BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...

23
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mempelajari tentang manusia serta mempolakan sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3). IPS merujuk pada aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan massa depan. Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan cara manusia memperoleh dan mempertahankan suatu kekuasaan. Menurut Gunawan Rudy (2011:26) IPS merupakan penyederhanaan, adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis dan psikologis untuk tujuan institusional pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Dengan demikian, maka untuk tingkat pendidikan dasar dan menegnah, IPS diimplementasikan sebagai Social Studies dan untuk tingkat pendidikan tinggi sebagai Social Science Education. Sapriya (2009:7) mengatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang bersifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata pelajaran. Dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta didik sehingga pengorgasian materi/ bahan mata pelajaran disesuaikan lingkungan dengan karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mempelajari tentang

manusia serta mempolakan sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang

lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3). IPS merujuk pada

aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan

sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi

waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan massa depan.

Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan

aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala

kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain

itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam

menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan cara manusia memperoleh dan

mempertahankan suatu kekuasaan.

Menurut Gunawan Rudy (2011:26) IPS merupakan penyederhanaan,

adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan pedagogis dan psikologis untuk tujuan institusional

pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Dengan demikian, maka untuk tingkat

pendidikan dasar dan menegnah, IPS diimplementasikan sebagai Social Studies

dan untuk tingkat pendidikan tinggi sebagai Social Science Education. Sapriya

(2009:7) mengatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata

pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata

pelajaran ilmu sosial lainnya

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah yang bersifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata

pelajaran. Dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta

didik sehingga pengorgasian materi/ bahan mata pelajaran disesuaikan lingkungan

dengan karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

8

Berdasarkan beberapa definisi IPS dari para ahli diatas maka dapat

disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata

pelajaran perpaduan dari ilmu-ilmu sosial (ekonomi, geografi dan sejarah) yang

mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan

dengan isu ilmu sosial yang terjadi dimasyarakat. Pemberian IPS ini bersifat

terpadu.

Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu

dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam

kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan

memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang

berkaitan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan landasan

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran

dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar poenilaian.

Permendikbud RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi menerangkan

bahwa tingkat kompetensi merupakan kriteria pencapaian kompetensi yang

bersifat generik dan harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap jenjang

pendidikan dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi yang

bersifat generik mencakup tiga ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Secara lebih rinci mengenai ruang lingkup dan tingkat kompetensi pada mata

pelajaran IPS jenjang pendidikan dasar dapat disajikan pada tabel 2.1.

Tabel 2.1Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Mapel IPS Tingkat

Kompetensi

Kompetensi RuangLingkupMateri

Tingkat

Pendidikan

Dasar (Kelas

I-VI)

- Menunjukkan perilaku social

dan budaya yang

mencerminkan jatidiri bangsa

Indonesia

- Mengenal konsep ruang,

waktu, dan aktifitas manusia

dalam kehidupan sosial,

budaya, dan ekonomi.

- Menceritakan hasil eksplorasi

mengenai kehidupan bangsa

Indonesia.

Manusia, tempat, dan lingkungan

- Wilayah geografis tempat tinggal

bangsa Indonesia

- Konektivitas dan interaksi social

kehidupan bangsa di wilayah

Negara Indonesia.

Waktu, keberlanjutan, dan

perubahan

- Perkembangan kehidupan bangsa

Indonesia dalam waktu sejak

masa pra aksara hingga masa

Islam.

Sistem social dan budaya

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

9

- Kehidupan manusia dan

kelembagaan sosial, ekonomi,

pendidikan, dan budaya

masyarakat dan bangsa

Indonesia.

Perilaku ekonomi dan

kesejahteraan.

- Kehidupan ekonomi masyarakat.

Indonesia yang bertanggungjawab.

- Menceritakan keberadaan

kelembagaan sosial, budaya,

ekonomi dan politik dalam

masyarakat.

- Menunjukkan perilaku social

dan budaya yang

mencerminkan jatidirinya

sebagai warga negara

Indonesia.

- Menjaga kelestarian

lingkungan hidup secara

bijaksana dan

bertanggungjawab

- Meneladani tindakan heroic

pemimpin bangsa, dalam

kehidupan social dan budaya

bangsa Indonesia

- Menceritakan hasil

eksplorasi mengenai

kehidupan bangsa Indonesia.

Manusia, tempat, dan lingkungan

- Konektivitas antar ruang dan

penanggulangan permasalahan

lingkungan hidup secara

bijaksana dalam kehidupan

bangsa Indonesia.

Waktu, keberlanjutan, dan

perubahan

- Perkembangan kehidupan bangsa

Indonesia dari masa penjajahan,

masa pergerakan kemerdekaan

sampai awal Reformasi dalam

menegakkan dan membangun

kehidupan berbangsa dan

bernegara.

Sistem social dan budaya.

- Norma, lembaga, dan politik

dalam kehidupan social dan

budaya bangsa Indonesia.

Perilaku ekonomi dan

kesejahteraan.

- Kehidupan perekonomian

masyarakat dan Negara

Indonesia sebagai perwujudan

rasa nasionalisme.

Sumber : Permendikbud RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, halaman

150-152

Standar kompetensi mata pelajaran mendeskripsikan pengetahuan,

ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah mempelajari mata pelajaran

tertentu pada jenjang pendidikan. Standar kompetensi merupakan kerangka yang

menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang tersetruktur.

Dalam proses pembelajaran Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar

(KD) sangat dirancang dengan sistematis karena agar meteri yang akan

disampaikan terarah dan tidak keluar dari tujuan ruang lingkup pembelajaran IPS

di SD. Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses,

menjelaskan bahwa Kompetensi Inti (KI) merupakan kualifikasi kemampuan yang

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

10

harus dicapai peserta didik dari sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan

keterampilan pada setiap tingkat kompetensi. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD)

merupakan kemampuan peserta didik untuk menguasai mata pelajaran tertentu

yang digunakan sebagai acuan penyusunan indikator komptensi dalam suatu

proses pembelajaran.Secara rinci KI dan KD yang akan digunakan sebagai acuan

pada proses pembelajaran IPS di kelas IV SD disajikan dalam tabel 2.2 berikut

ini.

Tabel 2.2Kompetensi Inti dan Kompetensi DasarMapel IPS Kelas IV

KOMPETENSI INTI 3

(PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI

(KETERAMPILAN)

3. Memahami pengetahuan factual

dengan cara mengamati dan menannya

berdasarkan rasa ingintahu tentang

dirinya, mahkluk ciptaan Tuhan dan

kegiatannya, dan benda-benda yang

dijumpai di rumah, di sekolah dan

tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan factual dalam

bahasa yang jelas, sistematis dan logis,

dalam karya yang estetis, dalam gerakan

yang mencerminkan anak sehat, dan dalam

tindakan yang mencerminkan perilaku

anak beriman dan berakhlak mulia

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1Mengidentifikasi karakteristik ruang

dan pemanfaatan sumberdaya alam

untuk kesejahteraan masyarakat dari

tingkat kota/ kabupaten sampai tingkat

provinsi.

4.1 Menyajikan hasil identifikasi

karakteristik ruang dan pemanfaatan

sumber daya alam untuk kesejahteraan

masyarakat dari tingkat kota/ kabupaten

sampai tingkat provinsi.

3.2 Mengidentifikasi keberagaman

social, ekonomi, budaya, etnis, dan

agama di provinsi setempat sebagai

identitas bangsa Indonesia; serta

hubungannya dengan karakteristik

ruang.

4.2 menyajikan hasil identifikasi mengenai

keberagaman sosial, ekonomi, budaya,

etnis, dan agama di provinsi setempat

sebagai identitas bangsa Indonesia; serta

hubungannya dengan karakteristik ruang.

3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi

dan hubungannya dengan berbagai

bidang pekerjaan, serta kehidupan

social dan budaya di lingkungan sekitar

sampai provinsi

4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan

ekonomi dan hubungannya dengan

berbagai bidang pekerjaan, serta kehidupan

social dan budaya di lingkungan sekitar

sampai provinsi.

3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu

dan/atau Buddha dan/ atau Islam di

Lingkungan daerah setempat, serta

pengaruhnya pada kehidupan

masyarakat masa kini.

4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan

Hindu dan/ atau Buddha dan/atau Islam di

lingkungan daerah setempat, serta

pengaruhnya pada kehidupan masyarakat

masa kini.

Sumber : Lampiran Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, halaman 1.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

11

Pencapaian tujuan pembelajaran diukur melalui KD yang dapat dicapai

melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat di rancang didalam

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana yang

menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai

suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam

silabus.

Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi (Permendikbud

RI Nomor 21 Tahun 2016). Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan

rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,

perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan

Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.

Proses pembelajaran dalam satuan pendidikan diselenggarakan secara

interaktif, menyenangkan dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif

dan kreatif sesuai dengan bakat minat dan psikologis peserta didik. Untuk itu

setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan

proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Pembelajaran IPS dilaksanakan di Sekolah Dasar bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang

terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi

sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa

masyarakat.

Pola pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur

pendidikan dan pembekalan pemahaman., nilai moral, dan ketrampila-ketrampilan

sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pembelajaran bukan sebatas pada upaya

memberikan konsep yang bersifat hapalan belaka, melainkan terletak pada upaya

menjadikan siswa memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan

ketrampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

12

bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat

lingkungannya.

2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Inquiry dan Model Pembelajaran Numbered

Head Together

2.1.2.1 Pendekatan pembelajaran Inquiry

Landasan berpikir pendekatan Inquiry yaitu konsep pembelajaran yang guru

tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus

membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Pendekatan Inquiry

merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif

didalam proses pembelajaran dengan cara pencarian dan penemuan sendiri.

Pendekatan Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan

pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Hamruni

(2012:88) Proses berpikir ini biasanya dilakukan melalui tanyajawab antara guru

dan siswa.

Didalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry

peserta didik akan memperoleh pengalaman untuk mencari dan menemukan

sendiri jawaban dari masalah yang ditanyakan. Pendekatan Inquiry menurut

siswa, untuk melakukan eksperimen terbimbing dan mencari jawaban atau

pertanyaan sendiri dengan atau tanpa bantuan guru. Siswa melakukan sendiri,

mengamati, mencoba serta mempraktekannya akan membuat belajar lebih

mempunyai makna dan pengetahuan yang diperoleh dan akan lebih dapat diingat

oleh peserta didik. Sebab apa yang didengar peserta didik akan dilakukan, apa

yang dilihat akan diingat, dan apa yang dikerjakan akan dipahami.

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pendekatan Inquiry. Pertama,

pendekatan Inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses

pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui

penjelasan guru, tetapi siswa berperan untuk menemukan sendiri inti materi dari

pelajaran tersebut.

Kedua, peran guru bukan hanya sebagai sumber belajar, melainkan sebagai

fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

13

melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, karena dengan tanya jawablah

merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry. Ketiga, dalam pendekatan

Inquiry siswa tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi dapat

menggunakan potensi yang dimilikinya.

Pendekatan Inquiry adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa untuk

menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam

suatu penelitian ilmiah. Tujuannya adalah mengembangkan sikap dan kertampilan

siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri

(Ngalimun 2014:33). Pendekatan Inquiry berarti mengetahui bagaimana

menemukan sesuatu dan bagaimana mengetahui cara untuk memecahkan masalah.

Menginkuiri tentang sesuatu yang berarti mencari informasi, memiliki rasa ingin

tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki dan mengetahui ketrampilan yang

akan membentunya memecahkan masalah.

Menurut Majid Abdul (2014:173) Strategi pendekatan Inquiry adalah

rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan

analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Strategi pendekatan Inquiry menekankan kepada proses mencari

dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa

dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,

sedangkan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus pembimbing siswa untuk

belajar.

Berdasrakan pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa

pendekatan pembelajaran Inquiry adalah pembelajaran yang menekankan

kekaktifan siswa dalam menemukan sendiri jawaban dari permasalahan atau

persoalan yang ada. Pembelajaran inquiry membuat siswa untuk bisa mencari dan

menyelidiki suatu masalah dengan cara yang sistematis, kritis, logis dan dianalisis

dengan baik. Disini guru hanya menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk

menemukan permasalahan yang diberikan.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

14

Langkah-langkah pelasanaan strategi pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan Inquiry (Hamruni, 2012:95)

1. Orientasi

Pada langkah ini guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan

proses pembnelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk

berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam

tahapan orientasi ini adalah :

a) Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan

dapat dicapai oleh siswa.

b) Guru menjelakskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh

siswa untuk mencapai tujuan.

c) Guru menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini

dilakukan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik.

2. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung masalah. Masalah yang disajikan adalah

masalah yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah

tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memecahkan

masalah sevagai berikut :

a) Guru membeikan topik yang akan dipeljari, sedangkan rumusan

masalah yang sesuai dengan topik tersebut sebaiknya diserahkan

kepada siswa agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi

manakala dilibatkan dalam masalah yang hendak dikaji.

b) Persoalan atau masalah yang dikaji mengandung jawaban yang pasti.

c) Sebelum masalah dikaji lebih jauh alangkah baiknya siswa memiliki

pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah

tersebut.

3. Mengajukan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Dalam hal ini sebaiknya guru mengajukan berbagai pertanyaan

untuk dapat mendorong siswa dalam merumuskan jawaban sementara,

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

15

atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan

suatu permsalahan yang dikaji.

4. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang

dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan

data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi

juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi

berpikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan

pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir mencari

informasi yang dibutuhkan.

5. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh berdasarkan

pengumppulan data.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai

kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mempu menunjukkan data yang

relevan kepada siswa.

Langkah-langkah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan

Inquiry (Ngalimun, 2014:35)

1. Penerimaan dan pendefinisian masalah

Siswa menerima dan mengidentifikasi masalah yang membutuhkan

penjelasan.

2. Pengembangan hipotesis

Siswa mengembangkan minat atau solusi dalam suatu masalah.

3. Pengumpulan data

Setelah hipotesis ditetapkan, siswa mengumpulkan data untuk menguji

hipotesis tersebut.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

16

4. Pengujian hipotesis

Setelah semua data terkumpul, tahap selanjutnya adalah membedakan

antara penjelasan yang menyesatkan atau penjelasan yang memadai/cocok.

5. Penarikan kesimpulan

Proses ini melibatkan siswa untuk menarik suatu kesimpulan mengenai

proyek inquirynya.

Langkah-langkah pelaksanaan strategi pendekatan Inquiry (Majid Abdul,

2014:175) sebagai berikut :

1. Orientasi

Guru merangsang dan mengondisikan siswa agar siap melaksanakan

proses pembelajaran. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada

kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam

memecahkan masalah.

2. Merumuskan masalah

Siswa didorong untuk memecahkan masalah dengan tepat. Oleh sebab itu

melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat

berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

3. Merumuskan hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang

sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji

kebenarannya.

4. Mengumpulkan data

Aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis

yang akan diajukan.

5. Menguji hipotesis

Proses menentukan jwaban yang dianggap diterima sesuai dengan data

atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan merupakangong-nya dalam proses pembelajaran.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

17

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas penulis menyuimpulkan langkah-

langkah strategi pembelajaran pendekatan Inquiry sebagai berikut :

1. Menyimak topik

2. Merumuskan masalah

3. Membuat hipotesis

4. Mengumpulkan data

5. Menguji hipotesis

6. Menraik kesimpulan

2.1.2.2 Hubungan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan Inquiry

Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam pembelajaran

mengintegrasikan level berfikir tingkat tinggi dalam proses belajar dan evaluasi.

Ketrampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)

merupakan kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tingkat tinggi

dari Blooms Taxonomy (Frangenhim Eric,itc:2013) yang terdiri dari 6 level yaitu

sebagai berikut :

1. Design

Acting like an inventor, experiencing ‘light bulb’ moments to generate new

products, ideals or ways of doing things

2. Evalute

Acting like the scales of jusctice to ‘weigh up’ the evidence to make and

justify a decision

3. Analyse

Acting like a magnifying glass to identify the component parts of an issue,

situation or object

4. Apply

Acting to apply new skills, rules and concepts to related and new

situations

5. Understand

Acting like an expert, showing understanding of words, concepts, cause

and effect and ‘reasons for’!

6. Remember

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

18

Acting like an internet databese to recall information, facts and data?

Dalam penjelasan diatas berfikir tingkat tinggi dalam Taksonomi Bloom dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Desain

Mengalami untuk menghasilkan produk, ide atau cara baru

2. Evaluasi

Menimbang/bukti untuk membuat dan membenarkan keputusan

3. Menganalisa

Mengidentifikasi bagian komponen dari sebuah isu, situasi atau objek

4. Menerapkan

Menerapkan ketrampilan baru, aturan dan konsep terkait dan situasi baru

5. Memahami

Memahami kata-kata, konsep, sebab dan akibat

6. Mengingat

Mengingat data, fakta dan informasi

Dalam hal ini hubungan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan

Inquiry ini saling berkaitan, karena Inquiry yang berarti penemuan jawaban dari

permasalahan atau persoalan yang akan menghasilkan ide baru, maka untuk

mendukung hal tersebut pendekatan Inquiry sebagai salah satu pendekatan yang

dapat digunakan untuk melatih siswa dalam berpikir kritis, logis dan sistematis

dan mampu memecahkan masalah.

2.1.2.3 Model Pembelajaran Numbered Head Together

Menurut Ngalimun (2014:169) model pembelajaran Numbered Head

Together adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks :

pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan

adanya kerjasama antar siswa dala kelompok untuk mencapai tujuan

pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan

untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.

Model pembelajaran Numbered Head Together adalah pembelajaran dengan

menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

19

(Suprijono Agus, 2013:92). Model pembelajaran Numbered Head Together adalah

varian dari diskusi kelompok. Huda Miftahul (2013:203) mengatakan bahwa

metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan

akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan Numbered Head Together

ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan

dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Relmasira (2013) "in

collaboration, teachers should put their trust in students to be creatively

maintaining their own learning. Teachers should be no longer control the

learning and start to empower meaningful collaboration for achieving successful

learning where all students achieve progress in learning." Dalam berkolaborasi,

para guru harus mempercayai siswa agar dapat secara kreatif mempertahankan

pembelajaran mereka sendiri. Guru juga harus mengontrol pembelajaran dengan

cara mendorong siswa agar pembelajaran lebih bermakna, dimana setiap siswa

dapat mencapai kemajuan dalam belajar." Untuk mendukung hal tersebut, model

pembelajaran Numbered Head Together sebagai salah satu model pembelajaran

yang berkolaborasi secara kelompok yang dapat digunakan untuk melatih siswa

dalam bekerjasama untuk memecahkan masalah.

Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran Numbered Head Together adalah sebuah model pembelajaran yang

mengutamakan adanya aktivitas para siswa dalam mencari dan mengolah serta

melaporkan informasi yang diperoleh dari berbagai macam sumber yang pada

akhirnya siswa mempersentasikannya didepan kelas. Model pembelajaran

Numbered Head Together pada dasarnya dibuat agar siswa dapat bekerja salin

bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.

Menurut Ngalimun (2014:169) Langkah-langkah model pembelajaran

Numbered Head Together sebagai berikut :

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok

mendapat nomor

2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

20

3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap

anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.

4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil

untuk melaporkan hasil kerjasama mereka.

5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang

lain.

6. Kesimpulan.

Menurut Suprijono Agus (2013:92) Langkah-langkah model pembelajaran

Numbered Heads Together ini adalah :

1. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah

kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari.

Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi

menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap

kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi

nomor 1-8.

2. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang

harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-

tiap kelompok menemukan jawaban.

3. Tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi

memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.

4. Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-

tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas

pertanyaan yang diterimanya dari guru.

5. Semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing

kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban berdasarkan pertanyaan

guru. Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut guru dapat mengembangkan

diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban

dari pertanyaan tersebut sebagai pengetahuan yang utuh.

6. Kesimpulan

Menurut Huda Miftahul (2013:203) Langkah-langkah Numbered Heads

Together adalah :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

21

1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok

2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor

3. Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk

mengerjakannya.

4. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang

dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok

mengetahui jawaban tersebut.

Berdasarkan penjelasan dari para ahli diatas penulis menyimpulkan

langkah-langkah utama model pembelajaran Numbered Head Together sebagai

berikut :

1. Siswa dibagi dalam kelompok

2. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor

3. Siswa menerima tugas/soal/masalah dan masing-masing kelompok

mengerjakan

4. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban atas soal atau permasalahan yang

telah diberikan oleh guru.

5. Salah satu nama siswa yang dipanggil melaporkan tugas dari yang

dikerjakan

6. Tanggapan dari teman yang lain

7. Salah satu nama siswa yang dipanggil melaporkan tugas dari yang

dikerjakan

8. Kesimpulan

2.1.2.4 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Inquiry dengan Model

Pembelajaran Numbered Head Together

Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered

Head Together adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ilmiah

dengan menggunakan teknik investigasi untuk menemukan pengetahuan baru

yang melibatkan siswa berfikir kritis, logis, sistematis secara berkelompok

dengan menggunakan kepala bernomor, dengan aktivitas siswa mengolah serta

melaporkan informasi yang pada akhirnya siswa mempersentasikan hasil

diskusinya didepan kelas. Dari definisi pendekatan pembelajaran Inquiry dan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

22

model pembelajaran Numbered Head Together dapat disimpulkan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. membentuk kelompok @5 siswa

2. Menyimak topik Sumber Daya Alam

3. Menerima nomor dikepala

4. Diskusi rumusan masalah Tentang Sumber Daya Alam

5. Pemanggilan nomor

6. Memberikan tanggapan

7. Membuat hipotesis

8. Mengumpulkan informasi Sumber Daya Alam

9. Menguji hipotesis Sumber Daya Alam

10. Menarik kesimpulan.

2.2 Hasil Belajar

Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar

Penilaian, penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar meliputi

aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik

bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses kemajuan dalam belajar, dan

perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dalam

Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian, menegaskan

bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Menurut Hamalik (2013:30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar ini akan tampak setiap

aspek tingkah laku manusia, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan,

ketrampilan, apersepsi emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi

pekerti, dan sikap. (Wardani Naniek S,2012:54) mengungkapkan bahwa hasil

belajar merupakan hasil pengukuran penguasaan materi yang dinyatakan dalam

ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Susanto Ahmad (2013:4) hasil belajar

adalah pengukuran penguasaan materi yang terjadi pada diri siswa secara

menyeluruh, baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan hasil

dari kegiatan belajar. Hal ini merupakan kegiatan hasil belajar yang dapat

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

23

mengubah siswa secara menyeluruh. Bloom dalam Suprijono (2013:6), hasil

belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan pesikomotor. Kognitif

mengenai pengetahuan, afektif mengenai sikap menerima, memberi respon,

psikomotor mengenai teknik. Dari pendapat para ahli mengenai pengertian hasil

belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil sebuah

pengukuran dari tingkat kognitif, afektif dan psikomotor.

Pengukuran hasil belajar dilakukan aspek proses kegiatan pembelajaran dan

setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, maka akan dilakukan sebuah

penilaian. Dalam melakukan sebuah pengukuran ditetapkan terlebih dahulu alat

yang disebut instrument. Dalam dunia pendidikan instrumen yang akan

digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang adalah tes, lembar observasi,

panduan wawancara, skala sikap, dan angket.

Berbagai teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dari

keberhasilan proses belajar maupun hasil belajar peserta didik, yang meliputi

aspek sikap pengetahuan dan keterampilan. Terdapat dua teknik yang dapat

digunakan oleh Wardani Naniek S (2012:71-76) yaitu teknik tes dan teknik

nontes. Wardani Naniek S,dkk (2012:142) pengertian tes adalah prosedur

pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur indikator/

kompetensi tertentu, dilakukan sengan prosedur administrasi dan pemberian

angka yang jelas dan spesifik sehingga hasilnya relativ ajeg bila dilakukan dalam

kondisi yang sama. Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Wardani

Naniek S, dkk (2012:144) yaitu:

1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan

memberikan jawaban tertulis.

2. Tes Lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan

tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik, dengan

tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor, seperti tes

wawancara merupakan tes lisan.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

24

3. Tes perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk

lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan

atau unjuk kerja.

Wardani Naniek S (2012:134) non tes merupakan penilaian menggunakan

pertanyaan atau pernyataan yang tidak menuntut jawaban benar atau salah.

Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Wardani Naniek S, dkk

(2012:73-75) yaitu:

1. Unjuk kerja adalah suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui

pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu berupa

tingkah laku atau interaksi seperti berbicara, berpidato, membaca puisi,

dan berdiskusi.

2. Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang

mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu.

Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan,

pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.

3. Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada

peserta didik yang dilakukan secara individu.

4. Tugas kelompok sama dengan tugas individu, namun dikerjakan secara

kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja

kelompok.

5. Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atau tugas atau

pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik,

laporan praktikum dan laporan pemantapan praktik lapangan (PPL).

6. Responsi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai untuk

mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.

7. Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan

peserta didik dalam satu periode tertentu.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

25

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

perolehan skor yang dicapai oleh siswa dari aspek afektif, kognitif, dan

psikomotorik dengan menggunakan teknik tes maupun non tes.

2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh Suriani Siregar

.2013. yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Media

Animasi Terhadap Pemahaman Konsep, Sikap Ilmiah Dan Assesmen Kinerja

Siswa Pada Konsep Sintesis Protein Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh

model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi terhadap pemahaman konsep,

sikap ilmiah dan assesmen kinerja siswa pada konsep sintesis protein. Penelitian

ini dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 9 Banda Aceh. Populasi

penelitian berjumlah 144 siswa. Sampel berjumlah 55 siswa terdiri dari dua kelas

yaitu kelas XII IPA1 sebagai kelas eksperimen berjumlah 27 siswa dan kelas XII

IPA2 sebagai kelas pembanding berjumlah 28 siswa. Data diperoleh

menggunakan tes. Data sikap ilmiah diperoleh dengan kuesioner. Data asesmen

kinerja diperoleh dengan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji-t.

Hasil penelitian diperoleh: 1) Terdapat perbedaan pemahaman konsep secara

signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri

menggunakan media animasi dengan model diskusi menggunakan media gam-

bar; 2) Terdapat perbedaan signifikan sikap ilmiah antara siswa yang belajar

menggunakan model pembelajaran inkuiri dan media animasi dengan model

diskusi dengan media gambar; 3) Terdapat perbedaan assesmen kinerja siswa

secara signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran

inkuiri dan media animasi dengan model diskusi dan media gambar; 4) Terdapat

hubungan positif antara pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa yang

dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri dengan media animasi

(r=0,743>0,389).

Seniwati.2015. yang berjudul Peningkatan Aktivitas, Sikap Dan Hasil

Belajar Biologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri. Hasil Penelitian

menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

26

siklus II, yaitu rata-rata hasil belajar meningkat dari 47,67% menjadi 53,77%

sedangkan peningkatan prestasi siswa yang tuntas meningkat dari 62,80% menjadi

95,35%. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa yang meliputi: (1) Siswa

yang memperhatikan materi yang dibawakan guru, (2)Siswa yang mengajukan

pertanyaan, tanggapan atau komentar, (3) Siswa yang mengerjakan LKS, (4)

Siswa yang meminta bimbingan guru, (5) Siswa yang berani tampil di depan kelas

saat presentase dan menyimpulkan materi, (6) Mengamati atau melakukan

pengamatan,(7) Siswa yang melakukan kegiatan Inti, (8) Siswa yang mampu

merumuskan masalah dan merumuskan jawaban melalui kegiatan diskusi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwaterjadi peningkatan antivitas dan hasil belajar

biologi saswa kelas X1 SMA 1 Bontonompo melalui penerapan model

pembelajaran Inkuiri.

Purwanto.2013. yang berjudul Analisis Kemampuan Inkuiri dan Hasil

Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran berbasis

Model Hierarki Of Inquiry. Hasil penelitian yang dilakukan pada 36 siswa,

menunjukan kemampuan berinkuiri siswa berada pada kategori kurang terampil

dengan nilai IPK sebesar 36,62%. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif secara

keseluruhan meningkat dengan nilai <g> 0,53 dengan kategori sedang, aspek

afektif pada kategori cukup terampil sebesar 69%, dan aspek psikomotor pada

kategori cukup terampil sebesar 62,33%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa

dengan menggunakan model pembelajaran level of inquiry dapat melatihkan

kemampuan berinkuiri siswa, hasil belajar siswa pada ranah afektif, dan hasil

belajar siswa pada ranah psikomotor.

Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Agisni Mulyana .2016. yang berjudul

Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Sosial

Budaya Penelitian terselesaikan sebanyak 3 Siklus, dengan perolehan hasil akhir

tahap perencanaan sebesar 100%, tahap pelaksanaan sebesar 100%, aktivitas

siswa sebesar 95,78% dan hasil belajar sebesar 89,65%, simpulannya model

kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil

belajar siswa pada materi kenampakan alam dan sosial budaya.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

27

Aguseri Effendi . (2017). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Matematika Materi Soal Cerita Di Kelas VI A SDN 61/X Talang

Babat. Hasil evaluasi siklus II dikonversikan dengan tabel hasil tes belajar siklus

II. hasil konversi menyatakan bahwa penelitian juga belum mencapai target,

sehingga harus dilanjutkan dengan siklus III. RPP siklus III, juga disusun

berdasarkan hasil refleksi siklus sebelumnya yaitu siklus II.Hasil observasi pada

tahap pelaksanaan siklus III menunjukkan bahwa semua bagian dalam kegiatan

pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, sehingga tidak ada lagi bagian

kegiatan pembelajaran yang perlu diperbaiki. Sedangkan hasil evaluasi siklus III

yang dikonversikan dengan tabel hasil tes belajar menyatakan bahwa penelitian

telah mencapai batas target kriteria ketuntasan belajar yakni sebesar 87,88%.

Terjadi peningkatan ratarata hasil belajar siswa yaitu dari 59,38 pada kondisi awal

sebelum perbaikan menjadi 66,41 pada siklus I, dari 66,41 menjadi 71,88 pada

siklus II. Dari 71,88 pada siklus II, menjadi 78,91 pada siklus III.

2.4 Kerangka Pikir

Pembelajaran yang telah berlangsung adalah dengan pembelajaran

konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran dengan

menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan pembelajaran menjadi

monoton sehingga siswa jenuh dan kurang menarik dalam kegiatan pembelajaran.

Hal ini tentunya juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar IPS siswa. Oleh

kerena itu, guru dituntut harus mampu menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dengan

menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang cocok sesuai dengan

materi pembelajaran yang akan di ajarkan.

Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered Head

Together adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ilmiah dengan

menggunakan teknik investigasi untuk menemukan pengetahuan baru yang

melibatkan siswa berfikir kritis, logis, sistematis secara berkelompok dengan

menggunakan kepala bernomor dengan aktivitas siswa mengolah serta

melaporkan informasi yang pada akhirnya siswa mempersentasikan didepan kelas.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

28

Berdasarkan deskripsi diatas maka kerangka berpikir peningkatan hasil

belajar IPS dengan menggunakan Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model

pembelajaran Numbered Head Togethersecara rinci dapat disajikan melalui

gambar 2.1 sebagai berikut.

Kondisi

Awal

Tindakan

Penggunaan

pendekatan dan

model

pembelajaran yang

kurang kooperatif

- Siswa jenuh dan

kurang menarik

dalam pembelajaran

- Hasil belajar siswa

kurang

Menerapkan

pendekatan

Inquiry dengan

model

pembelajaran

NHT

- Pembelajaran lebih

menarik

- Siswa dapat

berfikir secara

individu maupun

berkelompok dan

siswa berani

mempresentasikan

hasil diskusi

Kondisi

Akhir

Diduga dengan menggunakan pendekatan Inquiry dan

model pembelajaran NHT menjadikan pembelajaran

tema 3 pada mata pelajaran IPS lebih menyenangkan

dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Gambar 2.1

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Pembelajaran Inquiry dan

Model Pembelajaran Numbered Head Together

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16301/2/T1_292013130_BAB II...lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3).

29

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka hipotesis yang

menjadi jawaban sementara dari penelitian ini adalah : penerapan pendekatan

pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered Head Together dapat

meningkatkan hasil belajar tema 3 (Peduli Terhadap Makhluk Hidup) pada mata

pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh

Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018.