BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...

17
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat Pelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat Pelajaran IPA di SD

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan

pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat

empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam

tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal

ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk

menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai

proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih ketrampilan

proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa ketrampilan proses

yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi ketrampilan proses dasar

misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,

mengenal hubungan ruang dan waktu, serta ketrampilan proses terintegrasi

misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun

hipotesis, menentukan variable, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,

menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa

ketrampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,

mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa ketrampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi

ketrampilan dasar dan ketrampilan terintegrasi. Kedua ketrampilan ini dapat

melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk

menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan

teori-teori baru.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

8

Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat

mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran

merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya.

Setelah melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data

yang diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa

memiliki pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir

secara induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu

memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga

perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat

menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual,

keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,

berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa

yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di

SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia.

Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan

pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA,

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan

formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaann-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat, (4) mengembangkan ketrampilan proses untuk menyelidiki alam

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

9

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan

(7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan ketrampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek

yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi

kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas,

pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam

Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi

yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses

kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan

lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya

meliputi: cair, padat dan gas. (3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi,

panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan

demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling

berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau

penemuan konsep IPA.

Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains (science) diambil dari kata latin

scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Kuslan Stone menyebutkan

bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan

mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak

dapat dipisahkan (Agus. S. 2003: 11).

Pengertian IPA menurut Trowbridge and Bybee (1990) sains atau IPA

merupakan representasi dari hubungan dinamis yang mencakup tiga faktor utama

yaitu the extant body of scientific knowledge, the values of science and the method

and procecces of science” yang artinya sains merupakan produk dan proses ,

serta mengandung nilai-nilai. IPA adalah hasil interpretasi tentang dunia

kealaman. IPA sebagai proses/metode penyelidikan meliputi cara berpikir, sikap

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

10

dan langkah-langkah kegiatan scientis untuk untuk memperoleh produk-produk

IPA, misalnya observasi, pengukuran, merumuskan, menguji hipotesa,

mengumpulkan data, bereksperimen dan prediksi.

IPA dipandang sebagai cara berpikir untuk memahami alam, sebagai cara

untuk melakukan penyelidikan dan sebagai kumpulan pengetahuan. Hal ini sesuai

dengan yang dikemukakan oleh Collete dan Chiapetta (1994) “IPA harus

dipandang sebagai suatu cara berfikir dalam pencarian tentang pengertian rahasia

alam dan sebagai batang tubuh pengetahuan yang dihasilkan dari inquiry”.

Menurut kurikulum sekolah dasar 1994, Ilmu Pengetahuan Alam

merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang

terorganisasi tentang alam sekitar yang diperolehnya melaui serang kaian proses

ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah. Hasil observasi yang berwujud fakta

dalam proses ilmiah itu di organisasi sehingga pengalaman yang rumit dapat

menjadi sederhana dengan sistematika “fakta-konsep”.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, IPA adalah suatu ilmu

yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA

mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang

muncul di alam. Ilmu dapat diartikan sebagai suatu pengetahuan yang bersifat

objektif. Jadi, dari sisi istilah IPA adalah suatu pengetahuan yang bersifat objektif

tentang alam sekitar beserta isinya.

2.1.2 Hasil Belajar

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada

prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat

perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22).

Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak

belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil

yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan

dengan nilai tes yang diberikan guru.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

11

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah

mengalami kegiatan belajar atau aktivitas belajar (Anni, 2005). Namun, faktor

lain yang mempengaruhi hasil belajar selain aktivitas siswa, yaitu faktor internal

yang mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang, salah satunya adalah

intelegensi dimana intelegensi merupakan suatu norma umum dalam menentukan

keberhasilan belajar. Semakin tinggi intelegensi yang dimiliki semakin besar

keberhasilannya dan sebaliknya (Dimyati, 2009). Perolehan aspek-aspek

perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh

karena itu, apabila siswa mempelajari suatu konsep atau suatu materi, maka

perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan materi. Untuk

mengetahui seseorang telah berhasil atau tidak dalam belajar maka harus

dilakukan dengan kegiatan evaluasi (Rifai dan Anni, 2009) Alustina Isyunarsih

(Skripsi, 2012:8)

Taksonomi Horward Kingsle dalam (Sudjana 2011:22), membagi tiga

macam hasil belajar, yakni : ketrampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan

pengertian, sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi

dengan bahan yang telah ditetapkan dalan kurikulum. Sedangkan Gagne dalam

(Sudjana 2011:22), membagi lima kategori hasil belajar yakni : informasi verbal,

ketrampilan intelektual, strategi kognitif, sikap, dan ketampilan motoris.

Sementara itu Kratwol dan Bloom dalam (Winkel 2004:274-279) membagi hasil

belajar dalam 3 ranah, ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik.

1. Ranah kognitif meliputi :

a. Pengetahuan : mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan

disimpan dalam ingatan.

b. Pemahaman : mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti

dari bahan yang dipelajari.

c. Penerapan : mencakup kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau

metode bekerja pada suatu kasus/problem yang konkret dan baru.

d. Analisi : mencakup kemampuan untuk merinci suatu kesatuan ke dalam

bagian-bagian, sehingga stuktur keseluruhan atau organisasinya dapat

dipahami dengan baik.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

12

e. Sintesis : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau

pola baru.

f. Evaluasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu pendapat

mengenahi sesuatu atau beberapa hal , bersama dengan pertanggung

jawaban pendapat itu,yang berdasarkan kreteria tertntu.

2. Ranah afektif meliputi :

a. Penerimaan : mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan

kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu, seperti buku pelajaran

atau penjelasan yang diberikan oleh guru.

b. Partisipasi : Mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan

berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c. Penilaian/penentuan sikap : mencakup kemampuan untuk memberikan

penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu.

d. Organisasi : mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai

sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan.

e. Pembentukan pola hidup : mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-

nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi

(internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur

kehidupan sendiri.

3. Ranah Psikomotorik meliputi :

a. Persepsi : mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang

tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-

ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan.

b. Kesiapan : mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam

keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan

c. Gerakan terbimbing : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu

rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi)

d. Gerakan yang terbiasa : mencakup kemampuan untuk melakukan suatu

rangkaian gerak gerik dengan lancar, karena sudah dilatih

secukupnya,tanpa memperhatikan lagi contoh yang diberikan.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

13

e. Gerakan kompleks : mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu

ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat

dan efisien.

f. Penyesuain pola gerakan : mencakup kemampuan untuk mengadakan

perubahan dan penyesuain pola gerak gerik dengan kondisi setempat

dengan menunjukkan suatu traf keterampilan yang telah mencapai

kemahiran.

g. Kreativitas : mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-

gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah mengikuti

pembelajaran ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

2.1.3 Media Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses

belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun

sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar

siswa yang bersifat internal, Gagne dan Briggs (1979: 3). Carey (1986: 7)

menyatakan “Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang

secara sengaja dikelola memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu

dalam kondisi-kondisi khusus / dihasilkan respon terhadap situasi tertentu”.

Media pembelajaran adalah media yang digunakan dalam pembelajaran,

yaitu meliputi alat bantu guru dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari

sumber belajar ke penerima pesan belajar (siswa). Sebagai penyaji dan penyalur

pesan, media belajar dalam hal-hal tertentu bisa mewakili guru menyajiakan

informasi belajar kepada siswa. Jika program media itu didesain dan

dikembangkan secara baik, maka fungsi itu akan dapat diperankan oleh media

meskipun tanpa keberadaan guru.Latuheru (1988:14), menyatakan bahwa media

pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan

belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukasi antara

guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

14

Memperhatikan begitu banyak media yang dapat digunakan untuk

kepentingan pembelajaran, beberapa ahli mencoba mengidentifikasi dan membuat

klasifikasi media.Schramm mengklasifikasi media menjadi 2 jenis, yaitu:

a. Media sederhana (papan tulis, gambar, poster, peta)

b. Media canggih (radio, film, televisi, komputer)

Sedangkan Bretz yang mengklasifikasikan media berdasarkan 3 unsur, yaitu

suara, bentuk, dan gerak. Bretz diantaranya menggolongkan media ke dalam

kelompok media cetak, media audio, media visual diam, media visual gerak,

media audio visual diam, media audio visual gerak.

Selain itu, Tosti dan Ball juga menyusun pengelompokan media menjadi enam

kelompok media penyaji, yaitu:

1. Kelompok kesatu : grafis, bahan, cetak, dan gambar diam.

2. Kelompok kedua : media proyeksi diam

3. Kelompok ketiga : media audio

4. Kelompok keempat : media gambar hidup atau film

5. Kelompok kelima : media televisi

6. Kelompok keenam : multimedia

Dari berbagai pengelompokan media pembelajaran tersebut, secara sederhana

media pembelajaran dapat dipilih menjadi tiga bagian saja, yaitu:

a. Media Visual

Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat dengan menggunakan

indra penglihatan. Jenis media inilah yang sering digunakan oleh guru-guru untuk

membantu menyampaikan isi atau materi pelajaran. Media visual ini terdiri atas

media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected visual) dan media yang

dapat diproyeksikan (projected visual. Media yang dapat diproyeksikan ini dapat

berupa gambar diam (still picture) atau gambar bergerak (motion picture). Contoh

media visual adalah tabel, poster, foto, dan slide.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

15

b. Media Audio

Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif

(hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan

kemauan para siswa untuk mempelajari bahan ajar. Program kaset suara dan

program radio adalah bentuk dari media audio. Penggunaan media audio dalam

kegiatan pembelajaran pada umumnya untuk melatih keterampilan yang

berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan mendengarkan. Dari sifatnya yang

auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara

memanfaatkan madia lainnya.

c. Media Audiovisual

Sesuai dengan namanya, media ini merupakan kombinasi audio dan visual

atau biasa disebut pandang-dengar. Media audio visual adalah seperangkat alat

yang dapat memproyeksikan gambar bergerak dan bersuara. Sudah barang tentu

apabila anda menggunakan media ini akan semakin lengkap dan optimalah

penyajian bahan ajar kepada para siswa.

Selain itu media ini dalam batas-batas tertentu dapat juga menggantikan

peran dan tugas guru. Dalam hal ini guru tidak selalu berperan sebagai penyaji

materi. Penyaji materi dapat digantikan oleh media. Peran guru beralih menjadi

fasilitator belajar, yaitu memudahkan bagi para siswa untuk belajar. Contoh dari

media audiovisual diantaranya program vidio/ televisi pendidikan, vidio/ televisi

instruksional, dan program slide suara (suodslide) dan pembelajaran dengan

komputer.

Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk

mengantarkan atau menyampaikan pesan, berupa sejumlah pengetahuan,

keterampilan dan sikap-sikap kepada peserta didik sehingga peserta didik itu

dapat menangkap, memahami dan memiliki pesan-pesan dan makna yang

disampaikan itu . secara umum media berfungsi sebagai :

a. Alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar mengajar yang efektif.

b. Meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dan konsep yang abstrak ehinnga

dapat mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

16

c. Bagan integral dari keseluruhan situasi mengajar.

d. Membangkitkan motivasi belajar siswa.

e. Mempertinggi mutu belajar mengajar.

Dari beberapa pengertian tentang media pembelajaran yang telahdipelajari,

tersirat tujuan dari penggunaan satu , media yaitu untuk membantu guru

menyampaikan pesan-pesan secara lebih mudah kepada peserta didik sehingga

peserta didik dapat menguasai pesan-pesan tersebut secara cepat dan akurat.

Dalam kerangka proses belajar mengajar yang dilakukan guru, penggunaan media

dimaksudkan agar peserta didik yang terlibat dalam kegiatan belajar itu terhindar

dari gejala verbalisme, yakni mengetahui kata-kata yang disampaikan guru tetapi

tidak mengetahui arti atau maknanya.

Media pembelajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep,

prinsip, sikap dan keterampilan tertentu dengan menggunakan media yang

palin tepat menurut karakteristik bahan.

b. Memberikan pengalaman belajar yan berbeda dab bervariasi sehingga lebih

merangsang minat peserta didik untuk belajar.

c. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik.

Kemp dan Dayton, 1985 (dalam Aristo Rahadi, 2003 : 15) proses

pembelajaran akan lebih jelas, lengkap, dan menarik minat siswa apabila

didukung melalui program media. Menurutnya bahwa penggunaan media dalam

pembelajaran sangat bermanfaat karena ada beberapa alasan yaitu:

1. Penyampaian materi pelajaran yang diseragamkan.

2. Proses pembelajaran akan lebih jelas dan menarik.

3. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4. Efisiensi dalam waktu dan tenaga.

5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

6. Meningkatkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

7. Dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses

belajar.

8. Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

17

Menurut Diknas. (2001) Penggunaan media harus dapat memperlakukan

siswa secara aktif..Sebelum media digunakan harus direncanakan secara matang

dalam penyusunan rencana pembelajaran. Tentukan bagian materi mana saja

yang akan kita sajikan dengan bantuan media. Rencanakan bagaimana strategi dan

teknik penggunaannya. Hindari penggunaan media yang hanya dimaksudkan

sebagai selingan atau sekedar pengisi waktu kosong saja. Siswa sadar bahwa

media yang digunakan hanya untuk mengisi waktu kosong, maka kesan ini akan

selalu muncul setiapkali guru menggunakan media. Penggunaaan media yang

sembarangan, asal asalan, atau "daripada tidak dipakai", akan membawa akibat

negatif yang lebih buruk. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang cukup

sebelum penggunaaan media. Kurangnya persiapan bukan saja membuat proses

pembelajaran tidak efektif dan efisien, tetapi justru mengganggu kelancaran

proses pembelajaran. Hal ini terutama perlu diperhatikan ketika kita akan

menggunakan media elektronik.

Hamalik (1994) menyatakan fungsi utama penggunaan media pembelajaran antara

lain:

a. Fungsi Edukatif adalah mendidik dan menberikan pengaruh positif pada

pendidikan.

b. Fungsi Sosial adalah memberikan interaksi yang autentik dan pengalaman

berbagai bidang kehidupan dan memberikan konsep yang sama kepada setiap

orang.

c. Fungsi Ekonomis adalah dalam pembinaan prestasi kerja secara maksimal.

d. Fungsi Politis adalah berpengaruh pada politik pembangunan.

Kenyataannya, peranan media pembelajaran di sekolah dasar kurang

begitu diperhatikan oleh pendidik. Peserta didik yang seharusnya dapat

mengoptimalkan pembelajaran dengan baik, namun tidak didukung dengan

penggunaan media pembelajaran yang relevan cenderung menjadikan siswa

sebagai peserta didik menjadi verbalistik (hanya sebatas teori tanpa didukung

dengan data yang konkrit). Sebagai contoh, siswa mempelajari jenis alat

transportasi darat berupa delman, di Jakarta sebagaimana di tempat penulis

bertugas, tidak semua siswa di sekolah dasar mengenal, mengetahui, dan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

18

memahami delman sebagaimana kenyataannya karena tidak semua siswa pernah

menjumpai kereta beroda dua ini. Oleh sebab itu penggunaan media untuk

menghilangkan kesan verbalistik ini sangat penting peranannya.

Penggunaan media pembelajaran pada tiap satuan pendidikan saat ini

sangat dianjurkan bahkan diupayakan untuk ada pada tiap-tiap proses

pembelajaran khususnya di tingkat satuan pendidikan dasar. Media ini tentunya

tidak hanya atas dasar ada saja, tetapi kesesuaian dan ketepatan penggunaan

dalam proses penyampaian pesan pembelajaran yang akan diberikan.

Peranan media yang semakin meningkat sering menimbulkan

kekhawatiran pada guru. Namun sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi, masih

banyak tugas guru yang lain seperti memberikan perhatian dan bimbingan secara

individual kepada siswa yang selama ini kurang mendapat perhatian. Kondisi ini

akan terus terjadi selama guru menganggap dirinya merupakan satu-satunya

sumber dalam proses pembelajaran. Jika guru memanfaatkan berbagai media

pembelajaran secara baik, guru dapat berbagi peran dengan media. Peran guru

akan lebih mengarah sebagai manajer pembelajaran dan bertanggung jawab

menciptakan kondisi sedemikian rupa agar siswa dapat belajar secara optimal.

Untuk itu guru lebih berfungsi sebagai penasehat, pembimbing, motivator dan

fasilitator dalam proses pembelajara (Muhamad Fajri 2010:30)

Dengan memperhatikan pendapat di atas dan melaksanakan secara

optimal, maka guru dalam penggunaan media audio visual (video) dan juga harus

memperhatikan hal-hal tersebut. Media yang dipergunakan sebagai alat bantu

dapat saja menjadi pendorong bagi anak didik dan mempermudah untuk

memahami materi yang disajikan. Sehingga dapat meningkat hasil belajar siswa.

2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Audio Visual (Video)

Angkowo dan Kosasih, (2007) langkah-langkah pembelajaran

menggunakan Audio Visual (Video) pada intinya meliputi:

1. Persiapan

Sebelum memanfaatkan program video pembelajaran , guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut :

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

19

a. Menyusun jadwal pemanfaatan disesuaikan dengan topic dan program

belajar yang sudah dibuat.

b. Memeriksa kelengkapan peralatan termasuk menyesuaikan tegangan

peralatan dengan tegangan listrik yang tersedia di sekolah.

c. Mempelajari bahan penyerta

d. Mempelajari isi program sekaligus menandai bagian-bagian yang perlu

atau tidak perlu disajikan dalam kegiatan pembelajaran

e. Memeriksa kesesuaian isi program video dengan judul yang tertera

f. Meminta siswa agar mempersiapkan buku, alat tulis, dan peralatan lain

yang diperlukan.

g. Mengatur tempat duduk siswa agar semua siswa dapat melihat dan

mendengar dengan baik

2. Pelaksanaan

Selama memanfaatkan program video pembelajaran, guru hendaknya

melakukan hal-hal sebagai berikut

a. Sebelum menghidupkan/memulai program video pembelajaran, ajak

siswa agar memperhatikan materi yang akan dipelajari dengan baik.

b. Memberikan penjelasan terhadap materi yang diajarkan

c. Menjelaskan tujuan dan materi pokok dalam program yang akan

dimanfaatkan

d. Memberikan prasarat/persepsi pengetahuan/pelajaran sebelumnya.

e. Mengoperasikan program sesuai dengan petunjuk pemanfaatan/petunjuk

teknis dan bahan penyerta

f. Mengamati/memantau kegiatan siswa selama mengikuti program.

Selama program diputar, guru tidak perlu maju ke depan menunjuk

gambar di layar, atau mondar-mandir berkeliling kelas.

Lebih baik guru mengajarkan :

1. Menjaga agar suasana kelas tetap tertip.

2. Usahakan agar volume suara (narasi) jelas terdengar oleh seluruh

siswa yang ada di ruangan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

20

3. Mengatur kekontrasan dan kecerahan gambar pada pesawat televise,

sehingga gambar terlihat jelas oleh siswa.

g. Memberi penguatan/penegasan/pengayaan terhadap tayangan program

h. Memutar ulang program video pembelajaran bila diperlukan.

i. Membuat kesimpulan materi/isi program sesudah memberikan evaluasi

kepada siswa.

3. Tindak lanjut

a. Memberikan tugas kepada siswa.

b. Memberikan pertanyaan/umpan balik.

c. Bagi mata pelajaran yang memerlukan praktikum, guru mengajak siswa

untuk mengadakan praktek di laboratorium.

d. Bagi mata pelajaran yang membutuhkan tambahan referensi yang lebih

lengkap, guru mengajak siswa untuk belajar di perpustakaan.

e. Menginformasikan tentang pentingnya memperhatikan/mendengarkan

program video pembelajaran untuk pemanfaatan program video

pembelajaran berikutnya.

f. Mengajak siswa untuk memperkaya materi melalui sumber belajar lain

yang relevan dengan materi yang dipelajari.

2.3 Kajian Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nini Herlina, Universitas Pendidikan

Indonesia dengan judul Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Materi Kenampakan Benda Langit di

Kelas IV SDN 3 Cibodas yang menyimpulkan bahwa melalui media audio visual

dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV dalam pembelajaran IPA.

Dapat dilihat dari kondisi awal atau pra siklus siswa yang nilainya dibawah KKM

sekitar 70% siswa. Siklus I menerapkan media audio visual terjadi peningkatan

signifikan yaitu 63% yang di atas KKM . Kemudian siklus II terjadi peningkatan

yaitu 87% yang sudah memenuhi KKM. Siklus III 100% sudah memenuhi KKM.

Penelitian tersebut relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan karena

sama-sama menggunakan media sebagai variabel untuk menyelesaikan masalah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

21

pada penelitian. Namun, hasil yang diamati dalam penelitian peneliti lebih

menekankan pada variabel hasil belajar sedangkan subyek yang digunakan adalah

siswa kelas IV SD Kanisius Cungkup Salatiga. Keberhasilan penggunaan media

audio visual pada penelitian oleh Nini Herlina tersebut telah memberikan motivasi

kepada kami untuk meneliti lebih lanjut tentang keberhasilan penggunaan media

audio visual dalam meningkatkan hasil belajar.

2.4 Kerangka Pikir

Permasalahan yang terjadi pada pembelajaran IPA pada kelas 4 Sekolah

Dasar Kanisius Cungkup ialah hasil belajar siswa rendah karena siswa kurang

tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran, maka penelitian ini bertujuan untuk

meningkatkan hasil belajar IPA siswa menggunakan media audio visual (video)

Upaya yang di lakukan dalam menyelesaikan masalah dan mencapai

tujuan tersebut adalah peneliti merancang pembelajaran dan penggunaan media

audio visual yang pada akhirnya dapat membantu siswa dalam proses belajar dan

mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran karena siswa

dapat terlibat langsung dalam penyampaian materi sehingga pembelajaran akan

mudah dipahami oleh siswa dan dapat tercapainya tujuan pembelajaran.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

22

Gambar. 2.1

Bagan Kerangka Pikir Pembelajaran IPA

dengan menggunakan Media Audio Visual (Video)

PEMBELAJARAN IPA : KD

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi

9.2 Mendeskripsikan posisi bulan dan kenampakan bumi dari hari kehari

Proses pembelajaran yang dilakukan

guru masih bersifat konvensioanal,

Guru mendominasi PBM

Siswa menjadi pasif.

Mudah jenuh dan bosan.

Pembelajaran menjadi

kurang efektif

Hasil belajaran siswa

rendah

Media Audio Visual (Video) :

“Terjadinya Siang dan Malam”

Penilaian Hasil Belajar

Tes Formatif

Penilaian Proses Belajar

Tes Formatif

Penilaian Hasil Belajar

Hasil Belajar Tinggi

>KKM

1. Menyimak Video

2. Diskusi terjadinya

siang dan malam

siang

3. Praktik terjadinya

Siang dan Malam

1. Rubrik Menyimak

2. Rubrik Diskusi

3. Rubrik Praktik

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/8197/2/T1_292009233_BAB II.pdf · tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya

23

2.5 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan penelitian ini dengan menggunakan media

pembelajaran Audio Visual (Video) dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada

materi Kenampakan Bumi kelas 4 Sekolah Dasar Kanisius Cungkup, Salatiga

semester 2 tahun pelajaran 2012/ 2013.