BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...

16
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPA IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum- hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana pengembangan sikap ilmiah. ( Sapriati,Amalia,2009 : 3.7 ). Menurut Leo Sutrisno dalam Tim Sertifikasi 2007 IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta mengguanakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan penalaran yang valid sehingga dihasilkan kesimpulan yang benar. Jadi, IPA mengandung tiga hal : proses(usaha manusia memahami alam semesta),prosedur(pengamatan yang tepat dan prosedurnya benar),dan produk (kesimpulannya betul ). Jadi menurut penulis Ilmu Pengetahan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahan yang berupa fakta konsep, atau prinsip prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari hari. Proses pembelajarnannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan mempelajari alam sekitarsecara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hakikat IPA

IPA didefinisikan sebagai sekumpulan pengetahuan tentang objek dan fenomena

alam yang diperoleh dari hasil pemikiran dan penyelidikan ilmuwan yang dilakukan dengan

keterampilan bereksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Definisi ini memberi

pengertian bahwa IPA merupakan cabang pengetahuan yang dibangun berdasarkan

pengamatan dan klasifikasi data, dan biasanya disusun dan diverifikasi dalam hukum-

hukum yang bersifat kuantitatif, yang melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis

data terhadap gejala-gejala alam. Dengan demikian, pada hakikatnya IPA meliputi tiga

cakupan yaitu IPA sebagai produk, IPA sebagai proses dan IPA sebagai sarana

pengembangan sikap ilmiah. ( Sapriati,Amalia,2009 : 3.7 ).

Menurut Leo Sutrisno dalam Tim Sertifikasi 2007 IPA merupakan usaha manusia

dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta

mengguanakan prosedur yang benar dan dijelaskan dengan penalaran yang valid

sehingga dihasilkan kesimpulan yang benar. Jadi, IPA mengandung tiga hal :

proses(usaha manusia memahami alam semesta),prosedur(pengamatan yang tepat dan

prosedurnya benar),dan produk (kesimpulannya betul ).

Jadi menurut penulis Ilmu Pengetahan Alam (IPA) berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis,bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahan yang berupa fakta konsep, atau prinsip prinsip saja tetapi juga merupakan

suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta

didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih

lanjut dalam menerapkannya didalam kehidupan sehari – hari. Proses pembelajarnannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi

agar menjelajahi dan mempelajari alam sekitarsecara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan

untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh

pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

7

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari hari untuk memenuhi kebutuhan manusia

melalui pemecahabn masalah – masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA

perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan. Di

tingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajran salingtemas yang diarahkan pada

pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan IPA

dan kompetensi ilmiah secara bijak. ( KTSP : 2006 )

Menurut Wahyudi dan Kriswandani (2013), siswa akan kreatif , bila diberi

kesempatan merancang / membuat sesuatu, menuliskan ide / gagasan. hal tersebut akan

membuat rasa keingintahuan mereka terpenuhi dan juga imajinasi mereka berkembang.

apabila suasana belajar yang aktif dan kreatif terjadi maka akan mendorong siswa untuk

menyenangi dan memotivasi mereka untuk terus belajar.

Pembelajaran merupakan persiapan di masa depan, dalam hal ini masa depan

kehidupan anak yang ditentukan orang tua. Oleh karenanya, sekolah mempersiapkan

mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang. Pembelajaran merupakan suatu

proses penyampaian pengetahuan, yang dilaksanakan dengan menuangkan pengetahuan

kepada siswa (Oemar Hamalik, 2008: 25). Bila pembelajaran dipandang sebagai suatu

proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka

membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan progam pengajaran

tahunan, semester dan penyusunan persiapan mengajar (lesson plan) berikut persiapan

perangkat kelengkapannya antara lain berupa alat peraga dan alat-alat evaluasinya

(Hisyam Zaini, 2004: 4). Berdasar beberapa pendapat diatas maka disimpulkan

pembelajaran adalah suatu proses dan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka

membuat siswa belajar, pembelajaran juga merupakan persiapan di masa depan dan

sekolah mempersiapkan mereka untuk hidup dalam masyarakat yang akan datang.

Sebagai ilmu pengetahuan, IPA juga mempunyai ciri khusus sebagaimanan ilmu

pengetahuan yang lain. Ciri-ciri khusus tersebut dipaparkan berikut ini.

a. IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh

semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan

terdahulu oleh penemunya.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

8

b. IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan

dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangan

IPA selanjutnya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta saja, tetapi juga ditandai

oleh munculnya “metode ilmiah” (scientific methods) yang terwujud melalui suatu

rangkaian ”kerja ilmiah” (working scientifically), nilai dan “sikapi lmiah” (scientific attitudes)

(Depdiknas, 2006).

Dari berbagai pendapat yang telah dikemukakan para ahli di atas penulis

berpendapat bahwa hakikat IPA dicondongkan pada proses penemuan suatu fakta atau

konsep dimana kita dan siswa diajak berpikir kreatif analisis dan agar terbentuk dorongan

ingin tahu.. Hal ini mendorong munculnya sekelompok orang berfikir. Pemikiran dilakukan

secara terpola sehingga dipahami oleh orang lain. Dorongan ingin tahu meningkat untuk

mencari kepuasan dan penggunannya.

Penemuan yang dapat diuji kebenarannya oleh orang lain dapat diterima secara

universal. Dengan demikian dari pengetahuan akan berkembang menjadi ilmu

pengetahuan. Perolehan yang didapat melalui percobaan, didukung fakta menggunakan

metode berfikir secara sistematis dapat diterima sebagai ilmu pengetahuan yang

selanjutnya disebut produk. Sedangkan langkah – langkah dilakukan merupakan suatu

proses. Langkah – langkah atau proses ditempuh dalam mengembangkan ilmu menjadi

cara atau metode memungkinkan berkembangnya pengetahuan.

2.1.2 Hakikat Pembelajaran IPA di SD

Para penganut teori perilaku (behaviourist) berpendapat, bahwa sudah cukup bagi

siswa untuk megasosiasikan stimulus-stimulus dan respon-respon, dan diberi penguatan

bila mereka memberikan respon yang benar. Para penganut teori ini tidak mempersoalkan

apa yang terjadi dalam pikiran siswa sebelum dan sesudah respon dibuat. Salah satu

bentuk realisasi pembelajaran behavioristik adalah seperti yang dikemukakan oleh Gagne

yang dikenal dengan sebutan teori Hierarki Belajar Gagne. Prosedur yang ditempuh

adalah yang dimulai dari (a) menetapkan secara verbal deskripsi operasional sejumlah

variabel kemampuan yang diharapkan (sekarang disebut tujuan pembelajaran/sasaran

belajar), (b) membuat hipotesis hubungan hirarki antar variabel, (c) menetapkan model

hirarki belajar untuk mewujudkan hubungan antar variabel yang dihipotesiskan, serta (d)

menetapkan sejumlah tata cara untuk memvalidasi hirarki. ( sugandi ahmad,2004:34)

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

9

Belajar menurut paradigma kontruktivistik adalah merupakan proses membangun

pengetahuan yang bermakna melalui pencarian hubungan antara pengetahuan awal siswa

dengan pengetahuan yang sedang dipelajari, siswa berinteraksi multi arah dengan

memanipulasi alat dan bahan di lingkungan sekitar sebagai wahana proses belajarnya

yang dalam pelaksanaannya difasilitasi oleh guru. Empat (4) ciri utama belajar dan

pembelajaran konstruktiivistik adalah: (a) pengetahuan awal siswa menjadi bagian penting

dalam pembelajaran; (b) siswa aktif belajar dan menghubungkan pengetahuan awal yang

dimiliki dengan pengetahuan yang sedang dipelajari; (c) siswa membangun pengetahuan

sendiri sehingga pengetahuan tersebut bermakna bagi dirinya; dan (d) selalu beriteraksi

multi arah (guru-siswa, siswa-siswa)

Dampak pengertian belajar dan pembelajaran konstruktivistik terhadap

pembelajaran IPA SD/MI adalah seperti bagan alur pembelajaran berikut ini. Menggali

pengetahuan awal siswa yang terkait dengan materi baru yang akan dipelajari, melakukan

investigasi/penyelidikan, memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siswa untuk

mengumpulkan bukti-bukti/fakta-fakta sebagai bahan untuk mengkonstruksi

pengetahuannya atas bantuan guru (atau melalui kerja sama dengan teman) (Nuryani

Rustaman,2012:2.4).

Teori gagne dalam noehi nasution 1998: 43 dalam wahyudi kriswandani 2013:33

mengatakan belajar sebagai suatu proses yang memungkinkan seseorang mengubah

tingkah lakunya cukup tepat dan perubahan tersebut bersifat relative sehingga perubahan

yang serupa tidak perlu terjadi. Model pembelajran Gagne :

a. Mengaktifkan motivasi

b. Memberi tahu tujuan pembelajarn

c. Mengarahkan perhatian

d. Merangsang ingatan

e. Menyediakan bimbingan

f. Membantu transfer belajar

g. Memperhatikan dan member feedback

Tujuan Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

keberadaan keindahan dan keteraturan alam ciptaanNya.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

10

2). Mengembangkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap sains, teknologi dan

masyarakat.

3) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan

masalah dan membuat keputusan.

4) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

5) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya sains dalam kehidupan

sehari-hari.

6) Mengalihkan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lain.

7) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam. Menghargai

berbagai macam bentuk ciptaan Tuhan di alam semesta ini untuk dipelajari

(KTSP,2006:12)

Jadi hakikat pembelajaran IPA menurut penulis pembelajaran IPA sebaiknya

dilaksanakan secara inkuiriilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan

bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannyan sebagai aspek penting kecakapan hidup.

Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan pada pemberian pengalaman

belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan ketrampilan proses dan

sikap ilmiah.

2.1.3 Hakikat Model Pembelajaran

Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam

mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga

diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.Model

pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang paling tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan ,

metode, dan teknik pembelajaran.Dengan kata laian, apabila antara pendekatan,strategi,

metode,teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi suatu kesatuan

yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.

(Sudrajat,2008 ).

Pada dasarnya karakteristik suatu model pembelajaran dapat dideskripsikan secara

sistematis atas beberapa komponennya. Komponen – komponen mencakup hakikatnya,

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

11

teori belajar terkait sebagai landasan teoritiknya, tujuan pengembangan model tersebut,

sintaks, lingkungan belajar dan pengelolaannya ( Depdiknas 2008 )

Jadi,menurut penulis sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama

dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Saat ini telah banyak

dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari yang sederhana sampai model

yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam

penerapannya.

Ada beberapa ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah :

1. Rasional teoritik yang logis yangdisusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukanagar model tersebut dapat

dilaksanakandengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang duperlukanagar tujuan pembelajaran dapat

tercapai.(rustaman nuryani,2012:8.18)

Sedangkan model pembelajaran menurut Kardi dan Nur ada lima model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran

langsung; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan

learning strategi.

Menurut pendapat penulis sebagai seorang guru harus mampu memilih model

pembelajaran yang tepat bagi peserta didik. Karena itu dalam memilih model

pembelajaran, guru harus memperhatikan keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran

serta sumber-sumber belajar yang ada agar penggunaan model pembelajaran dapat

diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.

Seorang guru diharapkan memiliki motivasi dan semangat pembaharuan dalam

proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M. (2004 : 165), guru yang

kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di

sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai

keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan,

menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru

menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran

yang kondusif.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

12

Setiap guru harus memiliki kompetensi adaptif terhadap setiap perkembangan ilmu

pengetahuan dan kemajuan di bidang pendidikan, baik yang menyangkut perbaikan

kualitas pembelajaran maupun segala hal yang berkaitan dengan peningkatan prestasi

belajar peserta didiknya.

2.1.4 Model Pembelajaran IPA

Model pembelajaran IPA menurut teori konstruktifistik memperhatikan dan

mempertimbangkan pengetahuan awal siswa yang mungkin diperoleh diluar sekolah.

Menurut pandangan konstruktifistik dal;am proses pembelajaran IPA seyogianyanya

disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat

dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi social. Dengan kata lain saat proses

belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dalam kegiatan

nyata.Pembentukan pengetahuan mewarnai pembentukan system konseptual IPA bagi

yang mempelajarinya. Model pembelajaran IPA dipilih sesuai dengan sifat IPA sebagai

pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan procedural. Komponen komponen

pembentuk model pembelajaran dirumuskan sesuai dengan sifat model pembelajaran

yang disusun dan terutama ditentukan oleh tujuan yang ingin dicapai melalui pembelajaran

tersebut.(SutarnoNono,2009:8.5).

Menurut piaget dalam Sapriati Amalia 2012 :1.18 ada sediokitnya 3 hal yang perlu

diperhatikanh oleh guru dalam merancang pembelajaran IPA Yaitu:

1. Seluruh anak melewati tahapan yang sama secara berurutan

2. Anak mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap suatu benda atau kejadian.

3. Apabila hanya kegiatan fisik yang diberikan kepada anak, tidaklah cukup menjamin

perkembangan intelektuan anak.

Dalam pembelajaran di kelas, Bruner mengembangkan model pembelajaran

penemuan.Model ini pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk

memperoleh informasi sendiri dengan bantyuan guru dan biasanya menggunakan barang

yang nyata . perana guru dalam pembelajaran ini bukanlah sebagai seorang pemberi

informasi melainkan seorang penuntun anak mendapatkan informasi. Guru harus

mempunyai cara yang baik untuk tidak secara langsung memberikan informasin yang

dibutuhkan oleh siswa. Model pembelajaran ini mempunyai banyak manfaatnya antara lain

bahwa siswa akan mudah mengingatnya apabila informasi tersebut didapatkan sendiri,

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

13

bukan merupakan informasi 0perolehan . manfaat lainnya adalah siswa telah memperoleh

informasi, maka dia akan mengingat lebih lama. ( sapriatiamali,2012:1.18)

Menurut penulis dalam pembelajaran IPA sebaiknya memadukan berbagai metode

pembelajaran seperti Eksperimen yang memang harus ada dan metode metode lain yang

mendukung terciptanya pembelajaran inkuirri sehingga siswa menyerap hasil belajar

secara optimal.

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Posing dan Problem Promting ( Probing-Prompting)

Menurut arti katanya, probing adalah penyelidikan, pemeriksaan dan prompting adalah

mendorong atau menuntun. Penyelidikan atau pemeriksaan disini bertujuan untuk

memperoleh sejumlah informasi yang telah ada pada diri siswa agar dapat digunakan

untuk memahami pengetahuan atau konsep baru.Teknik probing-prompting adalah

pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian petanyaan yang sifatnya

menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan

setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep-prinsip-aturan menjadi pengetahuan baru,

dengan demikian pengetahuan baru tidak diberitahukan.Dengan model pembelajaran ini

proses tanya jawab dilakukan dengan menunjuk siswa secara acak sehingga setiap siswa

mau tidak mau harus berpartisipasi aktif, siswa tidak bisa menghindar dari prses

pembelajaran, setiap saat ia bisa dilibatkan dalam proses tanya jawab. Kemungkinan akan

terjadi susana tegang, namun demikian bisa dibiasakan. Untuk mengurangi kondisi

tersebut, guru hendaknya serangkaian pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara

menyejukkan, nada lembut. Ada canda, senyum, dan tertawa, sehingga suasana menjadi

nyaman, menyenangkan, dan ceria. Jangan lupa, bahwa jawaban siswa yang salah harus

dihargai karena salah adalah cirinya dia sedang belajar, ia telah berpartisipasi. (Slameto

dalam Tim Sertifikasi Unnes 2011:8)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Priatna (Sudarti, 2008) menyimpulkan bahwa

proses probing dapat mengaktifkan siswa dalam belajar yang penuh tantangan,

membutuhkan konsentrasi dan keaktifan sehingga aktivitas komunikasi matematika cukup

tinggi. Selanjutnya, perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari

cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban sebab mereka harus

siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru. Hal yang sama diungkapkan oleh Suherman (2001)

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

14

bahwa dengan menggunakan metode tanya jawab siswa menjadi lebih aktif daripada

belajar mengajar dengan metode ekspositori.

Terdapat dua aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing

prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan aktivitas fisik yang

berusaha membangun pengetahuannya, serta aktivitas guru yang berusaha membimbing

siswa dengan menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran tingkat

rendah sampai pemikiran tingkat tinggi (Suherman, 2001:55).

Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui tujuh tahapan

teknik probing (Sudarti, 2008:14) yang dikembangkan dengan prompting adalah sebagai

berikut:

1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan memperhatikan

gambar, rumus, atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan.

2. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

3. Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan pembelajaran

khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.

4. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk

merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

5. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

6.Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa lain tentang

jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang

sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawab dalam hal

ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan

pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian

jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat

yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar

atau indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan

pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan

probing prompting.

7. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan

bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

15

Menurut penulis model Pembelajaran Probing Prompting adalah sebuah model

pembelajaran yang mampu mengoptimalkan kamampuan kognitif siswa dalam menyerap

materi pembelajaran. Model ini layaknya sebuah kuis yang menuntut siswa berfikir

tanggap dan cepat sehingga diharapkan hasil belajar mereka meniingkat.

2.1.6 Hakikat Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA

Kata hasil belajar sering disebut prestasi belajar. Kata prestasi berasal dari belanda

yaitu “prestatie” kemudian dalam bahasa Indonesia disebut prestasi yang artinya hasil

usaha. Kata prestasi juga beraarti kemampuan,ketrampilansikap seorang dalam

menyelesaikan sesuatu( Tim Sertifikasi,2011:11).

Jadi sebagaimana di ketahui bahwa tujuan dari pembelajaran yang dilakukan oleh guru

baik di rumah, sekolah atau belajar dimanapun adalah agar dapat memperoleh hasil

belajar yang dianggap baik yaitu yang telah memenuhi standar hasil belajar yang telah

ditetapkan atau melebihinya sehingga dapat digolongkan menjadi hasil belajar yang baik.

Dalam proses memperoleh hasil belajar yang baik itu diperlukan metode pembelajaran

yang tepat artinya yang sesuai dengan kondisi dan keadaan kehidupan sehari-hari yang

atau kontekstual,sehingga apa yang menjadi hasil belajar dapat terpenuhi dengan jumlah

pengukuran hasil belajar di atas standar yang ada, selain metode ada juga yang

menggunakan LKS Lembar Kerja Siswa dalam proses pembelajaran di sekolah.

Setiap proses belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil

belajar. Di dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik

memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu

meningkatkan keberhasilan peserta didik dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor

intern dari siswa itu sendiri.

Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap peserta

didik mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik

dapat membantu peserta didik dalam mencapai tujuannya. Hasil belajar yang baik hanya

dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit

diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik.

Menurut Hamalik (2001:159) bahwa hasil belajar menunjukkan kepada prestasi belajar,

sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya derajat perubahan tingkah laku

siswa.Menurut Nasution (2006:36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

16

belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan

guru.Sedangkan menurut Dimyati dan Mudjiono (2002:36) hasil belajar adalah hasil yang

ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes

yang diberikan guru.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan

hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan

dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada

satu pokok bahasan.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik jika hasil belajar sesuai dengan

standar yang diharapkan dalam proses pembelajaran tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa

hasil belajar harus dirumuskan dengan baik untuk dapat dievaluasi pada akhir

pembelajaran. Hasil belajar seseorang tidak langsung kelihatan tanpa orang itu melakukn

sesuatu untuk memperlihatkan kemampuan yang diperolehnya melalui belajar. Namun

demikian, hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam

sikap dan tingkah lakunya.

Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program

belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek

kognitif, afektif, dan psikomotor. Syah, Muhibbin (1997: 91-92) menyatakan bahwa hasil

belajar juga dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu secara kuantitatif, institusional, dan

kualitatif. Aspek kuantitatif menekankan pada pengisian dan pengembangan kemampuan

kognitif dengan fakta-fakta yang berarti. Aspek insitusional atau kelembagaan

menekankan pada ukuran seberapa baik perolehan belajar siswa yang dinyatakan dalam

angka-angka. Sedangkan aspek kualitatif menekankan pada seberapa baik pemahaman

dan penafsiran siswa terhadap lingkungan di sekitarnya. Sehingga dapat memecahkan

masalah yang dihadapinya dalam kehidupansehari-hari.

Berdasarkan definisi dan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati setelah mengikuti

program belajar mengajar dalam bentuk tingkat penguasaan siswa terhadap pengetahuan

dan ketrampilan. Dengan demikian, hasil belajar IPA harus dikaitkan dengan tujuan

pendidikan IPA yang telah tercantum dalam kurikulum dengan tidak melupakan hakiakt

IPA itu sendiri. Hasil belajar IPA dikelompokkan berdasarkan hakikat sains yang meliputi

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

17

IPA sebagai produk, proses, dan sikap ilmiah. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar IPA meliputi pencapaian IPA sebagai produk, proses dan sikap ilmiah.

Dalam segi produk, siswa daharapkan dapat memahami konsep-konsep IPA dan

keterkaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari segi proses, siswa diharapkan memiliki

kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, pengetahuan, dan

menerapkan konsep yang diperolehnya untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi

dalam kehidupan sehahri-hari. Dari segi ilmiah, siswa diharapkan mempunyai minat untuk

mempelajari benda-benda di sekitarnya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri,

bertanggung jawab, dapat bekerja sama dan mandiri, serta mengenal dan

mengembangkan rasa cinta terhadap alam sekitar dan Tuhan Yang Maha Esa. Dengan

demikian, hasil belajar hasil belajar yang dikembangkan di SD adalah hasil belajar yang

mencakup penguasaan produk, proses, dan sikapilmiah.

2.1.7 Pembelajaran IPA dengan metode Probing Prompting

Mata pelajaran IPA selama ini dianggap sebagai mata pelajaran yang bersi fat umum,

kurang menyenangkan , monoton dan tidak menarik. penerapan metode Probing

Prompting menurut peneliti adalah inovasi baru, karenadari metode ini siswa mau tidak

mau akan berpartisipasi aktif dalam mengikuti pembelajaran. Dimulai dari keaktifan siswa

dalam berfikir dan mengembangkan kemampuan kognitifnya untuk menjawab persoalan

atau masalah yang disajikan oleh guru. Disisni peran guru juga minimal un tuk menggali

kemampuan berfikir siswa guru sebelumnya menyajikan gambar atau video yang

berhubungan dengan materi IPA dan tentunya membutuhkan jawaban dari peserta didik.

Selanjutnya apabila teknik Probing Prompting dipadukan dengan diskusi kelompok akan

sangat maksimal untuk pembelajaran tematik karena disana akan terjadi interaksi dan

kerjasama didalam kelompok yang tentunya terjadi interaksi social dan mendukung mata

pelajaran IPS. metode Probing prompting untuk mata pelajaran IPA menurut peneliti

merupakan salah satu metode yang nantinya dapat membuat kelas menjadi hidup, karena

siswa akan berlomba lomba dalam menjawab pertanyaan dari guru apabila siswa yang

ditunjuk tidak mampu menjawab.selain itu siswa juga akan berkompetisi dalam

menanggapi jawaban atau pendapat dari temannya. sehingga akan tercipta PAKEM (

pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan )( Tim Sertifikasi,2011).

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

18

Selain itu siswa akan lebih tertantang dalam mengikuti pembelajaran, mereka lebih

tertarik. apabila ketertarikan siswa terhadap pembelajaran meningkat maka motivasi

mereka juga akan meningkat sehingga pemahaman dan hasil belajar pun meningkat.

Menurut peneliti metode Probing Prompting memiliki kelebihan dan kekurangan

seperti metode lainnya. Kelebihan dari metode Probing Prompting adalah mampu

menmbuat siswa berfikir cepat dan tangkas dalam menemukan idea tau gagasan untuk

memahami suatu konsep, selain itu metode ini juga merupakan metode baru yang

inovatif yang memadukan berbagai metode seperti diskusi, tanya jawab, demonstrasi, dll

sehingga apabila menerapkan metode ini siswa tidak akan merasa bosan karena

pembelajaran berlangsung variatif. Sedangkan kelemahan dari metode ini adalah karena

metode Probing Prompting termasuk metode baru maka dalam menerapkan metode ini

dalam proses pembelajaran guru harus benar benar menuntun siswa agar memahami

alur pembelajaran selain itu sumber belajar yang digunakan untuk menerapkan metode

ini juga harus bervariatif agar dalam memahami suatu konsep siswa bisa berfikir kritis

dan cepat. Sehingga guru harus ekstra kreatif dalam menemukan media yang bervariasi.

Metode ini juga belum memiliki ciri yang spesifik untuk dijadikan sebagai keunggulannya

apabila dalam penerapannya guru kurang kreatif.

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nur Azizah

(http://digilib.umg.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jipptumg--nurazizah-906) yang

berjudul PENGGUNAAN METODE INQUIRY DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN KESEBANGUNAN DI KELAS

IX D SMP YPI DARUSSALAM 1 CERME – GRESIK. Berdasar hasil analisis data dan

pembahasan tentang pembelajaran dengan menggunakan metode probing prompting

dapat disimpulkan bahwa :

1) Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan

yang telah disusun tercapai secara optimal. Oleh karena itu, penggunaan metode

pembelajaran di gunakan sebagai cara untuk mengatasi masalah penjenjangan jalur

pendidikan.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

19

2) Metode pembelajaran ini digunakan untuk membantu peserta didik yang

mengalami kesulitan dalam pemahaman konsep.

3) Melalui metode pembelajaran diharapkan peserta didik dapat berperan aktif dan

belajar bersama-sama dengan bimbingan guru dalam proses belajar mengajar.

4) Metode Inquiry dengan teknik probing prompting merupakan salah satu mtode

yang menjadikan peserta didik sebagai subyek aktif dalam proses belajar, sedangkan guru

sebagai pembimbing yang mengarahkan peserta didik dengan pertanyaan yang

mengarah.

Hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam mengelola

pemebelajaran dengan menggunakan metode inquiry dengan teknik probing prompting

dikatakan baik, aktivitas peserta didik yang paling dominan dalam kategori menjawab

pertanyaan guru dengan persentase tertinggi 23,8%, peserta didik tuntas belajar sebesar

87,1% sesuai dengan kurikulum SMP YPI Darussalam 1 Cerme-Gresik secara klasikal

ketuntasan belajar tercapai.

Sedangkan berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Fithria Aisyah Rahmawati

yang berjudul MODEL PEMBELAJARAN PROBING-PROMPTING SEBAGAI UPAYA

UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DI

KELAS VIII C SMP N 5 SLEMAN dapat disimpulkan bahwa :

1). Terjadi peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa setelah diberikan

tindakan berupa pembelajaran matematika dengan model pembelajaran probing-

prompting. Pelaksanaan pembelajaran diawali dengan menghadapkan siswa pada

situasibaru, kemudian diskusi siswa, pengajuan pertanyaan oleh guru, siswa diberi waktu

untuk merumuskan jawaban, siswa menjawab pertanyaan, siswa lain memberi

tanggapan atas jawaban

siswa tersebut, kemudian guru mengajukan pertanyaan akhir kepada siswa untuk

menunjukkan bahwa indikator pembelajaran benar-benar telah dipahami dan yang

terakhir siswa member kesimpulan atas materi pelajaran yang diberikan dengan

bimbingan dari guru.

2). Angket motivasi belajar siswa mengalami peningkatan dari pra tindakan yaitu 64,5

dalamkategori sedang menjadi 69,875 dalam kategori tinggi pada siklus I sehingga pada

siklus II menjadi 75,625 dalam kategori tinggi. Hal ini sejalan dengan hasil observasi

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

20

motivasi belajar siswa kelas VIII C yang mengalami peningkatan dari siklus I yaitu 69,05

dalam kategori tinggi menjadi 75,89 dalam kategori tinggi pada siklus II. Selain itu,

berdasarkan rata-rata nilai hasil tes akhir siklus siswa diketahui prestasi belajar

matematika siswa meningkat dari siklus I sebesar 85,47 menjadi 93,94 pada siklus II.

Selain itu, jumlah siswa yang memperoleh nilai lebih atau sama dengan 70 juga

meningkat dari siklus I yaitu 32 siswa atau 94, 12 % menjadi 33 siswa atau 97,06%.

2.3 Kerangka Berpikir

Penggunaan metode probing prompting untuk mata pelajaran IPA di SD kelas VI akan

dapat menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga pemahaman

mereka terhadap materi yang sedang disajikan akan meningkat dan hasil belajar yang

diinginkan akan tercapai. Metode Probing Prompting ini dapat membuat suasana kelas

menjadi lebih hidup, tercipta PAIKEM dan terjadi interaksi serta kerjasama sederhana

antar siswa yang dapat mendukung kegiatan pembelajaran.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7881/2/T1_262012044_BAB II.pdf · 2.1.1 Hakikat IPA . ... metode berfikir secara sistematis

21

Gambar 2.1

skema kerangka pikir

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas dapat dibuat hipotesis bahwa Metode probing

prompting dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas VI SD N Bulu 01 Kecamatan

Banyuputih Batang Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

SIKLUS II

perbaikan proses

pembelajaran sklus I

dengan metode

probing prompting

hasil belajar ≥ KKM

SIKLUS I

penerapan metode probing

prompting

Hasil mningkat tetapi belum tuntas 100 %

PENERAPAN

METODE

PROBING

PROMPTING

KONDISI

AKHIR

HASIL BELAJAR

SISWA RENDAH

KBM

KONVENSIONAL

MELALUI METODE

PROBING PROMPTING

HASIL BELAJAR SISWA

MENINGKAT

≥ KKM