala macam pengetahuan, mengenai apa saja.

Menurut Conant (dalam Bundu, 2006: 10) menyatakan bahwa sains merupakan

deretan konsep yang berhubungan dengan hasil eksperimentasi dan observasi.

Menurut Darmojo (dalam Samatowa, 2006: 2) menyatakan bahwa sains adalah

pengetahuan yang rasional dan obyektif tentang alam semesta beserta segala

isinya. Dari pendapat beberapa ahli maka hakikat dari IPA atau sains merupakan

suatu konsep teoritis yang mencakup segala macam pengetahuan yang

berhubungan dengan alam semesta yang dilakukan melalui observasi,

eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna

IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

Mata Pelajaran IPA menurut Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006

tentang Standar Isi SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan

sebagai berikut: 1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

10

Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya, 2)

Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, 3)

Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan

masyarakat, 4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan, 5) Meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan

lingkungan alam, 6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, 7) Memperoleh bekal

pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan

pendidikan ke SMP/MTs.

Ruang lingkup pembelajaran IPA untuk SD meliputi berbagai aspek yang

berkaitan dengan kehidupannya sehari-hari. Ruang lingkup tersebut yaitu makhluk

hidup dan proses kehidupan, meliputi manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. Benda/materi, sifat-sifat dan

kegunaannya meliputi cair, padat, dan gas. Energi dan perubahannya meliputi

gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. Bumi dan

alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA menjadi arah dan landasan

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Menurut Lampiran Permendiknas No. 22

Tahun 2006 tentang Standar Isi IPA SD/MI, Standar Kompetensi (SK) dan

Kompetensi Dasar (KD) yang digunakan adalah standar kompetensi dan

kompetensi dasar kelas 5 semester II, dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

11

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 5 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya

5. Memahami hubungan antara

gaya, gerak, dan energi, serta

fungsinya.

5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya, gerak,

dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya

gesek, gaya magnet).

5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat

membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat.

6. Menerapkan sifat-sifat cahaya

melalui kegiatan membuat suatu

karya/model.

6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya.

6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop

atau lensa dari bahan sederhana dengan

menerapkan sifat-sifat cahaya.

Bumi dan Alam

Semesta

7. Memahami perubahan yang

terjadi di alam dan hubungannya

dengan penggunaan sumber daya

alam.

7.1 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah

karena pelapukan.

7.2 Mengidentifikasi jenis-jenis tanah.

7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.

7.4 Mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan

manusia yang dapat mempengaruhinya.

7.5 Mendeskripsikan perlunya penghematan air

7.6 Mengidentifikasi peristiwa alam yang terjadi di

Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan

lingkungan.

7.7 Mengidentifikasi beberapa kegiatan manusia

yang dapat mengubah permukaan bumi (pertanian,

perkotaan, dsb).

Penilaian pada proses pembelajaran IPA di SD diarahkan pada ranah

kognitif, psikomotor, dan afektif. Ranah kognitif mencakup kemampuan siswa

untuk menggunakan pengetahuannya dalam berfikir dan menyelesaikan masalah.

Ranah psikomotor mencakup kemampuan untuk menunjukkan keterampilan

melalui tindakan. Ranah afektif mencakup pencapaian perasaan. Hal tersebut

disesuaikan dengan pengertian hakikat IPA yang membahas tentang pengetahuan

dan pemahaman konsep-konsep IPA (kognitif), keterampilan proses meliputi

kegiatan ilmiah untuk menyelidiki alam sekitar (psikomotor), dan

mengembangkan rasa ingin tahu tentang adanya hubungan yang saling

mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat (afektif).

Diantara ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang penulis gunakan dalam

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

12

penilaian. Ranah kognitif ini yang nantinya akan diteliti perbandingan hasil

belajar pada kedua model pembelajaran dalam penelitian. Ranah kognitif akan

terlihat pada data hasil tes pada saat siswa mengerjakan soal pretest dan posttest.

Pembelajaran IPA di SD harus mampu mendorong siswa utuk dapat

memiliki keterampilan IPA yang berkaitan dengan Salingtemas (Sains,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang digunakan untuk merancang suatu

karya melalui penerapan konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah. Oleh karena

itu dalam proses pembelajaran IPA diperlukan model pembelajaran yang mampu

mengarahkan siswa untuk memiliki keterampilan salingtemas tersebut. Terdapat

berbagai model pembelajaran yang potensial terhadap perkembangan

pembelajaran IPA di SD. Model-model tersebut diantaranya, Problem Based

Learning (PBL), Discovery Learning, Group Investigation, Inquiry, Project Based

Learning (Pjbl), Problem Solving, Problem Posing, Creative Problem Solving

(CPS), dan Problem Based Introduction (PBI).

Model potensial tersebut lebih dirancang pada proses penemuan melalui

tahapan pendekatan saintifik. Namun untuk sampai pada tahapan saintifik, siswa

harus diperkenalkan terlebih dahulu pada pemahaman konsep-konsep

pengetahuan. Konsep pengetahuan menjadi pondasi awal dalam mempelajari IPA.

Oleh karena itu, sebaiknya guru perlu merancang model pembelajaran yang dapat

mempermudah siswa dalam memahami konsep-konsep pengetahuan.

Pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan pada pembelajaran IPA untuk lebih

menekankan pada konsep-konsep pengetahuan dapat dilakukan guru dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif. Terdapat berbagai macam model

pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan, antara lain SAVI, STAD (Student

Teams Achievement Division), TAI (Team Assisted Individualy), TPS (Think Pairs

Share), Jigsaw, Make-A Match, Examples Non Examples, NHT (Numbered Head

Together), dan TGT (Teams Games Tournament).

Model alternatif yang dirasa memiliki potensi lebih yang menekankan

pada pemahaman konsep pengetahuan dengan melibatkan tutor sebaya dalam

mengembangkan pembelajaran IPA di SD menurut penulis adalah model

Numbered Heads Together (NHT) dan Teams Games Tournament (TGT). Hal ini

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

13

dikarenakan model pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) dan Teams

Games Tournament (TGT) memiliki karakteristik yang sama dengan pembelajaran

IPA yaitu untuk dapat memahami pengetahuan tentang konsep-konsep IPA

diperlukan peran siswa sebagai tutor sebaya, sehingga memungkinkan siswa dapat

belajar lebih rileks dengan adanya kerja sama kelompok. Keterlibatan siswa dalam

kelompok menumbuhkan keaktifan siswa serta dapat mengembangkan interaksi

sosial dalam diri siswa.

2.1.2 Model Pembelajaran

Menurut Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2009: 22), mengemukakan

maksud dari model adalah kerangka konseptual dalam bentuk prosedur yang

sistematis berdasarkan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar dan

berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang dan para pengajar dalam

merencanakan proses belajar mengajar. Sedangkan menurut Arends (dalam

Suprijono, 2009: 46) model pembelajaran mengarah pada pendekatan

pembelajaran, yang mencakup tujuan, tahapan pembelajaran, lingkungan

pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Menurut Joyce (dalam Trianto, 2009: 22) model pembelajaran adalah

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam

tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya Joyce

juga menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke desain

pembelajaran yang membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Jadi berdasarkan pendapat para ahli (Soekamto, Arend, dan Joyce) dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pendekatan pembelajaran

yang berupa prosedur untuk merencanakan aktivitas belajar mengajar yang

mencakup cara-cara menyampaikan materi pembelajaran sehingga mampu

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Untuk memilih model yang tepat, maka perlu diperhatikan relevansinya

dengan pencapaian tujuan pengajaran. Tujuan dari penggunaan model

pembelajaran pada hakikatnya adalah untuk menjadi pedoman bagi guru atau

pengajar dalam melaksanakan pembelajaran. Selain itu tujuan model

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

14

pembelajaran bagi siswa adalah mampu meningkatkan kapabilitas untuk dapat

belajar lebih mudah dan efektif pada masa yang akan datang, baik karena skill dan

pengetahuan yang mereka peroleh maupun karena penguasaan mereka tentang

proses belajar yang lebih baik (Joyce, 2009: 7).

2.1.3 Model Pembelajaran Kooperatif

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dibutuhkan dalam pelaksanaan

suatu proses pembelajaran, agar tujuan dari pembelajaran tersebut dapat tercapai

dengan baik. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik

siswa SD yang suka berkelompok adalah model pembelajaran kooperatif. Sesuai

dengan namanya kooperatif yang artinya kerja sama, model ini dapat membantu

meringankan siswa dalam memahami konsep yang sulit.

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivisme.

Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan

dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya.

Menurut Slavin (dalam Trianto, 2009: 35) berpendapat bahwa model

pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga

merangsang siswa untuk bergairah dalam belajar. Sedangkan Johson (dalam

Trianto, 2009: 36) mengemukakan cooperative learning berarti juga belajar

bersama-sama, saling membantu dalam belajar dan memastikan setiap orang

dalam kelompok mencapai tujuan yang telah ditentukan. Menurut Tanirejo (2011:

55) pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan antara siswa satu dengan

siswa lain untuk saling bekerja sama dalam tugas terstruktur. Jadi berdasarkan

pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif

adalah suatu model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil yang

anggotanya heterogen sehingga terjadi suatu kerja sama untuk saling membantu

dalam tugas terstruktur antara yang satu dengan yang lain dalam belajar agar

mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Terdapat berbagai tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat

diterapkan dalam pembelajaran IPA. Model-model pembelajaran kooperatif

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

15

tersebut yaitu Picture and Picture, Jigsaw, Think Pair Share, Student Student

Teams Achievement Division, Group Investigation, Two Stay Two Stray, Make a

Match, Inside-Outside Circle, Numbered Head Together, dan Teams Games

Tournament. Dari beberapa model pembelajaran kooperatif tersebut, dua model

pembelajaran kooperatif yang telah disebutkan terakhir paling dianggap memiliki

potensi lebih dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, karena di

dalam model NHT dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dengan

melibatkan banyak siswa untuk menelaah materi yang tercakup dalam pelajaran

dan mengecek pemahaman siswa terhadap isi pelajaran sekaligus terdapat unsur

permainan yang semakin membuat anak belajar dengan menyenangkan.

Sedangkan model pembelajaran TGT juga memiliki karakteristik yang

hampir sama dengan model (NHT) yaitu mempengaruhi pola interaksi siswa dan

mengandung unsur reiforcement. Dalam kaitannya dengan materi IPA yang

diambil yaitu tentang peristiwa alam, model pembelajaran NHT dan TGT

diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi siswa bekerja dalam kelompok

untuk dapat memperdalam konsep pengetahuan tentang berbagai peristiwa alam.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

2.1.4.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered

Head Together)

Menurut Kagan, dkk (dalam Trianto, 2009: 82) NHT merupakan model

kooperatif yang lebih banyak melibatkan siswa dalam menelaah materi dan

mengecek pemahaman terhadap isi pelajaran. Model pembelajaran tipe NHT

merupakan tipe kooperatif yang menekankan pada struktur khusus untuk

mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan

penguasaan akademik (dalam Trianto, 2010: 82). Sedangkan menurut Nur (2011:

70) model pembelajaran NHT pada dasarnya merupakan variasi diskusi kelompok

dengan ciri khasnya guru menunjuk siswa yang mewakili kelompoknya tanpa

pemberitahuan sebelumnya. Jadi dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe NHT merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa

dalam diskusi kelompok yang dirancang untuk meningkatkan penguasaan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

16

akademik siswa dengan ciri khasnya guru menunjuk salah satu siswa yang

mewakili kelompok tanpa pemberitahuan sebelumnya.

2.1.4.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran NHT

Tiga konsep yang menjadi ciri-ciri pembelajaran NHT menurut Ibrahim

(2000: 29), yaitu: 1) Hasil belajar akademik struktural,untuk meningkatkan kinerja

dalam tugas akademik, 2) Pengakuan adanya keseragaman, mau menerima

teman-temannya dari berbagai latar belakang, dan 3) Pengembangan keterampilan

sosia, untuk melatih bertanya, menghargai pendapat, dan mau bekerja kelompok.

2.1.4.3 Sintak/Langkah-Langkah Model Pembelajaran NHT

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Ibrahim (dalam Lie,

2008: 59) memiliki empat langkah yaitu penomoran, pengajuan pertanyaan,

berfikir bersama, dan pemberian jawaban. Dari langkah keempat tersebut,

kemudian dikembangkan sesuai dengan kebutuhan menjadi enam langkah.

Adapun dari keenam langkah tersebut adalah:

1) Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan Skenario Pembelajaran (SP), Lembar

Kerja Siswa (LKS) .

2) Penomoran (Numbering)

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5

orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan

nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan

percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin

dan kemampuan belajar.

3) Pertanyaan (Questioning) dan berfikir bersama (Heads Together)

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai

bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir

bersama untuk meyakinkan bahwa tiap siswa mengetahui jawaban dari

pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan

oleh guru.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

17

4) Pemberian Jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap

kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan

jawaban kepada siswa di kelas.

5) Memberi kesimpulan

Guru mengklafikasi jawaban siswa dari semua pertanyaan yang berhubungan

dengan materi yang disajikan.

6) Memberikan penghargaan

Pada tahap ini, guru memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian atau

simbol-simbol pada siswa kepada kelompok yang hasil belajarnya lebih baik.

2.1.4.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran NHT

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe NHT menurut Huda

(2011: 139) model pembelajaran NHT memudahkan pembagian tugas,

memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individualnya sebagai

anggota kelompok, meningkatkan semangat kerja sama siswa, selain itu dapat

diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Sedangkan

kekurangan NHT adalah siswa yang sudah terbiasa dengan cara konvensional

akan sedikit kewalahan, guru harus bisa memfasilitasi siswa, dan tidak semua

siswa mendapat giliran.

2.1.4.5 Komponen Model Pembelajaran NHT

Joyce, Weil dan Calhoun (2009: 104-106) menyebutkan bahwa sebuah

model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks atau struktur suatu model,

komponen prinsip reaksi atau peran guru, komponen sistem sosial atau situasi

kelas pada saat model berlangsung, daya dukung yang terdiri dari bahan dan alat

yang diperlukan untuk melaksanakan model, serta dampak instruksional yaitu

hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dan dampak

pengiring sebagai akibat dari terciptanya suasana belajar dalam model tertentu.

Komponen-komponen dari model pembelajaran NHT yaitu sebagai berikut.

1. Sintagmatik

Sintagmatik atau struktur model pembelajaran NHT menurut Ibrahim

(dalam Lie, 2008: 59) memiliki empat langkah yaitu penomoran, pengajuan

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

18

pertanyaan, berfikir bersama, dan pemberian jawaban. Dari langkah keempat

tersebut, kemudian dikembangkan sesuai dengan kebutuhan menjadi enam

langkah. Adapun dari keenam langkah tersebut yaitu tahap pertama, persiapan.

Dalam tahap ini guru mempersiapkan Skenario Pembelajaran (SP) dan LKS.

Dalam kaitan dengan materi pembelajaran yaitu peristiwa alam, skenario

pembelajarannya adalah materi disajikan dalam bentuk ceramah dan tanya jawab

melalui media gambar peristiwa alam.

Tahap kedua, penomoran (Numbering). Guru membagi siswa menjadi

beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang siswa. Guru memberi nomor

kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda.

Kelompok yang dibentuk heterogen berdasarkan latar belakang sosial, jenis

kelamin dan kemampuan belajar. Siswa selama kerja kelompok dapat

memberikan ide-ide serta menghindari saling mengkritik antar anggota dalam

kelompok.

Tahap ketiga, pertanyaan (Questioning) dan berfikir bersama (Heads

Together). Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa

sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir

bersama untuk meyakinkan bahwa tiap anggota kelompok mengetahui jawaban

dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS. Selama siswa menjawab pertanyaan

tersebut, guru membimbing siswa untuk bekerja kelompok dalam mengerjakan

LKS.

Tahap keempat, pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru menyebut satu

nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat

tangan dan menyiapkan jawaban ke semua siswa di kelas. Dalam menentukan

nomor yang akan menjawab pertanyaan, guru melakukan pengundian untuk

menentukan kelompok yang pertama kali akan menjawab. Guru memanggil salah

satu nomor siswa, nomor yang dipanggil guru menjawab pertanyaan dari guru.

Siswa yang memiliki nomor sama dari kelompok yang berbeda memberikan

tanggapan, kemudian guru menunjuk nomor lain untuk menjawab soal berikutnya

sampai selesai.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

19

Tahap kelima, memberi kesimpulan. Guru meluruskan jawaban siswa

yang kurang tepat dengan memberikan kesimpulan atau mengklarifikasi dari

jawaban siswa. Tahap keenam, memberikan penghargaan. Pada tahap ini, guru

memberikan penghargaan berupa kata-kata pujian ataupun simbol pada siswa

yang kelompoknya memiliki nilai tertinggi. Guru memberikan penghargaan ini

supaya memotivasi siswa agar lebih terpacu lagi dalam belajar.

2. Prinsip Reaksi

Peran guru dalam model NHT yaitu memberikan arahan atau penjelasan

tentang langkah kerja dalam kegiatan yang dilakukan sebelum meminta siswa

berkelompok. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa secara keseluruhan

memahami proses-proses yang harus dilakukan. Selain itu, peran guru adalah

sebagai seorang fasilitator yang mengarahkan siswa untuk dapat berdiskusi secara

kelompok. Pusat dalam proses pembelajaran kemudian beralih untuk membangun

sebuah lingkungan sosial yang kooperatif.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial dalam model ini berlandaskan pada proses demokrasi dan

keputusan kelompok, dengan struktur eksternal yang rendah. Kebingungan yang

diciptakan haruslah alami, tidak bisa dipaksakan.

Sistem sosial dalam pembelajaran ini berupa sikap saling membantu teman

dalam kelompok, yaitu siswa bebas dalam mengemukakan pendapatnya,

mengajukan pertanyaan maupun menjawab pertanyaan. Setiap anggota kelompok

mempunyai kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat kemudian

menyatukan pendapatnya secara individu untuk menjadi jawaban secara

kelompok. Selain itu, ketika siswa yang telah ditunjuk nomornya

mempresentasikan jawaban untuk dibacakan ke seluruh siswa, maka dari jawaban

yang dibacakan akan terlihat kelompok mana yang mempunyai hasil belajar

tertinggi dan terendah. Kelompok yang mempunyai hasil belajar rendah, akan

belajar menerima kekalahan kelompok sendiri dan menghargai kemenangan

kelompok lain.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

20

4. Daya Dukung

Sistem pendukung dalam model NHT ini harus ekstensif dan responsif

terhadap semua kebutuhan siswa. Guru dan siswa harus bisa menghimpun apa

saja yang dibutuhkan saat mereka membutuhkannya. Misalnya dalam

pembelajaran IPA tentang peristiwa alam dibutuhkan lembar kerja siswa, buku

paket untuk dapat mencari jawaban dari pertanyaan yang ada di lks, kartu

bernomor, kartu undian, serta menambahkan media gambar mengenai berbagai

macam peristiwa alam.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan.

Dampak instruksional dalam model NHT secara umum adalah melalui proses

kerjasama dalam kelompok diharapkan adanya tanggung jawab dari masing-

masing anggota kelompok. Sehingga semua anggota kelompok ikut berpartisipasi

aktif dalam kegiatan diskusi yang dilakukan.

Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran

IPA dengan materi tentang peristiwa alam melalui model pembelajaran NHT

adalah kemampuan menjelaskan penyebab terjadinya berbagai peristiwa alam di

Indonesia, kemampuan mengelompokkan peristiwa alam yang dapat dicegah dan

yang tidak dapat dicegah, kemampuan menjelaskan dampak yang ditimbulkan

dari peristiwa alam terhadap makhluk hidup dan lingkungan, dan kemampuan

menjelaskan usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya peristiswa

alam.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu

proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami

langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Dari segi

dampak pengiring melalui model NHT diharapkan dapat mempunyai rasa ingin

tahu yang tinggi sehingga berusaha mencari tahu sendiri pengetahuannya untuk

memperdalam materi yang akan dipelajari. Selain itu juga diharapkan timbulnya

penghargaan terhadap martabat orang lain melalui kerja sama dalam kelompok

sehingga timbul anggapan bahwa orang lain juga memiliki kemampuan yang tidak

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

21

bisa diremehkan yang memunculkan harapan dengan diterapkannya model NHT

dalam pembelajaran IPA siswa mendapatkan rasa nyaman dalam belajar, sehingga

penilaian diri yang positif dapat terbentuk dengan baik.

Dampak pengiring yang secara khusus akan didapatkan siswa dalam

pembelajaran IPA dengan materi peristiwa alam melalui model NHT adalah

terbentuk sikap rasa ingin tahu, tenggang rasa, demokratis, toleransi, kerja sama,

berfikir kritis, percaya diri, tanggung jawab, peduli, dan sportif. Dampak

pengiring hanya mungkin terbentuk jika kesempatan untuk mencapai/menghayati

berbagai kemampuan tersebut memang benar-benar disediakan secara memadai.

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Numbered

Head Together digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 2.1

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model Numbered Head

Together (NHT)

Model Numbered

Head Together (NHT)

Kemampuan menjelaskan

penyebab peristiwa alam di

Indonesia.

Kemampuan

mengelompokkan peristiwa

alam yang dapat dicegah dan

tidak dapat dicegah.

Rasa Ingin Tahu

Demokratis

Tenggang rasa

Toleransi

Kerja sama

Tanggung Jawab

Peduli

Berfikir Kritis

Percaya Diri

Sportif

Kemampuan menjelaskan

dampak peristiwa alam

terhadap makhluk hidup dan

lingkungan.

Kemampuan menjelaskan

usaha yang dapat dilakukan

untuk mencegah terjadinya

peristiwa alam.

Keterangan

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

22

2.1.5 Model Pembelajaran TGT

2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament)

Ada beberapa pendapat mengenai pengertian model pembelajaran Teams

Games Tournament menurut Saco (dalam Rusman, 2012: 224), dalam TGT siswa

memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk

memperoleh skor tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru

dalam bentuk kuis, sedangkan menurut Rusman (2012: 224) mengemukakan

bahwa TGT adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan

siswa dalam kelompok – kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang

siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku kata atau ras yang

berbeda. Guru menyajikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka

masing – masing.

Menurut Asma (2006: 54) model pembelajaran TGT merupakan suatu

model pembelajaran oleh guru dan diakhiri dengan memberikan sejumlah

pertanyaan kepada siswa. Jadi berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan

bahwa model pembelajaran TGT adalah model pembelajaran dengan cara

membentuk kelompok yang terdiri dari siswa secara heterogen, lalu siswa bekerja

dalam kelompok untuk memainkan permainan-permainan yang berbentuk kuis

untuk bertanding dengan anggota tim lain agar memperoleh skor.

2.1.5.2 Ciri-ciri Model Pembelajaran TGT

Menurut Slavin (2005: 95), model pembelajaran kooperatif tipe TGT

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil, anggota dalam tiap kelompok ditentukan secara heterogen. 2) Games

Tournament, dalam permainan ini setiap siswa yang bersaing untuk mewakili

kelompoknya.Siswa yang mewakili kelompoknya, masing – masing ditempatkan

dalam meja – meja turnamen. Masing-masing siswa dalam meja tournament

melakukan permainan secara giliran dengan memberikan kesempatan yang sama

sebagai pemain, penantang, dan pembaca soal. 3) Penghargaan kelompok, dengan

cara menghitung rerata skor kelompok, kelompok yang memiliki skor tertinggi

menjadi pemenang dalam games tournament.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

23

2.1.5.3 Sintak/Langkah-Langkah Model Pembelajaran TGT

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Slavin (2005: 96)

memiliki langkah-langkah (sintaks) sebagai berikut:

1) Tahap penyajian kelas (class precentation)

Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi kelas.

Presentasi ini sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu ceramah-

diskusi yang dilakukan oleh guru, namun presentasi dapat meliputi presentasi

audio-visual atau kegiatan penemuan kelompok. Pada kegiatan ini siswa bekerja

lebih dahulu untuk menemukan informasi atau mempelajari konsep-konsep atas

upaya mereka sendiri.

2) Belajar dalam kelompok (teams)

Siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok belajar yang

beranggotakan 5 sampai 6 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan

suku atau ras yang yang anggotanya heterogen.

3) Games Tournament

Tujuan dari permainan ini adalah untuk mengetahui apakah semua anggota

kelompok telah menguasai materi, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

berhubungan dengan materi yang telah didiskusikan dalam kegiatan kelompok.

Game dimainkan oleh perwakilan dari tiap-tiap kelompok pada meja yang telah

dipersiapkan. Di meja turnamen tersebut siswa akan bertanding menjawab soal-

soal yang disediakan mewakili kelompoknya.

4) Penghargaan Kelompok (team recognition)

Langkah pertama sebelum memberikan penghargaan kelompok adalah

menghitung rerata skor kelompok. Untuk memilih rerata skor kelompok dilakukan

dengan cara menjumlahkan skor yang diperoleh oleh masing-masing anggota

kelompok dibagi dengan banyaknya anggota kelompok. Kelompok yang memiliki

skor tertinggi dianggap sebagai pemenangnya.

2.1.5.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran TGT

Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games

Tournament menurut Sudjana (2010: 10) model pembelajaran TGT yaitu 1) Lebih

meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas, 2) Mengedepankan penerimaan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

24

terhadap perbedaan individu, 3) Dengan waktu sedikit dapat menguasai materi

secara mendalam, 4) Proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari

siswa, 5) Mendidik siswa untuk berlatih sosialisasi dengan orang lain, 6) Motivasi

tinggi, 7) Hasil belajar lebih baik, 8) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan

toleransi. Sedangkan kekurangan model pembelajaran TGT yaitu sulit

mengelompokkan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi

akademis, dan masih terdapat siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan

sulit memberikan penjelasan kepada siswa lainnya.

2.1.5.5 Komponen Model Pembelajaran TGT

Joyce, Weil, dan Calhoun (2009: 104-106) menyebutkan bahwa sebuah

model pembelajaran terdiri dari komponen sintaks, komponen prinsip reaksi atau

peran guru, komponen sistem sosial, komponen daya dukung berupa sarana

prasarana pelaksanaan model, serta dampak instruksional yaitu hasil belajar siswa

sesuai tujuan yang hendak dicapai dan dampak pengiring sebagai akibat dari

terciptanya suasana belajar dalam model tertentu. Komponen-komponen dari

model pembelajaran TGT yaitu sebagai berikut.

1. Sintagmatik

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT Menurut Slavin memiliki

langkah-langkah (sintaks) sebagai berikut. Tahap pertama, penyajian kelas (class

precentation). Bahan ajar dalam TGT mula-mula diperkenalkan melalui presentasi

kelas. Presentasi ini paling sering menggunakan pengajaran langsung atau suatu

ceramah-diskusi yang dilakukan oleh guru. Dalam kaitan dengan materi

pembelajaran yaitu peristiwa alam. Materi disajikan dalam bentuk ceramah dan

tanya jawab melalui media gambar peristiwa alam.

Tahap kedua, belajar dalam kelompok (teams). Siswa ditempatkan dalam

kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang memiliki

kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang yang anggotanya heterogen.

Tujuan terbentuknya kelompok adalah untuk memberikan kesempatan ke semua

anggota untuk belajar mengkaji materi yang disampaikan oleh guru melalui

kegiatan diskusi, sehingga dari diskusi kelompok dapat membantu angggota yang

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

25

kemampuan akademiknya kurang, sehingga mereka secara tim nantinya siap

untuk mengikuti kuis.

Tahap ketiga, Games Tournament. Tujuan dari permainan ini adalah untuk

mengetahui apakah semua anggota kelompok telah menguasai materi, dimana

pertanyaan-pertanyaan yang diberikan berhubungan dengan materi yang telah

didiskusikan dalam kegiatan kelompok. Game dimainkan oleh perwakilan dari

tiap-tiap kelompok pada meja yang telah dipersiapkan. Di meja turnamen tersebut

siswa akan bertanding menjawab soal-soal yang telah disediakan mewakili

kelompoknya. Permainan ini diawali dengan memberitahukan aturan permainan.

Setiap siswa dalam tiap meja turnamen melakukan pengundian, untuk

menentukan pertama kali yang berperan sebagai pembaca soal, pemain, dan

penantang. Pembaca soal akan membacakan soal. Selanjutnya soal dikerjakan

secara mandiri oleh pemain dan penantang. Setelah itu pembaca soal akan

membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang

menjawab benar atau penantang yang pertama kali memberikan jawaban benar.

Tahap keempat, penghargaan kelompok (team recognition). Pemberian

penghargaan didasarkan atas rata-rata poin yang didapat oleh kelompok tersebut.

Kelompok yang memiliki skor tertinggi dianggap sebagai pemenangnya.

2. Prinsip Reaksi

Peran guru dalam model TGT adalah sebagai fasilitator dan motivator.

Ketika pembelajaran berlangsung, guru perlu membangun ikatan emosional, yaitu

menciptakan pembelajaran yang kondusif sehingga pembelajaran menjadi

menyenangkan. Guru juga berperan dalam menciptakan suasana psikologis untuk

dapat membangkitkan respon siswa dalam membangun pengetahuan mengenai

konsep-konsep materi yang dipelajari. Penguasaan materi tentang peristiwa alam

dapat lebih diperdalam dengan adanya kerjasama kooperatif. Pada saat games

tournament akan dimulai, guru menjelaskan tata aturan cara bermain yang akan

berlangsung dengan jelas sehingga semua siswa dapat memahami dengan baik.

3. Sistem Sosial

Sistem sosial dalam model pembelajaran ini adalah suasana kooperatif

yang penuh dengan tanggung jawab yang dilandasi oleh sikap saling menghargai

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

26

perbedaan pendapat antar anggota kelompok. Sehingga tidak ada anggota

kelompok yang bersikap individualistis dan mementingkan kepentingan sendiri.

Kegiatan dari kerja kelompok untuk saling membantu jika terdapat anggota

kelompok yang kurang dalam penguasaan akademiknya. Dengan diadakan

permainan maka tercipta suasana persaingan yang sehat atau sportif, karena dalam

permainan ada tim yang menang dan ada yang kalah.

4. Daya Dukung

Sistem pendukung dalam model TGT harus ekstensif dan responsif

terhadap semua kebutuhan siswa. Lingkungan harus mampu merespon berbagai

tuntutan pembelajar yang bermacam-macam. Guru dan siswa harus bisa

menghimpun apa saja yang dibutuhkan saat pembelajaran berlangsung. Misalnya

dalam pembelajaran IPA tentang peristiwa alam di Indonesia dan dampaknya bagi

makhluk hidup dan lingkungan seperti meja-meja yang akan dipakai dalam

kegiatan game tournament, buku-buku yang dipakai dalam mempelajari materi

peristiwa alam, kartu undian, kartu pertanyaan, kunci jawaban, dan LKS.

5. Dampak Instruksional dan Dampak Pengiring

Dampak instruksional adalah dampak atau hasil belajar yang dicapai

langsung dengan cara mengarahkan para siswa pada tujuan yang diharapkan.

Secara khusus dampak instruksional yang terdapat dalam pembelajaran IPA

dengan materi peristiwa alam melalui model TGT adalah kemampuan

menjelaskan penyebab terjadinya berbagai peristiwa alam di Indonesia,

kemampuan mengelompokkan peristiwa alam yang dapat dicegah dan yang tidak

dapat dicegah, kemampuan menjelaskan dampak yang ditimbulkan dari peristiwa

alam terhadap makhluk hidup dan lingkungan, dan kemampuan menjelaskan

usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya peristiswa alam.

Dampak pengiring adalah hasil belajar lainnya yang dihasilkan oleh suatu

proses pembelajaran, sebagai akibat terciptanya suasana belajar yang dialami

langsung oleh para siswa tanpa pengarahan langsung dari pengajar. Secara khusus

dampak pengiring yang didapatkan siswa dalam pembelajaran IPA dengan materi

peristiwa alam melalui model TGT rasa ingin tahu, kerja sama, toleransi,

demokratis, berpikir kritis, berani, tanggung jawab, percaya diri, disiplin, dan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

27

sportif. Dampak instuksional dan dampak pengiring dalam model TGT

digambarkan dalam bagan berikut.

Gambar 2.2

Dampak instruksional dan dampak pengiring dalam model

Teams Games Tournament (TGT)

2.1.6 Pembelajaran dengan Menggunakan Perlakuan Model NHT dan TGT

Pembelajaran dengan menggunakan model NHT dan TGT adalah

serangkaian aktivitas belajar dengan model NHT dan TGT yang sudah

direncanakan sebelumnya ke dalam bentuk langkah-langkah pembelajaran di

kelas. Prosedur yang harus ditempuh dalam pelaksanaan pembelajaran IPA

dengan model NHT dan belajar dengan model TGT sebagai berikut.

Model Teams Games

Tournament

Kemampuan menjelaskan

penyebab peristiwa alam di

Indonesia.

Kemampuan

mengelompokkan peristiwa

alam yang dapat dicegah dan

tidak dapat dicegah.

Rasa Ingin Tahu

Toleransi

Kerja sama

Demokratis

Berfikir Kritis

Percaya Diri

Disiplin

Berani

Tanggung Jawab

Sportif

Kemampuan menjelskan

dampak peristiwa alam

terhadap makhluk hidup dan

lingkungan.

Kemampuan menjelaskan

usaha yang dapat dilakukan

untuk mencegah terjadinya

peristiwa alam.

Keterangan

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

28

Tabel 2.2 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model NHT

Kegiatan Guru Tahap Pembelajaran Kegiatan Siswa

1. Guru menggiring perhatian

siswa dengan

menempelkan gambar

peristiwa alam di papan

tulis.

2. Guru menggali

pengetahuan siswa dengan

bertanya mengenai gambar

yang disajikan.

3. Guru menyampaikan

materi tentang peristiwa

alam menggunakan media

gambar.

4. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa

untuk bertanya tentang

materi yang belum mereka

pahami.

Tahap 1

Persiapan

1. Siswa memperhatikan

dengan seksama apa yang

dilakukan guru sehingga

timbul rasa ingin tahu

mengenai gambar yang

disajikan.

2. Siswa menanggapi

pertanyaan dari guru

mengenai gambar yang

disajikan.

3. Siswa memperhatikan

dengan seksama materi

yang dijelaskan guru.

4. Siswa mengajukan

pertanyaan jika belum

paham terhadap materi

yang dipelajari.

5. Guru membentuk

kelompok heterogen

yang terdiri dari 4-5

siswa.

6. Guru membagi nomor

kepada setiap siswa, setiap

anggota kelompok

mendapat nomor yang

berbeda.

7. Guru menginformasikan

kepada siswa untuk belajar

melalui diskusi kelompok.

Tahap 2

Penomoran

(Numbering)

5. Siswa berkumpul

membentuk kelompok

sesuai dengan arahan

guru.

6. Siswa mendapatkan

nomor yang diberikan

guru.

7. Siswa memperhatikan

arahan guru untuk belajar

melalui diskusi kelompok.

8. Guru membagikan LKS

kepada siswa.

9. Guru meminta setiap

kelompok untuk memulai

mengerjakan soal yang ada

dalam LKS secara

berkelompok.

Tahap 3

Pertanyaan

(Questioning) dan

berfikir bersama

(Heads Together)

8. Siswa menerima LKS

yang diberikan oleh guru.

9. Siswa berfikir bersama

untuk mendiskusikan

jawaban yang benar dan

memastikan setiap

anggota kelompok dapat

mengerjakan jawabannya.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

29

10. Guru memanggil salah

satu nomor angota secara

random untuk menjawab

soal.

11. Guru mengundi nomor

undian kelompok untuk

menentukan kelompok

yang akan menjawab.

12. Guru membimbing siswa

dalam mempresentasikan

jawaban.

Tahap 4

Pemberian

Jawaban

10. Siswa memperhatikan jika nomor mereka disebut, siswa yang bernomor sama mengangkat tangan sesuai nomor kartu yang telah dibagi.

11. Nomor kelompok yang

keluar dalam undian,

maka wajib menjawab

pertanyaan dari guru.

12. Siswa yang ditunjuk

mempresentasikan

jawaban, siswa dari

kelompok lain yang

bernomor sama

memberikan tanggapan.

14. Guru meluruskan jawaban

siswa yang kurang tepat

dengan memberikan

kesimpulan atas

pertanyaan dari jawaban

siswa.

Tahap 5

Memberi

Kesimpulan

13. Siswa menyimak penjelasan guru tentang

jawaban yang tepat.

15. Guru memberikan penghargaan kepada

kelompok yang hasil belajarnya tinggi.

Tahap 6

Memberikan

Penghargaan

16. Siswa menerima

penghargaan dari guru.

Tabel 2.3 Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran IPA dengan Model TGT

Kegiatan Guru Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Siswa

1. Guru menggiring perhatian

siswa dengan menempelkan

gambar peristiwa alam di

papan tulis.

2. Guru menggali pengetahuan

siswa dengan bertanya

mengenai gambar yang

disajikan.

3. Guru menyampaikan materi

tentang peristiwa alam

menggunakan media

gambar.

4. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa

untuk bertanya tentang

Tahap 1

Penyajian Kelas

1. Siswa memperhatikan

dengan seksama apa

yang dilakukan guru

sehingga timbul rasa

ingin tahu mengenai

gambar yang disajikan.

2. Siswa menanggapi

pertanyaan dari guru

mengenai gambar yang

disajikan.

3. Siswa memperhatikan

dengan seksama materi

yang dijelaskan guru.

4. Siswa mengajukan

pertanyaan jika belum

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

30

materi yang belum paham terhadap materi

yang dipelajari.

5. Guru membentuk kelompok

heterogen yang terdiri dari

4-5 siswa.

6. Guru menginformasikan

kepada siswa untuk belajar

bersama melalui diskusi

kelompok.

7. Guru membagikan LKS

kepada siswa.

8. Guru meminta setiap

kelompok untuk memulai

mengerjakan soal yang ada

dalam LKS.

Tahap 2

Belajar dalam

Kelompok (teams)

5. Siswa berkumpul

membentuk kelompok

sesuai dengan arahan

guru.

6. Siswa memperhatikan

arahan guru untuk

belajar bersama melalui

diskusi kelompok.

7. Siswa menerima LKS

yang diberikan oleh

guru.

8. Siswa mendiskusikan

jawaban dari LKS

secara kelompok.

9. Guru menunjuk perwakilan masing-masing kelompok untuk duduk dalam setiap meja turnamen.

10. Guru menjelaskan aturan

dari games tournament.

11. Guru memantau

pertandingan yang

berlangsung.

Tahap 3

Games Tournament

9. Siswa mewakili

kelompok bermain di

meja turnamen.

10. Siswa memperhatikan

atuaran dari penjelasan

guru.

11. Siswa bertanding di

meja turnamen dengan

perwakilan kelompok

lain

12. Guru merekap skor

kelompok di papan tulis.

13. Guru memberikan

penghargaan kepada

kelompok sesuai dengan

perolehan skor yang

tertinggi.

Tahap 4

Penghargaan kelompok

(team recognition)

12. Siswa memperhatikan skor kelompok di papan tulis.

13. Siswa mendapatkan penghargaan dari guru berdasarkan perolehan skor.

Berdasarkan apa yang telah diuraikan mengenai prosedur pelaksanaan

pembelajaran dengan menggunakan model Numbered Head Together dan Teams

Games Tournament maka penerapan model pembelajaran Numbered Head

Together dan Teams Games Tournament dapat dijadikan rancangan mekanisme

pengamatan setiap aktivitas guru dan siswa. Hal-hal yang perlu diamati dalam

pelaksanaan pembelajaran IPA dengan model Numbered Head Together dan

Teams Games Tournament sebagai berikut.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

31

Pada prosedur pelaksanaan pembelajaran IPA kelas 5 SD dengan materi

peristiwa alam dengan menggunakan model NHT pada tahap persiapan, hal-hal

yang perlu diamati adalah guru menjelaskan materi peristiwa alam melalui

kegiatan tanya jawab menggunakan media gambar dan kegiatan siswa adalah

mengamati media gambar yang telah disajikan dan mendengarkan penjelasan dari

guru. Tahap yang kedua adalah penomoran (numbering), hal-hal yang perlu

diamati adalah guru membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa

dan siswa membentuk kelompok sesuai dengan arahan guru. Setelah itu, guru membagi

nomor kepada setiap siswa, dan setiap masing-masing siswa mendapatkan nomor.

Tahap yang ketiga yaitu pertanyaan (Questioning) dan berfikir bersama

(Heads Together), hal-hal yang perlu diamati adalah guru membagikan LKS

kepada siswa dan siswa menerima LKS yang diberikan guru. Selanjutnya guru

meminta setiap siswa berdiskusi kelompok untuk memulai mengerjakan soal yang

ada dalam LKS dan setiap siswa berfikir bersama dalam kelompok untuk

mendiskusikan jawaban yang tepat. Tahap yang keempat yaitu pemberian

jawaban, hal-hal yang perlu diamati adalah guru memanggil salah satu nomor

angota secara random untuk menjawab soal dan siswa memperhatikan jika nomor

mereka disebut, siswa yang bernomor sama mengangkat tangan sesuai kartu yang telah

dibagi. Tahap kelima yaitu kesimpulan, hal-hal yang perlu diamati adalah guru

mengklarifikasi jawaban siswa dan siswa menyimak penjelasan guru tentang jawaban

yang tepat. Tahap keenam yaitu penghargaan kelompok, hal-hal yang perlu

diamati adalah guru memberikan penghargaan kepada kelompok yang hasil

belajarnya tinggi dan siswa yang hasil belajar kelompoknya tinggi mendapatkan

penghargaan dari guru.

Sedangkan hal-hal yang perlu diamati dari kegiatan guru dalam penerapan

model TGT yaitu pada tahap penyajian materi, hal-hal yang perlu diamati yaitu

guru menjelaskan materi peristiwa alam melalui media gambar dan kegiatan siswa

adalah mengamati media gambar peristiwa alam dan menyimak penjelasan dari

guru. Pada tahap bekerja dalam kelompok. Hal-hal yang perlu diamati yaitu guru

membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 siswa dan siswa

berkumpul membentuk kelompok sesuai dengan arahan guru. Guru membagikan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

32

LKS dan siswa menerima LKS dari guru. Tahap games tournament, hal-hal yang

perlu diamati yaitu guru menjelaskan aturan dari games tournament dan siswa

mendengarkan aturan dengan baik. Guru meminta siswa menjawab setiap pertanyaan

yang ada di kartu dan siswa menjawab pertanyaan yang terdapat pada kartu. Tahap

penghargaan kelompok, hal-hal yang perlu diamati yaitu guru memberikan

penghargaan kepada kelompok sesuai dengan perolehan skor yang tertinggi dan

siswa mendapatkan penghargaan dari guru berdasarkan perolehan skor.

2.1.7 Hasil Belajar

Dimyati (2006: 3) berpendapat bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu

interaksi tindakan belajar dan tindakan mengajar. Winkel (dalam Setyorini, 2014:

8) juga berpendapat bahwa hasil belajar merupakan salah satu bukti yang

menunjukkan kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses

belajar sesuai bobot atau nilai yang berhasil diraihnya. Hasil belajar menurut

Sudjana (2005: 22) adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya.

Dari beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

kemampuan yang diperoleh siswa setelah mengikuti interaksi dari proses

pembelajaran berdasarkan dari bukti hasil nilai yang diperolehnya.

Kingsley (dalam Sudjana, 2005: 22) mengklasifikasikan hasil belajar

menjadi 3 macam, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengertian,

sikap dan cita-cita. Hal tersebut senada dengan Bloom yang membagi kriteria

hasil belajar menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotoris.

Jadi berdasarkan pendapat ahli (Kingsley dan Bloom) dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar diklasifikasikan menjadi 3 ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Sebagian besar guru melakukan penilaian hasil belajar dari ranah

kognitif, yaitu melalui tes tertulis maupun lisan, baik tes formatif maupun tes

sumatif. Pada ranah afektif menggunakan penilaian diri, penilaian antarteman, dan

penilaian sikap yang dilakukan oleh guru. Pada ranah psikomotor menggunakan

penilaian unjuk kerja. Penilaian hasil belajar IPA pada penerapan model NHT dan

TGT diperoleh dengan menggunakan ranah kognitif.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

33

2.1.8 Pengukuran Hasil Belajar

Indikator untuk mengetahui tercapainya suatu tujuan pembelajaran salah

satunya adalah dengan melakukan pengukuran terhadap hasil belajar. Hal ini

sesuai dengan pendapat Sudjana (2005: 2) menjelaskan tentang kegiatan penilaian

yakni suatu tindakan untuk melihat sejauh mana tujuan instruksional telah dicapai

oleh siswa dalam bentuk hasil belajar yang diperlihatkan setelah mereka

menempuh proses belajar-mengajar. Dengan demikian, kegiatan untuk menilai

hasil belajar sama artinya dengan mengukur hasil belajar siswa yang digunakan

untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan dalam suatu proses pembelajaran.

Karena dalam kegiatan ini terdapat proses membandingkan antara hasil belajar

dengan kemampuan yang dikuasai siswa untuk mencapai suatu tujuan dalam

proses pembelajaran.

Sudjana (2005: 5) mengemukakan tentang jenis dan sistem penilaian,

yaitu:

Dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada beberapa macam, yaitu:

1. Penilaian formatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir program

belajar-mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar-mengajar

itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses

belajar-mengajar. Dengan penilaian formatif guru dapat memperbaiki program

pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

2. Penilaian sumatif adalah penilaian yan dilaksanakan pada akhir unit program,

yaitu program catur wulan, akhir semester, dan akhir tahun. Tujuannya adalah

melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan-tujuan

kurikuler dikuasai oleh para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk.

3. Penilaian diagnostik adalah penilain yang bertujuan untuk melihat kelemahan-

kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk

keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remidial teaching),

menemukan kasus-kasus, dll.

4. Penilaian selektif adalah penilain yang bertujuan untuk keperluan seleksi,

misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

34

5. Penilaian penempatan adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui

keterampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan

penguasaan belajar seperti diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar

untuk program itu.

Sedangkan dari segi alatnya, penilaian hasil belajar dapat dibedakan

menjadi tes dan bukan tes (nontes) seperti dapat dilihat pada diagram di bawah

ini. Tes ini ada yang diberikan secara lisan (menuntut jawaban lisan), ada tes

tulisan (menuntut jawaban secara tulisan), dan ada tes tindakan (menuntut jawban

dalam bentuk perbuatan). Soal-soal tes ada yang disusun dalam bentuk objektif,

ada juga yang dalam bentuk esai atau uraian. Sedangkan bukan tes sebagai alat

penilaian mencakup observasi, kuesioner, wawancara, skala, sosiometri, studi

kasus, dll.

Keberhasilan dalam sebuah pengajaran dapat dilihat dari segi hasil belajar.

Untuk mengukur hasil belajar dapat digunakan penilaian, yang ditinjau dari segi

alat untuk mengukur hasil belajar yaitu salah satu yang digunakan untuk menilai

adalah dengan cara tes tertulis. Tes tertulis ini digunakan untuk memperoleh

seberapa nilai atau angka keberhasilan siswa dalam proses memperoleh

pengetahuan dari hasil belajar yang telah dijalani siswa. Tes tertulis ini menuntut

jawaban secara tulisan yang dapat dikoreksi hasilnya oleh guru sehingga guru

dapat mengetahui seberapa tingkat keberhasilan siswa dalam belajar. Pengukuran

hasil belajar IPA pada penerapan model NHT dan TGT diperoleh dengan

menggunakan teknik tes berupa tes sumatif dalam bentuk objektif.

2.2 Penelitian yang Relevan

Fitriyani, Kurnia, dan Tampubolon (2013) Perbedaan Hasil Belajar IPA

dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif NHT dan Model

Pembelajaran Kooperatif Jigsaw. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan pada siswa kelas 5 SD Negeri

Kaumpandak 04 dalam penerapan model pembelajaran kooperatif NHT dan

Jigsaw. Hal ini terbukti dengan nilai posttest kelompok eksperimen pertama yang

menerapkan model pembelajaran NHT diperoleh rata-rata posttest sebesar 78

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

35

sedangkan pada kelompok eksperimen 2 dengan model pembelajaran Jigsaw

diperoleh nilai rata-rata posttest sebesar 74.

Tiara dan Yunansah (2013) Pengaruh Pembelajaran Tipe NHT Terhadap

Hasil Belajar Siswa Kelas 4 SD di Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung pada

Konsep Energi dan Perubahannya. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan tipe NHT

dengan yang menggunakan metode konvensional. Hal ini terbukti dengan nilai

posttest kelompok eksperimen yaitu 65,1 sedangkan rata-rata posttest kelas

kontrol yaitu 52,4.

Ningrum, Diana (2011) Keefektifan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

NHT (Numbered Head Together) Terhadap Hasil Belajar IPA Materi Daur Air

pada Siswa Kelas 5 di SD Negeri 03 Sungapan. Penelitian ini terbukti dengan

hasil rata-rata nilai posttest IPA materi daur air di kelas eksperimen yaitu 73,81

sedangkan kelas kontrol 59,06. Berdasarkan uji normalitas terhadap hasil posttest,

kelas eksperimen yaitu 0,018 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh 0,198.

Kedua data tersebut tidak berdistribusi normal karena hasilnya kurang 0,05,

sehingga tidak perlu dilakukan uji homogenitas. Perhitungan hipotesisnya

menggunakan Mann-Whitney U (Uji U) karena data tidak berdistribusi normal.

Setelah perhitungan dengan Uji U diperoleh hasil 0,038, yang berarti <0,05. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa diterima atau ditolak. Dengan demikian,

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)

efektif untuk diterapkan pada mata pelajaran IPA materi daur air terhadap siswa

kelas 5 di SD Negeri 03 Sungapan.

Petrus (2012) Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe NHT dalam Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar

Negeri Mangunsari 01 Salatiga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat

keefektifan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam

meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4 SD Mangunsari 01. Hal ini

dibuktikan dengan rata-rata posttest pada kelompok eksperimen yaitu 85,65

sedangkan rata-rata posttest kelompok kontrol yaitu 69,09. Ini membuktikan

bahwa thitung pada kelompok eksperimen adalah 9. 100 dengan standar deviasi 77

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

36

dan perbedaan rata-rata 17. 045 dengan signifikansi 0.0000. Hasil belajar pada

kelompok kontrol, diketahui bahwa thitung 9.036 dengan standar deviasi 65,08 dan

perbedaan rata-rata 17. 045. Dengan acuan pada hasil perhitungan di atas, dimana

signifikansi 2 tailed adalah 0.000 atau lebih kecil dari 0,05.

Ardana dan Putra (2014) Penerapan Model Pembelajaran Tipe NHT

Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Gugus LT. Wisnu

Denpasar Utara. Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh penerapan model

pembelajaran tipe NHT terhadap hasil belajar IPA siswa kelas 5 sekolah dasar

gugus Letkol Wisnu Peguyungan Denpasar Utara. Hal ini terbukti dengan nilai

rata-rata posttest kelas eksperimen yaitu 70,37 sedangkan nilai rata-rata posttest

kelas kontrol yaitu 65,66. Ini membuktikan bahwa penerapan NHT lebih baik

dengan konvensional. Sementara uji hipotesis dilakukan dengan uji t, dimana

= 2.12 sedangkan = 2.00. karena > maka diterima, itu

berarti terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif NHT terhadap

hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD Gugus Letkol Wisnu Peguyungan Denpasar

Utara.

Widya, Ardana, dan Manuaba (2014) Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament Terhadap Hasil Belajar

IPA Siswa Kelas 5 SD Negeri Sumerta Denpasar. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA siswa yang

dibelajarkan melalui model kooperatif tipe Teams Games Tournament dengan

siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Berdasarkan hasil

analisis diperoleh = 6,87 > = 2,00 dengan dk= 78 dan taraf

signifikansi 5%. Dengan nilai rata-rata kelas eksperimen yang dibelajarkan

melalui model kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih dari kelas kontrol

yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional yaitu 81 > 69,25.

Ernawati, Putra, Suadnyana (2013) Pengaruh Penerapan Model Kooperatif

Tipe Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4

SD N Gugus 6 Mengwi Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan secara signifikan hasil belajar IPA siswa yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran TGT dengan siswa yang dibelajarkan dengan

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

37

menggunakan model konvensional ( = 3,67 > = 200). Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT memberi pengaruh

signifikan terhadap hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SD Negeri Gugus 6

Mengwi Badung.

Fatmawati, Jampel, dan Widiana (2013) Pengaruh Model Pembelajaran

TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 5

SD Gugus I Kecamatan Penebel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat

perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok yang dibelajarkan dengan

menggunakan model pembelajaran TGT dan kelompok siswa yang dibelajarkan

dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dengan perhitung

= 10,374 > = 2,003. Rata-rata skor hasil belajar IPA kelompok yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran TGT menunjukkan hasil lebih tinggi

daripada model pembelajaran konvensional.

Rukiyah (2011) Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh model

pembelajaran kooperatif tipe TGT terhadap hasil belajar IPA siswa SD Negeri 15

Inderalaya Utara. Hal dibuktikan dengan data analisis dengan menggunakan uji-t.

Hasil penelitian yang diperoleh adalah > atau 5,259 > 2,287 yang

berarti terdapat perbedaan yang nyata nilai rata-rata hasil belajar kelas perlakuan

dengan kelas pembanding sehingga disimpulkan ada pengaruh penerapan model

pembelajaran TGT.

Agus, Kusmariyatni, dan Wibawa (2014) Pengaruh Model Pembelajaran

Tipe TGT Terhadap Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas 4 di Gugus VIII

Kecamatan Kubutambahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model TGT

dan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model konvensional (thitung = 53,46

> ttabel = 2,02;ɑ = 0,05). Hal ini terbukti dengan rata-rata hasil belajar IPA siswa

dengan model pembelajaran TGT adalah 15,63 berdasarkan hasil konversi dapat

dinyatakan dalam kategori baik sedangkan hasil belajar IPA siswa dengan model

konvensional adalah 9,91 berdasarkan hasil konversi dapat dinyatakan dalam

kategori cukup.

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

38

2.2 Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA mengandung unsur scientific dengan melibatkan siswa

secara aktif untuk dapat menemukan sendiri pengetahuannya serta lebih lanjut

dapat menerapkan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Penemuan

pengetahuan oleh siswa diperoleh melalui pengalaman belajar langsung yang

dialami siswa baik disekolah maupun di lingkungan sekitarnya. Selain

pengalaman belajar langsung siswa juga membutuhkan suatu teknik belajar yang

dapat membantu siswa memahami konsep-konsep penting dalam pembelajaran

IPA. Konsep-konsep IPA tersebut nantinya menjadi pengetahuan awal siswa

dalam mempelajari IPA.

Teknik belajar yang perlu dirancang salah satunya adalah model

pembelajaran. Model pembelajaran yang dapat diterapkan untuk lebih

menekankan pada konsep-konsep pengetahuan dapat dilakukan guru dengan

menerapkan model pembelajaran kooperatif. Untuk iu model pembelajaran

kooperatif dapat digunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran. Model

pembelajaran kooperatif selain dapat meningkatkan hasil belajar juga karena

terdapat unsur kerjasama dalam menelaah lebih banyak materi. Model kooperatif

yang dirasa memiliki potensi lebih yang menekankan pada pemahaman konsep

pengetahuan dengan melibatkan tutor sebaya dalam mengembangkan

pembelajaran IPA di SD menurut peneliti adalah model NHT dan TGT.

Penerapan model pembelajaran tipe NHT dan TGT diharapkan dapat

melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dalam memahami pengetahuan

tentang konsep-konsep IPA, sehingga memungkinkan siswa dapat belajar lebih

rileks dengan adanya kerja sama kelompok. Keterlibatan siswa dalam kelompok

menumbuhkan keaktifan siswa serta dapat mengembangkan interaksi sosial dalam

diri siswa.

Model pembelajaran NHT mempunyai beberapa sintak/langkah

pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat memberikan pengaruh

terhadap hasil belajar IPA siswa. Uraian manfaat dari masing-masing sintak

meliputi: pada tahap persiapan diharapkan muncul rasa ketertarikan/keingintahuan

dari siswa sehingga mereka bersemangat untuk mengenal konsep materi yang

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

39

akan dipelajari. Tahap kedua, penomoran. Pada tahap ini diharapkan dapat

menumbuhkan motivasi siswa, karena pemberian nomor merupakan sesuatu yang

baru bagi siswa dalam belajar dan pada saat pembentukan kelompok, siswa

memiliki tenggang rasa untuk tidak membeda-bedakan teman karena

pembentukan kelompok tidak ditentukan oleh siswa sendiri melainkan ditentukan

oleh guru.

Tahap ketiga, pertanyaan (Questioning) dan berfikir bersama (Heads

Together). Pada tahap ini diharapkan dapat menambah keaktifan siswa dalam

belajar, karena siswa berfikir bersama untuk dapat menyatukan kembali

jawabannya menjadi jawaban kelompok sehingga menumbuhkan sikap

demokratis dan kerjasama. Selama proses diskusi pun siswa dapat saling menukar

pendapat dan saling menghargai pendapat sehingga menumbuhkan sikap toleransi.

Tahap keempat, yaitu pemberian jawaban. Pada tahap ini diharapkan dapat

menambah rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa, karena dalam model ini

ada pemanggilan nomor secara random dan siswa mewakili kelompoknya untuk

menjawab hasil diskusi. Selama proses pemberian jawaban, siswa harus berfikir

kritis dalam memberikan jawaban terbaiknya.

Tahap kelima, memberi kesimpulan. Pada tahap ini diharapkan dapat

menambah pemahaman siswa terhadap jawaban yang sudah atau belum tepat di

jawab siswa. Sehingga tidak menimbulkan salah persepsi siswa, maka guru

mengklarifikasi tentang jawaban-jawaban yang diberikan siswa. Untuk itu siswa

harus menyimak penjelasan atau klarisikasi guru sehingga sikap peduli siswa

muncul. Tahap keenam, penghargaan kelompok. Pada tahap ini diharapkan dapat

memberikan penghargaan atas upaya yang dilakukan individu maupun kelompok

terhadap hasil belajar yang telah dicapai. Sehingga memotivasi siswa untuk lebih

meningkatkan hasil belajarnya. Sikap sportif akan muncul ketika kelompok yang

mempunyai hasil belajar rendah, akan belajar menerima kekalahan kelompok

sendiri dan menghargai kemenangan kelompok lain.

Model pembelajaran TGT mempunyai beberapa sintak yang juga

diharapkan dapat berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa. Uraian sintak dan

manfaatnya yaitu tahap pertama, penyajian materi. Pada tahap ini diharapkan

Page 32: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

40

muncul rasa ketertarikan/keingintahuan dari siswa sehingga mereka bersemangat

untuk mengenal konsep materi yang akan dipelajari. Tahap kedua, belajar dalam

kelompok (teams). Pada tahap ini diharapkan dapat mengembangkan keterampilan

sosial siswa dengan berbagi tugas dengan angoota kelompoknya sehingga

memunculkan sikap saling bekerja sama dan demokratis, dalam proses diskusi

pun siswa saling bertukar pendapat atau ide dalam menentukan jawaban

kelompok sehingga muncul sikap toleransi.

Tahap ketiga, games tournament. Pada tahap ini diharapkan dapat

meningkatkan penguasaan siswa terhadap suatu konsep dengan cara siswa

diberikan soal. Siswa melakukan games dengan disiplin dengan menjawab kuis

secara individu tetapi skor yang diperoleh diakumulasikan ke skor kelompok

sehingga dalam pemberian jawaban, siswa harus berfikir kritis dan tanggung

jawab, serta memiliki rasa percaya diri dan berani dalam mengemukakan jawaban.

Tahap keempat, penghargaan kelompok. Pada tahap ini diharapkan dapat

memberikan penghargaan atas upaya yang dilakukan individu maupun kelompok

terhadap hasil belajar yang telah dicapai. Sikap sportif akan muncul ketika

kelompok yang mempunyai hasil belajar rendah, akan belajar menerima

kekalahan kelompok sendiri dan menghargai kemenangan kelompok lain.

Berdasarkan sintak model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TGT,

secara umum diharapkan dapat menumbuhkan semangat dan memotivasi siswa

dalam membantu teman kelompoknya mempelajari materi yang yang diberikan.

Oleh karena siswa berpartisipasi secara aktif dalam menjalani setiap tahap/sintak

dari model pembelajaran tersebut, maka pada akhirnya diharapkan siswa mampu

memahami konsep-konsep materi yang dipelajari dan mampu melatih kecakapan

dalam berkomunikasi dengan orang lain. Muara dari penerapan model

pembelajaran tersebut diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar yang

diperoleh siswa, sehingga kedua model tersebut dapat efektif diterapkan dalam

pembelajaran IPA.

Page 33: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

41

Sintak/langkah-langkah

Numbered Head Together (NHT)

Persiapan

Rasa Ingin Tahu

Penomoran

Pertanyaan dan

Berpikir Bersama

Pemberian

Jawaban

Kemampuan

menjelaskan

penyebab peristiwa

alam di Indonesia.

Kemampuan

mengelompokkan

peristiwa alam yang

dapat dicegah dan

tidak dapat dicegah.

Kemampuan

menjelaskan

dampak peristiwa

alam terhadap

makhluk hidup dan

lingkungan.

Kemampuan

menjelaskan usaha

yang dapat dilakukan

untuk mencegah

terjadinya peristiwa

alam.

Percaya Diri

Kerja sama

Tanggung

Jawab

Hasil

belajar

Berpikir Kritis

Toleransi

Tenggang rasa

Keterangan

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Gambar 2.3 bagan kerangka berpikir model NHT

Memberikan

Kesimpulan

ban

Penghargaan

Kelompok

Demokratis

Sportif

Peduli

Page 34: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

42

Sintak/langkah-langkah

Teams Games Tournament (TGT)

Penyajian Kelas Rasa Ingin Tahu

Belajar dalam

Kelompok

Games

Tournament

Penghargaan

Kelompok

Kemampuan

menjelaskan

penyebab peristiwa

alam di Indonesia.

Kemampuan

mengelompokkan

peristiwa alam yang

dapat dicegah dan

tidak dapat dicegah.

Kemampuan

menjelaskan

dampak peristiwa

alam terhadap

makhluk hidup dan

lingkungan.

Kemampuan

menjelaskan usaha

yang dapat dilakukan

untuk mencegah

terjadinya peristiwa

alam.

Berani

Kerja sama

Tanggung

Jawab Hasil

belajar

Percaya Diri

Berpikir Kritis

Toleransi

Keterangan

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Gambar 2.4 bagan kerangka berpikir model TGT

Demokratis

Disiplin

Sportif

Page 35: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Hakikat IPA SD · eksperimentasi, dan penyelidikan. Dari hakikat IPA tersebut terkandung makna IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah.

43

2.3 Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. H0: Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA pada siswa

kelas 5 SD Gugus Ki Hajar Dewantoro Banyubiru dalam

pembelajara menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head

Together (NHT) dan Teams Games Tournament (TGT).

2. Ha: Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA pada siswa kelas 5

SD Gugus Ki Hajar Dewantoro Banyubiru dalam pembelajaran

menggunakan model kooperatif tipe Numbered Head Together

(NHT) dan Teams Games Tournament (TGT).