BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi - sinta.unud.ac.id BAB II.pdf · berarti akuntan bersikap...

90
1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi Teori Agensi muncul karena prinsipal dan agen memiliki kepentingan yang tidak selaras. Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976). Teori Agensi menjelaskan fenomena yang terjadi apabila atasan mendelegasikan wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu tugas atau otorisasi untuk membuat keputusan (Anthony dan Govindarajan, 2011). Teori keagenan juga menyatakan bahwa entitas merupakan urat nadi dari hubungan-hubungan keagenan dan mencoba untuk memahami perilaku organisasi dengan menguji bagaimana pihak-pihak dalam hubungan keagenan tersebut memaksimumkan utilitas melalui kerjasama. Zimmerman (1977) mengatakan bahwa agency problem terjadi dalam semua jenis organisasi, di sektor privat antara pemegang saham dengan manajemen, di sektor publik antara politisi dengan voters (rakyat). Politisi diasumsikan sebagai pihak yang mementingkan kepentingan pribadi/kelompok, sehingga memaksimalkan kekayaan ditentukan apakah mereka akan dipilih kembali. Kepentingan politisi adalah agar dapat dipilih kembali oleh rakyat, sehingga eksekutif dapat memanfaatkan anggaran negara demi kepentingan individu/kelompoknya.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Agensi - sinta.unud.ac.id BAB II.pdf · berarti akuntan bersikap...

1

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Agensi

Teori Agensi muncul karena prinsipal dan agen memiliki kepentingan

yang tidak selaras. Teori ini mengasumsikan bahwa masing-masing individu

semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan

konflik kepentingan antara prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976).

Teori Agensi menjelaskan fenomena yang terjadi apabila atasan mendelegasikan

wewenangnya kepada bawahan untuk melakukan suatu tugas atau otorisasi untuk

membuat keputusan (Anthony dan Govindarajan, 2011). Teori keagenan juga

menyatakan bahwa entitas merupakan urat nadi dari hubungan-hubungan

keagenan dan mencoba untuk memahami perilaku organisasi dengan menguji

bagaimana pihak-pihak dalam hubungan keagenan tersebut memaksimumkan

utilitas melalui kerjasama.

Zimmerman (1977) mengatakan bahwa agency problem terjadi dalam

semua jenis organisasi, di sektor privat antara pemegang saham dengan

manajemen, di sektor publik antara politisi dengan voters (rakyat). Politisi

diasumsikan sebagai pihak yang mementingkan kepentingan pribadi/kelompok,

sehingga memaksimalkan kekayaan ditentukan apakah mereka akan dipilih

kembali. Kepentingan politisi adalah agar dapat dipilih kembali oleh rakyat,

sehingga eksekutif dapat memanfaatkan anggaran negara demi kepentingan

individu/kelompoknya.

2

Adanya asimetri informasi antara politisi dan rakyat, maka laporan

keuangan pemerintah baik pusat maupun daerah perlu diaudit oleh pihak yang

independen. Menurut UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara, pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan

keuangan, pemeriksaan kinerja dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu. BPKP

adalah lembaga yang bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan atas

pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara terutama yang berkaitan

dengan adanya tindakan penyimpangan keuangan negara. Laporan hasil

pemeriksaan BPKP dapat memuat temuan, kesimpulan dan rekomendasi

tergantung lingkup pemeriksaannya. Pemeriksaan yang dilaksanakan auditor

berdasarkan independensi, due professional case, dan time budget pressure

dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Hasil pemeriksaan ini

merupakan bagian dari pertanggungjawaban pemerintah sebagai agen kepada

rakyat sebagai principal yang menginginkan transparansi penggunaan anggaran

negara.

Struktur Organisasi Pemerintahan seperti BPKP, teori keagenan bisa

terjadi antara pimpinan dengan para staf. Pimpinan dapat berlaku sebagai

principal yang akan memonitoring kinerja agen, efisiensi biaya dan menentukan

biaya (cost) yang mesti dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan.

Sedangkan para staf dapat bertindak sebagai agen yang mempunyai informasi

yang lebih banyak tentang kinerja aktual, motivasi dan tujuan organisasi, yang

berpotensi menciptakan moral hazard dan adverse selection. Pertanggungjawaban

3

staf selaku agen dalam melaksanakan kinerjanya sangat dimonitoring oleh

pimpinan yang bertindak selaku principal.

2.2 Pendekatan Kontijensi

Pendekatan kontijensi harus diidentifikasi pada aspek yang spesifik dari

sistem akuntansi yang digabungkan dengan keadaan yang telah ditentukan secara

tepat dengan perbandingan yang sesuai. Suatu gagasan yang menjustifikasi

pengadopsian pendekatan kontijensi pada akuntansi manajemen muncul sebagai

suatu kebutuhan untuk menginterpretasikan hasil riset empiris. Konsep seperti

teknologi, struktur organisasi diharapkan dapat menjelaskan bagaimana sistem

akuntansi dihasilkan, berbeda pada suatu situasi tertentu.

Pendekatan kontijensi memberi penekanan pada perlunya memfokuskan

pada perubahan. Tidak ada satu aturan atau hukum yang memberi solusi terbaik

untuk setiap waktu, tempat, semua orang atau semua situasi. Ada beberapa

anggapan dasar dalam pendekatan kontijensi, yaitu antara lain:

1) Manajemen pada dasarnya bersifat situasional. Konsekuensinya teknik-

teknik manajemen sangat bergantung pada situasi yang dihadapi. Jika

teknik yang digunakan sesuai dengan permintaan lingkungan, maka teknik

tersebut dikatakan efektif dan berhasil. Diversitas dan kompleksitas situasi

eksternal yang dihadapi organisasi harus di pecahkan dengan teknik yang

sesuai.

2) Manajemen harus mengadopsi pendekatan dan strategi sesuai dengan

permintaan setiap situasi yang dihadapi. Kebijakan dan praktik manajemen

yang secara spontan dapat merespon setiap perubahan lingkungan bisa

4

dikatakan efektif. Untuk mencapai keefektifan ini organisasi harus

mendesain struktur organisasinya, gaya kepemimpinannya, dan sistem

pengendalian yang berorientasi terhadap situasi yang dihadapi.

3) Ketika keefektifan dan kesuksesan manajemen dihubungkan secara

langsung dengan kemampuannya menghadapi lingkungan dan setiap

perubahan dapat diatasi, maka harus ditingkatkan keterampilan

mendiagnosa yang proaktif untuk mengantisipasi perubahan lingkungan

yang komprehensif.

4) Manajer yang sukses harus menerima bahwa tidak ada satu cara terbaik

dalam mengelola suatu organisasi. Mereka harus mempertimbangkan

prinsip-prinsip dan teknik-teknik manajemen yang dapat diaplikasikan

untuk semua waktu dan semua kebutuhan. Tidak ada solusi yang dapat

diaplikasikan secara universal.

Beberapa penelitian sebelumnya yang mengindikasikan hasil yang saling

bertentangan mengenai hubungan antara independensi, due professional care,

time budget pressure, dengan kualitas audit. Govindarajan (1986) menyatakan

bahwa jika beberapa penelitian yang menunjukkan hasil yang tidak konsisten satu

dengan lain dapat digunakan pendekatan kontijensi untuk menyelesaikan

perbedaan dari berbagai penelitian tersebut. Pendekatan kontijensi memungkinkan

adanya variabel-variabel lain yang dapat bertindak sebagai faktor pemoderasi

yang mempengaruhi hubungan antara independensi, due professional care, time

budget pressure, dengan kualitas audit. Faktor kontijensi yang akan digunakan

adalah komitmen organisasi.

5

2.3 Kualitas Audit

Moize (1986) dalam Elfarini (2007:17) menyatakan bahwa pengukuran

kualitas proses audit terpusat pada kinerja yang dilakukan auditor dan kepatuhan

pada standar yang telah digariskan. De Angelo (1981:115) mendefinisikan

kualitas audit sebagai kemungkinan (probability) di mana auditor akan

menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien.

Behn, et al. (1997) dalam Widagdo, et al. (2002:565) mengembangkan atribut

kualitas audit yang salah satu diantaranya adalah standar etika yang tinggi,

sedangkan atribut-atribut lainnya terkait dengan keahlian dan independensi

auditor.

Carcello (1992:5-6) untuk menentukan faktor-faktor penentu kualitas jasa

audit, yaitu dengan melakukan survey terhadap pembuat laporan keuangan,

pengguna dan auditornya dengan meringkas 41 atribut kualitas audit menjadi

hanya 12 faktor penentu kualitas audit dan juga digunakan Behn, et al. (1997)

untuk menghubungkan kualitas audit dengan kepuasan klien/auditee, yaitu:

1) Pengalaman tim audit dan KAP dalam melakukan pemeriksaan laporan

keuangan klien.

2) Keahlian/pemahaman terhadap industri klien.

3) Responsif atas kebutuhan klien.

4) Kompetensi anggota-anggota tim audit terhadap prinsip-prinsip akuntansi

dan norma-norma pemeriksaan.

5) Sikap independensi dalam segala hal dari individu-individu tim audit dan

KAP.

6

6) Anggota tim audit sebagai suatu kelompok yang bersifat hati-hati.

7) KAP memiliki komitmen yang kuat terhadap kualitas.

8) Keterlibatan pimpinan KAP dalam pelaksanaan audit.

9) Pelaksanaan audit lapangan

10) Keterlibatan komite audit sebelum, pada saat, dan sesudah audit.

11) Standar-standar etika yang tinggi dari anggota-anggota tim audit.

12) Menjaga sikap skeptis dari anggota-anggota tim audit.

Financial Accounting Standard Commettee 2000 menyatakan bahwa

kualitas audit ditentukan oleh dua hal, keahlian (kompetensi) dan independensi.

Kualitas ini mempunyai pengaruh langsung terhadap kualitas auditor. Laporan

keuangan menggunakan persepsi bahwa kualitas audit adalah suatu fungsi untuk

menggambarkan independensi auditor dan keahlian auditor tersebut. Mulyadi

(2002:33) menyatakan bahwa audit adalah suatu proses sistematik untuk

memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang

kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara

pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Berdasarkan PER/05/M.PAN/03/2008 yang mengatur tentang standar

pelaporan audit investigatif dinyatakan bahwa kualitas pelaporan (audit)

ditentukan oleh laporan hasil audit yang harus akurat, jelas, lengkap, singkat dan

disusun dengan logis, tepat waktu, dan obyektif. Suatu laporan harus akurat dan

jelas, singkat, menunjukkan hasil-hasil relevan dan upaya auditor investigatif.

Laporan harus disajikan secara langsung, tepat secara gramatikal, menghindari

penggunaan kata yang tidak perlu, mengganggu, atau membingungkan. Laporan

7

harus disajikan dengan baik, relevan dengan audit investigatif, dan mendukung

penyajian. Semua audit investigatif harus dilaksanakan dan dilaporkan secara

cermat dan tepat waktu. Hal ini disebabkan besarnya dampak hasil audit

investigatif terhadap karir seseorang atau kehidupan suatu organisasi.

2.4 Independensi

Independensi adalah sikap tidak memihak. Independensi adalah salah satu

faktor yang menentukan kredibilitas pendapat auditor. Kata kunci dalam

pengertian independensi, yaitu:

1) Objektivitas, yaitu suatu kondisi yang tidak bias, adil, dan tidak memihak.

2) Integritas, yaitu prinsip moral yang tidak memihak, jujur, memandang dan

mengemukakan fakta apa adanya.

Standar Audit APIP yang diatur dalam PERMENPAN Nomor

PER/05/M.PAN/03/2008, dalam semua hal yang berkaitan dengan audit, APIP

harus independen dan auditor harus obyektif dalam pelaksanaan tugasnya.

Penilaian untuk independensi dan obyektifitas, yaitu:

1) Status APIP dalam organisasi

2) Kebijakan untuk menjaga obyektifitas auditor terhadap obyek audit.

Pimpinan APIP bertanggung jawab kepada pimpinan tertinggi organisasi

agar tanggung jawab pelaksanaan audit dapat terpenuhi. Posisi APIP ditempatkan

secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memproleh dukungan yang

memadai dari pimpinan tertinggi organisasi sehingga dapat bekerjasama dengan

auditan dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa. Meskipun demikian, APIP

8

harus membina hubungan kerja yang baik dengan auditan terutama saling

memahami diantara peran masing – masing lembaga.

Auditor harus memiliki sikap yang netral dan tidak bias serta menghindari

konflik kepentingan dalam merencanakan, melaksanakan dan melaporkan

pekerjaan yang dilakukannya. Auditor harus objektif dalam melaksanakan audit.

Prinsip objektifitas mensyaratkan agar auditor dalam melaksanakan audit dengan

jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan

menempatkan auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu

mengambil keputusan berdasarkan pertimbangan profesionalnya.

Jika independensi atau objektifitas terganggu, baik secara faktual maupun

penampilan, maka gangguan tersebut harus dilaporkan kepada pimpinan APIP.

Auditor harus melaporkan kepada pimpinan APIP mengenai situasi adanya dan

atau interpretasi adanya konflik kepentingan, ketidakindependenan atau bias.

Pimpinan APIP harus menggantikan auditor yang menyampaikan situasinya

dengan auditor lainnya yang bebas dari situasi tersebut. Auditor yang mempunyai

hubungan yang dekat dengan auditan seperti hubungan sosial, kekeluargaan atau

hubungan lainnya yang dapat mengurangi objektifitasnya, harus tidak ditugaskan

untuk melakukan audit terhadap entitas tersebut. Dalam hal auditor bertugas

menetap untuk beberapa lama di kantor auditan guna membantu mereview

kegiatan, program atau aktivitas auditan, maka auditor tidak boleh terlibat dalam

pengambilan keputusan atau menyetujui hal – hal yang merupakan tanggung

jawab auditan.

9

Kebanyakan literatur independensi auditor menyarankan bahwa

kredibilitas laporan keuangan tergantung pada persepsi audit independen dari

seorang auditor eksternal oleh pengguna laporan keuangan. Kasidi (2007:28)

dalam tesisnya mengemukakan alasan bahwa jika auditor terlihat tidak

independen, maka pengguna laporan keuangan semakin tidak percaya atas laporan

keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor tentang laporan keuangan

perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya. Kredibilitas seorang

auditor tidak hanya pada independensi dalam fakta, tetapi juga pada independensi

dalam persepsi atau penampilan, guna menjaga dan mempertahankan kepercayaan

publikasikan profesinya sebagai auditor.

Independensi merupakan sikap yang diharapkan dari seorang akuntan

publik untuk tidak mempunyai kepentingan pribadi dalam pelaksanaan tugasnya

yang bertentangan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Independensi

menyangkut kemampuan untuk bertindak obyektif serta penuh integritas. Hal ini

hanya bisa dilakukan oleh seseorang yang secara psikologis memiliki intelektual

tinggi dan penuh dengan kejujuran.

Nilai auditing bergantung pada persepsi publik akan independensi yang

dimiliki auditor. Independensi dalam audit artinya mengambil sudut pandang yang

tidak bias dalam melakukan uji audit, evaluasi hasil audit, dan pelaporan audit.

Arens dan Loebbecke (1996:25) mendefinisikan independensi sebagai berikut,

auditing berarti berpegang pada pandangan yang tidak memihak di dalam

penyelenggaraan pengujian audit, evaluasi hasil pemeriksaan, dan penyusunan

laporan audit. Sikap tidak memihak ini dapat dibentuk dalam sudut pandang yaitu:

10

1) Independensi dalam kenyataan (Independence in fact) yang berarti akuntan

dapat menjaga sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan

pemeriksaan.

2) Independensi dalam penampilan (Independence in appearance) yang

berarti akuntan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan

keuangan.

Antara independensi dalam sikap mental dan independensi dalam

penampilan memiliki kaitan yang sangat erat, di mana akuntan dengan

independensi dalam sikap mental yang baik dengan sendirinya akan bersikap tidak

memihak menurut persepsi pemakai laporan keuangan. Mempertahankan perilaku

independen bagi auditor dalam memenuhi tanggungjawab mereka adalah sangat

penting, namun yang lebih penting lagi adalah bahwa pemakai laporan keuangan

memiliki kepercayaan atas independensi itu sendiri. Berubahnya lingkungan audit

telah menimbulkan kebutuhan akan perubahan yang cukup besar persyaratan

independensi. Organisasi dan kisaran pelayanan yang ditawarkan oleh kantor

akuntan publik juga telah bergeser dan kantor tersebut sering memasuki bisnis

yang rumit dan hubungan keuangan dengan klien.

2.5 Due Professional Care

Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat

dan seksama (PSA No. 04 SPAP 2011). Singgih dan Bawono (2010)

mendefinisikan due professional care sebagai kecermatan dan keseksamaan

dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk

melaksanakan skeptisme profesional.

11

Penting bagi auditor untuk mengimplementasikan due professional care

dalam pekerjaan auditnya. Auditor dituntut untuk selalu berpikir kritis terhadap

bukti audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti

audit tersebut. Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama

memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan

keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan

maupun kecurangan (fraud).

Auditor dalam menjalankan tugasnya dituntut untuk bersifat cermat dan

seksama. Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan

dilakukannya review secara kritis pada setiap tingkat supervise terhadap

pelaksanaan audit. Kecermatan dan keseksamaan menyangkut apa yang

dikerjakan auditor dan bagaimana kesempurnaan pekerjaan yang dihasilkan.

Auditor yang cermat dan seksama akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi.

2.6 Time Budget Pressure

Soobaroyen dan Chengabroyan (2005) menemukan bahwa time budget

yang ketat sering menyebabkan auditor meninggalkan program bagian audit yang

penting dan akibatnya menyebabkan penurunan kualitas audit. Anggaran waktu

yang ketat dapat menyebabkan auditor mengurangi prosedur pemeriksaan bukti

dan menurangi jumlah konfirmasi data yang mesti di uji sehingga bias

menyebabkan penurunan kualitas audit. Auditor sering bekerja dalam waktu yang

terbatas, untuk itu setiap Auditor perlu membuat anggaran waktu dalam kegiatan

pengauditan. Anggaran waktu dibutuhkan untuk menentukan kos audit dan

mengukur kinerja auditor (Simamora, 2000). Tetapi, anggaran waktu seringkali

12

tidak sesuai dengan realisasi atas pekerjaan yang dilakukan, akibatnya timbul

perilaku disfungsional yang menyebabkan rendahnya

kualitas audit. Dalam time budget pressure, terdapat suatu kecenderungan untuk

melakukan tindakan seperti mengurangi prosedur audit yang dibutuhkan,

mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit yang pada

akhirnya dapat menurunkan kualitas audit.

Time budget pressure merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja

auditor. Bagi auditor, tekanan waktu merupakan suatu kondisi yang tidak dapat

dihindari dalam menghadapi pemeriksaan. Auditor harus mampu untuk

mengalokasikan waktu secara tepat dalam menentukan besar kos audit. Kos audit

yang semakin besar disebabkan karena alokasi waktu yang terlalu lama. Hal ini

dapat menimbulkan kemungkinan ketidak efektifan pelaksanaan dan penerbitan

laporan audit.

Time budget pressure merupakan gambaran normal dan sistem

pengendalian auditor. Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat

secara konsisten berhubungan dengan perilaku disfungsional. Time budget

pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan

efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan

waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003).

2.7 Komitmen Organisasi

Komitmen organisasi merupakan sifat hubungan antara individu dengan

organisasi kerja dimana individu mempunyai keyakinan diri terhadap nilai-nilai

dan tujuan organisasi kerja, adanya kerelaan untuk menggunakan usahanya secara

13

sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi kerja serta mempunyai keinginan

yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi. Sumber daya manusia

dalam suatu organisasi merupakan penentu yang sangat penting bagi keefektifan

kegiatan dalam sebuah organisasi. Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam

pekerjaan dapat ditentukan dari tingkat kompetensi, profesionalisme dan juga

komitmennya terhadap bidang pekerjaan yang ditekuninya (Amilin dan Dewi,

2008:13). Komitmen organisasi pada dasarnya merupakan peristiwa dimana

individu sangat tertarik pada tujuan, nilai-nilai dan sasaran organisasi tempat

mereka bekerja. Komitmen organisasi menunjukkan komitmen sebuah institusi

dan tujuan suatu organisasi (Riveros, 2011:329). Schein (1980) dalam Liu dkk

(2006: 66) percaya bahwa faktor yang paling penting dalam menentukan motivasi

individu adalah psikologis. Faktor psikologis digambarkan sebagai serangkaian

harapan antara karyawan dan beberapa implisit dari komponen organisasi, seperti

gaji, martabat dan peluang. Organisasi nantinya akan menuntut loyalitas dan

komitmen karyawan sebagai imbalannya.

Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi akan

menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam

organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat aktif karena merasa sebagai bagian dari

organisasi. Oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat tumbuh berkembang,

diperlukan adanya komitmen yang kuat yang terbentuk dari hubungan baik antara

organisasi dan masing-masing anggota organisasi. Cohen dkk (2001) dalam

Restuningsih (2009: 251) mengemukakan bahwa komitmen dan kepuasan kerja

juga dapat mempengaruhi tingkat absen dan tingkat produktivitas seseorang.

14

Tipe komitmen menurut pendapat Meyer dan Allen (1997), yaitu:

1) Komitmen yang berpengaruh (affective commitment) meliputi keadaan

emosional dari karyawan untuk menggabungkan diri, menyesuaikan diri

dan berbaur langsung dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang

menjadi anggota organisasi karena ia menginginkannya (want to).

2) Komitmen berkelanjutan (continuance commitment) meliputi komitmen

yang didasarkan pada penghargaan yang diharapkan karyawan untuk dapat

tetap berada dalam organisasi. Dengan kata lain seseorang menjadi

anggota organisasi karena ia merasa membutuhkannya (need to).

3) Komitmen normatif (normative commitment) meliputi perasaan karyawan

terhadap kewajiban untuk tetap tinggal dalam organisasi. Seseorang

menjadi anggota organisasi karena ia merasa harus melakukan sesuatu

(ought to do).

15

BAB III

KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Berpikir

De Angelo dalam Simanjuntak (2008) mendefinisikan kualitas audit

sebagai gabungan probabilitas seorang auditor untuk dapat menemukan dan

melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien. Deis and

Groux (1992) menjelaskan bahwa probabilitas untuk menemukan pelanggaran

tergantung pada kemampuan teknis auditor dan probabilitas melaporkan

pelanggaran tergantung pada independensi auditor.

Banyaknya kasus korupsi yang terjadi belakangan ini yang berkaitan

dengan berbagai macam trik-trik rekayasa, untuk itu auditor diharapkan mampu

dalam mendeteksi trik rekayasa laporan keuangan tersebut. Jadi yang menjadi inti

permasalahannya adalah kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor dalam bentuk

laporan audit (audit report).

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang

akan diteliti, kemudian membangun hipotesis berdasarkan teori yang melandasi

dan penelitian sebelumnya. Setelah itu akan dilakukan pengujian hipotesis

terhadap data-data yang telah dikumpulkan dengan teknik analisis regresi

moderasi. Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh, yang

kemudian akan menemukan keterbatasan dan saran yang bisa digunakan sebagai

dasar pertimbangan bagi penelitian selajutnya. Kerangka konseptual dari

penelitian ini yang dipergunakan pada Gambar 3.1.

16

Gambar 3.1

Kerangka Berpikir

Kemampuan Komitmen Organisasi Memoderasi Pengaruh Independensi,

Due Professional Care, Time Budget Pressure pada Kualitas Audit

Kajian Teoritis

1. Teori Agensi

2. Pendekatan Kontijensi

3. Kualitas Audit

4. Independensi

5. Due Professional

Care

6. Time Budget Pressure

7. Komitmen Organisasi

Kajian Empiris

Penelitian terdahulu:

1. Jurnal Asing: Carcello and McGrath (1992),

De Angelo (1981), Deis and Gary (1992),

Samelson and Johnson (2006), Salomon and

Vickrey (1986)

2. Jurnal Nasional: Riharna, dkk (2013), Norma,

dkk (2012), Dyah (2012), Sukriah, dkk (2010),

Wiwit (2014), Lubis (2009), Ardini (2010),

Aprianti (2010), Ratih, dkk (2013), Putri

Arsika (2013).

Hipotesis

H1 : Indepedensi berpengaruh positif pada kualitas audit

H2 : Due Professional Care berpengaruh positif pada kualitas audit

H3 : Time Budget Pressure berpengaruh negatif pada kualitas audit

H4 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Independensi pada kualitas

audit

H5 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Due Professional Care pada

kualitas audit

H6 : Komitmen Organisasi memperkuat pengaruh Time Budget Pressure pada

kualitas audit

Pengujian Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi moderasi

Pembahasan

hasil

Kesimpulan dan Saran

17

3.2 Konsep

Berdasarkan uraian yang dimulai dari latar belakang hingga penelitian

terdahulu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang

mempengaruhi kualitas audit. Penelitian ini merupakan penelitian untuk menguji

pengaruh independensi, due professional care, time budget pressure pada kualitas

audit dengan komitmen organisasi sebagai pemoderasi. Adapun konsep dari

penelitian ini yang dipergunakan dalam Gambar 3.2 sebagai berikut:

H1 H4 H5 H6

H2

H3

Gambar 3.2

Konsep Penelitian

3.3 Hipotesis

3.3.1 Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit

Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena auditor

melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak dibenarkan

memihak kepada kepentingan siapapun. Karena pentingnya independensi dalam

menghasilkan kualitas audit, maka auditor harus memiliki dan mempertahankan

sikap ini dalam menjalankan tugas profesionalnya.

Independensi

(X1)

Due Professional

Care (X2)

Time Budget

Pressure (X3)

Komitmen

Organisasi (X4)

Kualitas Audit

(Y)

18

Independensi merupakan suatu standar auditing yang sangat penting untuk

dimiliki oleh auditor. Auditor harus dapat mempertahankan sikap mental

independen karena opini yang dikeluarkannya bertujuan untuk menambah

kredibilitas laporan keuangan yang disajikan manajemen, sehingga jika auditor

tersebut tidak independen maka kualitas audit yang dihasilkan tidak baik. Kasidi

(2007:28) dalam tesisnya mengemukakan alasan bahwa jika auditor terlihat tidak

independen, maka pengguna laporan keuangan semakin tidak percaya atas laporan

keuangan yang dihasilkan auditor dan opini auditor tentang laporan keuangan

perusahaan yang diperiksa menjadi tidak ada nilainya.

Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Harhinto (2004) dan Alim, dkk.

(2007) menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit yang dilaporkan oleh auditor kepada klien. Hal ini dikuatkan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ardini (2010) dan Aprianti (2010) yang

menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit yang dihasilkan oleh auditor atas audit laporan keuangan klien.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di

bawah ini.

H1: Independensi berpengaruh positif pada kualitas audit

3.3.2 Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit

Due professional care memiliki arti kemahiran profesional yang cermat

dan seksama. Menurut PSA No. 4 SPAP (2001), kecermatan dan keseksamaan

dalam penggunaan kemahiran profesional menuntut auditor untuk melaksanakan

skeptisme profesional, yaitu suatu sikap auditor yang berpikir kritis terhadap bukti

19

audit dengan selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi terhadap bukti audit

tersebut. Auditor yang gagal dalam menggunakan atau menerapkan sikap skeptik

maka akan menghasilkan opini audit yang tidak berdaya guna dan tidak memiliki

kualitas audit yang baik (Mansur, 2007).

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama

memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan

keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan

maupun kecurangan. Auditor yang cermat dan seksama akan dapat menghasilkan

audit yang berkualitas.

Rahman (2009) dan Aprianti (2010) menguji due professional care

terhadap kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa due professional

care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Kemahiran profesional dan

keyakinan yang memadai atas bukti-bukti yang ditemukan akan sangat membantu

auditor dalam menentukan scope dan metodologi yang akan digunakan dalam

melaksanakan pekerjaan audit.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di

bawah ini.

H2: Due professional care berpengaruh positif pada kualitas audit

3.3.3 Pengaruh Time Budget Pressure pada Kualitas Audit

Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut

untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau

terdapat pembahasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno,

20

2003). Tekanan yang dihasilkan oleh anggaran waktu yang ketat secara konsisten

berhubungan dengan perilaku disfungsional.

Time budget pressure digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi auditor

dalam menyelesaikan pekerjaan auditnya. Ketepatan waktu dalam menyelesaikan

tugas audit merupakan komponen penting dalam penilaian kinerja auditor. Hal ini

yang kemudian menimbulkan tekanan bagi auditor untuk menyelesaikan

pekerjaannya sesuai waktu yang telah dianggarkan. Tekanan inilah yang

memungkinkan auditor mengurangi kepatuhannya dalam mengikuti dan

menjalankan prosedur audit. Tekanan anggaran waktu secara konsisten

berhubungan dengan perilaku disfungsional, dimana merupakan ancaman

langsung dan serius terhadap kualitas audit karena tekanan anggaran waktu

merupakan keadaan di mana auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap

anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu dalam

anggaran yang sangat ketat dan kaku.

Pengujian mengenai pengaruh kompleksitas audit, tekanan anggaran

waktu, dan pengalaman terhadap kualitas audit dengan variabel moderasi

pemahaman terhadap sistem informasi, dilakukan oleh Andini (2010). Hasil

penelitian menunjukkan bahwa kompleksitas audit, tekanan anggaran waktu, dan

pengalaman berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Adanya

tekanan anggaran waktu yang dikelola secara professional dapat meningkatkan

kualitas pekerjaan sesuai dengan perilaku Resiliensi (Jakson, 2002) kemampuan

individu untuk dapat beradaptasi dengan baik meskipun dihadapkan dengan

keadaan yang sulit.

21

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di

bawah ini.

H3: Time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit

3.3.4 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Independensi pada

Kualitas Audit

Menurut Arfan dan Ishak (2005:35), komitmen organisasi merupakan

tingkat sejauh mana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu

dan tujuan-tujuannya serta niat untuk mempertahankan keanggotaannya dalam

organisasi itu. Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki

ikatan emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan

menerima nilai yang ada serta tekad dari dalam diri untuk mengabdi pada

organisasi.

Seseorang yang memiliki komitmen terhadap organisasi akan

menunjukkan kesediaan untuk mempertahankan keanggotaannya dalam

organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat aktif karena merasa sebagai bagian dari

organisasi. Oleh karena itu agar sebuah organisasi dapat tumbuh berkembang,

diperlukan adanya komitmen yang kuat yang terbentuk dari hubungan baik antara

organisasi dan masing-masing anggota organisasi. Komitmen organisasi yang

kuat di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai

tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada independensi dan dapat

meningkatkan kualitas kerja secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila anggota

organisasi memiliki komitmen organisasi yang rendah, maka dapat pula

22

mempengaruhi independensi dan kualitas kerja sehingga dapat menurunkan

kinerja manajerial.

Penelitian yang dilakukan oleh Teguh Harhinto (2004) dan Alim, dkk.

(2007) menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit yang dilaporkan oleh auditor kepada klien. Hal ini dikuatkan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Ardini (2010) dan Aprianti (2010) yang

menunjukkan hasil bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas

audit yang dihasilkan oleh auditor atas audit laporan keuangan klien.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di

bawah ini.

H4: Komitmen organisasi memperkuat pengaruh independensi pada kualitas

audit

3.3.5 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Due Professional Care

pada Kualitas Audit

Davis dan Olesen (1963) dalam Kalbers dan Forgaty (1995)

mengungkapkan untuk membangun komitmen pada profesi sering diharapkan

pada tendensi profesionalisme. Kalbers dan Forgaty (1995) mengemukakan

adanya kesesuaian hubungan antara tingkat profesionalisme dengan komitmen

organisasi. Penelitian tentang hubungan antara profesionalisme dengan komitmen

telah dilakukan oleh Kalbers dan Forgaty (1995) serta Rahmawati (1997) yang

mengungkapkan dedikasi berpengaruh positif terhadap effective commitment. Hal

ini menunjukkan bahwa adanya komitmen yang bersifat efektif akan dapat

meningkatkan tingkat profesionalisme para anggota organisasi.

23

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama seiring

dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor sehingga memungkinkan

auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas

dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun

kecurangan. Auditor yang cermat dan seksama akan dapat menghasilkan audit

yang berkualitas.

Penelitian yang dilaksanakan oleh Rahman (2009) dan Aprianti (2010)

menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh signifikan terhadap

kualitas audit. Kemahiran profesional dan keyakinan yang memadai atas bukti-

bukti yang ditemukan akan sangat membantu auditor dalam melaksanakan

pekerjaan audit.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di

bawah ini.

H5: Komitmen organisasi memperkuat pengaruh due professional care pada

kualitas audit

3.3.6 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Time Budget Pressure

pada Kualitas Audit

Tekanan anggaran waktu secara konsisten berhubungan dengan perilaku

disfungsional, dimana merupakan ancaman langsung dan serius terhadap kualitas

audit karena tekanan anggaran waktu merupakan keadaan di mana auditor dituntut

untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau

terdapat pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku.

24

Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan

individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada

kualitas kerja yang dilakukan auditor secara keseluruhan. Adanya penggunaan

anggaran waktu bagi auditor yang disusun dengan cermat dan seksama seiring

dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor memungkinkan auditor

untuk dapat menghasilkan audit yang berkualitas.

Penelitian (Prasito dan Priyo, 2007) menunjukkan hasil bahwa tekanan

anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap kualitas audit. Demikian juga

penelitian (Ratih, 2013) menunjukkan bahwa time budget pressure berpengaruh

secara negatif dan signifikan pada kualitas audit. Hal ini menunjukkan bahwa

tekanan anggaran waktu membuat auditor cenderung melakukan tindakan yang

menyebabkan penurunan kualitas audit.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan hipotesis, seperti di

bawah ini.

H6: Komitmen organisasi memperkuat pengaruh time budget pressure pada

kualitas audit

25

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Sebelumnya telah dijelaskan mengenai latar belakang, rumusan masalah,

tujuan, manfaat, kajian pustaka, serta hipotesis penelitian. Tahap berikutnya

adalah mempersiapkan rancangan penelitian. Rancangan penelitian menjelaskan

rencana dan struktur riset yang mengarahkan proses dari hasil penelitian sedapat

mungkin menjadi valid, objektif, efektif, dan efisien.

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. Variabel

independen dalam penelitian ini adalah independensi, due professional care, time

budget pressure dengan variabel moderasi komitmen organisasi. Variabel-variabel

tersebut diperoleh melalui kajian teoritis maupun empiris dari penelitian-

penelitian sebelumnya, dan berdasarkan atas kajian tersebut diperoleh rumusan

masalah serta hipotesis penelitian.

Sebelum melakukan pengujian data secara statistik, sampel penelitian,

jenis data, dan sumber data harus ditentukan terlebih dahulu. Data penelitian

didapatkan melalui kuesioner yang diedarkan kepada para responden. Kemudian,

hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi moderasi untuk menguji H1,

H2, H3, H4, H5, H6. Setelah diperoleh hasil penelitian, maka hasil tersebut

diinterpretasikan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini sehingga

dapat diperoleh suatu kesimpulan penelitian. Skema penelitian pada Gambar 4.1:

26

Gambar 4.1

Rancangan Penelitian

Masalah Penelitian

Hipotesis Penelitian

Variabel Penelitian

Instrumen Penelitian: kuesioner

Desain sampel

- Populasi

- Sampel

- Responden

Teknik pengumpulan data: metode survei (kuesioner)

Teknik pengambilan sampel: teknik purposive sampling.

Pengolahan data dan analisis

Pembahasan dan interpretasi hasil analisis data

Simpulan dan saran

27

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan pada Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali, yang merupakan instansi

pemerintah yang menyelenggarakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung

jawab keuangan Negara. Penelitian ini akan menguji pengaruh independensi, due

professional care, time budget presure pada kualitas audit dengan moderasi

komitmen organisasi. Waktu penelitian adalah bulan Juni sampai dengan Juli 2015.

4.3 Penentuan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, data yang

diperoleh secara langsung dari sumbernya, diambil dan dicatat pertama kali.

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik kuesioner dengan cara

mengedarkan daftar pertanyaan yang akan diisi oleh responden untuk memperoleh

data tersebut. Kuesioner yang telah disiapkan dikirimkan secara langsung kepada

responden. Sedangkan kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang kembali dan

telah diisi secara lengkap oleh responden.

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas sekelompok orang,

kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Sugiyono,

2010:115). Populasi juga merupakan keseluruhan kumpulan elemen-elemen

berkaitan dengan apa yang peneliti harapkan dalam mengambil beberapa

kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh auditor (fungsional auditor)

yang bekerja pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali sebanyak 98 orang (data per

tanggal 30 Juni 2015).

28

4.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive

sampling. Purposive sampling adalah penyampelan dengan kriteria berupa suatu

pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2010:116). Kriteria pengambilan sampel yang

digunakan adalah auditor yang telah bekerja lebih dari atau sama dengan 1 tahun

pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali pada tahun 2015 dijadikan sebagai sampel pada

penelitian ini.

4.4 Variabel Penelitian

4.4.1 Identifikasi Variabel

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Variabel dependen (Y) yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010:59). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah kualitas audit (Y).

2) Variabel independen (X) yaitu jenis variabel yang dipandang sebagai

penyebab munculnya variabel dependen yang diduga sebagai akibatnya

(Sugiyono, 2010:59). Variabel independen dalam penelitian yang terdiri dari

tiga bagian yaitu independensi (X1), due professional care (X2), dan time

budget pressure (X3).

3) Variabel moderating (X) merupakan variabel yang dapat mempengaruhi

variabel dependen yang tidak dapat dipengaruhi oleh variabel independen.

Variabel moderating dalam penelitian ini adalah komitmen organisasi (X4).

29

4.4.2 Definisi Operasional Variabel

Berikut adalah penjelasan mengenai definisi operasional variabel yang

digunakan dalam penelitian ini:

1) Kualitas Audit (Y)

Kualitas audit merupakan suatu bentuk pelaporan tentang kelemahan

pengendalian intern dan kepatuhan terhadap ketentuan, tanggapan dari

pejabat yang bertanggung jawab, pendistribusian laporan hasil pemeriksaan,

dan tindak lanjut dari rekomendasi auditor sesuai dengan peraturan

perundang-undangan atau standar yang telah ditetapkan. Pengukuran

kualitas audit dalam penelitian ini menggunakan instrumen yang

dikembangkan oleh Sukriah (2009), yaitu: 1) penetapan sasaran, ruang

lingkup dan metodelogi pemeriksaan, 2) selalu mengacu pada kode etik dan

standar pemeriksaan, 3) penerapan teknik-teknik audit, 4) perolehan bukti

kompeten sesuai prosedur audit, 5) mendiskusikan setiap permasalahan

dengan atasan, 6) audit field sesuai standar dan sistem pengendalian mutu, 7)

temuan audit selalu didiskusikan dengan klien dan 8) laporan atas tindakan

perbaikan oleh auditan. Pada variabel ini digunakan 8 item pertanyaan yang

diukur dengan 5 poin Skala Likert.

2) Independensi (X1)

Independensi didefinisikan sebagai sikap mental yang bebas dari pengaruh,

tidak dikendalikan oleh orang lain, dan tidak tergantung pada orang lain.

Independensi juga dapat diartikan sebagai kejujuran auditor dalam

mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan obyektif tidak memihak

30

dalam memutuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002).

Pengukuran variabel independensi menggunakan pertanyaan yang menjadi

indikator variabel yang dikembangkan oleh Mautz dan Sharaf (1980), yaitu:

1) auditor yang bebas dari intervensi, 2) bersikap netral dan tidak bias, 3)

menghindari konflik kepentingan, 4) tidak memiliki hubungan dekat dengan

auditan, 5) melaporkan pada pimpinan jika indepedensi terganggu, dan 6)

pimpinan mengganti auditor yang tidak independen. Variabel ini

menggunakan 6 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert.

3) Due Professional Care (X2)

Due professional care didefinisikan sebagai kecermatan dan keseksamaan

dalam penggunaan kemahiran profesional yang menuntut auditor untuk

melaksanakan skeptisme profesional (Singgih, 2010). Pengukuran variable

due professional care menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator

variabel yang dikembangkan oleh Mansur (2007), yaitu: 1) bekerja dengan

cermat dan terampil, 2) bersikap teguh dan energik, 3) adanya kemampuan

teknik audit, 4) bersifat mewaspadai kecurangan dan ketidakefektifan, dan 5)

mewaspadai risiko audit. Variabel ini menggunakan 6 item pertanyaan yang

diukur dengan 5 poin Skala Likert.

4) Time Budget Pressure (X3)

Time budget pressure didefinisikan sebagai suatu keadaan yang

menunjukkan auditor dituntut untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran

waktu yang telah disusun atau terdapat pembatasan waktu anggaran yang

sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003). Pengukuran variable time budget

31

pressure menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator variabel yang

dikembangkan oleh Sososutikno ( 2003 ) dan Prasita dan Adi (2007), yaitu:

1) keterbatasan waktu dalam penugasan, 2) penyelesaian tugas dengan

waktu yang sudah ditentukan, 3) pemenuhan target waktu selama penugasan,

4) fokus tugas dengan keterbatasan waktu, 5) pengkomunikasian anggaran

waktu, 6) efisiensi dalam proses audit, 7) penilaian kinerja dari atasan, dan

8) anggaran waktu merupakan keputusan mutlak dari atasan. Variabel ini

menggunakan 8 item pertanyaan yang diukur dengan 5 poin Skala Likert.

5) Komitmen organisasi

Komitmen organisasi merupakan sifat hubungan antara individu dengan

organisasi kerja, dimana individu mempunyai keyakinan diri terhadap nilai-

nilai dan tujuan organisasi kerja, adanya kerelaan untuk menggunakan

usahanya secara sungguh-sungguh demi kepentingan organisasi kerja serta

mempunyai keinginan yang kuat untuk tetap menjadi bagian dari organisasi

kerja (Kuntjoro, 2009). Dalam mengukur variabel komitmen organisasi

menggunakan pertanyaan yang menjadi indikator variabel yang

dikembangkan oleh Trisnaningsih (2007) yaitu: 1) rasa ikut memiliki

organisasi, 2) keterikatan secara emosional, 3) berartinya organisasi dalam

diri, 4) merasa menjadi bagian dari organisasi, 5) masalah organisasi seperti

masalah sendiri, 6) sulit terikat dengan organisasi lain, 7) berusaha secara

optimal buat organisasi, 8) komitmen terhadap organisasi, 9) loyalitas

terhadap organisasi, dan 10) tidak pernah meninggalkan dan keluar dari

32

organisasi. Variabel ini menggunakan 12 item pertanyaan yang diukur

dengan 5 poin Skala Likert.

4.5 Instrumen Penelitian

4.5.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survei dengan teknik kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan

data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan

diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Sugiyono, 2010: 199).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner (lampiran 2).

4.5.2 Uji Instrumen Penelitian

Mengingat adanya pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner, maka

kesungguhan responden dalam menjawab merupakan suatu hal yang penting.

Keabsahan suatu hasil penelitian ditentukan oleh alat pengukur instrumen yang

digunakan dalam data yang diperoleh. Berdasarkan pertimbangan tersebut, teknik

analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diawali dengan pengujian

instrumen yaitu dengan menguji validitas dan reliabilitas.

4.5.2.1 Uji Validitas

Uji validitas bertujuan untuk menguji seberapa baik instrumen penelitian

mengukur konsep yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2010:172). Pengujian validitas

dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antara skor masing-masing butir

pertanyaan dengan total skor (analisis pearson correlation). Syarat minimum suatu

33

kuesioner untuk memenuhi validitas adalah jika r bernilai minimal 0,3. Nilai korelasi

antar skor item dengan total item kemudian dibandingkan dengan r kritis (0,30). Jika

korelasi terhadap item skor total lebih besar dari kritis (0,30) maka instrumen

penelitian tersebut dikatakan valid.

4.5.2.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas memperlihatkan konsistensi suatu alat ukur dalam mengukur

subjek yang sama. Apabila hasil pengukuran memperlihatkan hasil yang relatif sama

terhadap subjek yang sama selama beberapa kali maka alat ukur tersebut reliabel

(Sugiyono, 2010:173). Suatu variabel dianggap reliabel apabila nilai cronbach’s

alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2009:46).

4.5.2.3 Method of Succesive Interval (MSI)

Data dalam penelitian diperoleh dari jawaban kuesioner dalam bentuk sekala

Likert, maka diperoleh data ordinal yang bersifat nonparametrik. Dalam penelitian

ini menggunakan analisis regresi, maka data tersebut harus dirubah dalam bentuk

parametrik. Untuk mengubah data ordinal menjadi data interval menggunakan

Method of Succesive Interval (MSI) (Suwarno, 2007:30). Intervalisasi data akan

menghasilkan nilai skala yang disebut skala interval, yang nantinya digunakan dalam

perhitungan regresi.

4.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan, yaitu:

1) Studi kepustakaan dilakukan untuk mengumpulkan teori dan bahan yang

menjadi sumber acuan untuk melakukan penelitian. Studi kepustakaan

dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari, dan membaca buku,

34

jurnal ilmiah, artikel, tesis, dan disertasi yang berkaitan dengan judul

penelitian ini.

2) Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengedarkan daftar pertanyaan

berupa kuesioner yang akan diisi oleh responden.

3) Menentukan sampel penelitian dengan menggunakan teknik purposive

sampling.

4) Melakukan uji instrument penelitian berupa uji validitas dan uji reliabilitas

dan Method of Succesive Interval (MSI).

5) Melakukan uji asumsi klasik, analisis regresi untuk H1, H2, H3, H4, H5, dan

H6.

6) Menginterpretasikan dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis

regresi yang dilakukan.

4.7 Analisis Data

4.7.1 Uji Asumsi Klasik

Model regresi dikatakan baik apabila model tersebut bebas dari asumsi klasik,

baik multikolinearitas, autokorelasi, normalitas, dan heteroskedastisitas. Pada

penelitian ini, uji asumsi klasik yang digunakan adalah normalitas, multikolinearitas,

dan heteroskedastisitas. Uji autokorelasi tidak dilakukan karena data yang digunakan

tidak berbentuk deret waktu (time series).

4.7.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel

terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model

regresi yang baik adalah memiliki distribusi normal atau mendekati normal.

35

Penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi terpenuhi

atau tidaknya uji normalitas dengan ketentuan bila signifikansi tiap variabel lebih

besar dari 0,05 maka berdistribusi normal, sedangkan bila signifikansi tiap variabel

lebih kecil dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2009: 32).

4.7.1.2 Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Dengan kata lain, tidak terjadi

multikolinearitas. Model regresi yang bebas dari multikolinearitas adalah yang

memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) tidak lebih dari 10 dan mempunyai

angka tolerance tidak kurang dari 10% (Ghozali, 2009: 96).

4.7.1.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya

heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Metode ini dilakukan dengan

meregresikan nilai absolute ei dengan variabel bebas. Jika tidak ada satupun variabel

bebas yang berpengaruh signifikan terhadap variabel terkait (nilai absolute ei), maka

tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2009: 125).

4.7.2 Analisis Regresi

Suliyanto (2011:53-54) berpendapat bahwa teknik analisis regresi digunakan

untuk mengetahui ketergantungan suatu variabel terikat terhadap satu atau lebih

variabel bebas dengan atau tanpa variabel moderator. Analisis ini juga dapat

36

menduga besar arah dari hubungan tersebut serta mengukur derajat keeratan

hubungan antara satu variabel terikat dengan satu atau lebih variabel bebas. Teknik

analisis data dinyatakan dalam bentuk persamaan regresi yang digunakan untuk

menguji H1, H2, H3, H4, H5, dan H6 dengan rumus sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X1X4 + β6X2X4 + β7X3X4 + e.............(1)

Notasi:

Y = Kualitas Audit

α = Konstanta

X1 = Independensi

X2 = Due professional care

X3 = Time budget pressure

X4 = Komitmen organisasi

β1-7 = Koefisien regresi

X1X4 = Interaksi antara independensi dengan komitmen organisasi

X2X4 = Interaksi antara due professional care dengan komitmen organisasi

X3X4 = Interaksi antara time budget pressure dengan komitmen organisasi

e = error term

Berdasarkan analisis regresi diamati Goodness of Fit (uji kecocokan) dengan

melihat koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (Uji F), dan uji hipotesis

(Uji t). Adapun penjelasannya sebagai berikut.

4.7.2.1 Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model

dalam menerangkan variasi variabel dependen (Utama, 2009:70). Nilai koefisien

determinasi adalah di antara nol dan satu. Nilai R2

yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen (Ghozali, 2009:87).

37

4.7.2.2 Uji Kelayakan Model (Uji F)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh secara simultan variabel

bebas terhadap variabel terikatnya, dimana jika variabel bebas memiliki pengaruh

secara simultan terhadap variabel terikat maka model persamaan regresi masuk

dalam kriteria cocok atau fit (Suliyanto, 2011:55). Pengujian ini dapat dilakukan

dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan dengan program SPSS, yaitu

dengan membandingkan tingkat signifikansi. Apabila tingkat signifikansi

F < α = 0,05 maka H1 diterima. Sebaliknya F > α = 0,05 maka H1 ditolak (Suliyanto,

2011:67).

4.7.2.3 Uji Hipotesis (Uji t)

Uji hipotesis menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen

secara parsial dalam menerangkan variasi variabel dependen (Utama, 2009:71).

Pengujian ini dapat dilakukan dengan melihat pada hasil regresi yang dilakukan

dengan program SPSS, yaitu dengan membandingkan tingkat signifikansi masing-

masing variabel bebas dengan α = 0,05. Apabila tingkat signifikansi t < 0,05 maka

H1 diterima dan H0 ditolak. Sebaliknya bila tingkat signifikansi t > 0,05 maka H1

ditolak dan H0 diterima (Suliyanto, 2011:67).

38

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

5.1.1 Deskripsi Responden

Responden pada penelitian ini adalah auditor yang telah bekerja lebih dari

atau sama dengan 1 tahun pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Responden

penelitian ini sebanyak 98 orang. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik

purposive sampling. Penyebaran kuesioner dilakukan pada bulan Juni sampai dengan

Juli 2015. Adapun rincian mengenai jumlah populasi dan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Jumlah Populasi dan Sampel

Keterangan Jumlah

Populasi 98

Masa kerja kurang dari 1 th 24

Sampel 74

Sumber: Data primer diolah, 2015

Tabel 5.1 menunjukkan bahwa terdapat 98 auditor BPKP Perwakilan Provinsi

Bali sebagai populasi. Terdapat 24 auditor yang masa kerja kurang dari 1 tahun

sesuai dengan teknik purposive sampling, sehingga terdapat 74 auditor yang

digunakan sebagai sampel.

Kuesioner yang telah disiapkan dikirimkan secara langsung kepada

responden. Kuesioner yang nantinya digunakan adalah kuesioner yang kembali dan

telah diisi secara lengkap oleh responden. Adapun rincian mengenai pengiriman dan

pengembalian kuesioner pada penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5.2.

39

Tabel 5.2 Rincian Pengiriman dan Pengembalian Kuesioner

Keterangan Jumlah

Kuesioner yang disebarkan 74

Kuesioner yang tidak kembali 28

Kuesioner yang dikembalikan dan digunakan 46

Tingkat pengembalian dan digunakan (usable response rate):

46/74 x 100% = 62,16%

Sumber: Data primer diolah, 2015

Tabel 5.2 menunjukkan bahwa terdapat 74 kuesioner yang disebarkan kepada

auditor BPKP Perwakilan Provinsi Bali, namun terdapat 28 kuesioner yang tidak

kembali karena adanya beberapa auditor yang sedang melakukan pemeriksaan

lapangan di luar daerah. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini sejumlah 46

kuesioner. Penelitian ini layak untuk dilanjutkan karena berdasarkan central limit

theorem menyatakan bahwa jumlah minimal sampel untuk dapat dianggap mencapai

kurva normal yaitu dengan jumlah sampel atau responden minimum 30 (Sugiyono,

2010:129).

5.1.2 Karakteristik Responden

Data karakteristik responden merupakan data responden yang dikumpulkan

untuk mengetahui profil responden penelitian. Karakteristik responden dalam

penelitian ini meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pelatihan audit, dan

masa kerja. Karakteristik tersebut diperoleh melalui data yang telah didapatkan dari

kuesioner seperti dijelaskan dalam Tabel 5.3 sebagai berikut.

40

Tabel 5.3 Karakteristik Responden

No Keterangan Jumlah Persentase

1. Jenis Kelamin

Perempuan

Laki-laki

Total

20

26

46

43,48

56,52

100

2. Usia

≤ 30 Tahun

31-40 Tahun

41-50 Tahun

Total

9

26

11

46

19,57

56,52

23,91

100

3. Tingkat Pendidikan

Terakhir

D3

S1

Total

16

30

46

34,78

65,22

100

4. Pelatihan Audit

Pernah mengikuti

Tidak pernah mengikuti

Total

46

0

46

100

0

100

5.

Masa Kerja

1-3 Tahun

> 3-5 Tahun

> 5 Tahun

Total

8

14

24

46

17,39

30,43

52,18

100

Sumber: Data primer diolah, 2015

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat dilihat bahwa responden dalam penelitian ini

sebagian besar terdiri atas auditor yang berusia antara 31-40 tahun yaitu sebanyak

56,52%. Pada umumnya tingkat pendidikan terakhir responden adalah S1 yaitu

sebanyak 65,22%. Seluruh auditor pernah mengikuti pelatihan audit dan mayoritas

dari mereka memiliki masa kerja selama lebih dari 5 tahun yaitu sebanyak 52,18%.

41

5.1.3 Hasil Analisis Data

5.1.3.1 Deskripsi Variabel Penelitian

1) Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif dalam penelitian ini memberikan informasi mengenai

karakteristik variabel penelitian yaitu nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean),

dan standar deviasi. Nilai minimum menunjukkan nilai terkecil atau terendah pada

suatu gugus data. Nilai maksimum menunjukkan nilai terbesar atau tertinggi pada

suatu gugus data sedangkan rata-rata (mean) merupakan cara yang paling umum

digunakan untuk mengukur nilai sentral dari suatu distribusi data yang diteliti.

Standar deviasi adalah ukuran yang menunjukkan standar penyimpangan data

observasi terhadap rata-rata datanya (Ghozali, 2009:19). Statistik deskriptif dalam

penelitian ini menggunakan data interval ditunjukkan pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4 Statistik Deskriptif

Variabel Minimum Maksimum Rata-Rata Standar

Deviasi

Independensi (X1) 2,12 3,88 2,97 0,61

Due Professional Care (X2) 1,54 3,75 2,64 0,69

Time Budget Pressure (X3) 1,22 4,69 2,99 0,62

Komitmen Organisasi (X4) 1,60 4,66 2,95 0,67

Kualitas Audit (Y) 1,59 3,38 2,46 0,62

IDP x KO (X1X4) 4,19 18,07 8,95 3,47

DPC x KO (X2X4) 4,15 17,48 7,91 3,31

TBP x KO (X3X4) 4,03 18,95 8,76 2,65

Sumber: Lampiran 4 (data diolah), 2015

Tabel 5.4 menunjukkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan

standar deviasi dari keseluruhan variabel penelitian. Variabel independensi memiliki

nilai minimum sebesar 2,12 merupakan nilai terbesar dari seluruh nilai minimum

variabel. Hal ini dapat menunjukkan bahwa nilai minimum independensi pada gugus

42

data memiliki nilai yang paling besar sehingga cenderung dapat mempengaruhi

variabel dependen. Variabel time budget pressure memliki nilai maksimum dan nilai

rata-rata paling besar pada gugus data yaitu masing-masing sebesar 4,69 dan 2,99.

Hal ini dapat menunjukka bahwa nilai maksimum dan nilai rata-rata variabel time

budget pressure memiliki nilai data yang paling besar sehingga cenderung dapat

mempengaruhi variabel dependen. Nilai rata-rata independensi sebesar 2,97 lebih

besar dari nilai standar deviasinya sebesar 0,61 yang menunjukkan bahwa

pendistribusian data pada independensi sudah baik.

5.1.3.2 Hasil Uji Instrumen Penelitian

1) Uji Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengetahui bahwa pernyataan-

pernyataan dalam kuesioner tersebut valid atau tidak. Valid berarti instrumen

tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur

(Sugiyono, 2010:172). Uji validitas dilakukan dengan bantuan program

Statistical Package for Social Science (SPSS). Suatu instrumen dikatakan valid

jika r ≥ 0,30 (Sugiyono, 2010:178). Berdasarkan hasil uji validitas dapat dilihat

bahwa nilai koefisien korelasinya lebih dari 0,30 sehingga dapat dinyatakan

bahwa seluruh pernyataan dalam kuesioner tersebut valid sehingga layak

digunakan dalam penelitian. Hasil uji validitas pada penelitian ini dapat dilihat

pada Lampiran 5.

2) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur apakah instrumen yang digunakan

beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasikan data yang sama

(Sugiyono, 2010:173). Pengujian dilakukan dengan bantuan program Statistical

43

Package for Social Science (SPSS). Suatu variabel dianggap reliabel apabila nilai

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60 (Nunnally, 1960 dalam Ghozali, 2009:46).

Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5 Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha Keterangan

Independensi (X1) 0,814 Reliabel

Due Professional Care (X2) 0,918 Reliabel

Time Budget Pressure (X3) 0,826 Reliabel

Komitmen Organisasi (X4) 0,930 Reliabel

Kualitas Audit (Y) 0,893 Reliabel

Sumber: Lampiran 6 (data diolah), 2015

Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai nilai

Cronbach’s Alpha yang lebih besar dari 0,6. Jadi berdasarkan data yang tersaji pada

tabel 5.5, dapat dinyatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

reliabel.

5.1.3.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Model persamaan regresi harus melalui uji Asumsi Klasik. Adapun uji

Asumsi Klasik yang dilakukan pada penelitian kali ini yaitu uji Normalitas, uji

Multikolinearitas dan uji Heteroskedastisitas.

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji variabel terikat dan variabel bebas

dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah

memiliki distribusi normal atau mendekati normal. Penelitian ini menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov untuk mendeteksi terpenuhi atau tidaknya uji Normalitas

dengan ketentuan bila signifikansi tiap variabel lebih besar dari atau sama dengan

0,05 maka berdistribusi normal, sedangkan bila signifikansi tiap variabel lebih kecil

44

dari 0,05 maka data tidak berdistribusi normal (Ghozali, 2009:32). Berdasarkan atas

pengujian yang telah dilakukan, diperoleh signifikansi yang dilihat melalui nilai

koefisien Asymp. Sig (2-tailed) sebesar 0,231 yaitu lebih besar dari alpha 0,05 yang

artinya model regresi pada penelitian ini berdistribusi normal. Hasil uji Normalitas

dapat dilihat pada Lampiran 7.

2) Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan adanya hubungan linier

diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Hasil Tolerance yang nilainya

lebih besar dari 10% (0,10) dan VIF yang besarnya kurang dari 10 mengindikasikan

tidak adanya Multikolinearitas (Ghozali, 2009:96). Hasil uji Multikolinearitas dapat

dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Collinearity Statistics

Tolerance VIF

Independensi (X1) 0,317 3,155

Due Professional Care (X2) 0,370 2,701

Time Budget Pressure (X3) 0,859 1,164

Komitmen Organisasi (X4) 0,756 1,323

Sumber: Lampiran 8 (data diolah), 2015

Tabel 5.6 menunjukkan bahwa variabel independensi, due professional care,

time budget pressure, komitmen organisasi, dan kualitas audit menunjukkan nilai

tolerance lebih dari 10% (0,10) dan nilai VIF yang kurang dari 10. Hal ini

menunjukkan bahwa tidak terjadi permasalahan Multikolinearitas pada model regresi

dalam penelitian ini.

45

3) Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji terjadinya ketidaksamaan

variance dan residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain dalam suatu model

regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang tidak mengandung gejala

Heteroskedastisitas atau mempunyai varians yang homogen. Salah satu cara untuk

mendeteksi ada atau tidaknya Heteroskedastisitas digunakan metode glejser. Jika

nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka tidak terjadi Heteroskedastisitas (Ghozali,

2009: 125). Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dilihat pada Tabel 5.7.

Tabel 5.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Variabel t Signifikansi

Independensi (X1) 0,721 0,475

Due Professional Care (X2) -0,804 0,426

Time Budget Pressure (X3) -0,201 0,842

Komitmen Organisasi (X4) -1,222 0,229

Sumber: Lampiran 9 (data diolah), 2015

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa nilai signifikansi variabel independensi, due

professional care, time budget pressure, komitmen organisasi, dan kualitas audit

lebih besar dari 0,05 yang berarti bahwa tidak terdapat Heteroskedastisitas pada

model regresi penelitian ini.

5.1.3.4 Hasil Analisis Regresi

Analisis regresi dilakukan untuk mengatahui Goodness of Fit (uji kecocokan)

model regresi dengan melihat koefisien determinasi (R2), uji kelayakan model (Uji

F), dan uji hipotesis (Uji t). Adapun hasil analisis regresi penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 5.8.

46

Tabel 5.8 Hasil Analisis Regresi

Model

Unstandardized

Coeficients

Standardized

t

Sig. B Std.

Error

Beta

(Constant) -1,569 2,086 -0,752 0,457

Independensi (X1) 0,819 0,135 0,801 6,047 0,005

Due Professional Care (X2) 0,138 0,111 0,153 1,248 0,219

Time Budget Pressure (X3) 0,194 0,081 0,193 2,403 0,021

Komitmen Organisasi (X4) 0,200 0,669 0,215 0,300 0,766

IDP*KO (X1 X4) -0,411 0,222 -2,285 -1,845 0,073

DPC*KO (X2 X4) 0,315 0,199 1,675 1,585 0,121

TBP*KO (X3 X4) 0,060 0,140 0,255 0,429 0,670

R 0,890

R2

0,792

Adjusted (R2) 0,753

F Hitung 20,628

Signifikansi F 0,000

Sumber: Lampiran 10 (data diolah), 2015

Berdasarkan Tabel 5.8 maka dapat disusun persamaan regresi sebagai

berikut:

Y = -1,569 +0,819X1 + 0,138X2 + 0,194X3 + 0,200X4 - 0,411X1X4 + 0,315X2X4 +

0,060X3X4 + e

Persamaan regresi tersebut menunjukkan nilai konstanta model regresi adalah

sebesar -1,569. Ini berarti ketika variabel independensi, due professional care, time

budget pressure dan komitmen organisasi bernilai nol maka kualitas audit akan

cenderung menurun sebesar 1,569. Hal ini mengindikasikan bahwa ketika seorang

auditor sama sekali tidak memiliki sifat independensi, due professional care dan time

budget pressure, maka yang bersangkutan akan cenderung memiliki kualitas audit

yang rendah.

47

Selain menghasilkan persamaan regresi, analisis regresi juga digunakan untuk

mengamati goodness of fit (uji kecocokan) dengan melihat koefisien determinasi

(R2), uji kelayakan model (uji F) dan uji hipotesis (uji t) yaitu sebagai berikut:

1) Koefisien Determinasi

Total pengaruh seluruh variabel bebas dapat dilihat dari nilai adjusted R

square adalah sebesar 75,3%. Hal ini mengandung pengertian bahwa 75,3% variasi

variabel kualitas audit mampu dijelaskan oleh variasi variabel independensi, due

professional care dan time budget pressure. Sisanya sebesar 24,7% dipengaruhi oleh

faktor-faktor lain diluar model misalnya integritas (Moroney dan Carey, 2011) dan

etika profesi (Woodbine dan Liu, 2010).

2) Hasil Uji F

Uji F digunakan untuk menguji pengaruh simultan variabel bebas (X) yang

digunakan terhadap variabel terikat (Y). Berdasarkan hasil analisis regresi dengan

program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS), didapatkan nilai F

sebesar 20,628 dengan signifikansi F = 0,000 lebih kecil dari alpha 0,05. Hal ini

menunjukkan model regresi ini dapat digunakan untuk memprediksi variabel kualitas

audit.

3) Hasil Uji t

Uji t digunakan untuk menguji hipotesis yang menunjukkan bahwa variabel

bebas (X) yang digunakan dalam penelitian ini secara parsial memiliki pengaruh

terhadap variabel terikat (Y). Hasil pengujian secara parsial masing-masing sebagai

berikut.

48

(1) Pengaruh independensi pada kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan

dan Pembangunan (BPKP)

Uji yang digunakan adalah uji satu sisi, sehingga α = 0,05. Apabila nilai

signifikansi t lebih besar dari α = 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak,

apabila nilai signifikansi t ≤ α = 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi

t = 0,005 < α = 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima sehingga

Independensi (X1) berpengaruh positif pada kualitas audit (Y). Hal ini

berarti auditor dengan sifat independensi yang tinggi akan cenderung

memiliki kualitas audit yang lebih tinggi.

(2) Pengaruh due professional care pada kualitas audit Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi

t = 0,219 > α = 0,05. Berdasarkan hal tersebut, maka H0 diterima dan H2

ditolak yang berarti due professional care (X2) tidak berpengaruh positif

pada kualitas audit (Y). Hal ini menunjukkan bahwa adanya kemahiran

profesional yang cermat dan seksama yang dimiliki auditor cenderung

tidak dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.

(3) Pengaruh time budget pressure pada kualitas audit Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai signifikansi

t = 0,021 < α = 0,05. Berdasarkan hal tersebut, maka H0 ditolak dan H3

diterima yang berarti time budget pressure (X3) berpengaruh positif pada

49

kualitas audit (Y). Hal ini menunjukkan bahwa adanya tekanan anggaran

waktu yang dimiliki auditor saat melakukan pemeriksaan cenderung dapat

meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan.

(4) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh independensi pada kualitas

audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi

t = 0,073 > α = 0,05, maka H0 diterima dan H4 ditolak sehingga komitmen

organisasi (X4) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh independensi

(X1) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat

independensi yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap organisasi

cenderung tidak meningkatkan kualitas audit.

(5) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh due professional care pada

kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi

t = 0,121 > α = 0,05, maka H0 diterima dan H5 ditolak sehingga komitmen

organisasi (X4) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh due professional

care (X2) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat due

professional care yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap organisasi

cenderung tidak meningkatkan kualitas audit.

(6) Komitmen organisasi memoderasi pengaruh time budget pressure pada

kualitas audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

Berdasarkan hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai signifikansi

t = 0,670 > α = 0,05, maka H0 diterima dan H6 ditolak sehingga komitmen

50

organisasi (X4) tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh time budget

pressure (X3) pada kualitas audit (Y). Hal ini berarti auditor dengan sifat

time budget pressure yang tinggi dan memiliki komitmen terhadap

organisasi cenderung tidak meningkatkan kualitas audit.

5.2 Pembahasan

Berdasarkan atas hasil uji F pada penelitian ini, didapatkan bahwa model

yang digunakan dalam penelitian adalah layak (fit). Independensi (X1), due

professional care (X2), time budget pressure (X3), dan komitmen organisasi (X4)

sebagai variabel moderasi, secara serempak mampu menjelaskan kualitas audit (Y)

pada BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Adapun hasil pengujian hipotesis yaitu

pengaruh masing-masing variabel independensi (X1), due professional care (X2),

time budget pressure (X3), dan komitmen organisasi (X4) sebagai variabel moderasi

pada kualitas audit dijabarkan sebagai berikut.

5.2.1 Pengaruh Independensi pada Kualitas Audit Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan

Pengujian yang dilakukan pada hipotesis pertama (H1) menghasilkan bahwa

independensi berpengaruh positif pada kualitas audit. Koefisien regresi bernilai 0,819

menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP

Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya. Teguh Harhinto (2004), Alim, dkk. (2007) Ardini

(2010) dan Aprianti (2010) juga menemukan bahwa independensi berhubungan

positif pada kualitas audit.

51

Independensi APIP serta obyektifitas auditor diperlukan agar kredibilitas

hasil pekerjaan APIP meningkat. Posisi APIP ditempatkan secara tepat sehingga

bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang memadai dari pimpinan

tertinggi organisasi sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan melaksanakan

pekerjaan dengan leluasa. Auditor harus obyektif dalam melaksanakan audit. Prinsip

obyektifitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak

mengkompromikan kualitas. Pimpinan APIP tidak diperkenankan menempatkan

auditor dalam situasi yang membuat auditor tidak mampu mengambil keputusan

berdasarkan pertimbangan profesionalnya.

Independensi berarti tidak mudah dipengaruhi, karena auditor melaksanakan

pekerjaannya untuk kepentingan umum. Auditor tidak dibenarkan memihak kepada

kepentingan siapapun. Karena pentingnya independensi dalam menghasilkan kualitas

audit, maka auditor harus memiliki dan mempertahankan sikap ini dalam

menjalankan tugas profesionalnya. Auditor dengan independensi yang tinggi

cenderung lebih percaya dengan kemampuannya sendiri dalam menyelesaikan suatu

penugasan audit. Hal seperti ini akan menumbuhkembangkan motivasi dalam diri

auditor untuk bekerja dengan lebih optimal yang akan berkontribusi positif pada

peningkatan kualitas auditnya.

5.2.2 Pengaruh Due Professional Care pada Kualitas Audit Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Pengujian yang dilakukan pada hipotesis kedua (H2) menghasilkan bahwa

due professional care tidak berpengaruh pada kualitas audit. Koefisien regresi

bernilai 0,138 menunjukkan bahwa due professional care tidak berpengaruh

signifikan pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini

52

tidak konsisten dengan beberapa penelitian sebelumnya. Rahman (2009) dan

Aprianti (2010) menguji due professional care terhadap kualitas audit. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa due professional care berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit.

Berdasarkan hasil distribusi jawaban responden, variabel due professional

care yang diukur dalam bentuk bekerja dengan cermat dan terampil, bersikap teguh

dan energik, kemampuan teknik audit, mewaspadai kecurangan yang terjadi,

ketidakefektifan, dan risiko audit, belum dapat meningkatkan kualitas audit. Hal ini

terjadi karena adanya jawaban responden yang memberikan pendapat netral atau

ragu-ragu yang memberikan nilai rata-rata sebesar 1,63 dan 1,47, adanya

kemungkinan pernyataan-pernyataan yang sensitif terutama pernyataan 4, dan 6.

Ketidaksignifikan ini karena auditor dalam melakukan pemeriksaan belum dapat

bekerja dengan penuh kecermatan, bersikap energik, menggunakan kemampuan

teknik yang dimiliki serta belum secara optimal menggunakan kemahiran

profesionalnya untuk selalu mewaspadai adanya kecurangan dalam laporan

keuangan.

Due professional care dapat diterapkan dalam pertimbangan profesional

(professional judgement), meskipun dapat saja terjadi penarikan kesimpulan yang

tidak tepat ketika audit sudah dilakukan dengan seksama. Untuk itu auditor harus

menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama (due professional

care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap penugasan.

53

5.2.3 Pengaruh Time Budget Pressure pada Kualitas Audit Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan

Pengujian yang dilakukan pada hipotesis ketiga (H3) menghasilkan bahwa

time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit. Koefisien regresi

bernilai 0,194 menunjukkan bahwa time budget pressure berpengaruh positif pada

kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Penelitian ini tidak konsisten dengan

penelitian yang dilakukan (Prasito dan Priyo, 2007), dan Simanjuntak, 2008 yang

menunjukkan hasil bahwa tekanan anggaran waktu berpengaruh negatif terhadap

kualitas audit.

Time budget pressure adalah keadaan yang menunjukkan auditor dituntut

untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat

pembahasan waktu anggaran yang sangat ketat dan kaku (Sososutikno, 2003).

Tekanan anggaran waktu secara konsisten berhubungan dengan perilaku

disfungsional, dimana merupakan ancaman langsung dan serius terhadap kualitas

audit karena tekanan anggaran waktu merupakan keadaan di mana auditor dituntut

untuk melakukan efisiensi terhadap anggaran waktu yang telah disusun atau terdapat

pembatasan waktu dalam anggaran yang sangat ketat dan kaku.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan tekanan anggaran waktu

yang dihadapi oleh professional dalam bidang pengauditan yang dapat menimbulkan

tingkat stress yang tinggi dan mempengaruhi sikap, niat, dan perilaku auditor, tetapi

tetap dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Hal ini sesuai dengan

perilaku resiliensi (Jakson, 2002) kemampuan individu untuk dapat beradaptasi

dengan baik meskipun dihadapkan dengan keadaan yang sulit. Auditor telah dapat

54

mengatasi kegagalan dalam hidup, dan menahan stres agar dapat berfungsi dengan

baik dalam mengerjakan tugas sehari-hari.

5.2.4 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Independensi pada

Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Pengujian yang dilakukan pada hipotesis keempat (H4) menghasilkan bahwa

komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh independensi pada

kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi memperlemah

pengaruh independensi pada kualitas audit. Hal ini juga dilihat atas koefisien regresi

bernilai -0,411 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan independensi

berpengaruh negatif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi Bali. Pengaruh

negatif menunjukkan bahwa semakin turun komitmen organisasi pada independensi

maka kualitas audit semakin baik.

Komitmen organisasi dapat tumbuh karena individu memiliki ikatan

emosional terhadap organisasi yang meliputi dukungan moral dan menerima nilai

yang ada serta tekad dari dalam diri untuk mengabdi pada organisasi. Seseorang yang

memiliki komitmen terhadap organisasi akan menunjukkan kesediaan untuk

mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi. Dirinya pun akan ikut terlibat

aktif karena merasa sebagai bagian dari organisasi. Komitmen organisasi yang kuat

di dalam diri individu akan menyebabkan individu berusaha keras mencapai tujuan

organisasi sehingga berpengaruh pada independensi dan dapat meningkatkan kualitas

kerja secara keseluruhan. Sebaliknya, apabila anggota organisasi memiliki komitmen

organisasi yang rendah, maka dapat pula mempengaruhi independensi dan kualitas

kerja sehingga dapat menurunkan kualitas auditnya.

55

Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi independensi pada kualitas

audit karena adanya pernyataan auditor yang tidak setuju untuk independensi dan

memperoleh nilai rata-rata sebesar 1,73. Hal ini terlihat dari pernyataan nomor 3

yang menyatakan auditor menghindari konflik kepentingan dalam merencanakan,

melaksanakan, dan melaporkan hasil audit. Adanya menghindari konflik kepentingan

ini cenderung mempengaruhi loyalitas auditor pada organisasi tempatnya bekerja

serta merasa kurang terikat secara emosional sehingga dapat menurunkan komitmen

organisasi auditor. Perasaan emosional ini terkait dengan tingkat usia dari auditor.

Karakteristik usia responden sebagian besar berumur 31 tahun sampai 40 tahun

sebesar 56,52% dan berumur kurang dari atau sama dengan 30 tahun sebesar

19,57%.

5.2.5 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Due Professional Care

pada Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Pengujian yang dilakukan pada hipotesis kelima (H5) menghasilkan bahwa

komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh due professional

care pada kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi

memperlemah pengaruh due professional care pada kualitas audit. Pengujian statistik

koefisien regresi bernilai 0,315 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan due

professional care berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi

Bali. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin naik komitmen organisasi pada

due professional care maka kualitas audit juga semakin baik.

Penelitian Davis dan Olesen (1963) dalam Kalbers dan Forgaty (1995)

mengungkapkan untuk membangun komitmen pada profesi sering diharapkan pada

tendensi profesionalisme. Kalbers dan Forgaty (1995) mengemukakan adanya

56

kesesuaian hubungan antara tingkat profesionalisme dengan komitmen organisasi.

Penelitian tentang hubungan antara profesionalisme dengan komitmen telah

dilakukan oleh Kalbers dan Forgaty (1995) serta Rahmawati (1997) yang

mengungkapkan dedikasi berpengaruh positif terhadap effective commitment. Hal ini

menunjukkan bahwa adanya komitmen yang bersifat efektif akan dapat

meningkatkan tingkat profesionalisme para anggota organisasi.

Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi due professional care pada

kualitas audit karena adanya pernyataan auditor tidak sangat setuju untuk due

professional care sehingga memperoleh nilai rata-rata 1,63 dan 1,47. Hal ini terlihat

dari pernyataan auditor yang kurang mewaspadai kecurangan yang terjadi dalam

mengaudit laporan keuangan serta pernyataan kurang waspada terhadap risiko yang

signifikan yang dapat mempengaruhi obyektifitas pemeriksaan. Pernyataan-

pernyataan ini cenderung menurunkan usaha diatas batas normal auditor untuk

mensukseskan organisasi dan dapat menurunkan komitmen organisasi auditor. Usaha

ini terkait dengan pelaksanaan due professional care ketika audit sedang dilakukan.

Untuk itu due professional care auditor harus ditingkatkan yang dapat diperoleh

dengan pelatihan audit. Pelatihan audit yang telah diikuti ternyata cenderung belum

dapat meningkatkan keinginan untuk menggunakkan kemahiran profesionalnya

secara cermat dan seksama dalam pelaksanaan audit.

5.2.6 Komitmen Organisasi memoderasi pengaruh Time Budget Pressure pada

Kualitas Audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

Pengujian yang dilakukan pada hipotesis keenam (H6) menghasilkan bahwa

komitmen organisasi tidak mampu sebagai pemoderasi pengaruh time budget

pressure pada kualitas audit. Hasil penelitian menunjukkan komitmen organisasi

57

memperlemah pengaruh time budget pressure pada kualitas audit. Pengujian statistik

koefisien regresi bernilai 0,060 menunjukkan bahwa komitmen organisasi dan time

budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan Provinsi

Bali. Pengaruh positif menunjukkan bahwa semakin naik komitmen organisasi pada

time budget pressure maka kualitas audit juga semakin baik.

Komitmen organisasi yang kuat di dalam diri individu akan menyebabkan

individu berusaha keras mencapai tujuan organisasi sehingga berpengaruh pada

kualitas kerja yang dilakukan auditor secara keseluruhan. Adanya penggunaan

anggaran waktu bagi auditor yang disusun dengan cermat dan seksama seiring

dengan komitmen organisasi yang tinggi dimiliki auditor memungkinkan auditor

untuk dapat menghasilkan audit yang berkualitas.

Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi time budget pressure pada

kualitas audit karena adanya pernyataan auditor yang terlalu tergesa-gesa dan tidak

fokus dalam melaksanakan tugas dengan waktu yang diberikan terlalu sempit

memperoleh nilai rata-rata sebesar 2,72. Hal ini terlihat pada pernyataan 4, dimana

pernyataan ini cenderung menurunkan usaha individu auditor untuk berusahaan keras

meningkatkan kemampuan diri auditor dalam beradaptasi mengatasi stres dan

tekanan pekerjaan sehari-hari sehingga tidak dapat menghasilkan audit yang

bekualitas. Adanya pernyataan ini cenderung dapat menurunkan usaha dan komitmen

auditor pada organisasinya untuk dapat mensuskseskan tujuan dan nilai-nilai

organisasi tempatnya bekerja.

58

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, hipotesis dan

hasil penelitian, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1) Independensi berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP Perwakilan

Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa auditor dengan

sifat independensi yang tinggi akan cenderung memiliki kualitas audit yang

lebih tinggi. Hal ini dikarenakan auditor yang memegang teguh

independensinya, akan dapat bekerja dengan lebih optimal yang berkontribusi

positif pada kualitas audit yang dihasilkan.

2) Due professional care tidak berpengaruh signifikan pada kualitas audit BPKP

Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya

kemahiran profesional yang cermat dan seksama yang dimiliki auditor

cenderung tidak dapat meningkatkan kualitas audit yang dihasilkan. Hal ini

diasumsikan karena auditor yang dalam melakukan pemeriksaan belum dapat

bekerja dengan penuh kecermatan, bersikap energik, menggunakan

kemampuan teknik yang dimiliki serta belum secara optimal menggunakan

kemahiran profesionalnya untuk selalu mewaspadai adanya kecurangan

dalam laporan keuangan.

59

3) Time budget pressure berpengaruh positif pada kualitas audit BPKP

Perwakilan Provinsi Bali. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa adanya

pengelolaan anggaran waktu dengan secara cermat, efisien, dan profesional

akan cenderung memiliki kualitas audit yang lebih baik. Hal ini dikarenakan

auditor yang karena adanya tekanan anggaran waktu namun dapat dikelola

dengan secara cermat, efisien, dan profesional sehingga dapat berkontribusi

positif pada kualitas audit yang dihasilkan.

4) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh independensi pada

kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa auditor yang

memiliki independensi yang tinggi namun tidak disertai dengan komitmen

organisasi yang tinggi maka kualitas audit yang dihasilkan cenderung

semakin turun. Hal ini dikarenakan adanya pernyataan auditor yang tidak

setuju atas menghindari konflik kepentingan, sehingga cenderung dapat

mempengaruhi loyalitas auditor pada organisasi tempatnya bekerja serta

dapat mengurangi rasa keterikatan secara emosional pada organisasi.

5) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh due profesional

care pada kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa

penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama namun tidak

disertai dengan adanya komitmen organisasi tinggi yang dimiliki auditor

maka kualitas audit yang dihasilkan cenderung semakin turun. Hal ini terlihat

dari pernyataan auditor yang tidak setuju dan netral atas kurang mewaspadai

kecurangan yang terjadi dalam mengaudit laporan keuangan serta pernyataan

kurang waspada terhadap risiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi

60

obyektifitas pemeriksaan, sehingga cenderung dapat menurunkan usaha

diatas batas normal auditor untuk mensuskseskan organisasinya.

6) Komitmen organisasi tidak mampu memoderasi pengaruh time budget

pressure pada kualitas audit. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa

penggunaan anggaran waktu bagi auditor yang dikelola secara profesional

namun tidak didukung dengan komitmen organisasi tinggi yang dimiliki

auditor, sehingga cenderung tidak dapat menghasilkan audit yang berkualitas.

Hal ini dikarenakan adanya pernyataan auditor yang tidak setuju dan netral

atas terlalu tergesa-gesa dan tidak fokus dalam melaksanakan tugas dengan

waktu yang diberikan terlalu sempit, sehingga cenderung dapat menurunkan

komitmen auditor dalam mensuskseskan tujuan organisasinya.

6.2 Saran

Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, antara lain metode

pengumpulan data penelitian ini menggunakan metode survei dengan teknik

kuesioner sehingga dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya perbedaan persepsi

antara responden dan peneliti berkaitan dengan pernyataan yang terdapat dalam

kuesioner. Responden pada penelitian ini adalah auditor dari seluruh jabatan

fungsional yang telah bekerja lebih dari atau sama dengan satu tahun. Responden

menilai kinerja dirinya sendiri (self-rated measures) dengan mengisi kuesioner yang

tersedia. Cara tersebut cenderung menghasilkan jawaban yang bersifat subjektif.

Peneliti ini menggunakan komitmen organisasi sebagai variabel moderasi, namun

masih banyak variabel perilaku lain yang dapat mempengaruhi kualitas audit seperti

pendidikan dan pelatihan auditor. Penilaian kualitas audit untuk pernyataan 1 tentang

61

penetapan sasaran, ruang lingkup, dan metodelogi pemeriksaan serta pernyataan 4

tentang penatausahaan dokumen audit dalam bentuk kertas kerja audit dan disimpan

dengan baik agar dapat secara efektif diambil, dirujuk dan dianalisis memberikan

nilai rata-rata sebesar 1,57 dan 1,73. Hal ini menunjukkan auditor BPKP Perwakilan

Provinsi Bali harus terus meningkatkan kemampuan teknis pemeriksaan serta

didukung dengan penatausahaan dokumen audit dan kertas kerja pemeriksaan.

Berdasarkan keterbatasan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka

masih diperlukan pengembangan dan perbaikan guna memperoleh hasil penelitian

yang lebih baik pada penelitian-penelitian selanjutnya. Berikut adalah beberapa saran

yang dapat disampaikan untuk penelitian selanjutnya.

1) Peneliti selanjutnya disarankan menggunakan studi eksperimen. Cara ini

diharapkan mampu memberikan hasil yang lebih objektif dibandingkan

dengan penilaian kualitas audit yang dilakukan oleh diri sendiri (self-rated

measures).

2) Menggunakan variabel lain yang diduga berpengaruh pada kualitas audit

maupun menggunakan variabel moderasi yang terkait dengan perilaku

lainnya seperti pendidikan dan pelatihan dapat digunakan untuk penelitian

selanjutnya.

3) BPKP Perwakilan Provinsi Bali disarankan untuk tetap mengikutsertakan

auditornya dalam pendidikan dan pelatihan secara berkala, sehingga mampu

meningkatkan kemampuan dalam penetapan sasaran dan metodelogi

pemeriksaan serta mampu meningkatkan komitmen organisasi auditor dalam

mensukseskan tujuan organisasi. BPKP juga diharapkan tetap memerhatikan

62

kondisi kerja auditor, salah satunya dapat dilakukan dengan memberikan

sarana dan prasarana dalam mendukung penatausahaan dokumen audit

sehingga dapat menunjang pelaksanaan audit.

63

DAFTAR PUSTAKA

Alim, M. Nizarul. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi terhadap Kualitas

Auditor dengan Etika Auditor sebagai Variabel Moderasi. Simposium Nasional

Akuntansi X.

Ardini, Lilis. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Akuntabilitas, dan

Motivasi terhadap Kualitas Audit. Majalah Ekonomi Tahun XX, No. 3. p. 329-349,

Desember.

Arens, A. A. and J. K. Loebbecke. 1996. Auditing: Suatu Pendekatan Terpadu.

Terjemahan oleh Amir Abadi Jusuf. Buku Satu. Jakarta : Salemba Empat.

Basuki dan Krisna, Y. Mahardani. 2006.“Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu

terhadap Perilaku Disfungsional Auditor dan Kualitas Audit pada Kantor Akuntan

Publik di Surabaya”. Jurnal Manajemen Akuntansi dan Sistem Informasi MAKSI

UNDIP (Agustus): vol. 6, No. (2), 177-256.

Carcello, J. V., R. H. Hermanson. dan N.T. McGrath. 1992. “Audit Quality

Attributes: The Perceptions of Audit Partners, Prepares, and Financial Statement

Users”. Auditing : A Journal of Practice and Theory 11, (Spring): 1-15.

Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi Dan Independensi Akuntan Publik:

Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol. 4 No. 2,

November.

Coram, Paul, et al., “The Moral Intensity of Reduced Audit Quality Acts. Working

paper”, The University of Melbourne, Australia, 2004.

De Angelo, LE. 1981. Auditor Independence, “Low Balling”, and Disclosure

Regulation. Juornal of Accounting and Economics 3 August. p.113-127.

Deis, D. R. dan Gary A. Giroux. 1992.“Determinants of Audit Quality in the Public

Sector”. The Accounting Review, July. p. 462-479.

Faisal, Nardiyah dan M. Rizal Yahya. 2012. Pengaruh Kompetensi, Independensi,

dan Profesionalisme Terhadap Kualitas Audit Dengan Kecerdasan Emosional

Sebagai Variabel Moderasi (Survei Pada Kantor Akuntan Publik di Indonesia).

Jurnal Akuntansi. Banda Aceh. Universitas Syiah Kuala.

Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi

Kedua. Semarang: Universitas Diponegoro.

Govindarajan, V. 1986. Impact of Participation in the Budgetary Process on

Managerial Attitudes and Performance: Universalistic and Contogency Perspective,

Decision Science 17. p.496-516.

64

Huntoyungo, Siti Badriyah. 2009. Faktor-Faktor yang Berpengaruh terhadap Kualitas

Audit. (Studi Pada Inspektorat Daerah Gorontalo). Tesis. Tidak untuk dipublikasikan.

Haslinda Lubis. 2009. Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional

dan Kepatuhan Pada Kode Etik Terhadap Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi

Sematera Utara (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan.

Indra Bastian. 2007. Audit Sektor Publik. Edisi Kedua. Jakarta : Salemba Empat.

Iskandar, T. M. dan Sanusi, Z. M. 2011. Assesing the Effects of Self-Efficacy and

Task Complexity on Internal Control Audit Judgement. Asian Academy of

Management Journal of Accounting and Finance, Vol. 7: 29-52.

Jaffar, N., Haron, H., dan Iskandar, T. M. 2011. Fraud Risk Assesment and Detection

of Fraud: The Moderating Effect of Personality. International Journal of Business

and Management, Vol. 6: 40-50.

Jensen, M. C. and W. H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial

Behaviour, Agency Cost, and Ownership Structure. Journal of Financial Economics

3, p. 305-60

Kisnawati, Baiq. 2012. Pengaruh Kompetisi, Independensi, dan Etika terhadap

Kualitas Auditor (Studi Empiris pada Auditor Pemerintah di Inspektorat Kabupaten

dan Kota Se-Pulau Lombok). Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 8 No. 3

November 2012 hal: 159-169.

Kitta, Syfaruddin. 2009. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap

Kualitas Audit yang dimoderasi Orientasi Etika Auditor (Studi pada Inspektorat

Provinsi Sulawesi Selatan). (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan.

Krisna Sintia Dewi. 2014. Efektifitas Penerapan Ancaman Sanksi Pidana Tambahan

Guna Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dalam Tindak Pidana Korupsi

(Studi Kasus di Pengadilan Negeri Denpasar). (Tesis). Tidak untuk dipublikasikan.

Lastanti, Sri Hexana. 2005. Tinjauan terhadap Kompetensi dan Independensi

Akuntan Publik: Refleksi atas Skandal Keuangan. Media Riset Akuntansi, Auditing

dan Informasi Vol.5 No.1 April 2005, hal 85-97.

Lauw Tjun Tjun, Elyzabet I. M., dan Santy Setiawan. 2012. Pengaruh Kompetensi

Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Bandung:

Program Studi Akuntansi, Universitas Kristen Maranatha.

M.Riadhussyah. 2014. Peranan BPKP Menghitung Kerugian Keuangan Negara

Dalam Rangka Penanganan Perkara Tindak Pidana Korupsi (Studi di Kota Mataram).

Jurnal Karya Ilmiah. Mataram: Fakultas Hukum, Universitas Mataram.

65

Munawir H.S. 1999. Auditing Modern.Buku 1. Yogyakarta : BPFE.

Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Muliani, Elisha dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Faktor-Faktor dalam Diri Auditor

dan Kualitas Audit: Studi pada KAP „Big Four‟ di Indonesia. Jurnal Akuntansi &

Auditing Indonesia, Vol. 14 No. 2.

Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Pendapat

Audit: Sebuah Kuasieksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol.6 No.1

(Januari).

McNamara dan Liyanarachchi. 2005. Time Budget Pressure and Dysfungsional

Behaviour withinan Occopational Stres Model. Journal Accountancy Business and

the Public Interest, Vol. 7, No. 1, 2008

Meier and Fuglister. 1992. How to Improve Audit Quality Perception of Auditor and

Client. The Ohio CPA Journal. June 1992

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. 2008. Standar Audit Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah.

Peraturan Presiden Republik Indonesia. 2014. Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan.

Ratih, C., dan Dyan. Y. 2013. Pengaruh Kompetensi, Independensi dan Time Budget

Pressure Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi. Denpasar: Program Studi

Akuntansi, Universitas Udayana.

Samelson, D., S. Lowensohn. dan L. E. Johnson. 2006. The Determinants of

Perceived Audit Quality and Auditee Satisfaction in Local Government”. Journal of

Public Budgeting, Accounting and Financial Management, 18 (2). p. 139-166.

Saripudin, Netty Herawaty, dan Rahayu. 2012. Pengaruh Independensi, Pengalaman,

Due Professional Care Dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Survei terhadap

Auditor KAP di Jambi dan Palembang). e-JurnalBinar AkuntansiVol. 1 No. 1.

Universitas Jambi.

Schroeder, M. S., I. Salomon dan D. Vickrey. 1986. Audit Quality: The Perception of

Audit Committee Chairpersons and Audit Partners. Auditing : A Journal of Practice

and Theory 5, (Spring). p. 86-94.

Siggih, Elisa Muliani dan Icuk Rangga Bawono, Pengaruh Independensi

Pengalaman, Due Propesional Car, dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit (Studi

pada Auditor di KAP ”Big Four”di Indonesia) Simposium Nasional Akuntansi 13,

Purwokerto, 2010.

66

Simanjuntak, Piter. 2008. Pengaruh Time Budget Pressure dan Resiko Kesalahan

Terhadap Penurunan Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP di Jakarta)

(tesis). Semarang: Universitas Diponegoro.

Soegiastuti, Janti. 2005. Persepsi Masyarakat Terhadap Independensi Auditor Dalam

Penampilan (Studi Empiris Pada Analis Kredit BKK Jawa Tengah). (Tesis). Program

Pasca Sarjana Magister Sains Akuntansi UNDIP.

Soobaroyen, Teeroven dan Chelven Chengabroyan, Auditors‟ Perception of Time

Budget Pressure, Premature Sign Offs and Under-reporting of Chargeable, Time :

Evidence from a Developing Country [On-line] http : //www.aber.ac.uk, 2005.

Sososutikno, Christina, Hubungan Tekanan Anggaran Waktu dengan Perilaku

Disfungsional serta Pengaruhnya terhadap kualitas Audit, Simposium Nasional

Akuntansi VI. Surabaya, 2003

Suara Pembangunan 2015, Jumlah Tersangka Korupsi 1.328 Orang. Rabu 18

Pebruari, Hal. A4

Suartana I.W. 2010. Akuntansi Keperilakuan, Edisi 1, Yogyakarta: Penerbit Andi.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sukriah, I., Akram dan B. A. Inapty. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja,

Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil

Pemeriksaan. SNA XII. Palembang.

Suliyanto. 2011. Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS.

Yogyakarta: ANDI.

Suyana Utama. 2009. Aplikasi Analisis Kuantitatif. Denpasar: Fakultas Ekonomi

Universitas Udayana.

Trisnaningsih, S. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai

Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya

Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Simposium Nasional Akuntansi X. Makassar,

26-28 Juli.

Urip Santoso, Yohanes 2010, Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik

Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah Fraud

Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Katolik Parahyangan.

Undang-Undang No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung

Jawab Keuangan Negara

Wood, R. dan Bandura, A. 1989. Social Cognitive Theory of Organizational

Management. Academy of Management Review, Vol. 14: 361-384.

67

Woodbine, G. F. dan Liu, J. 2010. Leadership Styles and the Moral Choice of

Internal Auditors. Electronic Journal of Business Ethics and Organization Studies,

Vol. 1: 28-35.

Wright. A. 1980. Performance Appraisal of Staff Auditors. The CPA Journal, Vol.

50: 37-43.

Zimmerman, Jerold L.1977, The Municipal Accounting Maze: An Analysis of

Political Incentives. Journal of Accounting Research (Impact Factor: 2.38) .01/1997;

15:107.

77

Lampiran 1

HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

No Nama

(Tahun) Judul Variabel

Metode

Penelitian Hasil

1.

Meier and

Fuglister

(1992)

How to

Improve Audit

Quality

Perception of

Auditor and

Client

Variabel

dependen

Perception of

Auditor;

Variabel

independen

Perception of

Client, Audit

Quality

Regresi linier

berganda

Pengalaman dalam

melakukan audit

mempunyai dampak yang

signifikan terhadap

kualitas audit

2.

McNamara

dan

Liyanarachc

hi (2005)

Time Budget

Pressure and

Dysfungsional

Behaviour

withinan

Occopational

Stres Model

Variabel

dependen

Occopational

Stres Model;

Variabel

independen

Time Budget

Pressure and

Dysfungsional

Behaviour

Regresi

kategoris

dengan skala

yang optimal

Time budget pressure

berpengaruh terhadap

auditor dyfungsional

behavior

3.

Rahman

(2009)

Pengaruh

kompetensi,

independensi,

dan due

professional

care terhadap

kualitas audit

Variabel

dependen

Kualitas Audit;

Variabel

independen

kompetensi,

independensi,

dan due

professional

care

Regresi

linier

berganda

Pengetahuan,

independensi, dan due

professional care

berpengaruh terhadap

kualitas audit, sedangkan

pengalaman tidak

berpengaruh signifikan.

78

Lampiran 1 (Lanjutan)

No Nama

(Tahun) Judul Variabel

Metode

Penelitian Hasil

4. Sukriah, dkk

(2010)

Pengaruh

Pengalaman

Kerja,

Independensi,

Obyektifitas,

Integritas dan

Kompetensi

Terhadap

Kualitas Hasil

Pemeriksaan

(Inspektorat

NTB)

Variabel

dependen

Kualitas Hasil

Pemeriksaan;

Variabel

independen

Pengalaman

Kerja,

Independensi,

Obyektifitas,

Integritas dan

Kompetensi

Metode

statistik

regresi

berganda

(Multiple

Regression)

Pengalaman kerja,

obyektifitas dan kompetensi

berpengaruh positif

terhadap kualitas hasil

pemeriksaan.

Independensi dan integritas

tidak berpengaruh

signifikan terhadap kualitas

hasil pemeriksaan. Secara

simultan, kelima variabel

tersebut berpengaruh

terhadap kualitas hasil

pemeriksaan.

5. Ardini

(2010)

Pengaruh

Kompetensi,

Independensi,

Akuntabilitas

dan Motivasi

terhadap

Kualitas Audit

(KAP di SBY)

Variabel

dependen

Kualitas Audit;

Variabel

independen

Kompetensi,

Independensi,

Akuntabilitas

dan Motivasi.

Regresi

linier

berganda

Variabel kompetensi,

independensi, akuntabilitas

dan motivasi secara

bersama-sama berpengaruh

terhadap kualitas audit

adalah signifikan.

6. Aprianti

(2010)

Pengaruh

Kompetensi,

Independensi,

Keahlian

Profesional

terhadap

Kualitas Audit

dengan Etika

Auditor

sebagai

Variabel

Moderasi

(KAP di

Jaksel)

Variabel

dependen

Kualitas Audit;

Variabel

independen

Kompetensi,

Independensi,

Keahlian

Profesional;

Variabel

moderasi Etika

Auditor

Regresi

linier

berganda

Variabel kompetensi,

independensi, keahlian

profesional berpengaruh

signifikan terhadap kualitas

audit.

Variabel kompetensi,

independensi, keahlian

profesional secara bersama-

sama dengan etika auditor

berpengaruh signifikan

terhadap kualitas audit.

79

Lampiran 1 (Lanjutan)

No Nama

(Tahun) Judul Variabel

Metode

Penelitian Hasil

7. Riharna,

dkk (2013)

Pengaruh

Keahlian,

Independensi,

dan Etika

Terhadap

Kualitas

Audit (BPKP

Sulsel)

Variabel

dependen

Kualitas

Audit;

Variabel

independen

Keahlian,

independensi,

etika

Regresi linier

sederhana

dan regresi

linier

berganda

Keahlian, independensi,

dan etika tidak

berpengaruh secara

bersama-sama

terhadap kualitas audit.

Independensi dan etika

yang berpengaruh secara

signifikan terhadap kualitas

audit, sedangkan keahlian

tidak ikut berperan

didalamnya

8. Alim, dkk

(2007)

Pengaruh

Kompetensi,

Independensi,

terhadap

Kualitas

Audit dengan

Etika Auditor

sebagai

Variabel

Moderasi

(KAP di Jawa

Timur)

Variabel

dependen

Kualitas

Audit;

Variabel

independen

Kompetensi,

Independensi

Variabel

moderasi

Etika Auditor

Regresi

modrate two

way

interaction

Kompetensi dan

independensi berpengaruh

secara signifikan terhadap

kualitas audit.

Interaksi kompetensi dan

etika auditor terhadap

kualitas audit dalam

penelitian ini tidak dapat

diketahui.

Interaksi independensi dan

etika auditor berpengaruh

signifikan terhadap kualitas

audit.

9. Ratih, dkk

(2013)

Pengaruh

Kompetensi,

Independensi,

dan Time

Budget

Pressure

terhadap

Kualitas

Audit (KAP

di Bali)

Variabel

dependen

Kualitas

Audit;

Variabel

independen

Kompetensi,

Independensi,

time budget

pressure.

Regresi linier

berganda

Kompetensi dan

independensi berpengaruh

secara positif dan signifikan

terhadap kualitas audit.

Time budget pressure

berpengaruh secara negatif

dan signifikan terhadap

kualitas audit.

Sumber: Data primer diolah, 2015

80

Lampiran 2

KUESIONER PENELITIAN

Denpasar, 2015

Yth.

Bapak/ Ibu/ Saudara/i Responden

di-

Tempat

Perihal : Permohonan menjadi Responden

Lampiran : Satu Berkas

Dengan hormat,

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Anak Agung Made Bayu Wirama

NIM : 1391661017

Pekerjaan : Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Udayana

Adapun topik dari penelitian yang diangkat adalah Kemampuan Komitmen

Organisasi Memoderasi Pengaruh Independensi, Due Professional Care, Time

Budget Pressure pada Kualitas Audit.

Agar dapat menyelesaikan tugas penelitian tersebut, sangat diperlukan

bantuan dari pihak-pihak terkait terutama para auditor Badan Pemeriksa

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Perwakilan Provinsi Bali. Untuk maksud

tersebut, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/i berkenan mengisi

kuesioner yang semata-mata untuk kepentingan ilmiah, bukan untuk hal diluar

kepentingan akademis, serta saya akan menjaga kerahasiaan identitas responden

dan isi kuesioner.

Atas kesediaan waktu dalam menjawab kuesioner ini peneliti sampaikan

terima kasih, sekaligus meminta maaf seandainya penelitian ini mengganggu

pekerjaan responden.

Peneliti

Anak Agung Made Bayu Wirama

NIM. 1391661017

81

Lampiran 2 (Lanjutan)

Kuesioner ini ditujukan untuk diisi oleh Bapak/Ibu/Saudara/i dengan

menjawab seluruh pernyataan dan pertanyaan yang telah disediakan. Saya

mengharapkan jawaban yang Bapak/Ibu/Saudara/i berikan nantinya adalah

jawaban obyektif agar diperoleh hasil maksimal. Dalam pengisian pernyataan dan

pertanyaan dengan 2 bagian utama yaitu pertanyaan umum dan kuesioner sesuai

dengan petunjuk pengisian yang telah disediakan.

I. PERTANYAAN UMUM

Pertanyaan berikut ini merupakan pertanyaaan umum mengenai identitas

Bapak/ Ibu/ Saudara/i.

1. Nama :……………………………………………..…

2. Usia :………tahun

3. Status perkawinan :………………………………………………..

4. Jabatan :………………………sejak tahun……………

5. Pendidikan terakhir :………………………………………………..

6. Jenis kelamin : Laki-laki/Perempuan*)

7. Diklat yang diikuti : a. Sertifikasi Auditor

b. Teknis Substantif

8. Pengalaman bekerja : a. di bawah 1 tahun

b. 1-3 tahun

c. 3-5 tahun

d. di atas 5 tahun

*) coret yang tidak perlu

II. KUESIONER

Petunjuk

Bapak/ Ibu/ Saudara/i dimohon untuk memberikan tanggapan yang sesuai atas

pertanyaan dan pernyataan berikut dengan memberikan tanda centang pada

jawaban yang dipilih. Jika menurut Bapak/ Ibu/ Saudara tidak ada jawaban

yang tepat, maka jawaban dapat diberikan pada pilihan yang paling mendekati.

Alternatif jawaban adalah sebagai berikut:

Keterangan alternatif jawaban

- Sangat setuju (SS)

- Setuju (S)

- Netral (N)

- Tidak setuju (TS)

- Sangat tidak setuju (STS)

Pilihlah jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda centang (√ ) pada

pilihan jawaban yang telah tersedia.

82

Lampiran 2 (Lanjutan)

A. Kualitas Audit

NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS

1 2 3 4 5

1. Saat menerima penugasan, saya menetapkan

sasaran, ruang lingkup, metodelogi

pemeriksaan.

2. Dalam semua pekerjaan saya harus direview

oleh atasan secara berjenjang sebelum laporan

hasil pemeriksaan dibuat.

3. Proses pengumpulan dan pengujian bukti harus

dilakukan dengan maksimal untuk mendukung

kesimpulan, temuan audit serta rekomendasi

yang terkait.

4. Saya menatausahakan dokumen audit dalam

bentuk kertas kerja audit dan disimpan dengan

baik agar dapat secara efektif diambil, dirujuk

dan dianalisis.

5. Dalam melaksanakan pemeriksaan, saya harus

mematuhi kode etik yang ditetapkan.

6. Saya telah menggunakan keahlian dan

pengetahuan yang mutahir mengenai jenis serta

standar pemeriksaan dalam melaporkan hasil

pemeriksaan.

7. Laporan hasil pemeriksaan memuat temuan dan

simpulan hasil pemeriksaan secara obyektif,

serta rekomendasi yang konstruktif.

8. Laporan harus dapat menyatakan pengakuan

atas suatu prestasi atau suatu tindakan

perbaikan yang telah dilaksanakan oleh auditan.

B. Independensi

NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS

1 2 3 4 5

1. Saya sebagai auditor pemerintah bebas dari

intervensi, dan mendapat dukungan dari

pimpinan tertinggi.

2. Saya sebagai auditor harus memiliki sikap

netral, dan tidak bias.

3. Saya sebagai auditor menghindari konflik

kepentingan dalam merencanakan,

melaksanakan, dan melaporkan hasil audit.

83

4. Saya sebagai auditor tidak mempunyai

hubungan yang dekat dengan auditan seperti

hubungan sosial, kekeluargaan atau hubungan

lainnya.

5. Saya sebagai auditor pemerintah melaporkan

kepada pimpinan APIP mengenai situasi jika

independensi atau objektivitas saya terganggu

baik secara fakta maupun penampilan.

6. Pimpinan APIP harus menggantikan auditor

yang menghadapi gangguan terhadap konflik

kepentingan.

C. Due Profesional Care

NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS

1 2 3 4 5

1. Dalam melakukan pekerjaan saya bekerja

penuh kecermatan, dan mempunyai

keterampilan dalam mengaudit laporan

keuangan.

2. Saya memiliki keteguhan, kesungguhan serta

bersikap energik.

3. Saya memiliki kemampuan teknik untuk

melaksanakan prosedur audit, dan

melakukannya dengan berhati-hati.

4. Saya perlu mewaspadai kecurangan yang

terjadi dalam mengaudit laporan keuangan.

5. Saya mewaspadai kecurangan, dan

ketidakefektifan.

6. Dalam melakukan pekerjaan saya selalu

waspada terhadap resiko yang signifikan yang

dapat mempengaruhi objektifitas pemeriksaan.

D. Time Budget Pressure

NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS

1 2 3 4 5

1. Saya merasakan beban atas pekerjaan yang

saya emban cukup berat mengingat waktu yang

diberikan terlalu sempit.

2. Dengan waktu yang telah ditentukan, tugas

yang diberikan belum sepenuhnya dapat saya

kerjakan dengan sebaik-baiknya.

3. Selama menjalankan tugas saya kurang mampu

memenuhi target yang telah ditentukan.

84

4. Saya terlalu tergesa-gesa dan tidak fokus dalam

melaksanakan tugas, dengan waktu yang

diberikan terlalu sempit.

5. Ditempat saya bekerja, anggaran waktu tidak

pernah dikomunikasikan.

6. Dalam penugasan saya, efisiensi dalam

pekerjaan proses audit sangat ditekankan.

7. Di tempat saya bekerja kesesuaian penugasan

audit dengan anggaran waktu dijadikan

indikator penilaian kinerja dari atasan.

8. Di tempat saya bekerja, anggaran waktu

merupakan keputusan yang mutlak dari atasan

yang tidak dapat diganggu gugat.

E. Komitmen Organisasi

NO. Uraian Pernyataan STS TS N S SS

1 2 3 4 5

1. Saya merasa ikut memiliki organisasi di tempat

saya bekerja.

2. Saya merasa terikat secara emosional dengan

organisasi di tempat saya bekerja.

3. Organisasi di tempat saya bekerja sangat berarti

bagi saya.

4. Saya merasa menjadi bagian dari organisasi di

tempat saya bekerja.

5. Saya merasa masalah organisasi di tempat saya

bekerja juga seperti masalah saya.

6. Saya sulit terikat dengan organisasi lain seperti

organisasi di tempat saya bekerja.

7. Saya mau berusaha di atas batas normal untuk

mensukseskan organisasi di tempat saya

bekerja.

8. Saat ini saya tetap tinggal di organisasi ini

karena komitmen terhadap organisasi.

9. Alasan utama saya tetap bekerja di organisasi

ini adalah karena loyalitas terhadap organisasi.

10. Saya merasa tidak komitmen jika

meninggalkan organisasi di tempat saya

bekerja.

11. Saya merasa tidak profesional jika

meninggalkan pekerjaan di tempat saya

bekerja.

12. Saya merasa tidak loyalitas terhadap organisasi

jika saya memutuskan untuk keluar dari

pekerjaan saya.

85

Lampiran 3

TRANSFORMASI DATA ORDINAL - INTERVAL

86

Lampiran 3 (Lanjutan)

87

Lampiran 4

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

IDP 46 2.12 3.88 2.9735 .60966

DPC 46 1.54 3.75 2.6389 .69083

TBP 46 1.22 4.69 2.9947 .62166

KO 46 1.60 4.66 2.9475 .66822

KA 46 1.59 3.38 2.4640 .62335

IDP*KO 46 4.19 18.07 8.9532 3.47018

DPC*KO 46 4.15 17.48 7.9068 3.31442

TBP*KO 46 4.03 18.95 8.7552 2.65287

Valid N (listwise) 46

88

Lampiran 5

HASIL UJI VALIDITAS

Variabel Item

Pernyataan

Koefisien

Korelasi

Keterangan

Independensi

(X1)

X1.1 0,656 Valid

X1.2 0,749 Valid

X1.3 0,721 Valid

X1.4 0,701 Valid

X1.5 0,751 Valid

X1.6 0,744 Valid

Due

Profesional

Care (X2)

X2.1 0,774 Valid

X2.2 0,826 Valid

X2.3 0,872 Valid

X2.4 0,876 Valid

X2.5 0,824 Valid

X2.6 0,891 Valid

Time Budget

Pressure

(X3)

X3.1 0,707 Valid

X3.2 0,676 Valid

X3.3 0,687 Valid

X3.4 0,775 Valid

X3.5 0,700 Valid

X3.6 0,564 Valid

X3.7 0,600 Valid

X3.8 0,665 Valid

Komitmen

Organisasi

(X4)

X4.1 0,764 Valid

X4.2 0,775 Valid

X4.3 0,787 Valid

X4.4 0,781 Valid

X4.5 0,664 Valid

X4.6 0,733 Valid

X4.7 0,651 Valid

X4.8 0,777 Valid

X4.9 0,839 Valid

X4.10 0,748 Valid

X4.11 0,713 Valid

X4.12 0,796 Valid

Kualitas

Audit (Y)

Y1 0,718 Valid

Y2 0,519 Valid

Y3 0,744 Valid

Y4 0,710 Valid

Y5 0,833 Valid

Y6 0,833 Valid

Y7 0,868 Valid

Y8 0,798 Valid

89

Lampiran 5 (Lanjutan)

HASIL UJI VALIDITAS

Independensi (X1)

Correlations

X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 IDP

X1.1 Pearson Correlation 1 .708** .520

** .109 .221 .292

* .656

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .471 .139 .049 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X1.2 Pearson Correlation .708** 1 .532

** .361

* .347

* .299

* .749

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .014 .018 .044 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X1.3 Pearson Correlation .520** .532

** 1 .396

** .314

* .384

** .721

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .006 .033 .008 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X1.4 Pearson Correlation .109 .361* .396

** 1 .625

** .514

** .701

**

Sig. (2-tailed) .471 .014 .006 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X1.5 Pearson Correlation .221 .347* .314

* .625

** 1 .718

** .751

**

Sig. (2-tailed) .139 .018 .033 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X1.6 Pearson Correlation .292* .299

* .384

** .514

** .718

** 1 .744

**

Sig. (2-tailed) .049 .044 .008 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

IDP Pearson Correlation .656** .749

** .721

** .701

** .751

** .744

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

90

Lampiran 5 (Lanjutan)

HASIL UJI VALIDITAS

Due Profesional Care (X2)

Correlations

X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 DPC

X2.1 Pearson Correlation 1 .604** .777

** .518

** .363

* .659

** .774

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .013 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X2.2 Pearson Correlation .604** 1 .625

** .572

** .634

** .717

** .826

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X2.3 Pearson Correlation .777** .625

** 1 .709

** .621

** .687

** .872

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X2.4 Pearson Correlation .518** .572

** .709

** 1 .871

** .783

** .876

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X2.5 Pearson Correlation .363* .634

** .621

** .871

** 1 .682

** .824

**

Sig. (2-tailed) .013 .000 .000 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

X2.6 Pearson Correlation .659** .717

** .687

** .783

** .682

** 1 .891

**

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

DPC Pearson Correlation .774** .826

** .872

** .876

** .824

** .891

** 1

Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000 .000

N 46 46 46 46 46 46 46

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

91

Lampiran 5 (Lanjutan)

HASIL UJI VALIDITAS

Time Budget Pressure (X3)

92

Lampiran 5 (Lanjutan)

HASIL UJI VALIDITAS

Komitmen Organisasi (X4)

93

Lampiran 5 (Lanjutan)

HASIL UJI VALIDITAS

Kualitas Audit (Y)

94

Lampiran 6

HASIL UJI RELIABILITAS

Independensi (X1)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.814 6

Due Profesional Care (X2)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.918 6

Time Budget Pressure (X3)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.826 8

Komitmen Organisasi (X4)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.930 12

95

Lampiran 6 (Lanjutan)

HASIL UJI RELIABILITAS

Kualitas Audit (Y)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.893 8

96

Lampiran 7

HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

N 46

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .29760264

Most Extreme Differences Absolute .153

Positive .153

Negative -.123

Kolmogorov-Smirnov Z 1.039

Asymp. Sig. (2-tailed) .231

a. Test distribution is Normal.

97

Lampiran 8

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -.940 .419 -2.244 .030

IDP .819 .135 .801 6.047 .000 .317 3.155

DPC .138 .111 .153 1.248 .219 .370 2.701

TBP .194 .081 .193 2.403 .021 .859 1.164

KO .009 .080 .009 .107 .915 .756 1.323

a. Dependent Variable: KA

98

Lampiran 9

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) .402 .290 1.387 .173

IDP .068 .094 .195 .721 .475

DPC -.061 .077 -.201 -.804 .426

TBP -.011 .056 -.033 -.201 .842

KO -.068 .055 -.214 -1.222 .229

a. Dependent Variable: ABS_RES

99

Lampiran 10

HASIL ANALISIS REGRESI MODERASI

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 .890a .792 .753 .30962

a. Predictors: (Constant), TBP*KO, DPC, KO, IDP, TBP, DPC*KO,

IDP*KO

b. Dependent Variable: KA

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 13.843 7 1.978 20.628 .000a

Residual 3.643 38 .096

Total 17.486 45

a. Predictors: (Constant), TBP*KO, DPC, KO, IDP, TBP, DPC*KO, IDP*KO

b. Dependent Variable: KA

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -1.569 2.086 -.752 .457

IDP .819 .135 .801 6.047 .005

DPC .138 .111 .153 1.248 .219

TBP .194 .081 .193 2.403 .021

KO .200 .669 .215 .300 .766

IDP*KO -.411 .222 -2.285 -1.845 .073

DPC*KO .315 .199 1.675 1.585 .121

TBP*KO .060 .140 .255 .429 .670

a. Dependent Variable: KA