BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat...

28
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat Metode Sosiodrama Metode, menurut Sagala (dalam Ruminiati, 2007: 2.3) adalah cara yang digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data, dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi. Metode (dari bahasa Yunani: methodos, jalan), cara; dalam filsafat dan ilmu pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa sesuatu hal menurut suatu rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran metode adalah rencana penyajian bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach tertentu. Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Metode bersifat prosedural (langkah demi langkah secara pasti dalam memecahkan suatu problem)”. Metode merupakan bagian dari strategi. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan. Setiap guru akan menggunakan metode sesuai gaya melaksanakan kegiatan. Isniatun Munawaroh (2008 : 1.20) metode pembelajaran berperan sebagai cara dan prosedur dari kegiatan pembelajaran. Setiap metode mengajar selalu memberikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh guru. Oleh sebab itu sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru sebaiknya memilih

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Metode

2.1.1 Hakikat Metode Sosiodrama

Metode, menurut Sagala (dalam Ruminiati, 2007: 2.3) adalah cara yang

digunakan oleh guru/siswa dalam mengolah informasi yang berupa fakta, data,

dan konsep pada proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.

Metode (dari bahasa Yunani: methodos, jalan), cara; dalam filsafat dan ilmu

pengetahuan metode artinya cara memikirkan dan memeriksa sesuatu hal menurut

suatu rencana tertentu. Dalam dunia pengajaran metode adalah rencana penyajian

bahan yang menyeluruh dengan urutan yang sistematis berdasarkan approach

tertentu.

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan. Metode bersifat prosedural (langkah demi langkah secara pasti

dalam memecahkan suatu problem)”. Metode merupakan bagian dari strategi.

Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan.

Metode merupakan cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai

tujuan kegiatan. Setiap guru akan menggunakan metode sesuai gaya

melaksanakan kegiatan.

Isniatun Munawaroh (2008 : 1.20) metode pembelajaran berperan sebagai

cara dan prosedur dari kegiatan pembelajaran. Setiap metode mengajar selalu

memberikan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan oleh

guru. Oleh sebab itu sebelum pembelajaran dilaksanakan, guru sebaiknya memilih

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

metode pembelajaran yang tepat. Artinya metode pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan, materi pelajaran, karakteristik siswa, dan ketersediaan fasilitas

pendukungnya, dan ketersediaan waktu.

Pertimbangan terpenting dalam memilih metode pembelajaran adalah

metode harus mampu mengaktifkan siswa. Karena pembelajaran yang

membelajarkan adalah pembelajaran yang mengaktifkan faktor internal siswa

(mental emosional) dalam belajar. Dalam proses pembelajaran terdapat hubungan

yang erat antara strategi dan metode. Untuk mencapai hasil pembelajaran yang

maksimal, diperlukan strategi pembelajaran yang tepat. Pada saat menetapkan

strategi yang digunakan, guru harus cermat memilih dan menetapkan metode yang

sesuai.

Mengajar secara efektif sangat bergantung pada pemilihan dan penggunaan

metode mengajar yang serasi dengan tujuan mengajar. Guru-guru yang telah

berpengalaman umumnya berpendapat bahwa masalah ini sangat penting bagi

para calon guru karena menyangkut kelancaran tugasnya. Metode mengajar yang

dipergunakan akan menentukan suksesnya pekerjan selaku calon guru.

Sosiodrama yaitu suatu drama tanpa naskah yang akan dimainkan oleh

sekolompok orang. Biasanya permasalahan cukup diceritakan dengan singkat

dalam waktu 2 atau 3 menit. Kemudian masing-masing siswa memerankannya.

Persoalan atau pokok yang akan didramatisasikan diambil dari situasi social,

karena itu disebut sosiodrama.

Wina Sanjaya (2006 : 160) sosiodrama adalah metode pembelajaran

bermain peran untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

fenomena sosial. Sosiodrama digunakan untuk memberikan pemahaman dan

penghayatan akan masalah-masalah sosial serta mengembangkan kemampuan

siswa untuk memecahkannya.

Dendy Sugono (2003 : 167) sosiodrama adalah satu bentuk kegiatan yang

dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengajaran dengan cara memperagakan

masalah dalam situasi tertentu dengan gerak dan dialog. Tahap-tahap yang

dilakukan dalam pengajaran :

a. Penyampaian situasi dan masalah

b. Pemeragaan situasi dan masalah

c. Pembahasan situasi dan masalah.

Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa metode

sosiodrama adalah suatu kegiatan memainkan peran tanpa melihat naskah drama.

2.1.2 Tujuan Guru Menggunakan Metode Sosiodrama diantaranya:

1. Melatih siswa untuk mendengarkan dan menangkap ceritera singkat

dengan teliti.

2. Memupuk dan melatih keberanian. Misalnya dengan ditugaskan untuk

mendramatisasikan di muka kelas, pada permulaannya tidak semua siswa

berani. Sedikit sekali yang suka rela atau tanpa ditunjuk. Bahkan ada

kalanya siswa harus dipaksa. Tetapi lambat laun siswa berani sendiri.

3. Memupuk daya cipta.

4. Belajar menghargai dan menilai kecakapan orang lain, dan menyatakan

pendapatnya. Hal ini akan tampak apabila siswa ditanya pendapatnya

tentang dramatisasi yang dilakukan siswa lain di muka kelas.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

5. Untuk mendalami suatu masalah sosial. Misalnya, bagaimana sedihnya

apabila sepeda kesayangannya hilang.

2.1.3 Petunjuk Menggunakan Metode Sosiodrama Adalah:

a. Tetapkan dahulu masalah-masalah sosioal yang menarik perhatian siswa

untuk dibahas.

b. Ceritakan kepada kelas (siswa) mengenai isi dari masalah-masalah dalam

konteks cerita tersebut.

c. Tetapkan siswa yang dapat atau bersedia untuk memainkan peranannya di

depan kelas.

d. Jelaskan pada pendengar mengenai peranan mereka pada waktu

sosiodrama sedang berlangsung

e. Beri kesempatan para pelaku untuk berunding beberapa menit sebelum

mereka memainkan peranannya.

f. Akhiri sosiodrama pada waktu situasi pembicaraan mencapai ketegangan.

g. Akhiri sosiodrama dengan diskusi kelas untuk bersama-sama memecahkan

masalah persoalan yang ada pada sosiodrama tersebut.

h. Jangan lupa menilai hasil sosiodrama tersebut sebagai bahan pertimbangan

lebih lanjut.

2.1.4 Manfaat Dalam Pendidikan

Dendy Sugono (2003 : 167) manfaat penggunaan metode sosiodrama

dalam pendidikan yaitu:

a. Siswa menyadari keterlibatannya dalam persoalan hidup.

b. Siswa mendapat kesempatan dalam pembentukan watak.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

c. Siswa menayadari nilai-nilai kehidupan yang perlu bagi dirinya.

d. Siswa mampu menghargai pendirian orang lain atau kelompok lain.

e. Siswa terlatih menggunakan bahasa secara baik dan benar.

f. Siwa terlatih berpikir cepat, abaik, dan bernalar.

g. Siswa terlatih mengemukakan pendapat dihadapan khalayak.

2.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Metode Sosiodrama

1. Kelebihan Metode Sosiodrama

Menurut Mansyur (dalam Ruminiati, 2007:2.9) kelebihan metode sosiodrama

adalah :

a) Melatih peserta didik untuk berkreaktif dan berinisiatif

b) Melatih peserta didik untuk memahami sesuatu dan mencoba

melakukannya.

c) Memupuk bakat peserta didik yang memiliki bibit seni dengan baik

melalui sosiodrama yang sering dilakukannya dalam metode ini,

d) Memupuk kerja sama antar teman dengan lebih baik pula,

e) Membuat peserta didik merasa senang, karena dapat terhibur oleh

fragmen teman-temannya.

2. Kelemahan Metode Sosiodrama

a) Pada umumnya yang aktif hanya yang berperan saja.

b) Cenderung dominan unsur rekreasinya daripada kerjanya, karena untuk

berlatih sosiodrama memerlukan banyak waktu dan tenaga.

c) Membutuhkan ruang yang cukup luas,

d) Sering mengganggu kelas di sebelahnya.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

2.1.6 Langkah-Langkah Mengggunakan Metode Sosiodrama :

1. Persiapan

a. Menentukan masalah /pokok yang akan disosiodramakan dengan

berprinsipkan:

- Persoalan atau pokok diambil dari situasi social yang dapat dan

mudah dikenal siswa

- Persoalan hendaknya memberikan berbagai kemungkinan atau

dapat ditafsirkan bermacam ragam pendapat baik mengenai

persamaa perbedaan, kemungkinan pemecahan dan kelanjutannya.

- Persoalan yang dipilih hendaknya bertahap, mula-mula yang

sederhana, dan pertemuan-pertemuan berikutnya mungkin yang

agak sukar.

b. Guru menjelaskan kepada siswa. Penjelasan dapat berupa isi

permasalahan, peranan pelaku ataupun peranan penonton. Persoalan

perlu dijelaskan sampai selesai dan lengkap betul, tetapi harus jelas.

c. Pemilihan pelaku. Ini dapat dilakukan dengan menunjuk siswa yang

kira-kira dapat mendramatisasikan atau dapat juga diajukan secara

sukarela.

d. Mempersiapkan pelaku dan penonton.

Para pelaku, cukup ditunjuk orang dan jumlahnya. Sedangkan

peranan masing-masing lebih baik diserahkan kepada mereka. Karena

itu ada baiknya untuk sekedar persiapan singkat, para pelaku disuruh

keluar kelas barang 2 atau 3 menit. siswa lain yang ada di dalam kelas

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

diberi penjelasan baik perana mereka selaku penonton yang baik

maupun sebagai siswa/orang yang akan mengemukakan pendapatnya

terhadap sosiodrama yang sebentar lagi akan berlangsung.

2. Pelaksanaan

Para pelaku yang telah disiapkan selama 2 atau 3 menit itu

kemudian dipersilahkan untuk mendramatisasikan menurut pendapat dan

kreasi mereka. Diharpkan perbuatan mereka spontan. Karena itu peranan

guru di sini mengawasi dan mencari kebebasan kepada pelaku dan

mengawasi ketertiban kelas. Tetapi apabila para pelaku mengalami

kemacetan, selayaknya guru bertindak. Caranya menugaskan siswa lain

untuk membantu untuk melancarkan ataupun diberi isyarat. Pelaksanaan

sosiodrama tak perlu selesai. Hal ini bermanfaat untuk kemudian

diteruskan untuk dipikirkan kemungkinannya oleh siswa lainnya.

3. Tindak lanjut

Sosiodrama sebagai metode mengajar tidak berakhir pada pelaksanaan

dramatisasi melainkan hendaknya ada kelanjutan baik berupa tanya jawab,

diskusi, kritik, maupun analisa persoalan. Bahkan mungkin juga ada siswa lain

untuk mencobakan kembali memainkan peranan yang lebih baik apabila

dramatisasi tadi masih sangat kurang. Atau lanjutan dari ceritera yang telah

didramatisasikan. Kepada para pelaku yang mendapat kritik, hendaknya diberi

kesempatan untuk menyatakan maksudnya, mengapa ia berlaku demikian pada

waktu dramatisasi tadi.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

Uno (2008 : 26) bermain peran sebagai suatu model pembelajaran

bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial

dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain

peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran

yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses

bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang

berguna sebagai sarana bagi siswa untuk:

1. Menggali perasaannya.

2. Memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap

sikap, nilai, dan persepsinya.

3. Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah

4. Mendalami mata pelajaran dengan berbagai cara.

Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak

karena ia akan mendapatkan diri dalam suatu situasi di mana begitu banyak peran

terjadi. Keberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tergantung pada

kualitas permainan peran (enactment) yang diikuti dengan analisis terhadapnya.

Disamping itu tergantung pula pada persepsi siswa tentang peran yang dimainkan

terhadap situasi yang nyata (real life situation). Prpsedur bermain peran terdiri

atas sembilan langkah yaitu:

Langkah pertama, pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa

pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang

perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan

adalah menggambarkan permasalahan dengan disertai contoh. Hal ini bisa muncul

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Sebagai contoh guru

menyediakan suatu cerita untuk dibaca di depan kelas. Pembacaan cerita berhenti

jika dilema dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan

pertanyaan oleh guru yang membuat siswa berpikir tentang hal tersebut dan

memprediksi akhir dari cerita.

Langkah kedua, memilih pemain (partisipan). Siswa dan guru membahas

karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya.

Dalam pemilihan pemain ini, guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk

memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan

mendeskripsikan peran-perannya. Langkah kedua ini lebih baik. Langkah pertama

dilakukan jika siswa pasif dan enggan untuk berperan apa pun. Sebagai contoh,

seorang anak memilih peran sebagai ayah. Dia ingin memerankan seorang Ayah

yang galak dengan kumis tebal. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk

memerankan anak seperti ilustrasi di atas.

Langkah ketiga, menata panggung. Dalam hal ini guru mendiskusikan

dengan siswa di mana dan bagaimana peran itu dimainkan. Apa saja kebutuhan

yang diperlukan. Penataan panggung ini dapat sederhana atau kompleks. Yang

paling sederhana adalah hanya membahas skenario (tanpa dialog lengkap) yang

menggambarkan urutan permainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul,

kemudian diikuti oleh siapa dan seterusnya. Konsep sesderhana memungkinkan

untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung, tetapi proses

bermain itu sendiri.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

Langkah keempat, guru menunjuk beberapa siswa sebagai

pengamat.namun demikian, penting untuk dicatat bahwa pengamat disini harus

juga terlibat aktif dalam permainan peran. Untuk itu, walaupun mereka ditugaskan

sebagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar

dapat terlibat aktif dalam permainan peran tersebut.

Langkah kelima, permainan peran di mulai. Permainan peran dilaksanakan

secara spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang masih bingung memainkan

perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya ia lakukan.

Bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya. Jika

permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya

untuk segera masuk ke langkah berikutnya.

Langkah keenam, guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan

melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan

muncul. Mungkin ada siswa yang meminta untuk berganti peran. Atau bahkan

alur ceritanya akan sedikit berubah. Apapun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi

masalah.

Langkah ketujuh, yaitu permainan peran ulang. Seharusnya pada

permainan peran kedua ini akan berjalan lebih baik. Siswa dapat memainkan

perannya lebih sesuai dengan skenario.

Langkah kedelapan, pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan

pada realitas. Karena pada saat permainan peran dilakukan, banyak peran yang

melampaui batas kenyataan. Misalnya seorang siswa memainkan peran sebagai

pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak realistis. Contoh lain,

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

seorang siswa memainkan peran orang tua yang galak. Kegalakan yang dilakukan

orang tua ini dapat dijadikan bahan diskusi.

Pada langkah kesembilan, siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang

tema permainan peran yang telah dilakuan dan dilanjutkan dengan membuat

kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia

dimarahi habis-habisan oleh ayahnya. Kemudian guru membahas bagaimana

sebaiknya siswa menghadapi situasi tersebut. Seandainya jadi ayah dari siswa

tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, siswa akan

belajar tentang kehidupan.

2.1.7 Pengertian Berbicara

Rofi’uddin (dalam Novi Resmini, 2007:51) berbicara pada hakikatnya

merupakan suatu proses komunikasi sebab di dalamnya terjadi pemindahan pesan

dari suatu sumber ke tempat lain. Berbicara merupakan salah satu aspek yang

penting dibelajarkan kepada siswa karena berbicara melibatkan kegiatan produktif

siswa dalam menyampaikan ujaran secara lisan. Ciri lain adalah diperlukannya

seorang pembicara mengasosiasikan makna, mengatur interaksi, siapa harus

mengatakan apa, kepada siapa, kapan, dan tentang apa. Keterampilan berbicara

mensyaratkan adanya pemahaman minimal dari pembicara dalam membentuk

sebuah kalimat.

Menurut Iskandarwassid (2008 : 240) dalam konteks komunikasi, pembicara

berlaku sebagai pengirim (sender), sedangkan penerima (receiver) adalah

penerima warta (message). Warta terbentuk oleh informasi yang disampaikan

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

sender, dan message merupakan objek dari komunikasi. Feedback muncul setelah

warta diterima, dan merupakan reaksi dari penerima pesan.

Hamzah B. Uno (2010 : 95) pesan merupakan informasi yang akan

disampaikan oleh komponen lain dan dapat berupa ide, fakta, makna, dan data.

Pandangan lain dikemukakan bahwa message atau pesan pada dasarnya adalah

hasil atau output dari encoding. Dengan kata lain, pesan bisa berupa kalimat

pembicaraan lisan, tulisan, gambar, peta, ataupun tanda/impuls/sinyal dan

sebagainya.

Berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan.

Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampaian sangatlah erat.

Berbicara pada hakikatnya merupakan proses berkomunikasi antara guru dan

siswa dalam hal pembelajaran maupun diluar batas pembelajaran yang di

dalamnya terjadi perpindahan pesan dari satu sumber ke tempat lain. . Dalam

kegiatan berbicara akan dapat berjalan dengan baik apabila antar pembicara sama-

sama menguasai bahasa pendengar.

Berbicara merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki oleh manusia.

Dengan berbicara manusia dapat berkomunikasi dengan manusia lainnya.

Berbicara selalu tidak jauh-jauh dengan bahasa, karena bahasa mrupakan unsur

penting dalam berkomunikasi dengan manusia yang lain. Selain itu berbicara juga

dapat diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk

mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan atau perasaan secara lisan.

Berbicara sering dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol

sosial.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

Seorang pemimpin, misalnya, perlu menguasai keterampilan berbicara agar

dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap program

pembangunan. Seorang pedagang perlu menguasai keterampilan berbicara agar

dapat meyakinkan dan membujuk calon pembeli. Demikian halnya pendidik,

mereka dituntut menguasai keterampilan berbicara agar dapat menyampaikan

informasi dengan baik kepada siswa.

Interaksi antara pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula

yang tidak langsung. Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah,

sedangkan interaksi tak langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar

pendengar memahami atau menangkap makna apa yang disampaikannya.

Komunikasi lisan dalam setiap contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana

yang tertentu pula. Sarana untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan

bahasa lisan.

Dapat dipahami orang berbicara untuk saling berkomunikasi dengan orang

lain agar tercipta kerjasama dan hubungan yang baik. Untuk dapat bicara dalam

suatu bahasa yang baik, pembicara harus menguasai lafal, tata bahasa dan kosa

kata dari bahasa yang digunakan itu. Selain itu, penguasaan masalah yang akan

disampaikan dan kemampuan memahami bahasa lawan bicara diperlukan juga.

Kaitan antara pesan dan bahasa lisan sebagai media penyampai sangat erat.

Pembelajaran kemampuan berbicara dapat membantu siswa dalam menyampaikan

pesan, informasi, gagasan, pikiran dan ide yang dimiliki kepada orang lain. Siswa

dapat berlatih berbahasa dengan baik dan benar sesuai dengan kondisi

yangdialami. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai

dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Jadi dapat disimpulkan bahwa berbicara adalah mengungkapkan pikiran,

perasaan dan gagasan kepada orang lain agar terjalin komunikasi yang baik antara

satu orang dengan orang lain.

2.1.8 Proses Berbicara

Proses keterampilan berbicara dimulai sejak kecil. Ketika manusia belajar

dari mendengar atau menyimak kemudian berbicara sesuai apa yang ia dengar,

dilanjutkan dengan belajar membaca dan menulis. Berbicara sendiri merupakan

aspek yang sangat mendukung dalam proses komunikasi secara lisan yaitu dengan

belajar berbicara maka belajar berkomunikasi.

Manusia kemudian dapat berkomunikasi dengan bahasa dan berbicara agar

maksud yang ingin disampaikan dapat tersampaikan kepada rekan bicara. Tahap

ini akan berlanjut dengan berbicara untuk menyampaikan ide atau gagasan kepada

pendengar di muka umum. Dalam tahap ini ada beberapa orang yang mengalami

kendala. Alasan terbesar dari kondisi ini adalah karena kurang percaya diri yang

mengakibatkan demam panggung.

Bukti proses keterampilan berbicara ini ditunjukkan ketika seseorang

senang mendengarkan atau menyimak, membaca dan menulis maka kemampuan

berbicaranya akan baik, karena menguasai bahan yang cukup untuk dibicarakan

atau didiskusikan dengan rekan bicara. Apalagi disertai dengan kepercayaan diri

pengalaman yang cukup, maka seseorang tersebut akan fasih berbicara di depan

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

umum tanpa canggung. Bahkan seseorang yang pandai berbicara di depan umum

akan mampu mempengaruhi pendengarnya.

2.1.9 Faktor-faktor Penunjang Keterampilan Berbicara

Bagi pembicara, bahasa merupakan suatu alat untuk menyampaikan pesan

kepada orang lain. Oleh karena itu, pembicara mutlak harus menguasai faktor

kebahasaan.

A. Faktor Kebahasaan

(1) Ketepatan pengucapan atau pelafalan bunyi

Pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara

tepat. Hal ini dapat dilakukan dengan berlatih mengucapkan bunyi-bunyi bahasa.

Pengucapan bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian

pendengar. Memang pola ucapan dan artikulasi yang kita gunakan tidak selalu

sama, masing-masing kita mempunyai ciri tersendiri..

(2) Penempatan Tekanan, Nada, Jeda, Intonasi dan Ritme

Penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi dan ritme yang sesuai akan

merupakan daya tarik tersendiri dalam benrbicara; bahkan merupakan faktor

penentu dalam keefektivan berbicara. Suatu topik pembicaraan mungkin akan

kurang menarik, namun dengan tekanan, nada, jangka dan intonasi yang sesuai

akan mengakibatkan pembicaraan itu menjadi menarik.

Sebaliknya, apabila penyampaiannya datar saja, dapat menimbulkan

kejemuan bagi pendengar dan keefektivan berbicara akan berkurang.

Kekurangtepatan dalam penempatan tekanan, nada, jangka, intonasi, dan ritme

dapat menimbulkan perhatian pendengar beralih kepada cara berbicara pembicara,

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

sehingga topik atau pokok pembicaraan yang disampaikan kurang diperhatikan.

Dengan demikian keefektivan berbicara menjadi terganggu.

(3) Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, Konkret, dan bervariasi.

Kata dan ungkapan yang kita gunakan dalam berbicara hendaknya baik,

konkret, dan bervariasi. Pemilihan kata dan ungkapan yang baik, maksudnya

adalah pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan keadaan para pendengarnya.

Misalnya, jika yang menjadi pendengarnya para petani, maka kata-kata yang

dipilih adalah kata-kata atau ungkapan yang mudah dipahami oleh para petani.

Pemilihan kata dan ungkapan harus konkret, maksudnya pemilihan kata atau

ungkapan harus jelas, mudah dipahami para pendengar.

Kata-kata yang jelas biasanya kata-kata yang sudah dikenal oleh

pendengar yaitu kata-kata popular. Pemilihan kata atau ungkapan yang abstrak

akan menimbulkan kekurangjelasan pembicaraan. Pemilihan kata dan ungkapan

yang bervariasi, maksudnya pemilhan kata atau ungkapan dengan bentuk atau kata

lain lebih kurang maknanya sama dengan maksud agar pembicaraan tidak

menjemukan pendengar.

(5) Ketepatan Susunan Penuturan

Susunan penuturan berhubungan dengan penataan pembicaraan atau uraian

tentang sesuatu. Hal ini menyangkut penggunaan kalimat. Pembicaraan yang

menggunakan kalimat efektif akan lebih memudahkan pendengar menangkap isi

pembicaraan.

B. Faktor Nonkebahasaan

a) Sikap yang Wajar, Tenang, dan Tidak Kaku

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

Dalam berbicara, kita harus bersikap wajar, tenang, dan tidak kaku.

Bersikap wajar, berarti berbuat biasa sebagaimana adanya tidak mengada-ada.

Sikap yang yang tenang adalah sikap dengan perasaan hati yang tidak gelisah,

tidak gugup, dan tidak tergesa-gesa. Sikap tenang dapat menjadikan jalan pikiran

dan pembicaraan menjadi lebih lancar. Dalam berbicara tidak boleh bersikap

kaku, tetapi harus bersikap luwes dan fleksibel.

b) Pandangan Diarahkan kepada Lawan Bicara

Pada waktu berbicara pandangan kita harus diarahkan lawan bicara, baik

dalam pembicaraan perseorangan maupun kelompok. Pandangan pembicara yang

tidak diarahkan kepada lawan bicara akan mengurangi keefektivan berbicara, di

samping itu, juga kurang etis. Banyak pembicara yang tidak mengarahkan

pandangannya kepada lawan bicaranya, tetapi melihat ke bawah dan ke atas. Hal

ini mengakibatkan perhatian pendengar menjadi berkurang.

c) Kesediaan Menghargai Pendapat Orang Lain

Menghargai pendapat orang lain berarti menghormati atau mengindahkan

pikiran orang lain, baik pendapat itu benar maupun salah. Jika pendapat itu benar

maka pendapat itulah yang harus kita perhatikan dan jka pendapat itu salah

pendapat itu pun harus kita hargai karena memang itulah pengetahuan dan

pemahamannya.

d) Kesediaan Mengoreksi Diri Sendiri

Mengoreksi diri sendiri berarti memperbaiki kesalahan diri sendiri.

Kesediaan memperbaiki diri sendiri adalah sikap terpuji. Sikap seperti ini sangat

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

diperlukan dalam kegiatan berbicara agar diperoleh kebenaran atau kesepakatan.

Sikap ini merupakan dasar bagi pembinaan jiwa yang demokratis.

e) Keberanian Mengemukakan dan Mempertahankan Pendapat

Dalam kegiatan berbicara terjadi proses lahirnya buah pikiran atau

pendapat secara lisan. Untuk dapat mengungkapkan pendapat tentang sesuatu

diperlukan keberanian. Seseorang mengemukakan pendapat di samping memiliki

ide atau gagasan, juga harus memiliki keberanian untuk mengemukakannya. Ada

orang yang mempunyai banyak ide namun ia tidak dapat mengungkapkannya

karena ia tidak memiliki keberanian. Atau, sebaliknya ada orang yang berani

mengungkapkan pendapat namun ia tidak atau kurang idenya sehingga apa yang

ia ungkapkan terkesan asal bunyi.

f) Gerak – gerik dan Mimik yang Tepat

Salah satu kelebihan dalam kegiatan bericara dibandingkan dengan

kegiatan berbahasa yang lainnya adalah adanya gerak-gerik dan mimik yang dapat

memperjelas atau menghidupkan pembicaraan. Gerakgerik dan mimik yang tepat

akan menunjang keefektivan berbicara. Akan tetapi gerak-gerik yang berlebihan

akan mengganggu keefektivan berbicara.

g) Kenyaringan Suara

Kenyaringan suara perlu diperhatikan oleh pembicara untuk menunjang

keefktivan berbicara. Tingkat kenyaringan suara hendaknya disesuaikan dengan

situasi, tempat, jumlah pendengar, dan akustik yang ada. Jangan sampai suara

terlalu nyaring atau berteriak-teriak di tempat atau akustik yang terlalu sempit;

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

atau sebaliknya, suara terlalu lemah pada ruangan yang luas, sehingga tidak dapat

ditangkap oleh semua pendengar.

h) Kelancaran

Kelancaran seseorang dalam berbicara akan memudahkan pendengar

menagkap isi pembicaraannya. Pembicaraan yang terputus-putus atau bahkan

diselingi dengan bunyi-bunyi tertentu, misalnya, e…, em…, apa itu.., dapat

mengganggu penangkapan isi pembicaraan bagi pendengar. Di samping itu, juga

jangan berbicara terlalu cepat sehingga menyulitkan pendengar sukar menangkap

isi atau pokok pembicaraan.

i) Penalaran dan Relevansi

Dalam berbicara, seorang pembicara hendaknya memperhatikan unsur

penalaran yaitu cara berpikir yang logis untuk sampai kepada kesimpulan. Hal itu

menunjukkan bahwa dalam pembicaraan seorang pembicara terdapat urutan

pokok-pokok pikiran logis sehingga jelas arti atau makna pembicaraannya.

Relevansi berarti adanya hubungan atau kaitan antara pokok pembicaraan dengan

urainnya.

j) Penguasaan Topik

Pengauasaan topik pembicaraan berarti pemahaman suatu pokok

pembicaraan. Dengan pemahaman tersebut seorang pembicara memiliki

kesanggupan untuk mengemukakan topik itu kepada para pendengar. Oleh karena

itu, sebelum melakukan kegiatan berbicara di depan umum seharusnya seorang

pembicara harus menguasai topik terlebih dahulu. Sebab, dengan penguasaan

topik akan membangkitkan keberanian dan menunjang kelancaran

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

2.1.10 Jenis-Jenis Berbicara

Kurikulum berbasis kompetensi (2003 : 46) klasifikasi berbicara dapat

dilakukan berdasarkan tujuannya, situasinya, cara penyampaiannya, dan jumlah

pendengarnya. Rinciannya adalah sebagai berikut :

1. Berbicara berdasarkan tujuannya

a. Berbicara memberitahukan, melaporkan, dan menginformasikan.

Berbicara untuk tujuan memberitahukan, melaporkan atau

menginformasikan dilakukan jika seseorang ingin menjelaskan suatu

proses; menguraikan, menafsirkan sesuatu; memberikan, menyebarkan

atau menanamkan pengetahuan; dan menjelaskan kaitan, hubungan atau

relasi antar benda, hal atau peristiwa

b. Bicara menghibur

Berbicara untuk menghibur memerlukan kemampuan menarik perhatian

pendengar. Suasana pembicaraannya bersifat santai dan penuh canda.

Humor yang segar, baik dalam gerak-gerik, cara berbicara dan

menggunakan kata atau kalimat akan memikat para pendengar. Berbicara

untuk menghibur biasanya di lakukan oleh para pelawak dalam suatu

pentas.

Kadang-kadang berbicara berusaha membangkitkan inspirasi,

kemauan atau meminta pendengarnya melakukan sesuatu. Misalnya, guru

membangkitkan semangat dan gairah belajar siswanya melalui nasihat-

nasihat. Kegiatan berbicara seperti ini termasuk kegiatan berbicara untuk

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

mengajak atau membujuk. Dalam kegiatan berbicara ini, pembicara harus

pandai merayu, mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya.

Kegiatan berbicara seperti ini akan berhasil jika pembicara benar-

benar mengetahui kemauan, minat, kebutuhan dan cita-cita

pendengarnya. Dalam kegiatan berbicara untuk meyakinkan, pembicara

berusaha meyakinkan tentang sesuatu kepada pendengarnya. Melalui

pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah, dari

menolak menjadi menerima.

2. Berbicara berdasarkan situasinya

a. Berbicara formal

Dalam situasi formal, pembicara dituntut untuk berbicara secara formal.

Misalnya ceramah dan wawancara.

b. Berbicara informal

Dalam situasi informal, pembicara harus berbicara secara tidak formal,

misalnya bertelepon.

3. Berbicara berdasarkan cara penyampaiannya.

a. Berbicara mendadak

Berbicara mendadak terjadi jika seseorang tanpa direncsiswaan

sebelumnya harus berbicara di muka umum.

b. Berbicara berdasarkan catatan

Dalam berbicara seperti ini, pembicara menggunakan catatan kecil pa

kartu-kartu yang telah disiapkan sebelumnya dan telah menguasai materi

pembicaraannya sebelum tampil di muka umum.

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

c. Berbicara berdasarkan hapalan

Dalam berbicara hapalan, pembicara menyiapkan dengan cermat dan

menulis dengan lengkap bahan pembicaraannya. Kemudian dihapalkannya

kata demi kata, kalimat demi kalimat sebelum melakukan

pembicaraannya.

d. Berbicara berdasarkan naskah

Dalam berbicara seperti ini, pembicara telah menyususn naskah

pembicaraannya secara tertulis dan dibacakannya pada saat berbicara.

4. Berbicara berdasarkan jumlah pendengarnya.

a. Berbicara antar pribadi

Berbicara antar pribadi terjadi jika dua orang membicarakan sesuatu.

Pembicaraannya bersifat serius atau santai bergantung kepada masalah

yang diperbincangkan atau bergantung pada hubungan kedua pribadi yang

terlihat dalam pembicaraan, misalnya, pembicaraan antara dokter dan

pasiennya.

b. Berbicara dalam kelompok kecil

Pembicara seperti ini terjadi antara pembicara dengan sekolompok kecil

pendengar (3-5 orang). Kelompok kecil merupakan sarana yang dapat

untuk melatih siswa mengungkapkan pendapatnya secara lisan, terutama

untuk melatih siswa yang jarang berbicara. Suasana dalam kelompok kecil

lebih memungkinkan siswa berani berbicara.

c. Berbicara dalam kelompok besar

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

Jenis berbicara seperti ini terjadi bila pembicara menghadapi pendengar

yang berjumlah besar. Jika jenis seperti ini terjadi di ruang kelas,

pendengar berkesempatan untuk bertanya atau berkomentar tentang isis

pembicaraan yang disampaikan pembicara. Dalam hal ini pendengar dapat

berperan sebagai pembicara.

2.1.11 Tujuan Berbicara

Tujuan berbicara adalah untuk menginformasikan, untuk melaporkan

sesuatu hal pada pendengar. Sesuatu tersebut dapat berupa, menjelaskan sesuatu

proses, menguraikan, menafsirkan, atau menginterpretasikan sesuatu hal,

memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan, menjelaskan kaitan,

hubungan, relasi antara benda, hal, atau peristiwa.

Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi. Pembelajaran

kemampuan berbicara dapat membantu siswa dalam menyampaikan pesan,

informasi, gagasan, pikiran dan ide yang dimiliki kepada orang lain. Siswa dapat

berlatih berbahasa dengan baik dan benar sesuai dengan kondisi yang dialami.

Oleh karena itu, agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, sudah

seharusnya pembicara memahami makna segala yang ingin dikomunikasikannya.

Apabila terjalin komunikasi yang baik maka akan tercipta hubungan kerjasama

yang baik pula.Tujuan lain dalam berbicara, yaitu:

1. Berbicara untuk menghibur

2. Berbicara untuk menginformasikan

3. Berbicara untuk menstimulasi

4. Berbicara untuk meyakinkan

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

2.1.12 Fungsi Berbicara

Fungsi umum berbicara ialah sebagai alat komunikasi sosial. Berbicara

sangatlah menyatu dengan kehidupan manusia,dan setiap manusia menjadi

anggota masyarakat. Aktivitas sebagai anggota masyarakat sangat tergantung pada

penggunaan tutur kata masyarakat setempat. Gagasan, ide,pemikiran,harapan dan

keinginan disampaikan dengan berbicara. Aksi dan reaktif manusia dalam

kelompok masyarakat tergantung pada tutur kata yang digunakan karena

keslamatan seseorang itu ada pada pembicaraannya.

Dapatkah anda membayangkan kehidupan tanpa ada yang berbicara?

Komunikasi pun akan terputus,dan bias – bias peradapan manusia tidak akan

pernah maju. Sesungguhnya dengan berbicara itu menandakan keberadapan

manusia dan dari bahasa atau bicara tersebut kita dapat memahami keinginan,

motif, latar belakang, pergaulan dan adat istiadat seseorang.

Adapun fungsi berbicara secara khusus ialah :

a. Berbicara berfungsi untuk mengungkapkan perasaan seseorang.

b. Berbicara berfungsi untuk memotivasi orang lain agar bersikap dan

berbuat sesuatu.

c. Berbicara berfungsi untuk membicarakan sesuatu permasalahan

dengan topik tertentu.

d. Berbicara berfungsi untuk menyampaikan pendapat, amanat, atau

pesan.

e. Berbicara berfungsi untuk saling menyapa atau sekedar untuk

mengadakan kontak.

f. Berbicara berfungsi untuk membicarakan masalah dengan bahasa

tertentu.

h. Berbicara berfungsi sebagai alat penghubung antar daerah dan

budaya.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

2.2 Kajian Relevan

Agus Imamudin (2011) penerapan metode sosiodrama pada pembelajaran

bahasa Indonesia di SD materi apresiasi sastra. Bahasa memiliki peran sentral

perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan

penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran

bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan

budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam

masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut, dan menentukan serta

menggunakan kemampuan analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan

baik dan benar, baik secara llisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi

terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan sebagai berikut :

1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku,

baik secara lisan maupun tulis

2. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

persatuan dan bahasa negara.

3. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif

untuk berbagai tujuan.

4. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,

serta kematangan emosional dan sosial.

5. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan,

memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan

berbahasa.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

6. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya

dan intelektual manusia Indonesia.

Nana Ramadhana Putri (2012) penerapan model pembelajaran bermain

peran (role playing) untuk meningkatkan keterampilan berbicara dalam drama

siswa kelas V SD Negeri 168 Pekanbaru.

Drama termasuk salah satu jenis seni atau lengkapnya seni drama, karena

didalamnya terdapat berbagai keindahan yang dapat dinikmati oleh penonton. Di

antara berbagai karya seni, seni drama sangatlah unik karena melibatkan bidang

seni yang lain. Dalam drama siswa dituntut dapat berbicara dengan baik, karena

melalui berbicara penonton dapat mengetahui watak dan sifat pelaku serta jalan

cerita suatu pementasan drama.

Berdasarkan hal tersebut, maka dibutuhkan suatu model pembelajaran agar

dapat meningkatkan keterampilan siswa pada berbicara dalam drama. Model

pembelajaran yang dilaksanakan haruslah suatu model pembelajaran yang dapat

membantu siswa agar lebih menguasai tata cara berbicara dalam drama. Suatu

model yang dapat membantu siswa agar berbicara dengan lafal dan intonasi serta

ekspresi yang tepat, supaya maksud dan tujuan yang terkandung dalam sebuah

drama dapat tersampaikan dengan tepat Berdasarkan hasil observasi di SD Negeri

168 Pekanbaru keterampilan berbicara dalam drama tergolong rendah. Oleh

karena itu, penulis menerapkan model bermain peran (role playing) untuk

meningkatkan keterampilan berbicara dalam drama. Setelah menerapkan model

bermain peran, maka keterampilan siswa dalam berbicara dalam drama pada

setiap pertemuannya mengalami peningkatan. Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah:

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

a. Aktivitas guru

Penilaian yang dapat diambil berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

pada aktivitas guru adalah jumlah skor aktivitas guru pada pertemuan pertama

siklus I adalah 23, persentase 63,9% kategorinya cukup, pada pertemuan kedua

siklus I skor yang didapat adalah 27, persentase 75% dan kategorinya baik.

Aktivitas guru pada pertemuan pertema siklus II skor yang didapat adalah 30,

persentase 83,3% dan kategorinya baik. Sedangkan akivitas guru pada pertemuan

kedua siklus II skor yang didapat adalah 33, persentase 91,7% dan kategorinya

baik sekali.

b. Aktivitas siswa

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada aktivitas siswa maka

skor yang didapat pada sktivitas siswa pada pertemuan pertama siklus I adalah 18,

persentase 66,7% dan kategorinya cukup, pada pertemuan kedua siklus I skor

yang didapatkan adalah 26, persentase 72,2% dan kategorinya baik. Aktivitas

siswa pada pertemuan pertama siklus II skor yang didapat adalah 30, persentase

83,3% dan kategorinya baik. Sedangkan aktivitas siswa pada pertemuan kedua

siklus II skor yang didapat adalah 32, persentase 88,9% dan kategorinya adalah

baik sekali.

c. Hasil penelitian keterampilan berbicara dalam drama

Pada data awal diperoleh nilai rata-rata 44,5, pada pertemuan pertama

siklus I meningkat menjadi 53,0, pada pertemuan kedua siklus I rata-ratanya 60,1,

pada pertemuan ketiga ulangan harian siklus I rata-rata 67,9, pada pertemuan

pertama siklus II rata-rata meningkat yaitu 72,8, pada pertemuan kedua siklus II

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hakikat Metode 2.1.1 Hakikat ...eprints.ung.ac.id/2835/6/2013-1-86206-151409290-bab2-30072013111502.pdf · ... cara; dalam filsafat dan ilmu ... berpengalaman

rata-ratanya adalah 79,5, dan pada pertemuan ketiga ulangan harian siklus II rata-

ratanya 83,5.

Kajian relevan yang sama dengan di atas yang pertama menggunakan

metode yang sama, materi berbeda. Kajian relevan yang kedua menggunakan

metode dan materi yang sama.

Jadi dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode sosiodrama dapat

meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Disamping itu, dengan adanya

penerapan metode sosiodrama melatih dan membiasakan siswa untuk berani

dalam menyampaikan pendapat dan dapat berkomunikasi secara efektif dan

efisien. Sehingga maksud dan tujuan yang terdapat dalam dalam drama

tersampaikan.