BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran...
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu yang mempelajari tentang
manusia serta mempolakan sejauh mana manusia itu berhubungan dengan orang
lain dalam suatu kelompok (Wardani Naniek S, 2012:3). IPS merujuk pada
aktifitas kehidupan manusia. Berbagai dimensi manusia dalam kehidupan
sosialnya merupakan fokus kajian dari IPS. Aktivitas manusia dilihat dari dimensi
waktu yang meliputi masa lalu, sekarang dan massa depan.
Aktivitas manusia yang berkaitan dalam hubungan dan interaksinya dengan
aspek keruangan atau geografis. Aktivitas manusia dalam memenuhi segala
kebutuhan hidupnya dalam dimensi arus produksi, distribusi dan konsumsi. Selain
itu dikaji pula bagaimana manusia membentuk seperangkat peraturan sosial dalam
menjaga pola interaksi sosial antar manusia dan cara manusia memperoleh dan
mempertahankan suatu kekuasaan.
Menurut Gunawan Rudy (2011:26) IPS merupakan penyederhanaan,
adaptasi, seleksi, dan modifikasi dari disiplin akademis yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogis dan psikologis untuk tujuan institusional
pendidikan nasional berdasarkan pancasila. Dengan demikian, maka untuk tingkat
pendidikan dasar dan menegnah, IPS diimplementasikan sebagai Social Studies
dan untuk tingkat pendidikan tinggi sebagai Social Science Education. Sapriya
(2009:7) mengatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata
pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata
pelajaran ilmu sosial lainnya
Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah yang bersifat terpadu (integrated) dari sejumlah mata
pelajaran. Dengan tujuan agar mata pelajaran ini lebih bermakna bagi peserta
didik sehingga pengorgasian materi/ bahan mata pelajaran disesuaikan lingkungan
dengan karakteristik, dan kebutuhan peserta didik.
8
Berdasarkan beberapa definisi IPS dari para ahli diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata
pelajaran perpaduan dari ilmu-ilmu sosial (ekonomi, geografi dan sejarah) yang
mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan
dengan isu ilmu sosial yang terjadi dimasyarakat. Pemberian IPS ini bersifat
terpadu.
Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu
dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam
kehidupan masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar menjadi arah dan landasan
untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian. Dalam merancang kegiatan pembelajaran
dan penilaian perlu memperhatikan standar proses dan standar poenilaian.
Permendikbud RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi menerangkan
bahwa tingkat kompetensi merupakan kriteria pencapaian kompetensi yang
bersifat generik dan harus dipenuhi oleh peserta didik pada setiap jenjang
pendidikan dalam pencapaian Standar Kompetensi Lulusan. Kompetensi yang
bersifat generik mencakup tiga ranah yakni sikap, pengetahuan dan keterampilan.
Secara lebih rinci mengenai ruang lingkup dan tingkat kompetensi pada mata
pelajaran IPS jenjang pendidikan dasar dapat disajikan pada tabel 2.1.
Tabel 2.1Tingkat Kompetensi dan Ruang Lingkup Mapel IPS Tingkat
Kompetensi
Kompetensi RuangLingkupMateri
Tingkat
Pendidikan
Dasar (Kelas
I-VI)
- Menunjukkan perilaku social
dan budaya yang
mencerminkan jatidiri bangsa
Indonesia
- Mengenal konsep ruang,
waktu, dan aktifitas manusia
dalam kehidupan sosial,
budaya, dan ekonomi.
- Menceritakan hasil eksplorasi
mengenai kehidupan bangsa
Indonesia.
Manusia, tempat, dan lingkungan
- Wilayah geografis tempat tinggal
bangsa Indonesia
- Konektivitas dan interaksi social
kehidupan bangsa di wilayah
Negara Indonesia.
Waktu, keberlanjutan, dan
perubahan
- Perkembangan kehidupan bangsa
Indonesia dalam waktu sejak
masa pra aksara hingga masa
Islam.
Sistem social dan budaya
9
- Kehidupan manusia dan
kelembagaan sosial, ekonomi,
pendidikan, dan budaya
masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Perilaku ekonomi dan
kesejahteraan.
- Kehidupan ekonomi masyarakat.
Indonesia yang bertanggungjawab.
- Menceritakan keberadaan
kelembagaan sosial, budaya,
ekonomi dan politik dalam
masyarakat.
- Menunjukkan perilaku social
dan budaya yang
mencerminkan jatidirinya
sebagai warga negara
Indonesia.
- Menjaga kelestarian
lingkungan hidup secara
bijaksana dan
bertanggungjawab
- Meneladani tindakan heroic
pemimpin bangsa, dalam
kehidupan social dan budaya
bangsa Indonesia
- Menceritakan hasil
eksplorasi mengenai
kehidupan bangsa Indonesia.
Manusia, tempat, dan lingkungan
- Konektivitas antar ruang dan
penanggulangan permasalahan
lingkungan hidup secara
bijaksana dalam kehidupan
bangsa Indonesia.
Waktu, keberlanjutan, dan
perubahan
- Perkembangan kehidupan bangsa
Indonesia dari masa penjajahan,
masa pergerakan kemerdekaan
sampai awal Reformasi dalam
menegakkan dan membangun
kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Sistem social dan budaya.
- Norma, lembaga, dan politik
dalam kehidupan social dan
budaya bangsa Indonesia.
Perilaku ekonomi dan
kesejahteraan.
- Kehidupan perekonomian
masyarakat dan Negara
Indonesia sebagai perwujudan
rasa nasionalisme.
Sumber : Permendikbud RI Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi, halaman
150-152
Standar kompetensi mata pelajaran mendeskripsikan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah mempelajari mata pelajaran
tertentu pada jenjang pendidikan. Standar kompetensi merupakan kerangka yang
menjelaskan dasar pengembangan program pembelajaran yang tersetruktur.
Dalam proses pembelajaran Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar
(KD) sangat dirancang dengan sistematis karena agar meteri yang akan
disampaikan terarah dan tidak keluar dari tujuan ruang lingkup pembelajaran IPS
di SD. Permendikbud RI Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses,
menjelaskan bahwa Kompetensi Inti (KI) merupakan kualifikasi kemampuan yang
10
harus dicapai peserta didik dari sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan
keterampilan pada setiap tingkat kompetensi. Sedangkan Kompetensi Dasar (KD)
merupakan kemampuan peserta didik untuk menguasai mata pelajaran tertentu
yang digunakan sebagai acuan penyusunan indikator komptensi dalam suatu
proses pembelajaran.Secara rinci KI dan KD yang akan digunakan sebagai acuan
pada proses pembelajaran IPS di kelas IV SD disajikan dalam tabel 2.2 berikut
ini.
Tabel 2.2Kompetensi Inti dan Kompetensi DasarMapel IPS Kelas IV
KOMPETENSI INTI 3
(PENGETAHUAN)
KOMPETENSI INTI
(KETERAMPILAN)
3. Memahami pengetahuan factual
dengan cara mengamati dan menannya
berdasarkan rasa ingintahu tentang
dirinya, mahkluk ciptaan Tuhan dan
kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpai di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam
bahasa yang jelas, sistematis dan logis,
dalam karya yang estetis, dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam
tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia
KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR
3.1Mengidentifikasi karakteristik ruang
dan pemanfaatan sumberdaya alam
untuk kesejahteraan masyarakat dari
tingkat kota/ kabupaten sampai tingkat
provinsi.
4.1 Menyajikan hasil identifikasi
karakteristik ruang dan pemanfaatan
sumber daya alam untuk kesejahteraan
masyarakat dari tingkat kota/ kabupaten
sampai tingkat provinsi.
3.2 Mengidentifikasi keberagaman
social, ekonomi, budaya, etnis, dan
agama di provinsi setempat sebagai
identitas bangsa Indonesia; serta
hubungannya dengan karakteristik
ruang.
4.2 menyajikan hasil identifikasi mengenai
keberagaman sosial, ekonomi, budaya,
etnis, dan agama di provinsi setempat
sebagai identitas bangsa Indonesia; serta
hubungannya dengan karakteristik ruang.
3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi
dan hubungannya dengan berbagai
bidang pekerjaan, serta kehidupan
social dan budaya di lingkungan sekitar
sampai provinsi
4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan
ekonomi dan hubungannya dengan
berbagai bidang pekerjaan, serta kehidupan
social dan budaya di lingkungan sekitar
sampai provinsi.
3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu
dan/atau Buddha dan/ atau Islam di
Lingkungan daerah setempat, serta
pengaruhnya pada kehidupan
masyarakat masa kini.
4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan
Hindu dan/ atau Buddha dan/atau Islam di
lingkungan daerah setempat, serta
pengaruhnya pada kehidupan masyarakat
masa kini.
Sumber : Lampiran Permendikbud RI Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, halaman 1.
11
Pencapaian tujuan pembelajaran diukur melalui KD yang dapat dicapai
melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat di rancang didalam
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
suatu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam
silabus.
Perencanaan pembelajaran dirancang dalam bentuk Silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Standar Isi (Permendikbud
RI Nomor 21 Tahun 2016). Perencanaan pembelajaran meliputi penyusunan
rencana pelaksanaan pembelajaran dan penyiapan media dan sumber belajar,
perangkat penilaian pembelajaran, dan skenario pembelajaran. Penyusunan
Silabus dan RPP disesuaikan pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran dalam satuan pendidikan diselenggarakan secara
interaktif, menyenangkan dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif
dan kreatif sesuai dengan bakat minat dan psikologis peserta didik. Untuk itu
setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Pembelajaran IPS dilaksanakan di Sekolah Dasar bertujuan untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang
terjadi dimasyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala
ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi
sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa
masyarakat.
Pola pembelajaran IPS di SD hendaknya lebih menekankan pada unsur
pendidikan dan pembekalan pemahaman., nilai moral, dan ketrampila-ketrampilan
sosial pada siswa. Untuk itu, penekanan pembelajaran bukan sebatas pada upaya
memberikan konsep yang bersifat hapalan belaka, melainkan terletak pada upaya
menjadikan siswa memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, nilai, dan
ketrampilan agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai
12
bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat
lingkungannya.
2.1.2 Pendekatan Pembelajaran Inquiry dan Model Pembelajaran Numbered
Head Together
2.1.2.1 Pendekatan pembelajaran Inquiry
Landasan berpikir pendekatan Inquiry yaitu konsep pembelajaran yang guru
tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus
membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya. Pendekatan Inquiry
merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk aktif
didalam proses pembelajaran dengan cara pencarian dan penemuan sendiri.
Pendekatan Inquiry adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan
pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Menurut Hamruni
(2012:88) Proses berpikir ini biasanya dilakukan melalui tanyajawab antara guru
dan siswa.
Didalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Inquiry
peserta didik akan memperoleh pengalaman untuk mencari dan menemukan
sendiri jawaban dari masalah yang ditanyakan. Pendekatan Inquiry menurut
siswa, untuk melakukan eksperimen terbimbing dan mencari jawaban atau
pertanyaan sendiri dengan atau tanpa bantuan guru. Siswa melakukan sendiri,
mengamati, mencoba serta mempraktekannya akan membuat belajar lebih
mempunyai makna dan pengetahuan yang diperoleh dan akan lebih dapat diingat
oleh peserta didik. Sebab apa yang didengar peserta didik akan dilakukan, apa
yang dilihat akan diingat, dan apa yang dikerjakan akan dipahami.
Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama pendekatan Inquiry. Pertama,
pendekatan Inquiry menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Dalam proses
pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran melalui
penjelasan guru, tetapi siswa berperan untuk menemukan sendiri inti materi dari
pelajaran tersebut.
Kedua, peran guru bukan hanya sebagai sumber belajar, melainkan sebagai
fasilitator dan motivator belajar siswa. Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan
13
melalui proses tanya jawab antara guru dan siswa, karena dengan tanya jawablah
merupakan syarat utama dalam melakukan inquiry. Ketiga, dalam pendekatan
Inquiry siswa tidak hanya dituntut menguasai materi pelajaran, tetapi dapat
menggunakan potensi yang dimilikinya.
Pendekatan Inquiry adalah suatu strategi yang membutuhkan siswa untuk
menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam
suatu penelitian ilmiah. Tujuannya adalah mengembangkan sikap dan kertampilan
siswa yang memungkinkan mereka menjadi pemecah masalah yang mandiri
(Ngalimun 2014:33). Pendekatan Inquiry berarti mengetahui bagaimana
menemukan sesuatu dan bagaimana mengetahui cara untuk memecahkan masalah.
Menginkuiri tentang sesuatu yang berarti mencari informasi, memiliki rasa ingin
tahu, menanyakan pertanyaan, menyelidiki dan mengetahui ketrampilan yang
akan membentunya memecahkan masalah.
Menurut Majid Abdul (2014:173) Strategi pendekatan Inquiry adalah
rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
dipertanyakan. Strategi pendekatan Inquiry menekankan kepada proses mencari
dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa
dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,
sedangkan guru berperan sebagai fasilitator sekaligus pembimbing siswa untuk
belajar.
Berdasrakan pendapat dari para ahli diatas penulis menyimpulkan bahwa
pendekatan pembelajaran Inquiry adalah pembelajaran yang menekankan
kekaktifan siswa dalam menemukan sendiri jawaban dari permasalahan atau
persoalan yang ada. Pembelajaran inquiry membuat siswa untuk bisa mencari dan
menyelidiki suatu masalah dengan cara yang sistematis, kritis, logis dan dianalisis
dengan baik. Disini guru hanya menjadi fasilitator yang membimbing siswa untuk
menemukan permasalahan yang diberikan.
14
Langkah-langkah pelasanaan strategi pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Inquiry (Hamruni, 2012:95)
1. Orientasi
Pada langkah ini guru mengondisikan siswa agar siap melaksanakan
proses pembnelajaran. Guru merangsang dan mengajak siswa untuk
berpikir memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam
tahapan orientasi ini adalah :
a) Guru menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan
dapat dicapai oleh siswa.
b) Guru menjelakskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh
siswa untuk mencapai tujuan.
c) Guru menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini
dilakukan untuk memberikan motivasi kepada peserta didik.
2. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung masalah. Masalah yang disajikan adalah
masalah yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan masalah
tersebut. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memecahkan
masalah sevagai berikut :
a) Guru membeikan topik yang akan dipeljari, sedangkan rumusan
masalah yang sesuai dengan topik tersebut sebaiknya diserahkan
kepada siswa agar siswa memiliki motivasi belajar yang tinggi
manakala dilibatkan dalam masalah yang hendak dikaji.
b) Persoalan atau masalah yang dikaji mengandung jawaban yang pasti.
c) Sebelum masalah dikaji lebih jauh alangkah baiknya siswa memiliki
pemahaman tentang konsep-konsep yang ada dalam rumusan masalah
tersebut.
3. Mengajukan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Dalam hal ini sebaiknya guru mengajukan berbagai pertanyaan
untuk dapat mendorong siswa dalam merumuskan jawaban sementara,
15
atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan jawaban dan
suatu permsalahan yang dikaji.
4. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang
dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Proses pengumpulan
data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, tetapi
juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi
berpikirnya. Tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mendorong siswa untuk berpikir mencari
informasi yang dibutuhkan.
5. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap
diterima sesuai data atau informasi yang diperoleh berdasarkan
pengumppulan data.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai
kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mempu menunjukkan data yang
relevan kepada siswa.
Langkah-langkah strategi pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Inquiry (Ngalimun, 2014:35)
1. Penerimaan dan pendefinisian masalah
Siswa menerima dan mengidentifikasi masalah yang membutuhkan
penjelasan.
2. Pengembangan hipotesis
Siswa mengembangkan minat atau solusi dalam suatu masalah.
3. Pengumpulan data
Setelah hipotesis ditetapkan, siswa mengumpulkan data untuk menguji
hipotesis tersebut.
16
4. Pengujian hipotesis
Setelah semua data terkumpul, tahap selanjutnya adalah membedakan
antara penjelasan yang menyesatkan atau penjelasan yang memadai/cocok.
5. Penarikan kesimpulan
Proses ini melibatkan siswa untuk menarik suatu kesimpulan mengenai
proyek inquirynya.
Langkah-langkah pelaksanaan strategi pendekatan Inquiry (Majid Abdul,
2014:175) sebagai berikut :
1. Orientasi
Guru merangsang dan mengondisikan siswa agar siap melaksanakan
proses pembelajaran. Keberhasilan strategi ini sangat tergantung pada
kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah.
2. Merumuskan masalah
Siswa didorong untuk memecahkan masalah dengan tepat. Oleh sebab itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat
berharga sebagai upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.
3. Merumuskan hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara dari suatu permasalahan yang
sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara hipotesis perlu diuji
kebenarannya.
4. Mengumpulkan data
Aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis
yang akan diajukan.
5. Menguji hipotesis
Proses menentukan jwaban yang dianggap diterima sesuai dengan data
atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
6. Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan merupakangong-nya dalam proses pembelajaran.
17
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas penulis menyuimpulkan langkah-
langkah strategi pembelajaran pendekatan Inquiry sebagai berikut :
1. Menyimak topik
2. Merumuskan masalah
3. Membuat hipotesis
4. Mengumpulkan data
5. Menguji hipotesis
6. Menraik kesimpulan
2.1.2.2 Hubungan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan Inquiry
Higher Order Thinking Skills (HOTS) dalam pembelajaran
mengintegrasikan level berfikir tingkat tinggi dalam proses belajar dan evaluasi.
Ketrampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS)
merupakan kegiatan berpikir yang melibatkan level kognitif hirarki tingkat tinggi
dari Blooms Taxonomy (Frangenhim Eric,itc:2013) yang terdiri dari 6 level yaitu
sebagai berikut :
1. Design
Acting like an inventor, experiencing ‘light bulb’ moments to generate new
products, ideals or ways of doing things
2. Evalute
Acting like the scales of jusctice to ‘weigh up’ the evidence to make and
justify a decision
3. Analyse
Acting like a magnifying glass to identify the component parts of an issue,
situation or object
4. Apply
Acting to apply new skills, rules and concepts to related and new
situations
5. Understand
Acting like an expert, showing understanding of words, concepts, cause
and effect and ‘reasons for’!
6. Remember
18
Acting like an internet databese to recall information, facts and data?
Dalam penjelasan diatas berfikir tingkat tinggi dalam Taksonomi Bloom dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Desain
Mengalami untuk menghasilkan produk, ide atau cara baru
2. Evaluasi
Menimbang/bukti untuk membuat dan membenarkan keputusan
3. Menganalisa
Mengidentifikasi bagian komponen dari sebuah isu, situasi atau objek
4. Menerapkan
Menerapkan ketrampilan baru, aturan dan konsep terkait dan situasi baru
5. Memahami
Memahami kata-kata, konsep, sebab dan akibat
6. Mengingat
Mengingat data, fakta dan informasi
Dalam hal ini hubungan Higher Order Thinking Skills (HOTS) dengan
Inquiry ini saling berkaitan, karena Inquiry yang berarti penemuan jawaban dari
permasalahan atau persoalan yang akan menghasilkan ide baru, maka untuk
mendukung hal tersebut pendekatan Inquiry sebagai salah satu pendekatan yang
dapat digunakan untuk melatih siswa dalam berpikir kritis, logis dan sistematis
dan mampu memecahkan masalah.
2.1.2.3 Model Pembelajaran Numbered Head Together
Menurut Ngalimun (2014:169) model pembelajaran Numbered Head
Together adalah salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks :
pengarahan, buat kelompok heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan
adanya kerjasama antar siswa dala kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Para siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil dan diarahkan
untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan.
Model pembelajaran Numbered Head Together adalah pembelajaran dengan
menggunakan metode Numbered Heads Together diawali dengan Numbering
19
(Suprijono Agus, 2013:92). Model pembelajaran Numbered Head Together adalah
varian dari diskusi kelompok. Huda Miftahul (2013:203) mengatakan bahwa
metode yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan
akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Tujuan Numbered Head Together
ini adalah memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi gagasan
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Relmasira (2013) "in
collaboration, teachers should put their trust in students to be creatively
maintaining their own learning. Teachers should be no longer control the
learning and start to empower meaningful collaboration for achieving successful
learning where all students achieve progress in learning." Dalam berkolaborasi,
para guru harus mempercayai siswa agar dapat secara kreatif mempertahankan
pembelajaran mereka sendiri. Guru juga harus mengontrol pembelajaran dengan
cara mendorong siswa agar pembelajaran lebih bermakna, dimana setiap siswa
dapat mencapai kemajuan dalam belajar." Untuk mendukung hal tersebut, model
pembelajaran Numbered Head Together sebagai salah satu model pembelajaran
yang berkolaborasi secara kelompok yang dapat digunakan untuk melatih siswa
dalam bekerjasama untuk memecahkan masalah.
Berdasarkan pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran Numbered Head Together adalah sebuah model pembelajaran yang
mengutamakan adanya aktivitas para siswa dalam mencari dan mengolah serta
melaporkan informasi yang diperoleh dari berbagai macam sumber yang pada
akhirnya siswa mempersentasikannya didepan kelas. Model pembelajaran
Numbered Head Together pada dasarnya dibuat agar siswa dapat bekerja salin
bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.
Menurut Ngalimun (2014:169) Langkah-langkah model pembelajaran
Numbered Head Together sebagai berikut :
1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok
mendapat nomor
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
20
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
4. Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang dipanggil
untuk melaporkan hasil kerjasama mereka.
5. Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang
lain.
6. Kesimpulan.
Menurut Suprijono Agus (2013:92) Langkah-langkah model pembelajaran
Numbered Heads Together ini adalah :
1. Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil. Jumlah
kelompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari.
Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 orang dan terbagi
menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah konsep yang dipelajari, maka tiap
kelompok terdiri 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi
nomor 1-8.
2. Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang
harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-
tiap kelompok menemukan jawaban.
3. Tiap kelompok menyatukan kepalanya “Heads Together” berdiskusi
memikirkan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh guru.
4. Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-
tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas
pertanyaan yang diterimanya dari guru.
5. Semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing
kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban berdasarkan pertanyaan
guru. Berdasarkan jawaban-jawaban tersebut guru dapat mengembangkan
diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban
dari pertanyaan tersebut sebagai pengetahuan yang utuh.
6. Kesimpulan
Menurut Huda Miftahul (2013:203) Langkah-langkah Numbered Heads
Together adalah :
21
1. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok
2. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor
3. Guru memberi tugas/pertanyaan pada masing-masing kelompok untuk
mengerjakannya.
4. Setiap kelompok mulai berdiskusi untuk menemukan jawaban yang
dianggap paling tepat dan memastikan semua anggota kelompok
mengetahui jawaban tersebut.
Berdasarkan penjelasan dari para ahli diatas penulis menyimpulkan
langkah-langkah utama model pembelajaran Numbered Head Together sebagai
berikut :
1. Siswa dibagi dalam kelompok
2. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor
3. Siswa menerima tugas/soal/masalah dan masing-masing kelompok
mengerjakan
4. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban atas soal atau permasalahan yang
telah diberikan oleh guru.
5. Salah satu nama siswa yang dipanggil melaporkan tugas dari yang
dikerjakan
6. Tanggapan dari teman yang lain
7. Salah satu nama siswa yang dipanggil melaporkan tugas dari yang
dikerjakan
8. Kesimpulan
2.1.2.4 Penerapan Pendekatan Pembelajaran Inquiry dengan Model
Pembelajaran Numbered Head Together
Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered
Head Together adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ilmiah
dengan menggunakan teknik investigasi untuk menemukan pengetahuan baru
yang melibatkan siswa berfikir kritis, logis, sistematis secara berkelompok
dengan menggunakan kepala bernomor, dengan aktivitas siswa mengolah serta
melaporkan informasi yang pada akhirnya siswa mempersentasikan hasil
diskusinya didepan kelas. Dari definisi pendekatan pembelajaran Inquiry dan
22
model pembelajaran Numbered Head Together dapat disimpulkan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. membentuk kelompok @5 siswa
2. Menyimak topik Sumber Daya Alam
3. Menerima nomor dikepala
4. Diskusi rumusan masalah Tentang Sumber Daya Alam
5. Pemanggilan nomor
6. Memberikan tanggapan
7. Membuat hipotesis
8. Mengumpulkan informasi Sumber Daya Alam
9. Menguji hipotesis Sumber Daya Alam
10. Menarik kesimpulan.
2.2 Hasil Belajar
Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar
Penilaian, penilaian hasil belajar peserta didik pada pendidikan dasar meliputi
aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penilaian hasil belajar oleh pendidik
bertujuan untuk memantau dan mengevaluasi proses kemajuan dalam belajar, dan
perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Dalam
Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian, menegaskan
bahwa penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
Menurut Hamalik (2013:30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran. Hasil belajar ini akan tampak setiap
aspek tingkah laku manusia, yaitu pengetahuan, pengertian, kebiasaan,
ketrampilan, apersepsi emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi
pekerti, dan sikap. (Wardani Naniek S,2012:54) mengungkapkan bahwa hasil
belajar merupakan hasil pengukuran penguasaan materi yang dinyatakan dalam
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Susanto Ahmad (2013:4) hasil belajar
adalah pengukuran penguasaan materi yang terjadi pada diri siswa secara
menyeluruh, baik secara kognitif, afektif, dan psikomotor yang merupakan hasil
dari kegiatan belajar. Hal ini merupakan kegiatan hasil belajar yang dapat
23
mengubah siswa secara menyeluruh. Bloom dalam Suprijono (2013:6), hasil
belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan pesikomotor. Kognitif
mengenai pengetahuan, afektif mengenai sikap menerima, memberi respon,
psikomotor mengenai teknik. Dari pendapat para ahli mengenai pengertian hasil
belajar dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil sebuah
pengukuran dari tingkat kognitif, afektif dan psikomotor.
Pengukuran hasil belajar dilakukan aspek proses kegiatan pembelajaran dan
setelah kegiatan pembelajaran berlangsung, maka akan dilakukan sebuah
penilaian. Dalam melakukan sebuah pengukuran ditetapkan terlebih dahulu alat
yang disebut instrument. Dalam dunia pendidikan instrumen yang akan
digunakan untuk mengukur kemampuan seseorang adalah tes, lembar observasi,
panduan wawancara, skala sikap, dan angket.
Berbagai teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi dari
keberhasilan proses belajar maupun hasil belajar peserta didik, yang meliputi
aspek sikap pengetahuan dan keterampilan. Terdapat dua teknik yang dapat
digunakan oleh Wardani Naniek S (2012:71-76) yaitu teknik tes dan teknik
nontes. Wardani Naniek S,dkk (2012:142) pengertian tes adalah prosedur
pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur indikator/
kompetensi tertentu, dilakukan sengan prosedur administrasi dan pemberian
angka yang jelas dan spesifik sehingga hasilnya relativ ajeg bila dilakukan dalam
kondisi yang sama. Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Wardani
Naniek S, dkk (2012:144) yaitu:
1. Tes tertulis
Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan
memberikan jawaban tertulis.
2. Tes Lisan
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan
tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik, dengan
tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor, seperti tes
wawancara merupakan tes lisan.
24
3. Tes perbuatan
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk
lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan
atau unjuk kerja.
Wardani Naniek S (2012:134) non tes merupakan penilaian menggunakan
pertanyaan atau pernyataan yang tidak menuntut jawaban benar atau salah.
Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Wardani Naniek S, dkk
(2012:73-75) yaitu:
1. Unjuk kerja adalah suatu penilaian/ pengukuran yang dilakukan melalui
pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu berupa
tingkah laku atau interaksi seperti berbicara, berpidato, membaca puisi,
dan berdiskusi.
2. Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang
mengandung penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu.
Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan,
pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.
3. Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada
peserta didik yang dilakukan secara individu.
4. Tugas kelompok sama dengan tugas individu, namun dikerjakan secara
kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja
kelompok.
5. Laporan adalah penilaian yang berbentuk laporan atau tugas atau
pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik,
laporan praktikum dan laporan pemantapan praktik lapangan (PPL).
6. Responsi atau ujian praktik adalah suatu penilaian yang dipakai untuk
mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya.
7. Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan
peserta didik dalam satu periode tertentu.
25
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
perolehan skor yang dicapai oleh siswa dari aspek afektif, kognitif, dan
psikomotorik dengan menggunakan teknik tes maupun non tes.
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh Suriani Siregar
.2013. yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbasis Media
Animasi Terhadap Pemahaman Konsep, Sikap Ilmiah Dan Assesmen Kinerja
Siswa Pada Konsep Sintesis Protein Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh
model pembelajaran inkuiri berbasis media animasi terhadap pemahaman konsep,
sikap ilmiah dan assesmen kinerja siswa pada konsep sintesis protein. Penelitian
ini dilakukan pada siswa kelas XII SMA Negeri 9 Banda Aceh. Populasi
penelitian berjumlah 144 siswa. Sampel berjumlah 55 siswa terdiri dari dua kelas
yaitu kelas XII IPA1 sebagai kelas eksperimen berjumlah 27 siswa dan kelas XII
IPA2 sebagai kelas pembanding berjumlah 28 siswa. Data diperoleh
menggunakan tes. Data sikap ilmiah diperoleh dengan kuesioner. Data asesmen
kinerja diperoleh dengan lembar observasi. Data dianalisis menggunakan uji-t.
Hasil penelitian diperoleh: 1) Terdapat perbedaan pemahaman konsep secara
signifikan antara siswa yang menggunakan model pembelajaran inkuiri
menggunakan media animasi dengan model diskusi menggunakan media gam-
bar; 2) Terdapat perbedaan signifikan sikap ilmiah antara siswa yang belajar
menggunakan model pembelajaran inkuiri dan media animasi dengan model
diskusi dengan media gambar; 3) Terdapat perbedaan assesmen kinerja siswa
secara signifikan antara siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran
inkuiri dan media animasi dengan model diskusi dan media gambar; 4) Terdapat
hubungan positif antara pemahaman konsep dan sikap ilmiah siswa yang
dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri dengan media animasi
(r=0,743>0,389).
Seniwati.2015. yang berjudul Peningkatan Aktivitas, Sikap Dan Hasil
Belajar Biologi Melalui Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri. Hasil Penelitian
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke
26
siklus II, yaitu rata-rata hasil belajar meningkat dari 47,67% menjadi 53,77%
sedangkan peningkatan prestasi siswa yang tuntas meningkat dari 62,80% menjadi
95,35%. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa yang meliputi: (1) Siswa
yang memperhatikan materi yang dibawakan guru, (2)Siswa yang mengajukan
pertanyaan, tanggapan atau komentar, (3) Siswa yang mengerjakan LKS, (4)
Siswa yang meminta bimbingan guru, (5) Siswa yang berani tampil di depan kelas
saat presentase dan menyimpulkan materi, (6) Mengamati atau melakukan
pengamatan,(7) Siswa yang melakukan kegiatan Inti, (8) Siswa yang mampu
merumuskan masalah dan merumuskan jawaban melalui kegiatan diskusi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwaterjadi peningkatan antivitas dan hasil belajar
biologi saswa kelas X1 SMA 1 Bontonompo melalui penerapan model
pembelajaran Inkuiri.
Purwanto.2013. yang berjudul Analisis Kemampuan Inkuiri dan Hasil
Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama melalui Model Pembelajaran berbasis
Model Hierarki Of Inquiry. Hasil penelitian yang dilakukan pada 36 siswa,
menunjukan kemampuan berinkuiri siswa berada pada kategori kurang terampil
dengan nilai IPK sebesar 36,62%. Hasil belajar siswa pada ranah kognitif secara
keseluruhan meningkat dengan nilai <g> 0,53 dengan kategori sedang, aspek
afektif pada kategori cukup terampil sebesar 69%, dan aspek psikomotor pada
kategori cukup terampil sebesar 62,33%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa
dengan menggunakan model pembelajaran level of inquiry dapat melatihkan
kemampuan berinkuiri siswa, hasil belajar siswa pada ranah afektif, dan hasil
belajar siswa pada ranah psikomotor.
Penelitian yang dilakukan oleh Mutia Agisni Mulyana .2016. yang berjudul
Penerapan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Kenampakan Alam Dan Sosial
Budaya Penelitian terselesaikan sebanyak 3 Siklus, dengan perolehan hasil akhir
tahap perencanaan sebesar 100%, tahap pelaksanaan sebesar 100%, aktivitas
siswa sebesar 95,78% dan hasil belajar sebesar 89,65%, simpulannya model
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi kenampakan alam dan sosial budaya.
27
Aguseri Effendi . (2017). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Mata Pelajaran Matematika Materi Soal Cerita Di Kelas VI A SDN 61/X Talang
Babat. Hasil evaluasi siklus II dikonversikan dengan tabel hasil tes belajar siklus
II. hasil konversi menyatakan bahwa penelitian juga belum mencapai target,
sehingga harus dilanjutkan dengan siklus III. RPP siklus III, juga disusun
berdasarkan hasil refleksi siklus sebelumnya yaitu siklus II.Hasil observasi pada
tahap pelaksanaan siklus III menunjukkan bahwa semua bagian dalam kegiatan
pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, sehingga tidak ada lagi bagian
kegiatan pembelajaran yang perlu diperbaiki. Sedangkan hasil evaluasi siklus III
yang dikonversikan dengan tabel hasil tes belajar menyatakan bahwa penelitian
telah mencapai batas target kriteria ketuntasan belajar yakni sebesar 87,88%.
Terjadi peningkatan ratarata hasil belajar siswa yaitu dari 59,38 pada kondisi awal
sebelum perbaikan menjadi 66,41 pada siklus I, dari 66,41 menjadi 71,88 pada
siklus II. Dari 71,88 pada siklus II, menjadi 78,91 pada siklus III.
2.4 Kerangka Pikir
Pembelajaran yang telah berlangsung adalah dengan pembelajaran
konvensional. Pembelajaran konvensional merupakan suatu pembelajaran dengan
menggunakan metode ceramah yang mengakibatkan pembelajaran menjadi
monoton sehingga siswa jenuh dan kurang menarik dalam kegiatan pembelajaran.
Hal ini tentunya juga mempengaruhi pencapaian hasil belajar IPS siswa. Oleh
kerena itu, guru dituntut harus mampu menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan agar pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa dengan
menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang cocok sesuai dengan
materi pembelajaran yang akan di ajarkan.
Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered Head
Together adalah pembelajaran yang dilaksanakan dengan metode ilmiah dengan
menggunakan teknik investigasi untuk menemukan pengetahuan baru yang
melibatkan siswa berfikir kritis, logis, sistematis secara berkelompok dengan
menggunakan kepala bernomor dengan aktivitas siswa mengolah serta
melaporkan informasi yang pada akhirnya siswa mempersentasikan didepan kelas.
28
Berdasarkan deskripsi diatas maka kerangka berpikir peningkatan hasil
belajar IPS dengan menggunakan Pendekatan pembelajaran Inquiry dan model
pembelajaran Numbered Head Togethersecara rinci dapat disajikan melalui
gambar 2.1 sebagai berikut.
Kondisi
Awal
Tindakan
Penggunaan
pendekatan dan
model
pembelajaran yang
kurang kooperatif
- Siswa jenuh dan
kurang menarik
dalam pembelajaran
- Hasil belajar siswa
kurang
Menerapkan
pendekatan
Inquiry dengan
model
pembelajaran
NHT
- Pembelajaran lebih
menarik
- Siswa dapat
berfikir secara
individu maupun
berkelompok dan
siswa berani
mempresentasikan
hasil diskusi
Kondisi
Akhir
Diduga dengan menggunakan pendekatan Inquiry dan
model pembelajaran NHT menjadikan pembelajaran
tema 3 pada mata pelajaran IPS lebih menyenangkan
dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Gambar 2.1
Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Pembelajaran Inquiry dan
Model Pembelajaran Numbered Head Together
29
2.5 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka yang telah diuraikan, maka hipotesis yang
menjadi jawaban sementara dari penelitian ini adalah : penerapan pendekatan
pembelajaran Inquiry dan model pembelajaran Numbered Head Together dapat
meningkatkan hasil belajar tema 3 (Peduli Terhadap Makhluk Hidup) pada mata
pelajaran IPS pada siswa kelas IV SD Negeri Sukorejo Kecamatan Suruh
Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018.