BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar...

20
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu. Iskandara (2001:12) menarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA berupa fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA penting bagi kemajuan hidup bersama manusia. Cara kerja memperoleh itu disebut proses IPA, dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara berfikir. Menurut Srini M. Iskandar (2001:2) “IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam”. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses penemuan dan memiliki sikap ilmiah (Depdiknas, 2004:6). Beberapa pendendapat menggambarakan bahwa hasil belajar IPA merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Hasil Belajar IPA

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimilki siswa setelah ia menerima

pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses

pembelajaran proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi

kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan belajar

melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru menyusun dan

membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas

maupun individu.

Iskandara (2001:12) menarik kesimpulan bahwa hasil belajar IPA berupa

fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip klasifikasi dan struktur. Hasil IPA

penting bagi kemajuan hidup bersama manusia. Cara kerja memperoleh itu

disebut proses IPA, dalam proses IPA terkandung cara kerja, sikap dan cara

berfikir.

Menurut Srini M. Iskandar (2001:2) “IPA adalah ilmu yang mempelajari

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam”. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 22 Tahun 2006 bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses

penemuan. IPA merupakan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis

untuk menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

penemuan dan memiliki sikap ilmiah (Depdiknas, 2004:6).

Beberapa pendendapat menggambarakan bahwa hasil belajar IPA

merupakan proses perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang merupakan hasil dari aktivitas belajar yang ditunjukkan dalam

bentuk angka-angka seperti yang dapat dilihat pada nilai rapor. Hasil belajar juga

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

7

diartikan sebagai tingakat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti

proses pembelajaran sesuai dengan program pendidikan yang ditetapkan.

2.1.2 Pembalajaran IPA

Sutiyono (2004:2) menyimpulkan pembalajaran adalah upaya menciptakan

iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuahan

siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa seta

antara siswa dengan siswa.

Pembalajaran IPA dikembangkan berdasarkan persoalan atau tema untuk

dapat dikaji dari aspek kemampuan siswa yang mencakup aspek

mengkomunikasikan konsep secara ilmiah, aspek pengembangan dasar dan

penegembangan kesadaran dalam konteks ekonomi social.

IPA merupakan ilmu yang mempelajari hasil kegiatan manusia berupa

pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang

diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain

“penyelidikan, penyusunan dan pengajuan gagasan-gagasan”.

Proses pembelajaran IPA di SD mempunyai fungsi dan pengaruh yang

sangat besar dalam membangun kontruksi kognitif dan psikomotorik siswa. Siswa

di SD pada umumnya banyak mengalami kesulitan dalam kegiatan pembelajaran

bidang studi IPA.

Kenyataan tersebut diatas pada umumnya seringkali dilatar belakangi oleh

rendahnya motivasi belajar siswa untuk bidang studi IPA. Apabila permasalahan

ini tidak segera diambil tindakan oleh pihak-pihak yang mempunyai hubungan

erat yaitu guru maka niscaya siswa akan menemui kesukaran dalam mengikuti

proses pembelajaran IPA.

Menurut Musno (2004:04) secara prinsip pengajaran sains merupakan

mata pelajaran yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena

berhubungan yang sangat penting dan perlu sekali dikuasai oleh siswa karena

berhubungan langsung dengan salah satu aspek kecerdasan individu dalam

pengertian yang luas.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

8

Sejalan dengan kerangka berfikir seperti di atas, guru hendaknya mampu

secara reflektif memberikan penyadaran kepada siswa bahwa pada dasarnya

bidang studi IPA yang dalam proses pembelajarannya dengan angka-angka

sebagai obyek pembelajarannya tidaklah jaih beda dengan bidang studi dan

disiplin ilmu lain.

Hakikat IPA ada tiga yaitu IPA sebagai proses, produk, dan

pengembangan sikap. Produk IPA berupa fakta, konsep, prinsip, teori, hukum,

sedangkan proses IPA merupakan proses yang dilakukan oleh para ahli dalam

menemukan produk IPA. Proses IPA di dalamnya terkandung cara kerja dan cara

berpikir. Sikap yang dikembangkan dalam pembelajaran IPA adalah sikap ilmiah

yang antara lain terdiri atas obyektif, berhati terbuka, tidak mencampur adukkan

fakta dan pendapat, bersifat hati-hati dan ingin tahu. Proses pembelajaran IPA

harus mengacu pada hakikat IPA baik IPA sebagai produk, proses, dan

pengembangan sikap.

Di samping itu, menurut permen 22 tahun 2005 menyatakan bahwa

pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari

diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam

menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut.

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya

2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya

Hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan

masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

9

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga

dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya

sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar

untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa tujuan pembelajaran IPA SD di

samping untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, juga

mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,

memecahkan masalah dan membuat keputusan. Tujuan tersebut dicapai dengan

cara mengajarkan IPA yang mengacu pada hakikat IPA dan menekankan pada

pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi siswa.

Pembelajaran IPA harus berpusat pada siswa serta memberi kesempatan pada

siswa untuk mengembangkan ide atau gagasan, mendiskusikan ide atau gagasan

dengan siswa lain serta membandingkan ide mereka dengan konsep ilmiah dan

hasil pengamatan atau percobaan untuk merekontruksi ide atau gagasan yang

akhirnya siswa menemukan sendiri apa yang dipelajari.

2.1.3 Pengertian Pendekatan Scientific

Menurut Iskandar (2008: 16) pendekatan scientific (ilmiah) adalah suatu

proses penyelidikan secara sistematik yang terdiri atas bagian bagian yang saling

bergantung (interdependent), ini adalah metode yang berkembang dan berhasil

dalam memahami pendidikan kita yang semakin rumit.

Secara sederhana pendekatan ilmiah merupakan suatu cara atau

mekanisme untuk mendapatkan pengetahuan dengan prosedur yang didasarkan

pada suatu metode ilmiah. Proses pembelajaran harus terhindar dari sifat-sifat atau

nilai-nilai non ilmiah. Pendekatan non ilmiah dimaksud meliputi semata-mata

berdasarkan intuisi, akal sehat, prasangka, penemuan melalui coba-coba, dan asal

berpikir kritis. Perubahan proses pembelajaran (dari siswa diberi tahu menjadi

siswa mencari tahu) dan proses penilaian (dari berbasis output menjadi berbasis

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

10

proses dan output). Penilaian proses pembelajaran menggunakan pendekatan

penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan

hasil belajar secara utuh (Permen No.65 Tahun 2013).

Pembelajaran merupakan proses ilmiah, karena itu Kurikulum 2013

mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran (Kemdikbud,

2013). Pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian emas perkembangan dan

pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Dalam

pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah, para ilmuwan lebih

mengedepankan pelararan induktif (inductive reasoning) ketimbang penalaran

deduktif (deductive reasoning). Penalaran deduktif melihat fenomena umum

untuk kemudian menarik simpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif

memandang fenomena atau situasi spesifik untuk kemudian menarik simpulan

secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti

spesifik ke dalam relasi idea yang lebih luas. Metode ilmiah umumnya

menempatkan fenomena unik dengan kajian spesifik dan detail untuk kemudian

merumuskan simpulan umum.

Metode ilmiah merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau

gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan

pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah, metode pencarian (method

of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari objek yang dapat diobservasi,

empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang spesifik. Karena itu,

metode ilmiah umumnya memuat serial aktivitas pengoleksian data melalui

observasi dan ekperimen, kemudian memformulasi dan menguji hipotesis.

Proses pembelajaran harus dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan

ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan, penalaran,

penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran. Dengan

demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai,

prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika

memenuhi kriteria seperti berikut ini (Kemendikbud, 2013):

1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang

dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

11

kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru - peserta

didik terbebas dari prasangka yang serta - merta, pemikiran subjektif, atau

penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.

3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,

dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan

mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam

melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau

materi pembelajaran.

5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan,

dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon

substansi atau materi pembelajaran.

6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat

dipertanggungjawabkan.

7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik

sistem penyajiannya.

Pendekatan scientific pada kurikulum 2013 yang diterapkan di Indonesia

menjabarkan langkah-langkah pembelajaran tersebut menjadi lima, yaitu:

mengamati, menanya, menalar, mencoba, dan mengkomunikasikan atu

membentuk jejaring (Kemendikbud, 2013). Langkah-langkah pendekatan

scientific pembelajaran dijelaskan di bawah ini:

1. Mengamati, Aktivitas mengamati mengutamakan kebermaknaan proses

pembelajaran (meaningfull learning). Aktivitas ini memiliki keunggulan

tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang

dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.

2. Menanya, Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk

meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan

pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia

membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

12

3. Menalar, Istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada

kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori

belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Menalar secara induktif adalah

proses penarikan simpulan dari kasus- kasus yang bersifat nyata secara

individual atau spesifik menjadi simpulan yang bersifat umum. Kegiatan

menalar secara induktif lebih banyak berpijak pada observasi inderawi atau

pengalaman empirik. Menalar secara deduktif merupakan cara menalar

dengan menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang

bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus.

4. Mencoba, Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta

didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi atau

substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran Matematika, misalnya peserta

didik harus memahami konsep-konsep IPAdan kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan proses untuk

mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu

menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan

masalah-masalah yang dihadapinya sehari-hari.

5. Membentuk jejaring, Membentuk jejaring akan mempertajam daya nalar

peserta didik. Di sinilah esensi bahwa guru dan peserta didik dituntut

mampu memaknai hubungan antarfenonena atau gejala, khususnya

hubungan sebab-akibat.

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa pendekatan scientific dalam

proses belajar mengajar siswa dapat menemukan sendiri konsepnya sendiri

melalui secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami,

memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

2.1.4 Pengertian Model Pembelajaran Examples Non Examples

Model Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group

investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi

pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe

pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

13

kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil

dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada individu.(Muslimin

Ibrahin, 2000 : 3)

Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model

pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan

sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah

untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan

yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih

komunikatif dan menarik.

Model Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut

Examples And Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan

gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan

dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk

diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.

Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar

merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang

dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola

pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran

dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan

pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar.

Menurut Rochyandi, Yadi (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe

example non example adalah:

“Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan

contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar

lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk

menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat

membuat konsep yang esensial.”

Gambar juga mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar,

yakni untuk mempermudah dan membantu siswa dalam membangkitkan

imajinasinya dalam belajar. Selain itu dengan mengggunakan gambar siswa dapat

melatih mencari dan memilih urutan yang logis sesuai dengan materi yang

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

14

diajarkan. Dengan demikian dalam Model Pembelajaran Examples Non

Examples tercakup teori belajar konstruktivisme.

Teori konstruktivisme ini menyatakan siswa harus menemukan sendiri dan

mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan

aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai.

Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan segala sesuatu

untuk dirinya, berusahadengan susah payah dengan ide-ide (Slavin

dalam Nur dan Wikandari,2002: 8).

Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam

psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di

dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan

memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide

mereka sendiri. Dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan

strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi siswa anak tangga

yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi dengan catatan siswa

sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut (Nur dan Wikandari, 2002 : 8).

Examples non Examples merupakan model pembelajaran dengan

mempersiapkan gambar, diagram atau table sesuai materi bahan ajar dan

kompetensi. Sajian gambar ditempel atau memakai OHP, dengan petunjuk guru

siswa mencermati gambar, lalu diskusi kelompok tentang sajian gambar tadi,

persentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan, evaluasi, dan refleksi

(Suyatno, 2009 : 73)

Model Pembelajaran Example Non Examples menggunakan gambar dapat

melalui OHP, Proyektor, ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar

yang kita gunakan haruslah jelas dan kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang

berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

Penggunaan Model Pembelajaran Examples Non Examples ini lebih

menekankan pada konteks analisis siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di

kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas rendah dengan menenkankan

aspek psikologis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti ;

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

15

kemampuan berbahasa tulis dan lisan, kemampuan analisis ringan, dan

kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya.

Selanjutnya Slavin dan Chotimah (2007 : 1) dijelaskan bahwa examples

non examples adalah model pembelajaran yang menggunakan contoh-contoh.

Contoh-contoh dapat diperoleh dari kasus atau gambar yang relevan dengan

Kompetensi Dasar.

Konsep model pembelajaran ini pada umumnya dipelajari melalui dua

cara. Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan

dan juga dipelajari melalui definisi konsep itu sendiri. Example Non

Examplesadalah taktik yang dapat digunakan untuk mengajarkan definisi konsep.

Taktik ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan

menggunakan 2 hal yang terdiri dari Example dan non-Examples dari suatu

definisi konsep yang ada, dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya

sesuai dengan konsep yang ada. Example memberikan gambaran akan sesuatu

yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non-

Examplesmemberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu

materi yang sedang dibahas. Dengan memusatkan perhatian siswa terhadap

example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa untuk menuju

pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada. (Hamzah, 2005:113).

Example Non Example dianggap perlu dilakukan karena suatu definisi

konsep adalah suatu konsep yang diketahui secara primer hanya dari segi

definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan memusatkan perhatian siswa

terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong siswa

untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.

Berdasarkan uraian di atas, maka menyiapkan pengalaman dengan contoh

dan non-contoh akan membantu siswa untuk membangun makna yang kaya dan

lebih mendalam dari sebuah konsep penting. Joyce and Weil (Suratno, 2009:1)

telah memberikan kerangka konsep terkait strategi tindakan, yang menggunakan

metode Example Non example, sebagai berikut:

a. Menggeneralisasikan pasangan antara contoh dan non-contoh yang

menjelaskan beberapa dari sebagian besar karakter atau atribut dari konsep

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

16

baru. Menya- jikan itu dalam satu waktu dan meminta siswa untuk

memikirkan perbedaan apa yang terdapat pada dua daftar tersebut. Selama

siswa memikirkan tentang tiap Examplesdan non-Examples tersebut,

tanyakanlah pada mereka apa yang membuat kedua daftar itu berbeda.

b. Menyiapkan Examples dan non Examples tambahan, mengenai konsep yang

lebih spesifik untuk mendorong siswa mengecek hipotesis yang telah

dibuatnya sehingga mampu memahami konsep yang baru.

c. Meminta siswa untuk bekerja berpasangan untuk menggeneralisasikan

konsep Examples dan non-Examples mereka. Setelah itu meminta tiap

pasangan untuk menginformasikan di kelas untuk mendiskusikannya secara

klasikal sehingga tiap siswa dapat memberikan umpan balik.

d. Sebagai bagian penutup, adalah meminta siswa untuk mendeskripsikan

konsep yang telah diperoleh dengan menggunakan karakter yang telah

didapat dari Examples danNon-Examples.

Berdasarkan hal di atas, maka penggunaan metode example non example

pada prinsipnya adalah upaya untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya

kepada siswa untuk menemukan konsep pelajarannya sendiri melalui kegiatan

mendeskripsikan pemberian contoh dan bukan contoh terhadap materi yang

sedang dipelajari.

Pengertian model pembelajaran examples non examples menurut peneliti

adalah suatu pembelajaran yang dilakukan oleh siswa dengan menghadirkan

contoh congkrit yang berupa gambar-gambar dari suatu materi dengan lebih jelas

dan mudah dipahami dan akan membuat siswa tidak menjadi jenuh atau bosan

dalam mengikuti pelajaran.

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

17

2.1.5 Keuntungan Model Pembelajaran Examples Non Examples Menurut

Para Ahli

Menurut Buehl (Depdiknas, 2007:219) mengemukakan keuntungan

metode example non example antara lain:

a. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk

memperluas pemahaman konsepnya dengan lebih mendalam, kompleks

sehingga dapat menngkatkan hasil belajar siswa.

b. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong

mereka untuk membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari

example dan non example.

c. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari

suatu konsep dengan mempertimbangkan bagian non example yang

dimungkinkan masih terdapat beberapa bagian yang merupakan suatu

karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.

Berdasarkan penjelasan para ahli tentang keuntungan model pembelajaran

examples non examples, dapat disimpulkan bahwa pada intinya sama yaitu

bermula dari suatu definisi kemudian digunakan untuk memperluas sebuah

konsep dan pemahaman dari suatu materi pembelajaran dengan lebih mendalam

dan lebih komplek.

Siswa terlibat langsung dalam menemukan sesuatu dari examples non

example siswa dapat membangun konsep secara progresif dari examples non

examples. Siswa dapat mengeksplorasi seluas-luasnya dari suatu konsep dengan

mempertimbangkan dari contoh dan bukan dari contoh suatu materi yang

dijelaskan.

Menurut peneliti keuntungan model pembelajaran examples non examples

adalah:

1. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan untuk menemukan suatu konsep secara

langsung dari hasil analisis siswa.

2. Siswa akan lebih berfikir kristis terhadap suatu pokok permasalahan yang

dihadapi.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

18

3. Siswa dapat memahami materi dengan lebih jelas dengan menampilkan

contoh-contoh yang lebih kongkrit dengan visualisasi gambar.

4. Siswa dapat diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya di depan

kelas.

2.1.6 Langkah-langkah Model Pembelajaran Examples Non Examples

Langakah-langkah model pembelajaran examples non examples Menurut

(Agus Suprijono, 2009 : 125) Langkah – langkah model pembelajaran examples

non examples diantaranya :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Gambar yang digunakan tentunya merupakan gambar yang relevan dengan

materi yang dibahas sesuai dengan Kompetensi Dasar.

2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui LCD atau

OHP, jika ada dapat pula menggunakan proyektor. Pada tahapan ini guru juga

dapat meminta bantuan siswa untuk mempersiapkan gambar yang telah dibuat

dan sekaligus pembentukan kelompok siswa.

3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk

memperhatikan/menganalisis gambar. Biarkan siswa melihat dan menelaah

gambar yang disajikan secara seksama, agar detil gambar dapat difahami oleh

siswa. Selain itu, guru juga memberikan deskripsi jelas tentang gambar yang

sedang diamati siswa.

4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisis gambar

tersebut dicatat pada kertas. Kertas yang digunakan akan lebih baik jika

disediakan oleh guru.

5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya. Siswa dilatih

untuk menjelaskan hasil diskusi mereka melalui perwakilan kelompok masing-

masing.

6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai

tujuan yang ingin dicapai. Setelah memahami hasil dari analisa yang dilakukan

siswa, maka guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan pembelajaran yang

ingin dicapai.

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

19

7. Guru dan siswa menyimpulkan materi sesuai dengan tujuan pembelajaran

Modifikasi langkah-langkah model pembelajaran Examples Non

Examples.

1. Guru menulis topik pembelajaran

2. Guru menulis tujuan pembelajaran

3. Guru membagi siswa dalam kelompok (masing-masing kelompok

beranggotakan 6-7 orang)

4. Guru menempelkan gambar di papan tulis atau menayangkannya melalui LCD

atau OHP

5. Guru meminta kepada masing-masing kelompok untuk membuat rangkuman

tentang macam-macam gambar yang ditunjukkan oleh guru melalui LCD

6. Guru meminta salah satu kelompok mempresentasikan hasil rangkumannya,

sementara kelompok lain sebagai penyangga dan penanya.

7. Siswa melakukan diskusi

8. Guru memberikan penguatan pada hasil diskusi.

Langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model examples

non examples menurut peneliti yaitu sebagai berikut:

1. Siswa memperhatian guru member apersepsi.

2. Siswa memperhatikan guru menyampaiakan materi pokok dan

memyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai.

3. Siswa memperhatikan guru menyampaiakan gambar-gambar dan

menempelkan di papan tulis.

4. Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk menganalisis gambar.

5. Siswa memperhatikan guru menjelaskan gambar yang belum dipahami.

6. Siswa memperhatikan guru membagi kelompok menjadi 2-3 siswa dalam satu

kelompok untuk mendiskusikan gambar yang sudah dibagikan serta mencatat

hasil kerja pada kertas.

7. Siswa memperhatikan guru menyampaikan cara melakukan diskusi.

8. Perwakilan kelompok membacakan dan menulis hasil diskusi kelompoknya.

9. Siswa dan guru membahas hasil diskusi dari masing-masing kelompok.

10. Siswa yang aktif diberi motivasi oleh guru agar lebih aktif dalam belajar.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

20

11. Siswa yang pasif diberi semangat agar berlomba untuk aktif dalam belajar.

12. Siswa diberikan kesempatan bertanya mengenai materi pelajaran yang belum

dipahami

13. Kesimpulan.

14. Refleksi.

Jadi kesimpulan dari langkah-langkah penggunaan model pembelajaran

examples non examples dalam pembelajaran materi IPA yang di pelajari adalah

melakukan penjelasan materi dari hasil analisis dan diskusi kelompok siswa

terhadap suatu materi dengan menggunakan media gambar dan guru menjelaskan

materi dari hasil analisis siswa. Sehingga siswa juaga dapat memahami suatu

konsep dalam pembelajaran dengan mudah yaitu menganalisa dengan

menggunakan gambar-gambar yang relevan dari suatu meteri yang dipelajarinya.

2.1.6 Hasil Belajar

Menurut Suprijono (2011: 5), “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian – pengertian, sikap – sikap, apresiasi dan keterampilan.”

Merujuk pemikiran Gagne (Suprijono, 2011: 5) hasil belajar berupa:

a. Informasi verbal

b. Keterampilan intektual

c. Strategi kognitif

d. Keterampilan motorik

e. Sikap

Menurut Bloom (Suprijono, 2011: 6), “hasil belajar mencakup

kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Domain kognitif meliputi:

knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application

(penerapan), analysis (analisis), synthesis (mengorganisasikan), dan evaluation

(menilai). Domain afektif meliputi : receiving (sikap menerima), responding

(memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), dan

characterization (karakterisasi). Domain psikomotorik meliputi Initiatory, Pre-

routine, dan Rountinized.”

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

21

Menurut Sudjana (2009: 22), “hasil belajar adalah kemampuan –

kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.”

Klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom secara garis besar

membagi menjadi 3 ranah yakni:

1. Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yaitu:

pengetahuan (knowledge), pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan

evaluasi.

2. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan,

jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi atau karakteristik

nilai.

3. Ranah Psikomotoris

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada

enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan

dasar, kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-gerakan

skill, gerakan ekspresif dan interpretatif.

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya

salah satu aspek kompetensi kemanusiaan saja. Hasil belajar yang diharapkan

dicapai siswa pada ranah kognitif yaitu siswa dapat mengetahui atau menyebutkan

konsep dari menghitung luas dan menggunakannya dalam masalah yang berkaitan

dengan luas trapesium dan layang-layang. Pada ranah afektif yaitu siswa dapat

mengembangkan karakter yang diharapkan (tekun, kerjasama, dan tanggung

jawab), siswa juga dapat berpikir kreatif dan berlatih berkomunikasi. Pada ranah

psikomotor yaitu siswa mampu menggunakan alat peraga dan memecahkan

aktivitas pemecahan masalah menggunakan alat peraga.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pola –

pola perbuatan atau kemampuan siswa (kognitif, afektif dan psikomotor) yang

dimiliki setelah menerima pengalaman belajar. Untuk memperoleh hasil belajar

siswa, maka dilaksanakan evaluasi atau penilaian untuk mengukur sejauh mana

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

22

siswa memahami atau menguasai materi sedangkan untuk melaksanakan evaluasi

atau penilaian tidak hanya menilai konsep atau materi tetapi bakat yang dimiliki

pun dan keterampilan motorik harus dinilai.

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian Yang Relevan

Azhar, 2014; Penerapan Pendekatan Scientific dengan Media Realia Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Negeri Blotongan 03

Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014.

Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Berdasarkan hasil

penelitian yang telah dilaksanakan di SD Negeri Blotongan 03 Salatiga maka

dapat disimpulkan bahwa melalui pendekatan scientific dan media realia dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika Kelas V. Pada

pra siklus skor rata-rata kelas sebesar 55, siklus I meningkat menjadi 71, dan pada

siklus II meningkat menjadi 80. Adapun ketuntasan belajar klsikal pada kondisi

pra siklus 41%, pada siklus I meningkat menjadi 81%, dan pada siklus II menjadi

93%. Skor minimal pada kondisi pra siklus sebesar 30, pada siklus I menjdi 50,

dan pada siklus II meningkat menjadi 56. Sedangkan skor maksimal pada kondisi

pra siklus 87, siklus I menjadi 95, dan pada siklus II meningkat menjadi 100.

Adi Kusuma, Sofyan, 2011; Pengaruh penggunaan model examples non

examples terhadap hasil belajar IPS siswa kelas III SDN Blotongan 03 Kecamatan

Sidorejo Kota Salatiga Semester II tahun pelajaran 2010/2011. Program Studi S1

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Dari hasil penelitian menunjukan

bahwa nialai rata-rata hasil belajar siswa kelompok eksperimen yaitu 79.75 lebih

tingg dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar control yaitu 67.63. dari

hasil uji hipotesis yang dilakukan diperoleh niali sig. 0,000 maka Ho ditolak dan

H1 diterima, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang

signifikan antara hasil belajar IPS siswa kelas III SD Negeri Blotogan dengan

menggunakan model pembelajaran examples non examples dengan hasil belajar

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

23

IPS siswa kelas III Negeri Blotongan 03 dengan pembelajaran ceramah, maka

treatment yang diberikan dapat berpengaruh signifikan.

Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan diatas, penggunaan

pendekatan scientific dengan model pembelajaran Examples Non Examples pada

dasarnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara berkala. Hal itu

menunjukan adanya peubahan pada hasil belajar sisiwa dan tingkat ketuntasan

belajar siswa yang menyajikan materi pelajaran oleh guru menggunakan model

pembelajaran examples non examples, oleh karena itu peneliti akan melakukan

penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pendekatan scientific dengan

model examples non examples dalam penelitian tindakan kelas yang akan

dilakukan oleh peneliti tepatnya di SD Negeri 2 Danyang Kecamatan Purwodadi

Kabupaten Grobogan.

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran yang kurang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar,

dapat menghambat kemampuan belajar IPA siswa dalam pemecahan masalah,

sehingga perlu dipilih dan diterapkan suatu model pembelajaran untuk

mewujudkan tercapainya tujuan pembelajaran. Kurikulum 2013 menghendaki

situasi belajar yang alamiah, yaitu siswa belajar dengan cara mengalami dan

menemukan sendiri pengalaman belajarnya. Ketika siswa belajar IPA, maka yang

dipelajari adalah penerapan IPA yang dekat dengan kehidupan siswa. Situasi

pembelajaran sebaiknya dapat menyajikan fenomena dunia nyata, masalah yang

autentik dan bermakna yang dapat menantang siswa untuk memecahkannya. Salah

satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran

Examples Non Examples. Pendekatan ini membutuhkan peningkatan peran guru

untuk lebih memotivasi siswa sehingga diharapkan pendekatan Sientific dengan

model pembelajaran Examples Non Examples dapat digunakan sebagai usaha

perbaikan atau sebuah tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya hasil

belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

24

Gambar 1 Kerangka Pikir

KONDISI

AWAL

TINDAKAN

KONDISI

AKHIR

GURU :

Belum menerapkan

pembelajaran melalui

pendekatan Scientific

dengan model Examples

Non Examples

SISWA :

Hasil

belajar IPA

rendah

masih di

bawah

KKM

Menerapkan

Pembelajaran melalui

pendekatan Scientific

dengan model Examples

Non Examples

SIKLUS I :

Pembelajaran melalui

pendekatan Scientific

dengan model Examples

Non Examples

SIKLUS II :

Pembelajaran melalui

pendekatan Scientific

dengan model Examples

Non Examples

Diduga melalui pendekatan

Sientific dengan model Examples

Non Examples dapat

meningkatkan hasil belajar IPA

siswa kelas V SD Negeri 2

Danyang

Semester 1 Tahun Pelajaran

2014/2015

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPArepository.uksw.edu/bitstream/123456789/15901/2/T1_292010284_BAB II... · IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam

25

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka dapat di

rumuskan hipotesis tindakan kelas melalui penggunaan pendekatan scientific

dengan model pembelajaran examples non examples diduga dapat meningkatkan

hasil belajar IPA pada siswa kelas V SD Negeri 2 Danyang Kecamatan

Purwodadi Kabupaten Grobogan semester 1 tahun pelajaran 2014/2015.