BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...
Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat...
-
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Lingkungan Alam Sekitar
Pengertian lingkungan alam sekitar adalah segala sesuatu yang ada
disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan manusia baik langsung
maupun tidak langsung (Dea Oktadavita, 2010; dalam Ika Erviana, 2011).
Senada dengan Dea Oktadavita, menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai
(1990:213) lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya
alamiah seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan, flora
(tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (air, hutan, tanah, batu-batuan, dan
lain-lain).
Dari kedua definisi lingkungan alam menurut para ahli, dapat disimpulkan
lingkungan alam yaitu segala sesuatu yang berada disekitar kita yang sudah ada
dan tersedia di alam (sawah, hutan, gunung, laut, dan lain-lain) bukan buatan
manusia.
Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan
mencakup segala sesuatu yang sangat kompleks. Lingkungan sekitar memiliki
banyak manfaat, untuk kelangsungan hidup tumbuhan, hewan serta manusia.
Lingkungan sekitar juga bisa dimanfaatkan untuk belajar. Menurut Nana Sudjana
dan Ahmad Rivai (1990:212) dari semua lingkungan masyarakat yang dapat
digunakan dalam proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat
dikategorikan menjadi tiga macam lingkungan belajar yakni lingkungan sosial,
lingkungan alam dan lingkungan buatan.
a. Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi
manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi sosial, adat, dan
kebiasaan, mata pencaharian, kebudayaan, pendidikan, kependudukan, struktur
pemerintahan, agama dan sistem nilai. Lingkungan sosial tepat digunakan untuk
mempelajari ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan. Dalam praktek pengajaran
-
6
penggunaan lingkungan sosial hendaknya dimulai dari lingkungan yang paling
dekat, seperti keluarga, tetangga, desa, kecamatan, dan seterusnya.
b. Lingkungan Alam
Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang sifatnya alamiah
seperti keadaan geografis, iklim, suhu udara, musim, curah hujan,
flora(tumbuhan), fauna (hewan), sumber daya alam (hutan, air, tanah, batu-batuan,
dan lain-lain). Lingkungan alam tepat digunakan untuk bidang studi Ilmu
Pengetahuan Alam. Dengan mempelajari lingkungan alam diharapkan para siswa
dapat lebih memahami materi pelajaran di sekolah serta dapat menumbuhkan rasa
cinta alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara lingkungan, turut serta
dalam menanggulangi kerusakan dan pencemaran lingkungan serta tetap menjaga
kelestarian lingkungan kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia.
c. Lingkungan Buatan
Di samping lingkungan sosial dan lingkungan alam yang sifatnya alami,
ada juga yang disebut lingkungan buatan yakni lingkungan yang sengaja
diciptakan atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang bermanfaat
bagi kehidupan manusia. Lingkungan buatan antara lain irigasi atau pengairan,
bendungan, pertamanan, kebun bintang, perkebunan, penghijauan, dan
pembangkit tenaga listrik.
Sesuai dengan permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi
untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, menyatakan bahwa standar isi
untuk tingkat SD/MI mencakup standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
dikembangkan melalui standar kompetensi lulusan (SKL). Kurikulum
dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip: berpusat pada potensi, perkembangan,
kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, beragam dan
terpadu, tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
relevan dengan kebutuhan kehidupan, menyeluruh dan berkesinambungan, belajar
sepanjang hayat, Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.
Dapat disimpulkan bahwa lingkungan juga cukup berpengarauh dalam
pendidikan. Hal ini berarti dengan memaksimalkan penggunaan lingkungan dalam
belajar dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan potensi dalam
-
7
dirinya terutama terkait pencapaian standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang harus mereka penuhi sebagai wajib belajar.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran, lingkungan dapat berfungsi
sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Menurut Oemar Hamalik
(2004:195) lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor
kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor
belajar yang penting. Lingkungan yang berada disekitar kita dapat dijadikan
sebagai sumber belajar. Lingkungan alam sekitar meliput masyarakat di sekeliling
sekolah, lingkungan fisik di sekitar sekalolah, bahan-bahan yang tersisa atau tidak
terpakai dan bahan-bahan bekas dan bila diolah dapat dimanfaatkan sebagai
sumber atau alat bantu dalam belajar, peristiwa alam dan peristiwa yang terjadi
dalam masyarakat.
Ada beberapa ahli yang merumuskan tentang langkah-langkah
pembelajaran menggunakan lingkungan alam. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad
Rivai (1990:215) langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran menggunakan
lingkungan alam, meliputi:
a. Langkah persiapan
- Dalam hubungannya dengan pembahasan bidang studi tertentu, guru dan
siswa menentukan tujuan belajar yang diharapkan diperoleh para siswa
berkaitan dengan penggunaan lingkungan sebagai media dan sumber
belajar.
- Tentukan objek yang harus dipelajari dan dikunjungi.
- Menentukan cara belajar siswa pada saat kunjungan dilakukan.
- Guru dan siswa mempersiapkan perijinan jika diperlukan.
- Persiapan teknis yang diperlukan untuk kegiatan belajar.
b. Langkah pelaksanaan
Pada langkah ini adalah melakukan kegiatan belajar di tempat tujuan
sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Biasanya kegiatan belajar diawali
dengan penjelasan petugas mengenai objek yang dikunjungi sesuai dengan
permintaan yang telah disampaikan sebelumnya.
c. Tindak lanjut
Tindak lanjut dari kegiatan belajar yang telah dilakukan adalah kegiatan
belajar di kelas untuk membahas dan mendiskusikan hasil belajar dari lingkungan.
Setiap kelompok diminta melaporkan hasil-hasilnya untuk dibahas bersama. Guru
-
8
dapat meminta kesan-kesan yang diperoleh siswa dari kegiatan tersebut, di
samping menyimpulkan materi yang diperoleh dan dihubungkan dengan bahan
pengajaran bidang studinya.
Senada dengan Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, langkah-langkah yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan lingkungan menurut Asnawir dan Usman
(2002:110) dalam Ika Erviana (2011) adalah sebagai berikut:
a. Menyelidiki lingkungan sekitar, mencari hal-hal yang diusahakan dapat
dijadikan sebagai sumber belajar. Sumber belajar disesuaikan dengan materi
yang akan diajarkan
b. Membuat perencanaan proses belajar mengajar berdasarkan topik yang
dipilih. Dalam membuat perencanaan harus sinkron dengan materi dan
sumber belajar yang dipilih.
c. Mengorganisasi siswa secara berkelompok atau secara individual sesuai
dengan kebutuhan. Pengorganisasian kelas dapat dilaksanakan ketika di
dalam kelas, hal ini akan mempermudah guru untuk mengawasi anak di
lapangan.
d. Menjelaskan kepada siswa tentang tugas yang diberikan. Sebelum siswa
terjun langsung untuk belajar dengan lingkungan alam, terlebih dahulu
hendaknya guru menjelaskan tugas-tugas yang harus ia lakukan supaya
mereka tetap bertanggung jawab dan tidak asyik bermain melupakan
tugasnya.
e. Memberikan tugas kepada kelompok atau individu. Dalam pemberian tugas,
disesuaikan dengan pengorganisasian siswa, tugas bisa diberikan secara
individu, kelompok ataupun ke duanya.
f. Mendiskusikan hasil kerja yang diperoleh. Hasil belajar yang diperoleh dari
alam, didiskusikan di dalam kelas.
g. Menyimpulkan hasil kerja sesuai dengan hasil diskusi yang telah dilakukan.
h. Menilai hasil kerja siswa. Guru harus memberikan umpan balik berupa
penilaian hasil kerja.
i. Tindak lanjut bila diperlukan, tindak lanjut bisa berupa pemberian tugas
rumah, remidial ataupun pengayaan.
-
9
Lain halnya dengan pendapat yang disampaikan oleh B. Suryobroto.
Menurut B. Suryobroto (2006:85), langkah-langkah pelaksanaan pengajaran
menggunakan alam sekitar, yaitu:
1. Penetapan tujuan
Di sini tujuan memiliki sifat umum dan khusus. Tujuan umumnya adalah
mengembangkan semua nilai-nilai yang telah disebutkan. Sedangkan tujuan
khususnya ialah disesuaikan dengan obyek atau bahan pelajaran yang
diberikan kepada anak-anak.
2. Guru mengadakan persiapan
Sebelum mengadakan perjalanan sekolah untuk mengunjungi sesuatu
yang akan dijadikan pokok pelajaran, guru wajib mengunjungi tempat dan
obyek itu sendiri lebih dahulu.
3. Persiapan dari pihak murid
Anak-anak harus dibangkitkan perhatiannya dan kesediannya untuk
mengamati dan menyelidiki secara teratur kepada obyek pengamatan yang
telah ditentukan. Persiapan murid ini dilaksanakan di dalam kelas pada saat
akan memulai pengajaran dengan alam sekitar.
4. Pengamatan dengan efisien
Sesampainya pada obyek yang menjadi bahan pelajaran anak-anak diberi
kebebasan untuk bekerja sendiri. Tidak perlu guru selalu memimpin dalam
segala hal.
5. Pengolahan di sekolah tentang yang diamati
Di sini pengetahuan dan pengelolaan murid hasil dari pada
pengamatannya dan penyelidikannya yang langsung itu, dibicarakan secara
sistematis di dalam kelas dengan pimpinan guru.
Senada dengan pendapat para ahli, langkah-langkah pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan alam dalam penelitian ini, yaitu:
1. Persiapan
- Penyampaian tujuan pembelajaran
- Penyampaian langkah-langkah pembelajaran
- Pembentukan kelompok dan persiapan alat pengukuran
-
10
2. Pembelajaran di alam
- Pengamatan di sawah secara berkelompok
- Pengukuran di sawah
- Pengamatan di hutan dan lingkungan sekolah
- Pengukuran di hutan
3. Pasca pembelajaran di alam
- Membuat laporan pengamatan dan pengukuran kelompok
- Menulis cerita secara individual
- Presentasi kelompok dan diskusi kelas
- Tes tertulis
Selain langkah-langkah pembelajaran, ada hal lain yang perlu kita ketahui
yaitu teknik penggunaan lingkungan alam dalam pembelajaran. Menurut Nana
Sudjana dan Ahmad Rivai (1990:210) ada beberapa cara bagaimana mempelajari
lingkungan sebagai media dan sumber belajar, yaitu survey, kamping atau
berkemah, field trip atau karyawisata, praktek lapangan, mengundang manusia
atau nara sumber, proyek pelayanan dan pengabdian pada masyarakat.
Selain ada beberapa teknik menggunakan lingkungan, pembelajaran
menggunakan lingkungan sekitar juga memiliki kelebihan serta kakurangan.
Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1990:208), terdapat beberapa kelebihan
dan kekurangan dalam pembelajaran dengan menggunakan lingkungan.
Kelebihan pembelajaran menggunakan lingkungan sekitar yaitu: kegiatan
belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam;
hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan
keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami; bahan-bahan yang dapat dipelajari
lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat; kegiatan belajar
siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan dengan berbagai
cara; sumber belajar menjadi lebih kaya; siswa dapat memahami dan menghayati
aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
Selain terdapat beberapa kelebihan, terdapat pula Kekurangan
pembelajaran dengan menggunakan lingkungan sekitar yakni kegiatan belajar
kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu siswa dibawa ke
-
11
tujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada kesan
main-main; ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari
lingkungan memerlukan waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu
untuk belajar di kelas; sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya
terjadi di dalam kelas.
Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran dengan menggunakan lingkungan alam termasuk ke dalam
pendekatan pembelajara kontekstual. Menurut Sanjaya (2005) dalam Udin
Syaefudin Saud, Ph.D (2010:162) pembelajaran kontekstual (Contextual
Teaching and Learning) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan
kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi
yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran Konvensional
Menurut Ujang Sukandi (dalam Sunarto, 2009) mendeskripsikan bahwa
pendekatan konvensional ditandai dengan guru mengajar lebih banyak
mengajarkan tentang konsep-konsep bukan kompetensi, tujuannya adalah siswa
mengetahui sesuatu bukan melakukan sesuatu dan pada saat proses pembelajaran
siswa lebih banyak mendengarkan . Sedangkan menurur Nurhadi (2009) metode
konvensional terlihat pada proses siswa menerima informasi secara pasif, siswa
belajar secara individual, hadiah atau penghargaan untuk perilaku baik adalah
pujian atau nilai angka pada rapor saja, pembelajaran tidak memperhatikan
pengalaman siswa dan hasil belajar hanya diukur dengan tes.
Dalam pembelajaran konvensional, perbedaan individu kurang
diperhatikan karena seorang guru hanya mengelola kelas dan mengelola
pembelajaran dari depan kelas. Pembelajaran konvensional cenderung
menempatkan siswa dalam posisi pasif (Syaiful Sagala, 2006:187). Menurut
Djamarah (dalam Nurhadi, 2009) pembelajaran konvensional ditandai dengan
ceramah, pemberian tugas dan latihan.
Menurut Udin Syaefudin Saud, Ph.D (2010:167), banyak sekali terdapat
perbedaan dalam pembelajaran kontekstual dan konvensional. Perbedaan-
-
12
perbedaan itu dapat dilihat dari segi hakikat belajar, model pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, kebermaknaan belajar, tindakan dan perilaku siswa, serta tujuan
hasil belajar. Secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1
Perbedaan Pembelajaran Kontekstual Dengan Pembelajaran Konvensional
Konteks
Pembelajaran Pembelajaran Kontekstual Pembelajaran Konvensional
Hakikat Belajar Konten pembelajaran selalu
dikaitkan dengan kehidupan
nyata yang diperoleh sehari-hari
pada lingkungannya
Isi pelajaran terdiri dari konsep
dan teori yang abstrak tanpa
pertimbangan manfaat bagi
siswa
Model
Pembelajaran
Siswa belajar melalui kegiatan
kelompok seperti kerja
kelompok, berdiskusi,
praktikum kelompok, saling
bertukar pikiran, memberi dan
menerima informasi
Siswa melakukan kegiatan
pembelajaran bersifat
individual dan komunikasi satu
arah, kegiatan dominan
mencatat, menghafal,
menerima instruksi guru
Kegiatan
Pembelajaran
Siswa ditempatkan sebagai
subjek pembelajaran dan
berusaha menggali dan
menemukan sendiri materi
pelajaran
Siswa ditempatkan sebagai
objek pembelajaran yang telah
berperan sebagai penerima
informasi yang pasif dan kaku
Kebermaknaan
Belajar
Mengutamakan kemampuan
yang didasarkan pada
pengalaman yang diperoleh
siswa dari kehidupan nyata
Kemampuan yang didapat
siswa berdasarkan pada
latihan-latihan dan dril yang
terus menerus
Tindakan dan
Perilaku Siswa
Menumbuhkan kesadaran diri
pada anak didik karena
menyadari perilaku itu
merugikan dan tidak memberi
manfaat bagi dirinya dan
masyarakat
Tindakan dan perilaku individu
didasarkan oleh faktor luar
dirinya, tidak melakukan
sesuatu karena takut sangsi,
kalaupun melakukan sekedar
memperoleh nilai/ganjaran
Tujuan Hasil
Belajar
Pengetahuan yang dimiliki
bersifat tentatif karena tujuan
akhir belajar kepuasan diri
Pengetahuan yang diperoleh
dari hasil pembelajaran bersifat
final dan absolut karena
bertujuan untuk nilai
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2011:22). Sedangkan menurut
-
13
Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana (2011:22) membagi tiga macam hasil
belajar mengajar : keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan,
sikap dan cita-cita. Sementara menurut Lindgren dalam Agus Suprijono (2011:7)
hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Hal
yang sama juga dikemukakan oleh Gagne dalam Agus Suprijono (2011:5-6)
bahwa hasil belajar itu berupa: informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi
kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Senada dengan Gagne, Bloom dalam Agus Suprijono (2011:6-7)
mengemukakan bahwa:
Hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Domain kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension
(pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan),
analysys (menguraikan, menentukan hubungan), sysnthesis (mengorganisasikan,
merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai). Domain afektif
adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing
(nilai), organization (organisasi), Characterization (karakterisasi). Domain
psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan rountinized. Psikomotor juga
mencakup keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah
kemampuan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima
perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan
pengetahuan yang didapat untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar digunakan guru sebagai ukuran atau kriteria dalam mencapai
suatu tujuan pendidikan. Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas
pengukuran. Secara sederhana pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau
upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu gejala atau
peristiwa, atau benda, sehingga hasil pengukuran akan selalu berupa angka. Alat
untuk melakukan pengukuran ini dapat berupa alat ukur standar seperti meter,
kilogram, liter dan sebagainya, termasuk ukuran-ukuran subyektif yang bersifat
relatif, seperti depa, jengkal, sebentar lagi, dan lain-lain (Endang Poerwanti,
dkk,2008:1-4). Menurut Cangelosi (1995) dalam Ana Ratna Wulan (2010) yang
dimaksud dengan pengukuran (Measurement) adalah suatu proses pengumpulan
data melalui pengamatan empiris untuk mengumpulkan informasi yang relevan
dengan tujuan yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru menaksir prestasi siswa
-
14
dengan membaca atau mengamati apa saja yang dilakukan siswa, mengamati
kinerja mereka, mendengar apa yang mereka katakan, dan menggunakan indera
mereka seperti melihat, mendengar, menyentuh, mencium, dan merasakan.
Menurut Zainul dan Nasution (2001) dalam Ana Ratna Wulan (2010) pengukuran
memiliki dua karakteristik utama yaitu: penggunaan angka atau skala tertentu,
menurut suatu aturan atau formula tertentu. Arikunto dan Jabar (2004) dalam Ana
Ratna Wulan (2010) menyatakan pengertian pengukuran (measurement) sebagai
kegiatan membandingkan suatu hal dengan satuan ukuran tertentu sehingga
sifatnya menjadi kuantitatif. Jadi pengukuran memiliki arti suatu kegiatan yang
dilakukan dengan cara membandingkan sesuatu dengan satuan ukuran tertentu
sehingga data yang dihasilkan adalah data kuantitatif.
Untuk menetapkan angka dalam pengukuran, perlu sebuah alat ukur yang
disebut dengan instrumen. Dalam dunia pendidikan instrumen yang sering
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa seperti tes, lembar observasi,
panduan wawancara, skala sikap dan angket.
Dari pengertian pengukuran yang telah dipaparkan untuk mengukur hasil
belajar peserta didik digunakanlah alat penilaian hasil belajar. Penilaian hasil
belajar dapat diukur melalui teknik tes dan non tes.
1. Tes
Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang
harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ditanggapi, atau tugas-
tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu
aspektertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut
adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu
testum yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain
seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan
pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat
melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria
tertentu. Cronbach (dalam Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai a systematic
procedure for observing a persons behavior and describing it with the aid of a
numerical scale or category system. Menurut Ebsters Collegiate (dalam
-
15
Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan
atau bakat yang dimiliki olehindividu atau kelompok.
Menurut Endang Poerwanti, dkk (2008:1-5), tes adalah seperangkat tugas
yang harus dikerjakan atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta
didik untuk mengukur tingkat pemahaman dan penugasannya terhadap cakupan
materi yang dipersyaratkan dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu.
Tes menurut Arikunto dan Jabar (2004) dalam Ana Ratna Wulan (2010)
merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dengan menggunakan cara atau aturan yang telah ditentukan. Dari
beberapa definisi di atas peneliti menyimpulkan, tes adalah sejumlah pertanyaan
atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki
tujuan tertentu guna mengukur kemampuan seseorang.
Tes sangat bermacam-macam bentuk dan jenisnya. Menurut Endang
Poerwanti, dkk (2008:4-5) jenis-jenis tes berdasarkan waktu penyelenggaraannya
yaitu:
a. Tes masuk (entrance test)
Diselenggarakan sebelum dan menjelang suatu program pengajaran dimulai.
b. Tes formatif (formative test)
Dilakukan pada saat program pengajaran sedang berlangsung (progress),
tujuannya untuk memperoleh informasi tentang jalannya pengajaran sampai
tahap tertentu.
c. Tes Sumatif (summative tes)
Diselenggarakan untuk mengetahui hasil pengajaran secara keseluruhan
(total). Konsekuensi dari tes yang menekankan hasil pengajaran secara
keseluruhan, maka item tes sumatif atau bahan cakupannya meliputi seluruh
materi yang telah disampaikan. Tes sumatif diberikan di akhir suatu pelajaran
atau akhir semester.
d. Pra-tes dan post-tes
Untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki seorang siswa di awal program
pengajaran, kadang-kadang diselenggarakan pra-tes. Hasil pra-tes digunakan
-
16
untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa pada awal program pengajaran.
Kemajuan yang dicapai bisa dilihat dari perbandingan hasil pra-tes dengan
hasil tes yang diselenggarakan di akhir program pengajaran (post-test).
2. Non Tes
Teknik nontes sangat penting dalam mengases peserta didik pada ranah
afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan
pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes (Endang Poerwanti,
2008; 3-19 3-31), yaitu:
1. Observasi
Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar dapat
dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen
yang sengaja dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar
peserta didik, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik
tanpa menggunakan instrumen.
2. Komposisi dan Presentasi
Peserta didik menulis dan menyajikan karyanya. Presentasi dilakukan secara
lisan guna mempertanggungjawabkan hasil kerja siswa.
3. Proyek Individu dan Kelompok
Mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan serta dapat digunakan untuk
individu maupun kelompok. Berupa pemberian tugas baik secara individu
mapun kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, teknik tes yang digunakan yaitu tes formatif.
Teknik non tes yang digunakan yaitu pengamatan, unjuk kerja (pengukuran,
diskusi, presentasi) dan menulis cerita. Sebelum membuat instrumen, hal yang
harus terlebih dahulu dilakukan adalah membuat kisi-kisinya. Kisi-kisi instrumen
penelitian terdiri dari:
1. Kisi-Kisi Tes
Menurut Naniek Sulistya Wardani (2009), format kisi-kisi soal terdiri dari
identitas dan 5 kolom utama. Identitas meliputi nama sekolah, mata pelajaran,
kelas, waktu tes, standar kompetensi dan kompetensi dasar serta jumlah soal harus
diisi dengan jelas. Kolom 1 berisi indikator. Pada kolom ini berisi indikator-
-
17
indikator sesuai dengan tujuan pembelajaran, kolom 2 berisi pokok bahasan/sub
pokok bahasan. Kolom ini berkaitan dengan materi pembelajaran yang digunakan
sebagai acuan mengajar dan membuat instrumen, kolom 3 berisi proses berfikir
yang dibagi lagi menjadi 6 kolom terdiri dari C1, C2, C3, C4, C5, dan C6. Sesuai
dengan taksonomi Bloom dalam domain kognitif terdiri dari c1 sampai c6.
Meliputi: C1 Menghafal (Remember): menarik kembali informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang. Mengingat merupakan proses kognitif yang paling
rendah tingkatannya, C2 Memahami (Understand): mengkonstruk makna atau
pengertian berdasarkan pengetahuan awal yang dimiliki, atau mengintegrasikan
penge tahuan yang baru ke dalam skema yang telah ada dalam pemikiran peserta
didik, C3 Mengaplikasikan (Aply): mencakup penggunaan suatu prosedur guna
menyelesaikan masalah atau menger jakan tugas. Kategori ini mencakup dua
macam proses kognitif: menjalan kan dan mengimplementasikan, C4
Menganalisis (Analyze): menguraikan suatu permasalahan atau obyek ke unsur-
unsurnya dan menentukan bagai mana saling keterkaitan antar unsur-unsur
tersebut. Ada tiga macam proses kognitif yang tercakup dalam mengana lisis:
menguraikan , mengorganisir , dan menemukan pesan tersirat, C5 Mengevaluasi
(Evaluate): membuat suatu pertimbangan berdasarkan kriteria dan standar yang
ada. Ada dua macam proses kognitif yang tercakup dalam kategori ini: memeriksa
dan mengritik, C6 Membuat (create): menggabungkan beberapa unsur menjadi
suatu bentuk kesatuan. Ada tiga macam proses kognitif yang tergolong dalam
kategori ini, yaitu: membuat, merencanakan, dan memproduksi.
Kolom selanjutnya yaitu tingkat kesukaran soal yang terdiri dari rendah,
sedang, dan tinggi. Untuk menentukan kesukaran soal, kita bisa menggunakan
acuan proses berfikir. Soal yang termasuk kategori rendah yaitu soal yang masuk
ke dalam kategori C1, soal sedang yang terdapat dalam kategori C2 dan C3,
sedangkan soal tinggi adalah soal yang masuk dalam kategori C4, C5 dan C6.
Kolom terakhir yaitu kolom nomor soal, kolom ini diisi sesuai dengan nomor soal
yang akan digunakan dalam instrumen. Setelah selesai membuat kisi-kisi, maka
langkah selanjutnya adalah membuat instrumen sesuai dengan kisi-kisi yang telah
dibuat.
-
18
2. Kisi-Kisi Non Tes
Selain kisi-kisi tes, ada juga kisi-kisi non tes. Kisi-kisi non tes perlu dibuat
ketika kita akan menggunakan teknik non tes. Kisi-kisi non tes dibuat dengan cara
disesuaikan dengan apa yang akan kita ukur serta dengan apa kita akan
mengukurnya. Format kisi-kisi non tes secara garis besar terdiri dari 3 kolom.
Kolom pertama berisi nomor urut. Kolom ke dua berisi indikator/pernyataan yang
akan diukur atau diamati. Kolom ketiga berisi skor, bisa juga jawaban. Skor bisa
dituliskan dengan angka 1, 2, 3, 4, bisa juga kolom ke tiga diisi dengan pernyataan
tinggi, sedang, rendah, setuju, tidak setuju, ya, tidak, lebih disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan kita. Pengukuran menggunakan teknik tes dan non tes,
sehingga penilaiannya terdiri dari penilaian proses dan penilaian produk/hasil.
2.1.3 Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan
tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau
gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan ( Depdiknas: 2007)
Ruang lingkup pengembangan pembelajaran tematik meliputi seluruh mata
pelajaran pada kelas 1, 2 dan 3 Sekolah Dasar (SD), yaitu: Pendidikan Agama,
Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Pendidikan
Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta
Pendidikan Jasmani,Olahraga dan Kesehatan. Dalam satu tema tidak selalu
diwajibkan untuk memasukan semua mata pelajaran ke dalamnya. Hal ini
tergantung dari materi serta keterkaitannya dengan materi lain untuk menunjang
tema sehingga tidak keluar dari tema yang telah ditetapkan. Meskipun
pembelajaran tematik tidak mewajibkan semua mata pelajaran harus ada di
dalamnya minimal dalam satu tema terdiri dari tiga mata pelajaran. Pencapaian
tujuan pembelajaran tematik yang dapat dimiliki oleh kemampuan siswa yang
standar dinamakan standar kompetensi dan dirinci ke dalam kompetensi dasar.
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas III Semester II disajikan lebih
rinci dalam tabel berikut ini.
-
19
Tabel 2.2
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran Tematik
Kelas III Semester II Tema Lingkungan
Stndar Kompetensi Kompetensi Dasar
I. PKN
3. Memiliki harga diri sebagai individu
PKN:
3.1 Mengenal pentingnya harga
diri
II. IPS
2. Memahami jenis pekerjaan dan
penggunaan uang
IPS:
2.3 Mengenal kegiatan jual beli di
lingkungan rumah dan sekolah
III. IPA
6. Memahami kenampakan permukaan
bumi , cuaca dan pengaruhnya bagi
manusia, serta hubungannya dengan
cara manusia memelihara dan
melestarikan lingkungan
IPA:
6.4 Mengidentifikasi cara manusia
dalam memelihara dan
melestarikan alam di lingkungan
sekitar
IV. Matematika
1. Menghitung keliling, luas, persegi
dan persegi panjang serta
penggunaannya dalam pemecahan
masalah
Matematika :
5.1 Menghitung keliling persegi
dan persegi panjang
V. Bahasa Indonesia
6. Menguangka-pkan pikiran, perasaan
dan pengalaman secara lisan dengan
bertelepon dan cerita
Bahasa Indonesia
6.2 Menceritakan peristiwa yang
pernah dialami, dilihat atau
didengar
2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan
Ika Erviana, 2011 dalam penelitiannya berjudul Upaya Peningkatan Hasil
Belajar IPA Melalui Pemanfaatan Lingkungan Sekitar Sebagai Sumber Belajar
Siswa Kelas IV SD Negeri Nglangitan 1 Kabupaten Blora Semester 2 Tahun
2010/2011. Menyimpulkan bahwa pada siklus I diperoleh peningkatan hasil
-
20
belajar yaitu siswa yang memeperoleh nilai kurang dari 40 berkurang 55%
menjadi tidak 0%, siswa yang memperoleh nilai 66-65 meningkat dari 23%
menjadi 50% dan siswa yang memperoleh nilai 80-100 meningkat dari tidak ada
menjadi 23%. Ketuntasan belajar yang dicapai siswa meningkat dari 23% menjadi
73%, serta meningkat dari 43 menjadi 72. Hasil belajar pada siklus II
menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar dibanding siklus I. Seluruh siswa
memiliki nilai diatas KKM 66, yaitu 44% siswa memiliki nilai 66-67 dan 59%
siswa memiliki nilai 80-100. Nilai rata-rata meningkat dari 72 menjadi 85,9 pada
akhir siklus II. Ketuntasan belajar yang dicapai sebesar 100%. Dari hasil
penelitian lingkungan alam memiliki pengaruh yang signifikan dan siswa lebih
semangat belajar. Kekurangannya yaitu guru lebih sulit dalam mengorganisir
siswa saat belajar di luar kelas. Terjadi peningkatan yang cukup baik pada siklus
I, ditunjukan dengan sudah tidak adanya siswa yang memperoleh nilai < 40 dan
siswa yang sudah tuntas mencapai KKM meningkat 23%. Pada siklus II 100%
siswa tuntas mencapai KKM. Kekurangan penelitian ini yaitu lingkungan alam
hanya digunakan sebagai sumber belajar. Condong dari penelitian ini bahwa
lingkungan alam dapat meningkatkan hasil belajar siswa, maka akan dilakukan
eksperimen penggunaan lingkungan alam pada kelas rendah. Eksperimen dengan
perlakuan pembelajaran kontekstual menggunakan lingkungan alam diharapkan
dapat menjadi solusi yang tepat untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tema
lingkungan.
K. Etik Sumiarti Peningkatan Prestasi Belajar Sains Dengan
Memanfaatkan Lingkungan Sebagai Sumber Belajar di kelas V semester 2 SD
negeri 2 Kedu Kecamatan Kedu Tahun Pelajaran 2009/2010, diketahui bahwa
hasil belajar sains mengalami peningkatan sebanyak 60% pada siklus II. Siswa
berantusias dalam pembelajaran dan pembelajaran dengan memanfaatkan
lingkungan alam dapat mengurangi rasa jenuh siswa belajar di dalam kelas.
Pemilihan lingkungan yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan cukup
mempengaruhi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Kelebihan
penelitian ini yaitu terjadi peningkatan yang signifikan, pada siklus I siswa yang
tuntas mencapai KKM sebanyak 50% dan pada siklus II 95%. Tindak lanjut dari
-
21
penelitian ini yaitu akan dilakukan lagi penelitian penggunaan lingkungan alam
sekitar tidak hanya sebagai sumber belajar melainkan juga digunakan sebagai
media belajar. Penelitian akan menggunakan jenis penelitian eksperimen serta unit
penelitian yaitu siswa kelas rendah.
Sri Endah Wahyuningsih (2009) Pemanfaatan Lingkungan Sebagai
Sumber Belajar Untuk Meningkatan Keefektifan dan Hasil Belajar Siswa Kelas
IV Pada Mata Pelajaran IPS di SD Mulyorejo Kecamatan Kraton Kabupaten
Pasuruan, hasil penelitian menunjukan pemanfaatan lingkungan sebagai sumber
belajar dapat meningkatkan keaktifan belajar IPS dan dasil belajar kelas IV. Hasil
yang diperoleh saat pre-test rata-rata 54, rata-rata siklus I 65 dan rata-rata siklus II
70. Pemanfaatan lingkungan alam cukup efektif digunakan dan siswa lebih mudah
memahami materi. Disarankan lingkungan yang digunakan tidak terlalu jauh dari
sekolah dan mudah dijangkau. Kelebihan penelitian ini yaitu terdapat perbedaan
yang cukup banyak mulai dari pre-test, siklus I dan siklus II. Rata-rata siswa
berhasil ditingkatkan menjadi 70. Senada dengan penelitian ini, lingkungan alam
juga akan dieksperimenkan untuk meningkatkan pembelajaran tematik dengan
tema lingkungan. Siswa tentunya akan lebih mudah memahami materi dengan
tema lingkungan jika siswa belajar dengan menggunakan lingkungan alam. Siswa
kelas rendah tentunya akan lebih mudah belajar dengan apa yang dilihat dan
dialami langsung.
Purwanti Silvianawati, 2011 dalam penelitiannya Pengaruh Penerapan
Pembelajaran Tematik Kelas II SD dengan Menggunakan Model Pembelajaran
SAVI Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari 04 Salatiga Semester
2 Tahun 2010/2011. Menyimpulkan bahwa pembelajaran SAVI lebih baik dalam
meningkatkan nilai siswa pada tema Hewan dan Tumbuhan, sehingga prestasi
belajar yang dicapai lebih tinggi dengan hasil rata-rata prestasi untuk kelas
eksperimen 82.8125 dan 69.6875 untuk kelas kontrol. Kelebihan penelitian ini
yaitu adanya perbedaan hasil belajar yang cukup signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini sudah menggunakan inovasi
pembelajaran yakni model pembelajaran SAVI. Kekurangan penelitian ini yaitu
inovasi pembelajaran hanya dilakukan pada aspek model pembelajrannya saja.
-
22
Tindak lanjut dari penelitian ini yaitu akan dilakukan eksperimen lagi mengenai
pembelajaran tematik tetapi dengan memberikan inovasi yang berbeda. Inovasi
pembelajaran yang akan diberikan yakni penggunaan lingkungan alam sebagai
media dan sumber belajar serta pembelajaran akan menggunakan pendekatan
kontekstual. Tidak seperti pembelajaran SAVI dimana siswa hanya dilatih pada
aspek somatic, audiotory, visualitation, dan inteligent I pemberian perlakuan
dengan menggunakan lingkungan alam lebih melibatkan anak secara aktif,
pembelajaran dilakukan di luar kelas sehingga siswa lebih bebas untuk belajar
dengan alam tidak hanya belajar dengan memanfaatkan anggota badan, melihat,
mendengar dan dilatih kognitifnya saja tetapi inovasi yang diberikan jauh lebih
kompleks.
Kusrini, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran IPA
Dengan Penggunaan Lingkungan Alam Sekitar Siswa Kelas IV SD Gandu I
Kecamatan Bogorejo Kabupaten Blora Semester II Tahun Pelajaran 2009/2010,
kondisi awal nilai rata-ratanya 60,4, pada siklus I menjadi 63,1 dan pada siklus II
meningkat menjadi 75,4. Letak geografis sekolah cukup mendukung untuk
menggunakan lingkungan alam sekitar, dekat dengan sawah, hutan, dan taman
sehingga siswa akan semangat belajar dan tidak merasa jenuh. Hal lain yang perlu
diperhatiakn yaitu kondisi fisik siswa, siswa yang kondisi fisiknya kurang sehat
hendaknya tidak diikut sertakan dalam pembelajaran diluar kelas supaya tidak
bertambah parah. Kelebihan penelitian ini yaitu hasil penelitian yang ditunjukan
cukup baik, perolehan nilai rata-rata pada kondisi awal 60,4 dan pada siklus II
menjadi 75,4. Dari hasil penelitian ini maka akan dilakukan tindak lanjut dengan
melakukan eksperimen menggunakan lingkungan alam terhadap hasil belajar
siswa kelas rendah yang menggunakan pembelajaran tematik. Penelitian
eksperimen yang akan dilakukan digunakan untuk mengetahui apakah lingkungan
alam juga berhasil jika diterapkan di kelas rendah dengan pembelajaran tematik.
Dari lima hasil penelitian yang telah dilakukan terlihat bahwa terdapat 1
penelitian yang menunjukkan bahwa pembelajaran tematik lebih baik jika
dilakukan dengan inovasi pembelajaran. Untuk memberikan tindak lanjut dari
penelitian ini akan dilakukan penelitian penerapan pembelajaran tematik dengan
-
23
memberikan inovasi berupa penggunaan lingkungan alam dengan pendekatan
kontekstual. Sudah terdapat 4 hasil penelitian dengan menggunakan lingkungan
alam tetapi penelitian belum ada yang dilakukan di kelas rendah serta penelitian
yang digunakan semuanya adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tindak lanjut
dari hasil kajian hasil penelitian yang relevan akan dilakukan penelitian tentang
penggunaan lingkungan alam, penelitian akan menggunakan jenis penelitian
eksperimen serta unit penelitian yakni siswa kelas rendah.
2.3 Kerangka Berpikir
Pembelajaran yang dilakukan secara konvensional memiliki ciri yang sangat
mencolok yaitu pembelajaran berpusat pada guru. Metode yang sering digunakan
yaitu ceramah, guru menjelaskan materi sedangkan siswa hanya berperan pasif,
siswa mendengarkan penjelasan serta ceramah dari guru, setelah guru selesai
menjelaskan materi, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa, siswa
mengerjakan soal yang diberikan guru hanya berbekal apa yang ia baca dan ia
dengar dari penjelasan guru sebelumnya. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk
mengalami pembelajaran secara langsung, aktif berinteraksi dengan teman dan
lingkungannya, sehingga aspek yang dikembangkan hanyalah kognitifnya saja,
sehingga alat penilaian juga mengukur kognitif anak saja. Akhirnya hasil belajar
yang diperoleh siswa rendah, banyak siswa yang tidak tuntas belajar karena nilai
yang diperoleh kurang dari KKM yang ditentukan. Pembelajaran tematik di kelas
III dengan tema lingkungan jika dilaksanakan dengan konvensional, kelas terlihat
pasif dan hasil belajar masih banyak yang di bawah KKM. Siswa kelas III
menurut Piaget mencapai tahap perkembangan operasional konkret, dimana siswa
akan lebih mudah belajar dengan menggunakan benda-benda nyata yang ada
disekitarnya serta belajar dengan melakukan dan mengalami langsung.
Pembelajaran di kelas III dengan tema lingkungan akan coba
dieksperimenkan dengan memanfaatkan lingkungan alam sebagai sumber belajar
dan pembelajaran dilakukan secara kontekstual. Pembelajaran kontekstual yaitu
pembelajaran yang sesuai dengan apa yang dlihat dan dialami. Tiga tahap yang
harus dilakukan yaitu: tahap persiapan, tahap pembelajaran di alam dan pasca
-
24
pembelajaran di alam. Dalam tahap persiapan yang harus dilakuan guru yaitu
menyampaikan tujuan pembelajaran, menyampaian langkah-langkah
pembelajaran, pembentukan kelompok dan persiapan alat pengukuran, tahap
persiapan di lakukan di dalam kelas. Tahap pembelajaran di alam siswa
melakukan pengamatan di sawah, hutan, lingkungan sekolah, serta siswa
melakukan pengukuran keliling sawah dan bidang tanah. Pasca pembelajaran di
alam merupakan pengorganisasian siswa ke dalam kelas kembali, kegiatan
pembelajaran yang dilakukan yaitu membuat laporan kelompok, menulis cerita
secara individu, diskusi dan presentasi serta mengerjakan tes tertulis (tes
formatif).
Dari ketiga tahap tersebut terlihat jelas bahwa siswa dituntut untuk aktif
dan kreatif dalam belajar. Mereka dibantu memahami materi dengan
menggunakan lingkungan sawah dan hutan. Siswa akan merasa lebih senang dan
tertarik untuk belajar sehingga secara tidak langsung siswa memahami materi.
Penilaian yang dilakukan oleh guru tidak hanya berupa penilaian hasil melainkan
juga menggunakan penilaian proses. Sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, guru
dapat mengukur penilaian proses dari laporan pengamatan, laporan pengukuran,
diskusi, presentasi dan menulis cerita. Penilaian hasil diperoleh dari skor tes
formatif yang dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran. Maka diharapkan dengan
pembelajaran secara kontekstual dengan memanfaatkan lingkungan alam akan
mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar akan meningkat lebih baik
dibandingkan dengan pembelajaran yang dilakukan secara konvensional.
Penjelasan lebih rinci dijelaskan dalam gambar 2.1.
-
25
Pembelajaran tematik kelas III
Tema Lingkungan
Pembelajaran kontekstual
Penggunaan lingkungan alam
(sawah dan hutan)
Persiapan
- Penyampaian tujuan pembelajaran - Penyampaian langkah-langkah
pembelajaran
- Pembentukan kelompok Pembelajaran di lingkungan
alam
- Pengamatan di hutan dan sawah
- Pengukuran di hutan dan sawah
Pasca pembelajaran di alam
- Membuat laporan kelompok - Menulis cerita secara
individu
- Diskusi kelas dan presentasi
Tes Formatif
Penilaian Hasil
Penilaian Proses
Pembelajaran konvensional
Guru menyampaikan
materi dengan ceramah
Siswa pasif mendengarkan
penjelasan dari guru
Tes formatif
Hasil belajar rendah
Penilaian hasil belajar
Hasil Belajar Tinggi
Gambar 2.1 Pengaruh pembelajaran konvensional dan pembelajaran
kontekstual menggunakan lingkungan alam
-
26
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan di
atas, maka dapat dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini yaitu Ada pengaruh
positif signifikan antara penggunaan lingkungan alam sekitar dengan hasil belajar
siswa kelas III SD Imbas Gugus Ki Hajar Dewantara Randublatung Blora
semester II tahun ajaran 2011/2012.