BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu...

12
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari- hari. 2.1.1.2. Hakikat IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4), merujuk pada pengertian IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu: a. Sikap Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang benar. b. Proses Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan demonstrasi atau percobaan, evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan. c. Produk Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hokum atau dalil. d. Aplikasi Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari. Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat 5

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam

2.1.1.1. Pengertian IPA

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu

proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat dapat menjadi wahana bagi

peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-

hari.

2.1.1.2. Hakikat IPA

Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4), merujuk pada pengertian

IPA itu maka disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi empat unsur utama yaitu:

a. Sikap

Rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta

hubungan sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat

dipecahkan melalui prosedur yang benar.

b. Proses

Prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah; metode ilmiah

meliputi penyusunan hipotesis, perancangan demonstrasi atau percobaan,

evaluasi pengukuran dan penarikan kesimpulan.

c. Produk

Produk berupa fakta, prinsip, teori dan hokum atau dalil.

d. Aplikasi

Penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.

Keempat unsur tersebut merupakan ciri IPA yang utuh yang sebenarnya

tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam proses pembelajaran IPA keempat

5

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

6

unsur itu diharapkan dapat muncul sehingga peserta didik dapat mengalami

proses pembelajaran secara utuh, memehami fenomena alam melalui pemecahan

masalah, metode ilmiah, dan meniru cara ilmuan bekerja dalam menemukan

fakta baru.

2.1.1.3. Tujuan Pengajaran IPA

Menurut Dede Awan ( 2009 :1) tujuan pengajaran IPA adalah untuk

memehami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya dengan pengetahuan sehari-

hari, memiliki ketrampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan gagasan

alam sekitar, mempunyai minat untuk mengenal dan mempelajari benda-benda

serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin tahu, tekun, terbuka, kritis,

mawas diri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mandiri, mampu menerapakan

berbagai konsep IPA, mamapu menggunakan teknologi sederhana, mengenal dan

memupuk rasa cinta terhadap alam sekitar, sehingga menyadari kebesaran dan

keagungan Tuhsn Yang Maha Esa.

Dalam Permen no 22 Tahun 2006 Mata Pelajaran IPA di SD bertujuan

agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

7

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

2.1.2. Mengajar dan metode pembelajaran

2.1.2.1. Mengajar

Mengajar adalah memberikan pelajaran kepada anak didik, jadi guru

bertugas untuk memberikan sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak

didiknya. Mengajar selalu berlangsung dalam suatu kondisi yang disengaja

diciptakan untuk mengantarkan anak didiknya ke arah kemajuan dan kebaikan.

Oleh karena itu, keefektifan guru dalam mengajar akan banyak tergantung pada

bagaimana guru mampu melaksanakan aktivitas mengajar secara baik.

Sedangkan menurut Gulq W (2002:8), mengajar adalah usaha untuk

menciptakan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar

itu secara optimal. Sistem lingkungan ini terdiri terdiri atas beberapa komponen,

termasuk guru, yang saling berinteraksi dalam menciptakan proses belajar yang

terarah pada tujuan tertentu.

Menurut Witherington dalam Marno (2008:37), Kegiatan mengajar pada

hakikatnya adalah proses yang dilakukan oleh guru dalam mengembangkan

kegiatan belajar siswa. Hal ini mengandung pengertian bahwa proses mengajar

oleh guru menghadirkan proses belajar pada pihak siswa yang berwujud

perubahan tingkah laku, meliputi perubahan ketrampilan, kebiasaan, sikap,

pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi.

Dari beberapa pengertian di atas bahwa fungsi mengajar menyediakan

kondisi yang kondusif pada proses belajar, sedangkan yang berperan aktif

adalah siswa sebagai perubahan tingkah laku.

2.1.2.2. Metode mengajar

Metode menurut Mulyani Soemantri (2001:114) merupakan cara-cara

yang ditempuh guru untuk menciptakan situasi pengajaran yang benar-benar

menyenangkan dan mendukung bagi kelancaran proses belajar dan tercapainya

prestasi belajar anak yang memuaskan.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

8

Wina Sanjaya (2006 : 145) menyatakan metode adalah cara yang

digunakan untuk mengiplementasikan rencana yang sudah disusun dalam

kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.

2.1.3. Metode Demonstrasi

2.1.3.1. Pengertian

Sanjaya (2006), dan Sumantri dan Permana (1998/1999)

mengemukakan bahwa demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan

memperagakan dan mempertunjukkan pada siswa tentang suatu proses,

situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk

sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh guru atau

sumber belajar lain yang ahli dalam topik bahasan yang harus

didemonstrasikan.

Metode Demonstrasi biasanya berkenaan dengan tindakan-tindakan

atau prosedur yang dilakukan misalnya : proses mengerjakan sesuatu,

proses menggunakan sesuatu, membandingkan suatu cara dengan cara lain,

atau untuk mengetahui/melihat kebenaran sesuatu.

a. Tujuan

Tujuan menggunakan metode demonstrasi adalah :

1) Mengajarkan suatu proses atau prosedur yang harus dikuasai oleh

siswa.

2) Mengkongkritkan informasi atau penjelasan kepada siswa.

3) Mengembangkan kemampuan pengamatan kepada para siswa secara

bersama-sama.

b. Alasan Penggunaan Metode Demonstrasi

Guru menggunakan metode demonstrasi apabila :

1) Tidak semua topik dapat dijelaskan secara gamblang dan konkrit

melalui penjelasan atau diskusi.

2) Karena tujuan dan sifat materi pelajaran yang menuntut dilakukan

peragaan berupa demonstrasi.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

9

3) Tipe belajar siswa yang berbeda-beda, ada yang kuat visual, tetapi

lemah dalam auditif dan motorik, ataupun sebaliknya.

4) Memudahkan mengajarkan suatu proses atau cara kerja.

5) Sesuai dengan langkah perkembangan kognitif siswa yang masih

dalam fase operasional konkrit.

c. Kekuatan dan Keterbatasan Metode Demonstrasi

1) Kekuatan Metode Demonstrasi

Kelebihan metode demonstrasi dibanding dengan metode yang lain

adalah:

a) Pelajaran menjadi lebih jelas dan lebih konkrit sehingga tidak

terjadi verbalisme.

b) Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran yang

didemontrasikan itu.

c) Proses pembelajaran akan sangat menarik, sebab siswa tak hanya

mendengar tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.

d) Siswa akan lebih aktif mengamati dan tertarik untuk mencobanya

sendiri.

e) Menyajikan materi yang tidak bisa disajikan oleh metode lain

2) Kelemahan Metode Demonstrasi

Beberapa kelemahan metode demonstrasi antara lain:

a) Tidak semua guru dapat melakukan demonstrasi dengan baik.

b) Terbatasnya sumber belajar, alat pelajaran, media pembelajaran,

situasi yang sering tidak mudah diatur dan terbatasnya waktu.

c) Demonstrasi memerlukan waktu yang lebih banyak dibanding dengan

metode ceramah dan tanya jawab.

d) Metode demonstrasi memerlukan persiapan dan perancangan yang

matang.

d. Cara Mengatasi Keterbatasan Metode Demonstrasi

Upaya-upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan

metode demonstrasi? Kelemahan metode demonstrasi dapat diatasi melalui

berbagai cara berikut:

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

10

1) Guru harus terampil melakukan demonstrasi.

2) Melengkapi sumber, alat dan media pembelajaran yang diperlukan untuk

demonstrasi.

3) Mengatur waktu sebaik mungkin.

4) Membuat rancangan dan persiapan demonstrasi sebaik mungkin.

e. Langkah-langkah Pelaksanaan Metode Demonstrasi

Apa saja langkah-langkah pelaksanaan metode demonstrasi?

Langkah- langkah pelaksanaan metode demonstrasi meliputi hal-hal

berikut :

1) Kegiatan Persiapan

a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa

b) Menyusun materi yang akan diajarkan untuk mencapai tujuan

yang telah dirumuskan.

c) Menyiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang

akan dilakukan untuk mempermudah penguasaan materi yang

telah disiapkan.

d) Melakukan latihan pendemonstrasian termasuk cara

menggunaan peralatan yang diperlukan.

2.13.2. Kegiatan Pelaksanaan Metode Demonstrasi

a) Kegiatan Pembukaan

Sebelum kegiatan demonstrasi, ada beberapa hal yang harus

dilakukan dalam pembukaan pelajaran :

1) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan setiap siswa dapat

memperhatikan apa yang didemonstrasikan guru.

2) Tanyakan pelajaran sebelumnya. Timbulkan motivasi siswa

dengan mengemukakan anekdot atau kasus di masyarakat yang

ada kaitannya dengan pelajaran yang

akan dibahas.

3) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai oleh siswa dan

juga tugas-tugas apa yang harus dilakukan disamping dalam

demonstrasi nanti.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

11

b) Kegiatan Inti Pembelajaran

1) Mulailah melakukan demonstrasi sesuai yang telah

direncanakan dan dipersiapkan oleh guru.

2) Pusatkan perhatian siswa kepada hal-hal penting yang harus

dikuasai dari demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga

semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan sebaik-

baiknya.

3) Ciptakan suasana kondusif dan hindari suasana yang

menegangkan.

4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan kritis mengikuti

proses demonstrasi termasuk memberi kesempatan

bertanya dan komentar-komentar.

c) Kegiatan Mengakhiri Pembelajaran

Jika demonstrasi telah selesai, yang dilakukan guru selanjutnya

adalah:

1) Meminta siswa merangkum atau menyimpulkan pokok-pokok

atau langkah-langkah kegiatan demonstrasi.

2) Memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal

yang belum dipahami.

3) Melakukan evaluasi, baik evaluasi hasil belajar maupun

evaluasi bersama tentang jalannya proses demonstrasi.

Tindak lanjut baik berupa tugas-tugas berikutnya maupun

tugas- tugas untuk mendalami materi yang baru diajarkan.

2.1.4. Hasil Belajar

Hasil belajar pada dasarnya berkaitan pula dengan hasil yang dicapai

dalam belajar. Pengertian hasil belajar itu sendiri dapat diketahui dari pendapat

ahli pendidikan. Hasil belajar berasal dari kata hasil dan belajar. Agar tidak

menyimpang dari pengertian sesungguhnya maka perlu dijelaskan secara per

kata terlebih dahulu.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

12

Hasil belajar dari gabungan kata hasil dan kata belajar. Hasil belajar

diartikan sebagai keberhasilan usaha yang dapat dicapai (Winkel,1998:162).

Hasil belajar merupakan keberhasilan yang telah dirumuskan guru berupa

kemampuan akademik. Winarno Surachmad (1981:2) menyatakan bahwa hasil

belajar merupakan nilai hasil belajar yang menentukan berhasil tidaknya siswa

dalam belajar. Hal tersebut berarti hasil belajar merupakan hasil dari proses

belajar. Dalam hasil belajar meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan

psikomotor (Sunaryo,1983:4).

Dari berbagai kajian definisi hasil belajar di atas maka yang dimaksud

dalam penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang berupa kemampuan

akademis siswa dalam mencapai standar tujuan pembelajaran yang telah

ditetapkan sebelumnya dan harus dimiliki siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Belajar dipengaruhi pula oleh faktor-faktor baik dari dalam

maupun dari luar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara

lain dibagi menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor

internal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut: 1) Kesehatan

anak, 2) Rasa aman, 3) Kemampuan dan minat, 4) Kebutuhan diri anak akan

sesuatu yang akan dipelajari (Rustiyah NK,1995:123).

Faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.

1) Lingkungan belajar, iklim, dan teman belajar. 2) Motivasi dari luar (Rustiyah

NK,1995:123).

Adapun faktor yang datang dari luar diri anak, yaitu dari sekolah tempat

anak belajar seperti guru, waktu, sarana dan prasarana belajar, kurikulum,

materi, dan suasana belajar. Selain faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar, juga siswa mengalami hambatan-hambatan dalam belajar baik itu

bersifat endogen maupun bersifat eksogen. Yang bersifat endogen adalah faktor

biologis dan faktor psikologis siswa. Sedangkan faktor eksogen adalah seperti

sikap orang tua, suasana lingkungan, sosial ekonominya, dan sikap budayanya.

Untuk dapat meningkatkan belajar dengan baik maka guru harus mengenal anak

dengan baik pula karena setiap anak tidak sama persis kesulitan dan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

13

permasalahan yang dihadapinya. Dengan demikian guru harus mampu meneliti

setiap kekurangan-kekurangan dalam hasil belajar siswa.

Hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah hasil

akademis yaitu hasil yang dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar

mengajar yang telah dirumuskan guru baik berupa segi kognitif, afektif maupun

dari segi psikomotornya. Dalam proses belajar dan mengajar seorang guru wajib

menentukan tujuan pembelajaran baik tujuan pembelajaran umum maupun

khusus.

Mengukur keberhasilan belajar siswa atau hasil yang dicapai siswa harus

mampu mengevaluasi belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari

segi pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan guru dalam

mengukur keberhasilan belajar maka guru harus menentukan tujuan

pembelajaran khusus yang baik. Ada beberapa kriteria dalam pembuatan TPK

(Tujuan Pembelajaran Khusus) yang baik yaitu sebagai berikut.

a) Mengandung satu jenis perbuatan.

b) Dinyatakan dalam kualitas dan kuantitas penguasaan siswa.

c) Kondisi yang bagaimana yang diinginkan guru (Tim MKDK IKIP

Semarang, 1995:28).

Jadi hasil belajar dapat diartikan sebagai hasil belajar yang telah dicapai

siswa setelah mengikuti kegiatan proses belajar dan mengajar, baik yang

menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotorik. Hasil yang

dimaksudkan dalam penelitian tindakan kelas ini, berupa hasil belajar yang

berupa hasil akademik siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar dalam

jangka waktu tertentu. Hasil akademik ini berupa angka kuantitas yang dituliskan

dalam buku raport. Sedangkan dalam kaitannya dengan penelitian ini, hasil

belajar adalah peningkatan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran yang ditetapkan guru.

Hasil belajar yang dicapai siswa berkaitan erat dengan kesulitan belajar

dan keberhasilan belajar. Kesulitan belajar siswa dalam mata pelajaran

matematika dapat diketahui dari ciri-cirinya. Kesulitan belajar yaitu di mana anak

didik atau siswa tidak mampu belajar sehingga hasil di bawah potensi

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

14

intelektualnya (Alan O Ross, 1974:103). Menurut Lerner (1931:367) dalam

buku pendidikan bagi anak berkesulitan belajar, (Dr. Mulyono Abdurrahman,

1999:262) adalah kekurang pahaman tentang simbol, nilai tempat, perhitungan

dan penggunaan proses yang keliru dan tulisan yang tidak terbaca.

Menurut Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah

terjemahan dari learning disability. Terjemahan tersebut diartikan sebagai

ketidakmampuan belajar. Menurut Kuffman dan Lloyd (1985:14) dikutip oleh

Mulyono Abdurrahman (1996:6) bahwa kesulitan belajar adalah gangguan dalam

satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan

penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut memungkinkan

menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berpikir, berbicara,

membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Learner berpendapat, ada beberapa

karakteristik anak berkesulitan belajar, yaitu :

a. Adanya gangguan dalam hubungan keruangan.

b. Abnormalitas persepsi visual.

c. Assosiasi visual motorik.

d. Perverasi.

e. Kesulitan mengenal dan memahami simbol.

f. Gangguan penghayatan tubuh.

g. Kesulitan dalam bahasa dan membaca

h. Performance IQ jauh lebih rendah daripada sektor verbal IQ (Mulyono

Abdurrahman, 1999:259).

Jadi kesulitan belajar IPA disebabkan rendahnya kemampuan intelegensi,

banyaknya terkait dengan kesulitan memahami konsep visual dan adanya

gangguan assosiasi visual motorik.

Gejala adanya kesulitan belajar meliputi :

a. Hasil yang rendah di bawah rata-rata kelompok kelas.

b. Hasil yang dicapai dengan usaha tidak seimbang.

c. Lambat dalam melakukan tugas belajar.

d. Menunjukkan sikap kurang wajar seperti acuh tak acuh, berpura-pura

dusta dan lain-lain.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

15

e. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan (Widodo Supriyono, 1991:89).

Jenis kesulitan belajar menurut Erman Amti, (1992:67) masalah belajar

pada dasarnya digolongkan atas: (a) sangat cepat dalam belajar, b) keterlambatan

akademik, (c) lambat belajar, (d) penempatan kelas, (e) kurang motivasi dalam

belajar, (f) sikap dan kebiasaan yang buruk dalam belajar dan kehadiran di

sekolah sering tidak masuk. Dengan demikian bahwa anak yang perlu mendapat

bantuan dari guru dalam hal ini adalah layanan bimbingan belajar, agar peserta

didik dapat melaksanakan kegiatan belajar secara baik dan terarah.

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Suyitno (2009) dalam penelitian yang berjudul Metode Demonstrasi

Dalam Upaya miningkatkan Proses Belajar dan Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Pada Siswa SD Kaliaman Jepara, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa

meningkat, Siklus I 88%, Siklus II 97%.

Rahayu, Nanik Dwi (2008) dalam penelitian yang berjudul Metode

Demonstrasi Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Sistem

Peredaran Darah Kelas XI SMAN 2 Blora menunjukkan bahwa terjadi

peningkatan pada tiap siklus, yaitu Siklus I Keaktifan siswa 50%, Keaktifan guru

64,29%, Ketuntasan belajar 83,33%. Pada siklus II Keaktifan siswa 64,10%,

Keaktifan guru 85,71%, Ketuntasan belajar 94,8%. Siklus III Keaktifan siswa

87,18%, Keaktifan guru 100%, Ketuntasan belajar 100%.

Kholosoh, Siti ( 2009 ) dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan

Metode demonstrasi Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Kelas III MI

Sumber Rembang Tahun Pelajaran 2008/2009. Hasil penelitian menunjukkan

persentase ketuntasan belajar membaca intensif siswa sebelum tindakan sebesar

32,25%, siklus 1 61, 29%, dan siklus 2 sebesar 83.87%.

Berdasarkan dari beberapa penelitian diatas, membuktikan bahwa

penggunaan metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa . Oleh

karena itu penggunaan metode deonstrasi sangat tepat diterapkan dalam

penelitian tindakan kelas ini, yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/651/3/T1_262010609_BAB II.pdf · serta kejadian dilingkungan sekitar, bersikap ingin

16

tentang mengidentifikasi sifat-sifat benda di kelas III SDN Karangwotan 02

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati.

2.3. Kerangka Bepfikir

Kondisi Awal

Kualitas pembelajaran diduga meningkat

Kondisi Akhir

Guru tidak Mnggunakan metode Demonstrasi.

Gambar kerangka berfikir penelitian

2.4. Hipotesis Tindakan

Metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar dalam

mengidentifikasi sifat-sifat benda bagi siswa kelas III SD Karangwotan 02

Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati Semester 1 tahun 2011/2012.

.

Pelaksanaan Siklus I dan Siklus II

Kualitas pembelajaran rendah Guru menggunakan metode

demonstrasi

TINDAKAN

Keaktifan siswa rendah Keaktifan siswa meningkat