KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

32
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298 125 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN PERAIRAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nursamsi Sarengat*, Arum Yuniari, Ike Setyorini, Suyatini 1 1 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta *email: [email protected] ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat potensi pencemaran industri pada lingkungan perairan di daerah pengelompokan dan pengembangan industri di Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat beberapa industri yang potensial menimbulkan pencemaran air limbah diantaranya industri tekstil, industri susu, pengolahan jamur, industri bolam, indutri kapur, industri kayu lapis, industri arang aktif, industri penyamakan kulit, industri plastik, dsb. Penelitian dilaksanakan dengan melakukan pengamatan pada industri yang potensial menimbulkan pencemaran di daerah Kodya Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo. Dalam penelitian ini dilakukan uji fisika dan kimia terhadap contoh air sungai yang berpotensi sebagai buangan akhir limbah industri. Sampling dilakukan di Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Oya, Sungai Opak, Sungai Code dan Sungai Gajah Wong. Lokasi sampling pada sungai-sungai tersebut diusahakan merata pada segmen jarak yang sama. Evaluasi hasil uji fisika dan kimia dari contoh air sungai dilakukan dengan berdasar Peraturan Pemerintah R.I. No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air yang menunjukkan kriteria tingkat pencemaran untuk lingkungan perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas lingkungan perairan sungai di wilayah DIY pada umumnya masih relatif baik yaitu kriteria mutu air kelas II Kata Kunci : Pencemaran industri, lingkungan perairan DIY

Transcript of KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Page 1: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

125 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN PERAIRAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Nursamsi Sarengat*, Arum Yuniari, Ike Setyorini, Suyatini 1

1 Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta

*email: [email protected]

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat potensi pencemaran industri pada

lingkungan perairan di daerah pengelompokan dan pengembangan industri di

Daerah Istimewa Yogyakarta. Terdapat beberapa industri yang potensial

menimbulkan pencemaran air limbah diantaranya industri tekstil, industri susu,

pengolahan jamur, industri bolam, indutri kapur, industri kayu lapis, industri arang

aktif, industri penyamakan kulit, industri plastik, dsb. Penelitian dilaksanakan dengan

melakukan pengamatan pada industri yang potensial menimbulkan pencemaran di

daerah Kodya Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul dan

Kulonprogo. Dalam penelitian ini dilakukan uji fisika dan kimia terhadap contoh air

sungai yang berpotensi sebagai buangan akhir limbah industri. Sampling dilakukan di

Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai Winongo, Sungai Oya, Sungai

Opak, Sungai Code dan Sungai Gajah Wong. Lokasi sampling pada sungai-sungai

tersebut diusahakan merata pada segmen jarak yang sama. Evaluasi hasil uji fisika

dan kimia dari contoh air sungai dilakukan dengan berdasar Peraturan Pemerintah

R.I. No.82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian

Pencemaran Air yang menunjukkan kriteria tingkat pencemaran untuk lingkungan

perairan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas lingkungan perairan sungai di

wilayah DIY pada umumnya masih relatif baik yaitu kriteria mutu air kelas II

Kata Kunci : Pencemaran industri, lingkungan perairan DIY

Page 2: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 126

PENDAHULUAN

Poliester tidak jenuh banyak digunakan dalam berbagai produk, antara lain

bagian pesawat, kapal, gedung, aksesoris kendaraan bermotor dan lain-lain (Nadilah

et al., 2003; Kandare et al., 2008). Bahan ini memiliki sifat mekanis dan kimia yang

baik serta harganya relatif murah. Poliester tidak jenuh dibuat dengan mereaksikan

asam dikarboksilat jenuh dan tidak jenuh dengan glikol dilanjutkan curing dengan

stirena (Vargas et al., 2015).

Bahan pengisi dapat ditambahkan ke dalam polimer untuk memberikan sifat-

sifat tertentu yang diinginkan atau untuk mengurangi harga produk. Yuniari (2007)

telah melakukan kajian komposit plastik daur ulang dengan bahan pengisi serbuk

kayu. Nurhajati et al. (2003) menyatakan bahwa komposit sampah plastik fleksibel

dan serbuk gergaji dapat digunakan sebagai penutup lantai. Dholakiya et al. (2005)

meneliti penggunaan kaolin sebagai bahan pengisi poliester tidak jenuh. Mereka

mendapatkan hasil bahwa sifat mekanis dan elektris komposit yang dihasilkan

dipengaruhi oleh perlakuan permukaan dan konsentrasi bahan pengisi. Ahmed et al.

(2013) menyatakan bahwa poliester tidak jenuh dengan bahan pengisi kaolin

memiliki sifat mekanis dan elektris yang baik untuk dipakai sebagai bahan isolator.

Informasi stabilitas termal bahan polimer diperlukan untuk mengetahui rentang

suhu bahan tersebut dapat dipakai tanpa mengalami degradasi. Analisis

termogravimetri menjadi salah satu analisis termal yang utama digunakan dalam

mengkarakterisasi bahan polimer (Ferreira et al., 2006). Analisis termal poliester

tidak jenuh dengan bahan pengisi kaolin dan serbuk gergaji belum ada di literatur.

Untuk itu pada penelitian ini dilakukan studi termogravimetri komposit tersebut dan

mendapatkan kinetika reaksi berdasarkan model kinetika reaksi order satu (Zhou et

al., 2006). Perkembangan industri telah memberikan sumbangan positif bagi

kekuatan ekonomi daerah dan nasional. Namun demikian memiliki dampak negatif

yaitu masalah pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh buangan industri-

industri tertentu. Diperlukan upaya pengendalian pencemaran industri sehingga

masih dalam batas daya dukung lingkungan alam di sekelilingnya. Salah satu upaya

yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi dampak pencemaran industri adalah

dengan mempetakan potensi cemaran dari industri yang ada baik di lingkungan

perairan maupun lingkungan tanah. Dengan mengetahui potensi cemaran industri

Page 3: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

127 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

maka dapat diperkirakan daya dukung lingkungannya sehingga pemerintah yang

berwenang sedini mungkin dapat mengeluarkan suatu kebijakan untuk menekan

serendah mungkin dampak negatif dari pembangunan industri berwawasan

lingkungan di daerahnya.

Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu daerah dengan

pembangunan industri yang sedang berkembang. Untuk menciptakan industri yang

berwawasan lingkungan harus dicari suatu upaya bagaimana mengatur pola

industrialisasi di DIY supaya tetap berkembang pesat tetapi pencemarannya dapat

dikendalikan dalam batas-batas daya dukung lingkungan alam di sekelilingnya

sehingga terjamin kelestariannya. Sampai saat ini belum diketahui sampai sejauh

mana potensi dan tingkat pencemaran yang diakibatkan oleh aktifitas industri dalam

kaitannya dengan upaya pengembangan industri di DIY. Tujuan penelitian potensi

pencemaran industri adalah untuk mengetahui daya dukung lingkungan perairan dan

tanah di daerah pengelompokan dan pengembangan industri di DIY meliputi Dati II

Kodya Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Bantul, Gunung Kidul dan Kulon Progo.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data bagi pemerintah untuk

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menetapkan kebijakan

pengembangan wilayah khususnya pengembangan wilayah industri yang

berwawasan lingkungan di Daerah Istimewa Yogyakarta.

TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terbentang diantara 7o33’ sampai

8o12’ lintang selatan dan diantara 100; sampai 110

o5’ bujur timur. Di sebelah utara

berbatasan dengan Kabupaten Magelang, di sebelah timur Kabupaten Wonogiri, di

sebelah barat Kabupaten Purworejo dan di sebelah selatan dibatasi Samudera

Indonesia. Luas wilayah DIY 3158,50 km2 secara administrasi terbagi menjadi 73

buah kecamatan. Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari Pengunungan Selatan

dengan luas wilayah ± 1656,25 km2, ketinggian 150 – 700 mdpl. Menurut

pengamatan Stasiun Meteorologi Lanuma Adi Sucipto pada tahun 2013 sampai

bulan Agustus 2015, suhu rata-rata 29,01oC dengan kisaran suhu maksimum 32,3

oC

suhu minimun 25,4oC. Kelembaban udara rata-rata 82,25%. Curah hujan maksimum

341,1 mm pada bulan Januari, sedang curah hujan minimum pada bulan Juli yaitu

Page 4: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 128

1,3 mm. Hembusan angin bertiup dengan kecepatan 2,5 knot/am, terbesar adalah 14

knot/jam dengan arah 210o. Pola angin di DIY berdasarkan data Stasiun Meteorologi

bertiup dari barat ke timur 1.

Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai potensi industri yang cukup tinggi,

baik industri kecil, menengah maupun besar. Di daerah ini sektor industri setiap

tahun menunjukkan peningkatan baik dalam hal penyerapan tenaga kerja, investasi

maupun nilai produksi. Cabang industri yang ada di DIY terdiri dari 5 cabang yaitu :

industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan bangunan,

industri logam dan eletronika serta industri kerajinan.

Untuk cabang industri terdiri dari berbagai macam industri yang meliputi

sebagai berikut :

a. Industri pangan : tahu, tempe, jenang, gula kelapa, emping, yangko, kue basah,

kue kering, pati aci ice cream, roti, es balok, jamur, minyak kelapa, cerutu,

minuman beralkohol, gula, susu bubuk.

b. Industri sandang dan kulit : batik, tenun ATBM, konveksi, barang kulit sepatu),

bordir, barang kulit non sepatu, benang tenun, kain grey, batik, pakaian jadi, kain

rajut, pemintalan, penyamakan kulit, sarung tangan kulit.

c. Industri kimia dan bahan bangunan : genteng, tegel, giring, mebel, pasir semen,

gamping, beton cetak, bahan bangunan, minyak atsiri, gas oksigen, filling plant

elpiji, gas acetilen, spiritus dan alkohol, percetakan dan penerbitan, cuci cetak,

fotocopy, barang galian bukan logam.

d. Industri logam dan elektronika : pande besi, cor alumunium, bengkel las, kaleng,

cor kuningan, timbangan, pisau, tembaga, bengkel besi, pande besi, mesin

gergaji, ground road, mesin pengolahan rotan dan bambu, rice coocker, pompa

air.

e. Industri kerajinan dan umum : agel bagor, sabut kelapa, gerabah, anyaman

pandan, anyaman bambu, alat dapur, chapstick.

Dari data potensi Industri Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan

UKM DIY pada tahun 2014 unit usaha yang ada di DIY sebanyak 86.087 unit terdiri

dari industri pangan 38.569 unit, industri sandang dan kulit 6.451 unit, industri kimia

dan bahan bangunan 13.394 unit, industri logam dan elektronika 5.240 unit dan

industri kerajinan 23.433 unit 2.

Page 5: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

129 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

Dari sejumlah unit usaha tersebut penyebaran industri di kota dan kabupaten

seperti ditunjukan pada tabel 1.

Tabel 1 Penyebaran Unit Usaha Industri di Kota dan Kabupaten DIY

No Cabang Industri

Kota

Yogyakarta

(Unit)

Sleman

(Unit)

Bantul

(Unit)

Kulon

Progo

(Unit)

Gunungkidul

(Unit)

1 Industri Pangan 1.976 6.128 8.112 13.289 9.064

2 Industri Sandang dan Kulit

887 1.743 836 976 1.009

3 Industri Kimia dan Bahan Bangunan

649 3.064 3.005 1.046 5.630

4 Industri logam dan elektronika

672 1.828 1.003 853 884

5 Industri kerajinan 949 4.590 6.855 18.972 4.660

JUMLAH 5.133 17.353 19.811 22543 21.247

Sumber: Data Potensi IKM DIY3,4,5,6,7

Berdasarkan data tabel 1 terlihat bahwa arah perkembangan industri cenderung

pada industri kecil, dimana lokasinya tersebar cukup merata diseluruh wilayah Dati II,

kecuali di Kotamadya Yogyakarta. Jumlah yang terbanyak berada di wilayah

kabupaten Dati II Kulonprogo. Kelompok cabang industri menengah lokasi unit

usahanya berada di wilayah Kodya Yogyakarta dan Kabupaten Bantul dan Sleman.

Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan industri tersebut pada wilayah yang padat

penduduk dan tersebar kurang merata di wilayah Dati II lainnya.

Kegiatan yang diperkirakan dapat menimbulkan beban pencemaran di DIY yaitu

industri, kegiatan pariwisata, hotel, dan restoran, rumah sakit, serta pemukiman.

Industri berpotensi besar cenderung memberi beban pada lingkungan baik itu

lingkungan perairan maupun lingkungan udara. Pencemaran air dapat disebabkan

oleh buangan dari proses pencucian perlatan, pengelontoran lantai dan air

pendingin. Pencemaran yang berasal dari pemukiman antara lain berasal dari

sampah rumah tangga, buangan tinja, sampah dari pasar, air buangan dari rumah

sakit, laboratorium dan hotel. Selain itu peternakan juga dapat memberikan beban

cemaran pada lingkungan perairan, yaitu kotoran ternak serta sisa makanan yang

langsung dibuang ke badan perairan 8. Daerah Istimewa Yogyakarta juga

merupakan salah satu kota tujuan wisata. Jumlah kunjungan wisatawan di kota

Yogyakarta rata-rata sebesar 1.696.544 orang per tahun, dengan rata-rata

perkembangan jumlah wisatawan sebesar 10,7%. Hal ini mendukung pertumbuhan

Page 6: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 130

jumlah hotel di kota Yogyakarta dari tahun 2001 – 2011 rata-rata sebesar 8,3% per

tahun dengan tingkat hunian 2,08 hari 9. Pertumbuhan restoran sejalan dengan

pertumbuhan hotel di DIY. Baku mutu limbah buangan hotel dan restoran juga diatur

dalam Peraturan Gubernur DIY Nomor 7 tahun 2010.

Untuk limpahan air hujan serta pembuangan limbah domestik maupun industri

di wilayah ini terdapat beberapa sungai dan jaringan got/riol, got dan riol ini terutama

berfungsi sebagai saluran pembuangan air limbah di dalam kota. Sungai yang cukup

besar adalah sungai Progo dan Sungai Opak yang mengalir di Wilayah barat dan

timur Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan sungai menurut peruntukannya di

DIY ada 8 sungai besar yaitu Sungai Code, Winongo, Progo, Opak, Gajah Wong,

Oyo, Serang, dan Bedog.

MATERI DAN METODE

Materi

Bahan penelitian berupa air sungai yang diambil dari sungai-sungai yang ada di

wilayah DIY, meliputi : Sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai

Winongo, Sungai Code, Sungai Gajah Wong, Sungai Oya, Sungai Opak atau anak

sungainya. Untuk sungai-sungai tertentu pada bagian hulu dikaji sejak sungai

tersebut masuk wilayah DIY.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data

primer diperoleh dengan cara menganalisa contoh air yang diambil dari

sungai/perairan. Sungai-sungai yang diteliti adalah sungai-sungai yang termasuk

dalam SK. Gubernur Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta Nomer : 153/ KTPS/ 1992

tentang: Penentuan Air Sungai diwilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dasar penentuan lokasi pengambilan contoh air sungai adalah: pengambilan contoh

diusahakan pada segmen-segmen dengan jarak yang sama dengan memperhatikan

arah hulu, hilir serta batas antar kabupaten, memperhatikan beban pencemaran

yang diterima lingkungan (kemungkinan dari industri saja atau dari buangan kota),

dan memperhatikan kemudahan dan keamanan bagi petugas pengambil contoh.

Mengingat terbatasnya waktu penelitian maka waktu pengambilan contoh tidak

Page 7: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

131 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

memperhatikan faktor musim. Metode pengambilan contoh air sesuai Kep. Men. L.H.

No 37 tahun 2003 dengan setiap sungai jumlah titik pengambilan contoh adalah 3-4

titik, frekuensi pengambilan 1 kali. Analisa dilaksanakan dilapangan dan di

laboratorium tergantung dari jenis parameter sesuai dengan baku mutu kriteria kelas

air Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001. Parameter kualitas air sungai yang

dianalisa dilapangan adalah : pH, DO, dan suhu. Sedangkan parameter kualitas air

sungai yang dianalisa dilaboratorium adalah : residu tersuspensi, COD, BOD, N-NH3,

N-NH2, N-NO3, Po4, S, Pb, Cr hexavalen, Cr total, Cu, dan Zn dan logam yang lain.

Pengujian dilakukan dengan perlatan standar laboratorium misalnya peralatan gelas,

spektrofotometer UV -1601 PE merek Shimadzu, neraca analitis Mettler Toledo AB

204-S/FACT, Atomic Adsorbtion Spectrofotometer (AAS) AA6800 merek Shimadzu,

dll. Data sekunder dikumpulkan dari Dinas Perindag Kop DIY, Dinas Perindagkop &

UKM Kodya Yogyakarta, Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman, Kabupaten

Gunungkidul, dan Kabupaten Kulon Progo, Badan lingkungan Hidup (BLH) DIY dan

Puslit LH UGM, dan Kantor Meteorologi dan Geofisika. Analisa data penelitian

dilakukan secara diskriptif kuantitatif dengan membandingkan terhadap baku mutu

kualitas air sungai sesuai Peraturan Pemerintah RI No.82 tahun 2001 tentang

Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menyajikan data pengujian sampel air sungai dan analisa

terhadap hasil uji tersebut.

1. Kualitas sungai Serang

Lokasi pengambilan contoh air sungai Serang ditentukan pada 3 (tiga) tempat

berdasarkan perkiraan beban cemaran industri yang ada menurut segmen

pembagian sungai, yaitu :

a. Segmen hulu (S1) : didekat jembatan Tritis, Desa Tritis, Kecamatan Girimulyo,

kabupaten Kulon Progo.

b. Segmen tengah (S2) : didekat jembatan desa Pengasih, Kecamatan Pengasih,

kabupaten Kulon Progo.

c. Segmen hilir (S3) : didekat Depok Alis, kelurahan Plumbon, Kecamatan Temon,

kabupaten Kulon Progo.

Page 8: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 132

Segmen hulu dari sungai Serang, diperkirakan menerima beban cemaran dari

industri tempe, industri berskala kecil (rumah tangga) pada umumnya mengeluarkan

effluent yang volumenya juga kecil sehingga tidak mencapai sungai besar. Segmen

tengah menerima cemaran yang diperkirakan dari industri makanan dan gula kelapa.

Sedangkan segmen hilir diperkirakan menerima beban cemaran dari industri tahu

(skala rumah tangga) dari irigasi pertanian.

Hasil analisa kualitas air sungai Serang yang diambil dibagian hulu alirannya

relatif kecil, karena saat ini dalam musim kemarau, hanya dibagian hilir yang masih

cukup besar, mengingat adanya tambahan dari sungai-sungai kecil dan sungai

irigasi, tersaji dalam Tabel 2.

Keasaman air sungai Serang pada kisaran pH netral seperti juga pH tanahnya,

hanya keasarnan air sedikit diatas pH netral sedangkan tanahnya sedikit dibawah

netral. Oleh karena jenis tanah didaerah ini juga cenderung asarn yaitu tidak seperti

dipegunungan kapur, misalnya pegunungan kapur selatan.

Berdasarkan hasil analisa laboratorium, contoh air sungai serang mempunyai

kualitas secara umum cukup baik. Jika dibandingkankan dengan peruntukkan air

sungai kelas II, di Daerah Istimewa Yogyakarta, maka hampir seluruh parameter

sungai Serang memenuhi baku mutu tersebut, kecuali parameter DO sedikit lebih

rendah, BOD, COD dibagian hulu serta hilir sedikit lebih tinggi dari angka yang

diperbolehkan. Angka COD yang diatas angka maksimum yang diperbolehkan untuk

Badan Air golongan B menunjukkan masih tingginya konsentrasi bahan organic baik

disegmen hulu dan hilir Sungai Serang. Hal ini terkait dengan musim kemarau yang

menyebabkan pekatnya kandungan bahan organik terlarut dalam air sungai.

Tabel 2. Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Serang

No Parameter Satuan Hasil Analisa Kimiawi

S1 S2 S3

1 Temperatur 0oC 23 23 23

2 Residu terlarut mg/1 176,8 179,2 8010,0

3 Residu tersuspensi mg/1 6,0 ttd ttd

4 DHL Umhos/cm 354,0 279,0 10040,0

5 pH - 7,1 7,8 7,7

6 Oksigen terlarut (O2) mg/1 4,85 5,30 5,68

Page 9: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

133 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

No Parameter Satuan Hasil Analisa Kimiawi

S1 S2 S3

7 BOD 5 hari 20oC (O2) mg/1 2,82 2,37 3,10

8 COD (O2) mg/1 21,6 10,23 30,0

9 Senyawa aktif biru metilen mg/1 0,13 0,10 0,122

10 Minyak lemak mg/1 ttd ttd ttd

11 Phenol mg/1 ttd ttd ttd

12 Amonia bebas (NH3

bebas)

mg/1 0,018 0,028 0,035

13 Nitrat (NO3) mg/1 0,01 0,01 0,01

14 Nitrit (NO2) mg/1 0,065 0,001 0,035

15 Klorida (Cl) mg/1 8,03 5,02 2585,79

16 Sulfat (SO4) mg/1 8,56 7,24 118,16

17 Sulfida (S) mg/1 ttd ttd ttd

18 Sianida (CN) mg/1 ttd ttd ttd

19 Arsen (As) mg/1 ttd ttd ttd

20 Timbal (Pb) mg/1 ttd ttd 0,0105

21 Raksa (Hg) mg/1 ttd ttd ttd

22 Kadmium (Cd) mg/1 ttd ttd ttd

23 Krom Heksavalen (Cr+6) mg/1 ttd ttd ttd

24 Seng (Zn) mg/1 0,016 0,009 0,032

25 Tembaga (Cu) mg/1 0,060 0,013 0,067

26 Mangan (Mn) mg/1 ttd ttd ttd

27 Besi (Fe) mg/1 0,3 0,12 0,12

28 Nikel (Ni) mg/1 ttd ttd ttd

29 Kobalt (Co) mg/1 ttd ttd ttd

30 Klorin bebas (Cl2) mg/1 ttd ttd ttd

Unsur-unsur logam dari hasil analisanya menunjukkan masih dibawah batas

yang diperbolehkan sesuai persyaratan yang di acu, kecuali Cu, Zn. Dibagian hilir

sudah melebihi batas maksimum yang diperolehkan sesuai peruntukkan air sungai

kelas III, hal ini diduga karena aktifitas pertanian yaitu adanya sisa-sisa pestisida dan

bukan dari adanya aktifitas industri karena didaerah-daerah tersebut memang tidak

ada aktifitas andustrinya.

Daya hantar listrik (DHL) merupakan parameter yang dipersyaratkan hanya

pada peruntukkan air suangai kelas IV saja, dan tidak ada pada perujtukkan kelas II

dan III Namun mengingat hasil penelitian ini parameter DHL menunjukkan angka

Page 10: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 134

yang cukup tinggi terutama disegmen hilir (S3) yang sudah jauh melebihi angka

maksimum yang diperbolehkan untuk air sungai kelas IV, maka hal ini perlu

diperhatikan. Tingginya angka DHL ini dapat disebabkan karena pada titik

pengambilan dilokasi hilir (S3) sudah banyak pengaruh dari air laut, hal ini juga

ditunjang dengan angka parameter chloride (CI) yang juga terlihat cukup tinggi.

Dari uraian diatas secara keseluruhan adanya beban cemaran dari industri yang

ada disekitar aliran Sungai Serang, belum mengganggu atau belum menunjukan

dampak yang nyata pada perairan Sungai Serang. Tercemarnya Sungai Serang

diduga banyak dari pertanian dan juga dari pengaruh air laut dibagian hilirnya.

2. Kualitas Sungai Progo

Lokasi pengambilan contoh air Sungai Progo ditentukan pada 3 (tiga) tempat

berdasarkan perkiraan beban cemaran industri yang ada menurut pembagian

segmen sungai yaitu :

1. Segmen hulu (P1) : Desa Plataran, Kalurahan Sidorejo, Kecamatan Minggir,

Kabupaten Sleman.

2. Segmen tengah (P2) : Desa Plangon, Kalurahan Argosari, Kecamatan Sedayu,

Kabupaten Bantul.

3. Segmen hilir (P3) : Desa Ngarso, Kalurahan Trimurti, Kecamatan Srandakan,

Kabupaten Bantul.

Segmen hulu, diambil pada tempuran S. Progo dan S. Krasak, dimana Sungai

Krasak sesudah bertemu dengan S. Putih, diperkirakan belum menerima bahan

cemaran dari industri, karena disepanjang lokasi pengambilan contoh tidak ada

industri yang berpotensi mencemari perairan, begitu pula pada segmen tengahnya.

Segmen hilir, disekitar daerah Srandakan, industri yang berpotensi mencemari

perairan S. Progo adalah Industri tahu, tempe dan batik, semua industri tersebut

umumnya masih industri rumah tangga, meskipun ada yang dalam sentra, namun

effluent yang keluar ditampung dalam bak dipekarangan atau sungai-sungai kecil

yang apabila sampai sungai Progo sudah tidak terlihat beban cemarannya.

Hasil analisa kualitas air Sungai Progo dalam Tabel 3

Page 11: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

135 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

Tabel 3 : Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Progo

No Parameter Satuan Hasil analisa kimiawi

P1 P2 P3

1. Temperatur 0°C 27 26,5 27

2. Residu terlarut mg/1 127,5 135,5 134,1

3. Residu tersuspensi mg/1 4,0 10,0 2,0

4. D H L Umhos/cm 256,0 271,0 271,0

5. pH - 6,5 6,5 6,5

6. Oksigen terlarut (O₂) mg/1 6,45 6,71 4,52

7. BOD 5 hari 20°C mg/1 2,88 1,98 7,71

8. C O D (O₂) mg/1 27,69 19,23 56,93

9. Senyawa aktif biru metilen

mg/1 0,07 0,064 0,076

10. Minyak lemak mg/1 ttd ttd ttd

11. Phenol mg/1 ttd ttd ttd

12. Ammonia bebas (NH₃

bebas) mg/1 0,003 0,004 0,006

13. Nitrat (NO₃) mg/1 1,16 1,61 0,56

14. Nitrit (NO₂) mg/1 0,006 0,017 0,107

15. Klorida (Cl) mg/1 5,02 7,03 6,03

16. Sulfat (SO₄) mg/1 9,03 9,41 10,26

17. Sulfide (S) mg/1 ttd ttd ttd

18. Sianida (CN) mg/1 ttd ttd ttd

19. Arsen (As) mg/1 ttd ttd ttd

20. Timbale (Pb) mg/1 ttd ttd ttd

21. Raksa (Hg) mg/1 ttd ttd ttd

22. Kadmium (Cd) mg/l ttd ttd ttd

23. Krom Heksavalen

(Cr⁺⁶ ) mg/l ttd ttd ttd

24. Seng (Zn) mg/l ttd ttd ttd

25. Tembaga (Cu) mg/l ttd ttd ttd

26. Mangan (Mn) mg/l ttd ttd ttd

27. Besi (Fe) mg/l 0,11 ttd ttd

28. Nikel (Ni) mg/l ttd 0,2 0,2

29. Kobalt (Co) mg/l ttd ttd ttd

30. Klorin bebas (Cl₂) mg/l ttd ttd ttd

Berdasarkan hasil analisa laboratorium contoh air sungai Progo tersebut, maka

kualitas airnya sesara umum cukup baik. Apabila disesuaikan dengan PP Nomor 82

Tahun 2001, kelas II maka hampir keseluruhan parameternya memenuhi (P3), COD

disemua segmen hulu, tengah dan hilir, COD yang tertinggi disegmen hilir (P3), hal

ini diduga dari adanya tambahan beban cemaran dari industri tahu yang didekat

Page 12: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 136

lokasi pengambilan contoh air, meskipun tidak langsung masuk ke badan air, namun

sungai penampung yang masuk S. Progo tersebut sangat berpengaruh terhadap

kualitas air S. Progonya, hal ini dikuatkan dengan adanya penemuan kandungan

oksigen terlarutnya pula, yaitu dari hulu, tengah dan hilir paling rendah ada disegmen

hilir.

pH air sungai Progo cenderung sedikit di bawah netral sedangkan pH tanah

yang kena aliran air sungai tersebut sedikit di atas netral. Adapun pH tanah

sebenarnya dipengaruhi oleh zat-zat alami dan zat-zat yang terbawa aliran air secara

akumulatif.

Secara keseluruhan adanya beban cemaran dari industri-industri yang ada

aliran S. Progo, belum menganggu atau belum menunjukkan dampak yang nyata,

pada perairan S. Progo dibagian hulu dan tengah dampak cemaran di bagian hilir

saja.

3. Kualitas Sungai Bedog

Lokasi pengambilan contoh air sungai Bedog ditentukan pada 3 (tiga) tempat

berdasarkan perkiraan beban cemaran industry yang ada menurut pembagian

sungai, yaitu :

1. Segmen hulu ( B1 ) : Kronggahan, Kalurahan Seyegan, Kecamatan Mlati,

Kabupaten Sleman.

2. Segmen tengah ( B2 ) : Beton, Kalurahan Tirtonirmolo, Kecamatan Kasian,

Kabupaten Bantul.

3. Segmen hilir ( B3 ) : Seyagen, Kecamatan Pajangan, Kabupaten Bantul.

Segmen hulu diambil dibawah jembatan kronggahan, dilokasi pengambilan ini

diperkirakan tidak ada cemaran industri, karena memang menurut data sekunder

daerah ini tidak ada industri yang menghasilkan effluent. Dari kenampakan pada

waktu pengambilan contoh terlihat bahwa sungai alirannya kecil, namun kelihatan

jernih, banyak ikan-ikan dan organism perairan, sehingga dapat dikatakan segmen

hulu dari sungai Bedog ini tidak tercemar.

Page 13: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

137 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

Segmen tengah (B2), diperkirakan sudah menerima cemaran dari

industry/pabrik gula. Industri yang diperkirakan banyak mengeluarkan effluent dan

masuk dalam aliran sungai Bedog adalah dari pabrik gula dan industri tahu dimana

industri tahu ini berskala kecil (rumah tangga). Juga effluent dari pabrik gula, tidak

semua masuk sungai Bedog hanya sebagian kecil, karena sebagian besar limbah

pabrik gula ini dialirkan keselokan irigasi yang langsung lurus keselatan, sampai laut.

Segmen hilir (B3), adalah bagian sungai Bedog yang masuk sungai Progo,

karena memang Sungai Bedog ini bermuara di Sungai Progo. Hasil analisa kualitas

air Sungai Bedog pada Tabel 4.

Berdasarkan hasil analisa laboratories contoh air S. Bedog tersebut, maka

kulaitas airnya secara umum cukup baik. Apabila disesuaikan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, untuk kelas II, Daerah Istimewa Yogyakarta,

maka hampir seluruh parameternya memenuhi Baku Mutu tersebut kecuali

kandungan oksigen terlarut (DO) disegmen hilir dan COD disemua segmen.

Kandungan oksigen terlarutnya disegmen tengah masih memenuhi peraturan

yang berlaku, namun diagram hilir berkurang, sehingga tidak memenuhi hal ini

diperkirakan karena adanya tambahan beban cemaran dari industry tahu yang ada

didekat aliran sungai Bedog tersebut. Kenaikan COD baik disegmen tengah maupun

hilir tidak memenuhi peraturan tersebut sampai batas maximum yang diperbolehkan,

hal ini diperkirakan adanya beban cemaran dari pabrik/industri gula maupun industri

tahu, disamping adanya beban cemaran dari irigasi (pertanian) dan pemukiman.

Untuk parameter logam, hampir semua tidak terdeteksi, hal ini dimungkinkan

karena memang tidak adanya industri yang berpotensi membuang cemarannya

dialiran S. Bedog ini.

Keasaman air S. Bedog sedikit dibawah netral (pH 6,5) sedangkan pH tanahnya

netral. Secara umum pH air maupun pH tanah baik disegmen hulu sampai ke hilir

relatif sama. Dengan demikian pengaruh limbah industri gula yang masuk aliran

sungai tersebut ternyata tidak mempengaruhi pH baik air maupun tanah secara

akumulatif.

Page 14: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 138

Tabel 4 : Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Bedog

No. Parameter Satuan Hasil Analisa Kimiawi

B2 B3

1. Temperatur 0°C 28 27

2. Residu terlarut mg/1 192,2 154,1

3. Residu tersuspensi mg/1 1,0 2,0

4. D H L Umhos/cm 385,0 305,0

5. pH - 6,5 6,5

6. Oksigen terlarut (O₂) mg/1 6,56 5,66

7. BOD 5 hari 20°C mg/1 2,40 4,58

8. C O D (O₂) mg/1 19,62 34,06

9. Senyawa aktif biru metilen

mg/1

0,076

0,116

10. Minyak lemak mg/1 ttd ttd

11. Phenol mg/1 ttd ttd

12. Ammonia bebas (NH₃

bebas)

mg/1

0,005

0,005

13. Nitrat (NO₃) mg/1 0,98 1,46

14. Nitrit (NO₂) mg/l 0,107 0,175

15. Klorida (Cl) mg/l 6,03 6,03

16. Sulfat (SO₄) mg/1 14,04 14,69

17. Sulfide (S) mg/1 ttd ttd

18. Sianida (CN) mg/1 ttd ttd

19. Arsen (As) mg/1 ttd ttd

20 Timbale (Pb) mg/1 ttd ttd

21. Raksa (Hg) mg/1 ttd ttd

22 Kadmium (Cd) mg/1 ttd ttd

23. Krom Heksavalen

(Cr⁺⁶ )

mg/1 ttd ttd

24. Seng (Zn) mg/1 ttd ttd

25. Tembaga (Cu) mg/l 0,24 ttd

26. Mangan (Mn) mg/l ttd 0,19

27. Besi (Fe) mg/1 ttd ttd

28. Nikel (Ni) mg/1 ttd ttd

29. Kobalt (Co) mg/1 ttd ttd

30. Klorin bebas (Cl₂) mg/1 ttd ttd

Dari urian diatas, secara keseluruhan adanya beban cemaran dari industri yang

ada disekitar aliran S. Bedog, yang terlihat adalah industri disegmen tengah dan hilir,

yaitu adanya beban cemaran dari industri gula dan tahu, disamping dari limbah

pertanian dan limbah pemukiman penduduk.

4. Kualitas Sungai Winongo

Page 15: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

139 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

Lokasi pengambilan contoh air sungai Winongo ditentukan pada 3 tempat

berdasarkan perkiraan beban cemaran industri yang ada menurut pembagian

sungainya yaitu :

1. Segmen hulu ( W1 ) : Sebelah selatan jembatan Denggung, Kecamatan

Tridadi, Kabupaten Sleman.

2. Segmen tengah ( W2 ) : Dusun Dadapan, desa Timbulharjo, Kecamatan

Sewon, Kabupaten Bantul.

3. Segmen hilir ( W3 ) : Daerah Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul,

Desa Gadingharjo, Donotirto, Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul.

Segmen hulu dari S. Winongo diperkirakan menerima beban cemaran dari

industri lampu yang letaknya memang ditepi S. Winongo selainindustri genting press

dan industri lain yang hanya sedikit mengeluarkan effluent. Segmen tengah S.

Winongo sudah menerima cemaran yang diperkirakan dari rumah Pemotong Hewan,

pabrik tekstil dan pabrik gula. Diantara industri yang ada disegmen tengah S.

Winongo yang banyak mengeluarkan limbah cair adalah pabrik tekstil dan pabrik

gula. Sedangkan disegmen hilir dimungkinkan tambahnya cemaran dari industri

tahu/tempe. Industri tahu yang berskala kecil (rumah tangga) kebanyakan

mengeluarkan effluent yang volumenya juga kecil sehingga tidak sempat menuju ke

sungai besar. Hasil analisa kulaitas air sungai Winongo ditunjukkan pada Table 5.

Berdasarkan hasil analisa laboratorium contoh air S. Winongo tersebut, maka

kualitas airnya secara umum cukup baik. Apabila disesuaikan dengan peraturan

sesuai kelas II didaerah Istimewa Yogyakarta maka hamper seluruh parameternya

memenuhi baku mutu kecuali parameter DO yang sedikit lebih rendah dan COD

yang sedikit lebih tinggi dari angka maksimum yang diperbolehkan.

Sedangkan diantara parameter-parameter baku mutu air Badan Air golongan B

di DI. Yogyakarta, senyawa aktif biru methilen, amonia bebas (NH₃ bebas), nitrat,

nitrit, klorida, sulfat, seng, dan besi masih dibawah angka maksimum yang

diperbolehkan tapi diatas angka maksimum yang dianjurkan.

Tabel 5 : Hasil Analisa Kualitas Air Winongo

No Parameter Satuan Hasil analisa kimiawi

W1 W2 W3

1. Temperatur 0°C 28 28 28

Page 16: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 140

2. Residu terlarut mg/1 126,1 218,0 299,0

3. Residu tersuspensi mg/1 ttd 1,0 ttd

4. D H L Umhos/cm 253,0 434,0 598,0

5. pH - 7,6 7,5 7,7

6. Oksigen terlarut (O₂) mg/1 6,25 5,09 5,10

7. BOD 5 hari 20°C mg/1 1,65 2,39 2,24

8. C O D (O₂) mg/1 16,3 23,6 21,4

9. Senyawa aktif biru metilen mg/1 0,170 0,126 0,116

10. Minyak lemak mg/1 ttd ttd ttd

11. Phenol mg/1 ttd ttd ttd

12. Ammonia bebas (NH₃ bebas) mg/1 0,024 0,031 0,017

13. Nitrat (NO₃) mg/1 2,05 2,14 2,03

14. Nitrit (NO₂) mg/1 0,008 0,005 0,002

15. Klorida (Cl) mg/1 402 13,05 25,10

16. Sulfat (SO₄) mg/1 12,90 18,00 16,87

17. Sulfide (S) mg/1 ttd ttd ttd

18. Sianida (CN) mg/1 ttd ttd ttd

19. Arsen (As) mg/1 ttd ttd ttd

20. Timbale (Pb) mg/1 ttd ttd ttd

21. Raksa (Hg) mg/1 ttd ttd ttd

22. Kadmium (Cd) mg/l ttd ttd ttd

23. Krom Heksavalen (Cr⁺⁶ ) mg/l ttd ttd ttd

24. Seng (Zn) mg/l 0,004 0,002 0,006

25. Tembaga (Cu) mg/l ttd ttd ttd

26. Mangan (Mn) mg/l ttd ttd ttd

27. Besi (Fe) mg/l ttd 0,35 0,02

28. Nikel (Ni) mg/l ttd ttd ttd

29. Kobalt (Co) mg/l ttd ttd ttd

30. Klorin bebas (Cl₂) mg/l ttd ttd ttd

Kandungan oksigen terlarutnya ternyata di segmen hulu memenuhi syarat yang

dianjurkan untuk peraturan sesuai kelas II lalu mengalami penurunan setelah

melewati kota dan industri (tekstil dan pabrik gula) bahkan sampai ke segmen hilir.

Penambahan zat pencemar ke aliran sungai utama DI. Yogyakarta tidak semata-

mata dari sektor industri. Banyak adanya anak-anak sungai yang bersatu kesungai

utama disamping saluran-saluran irigasi dan saluran buangan pemukiman. Angka

COD yang diatas angka maksimum yang diperbolehkan untuk peraturan kelas II

menunjukkan masih tingginya kosentrasi bahan organik, baik disegmen hulu, tengah

maupun hilir sungai Winongo. Hal ini terkait dengan musim kemarau yang

menyebabkan pekatnya kandungan bahan organik terlarut dalam air sungai.

Logam-logam baik yang berat maupun yang bukan, pada umumnya tidak ada.

Industri yang diduga menggunakan logam berat tidak ada disepanjang aliran sungai

Page 17: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

141 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

Winongo. Adapun industri gula yang diduga menurunkan pH dan meningkat COD,

ternyata tidak terbukti. Hal ini mungkin karena effluent Pabrik Gula tidak seluruhnya

masuk sungai Winongo meskipun waktu itu adalah masa giling ( produksi ) pabrik

tersebut. Effluent Pabrik Gula dibagi menjadi tiga saluran yaitu menuju sungai

Winongo, menuju sungai Bedog dan ke saluran irigasi yang lurus kearah laut

selatan. pH air disepanjang aliran sungai Winongo dapat dianggap cukup baik

sedangkan pH tanah pada tempt pengambilan contoh air juga netral (pH 7). Dengan

keasaman pH air sungai dengan tanahnya yaitu netral maka tidak nampak adanya

saling pengaruh antara air dan tanah. Unsur klorida meskipun masih dibawah angka

maksimum yang masih diperbolehkan namun nyata sekali peningkatannya pada

segmen tengah dan hilir. Dengan demikian adanya pemukiman dan beberapa

industri, nyata kontribusinya menambah klorida kedalam aliran sungai. Unsure-unsur

seperti halnya amonia bebas, nitrat, nitrit, sulfat dan seng ternyata sudah ada sejak

aliran segmen hulunya dan industri yang ada dibagian hulu sungai adalah industri

lampu pijar. Adapun kaitan antara unsur-unsur tersebut dengan effluent dari pabrik

lampu pijar perlu adanya kajian yang lebih saksama lagi.

Daya hantar listrik yang bukan merupakan parameter yang ditetapkan sesuai

kelas II, ternyata angkanya tidak terlalu tinggi sebagaimana dipersyaratkan untuk

peraturan kelas II. Air sungai Winongo berdasarkan hasil analisa laboratories

menurut parameter baku mutu air secara umum lebih mendekati kelas II daripada

kelas III meskipun hasil analisa tersebut belum mencerminkan fluktuasinya dalam 1

tahun.

5. Kualitas Sungai Code

Lokasi pengambilan contoh air sungai Code ditemukan pada 3 tempat sesuai

dengan segmen sungai dan perkiraan beban campuran industri yang diterimanya,

yaitu :

1. Segmen hulu (C1) : Desa Pulowatu, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman

(Dam K.Boyong).

2. Segmen tengah (C2) : Sebelah selatan R. S Kodya Yogyakarta, setelah

mendapat effluent kota, pabrik-pabrik kulit.

3. Segmen hilir (C3) : Desa Kembang Songo, Kecamatan Jetis, Kabupaten

Bantul.

Page 18: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 142

Segmen hulu dari sungai Code tidak mendapatkan beban cemaran industri,

namun begitu memasuki wilayah kota Madya Yogyakarta banyak menerima effluent

industri yang langsung ke aliran sungai. Segmen hilir juga masih banyak menerima

beban cemaran meskipun tidak dari sektor industri sampai sebelum bersatu dengan

sungai Opak.

Industri yang diduga banyak mempengaruhi kualitas air sungai Code adalah

penyamakan kulit, mengingat ada 4 pabrik penyamakan yang effluentnya langsung

masuk ke sungai. Jika dilihat dari hasil analisa laboratories secara kimia /fisika

contoh airnya, maka nyata sekali lonjakan kadar residu terlarutnya maupun residu

tersuspensinya pada segmen tengah yaitu alirannya setelah melewati Kodya

Yogyakarta, adapun hasil analisa laboratories contoh air dari aliran sungai Code

selengkapnya tercantum dalam Tabel 6.

Apabila kita bandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001,

untuk kelas II di DIY, maka meskipun segmen tengah dari sungai Code itu mendapat

tambahan beban residu yang cukup banyak namun masih dibawah angka

maksimum yang dianjurkan.

Dengan menganggap effluent penyamakan kulit yang paling banyak member

kontribusi beban cemaran terhadap S. Code, namun kisaran pH juga masih baik

mengingat kisaran pH yang menjadi cirri industry penyamakan kulit adalah sangat

bervariasi (3 - 12). pH air yang disepanjang S. Code hampir sama dengan pH

tanahnya yaitu tidak nampak pengaruhnya terhadap buangan industri yang

membuang effluentnya ke S. Code.

Table 6 : Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Code

No Parameter Satuan Hasil analisa kimiawi

C1 C2 C3

1. Temperatur 0°C 29 29 29

2. Residu terlarut mg/1 86,2 227,0 188,8

3. Residu tersuspensi mg/1 ttd 3,0 ttd

4. D H L Umhos/cm 172,0 454,0 377,0

5. pH - 8,0 7,6 7,7

6. Oksigen terlarut (O₂) mg/1 5,94 5,04 5,20

7. BOD 5 hari 20°C mg/1 1,93 2,93 1,96

8. C O D (O₂) mg/1 19,2 28,6 19,0

9. Senyawa aktif biru mg/1 0,102 0,146 0,104

Page 19: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

143 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

metilen

10. Minyak lemak mg/1 ttd ttd ttd

11. Phenol mg/1 ttd ttd ttd

12. Ammonia bebas (NH₃

bebas) mg/1 0,027 0,116 0,168

13. Nitrat (NO₃) mg/1 2,33 2,7 2,44

14. Nitrit (NO₂) mg/1 0,005 0,005 0,003

15. Klorida (Cl) mg/1 2,01 12,05 10,04

16. Sulfat (SO₄) mg/1 8,90 20,08 14,60

17. Sulfide (S) mg/1 ttd ttd ttd

18. Sianida (CN) mg/1 ttd ttd ttd

19. Arsen (As) mg/1 ttd ttd ttd

20. Timbale (Pb) mg/1 ttd ttd ttd

21. Raksa (Hg) mg/1 ttd ttd ttd

22. Kadmium (Cd) mg/l ttd ttd ttd

23. Krom Heksavalen

(Cr⁺⁶ ) mg/l ttd ttd ttd

24. Seng (Zn) mg/l ttd ttd ttd

25. Tembaga (Cu) mg/l ttd ttd ttd

26. Mangan (Mn) mg/l ttd ttd ttd

27. Besi (Fe) mg/l 0,11 0,24 ttd

28. Nikel (Ni) mg/l ttd 0,5 ttd

29. Kobalt (Co) mg/l ttd ttd ttd

30. Klorin bebas (Cl₂) mg/l ttd ttd ttd

Oksigen terlarut berada sedikit dibawah persyaratan yaitu karena residu terlarut

yang meningkat meskipun kisaran angka 5,04 – 5,94 mg/1 masih baik sebagai

persyaratan kehidupan biota air.

Meskipun angka BOD cukup baik menurut peraturan yang diatas tersebut

namun angka CODnya berada diatas persyaratan maksimum yang diperbolehkan.

Dalam hal ini cemaran yang berupa bahan organik Nampak kalau hanya sebagian

kecil yang bersifat biodegradable. Ditinjau dari imbangan angka BOD dengan angka

CODnya yang begitu menyolok perbedaannya berarti kandungan senyawa organik

yang tidak dapat/sulit dirombak secara biologis (ensimatis) tetap ada dalam jumlah

cukup meskipun kondisi air juga cukup septik. Nampak bahwa air sungai ini cukup

septik adalah berdasarkan angka senyawa aktif metilen biru.

Hasil analisa lemak dan penol ternyata tidak ada meskipun salah satu pabrik

penyamakan kulit dan batik yang membuang effluent nya ke sungai ini adalah

Page 20: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 144

menggunakan bahan penyamak nabati (tannin). Meskipun ada beberapa industri

penyamakan kulit yang menggunakan bahan penyamak khrom dan mengalirkan

effluentnya ke sungai ini namun unsure krom tidak terdekteksi. Oleh karena khrom

yang merupakan salah satu parameter peraturan kelas II disini adalah khrom valensi

3 yang toksisitasnya jauh lebih rendah dari pada khrom valensi 6. Maka adanya

khrom atau bahkan banyaknya khrom valensi 3 yang terkandung dalam air tidak

akan mengurangi mutu air sungainya kecuali kalau parameternya ditambah dengan

unsure khrom total.

Parameter sulfat dan klorida terdeteksi dalam jumlah atau kosentrasi dibawah

angka maksimum yang dianjurkan, sedangkan unsure-unsur logam yang terdeteksi

adalah mangan (Mn) dan besi (Fe). Unsure logam yang terdeteksi dalam kisaran

antara kadar maksimum yang dianjurkan dengan yang diperbolehkan. Logam-logam

itu dimungkinkan ada dari kelarutan logam tersebut yang berasal dari barang-barang

logam seperti pipa besi atau dari tanah.

Amoniak bebas yang ada dalam air sungai diduga dari hasil perombakan

enzimatis ( bakteriologis ) terhadap senyawa-senyawa organic protein yang terlarut

yang umumnya melalui serangkaian reaksi kimiawi menghasilkan amonik. Demikian

juga parameter-parameter nitrit (NO₂) dan Nitrat (NO₃) dapat dihasilkan dari aktifitas

bakteriologis yaitu oleh bakteri intrifikasi. Jika dihubungkan dengan angka BOD dan

CODnya seperti yang telah diuraikan dimuka, maka mungkin memang perairan ini

sedang aktif mengalami kegiatan biologis sehingga perlu adanya pemantauan

kualitas yang terus-menerus. Selain industri S. Code juga menerima effluent dari RS.

Dr. Sarjito, RPH dan peternakan.

6. Kualitas Sungai Gajah Wong

Lokasi pengambilan contoh air sungai Gajah Wong, ditentukan pada 3 (tiga)

tempat berdasarkan perkiraan beban cemaran industry yang ada menurut

pembagian sungai, yaitu :

Page 21: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

145 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

1. Segmen hulu ( G1 ) : Selatan jembatan Prajan, Kalurahan Catur Tunggal,

Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman.

2. Segmen tengah (G2) : Jembatan Tegalgendu, Kecamatan Kotagede, Kodya

Yogyakarta.

3. Segmen hilir (G3) : Jembatan Kranggotan, Desa Pleret, Kecamatan

Wonokromo, Kabupaten Bantul.

Segmen hulu diambil dibawah sebelah selatan jembatan Prajan, diperkirakan

belum mendapat beban cemaran dari adanya limbah industri, karena memang pada

segmen ini tidak ada industrinya, namun didekat lokasi pengambilan contoh

merupakan lokasi pembuangan limbah dari peternakan ayam dan induk dari rumah

makan (tempat pengolahnya).

Segmen tengah sesudah melalui Kodya Yogyakarta, diperkirakan menerima

tambahan beban cemaran dari banyak industri yaitu kulit, susu, perak, imitasi,

elektropating, makanan, cor kuningan.

Segmen hilir tambahan beban cemaran diperkirakan berasal dari limbah

pertanian dan pemukiman, juga adanya industry bangunan.

Berikut ini hasil analisa kualitas sungai Gajah Wong yang ditunjukan pada Table 7

Tabel 7 : Hasil Analisa Kualitas Air Sungai Gajah Wong

No Parameter Satuan Hasil analisa kimiawi

G1 G2 G3

1. Temperatur 0°C 28 28 28

2. Residu terlarut mg/1 125,0 261,0 201,0

3. Residu tersuspensi mg/1 3,0 3,0 3,0

4. D H L Umhos/cm 251,0 520,0 400,0

5. pH - 7,5 7,5 7,7

6. Oksigen terlarut (O₂) mg/1 5,89 5,48 5,72

7. BOD 5 hari 20°C mg/1 1,98 6,48 2,88

8. C O D (O₂) mg/1 18,45 35,35 26,30

9. Senyawa aktif biru metilen

mg/1 0,31 0,12 0,08

10. Minyak lemak mg/1 ttd ttd ttd

Page 22: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 146

11. Phenol mg/1 ttd ttd ttd

12. Ammonia bebas (NH₃

bebas) mg/1 0,005 0,056 0,016

13. Nitrat (NO₃) mg/1 1,91 1,2 1,16

14. Nitrit (NO₂) mg/1 0,005 0,010 0,005

15. Klorida (Cl) mg/1 5,02 29,12 16,07

16. Sulfat (SO₄) mg/1 10,92 14,60 13,56

17. Sulfide (S) mg/1 ttd ttd ttd

18. Sianida (CN) mg/1 ttd ttd ttd

19. Arsen (As) mg/1 ttd ttd ttd

20. Timbale (Pb) mg/1 ttd ttd ttd

21. Raksa (Hg) mg/1 ttd ttd ttd

22. Kadmium (Cd) mg/l ttd ttd ttd

23. Krom Heksavalen

(Cr⁺⁶ ) mg/l ttd ttd ttd

24. Seng (Zn) mg/l 0,023 0,050 0,158

25. Tembaga (Cu) mg/l ttd 0,016 0,016

26. Mangan (Mn) mg/l ttd ttd ttd

27. Besi (Fe) mg/l ttd 0,07 ttd

28. Nikel (Ni) mg/l ttd ttd ttd

29. Kobalt (Co) mg/l ttd ttd ttd

30. Klorin bebas (Cl₂) mg/l ttd ttd ttd

Berdasarkan hasil analisa contoh air sungai Gajah Wong tersebut, maka

kualitas airnya secara umum masih cukup baik. Apabila dibandingkan dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk kelas II. Didaerah Istimewa

Yogyakarta, maka hampir seluruh parameternya memenuhi baku mutu tersebut

kecuali kandungan oksigen terlarut (DO) dan COD dibagian segmen hulu dan hilir

dan disegmen tengah DO, BOD dan COD tidak memenuhi syarat. Kandungan

oksigen terlarut pada ketiga segmen sungai yang diambil contohnya kesemuanya

tidak dapat memenuhi peraturan yang diatas, namun dirasa masih cukup baik karena

masih memungkinkan kehidupan biota perairan cukup tinggi.

Di segmen tengah terlihat bahwa ada tambahan beban cemaran yang

mengakibatkan tingginya nilai BOD dan COD sehingga tidak dapat memenuhi sesuai

P.P.N:82/2008 untuk kelas II. Hal ini dapat dimengerti karena pada lokasi

pengambilan contoh, merupakan daerah yang relative dekat dengan curahan effluent

dari industry-industri susu, kulit, electroplating, perak dan juga dari buangan kebun

binatang.

Page 23: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

147 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

Pada segmen hilir, parameter-parameter tersebut mulai meningkat menjadi

lebih baik, hal ini dimungkinkan adanya kemampuan untuk pemulihan sendiri (self

putifikasi) dari Badan Air tersebut, meskipun untuk COD masih belum dapat

mencapai Baku Mutu yang dipersyaratkan. pH air sungai Gajah Wong sedikit diatas

netral sedangkan pH tanahnya rata-rata sepanjang aliran sungai sedikit dibawah

netral. Oleh karena tidak tentunya kecenderungan pH baik air maupun tanah

sepanjang aliran sungai dari segmen hulu samapi kehilirnya maka tidak bias terlihat

nyata adanya pengaruh cemaran air terhadap pH tanah dan sebaliknya.

Tidak terdeteksinya unsure-unsur logam pada contoh air di S. Gajah Wong,

meskipun didaerah tersebut merupakan daerah industri perak, electroplating dan

lain-lain, hal ini dimungkinkan karena tidak semua industri-industri tersebut yang

langsung membuang limbahnya ke sungai Gajah Wong, tetapi kelubang-lubang

dipekarangan atau sungai-sungai kecil yang baru masuk ke S. Gajah Wong.

Dari uraian diatas terlihat bahwa secara keseluruhan adanya beban cemaran

dari industri yang ada disekitar S. Gajah Wong, yang terlihat berpotensi mencemari

adalah disegmen tengah (G2) yaitu adanya beban cemaran dari industri susu, kuli,

perak, electroplating dan kebun inatang sedang disegmen hilir adanya cemaran

masih merupakan lanjutan dari segmen tengah tersebut.

7. Kualitas Sungai Opak

Lokasi pengambilan contoh air sungai Opak ditentukan pada 4 tempat

berdasarkan perkiraan beban cemaran industry yang ada menurut pembagian

sungai, yaitu :

1. Segmen hulu (OP1) : Desa Ronggobangsan, kelurahan Bimomartani,

Kecamatan Cangkringan, Kabupaten sleman.

2. Segmen tengah (OP2) : Desa Berbah, Kecamatan Kalitirto, Kabupaten

Sleman.

3. Segmen hilir (OP3) : Desa Pakis, kelurahan Pakis, Kecamatan Pleret,

Kabupaten Bantul.

4. Segmen ujung hilir (OP4) : Karrangsemut, Kecamatan Imogiri, Kabupaten

Bantul.

Page 24: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 148

Segmen hulu (O1), merupakan hulu sungai Opak yang paling atas diwilayah

DIY, merupakan bertemunya S. Opak, D. Gendol dan lima sungai kecil-kecil lainnya

sehingga merupakan pertemuan 7 sungai. Disegmen ini di perkirakan belum

mendapat beban cemaran industri karena memang pada lokasi daerah ini tidak ada

industrinya.

Segmen tengah (O2), dimana S. Opak sudah melewati daerah wisata

Prambanan dan diperkirakan sudah mendapat beban cemaran dari industri kulit,

karena memang industri kulit yang ada didaerah tersebut membuang limbahnya ke

S. Opak.

Segmen hilir (O3), diambil ± 100 meter dari jembatan Pakis dibelakang pabrik

krecek (kerupuk Kulit), sehingga diperkirakan pada segmen ini ada tambahan beban

cemaran dari industri tersebut yang berupa cairan kapur, Na₂S, pewarna, sisa-sisa

potongan kulit dan juga padatan yang berupa kapur-kapur bekas.

Segmen hilir bagian ujung (O4), dibawah jembatan Karangsemut, daerah ini

merupakan ujung S. Opak, sebelum masuk ke S. Oyo yang akhirnya akan bermuara

dipantai selatan. Hasil analisa kualitas sungai Opak yang ditunjukan pada Tabel 8.

Tabel 8 : Analisa Hasil Kualitas Air Sungai Opak

No Parameter Satuan Hasil Analisa Kimiawi

Op1 Op2 Op3 Op4

1. Temperatur 0°C 28 28 28 28

2. Residu terlarut mg/1 128,0 166,8 171,4 179,5

3. Residu tersuspensi mg/1 3,0 6,0 6,0 6,0

4. D H L Umhos

/cm 255,0 334,0 343,0 358,0

5. pH - 7,8 8,1 7,8 7,9

6. Oksigen terlarut (O₂) mg/1 6,09 5,99 5,19 5,29

7. BOD 5 hari 20°C mg/1 1,96 2,49 4,86 4,78

8. C O D (O₂) mg/1 18,30 20,10 25,5 25,38

9. Senyawa aktif biru metilen

mg/1 0,08 0,16 0,06 0,03

10. Minyak lemak mg/1 ttd ttd ttd ttd

11. Phenol mg/1 ttd ttd ttd ttd

12. Ammonia bebas (NH₃

bebas) mg/1

0,019 0,036 0,070 0,100

13. Nitrat (NO₃) mg/1 0,068 1,05 0,98 1,16

14. Nitrit (NO₂) mg/1 0,006 0,007 0,004 0,014

Page 25: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

149 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

15. Klorida (Cl) mg/1 4,02 8,03 7,03 11,05

16. Sulfat (SO₄) mg/1 11,39 13,09 13,75 13,85

17. Sulfide (S) mg/1 ttd ttd ttd ttd

18. Sianida (CN) mg/1 ttd ttd ttd ttd

19. Arsen (As) mg/1 ttd ttd ttd ttd

20. Timbale (Pb) mg/1 ttd ttd ttd ttd

21. Raksa (Hg) mg/1 ttd ttd ttd ttd

22. Kadmium (Cd) mg/l ttd ttd ttd ttd

23. Krom Heksavalen (Cr⁺⁶ ) mg/l ttd ttd ttd ttd

24. Seng (Zn) mg/l 0,023 0,179 0,029 0,021

25. Tembaga (Cu) mg/l 0,010 0,01 0,005 0,005

26. Mangan (Mn) mg/l ttd ttd ttd ttd

27. Besi (Fe) mg/l 0,04 ttd ttd ttd

28. Nikel (Ni) mg/l ttd ttd ttd ttd

29. Kobalt (Co) mg/l ttd ttd ttd ttd

30. Klorin bebas (Cl₂) mg/l ttd ttd ttd ttd

Berdasarkan hasil analisa contoh S. Opak, tersebut secara keseluruhan kualitas

airnya secara umum masih cukup baik. Apabila dibandingkan dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 82 Tahun 2008 untuk kelas II, didaerah Istimewa Yogyakarta,

maka seperti sungai-sungai lainnya hampir seluruh parameternya memenuhi Baku

Mutu tersebut, kecuali untuk kandungan oksigen terlarut , disegmen Op2, Op3, dan

Op4, untuk BOD, disegmen Op3 dan Op4, sedang parameter COD disemua

segmen.

Disegmen hulu, dapat dikatakan tidak ada pencemaran hal ini kalau dilihat dari

hasil uji parameter-parameternya memenuhi standar yang diatas. Mulai segmen

tengah dilihat adanya kenaikan beban cemaran, hal ini disebabkan karena memang

adanya beban cemaran dari daerah pariwisata Prambanan dan Industri Penyamakan

Kulit. Sedang untuk segmen hilir (Op3), terlihat adanya tambahan beban cemaran

yang berasal dari buangan industri krecek, sehingga terlihat adanya kenaikan

kandungan pada parameter-parameter ujinya, sehingga tidak dapat memenuhi

persyaratan sesuai kelas II. pH air sungai Opak rata-rata baik disegmen hulu sampai

ke hilirnya sedikit diatas netral sedangkan pH tanahnya ada kecenderungan

menurun dari hulu ke hilirnya. Dengan demikian secara akumulatif aliran air S. Opak

Page 26: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 150

terutama mulai dari segmen tengah cenderung mendeposit zat-zat yang bersifat

asam ke tanah yang terkena alirannya.

Sedangkan pada ujung hilir S. Opak, beban cemaran dari sebelumnya masih

terlihat, sehingga hasil ujinya hamper sama dengan segmen sebelumnya. Demikian

pula dengan unsure-unsur logam, pada semua segmen tidak terdeteksi, hal ini

kemungkinan disebabkan memang tidak adanya industri yang berpotensi membuang

unsure-unsur logam tersebut.

Dari uraian diatas terlihat bahwa dari aliran S. Opak yang kelihatan tercemar di

segmen tengah (Op2) hal ini akibat adanya beban cemaran dari industri kulit dan

pariwisata, juga disegmen hilir (Op3) adanya beban cemaran dari industry krupuk

kulit (krecek).

Page 27: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

151 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

8. Kualitas Sungai Oya

Untuk menilai kualitas air sungai ini, ditentukan pada 4 lokasi sampling, untuk

diambil contoh airnya berdasarkan segmen sungai dan perkiraan beban cemaran

industri yang ada yaitu :

1. Segmen hulu : Desa Rejosari, Kecamatan Semin, Kabupaten

Gunungkidul, yaitu dibelakang Puskemas Kecamatan Semin.

2. Segmen tengah 1 : Dusun Nglaran, Desa Bejharjo, Kecamatan Karangmojo,

Gunungkidul, setelah bergabung dengan sungai-sungai kecil antara lain dari

Sendang Putri, Kabupaten Gunungkidul.

3. Segmen tengah 2 : Jembatan Sambipitu (jalan Yogya – Wonosari)

perbatasan Kecamatan Pathuk dan Kecamatan Playen, Gunungkidul.

4. Segmen hilir : Aliran dibawah jembatan Kecamatan Imogiri, Kabupaten

Bantul, sebenarnya S. Oya ini akhirnya bergabung dengan S. Opak sebelum

berakhir di laut selatan. Oleh Karen waktu pengambilan contoh tersebut pada

musim kemarau maka sebagian besar S. Oya airnya digunakan untuk irigasi.

Dari contoh air sungai tersebut, hasil uji laboratoriumnya tercantum dalam Tabel 9.

Sungai Oya sebagian besar mengalir diwilayah Kabupaten Gunungkidul bagian

utara. Secara umum aliran S. Oya pada waktu pengambilan contoh airnya adalah

kecil bahkan didaerah hulu sungai boleh dikatakan kering. Banyak sekali anak

sungai yang alirannya masuk ke S. Oya sehingga debit sepanjang S. Oya sangat

bervariasi.

Dengan demikian dibagian hilir S. Oya ( Kab. Bantul) volumenya cukup untuk

irigasi sawah-sawah meskipun dengan cara membendung alirannya. Didaerah

sepanjang S. Oya tidak nampak adanya kegiatan industri yang menghasilkan

effluent dan mengalir ke S. Oya. Mungkin karena tersedianya air dalam jumlah

banyak tidak bisa diharapkan secara terus menerus sepanjang tahun itulah maka

industri basah kurang berkembang didaerah ini.

Residu terlarut dalam air sungai Oya pada ke 4 segmen sungai yang diambil

contohnya ternyata masih dibawah angka maksimum yang diperbolehkan bila

dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 untuk kelas II

untuk wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain angka residu terlarut yang

memang rendahsecara visual air S. Oya pada waktu pengambilan contoh Nampak

Page 28: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 152

jernih. Sedangkan residu tersuspensinya disegmen-segmen lain yang lebih rendah

karena air sungai banyak dibandingkan hulu boleh dibilang kering sehingga adanya

sedikit aliran itupun menyulitkan pengambilan contohnya. Dengan demikian residu

tersuspensinya dimungkinkan dari tanah dasar sungai sebab aliran yang hampir

tidak ada tersebut praktis tidak dapat digunakan untuk keperluan rumah tangga.

Dibeberapa tempat didasar sungai ada lubang-lubang sumber air yang sedikit demi

sedikit dikumpulkan oleh penduduk sekitar untuk dikonsumsi.

Tabel 9 : Analisa Hasil Kualitas Air Sungai Oya

No Parameter Satuan Hasil Analisa Kimiawi

Op1 Op2 Op3 Op4

1. Temperatur 0°C 30 30 31 30

2. Residu terlarut mg/1 175,0 179,2 140,4 162,2

3. Residu tersuspensi mg/1 7,0 1,0 ttd ttd

4. D H L Umhos

/cm 350,0 359,0 281,0 324,0

5. pH - 7,9 8,1 8,3 8,1

6. Oksigen terlarut (O₂) mg/1 2,01 6,13 5,89 6,51

7. BOD 5 hari 20°C mg/1 14,24 1,38 2,17 1,85

8. C O D (O₂) mg/1 82,55 10,23 15,16 12,85

9. Senyawa aktif biru metilen

mg/1 0,14 0,12 0,14 0,08

10. Minyak lemak mg/1 ttd ttd ttd ttd

11. Phenol mg/1 ttd ttd ttd ttd

12. Ammonia bebas (NH₃

bebas) mg/1

0,060 0,033 0,042 0,035

13. Nitrat (NO₃) mg/1 0,01 2,7 0,01 0,01

14. Nitrit (NO₂) mg/1 0,010 0,007 ttd 0,045

15. Klorida (Cl) mg/1 1,0 12,05 4,02 5,02

16. Sulfat (SO₄) mg/1 3,84 4,31 3,94 6,29

17. Sulfide (S) mg/1 ttd ttd ttd ttd

18. Sianida (CN) mg/1 ttd ttd ttd ttd

19. Arsen (As) mg/1 ttd ttd ttd ttd

20. Timbale (Pb) mg/1 ttd ttd ttd ttd

21. Raksa (Hg) mg/1 ttd ttd ttd ttd

22. Kadmium (Cd) mg/l ttd ttd ttd ttd

23. Krom Heksavalen (Cr⁺⁶ ) mg/l ttd ttd ttd ttd

No Parameter Satuan Hasil Analisa Kimiawi

Op1 Op2 Op3 Op4

24. Seng (Zn) mg/l 0,048 0,081 0,020 0,020

25. Tembaga (Cu) mg/l 0,013 0,027 0,020 0,067

Page 29: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

153 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

26. Mangan (Mn) mg/l 0,6 ttd ttd ttd

27. Besi (Fe) mg/l 0,1 ttd ttd ttd

28. Nikel (Ni) mg/l ttd ttd ttd ttd

29. Kobalt (Co) mg/l ttd ttd ttd ttd

30. Klorin bebas (Cl₂) mg/l ttd ttd ttd ttd

Parameter daya Hantar Listrik berbanding lurus dengan residu terlarut dalam air

sungainya itu memang normal meskipun dalam persyaratan yang dipakai di D.I.

Yogyakarta tidak mensyaratkan Daya Hantar Listrik. Keasaman (pH) air S. Oya

ternyata relative tinggi dibandingkan sungai-sungai lain yang besar di D.I

Yogyakarta. Keasaman air ternyata erat kaitannya dengan pH tanah dan terbukti dari

pH air S. Oya yang berkisar 7,9 – 8,3 itu sesuai dengan pH tanahnya yang ±8. Tanah

diambil pada dasar sungai yang terlewati aliran air sungainya. Mengingat Kab.

Gunungkidul merupakan daerah pegunungan kapur maka pH air maupun tanah yang

relative lebih tinggi disbandingkan sungai utama lain D.I. Yogyakarta tersebut adalah

wajar. Oleh karena sektor industri terutama industri basahnya praktis kurang

berkembang maka dugaan tertingginya pH baik air maupun tanahnya itu dari

kegiatan industri dapat diabaikan.

Oksigen terlarut yang terdeteksi dalam pengujian air S. Oya adalah sanagt

bervariasi yang ternyata sesuai dengan parameter visual yang terkait dengan

kandungan oksigen dalam air tersebut. Disegmen hulu oksigen terlarutnya rendah

sekali, hal ini sesuai dengan kondisi aliran yang ada yaitu hanya kecil ( hampir tidak

ada ) dan hanya ada genangan-genangan air dibeberapa tempat yang kebetulan

cekung. Dalam table hasil uji nampak bahwa oksigen terlarut yang baik terdapat

dalam air dari segmen tengah 1 dan segmen hilir ( daerah Kab. Bantul ) yang juga

nampak bahwa kedua didaerah tersebut banyak ikan-ikan berkembang biak bahkan

menjadi tempat pemancingan umum.

Dari tabel hasil uji juga dapat kita lihat bahwa berdasarkan angka BOD5, COD,

dan DOnya memang air S. Oya yang diambil contohnya disegmen hulu itu

kualitasnya paling buruk dibandingkan segmen lain yang lebih rendah. Angka BOD5

segmen 1, segmen tengah 2 dan segmen hilir memenuhi syarat maksimum yang

dianjurkan . Demikian juga kandungan amoniak bebasnya, nitra dan nitrit berada

dalam keadaan diperbolehkan yang artinya keberadaan zat-zat tersebut dengan

Page 30: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 154

kosentrasi seperti hasil uji masih dapat diterima sesuai persyaratan. Adapun Klorida

dan Sulfat keadaannya masih dibawah persayaratan angka maksimum yang

dianjurkan. Terdeteksi juga beberapa logam yaitu seng dan besi yang

terkosentrasinya berada diantara kadar maksimum yang dianjurkan dengan yang

maksimum diperbolehkan. Tidak ada industri yang dapat diduga member kontribusi

bahan cemaran logam ZN dan Fe kedalam S. Oya kecuali dari pemukimann, ternak

dan tanah.

KESIMPULAN

1. Terdapat beberapa industry di DIY yang potensial menimbulkan pencemaran air

limbah, diantaranya adalah : Industri Batik, Industri Tahu, Industri Tempe, Industri

Tekstil, Industri Penyamakan Kulit, Industri Alkohol Spiritus, Industri Gula, Industri

Susu, Produksi pengolahan jamur dan Industri Pelapisan logam.

2. Dari hasil uji kualitas air sungai Serang, Sungai Progo, Sungai Bedog, Sungai

Winongo, Sungai Gajah Wong, Sungai Code, Sungai Opak, Sungai Oya pada

umumnya kualitasnya cuku baik, namun demikian pada beberapa sungai

dibagian hilir sudah mengalami penurunan kualitas akibat pengaruh air limbah

industry dan domestic.

3. Daya dukung tanah relatif masih baik, karena tanah yang terpengaruh air limbah

pabrik yang dibuang di sungai kualitas tanah sekitarnya masih baik.

SARAN

1. Dari hasil pengamatan untuk beberapa industri yang potensial menimbulkan

pencemaran air limbah perlu segera ditangani, seperti industri kecil batik, industri

tahu, industri tempe dan industri pelapisan logam yang perlu bantuan /bimbingan

pemerintah. Sedang untuk industri skala menengah dan besar seperti industri

penyamakan kulit, industri tekstil, industri gula, industri alkohol spritus, industri

susu, industri olahan jamur, dan sebagainya dari perusahaan harus melakukan

upaya pengelolaan lingkungan secara baik.

2. Perlu monitoring secara periodik/rutin terhadap lingkungan perairan di Daerah

Istimewa Yogyakarta.

Page 31: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

155 Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat

DAFTAR PUSTAKA

1. Aliandi, V., Handayani, H, 2013, Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Hotel,

dan Tingkat Hunian Hotel terhadap Penerimaan Pajak Hotel, Diponegoro

Journals of Economics, vol 2 no 4

2. Dinas Meteorologi Bandara Adi Sucipto, 2013, “Laporan Meteorologi dan

Klimatologi”, Yogyakarta

3. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM DIY, 2014, “Data

Potensi IKM”, Yogyakarta

4. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Bantul,

2014, Laporan IKM, Yogyakarta

5. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Gunung

Kidul, 2014, Laporan Tahunan IKM, Yogyakarta

6. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Kulon

Progo, 2014, Laporan Tahunan IKM, Yogyakarta

7. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kabupaten Sleman,

2014, Laporan Tahunan UKM, Yogyakarta

8. Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UKM Kota Yogyakarta,

2014, Laporan Tahunan UKM, Yogyakarta

9. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 37 Tahun 2001, Metode Analisis

Kualitas Air Permukaan dan Pengambilan Contoh Air Permukaan, Jakarta

10. Mertopo, S, 1990, Dampak Limbah Terhadap Lingkungan, PAU Bioteknologi

UGM, Yogyakarta

11. Nursamsi, S., Anna, Y., Suyatini, dkk, Pembuatan Peta Potensi Cemaran

Lingkungan Perairan dan Udara di DIY, BBKKP, Bapedalda DIY, Yogyakarta,

1996

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001,

Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air

Page 32: KAJIAN POTENSI PENCEMARAN INDUSTRI PADA LINGKUNGAN ...

Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet, dan Plastik ke-4 Yogyakarta, 28 Oktober 2015 ISSN:2477-3298

Kajian Potensi Pencemaran Industri Pada ......., Nursamsi Sarengat 156