BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...

download BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/827/3/T1... · Pengertian lingkungan alam sekitar adalah ... Dari kedua definisi lingkungan

If you can't read please download the document

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...

  • 5

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Hakikat Lingkungan Alam Sekitar

    Pengertian lingkungan alam sekitar adalah segala sesuatu yang ada

    disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan manusia baik langsung

    maupun tidak langsung (Dea Oktadavita, 2010; dalam Ika Erviana, 2011).

    Senada dengan Dea Oktadavita, menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai

    (1990:213) lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya

    alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora

    (tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan, dan

    lain-lain).

    Dari kedua definisi lingkungan alam menurut para ahli, dapat disimpulkan

    lingkungan alam yaitu segala sesuatu yang berada disekitar kita yang sudah ada

    dan tersedia di alam (sawah, hutan, gunung, laut, dan lain-lain) bukan buatan

    manusia.

    Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan

    mencakup segala sesuatu yang sangat kompleks. Lingkungan sekitar memiliki

    banyak manfaat, untuk kelangsungan hidup tumbuhan, hewan serta manusia.

    Lingkungan sekitar juga bisa dimanfaatkan untuk belajar. Menurut Nana Sudjana

    dan Ahmad Rivai (1990:212) dari semua lingkungan masyarakat yang dapat

    digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat

    dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial,

    lingkungan alam dan lingkungan buatan.

    a. Lingkungan Sosial

    Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi

    manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat, dan

    kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur

    pemerintahan, agama dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk

    mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran

  • 6

    penggunaan lingkungan sosial hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling

    dekat, seperti keluarga, tetangga, desa, kecamatan, dan seterusnya.

    b. Lingkungan Alam

    Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah

    seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan,

    flora(tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (hutan, air, tanah, batu-batuan,

    dan lain-lain). Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi Ilmu

    Pengetahuan Alam. Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa

    dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan rasa

    cinta alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta

    dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga

    kelestarian lingkungan kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia.

    c. Lingkungan Buatan

    Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami,

    ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja

    diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat

    bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan,

    bendungan, pertamanan, kebun bintang, perkebunan, penghijauan, dan

    pembangkit tenaga listrik.

    Sesuai dengan permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi

    untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, menyatakan bahwa standar isi

    untuk tingkat SD/MI mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar yang

    dikembangkan melalui standar kompetensi lulusan (SKL). Kurikulum

    dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip: berpusat pada potensi, perkembangan,

    kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, beragam dan

    terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,

    relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar

    sepanjang hayat, Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.

    Dapat disimpulkan bahwa lingkungan juga cukup berpengarauh dalam

    pendidikan. Hal ini berarti dengan memaksimalkan penggunaan lingkungan dalam

    belajar dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi dalam

  • 7

    dirinya terutama terkait pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar

    yang harus mereka penuhi sebagai wajib belajar.

    Dalam kaitannya dengan pembelajaran, lingkungan dapat berfungsi

    sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik

    (2004:195) lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor

    kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor

    belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan

    sebagai sumber belajar. Lingkungan alam sekitar meliput masyarakat di sekeliling

    sekolah, lingkungan fisik di sekitar sekalolah, bahan-bahan yang tersisa atau tidak

    terpakai dan bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai

    sumber atau alat bantu dalam belajar, peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi

    dalam masyarakat.

    Ada beberapa ahli yang merumuskan tentang langkah-langkah

    pembelajaran menggunakan lingkungan alam. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad

    Rivai (1990:215) langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan

    lingkungan alam, meliputi:

    a. Langkah persiapan

    - Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan

    siswa menentukan tujuan belajar yang diharapkan diperoleh para siswa

    berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber

    belajar.

    - Tentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi.

    - Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan.

    - Guru dan siswa mempersiapkan perijinan jika diperlukan.

    - Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar.

    b. Langkah pelaksanaan

    Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan

    sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali

    dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan

    permintaan yang telah disampaikan sebelumnya.

    c. Tindak lanjut

    Tindak lanjut dari kegiatan belajar yang telah dilakukan adalah kegiatan

    belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan.

    Setiap kelompok diminta melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama. Guru

  • 8

    dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan tersebut, di

    samping menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengan bahan

    pengajaran bidang studinya.

    Senada dengan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, langkah-langkah yang

    perlu diperhatikan dalam penggunaan lingkungan menurut Asnawir dan Usman

    (2002:110) dalam Ika Erviana (2011) adalah sebagai berikut:

    a. Menyelidiki lingkungan sekitar, mencari hal-hal yang diusahakan dapat

    dijadikan sebagai sumber belajar. Sumber belajar disesuaikan dengan materi

    yang akan diajarkan

    b. Membuat perencanaan proses belajar mengajar berdasarkan topik yang

    dipilih. Dalam membuat perencanaan harus sinkron dengan materi dan

    sumber belajar yang dipilih.

    c. Mengorganisasi siswa secara berkelompok atau secara individual sesuai

    dengan kebutuhan. Pengorganisasian kelas dapat dilaksanakan ketika di

    dalam kelas, hal ini akan mempermudah guru untuk mengawasi anak di

    lapangan.

    d. Menjelaskan kepada siswa tentang tugas yang diberikan. Sebelum siswa

    terjun langsung untuk belajar dengan lingkungan alam, terlebih dahulu

    hendaknya guru menjelaskan tugas-tugas yang harus ia lakukan supaya

    mereka tetap bertanggung jawab dan tidak asyik bermain melupakan

    tugasnya.

    e. Memberikan tugas kepada kelompok atau individu. Dalam pemberian tugas,

    disesuaikan dengan pengorganisasian siswa, tugas bisa diberikan secara

    individu, kelompok ataupun ke duanya.

    f. Mendiskusikan hasil kerja yang diperoleh. Hasil belajar yang diperoleh dari

    alam, didiskusikan di dalam kelas.

    g. Menyimpulkan hasil kerja sesuai dengan hasil diskusi yang telah dilakukan.

    h. Menilai hasil kerja siswa. Guru harus memberikan umpan balik berupa

    penilaian hasil kerja.

    i. Tindak lanjut bila diperlukan, tindak lanjut bisa berupa pemberian tugas

    rumah, remidial ataupun pengayaan.

  • 9

    Lain halnya dengan pendapat yang disampaikan oleh B. Suryobroto.

    Menurut B. Suryobroto (2006:85), langkah-langkah pelaksanaan pengajaran

    menggunakan alam sekitar, yaitu:

    1. Penetapan tujuan

    Di sini tujuan memiliki sifat umum dan khusus. Tujuan umumnya adalah

    mengembangkan semua nilai-nilai yang telah disebutkan. Sedangkan tujuan

    khususnya ialah disesuaikan dengan obyek atau bahan pelajaran yang

    diberikan kepada anak-anak.

    2. Guru mengadakan persiapan

    Sebelum mengadakan perjalanan sekolah untuk mengunjungi sesuatu

    yang akan dijadikan pokok pelajaran, guru wajib mengunjungi tempat dan

    obyek itu sendiri lebih dahulu.

    3. Persiapan dari pihak murid

    Anak-anak harus dibangkitkan perhatiannya dan kesediannya untuk

    mengamati dan menyelidiki secara teratur kepada obyek pengamatan yang

    telah ditentukan. Persiapan murid ini dilaksanakan di dalam kelas pada saat

    akan memulai pengajaran dengan alam sekitar.

    4. Pengamatan dengan efisien

    Sesampainya pada obyek yang menjadi bahan pelajaran anak-anak diberi

    kebebasan untuk bekerja sendiri. Tidak perlu guru selalu memimpin dalam

    segala hal.

    5. Pengolahan di sekolah tentang yang diamati

    Di sini pengetahuan dan pengelolaan murid hasil dari pada

    pengamatannya dan penyelidikannya yang langsung itu, dibicarakan secara

    sistematis di dalam kelas dengan pimpinan guru.

    Senada dengan pendapat para ahli, langkah-langkah pelaksanaan

    pembelajaran dengan menggunakan lingkungan alam dalam penelitian ini, yaitu:

    1. Persiapan

    - Penyampaian tujuan pembelajaran

    - Penyampaian langkah-langkah pembelajaran

    - Pembentukan kelompok dan persiapan alat pengukuran

  • 10

    2. Pembelajaran di alam

    - Pengamatan di sawah secara berkelompok

    - Pengukuran di sawah

    - Pengamatan di hutan dan lingkungan sekolah

    - Pengukuran di hutan

    3. Pasca pembelajaran di alam

    - Membuat laporan pengamatan dan pengukuran kelompok

    - Menulis cerita secara individual

    - Presentasi kelompok dan diskusi kelas

    - Tes tertulis

    Selain langkah-langkah pembelajaran, ada hal lain yang perlu kita ketahui

    yaitu teknik penggunaan lingkungan alam dalam pembelajaran. Menurut Nana

    Sudjana dan Ahmad Rivai (1990:210) ada beberapa cara bagaimana mempelajari

    lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yaitu survey, kamping atau

    berkemah, field trip atau karyawisata, praktek lapangan, mengundang manusia

    atau nara sumber, proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat.

    Selain ada beberapa teknik menggunakan lingkungan, pembelajaran

    menggunakan lingkungan sekitar juga memiliki kelebihan serta kakurangan.

    Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1990:208), terdapat beberapa kelebihan

    dan kekurangan dalam pembelajaran dengan menggunakan lingkungan.

    Kelebihan pembelajaran menggunakan lingkungan sekitar yaitu: kegiatan

    belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam;

    hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan

    keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami; bahan-bahan yang dapat dipelajari

    lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat; kegiatan belajar

    siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai

    cara; sumber belajar menjadi lebih kaya; siswa dapat memahami dan menghayati

    aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.

    Selain terdapat beberapa kelebihan, terdapat pula Kekurangan

    pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekitar yakni kegiatan belajar

    kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa ke

  • 11

    tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan

    main-main; ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari

    lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu

    untuk belajar di kelas; sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya

    terjadi di dalam kelas.

    Pembelajaran Kontekstual

    Pembelajaran dengan menggunakan lingkungan alam termasuk ke dalam

    pendekatan pembelajara kontekstual. Menurut Sanjaya (2005) dalam Udin

    Syaefudin Saud, Ph.D (2010:162) pembelajaran kontekstual (Contextual

    Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan

    kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi

    yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga

    mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.

    Pembelajaran Konvensional

    Menurut Ujang Sukandi (dalam Sunarto, 2009) mendeskripsikan bahwa

    pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak

    mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa

    mengetahui sesuatu bukan melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran

    siswa lebih banyak mendengarkan . Sedangkan menurur Nurhadi (2009) metode

    konvensional terlihat pada proses siswa menerima informasi secara pasif, siswa

    belajar secara individual, hadiah atau penghargaan untuk perilaku baik adalah

    pujian atau nilai angka pada rapor saja, pembelajaran tidak memperhatikan

    pengalaman siswa dan hasil belajar hanya diukur dengan tes.

    Dalam pembelajaran konvensional, perbedaan individu kurang

    diperhatikan karena seorang guru hanya mengelola kelas dan mengelola

    pembelajaran dari depan kelas. Pembelajaran konvensional cenderung

    menempatkan siswa dalam posisi pasif (Syaiful Sagala, 2006:187). Menurut

    Djamarah (dalam Nurhadi, 2009) pembelajaran konvensional ditandai dengan

    ceramah, pemberian tugas dan latihan.

    Menurut Udin Syaefudin Saud, Ph.D (2010:167), banyak sekali terdapat

    perbedaan dalam pembelajaran kontekstual dan konvensional. Perbedaan-

  • 12

    perbedaan itu dapat dilihat dari segi hakikat belajar, model pembelajaran, kegiatan

    pembelajaran, kebermaknaan belajar, tindakan dan perilaku siswa, serta tujuan

    hasil belajar. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1.

    Tabel 2.1

    Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Konvensional

    Konteks

    Pembelajaran Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Konvensional

    Hakikat Belajar Konten pembelajaran selalu

    dikaitkan dengan kehidupan

    nyata yang diperoleh sehari-hari

    pada lingkungannya

    Isi pelajaran terdiri dari konsep

    dan teori yang abstrak tanpa

    pertimbangan manfaat bagi

    siswa

    Model

    Pembelajaran

    Siswa belajar melalui kegiatan

    kelompok seperti kerja

    kelompok, berdiskusi,

    praktikum kelompok, saling

    bertukar pikiran, memberi dan

    menerima informasi

    Siswa melakukan kegiatan

    pembelajaran bersifat

    individual dan komunikasi satu

    arah, kegiatan dominan

    mencatat, menghafal,

    menerima instruksi guru

    Kegiatan

    Pembelajaran

    Siswa ditempatkan sebagai

    subjek pembelajaran dan

    berusaha menggali dan

    menemukan sendiri materi

    pelajaran

    Siswa ditempatkan sebagai

    objek pembelajaran yang telah

    berperan sebagai penerima

    informasi yang pasif dan kaku

    Kebermaknaan

    Belajar

    Mengutamakan kemampuan

    yang didasarkan pada

    pengalaman yang diperoleh

    siswa dari kehidupan nyata

    Kemampuan yang didapat

    siswa berdasarkan pada

    latihan-latihan dan dril yang

    terus menerus

    Tindakan dan

    Perilaku Siswa

    Menumbuhkan kesadaran diri

    pada anak didik karena

    menyadari perilaku itu

    merugikan dan tidak memberi

    manfaat bagi dirinya dan

    masyarakat

    Tindakan dan perilaku individu

    didasarkan oleh faktor luar

    dirinya, tidak melakukan

    sesuatu karena takut sangsi,

    kalaupun melakukan sekedar

    memperoleh nilai/ganjaran

    Tujuan Hasil

    Belajar

    Pengetahuan yang dimiliki

    bersifat tentatif karena tujuan

    akhir belajar kepuasan diri

    Pengetahuan yang diperoleh

    dari hasil pembelajaran bersifat

    final dan absolut karena

    bertujuan untuk nilai

    2.1.2 Hasil Belajar

    Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah

    menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2011:22). Sedangkan menurut

  • 13

    Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana (2011:22) membagi tiga macam hasil

    belajar mengajar : keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan,

    sikap dan cita-cita. Sementara menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011:7)

    hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal

    yang sama juga dikemukakan oleh Gagne dalam Agus Suprijono (2011:5-6)

    bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi

    kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.

    Senada dengan Gagne, Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7)

    mengemukakan bahwa:

    Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.

    Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension

    (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),

    analysys (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan,

    merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif

    adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing

    (nilai), organization (organisasi), Characterization (karakterisasi). Domain

    psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga

    mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.

    Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah

    kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima

    perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan

    pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

    Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai

    suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas

    pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau

    upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau

    peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat

    untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter,

    kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat

    relatif, seperti depa, jengkal, sebentar lagi, dan lain-lain (Endang Poerwanti,

    dkk,2008:1-4). Menurut Cangelosi (1995) dalam Ana Ratna Wulan (2010) yang

    dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan

    data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan

    dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa

  • 14

    dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati

    kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera

    mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.

    Menurut Zainul dan Nasution (2001) dalam Ana Ratna Wulan (2010) pengukuran

    memiliki dua karakteristik utama yaitu: penggunaan angka atau skala tertentu,

    menurut suatu aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) dalam Ana

    Ratna Wulan (2010) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai

    kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga

    sifatnya menjadi kuantitatif. Jadi pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang

    dilakukan dengan cara membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu

    sehingga data yang dihasilkan adalah data kuantitatif.

    Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang

    disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering

    digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi,

    panduan wawancara, skala sikap dan angket.

    Dari pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil

    belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil

    belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes.

    1. Tes

    Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang

    harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-

    tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu

    aspektertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut

    adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu

    testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain

    seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan

    pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat

    melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria

    tertentu. Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai a systematic

    procedure for observing a persons behavior and describing it with the aid of a

    numerical scale or category system. Menurut Ebsters Collegiate (dalam

  • 15

    Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang

    digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan

    atau bakat yang dimiliki olehindividu atau kelompok.

    Menurut Endang Poerwanti, dkk (2008:1-5), tes adalah seperangkat tugas

    yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta

    didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap cakupan

    materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.

    Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) dalam Ana Ratna Wulan (2010)

    merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

    sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Dari

    beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan, tes adalah sejumlah pertanyaan

    atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki

    tujuan tertentu guna mengukur kemampuan seseorang.

    Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang

    Poerwanti, dkk (2008:4-5) jenis-jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraannya

    yaitu:

    a. Tes masuk (entrance test)

    Diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.

    b. Tes formatif (formative test)

    Dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung (progress),

    tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran sampai

    tahap tertentu.

    c. Tes Sumatif (summative tes)

    Diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan

    (total). Konsekuensi dari tes yang menekankan hasil pengajaran secara

    keseluruhan, maka item tes sumatif atau bahan cakupannya meliputi seluruh

    materi yang telah disampaikan. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran

    atau akhir semester.

    d. Pra-tes dan post-tes

    Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki seorang siswa di awal program

    pengajaran, kadang-kadang diselenggarakan pra-tes. Hasil pra-tes digunakan

  • 16

    untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa pada awal program pengajaran.

    Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan hasil pra-tes dengan

    hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).

    2. Non Tes

    Teknik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah

    afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan

    pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti,

    2008; 3-19 3-31), yaitu:

    1. Observasi

    Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat

    dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen

    yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar

    peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik

    tanpa menggunakan instrumen.

    2. Komposisi dan Presentasi

    Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. Presentasi dilakukan secara

    lisan guna mempertanggungjawabkan hasil kerja siswa.

    3. Proyek Individu dan Kelompok

    Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk

    individu maupun kelompok. Berupa pemberian tugas baik secara individu

    mapun kelompok.

    Berdasarkan uraian di atas, teknik tes yang digunakan yaitu tes formatif.

    Teknik non tes yang digunakan yaitu pengamatan, unjuk kerja (pengukuran,

    diskusi, presentasi) dan menulis cerita. Sebelum membuat instrumen, hal yang

    harus terlebih dahulu dilakukan adalah membuat kisi-kisinya. Kisi-kisi instrumen

    penelitian terdiri dari:

    1. Kisi-Kisi Tes

    Menurut Naniek Sulistya Wardani (2009), format kisi-kisi soal terdiri dari

    identitas dan 5 kolom utama. Identitas meliputi nama sekolah, mata pelajaran,

    kelas, waktu tes, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta jumlah soal harus

    diisi dengan jelas. Kolom 1 berisi indikator. Pada kolom ini berisi indikator-

  • 17

    indikator sesuai dengan tujuan pembelajaran, kolom 2 berisi pokok bahasan/sub

    pokok bahasan. Kolom ini berkaitan dengan materi pembelajaran yang digunakan

    sebagai acuan mengajar dan membuat instrumen, kolom 3 berisi proses berfikir

    yang dibagi lagi menjadi 6 kolom terdiri dari C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Sesuai

    dengan taksonomi Bloom dalam domain kognitif terdiri dari c1 sampai c6.

    Meliputi: C1 Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan

    dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling

    rendah tingkatannya, C2 Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau

    pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan

    penge tahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta

    didik, C3 Mengaplikasikan (Aply): mencakup penggunaan suatu prosedur guna

    menyelesaikan masalah atau menger jakan tugas. Kategori ini mencakup dua

    macam proses kognitif: menjalan kan dan mengimplementasikan, C4

    Menganalisis (Analyze): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-

    unsurnya dan menentukan bagai mana saling keterkaitan antar unsur-unsur

    tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam mengana lisis:

    menguraikan , mengorganisir , dan menemukan pesan tersirat, C5 Mengevaluasi

    (Evaluate): membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang

    ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa

    dan mengritik, C6 Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi

    suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam

    kategori ini, yaitu: membuat, merencanakan, dan memproduksi.

    Kolom selanjutnya yaitu tingkat kesukaran soal yang terdiri dari rendah,

    sedang, dan tinggi. Untuk menentukan kesukaran soal, kita bisa menggunakan

    acuan proses berfikir. Soal yang termasuk kategori rendah yaitu soal yang masuk

    ke dalam kategori C1, soal sedang yang terdapat dalam kategori C2 dan C3,

    sedangkan soal tinggi adalah soal yang masuk dalam kategori C4, C5 dan C6.

    Kolom terakhir yaitu kolom nomor soal, kolom ini diisi sesuai dengan nomor soal

    yang akan digunakan dalam instrumen. Setelah selesai membuat kisi-kisi, maka

    langkah selanjutnya adalah membuat instrumen sesuai dengan kisi-kisi yang telah

    dibuat.

  • 18

    2. Kisi-Kisi Non Tes

    Selain kisi-kisi tes, ada juga kisi-kisi non tes. Kisi-kisi non tes perlu dibuat

    ketika kita akan menggunakan teknik non tes. Kisi-kisi non tes dibuat dengan cara

    disesuaikan dengan apa yang akan kita ukur serta dengan apa kita akan

    mengukurnya. Format kisi-kisi non tes secara garis besar terdiri dari 3 kolom.

    Kolom pertama berisi nomor urut. Kolom ke dua berisi indikator/pernyataan yang

    akan diukur atau diamati. Kolom ketiga berisi skor, bisa juga jawaban. Skor bisa

    dituliskan dengan angka 1, 2, 3, 4, bisa juga kolom ke tiga diisi dengan pernyataan

    tinggi, sedang, rendah, setuju, tidak setuju, ya, tidak, lebih disesuaikan dengan

    kebutuhan dan tujuan kita. Pengukuran menggunakan teknik tes dan non tes,

    sehingga penilaiannya terdiri dari penilaian proses dan penilaian produk/hasil.

    2.1.3 Pembelajaran Tematik

    Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan

    tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan

    pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau

    gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan ( Depdiknas: 2007)

    Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata

    pelajaran pada kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar (SD), yaitu: Pendidikan Agama,

    Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan

    Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta

    Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan. Dalam satu tema tidak selalu

    diwajibkan untuk memasukan semua mata pelajaran ke dalamnya. Hal ini

    tergantung dari materi serta keterkaitannya dengan materi lain untuk menunjang

    tema sehingga tidak keluar dari tema yang telah ditetapkan. Meskipun

    pembelajaran tematik tidak mewajibkan semua mata pelajaran harus ada di

    dalamnya minimal dalam satu tema terdiri dari tiga mata pelajaran. Pencapaian

    tujuan pembelajaran tematik yang dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang

    standar dinamakan standar kompetensi dan dirinci ke dalam kompetensi dasar.

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas III Semester II disajikan lebih

    rinci dalam tabel berikut ini.

  • 19

    Tabel 2.2

    Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Tematik

    Kelas III Semester II Tema Lingkungan

    Stndar Kompetensi Kompetensi Dasar

    I. PKN

    3. Memiliki harga diri sebagai individu

    PKN:

    3.1 Mengenal pentingnya harga

    diri

    II. IPS

    2. Memahami jenis pekerjaan dan

    penggunaan uang

    IPS:

    2.3 Mengenal kegiatan jual beli di

    lingkungan rumah dan sekolah

    III. IPA

    6. Memahami kenampakan permukaan

    bumi , cuaca dan pengaruhnya bagi

    manusia, serta hubungannya dengan

    cara manusia memelihara dan

    melestarikan lingkungan

    IPA:

    6.4 Mengidentifikasi cara manusia

    dalam memelihara dan

    melestarikan alam di lingkungan

    sekitar

    IV. Matematika

    1. Menghitung keliling, luas, persegi

    dan persegi panjang serta

    penggunaannya dalam pemecahan

    masalah

    Matematika :

    5.1 Menghitung keliling persegi

    dan persegi panjang

    V. Bahasa Indonesia

    6. Menguangka-pkan pikiran, perasaan

    dan pengalaman secara lisan dengan

    bertelepon dan cerita

    Bahasa Indonesia

    6.2 Menceritakan peristiwa yang

    pernah dialami, dilihat atau

    didengar

    2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

    Ika Erviana, 2011 dalam penelitiannya berjudul Upaya Peningkatan Hasil

    Belajar IPA Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar

    Siswa Kelas IV SD Negeri Nglangitan 1 Kabupaten Blora Semester 2 Tahun

    2010/2011. Menyimpulkan bahwa pada siklus I diperoleh peningkatan hasil

  • 20

    belajar yaitu siswa yang memeperoleh nilai kurang dari 40 berkurang 55%

    menjadi tidak 0%, siswa yang memperoleh nilai 66-65 meningkat dari 23%

    menjadi 50% dan siswa yang memperoleh nilai 80-100 meningkat dari tidak ada

    menjadi 23%. Ketuntasan belajar yang dicapai siswa meningkat dari 23% menjadi

    73%, serta meningkat dari 43 menjadi 72. Hasil belajar pada siklus II

    menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dibanding siklus I. Seluruh siswa

    memiliki nilai diatas KKM 66, yaitu 44% siswa memiliki nilai 66-67 dan 59%

    siswa memiliki nilai 80-100. Nilai rata-rata meningkat dari 72 menjadi 85,9 pada

    akhir siklus II. Ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 100%. Dari hasil

    penelitian lingkungan alam memiliki pengaruh yang signifikan dan siswa lebih

    semangat belajar. Kekurangannya yaitu guru lebih sulit dalam mengorganisir

    siswa saat belajar di luar kelas. Terjadi peningkatan yang cukup baik pada siklus

    I, ditunjukan dengan sudah tidak adanya siswa yang memperoleh nilai < 40 dan

    siswa yang sudah tuntas mencapai KKM meningkat 23%. Pada siklus II 100%

    siswa tuntas mencapai KKM. Kekurangan penelitian ini yaitu lingkungan alam

    hanya digunakan sebagai sumber belajar. Condong dari penelitian ini bahwa

    lingkungan alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka akan dilakukan

    eksperimen penggunaan lingkungan alam pada kelas rendah. Eksperimen dengan

    perlakuan pembelajaran kontekstual menggunakan lingkungan alam diharapkan

    dapat menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema

    lingkungan.

    K. Etik Sumiarti Peningkatan Prestasi Belajar Sains Dengan

    Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar di kelas V semester 2 SD

    negeri 2 Kedu Kecamatan Kedu Tahun Pelajaran 2009/2010, diketahui bahwa

    hasil belajar sains mengalami peningkatan sebanyak 60% pada siklus II. Siswa

    berantusias dalam pembelajaran dan pembelajaran dengan memanfaatkan

    lingkungan alam dapat mengurangi rasa jenuh siswa belajar di dalam kelas.

    Pemilihan lingkungan yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan cukup

    mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Kelebihan

    penelitian ini yaitu terjadi peningkatan yang signifikan, pada siklus I siswa yang

    tuntas mencapai KKM sebanyak 50% dan pada siklus II 95%. Tindak lanjut dari

  • 21

    penelitian ini yaitu akan dilakukan lagi penelitian penggunaan lingkungan alam

    sekitar tidak hanya sebagai sumber belajar melainkan juga digunakan sebagai

    media belajar. Penelitian akan menggunakan jenis penelitian eksperimen serta unit

    penelitian yaitu siswa kelas rendah.

    Sri Endah Wahyuningsih (2009) Pemanfaatan Lingkungan Sebagai

    Sumber Belajar Untuk Meningkatan Keefektifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas

    IV Pada Mata Pelajaran IPS di SD Mulyorejo Kecamatan Kraton Kabupaten

    Pasuruan, hasil penelitian menunjukan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber

    belajar dapat meningkatkan keaktifan belajar IPS dan dasil belajar kelas IV. Hasil

    yang diperoleh saat pre-test rata-rata 54, rata-rata siklus I 65 dan rata-rata siklus II

    70. Pemanfaatan lingkungan alam cukup efektif digunakan dan siswa lebih mudah

    memahami materi. Disarankan lingkungan yang digunakan tidak terlalu jauh dari

    sekolah dan mudah dijangkau. Kelebihan penelitian ini yaitu terdapat perbedaan

    yang cukup banyak mulai dari pre-test, siklus I dan siklus II. Rata-rata siswa

    berhasil ditingkatkan menjadi 70. Senada dengan penelitian ini, lingkungan alam

    juga akan dieksperimenkan untuk meningkatkan pembelajaran tematik dengan

    tema lingkungan. Siswa tentunya akan lebih mudah memahami materi dengan

    tema lingkungan jika siswa belajar dengan menggunakan lingkungan alam. Siswa

    kelas rendah tentunya akan lebih mudah belajar dengan apa yang dilihat dan

    dialami langsung.

    Purwanti Silvianawati, 2011 dalam penelitiannya Pengaruh Penerapan

    Pembelajaran Tematik Kelas II SD dengan Menggunakan Model Pembelajaran

    SAVI Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester

    2 Tahun 2010/2011. Menyimpulkan bahwa pembelajaran SAVI lebih baik dalam

    meningkatkan nilai siswa pada tema Hewan dan Tumbuhan, sehingga prestasi

    belajar yang dicapai lebih tinggi dengan hasil rata-rata prestasi untuk kelas

    eksperimen 82.8125 dan 69.6875 untuk kelas kontrol. Kelebihan penelitian ini

    yaitu adanya perbedaan hasil belajar yang cukup signifikan antara kelompok

    eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini sudah menggunakan inovasi

    pembelajaran yakni model pembelajaran SAVI. Kekurangan penelitian ini yaitu

    inovasi pembelajaran hanya dilakukan pada aspek model pembelajrannya saja.

  • 22

    Tindak lanjut dari penelitian ini yaitu akan dilakukan eksperimen lagi mengenai

    pembelajaran tematik tetapi dengan memberikan inovasi yang berbeda. Inovasi

    pembelajaran yang akan diberikan yakni penggunaan lingkungan alam sebagai

    media dan sumber belajar serta pembelajaran akan menggunakan pendekatan

    kontekstual. Tidak seperti pembelajaran SAVI dimana siswa hanya dilatih pada

    aspek somatic, audiotory, visualitation, dan inteligent I pemberian perlakuan

    dengan menggunakan lingkungan alam lebih melibatkan anak secara aktif,

    pembelajaran dilakukan di luar kelas sehingga siswa lebih bebas untuk belajar

    dengan alam tidak hanya belajar dengan memanfaatkan anggota badan, melihat,

    mendengar dan dilatih kognitifnya saja tetapi inovasi yang diberikan jauh lebih

    kompleks.

    Kusrini, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA

    Dengan Penggunaan Lingkungan Alam Sekitar Siswa Kelas IV SD Gandu I

    Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010,

    kondisi awal nilai rata-ratanya 60,4, pada siklus I menjadi 63,1 dan pada siklus II

    meningkat menjadi 75,4. Letak geografis sekolah cukup mendukung untuk

    menggunakan lingkungan alam sekitar, dekat dengan sawah, hutan, dan taman

    sehingga siswa akan semangat belajar dan tidak merasa jenuh. Hal lain yang perlu

    diperhatiakn yaitu kondisi fisik siswa, siswa yang kondisi fisiknya kurang sehat

    hendaknya tidak diikut sertakan dalam pembelajaran diluar kelas supaya tidak

    bertambah parah. Kelebihan penelitian ini yaitu hasil penelitian yang ditunjukan

    cukup baik, perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal 60,4 dan pada siklus II

    menjadi 75,4. Dari hasil penelitian ini maka akan dilakukan tindak lanjut dengan

    melakukan eksperimen menggunakan lingkungan alam terhadap hasil belajar

    siswa kelas rendah yang menggunakan pembelajaran tematik. Penelitian

    eksperimen yang akan dilakukan digunakan untuk mengetahui apakah lingkungan

    alam juga berhasil jika diterapkan di kelas rendah dengan pembelajaran tematik.

    Dari lima hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa terdapat 1

    penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran tematik lebih baik jika

    dilakukan dengan inovasi pembelajaran. Untuk memberikan tindak lanjut dari

    penelitian ini akan dilakukan penelitian penerapan pembelajaran tematik dengan

  • 23

    memberikan inovasi berupa penggunaan lingkungan alam dengan pendekatan

    kontekstual. Sudah terdapat 4 hasil penelitian dengan menggunakan lingkungan

    alam tetapi penelitian belum ada yang dilakukan di kelas rendah serta penelitian

    yang digunakan semuanya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindak lanjut

    dari hasil kajian hasil penelitian yang relevan akan dilakukan penelitian tentang

    penggunaan lingkungan alam, penelitian akan menggunakan jenis penelitian

    eksperimen serta unit penelitian yakni siswa kelas rendah.

    2.3 Kerangka Berpikir

    Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional memiliki ciri yang sangat

    mencolok yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Metode yang sering digunakan

    yaitu ceramah, guru menjelaskan materi sedangkan siswa hanya berperan pasif,

    siswa mendengarkan penjelasan serta ceramah dari guru, setelah guru selesai

    menjelaskan materi, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa, siswa

    mengerjakan soal yang diberikan guru hanya berbekal apa yang ia baca dan ia

    dengar dari penjelasan guru sebelumnya. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk

    mengalami pembelajaran secara langsung, aktif berinteraksi dengan teman dan

    lingkungannya, sehingga aspek yang dikembangkan hanyalah kognitifnya saja,

    sehingga alat penilaian juga mengukur kognitif anak saja. Akhirnya hasil belajar

    yang diperoleh siswa rendah, banyak siswa yang tidak tuntas belajar karena nilai

    yang diperoleh kurang dari KKM yang ditentukan. Pembelajaran tematik di kelas

    III dengan tema lingkungan jika dilaksanakan dengan konvensional, kelas terlihat

    pasif dan hasil belajar masih banyak yang di bawah KKM. Siswa kelas III

    menurut Piaget mencapai tahap perkembangan operasional konkret, dimana siswa

    akan lebih mudah belajar dengan menggunakan benda-benda nyata yang ada

    disekitarnya serta belajar dengan melakukan dan mengalami langsung.

    Pembelajaran di kelas III dengan tema lingkungan akan coba

    dieksperimenkan dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar

    dan pembelajaran dilakukan secara kontekstual. Pembelajaran kontekstual yaitu

    pembelajaran yang sesuai dengan apa yang dlihat dan dialami. Tiga tahap yang

    harus dilakukan yaitu: tahap persiapan, tahap pembelajaran di alam dan pasca

  • 24

    pembelajaran di alam. Dalam tahap persiapan yang harus dilakuan guru yaitu

    menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaian langkah-langkah

    pembelajaran, pembentukan kelompok dan persiapan alat pengukuran, tahap

    persiapan di lakukan di dalam kelas. Tahap pembelajaran di alam siswa

    melakukan pengamatan di sawah, hutan, lingkungan sekolah, serta siswa

    melakukan pengukuran keliling sawah dan bidang tanah. Pasca pembelajaran di

    alam merupakan pengorganisasian siswa ke dalam kelas kembali, kegiatan

    pembelajaran yang dilakukan yaitu membuat laporan kelompok, menulis cerita

    secara individu, diskusi dan presentasi serta mengerjakan tes tertulis (tes

    formatif).

    Dari ketiga tahap tersebut terlihat jelas bahwa siswa dituntut untuk aktif

    dan kreatif dalam belajar. Mereka dibantu memahami materi dengan

    menggunakan lingkungan sawah dan hutan. Siswa akan merasa lebih senang dan

    tertarik untuk belajar sehingga secara tidak langsung siswa memahami materi.

    Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya berupa penilaian hasil melainkan

    juga menggunakan penilaian proses. Sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, guru

    dapat mengukur penilaian proses dari laporan pengamatan, laporan pengukuran,

    diskusi, presentasi dan menulis cerita. Penilaian hasil diperoleh dari skor tes

    formatif yang dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Maka diharapkan dengan

    pembelajaran secara kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan alam akan

    mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar akan meningkat lebih baik

    dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan secara konvensional.

    Penjelasan lebih rinci dijelaskan dalam gambar 2.1.

  • 25

    Pembelajaran tematik kelas III

    Tema Lingkungan

    Pembelajaran kontekstual

    Penggunaan lingkungan alam

    (sawah dan hutan)

    Persiapan

    - Penyampaian tujuan pembelajaran - Penyampaian langkah-langkah

    pembelajaran

    - Pembentukan kelompok Pembelajaran di lingkungan

    alam

    - Pengamatan di hutan dan sawah

    - Pengukuran di hutan dan sawah

    Pasca pembelajaran di alam

    - Membuat laporan kelompok - Menulis cerita secara

    individu

    - Diskusi kelas dan presentasi

    Tes Formatif

    Penilaian Hasil

    Penilaian Proses

    Pembelajaran konvensional

    Guru menyampaikan

    materi dengan ceramah

    Siswa pasif mendengarkan

    penjelasan dari guru

    Tes formatif

    Hasil belajar rendah

    Penilaian hasil belajar

    Hasil Belajar Tinggi

    Gambar 2.1 Pengaruh pembelajaran konvensional dan pembelajaran

    kontekstual menggunakan lingkungan alam

  • 26

    2.4 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di

    atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu Ada pengaruh

    positif signifikan antara penggunaan lingkungan alam sekitar dengan hasil belajar

    siswa kelas III SD Imbas Gugus Ki Hajar Dewantara Randublatung Blora

    semester II tahun ajaran 2011/2012.