BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran...

19
5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPA Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa keterampilan proses yang perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan proses dasar misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan, mengenal hubungan ruang dan waktu, serta keterampilan proses terintegrasi misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun hipotesis, menentukan variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data, menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa keterampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung, mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses dalam pembelajaran IPA di SD meliputi keterampilan dasar dan keterampilan terintegrasi. Kedua keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

5

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Hakikat Pembelajaran IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) bahwa “IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang

alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan

membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut

menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual.

Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk

menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Hakikat IPA sebagai

proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih

keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

Asy’ari, Muslichah (2006: 22) menyatakan bahwa keterampilan proses yang

perlu dilatih dalam pembelajaran IPA meliputi keterampilan proses dasar

misalnya mengamati, mengukur, mengklasifikasikan, mengkomunikasikan,

mengenal hubungan ruang dan waktu, serta keterampilan proses terintegrasi

misalnya merancang dan melakukan eksperimen yang meliputi menyusun

hipotesis, menentukan variabel, menyusun definisi operasional, menafsirkan data,

menganalisis dan mensintesis data. Poedjiati (2005:78) menyebutkan bahwa

keterampilan dasar dalam pendekatan proses adalah observasi, menghitung,

mengukur, mengklasifikasi, dan membuat hipotesis.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keterampilan proses dalam

pembelajaran IPA di SD meliputi keterampilan dasar dan keterampilan

terintegrasi. Kedua keterampilan ini dapat melatih siswa untuk menemukan dan

menyelesaikan masalah secara ilmiah untuk menghasilkan produk-produk IPA

yaitu fakta, konsep, generalisasi, hukum dan teori-teori baru.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

6

Sehingga perlu diciptakan kondisi pembelajaran IPA di SD yang dapat

mendorong siswa untuk aktif dan ingin tahu. Dengan demikian, pembelajaran

merupakan kegiatan investigasi terhadap permasalahan alam di sekitarnya. Setelah

melakukan investigasi akan terungkap fakta atau diperoleh data. Data yang

diperoleh dari kegiatan investigasi tersebut perlu digeneralisir agar siswa memiliki

pemahaman konsep yang baik. Untuk itu siswa perlu di bimbing berpikir secara

induktif. Selain itu, pada beberapa konsep IPA yang dilakukan, siswa perlu

memverifikasi dan menerapkan suatu hukum atau prinsip. Sehingga siswa juga

perlu dibimbing berpikir secara deduktif. Kegiatan belajar IPA seperti ini, dapat

menumbuhkan sikap ilmiah dalam diri siswa. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa hakikat IPA meliputi beberapa aspek yaitu faktual,

keseimbangan antara proses dan produk, keaktifan dalam proses penemuan,

berfikir induktif dan deduktif, serta pengembangan sikap ilmiah.

Pelaksanaan pembelajaran IPA seperti diatas dipengaruhi oleh tujuan apa

yang ingin dicapai melalui pembelajaran tersebut. Tujuan pembelajaran IPA di

SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku di Indonesia.

Kurikulum yang sekarang berlaku di Indonesia adalah Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum KTSP selain dirumuskan tentang tujuan

pembelajaran IPA juga dirumuskan tentang ruang lingkup pembelajaran IPA,

standar kompetensi, kompetensi dasar, dan arah pengembangan pembelajaran IPA

untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran dan indikator

pencapaian kompetensi untuk penilaian. Sehingga setiap kegiatan pendidikan

formal di SD harus mengacu pada kurikulum tersebut.

Tujuan pembelajaran IPA di SD menurut Kurikulum KTSP (Depdiknas,

2006) secara terperinci adalah: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran

Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)

mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

7

sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan

kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan

lingkungan alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, dan

(6) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

Ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi dua aspek

yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep. Lingkup kerja ilmiah meliputi

kegiatan penyelidikan, berkomunikasi ilmiah, pengembangan kreativitas,

pemecahan masalah, sikap, dan nilai ilmiah. Lingkup pemahaman konsep dalam

Kurikulum KTSP relatif sama jika dibandingkan dengan Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK) yang sebelumnya digunakan. Secara terperinci lingkup materi

yang terdapat dalam Kurikulum KTSP adalah: (1) makhluk hidup dan proses

kehidupannya, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan

lingkungan, serta kesehatan. (2) benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya

meliputi: cair, padat dan gas.(3) energi dan perubahaannya meliputi: gaya, bunyi,

panas, magnet, listrik, cahaya, dan pesawat sederhana. (4) bumi dan alam semesta

meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya. Dengan

demikian, dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut saling

berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh pemahaman atau

penemuan konsep IPA.

2.2. Hakikat Belajar

Pengertian belajar dalam arti sehari-hari adalah sebagai penambahan

pengetahuan, namun ada yang mengartikan bahwa belajar sama dengan

menghafal, karena orang belajar bukan hanya membaca dan meghafal tapi juga

penalaran.

Agus Suprijono (2009:2) dalam bukunya mengemukakan pengertian belajar

menurut beberapa pakar pendidikan, sebagai berikut:

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

8

a. Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari

proses pertumbuhan seseorang secara alamiah.

b. Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku.

c. Cronbach

Learning is shown by a change in behavior as a result of experience. (belajar

adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman).

d. Harold Spears

Learnig is to observe, to read, to imitate, to try something themselves, to

listen, to follow direction. (Dengan kata lain, bahwa belajar adalah

mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuaatu, mendengar, dan mengikuti

arah tertentu).

e. Geoch

Learning is change in performance as a result of practice. (Belajar adalah

perubahan performance sebagai hasil latihan).

f. Morgan

Learning is any relatively permanent cahnge in behavior that is result of past

experience. (Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen

sebagai hasil dari pengalaman).

Belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah lebih dari sekedar

mengingat. Siswa memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah

dipelajari, mereka harus bisa menyelesaikan masalah, menemukan sesuatu untuk

dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan.

Guru adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada

siswa, sebab siswa yang harus mengontruksikan pengetahuan di dalam

memorinya sendiri. Sebaiknya tugas guru yang utama adalah:

a) Memperlancar siswa dengan cara mengajarkan cara-cara membuat informasi

bermakna dan relevan dengan siswa.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

9

b) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan

gagasannya sendiri.

c) Menanamkan kesadaran belajar dan menggunakan strategi belajarnya sendiri.

Disamping itu guru harus mampu mendorong siswa untuk memperoleh

pemahaman yang lebih baik terhadap materi yang dipelajarinya. (Catharina,

2004:2)

2.3. Model Pembelajaran

2.3.1. Pengertian Model Pembelajaran

Istilah model dapat dipahami sebagai suatu kerangka konseptual yang

digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Menurut

Winataputra (2001) dalam buku Sagala (2010:63) mengemukakan model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman

dalam melakukan sesuatu kegiatan belajar dan mengajar. Pandangan yang sama

dikemukakan Eggen dan Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan

kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar (Sagala, 2010:63). Menurut Sagala

(2006:175) model pembelajaran merupakan operasionalisasi dari teori yag

melandasinya berfungsi sebagai pedoman bagi perencana pembelajaran yang

diimplementasikan dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran untuk membantu

pebelajar mengembangkan kognitif, emosional, sosial, dan spiritual.

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial (Suprijono, 2009:46).

Merujuk pemikiran Joyce, fungsi model adalah “each model guides us as we

design instruktion to help students achieve various objectives”. Melalui model

pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide,

keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran

berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru

dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar (Suprijono, 2009:46).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

10

2.3.2. Model Pembelajaran Kooperatif

Suprijono (2009:54) mengemukakan pembelajaran kooperatif adalah konsep

yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk

yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum

pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan guru, dimana guru menetapkan

tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi

yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah.

Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa

prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran

kooperatif menuntut kerjasama dan interdependensi peserta didik dalam struktur

tugas, struktur tujuan, dan struktur reward-nya. Struktur tugas berhubungan

bagaimana tugas diorganisir. Struktur tujuan dan reward mengacu pada derajat

kerjasama atau kompetisi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun

reward (Suprijono, 2009:61).

Beberapa ciri pembelajaran kooperatif menurut Isjoni (2009:27), yaitu:

a) Setiap anggota memiliki peran.

b) Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

c) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-

teman sekelompoknya.

d) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal

kelompok.

e) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Tujuan model pembelajaran tersebut menurut Eggen dan Kauchak dalam

Winayati (2010) adalah sebagai berikut:

a) Meningkatkan partisipasi peserta didik.

b) Memfasilitasi peserta didik agar memiliki pengalaman mengembangkan

kemampuan kepemimpinan dan membuat keputusan kelompok.

c) Memberi kesempatan kepada mereka untuk berinteraksi dan belajar bersama-

sama dengan teman yang seringkali berbeda latar belakangnya.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

11

2.3.3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

The Network Scientific inquiry Resources and Connections (2003) melalui

pembahasannya mengungkapkan bahwa:

Group Investigation is an organizational medium for encouraging

and guiding students involvement in learning. Students actively

share in influencing the nature of events in their classroom. By

comunicating freely and cooperating in planning and carrying

out their chosen topic of investigation, they can achieve more

than they would as individuals. The final result of the group’s

work reflects each member’s contribution, but it is intellectually

richer than work done individually by the same student.

Pendapat tersebut memberikan penekanan tentang eksistensi investigasi

kelompok sebagai wahana untuk mendorong dan membimbing keterlibatan siswa

di dalam proses pembelajaran. Sebagaimana diketahui bahwa keterlibatan siswa di

dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sangat esensial karena siswa

adalah sentral dari keseluruhan kegiatan pembelajaran. Dan oleh sebab itu pula

kebermaknaan pembelajaran sesungguhnya akan sangat tergantung pada

bagaimana kebutuhan-kebutuhan siswa dalam memperoleh dan mengembangkan

pengetahuan, nilai-nilai, serta pengalaman mereka dapat terpenuhi secara optimal

melalui kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan (Aunurrahman, 2009:150).

Aunurrahman (2009:150) berpendapat bahwa keaktifan siswa melalui

investigasi kelompok ini diwujudkan di dalam aktivitas saling bertukar pikiran

melalui komunikasi yang terbuka dan bebas serta kebersamaan mulai dari

kegiatan merencanakan sampai pada pelaksanaan pemilihan topik-topik

investigasi.

Joyce dan Calhoun (2000:16) mengungkapkan bahwa model investigasi

kelompok menawarkan agar dalam mengembangkan masalah moral dan sosial,

siswa diorganisasikan dengan cara melakukan penelitian bersama atau

“cooperative inquiry” terhadap masalah-masalah sosial dan moral, maupun

masalah akademis. Pada dasarnya model ini dirancang untuk membimbing para

siswa mendefinisikan masalah, mengeksplor berbagai cakrawala mengenai

masalah itu, mengumpulkan data yang relevan, mengembangkan dan mengetes

hipotesis (Aunurrahman, 2009:151). Dari pendapat para ahli di atas dapat

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

12

disimpulkan bahwa model investigasi kelompok atau Group Investigation

merupakan model pembelajaran yang mengorganisasikan siswa secara

berkelompok untuk mendefinisikan masalah, mengeksplor berbagai masalah, dan

mengembangkan atau mencari solusi dari masalah tersebut.

Killen (1998:1460) dalam Aunurrahman (2009:152) memaparkan

beberapa ciri essensial investigasi kelompok sebagai pendekatan pembelajaran

adalah:

a) Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memiliki

independensi terhadap guru;

b) Kegiatan-kegiatan siswa terfokus pada upaya menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang telah dirumuskan;

c) Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersyaratkan mereka untuk

mengumpulkan sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa

kesimpulan;

d) Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar;

e) Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.

Suprijono (2009:93) memaparkan langkah-langkah pembelajaran Group

Investigation sebagai berikut: pembelajaran dengan metode Group Investigation

dimulai dengan pembagian kelompok. Selanjutnya guru beserta didik memilih

topik-topik tertentu dengan permasalahan-permasalahan yang dapat

dikembangkan dari topik-topik itu. Sesudah topik beserta permasalahannya

disepakati, peserta didik beserta guru menentukan metode penelitian yang

dikembangkan untuk memecahkan masalah.

Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah

mereka rumuskan. Aktivitas tersebut merupakan kegiatan sistemik keilmuan

mulai dari mengumpulkan data, analisis data, sintesis, hingga menarik

kesimpulan.

Langkah berikutnya adalah presentasi hasil oleh masing-masing kelompok.

Pada tahap ini diharapkan terjadi intersubjektif dan objektivikasi pengetahuan

yang telah dibangun oleh suatu kelompok. Berbagai perspektif diharapkan dapat

dikembangkan oleh seluruh kelas atas hasil yang dipresentasikan oleh suatu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

13

kelompok. Seyogyanya di akhir pembelajaran dilakukan evaluasi. Evaluasi dapat

memasukkan assesmen individual atau kelompok.

Menurut Herbert Telen dan John Dewey dalam Sagala (2010:70)

memaparkan langkah-langkah model pembelajaran Group Investigation sebagai

berikut:

a) Peserta didik mengenali masalah yang datang dari luar dirinya.

b) Peserta didik menyelidiki dan menganalisis kesulitannya dan menentukan

masalah yang dihadapinya.

c) Menghubungkan uraian-uraian hasil analisisnya, mengumpulkan berbagai

kemungkinan guna memecahkan masalah tersebut.

d) Menimbang kemungkinan jawaban atau hipotesis dengan akibatnya masing-

masing.

e) Mencoba mempraktikkan salah satu kemungkinan pemecahan yang

dipandang terbaik, sehingga terbukti betul tidaknya pemecahan masalah itu.

Menurut Sharan & Sharan (2012:172) mengemukakan tahap-tahap

pembelajaran Group Investigation, yaitu:

a) Kelas menentukan subtema dan menyusunnya dalam penelitian kelompok.

b) Kelompok merencanakan penelitian mereka.

c) Kelompok melakukan penelitian.

d) Kelompok merencanakan presentasi.

e) Kelompok melakukan presentasi.

f) Guru dan siswa mengevaluasi proyek mereka.

Dari pendapat ahli di atas mengenai langkah-langkah model pembelajaran

Group Investigation dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran

menggunakan model Group Investigation sebagai berikut:

a) Tahap Penentuan Topik Masalah

Guru menentukan topik beserta permasalahan yang dibahas.

b) Tahap Pembagian Kelompok

Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok sesuai banyak

permasalahan yang dibahas dan setiap kelompok mendapat permasalahan

yang berbeda-beda.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

14

c) Tahap Investigasi

Kelompok melakukan penelitian untuk menyelidiki permasalahan tersebut

sehingga mendapatkan alternatif jawabannya.

d) Tahap Pengorganisasian Laporan

Kelompok membuat laporan penelitian.

e) Tahap Presentasi

Setiap kelompok melakukan kegiatan presentasi.

f) Tahap Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi hasil kerja kelompok.

Dalam kajian mendalam tentang model investigasi kelompok ini, Joyce

dan Well (2000:53), menyimpulkan bahwa model investigasi kelompok memiliki

kelebihan dan komprehensivitas, dimana model ini memadukan penelitian

akademik, integrasi sosial, dan proses belajar sosial. Model ini juga dapat

dipergunakan dalam segala areal subyek, dengan seluruh tingkatan usia

(Aunurrahman, 2009:153).

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation juga memiliki

kelebihan dan kekurangan. Menurut Santoso (2011:5) ada 5 kelebihan dan 3

kekurangan model Group Investigation yaitu:

Kelebihan model Group Investigation:

a) Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki

dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

b) Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

mempunyai pengaruh positif yaitu, dapat meningkatkan motivasi belajar

siswa.

c) Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan

berinteraksi antar siswa dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.

d) Model pembelajaran Group Investigation melatih siswa untuk memiliki

kemampuan yang baik dalam berkomunikasi dan mengemukakan

pendapatnya.

e) Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari

tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

15

Sedangkan kekurangan model Group Investigation, yaitu:

a) Tidak semua materi dapat disampaikan menggunakan metode ini.

b) Membutuhkan waktu yang lama.

c) Siswa yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam

kelompoknya dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya

sehingga usaha kelompok tersebut gagal.

2.4. Media Benda Nyata

Sanaky (2009:114) mengemukakan bahwa benda asli adalah benda dalam

keadaan sebenarnya dan seutuhnya. Sanaky (2009:114) juga mengemukakan

bahwa benda asli merupakan alat yang paling efektif untuk mengikutsertakan

berbagai indera dalam belajar. Selain itu benda asli juga efektif digunakan dalam

pembelajaran dikarenakan benda asli lebih terlihat jelas karakteristik dan sifat

bendanya.

Menurut Nyoman kertiasa (1994) benda nyata adalah sebagai media alat

penyampai informasi yang berupa benda atau obyek yang sebenarnya atau asli dan

tidak mengalami perubahan yang berarti. Benda nyata (real thing) merupakan alat

bantu yang mudah penggunaannya karena tidak perlu membuta persiapan selain

langsung penggunaanya.

Widodo (2007:109) media benda konkret adalah benda-benda asli apa

adanya tanpa mengalami perubahan yang dijadikan media dalam kegiatan

pembelajaran. Media benda konkret sering disebut juga media benda nyata atau

realita. Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya, tanpa

perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses belajar siswa lebih aktif

dapat mengamati, menangani, memanipulasi, mendiskusikan, dan akhirnya

menjadi alat untuk meningkatkan kemampuan siswa untuk menggunakan sumber-

sumber belajar serupa (Wibawa dan Mukti, 1993:55).

Ada beberapa keuntungan dan kelemahan dalam menggunakan media benda

nyata ini. Ibrahim dan Syaodih (2010:119) menyatakan bahwa keuntungan

menggunakan media ini antara lain (1) dapat memberikan kesempatan

semaksimal mungkin pada siswa untuk mempelajari sesuatu ataupun

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

16

melaksanakan tugas-tugas dalam situasi nyata dan (2) memberikan kesempatan

pada siswa untuk mengalami sendiri situasi yang sesungguhnya dan melatih

keterampilan mereka dengan menggunakan sebanyak mungkin alat indera.

Kelemahan dalam menggunakan objek nyata ini antara lain (1) membawa murid-

murid ke berbagai tempat di luar sekolah kadang-kadang mengandung resiko

dalam bentuk kecelakaan dan sejenisnya; (2) biaya yang diperlukan untuk

mengadakan berbagai objek nyata kadang-kadang tidak sedikit, apalagi ditambah

dengan kemungkinan kerusakan dalam menggunakannya; dan (3) tidak selalu

dapat memberikan semua gambaran dari objek yang sebenarnya, seperti

pembesaran, pemotongan, dan gambar bagian demi bagian, sehingga pengajaran

harus didukung pula dengan media lain.

2.5. Hasil Belajar

A. Tabrani Rusyan (2000:65) berpendapat: "Hasil belajar merupakan hasil

yang dicapai oleh seorang siswa setelah ia melakukan kegiatan belajar mengajar

tertentu atau setelah ia menerima pengajaran dari seorang guru pada suatu saat”.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (2000:28) menyatakan “hasil belajar pada

dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar”. Pendapat aliran psikologi

kognitif seperti yang dikutip oleh Dede Rosyada (2004:92) mengemukakan hasil

belajar adalah “Mengembangkan berbagai strategi untuk mencatat dan

memperoleh informasi, siswa harus aktif menemukan informasi-informasi

tersebut dan guru menjadi partner siswa dalam proses penemuan berbagai

informasi dan makna-makna dari informasi yang diperolehnya dalam pelajaran

yang dibahas dan dikaji bersama.”

Menurut Salim (2000:190) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah

penguasaan pengetahuan keterampilan terhadap mata pelajaran yang dibuktikan

melalui hasil tes. Berdasarkan pendapat para ahli maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa, setelah ia

menerima pengalaman belajarnya.

Benyamin S. Bloom (dalam Anni 2005:9) mengusulkan hasil belajar

dikelompokkan ke dalam tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

17

ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah kognitif berkaitan

dengan hasil belajar berupa pengetahuan, kemampuan, dan kemahiran intelektual.

Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan (knowledge), pemahaman

(comprehension), penerapan (application), analisis (analysis), sintesis (synthesis),

dan penilaian (evaluation). Kategori tujuan pembelajaran ranah afektif meliputi

penerimaan (receiving), penanggapan (responding), penilaian(evaluing),

pengorganisasian (organization), dan pembentukan pola hidup (organization by a

value complex). Tujuan pembelajaran ranah psikomotorik menunjukkan adanya

kemampuan fisik seperti kemampuan motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan

koordinasi syaraf. Kategori jenis perilaku untuk ranah psikomotorik menurut

Elizabeth Simpson (Anni 2005: 9) meliputi persepsi (perseption), kesiapan (set),

gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa (mechanism), gerakan

kompleks (complex overt response), penyesuaian (adaptation), dan kreativitas

(creativity).

Aunurrahman (2009:37) berpendapat bahwa hasil belajar ditandai dengan

perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua perubahan tingkah laku

merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya disertai perubahan

tingkah laku. Perubahan tingkah laku pada kebanyakan hal merupakan sesuatu

perubahan yang dapat diamati (observable). Akan tetapi juga tidak selalu

perubahan tingkah laku yang dimaksud sebagai hasil belajar tersebut dapat

diamati. Perubahan-perubahan yang dapat diamati kebanyakan berkenaan dengan

perubahan aspek-aspek motorik.

Penetapan angka kemampuan belajar peserta didik dapat dilakukan dengan

berbagai cara atau teknik yang sistematis, baik berhubungan dengan proses belajar

maupun hasil belajar. Teknik penetapan angka tersebut pada prinsipnya adalah

cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian standar

kompetensi dan kompetensi dasar. Penilaian suatu kompetensi dasar dilakukan

berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil belajar, baik berupa domain

kognitif, afektif, maupun psikomotor (Balitbang Depdiknas, 2006).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

18

Teknik penilaian dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu teknik tes dan

nontes.

a. Tes

Tes bisa terdiri atas tes lisan, tes tulisan, dan tes tindakan. Tes lisan

menuntut jawaban secara lisan, tes tulisan menuntut jawaban secara tulisan,

dan tes tindakan menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan. Soal-soal tes ada

yang disusun dalam bentuk (a) objektif, ada juga yang disusun dalam bentuk

(b) esai atau uraian.

b. Nontes

Alat penilaian nontes mencakup observasi atau pengamatan, angket,

kuesioner, interviews (wawancara), skala penilaian, sosiometri, studi kasus,

work sample analysis (analisa sampel kerja), task analysis (analisis tugas),

checklists dan rating scales dan portofolio.

2.6. Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang dilakukan Vera Sandria dengan judul “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Group Investigation Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas IV SD

Negeri 147 Palembang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan

model pembelajaran Group Investigation, hasil belajar siswa meningkat. Subjek

Penelitian ini adalah siswa kelas IVA SD Negeri 147 Palembang semester genap

tahun pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 40 orang siswa, terdiri dari 19 siswa

laki-laki dan 21 siswi perempuan. Keberhasilan penelitian ini diamati berdasarkan

persentase ketuntasan hasil belajar siswa yang diperoleh dari nilai ujian setiap

akhir siklus. Siswa dinyatakan tuntas belajar bila mencapai nilai 60 dan suatu

kelas dinyatakan tuntas belajar apabila telah mencapai angka 85% siswa yang

mendapat nilai 60 atau lebih. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadinya

peningkatan nilai rata-rata hasil ujian setiap akhir siklus dan ketuntasan hasil

belajar siswa secara berturut-turut sebelum diberi tindakan, setelah diberi tindakan

siklus 1 dan siklus 2 adalah 41,02%, 80%, dan 92,5%. Nilai rata-rata hasil ujian

akhir siklus secara berturut-turut yaitu 43,58; 70,25; dan 79,5,. Setelah

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

19

melaksanakan penelitian tindakan kelas, disimpulkan bahwa Model Pembelajaran

Group Investigation, dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Erna Hidayah (2012), dengan judul

“Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Pada Siswa Kelas IVB SD Negeri Gamol”. Disimpulkan

bahwa Hasil Penelitian ini menunjukkan hasil belajar tersebut berupa perolehan

nilai kognitif dengan rata-rata pada pra tindakan sebesar 66,38 untuk nilai

ketuntasan 7 siswa atau 43,75% selanjutnya meningkat pada siklus I menjadi

73,43 untuk nilai ketuntasan 11 siswa atau 68,75% dan meningkat menjadi 87,5

untuk nilai ketuntasan 15 siswa atau 93,75% pada siklus II. Ranah afektif

mencapai keberhasilan rata-rata kelas 72,34 pada siklus I dan mengalami

peningkatan menjadi 78,44 pada siklus II atau mengalami peningkatan sebesar

6,11. Ranah psikomotor mencapai keberhasilan kelas 62,03 pada siklus I dan

mengalami peningkatan menjadi 77,34 pada siklus II atau mengalami peningkatan

sebesar 15,31. Dengan demikian, hasil belajar IPS dengan materi perkembangan

teknologi pada siswa kelas IVB SD Negeri Gamol dapat ditingkatkan dengan

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.

Iswandi (2010) melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Metode

Pembelajaran Kooperatif Model Group Investigation Untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Mata Pelajaran IPA Tentang Tumbuhan Hijau Kelas V SDN

Temenggungan 02 Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar”. Dari hasil penelitian

menunjukkan bahwa: (1) pembelajaran dengan model group investigation diawali

dengan kegiatan inti pada pertemuan pertama yaitu pembentukan kelompok,

kesepakatan siswa dalam pembagian tugas, kegiatan pemantapan dan

pengembangan melalui presentasi pada pertemuan pertama dan kedua yang mana

siklus II siswa lebih aktif daripada siswa pada siklus I; (2) terdapat 2 hal yang

menjadi penghambat dalam penelitian yaitu minimnya sarana yang dimiliki dan

motivasi siswa yang menurun, dan terdapat 2 hal yang menjadi pendukung

penelitian yaitu adanya penambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dan

kerjasama guru yang baik; (3) tanggapan siswa terhadap penerapan pembelajaran

kooperatif model Group Investigation secara umum positif yaitu antara lain siswa

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

20

merasa bahwa metode Group Investigation menyenangkan dan bisa dijadikan

variasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran tidak monoton, hanya

beberapa siswa yang merasa terbebani dengan penerapan pembelajaran ini; (4)

tanggapan guru terhadap penerapan pembelajaran kooperatif model Group

Investigation cukup positif, guru beranggapan bahwa metode tersebut dapat

membuat siswa aktif bekerja dalam mengemukakan pendapat dalam diskusi; (5)

hasil belajar siswa dilihat dari nilai yang diperoleh pada post test siklus I dan

siklus II menunjukkan peningkatan di mana dari siklus I sampai siklus II terjadi

kenaikan hal ini dapat dilihat bahwa hampir 78 % nilai siswa telah memenuhi

standart kelulusan yang telah ditentukan yaitu 75.

Penelitian yang dilakukan oleh Rusminah, Min (2012) yang bertujuan

untuk mengetahui : Apakah alat – alat peraga benda – benda nyata dapat

meningkatkan hasil belajar siswa kelas 1 semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 di

SD Negeri 3 Tambirejo, Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Jenis penelitian

yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang terdiri 2 siklus.

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 1 SD Negeri 3 Tambirejo Kecamatan

Toroh Kabupaten Grobogan, sebanyak 29 siswa (12 siswa perempuan dan 17

siswa laki – laki), pada mata pelajaran matematika tentang pengukuran panjang

dengan alat peraga benda – benda nyata. Analisis data menggunakan teknik

analisis diskriptif kuantitatif dengan mean, skor tertinggi, skor terendah disajikan

dalam bentuk tabel kemudian dideskripsikan berdasarkan data yang telah

dianalisis dan ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui

pemanfaatan alat peraga benda – benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar

siswa kelas 1 dalam pembelajaran matematika tentang pengukuran panjang

dengan satuan tak baku semester I tahun pelajaran 2011/2012 di SD Negeri 3

Tambirejo Kecamatan Toroh Kabupaten Grobogan. Hal ini terlihat bahwa pada

nilai rata – rata pra siklus yang mencapai 60,34 naik menjadi 83,10 pada siklus 2.

Hartono, Imanuel Nugroho Puji (2012) dengan judul penelitian “Upaya

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Media Benda Konkret

pada Materi Pokok Menentukan Jaring-jaring Berbagai Bangun Ruang Sederhana

Kelas V SD Negeri Ngijo 01”. Dalam penelitian ini dilakukan dengan dua siklus

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

21

yang setiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. kelas V yang diteliti

memiliki siswa yang berjumlah 29 anak terdiri dari 15 anak laki-laki dan 14 anak

perempuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa pada

Siklus I dan II mengalami peningkatan dalam hasil belajar siswa. KKM yang

ditentukan adalah 65, pada kondisi awal hanya 6 dari 29 siswa yang mendapat

nilai di atas KKM. Kemudian setelah pelaksanaan Siklus I didapatkan 20 dari 29

siswa tuntas dengan persentase ketuntasan 68,96%. Untuk Siklus I diperoleh 29

siswa tuntas dengan persentase ketuntasan 100%. Nilai rata-rata hasil belajar

Matematika siswa kelas V semula sebelum ada tindakan 50,75 kemudian pada

Siklus I adalah 70,34 siswa masih ada 9 siswa yang mendapatkan nilai di bawah

KKM. Pada Siklus II seluruh siswa yaitu 29 siswa memperoleh nilai di atas KKM,

dengan nilai rata-rata hasil belajar Matematika adalah 87,76.

Dari penelitian di atas ada persamaan dengan apa yang dilakukan peneliti

yaitu menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan

pemanfaatan media benda nyata dalam kegiatan pembelajaran. Dan perbedaannya

adalah variabel yang diteliti dan kelas yang diteliti tidak sama.

2.7. Kerangka Berpikir

Perubahan paradigma pembelajaran menuntut siswa aktif. Suatu

pembelajaran akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi atau melibatkan diri

secara langsung dalam proses pembelajaran. Siswa diharapkan dapat menemukan

sendiri atau memahami sendiri konsep yang telah diajarkan yaitu dengan

mengalami langsung.

Dengan guru mencoba menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation dalam pembelajaran diharapkan siswa mampu menguasai dan

menerapkan konsep tersebut. Adapun langkah-langkah model pembelajaran

Group Investigation, yaitu guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil

terdiri dari 5-6 orang, guru memberi masalah kepada setiap kelompok, setiap

kelompok memiliki masalah yang berbeda-beda untuk diinvestigasi secara

berkelompok, siswa menginvestigasi permasalahannya melalui interaksi dengan

kelompoknya, siswa menyimpulkan investigasi kelompoknya, setiap kelompok

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

22

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya, dan guru dan siswa mengevaluasi

hasil kerja setiap kelompok.

Dengan Group Investigation dipandang akan meningkatkan hasil belajar

IPA pada siswa karena dengan model ini:

a) Memungkinkan siswa mencari penyelesaian masalahnya secara berkelompok

dengan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung aktif dalam

pembelajaran maka siswa akan menyimpan konsep yang diterima lebih lama

dan bermakna.

b) Siswa akan terlatih berpikir kritis dalam mencari solusi dari suatu masalah.

c) Siswa akan belajar berinteraksi sosial dan menghargai setiap pendapat dari

anggota kelompoknya.

Gambar 2.1 Kerangka berpikir

Guru mengajar dengan

Model Pembelajaran

Group Investigation dan

pemanfaatan media benda

nyata

Hasil Belajar Siswa

Rendah

Kondisi Awal Guru menggunakan

pembelajaran yang

konvensional

Tindakan

Hasil Akhir Hasil Belajar Siswa

Meningkat

Siswa termotivasi

untuk aktif dalam

pembelajaran dan

berinteraksi dengan

kelompoknya

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hakikat Pembelajaran IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/7873/3/T1... · 2016-08-09 · SD telah dirumuskan dalam kurikulum yang sekarang ini berlaku

23

2.8. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis tindakan

dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group

Investigation dan pemanfaatan media benda nyata diduga dapat meningkatkan

hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri Sidorejo Lor 01 Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014”.