BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229...

22
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir < 2500 gram tanpa memperhatikan masa gestasi, dimana berat lahir ditimbang segera minimal 1 jam setelah kelahiran (Kemenkes, 2010). Bayi berat lahir rendah dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena prematur dan BBLR karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup bulan tetapi berat badannya kurang / Kecil Masa Kehamilan (KMK). Prevalensi BBLR diperkirakan sebesar 15% di seluruh dunia dan lebih dari 97% terjadi di negara berkembang. Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 10,2% terjadi penurunan jika dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2010 sebesar 11,1%. Sumber Riskesdas 2013. Gambar 2.1 Prevalensi BBLR tahun 2010-2013 11,1 % 82,5 % 6,4 % 10,2 % 85 % 4,8 % 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 < 2500 gr > 2500-3999 gr >4000 gr Prvalensi BBLR tahun 2010-2013 2010 2013

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah.

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

lahir < 2500 gram tanpa memperhatikan masa gestasi, dimana berat lahir

ditimbang segera minimal 1 jam setelah kelahiran (Kemenkes, 2010). Bayi berat

lahir rendah dibedakan atas 2 kategori yaitu BBLR karena prematur dan BBLR

karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR), yaitu bayi yang lahir cukup

bulan tetapi berat badannya kurang / Kecil Masa Kehamilan (KMK).

Prevalensi BBLR diperkirakan sebesar 15% di seluruh dunia dan lebih

dari 97% terjadi di negara berkembang. Data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa

prevalensi BBLR di Indonesia sebesar 10,2% terjadi penurunan jika dibandingkan

dengan hasil Riskesdas 2010 sebesar 11,1%.

Sumber Riskesdas 2013.

Gambar 2.1 Prevalensi BBLR tahun 2010-2013

11,1 %

82,5 %

6,4 % 10,2 %

85 %

4,8 %

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

< 2500 gr > 2500-3999 gr >4000 gr

Prvalensi BBLR tahun 2010-2013

2010 2013

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

8

Estimasi angka kematian neonatal berdasarkan SDKI 2012 19/1000 KH,

Propinsi NTB merupakan propinsi dengan kematian neonatal yang cukup tinggi

dengan estimasi sebesar 33/1000 kelahiran hidup jauh dari target nasional, dengan

penyebab kematian terbanyak adalah BBLR. Prevalensi BBLR di Propinsi Nusa

Tenggara Barat sendiri tahun 2013 sebesar 12,5% (Riskesdas, 2013). Jumlah

kasus BBLR di Propinsi NTB tahun 2013 sebanyak 3730 dengan kematian

sebanyak 508 (13,6%), jika dilihat dari seluruh kematian neonatal yang ada di

Propinsi NTB, BBLR merupakan penyebab terbesar kematian neonatal. Kematian

neonatal di Propinsi NTB tahun 2013 berdasarkan penyebabnya dapat dilihat pada

gambar 2.2

Gambar 2.2 Kematian neonatal berdasarkan penyebab

di Propinsi NTB tahun 2013

(Dinas Kesehatan Propinsi NTB, 2013)

Propinsi NTB terdiri dari sepuluh kabupaten/kota salah satunya Kabupaten

Lombok Timur. Kabupaten Lombok Timur merupakan penyumbang terbanyak

kasus BBLR yang ada di Propinsi NTB. Laporan Pemantauan Wilayah Setempat

(PWS) KIA Dinas Kesehatan Lombok Timur tahun 2013 menunjukkan dari 426

BBLR 55% Asfeksia

18% TN 0%

Sepsis 3%

K.Cong 11%

Ikterus 1%

Lain-lain 12%

Persentase Kematian Neonatal berdasarkan penyebab

di propinsi NTB tahun 2013

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

9

kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total

kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh kasus lain-lain, asfiksia, cacat

bawaan dan infeksi (Dinas Kesehatan Lombok Timur 2013). Kematian neonatal

berdasarkan penyebab di Kabupaten Lombok Timur dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3 Persentase kematian neonatal berdasarkan penyebab

Kabupaten Lombok Timur tahun 2013

(Dinas Kesehatan Lombok Timur 2013).

2.2. Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK)

Banyak istilah yang digunakan untuk menunjukkan bahwa bayi KMK ini

menderita gangguan pertumbuhan di dalam rahim (Intrauterine Growth

Retardation/IUGR) seperti pseudopremature, small for dates, dysmature, fetal

malnutrition syndrome.Ada dua bentuk IUGR seperti diuraikan berikut ini.

1. Proportionate IUGR

Janin yang menderita distres yang lama dimana gangguan pertumbuhan

terjadi berminggu-minggu sampai berbulan-bulan sebelum bayi lahir sehingga

BBLR 54%

Asfeksia 19%

TN 0%

Sepsis 4%

K.Cong 8%

ikterus 2% Lain-lain

13%

Persentase kematian neonatal

berdasarkan penyebab

di Kabupaten lombok Timur tahun 2013

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

10

berat, panjang dan lingkaran kepala dalam proporsi yang seimbang akan tetapi

keseluruhannya masih di bawah masa gestasi yang sebenarnya.

2. Disproportionate IUGR

Terjadi akibat distres subakut. Gangguan terjadi beberapa minggu sampai

beberapa hari sebelum janin lahir. Pada keadaan ini panjang dan lingkaran kepala

normal akan tetapi berat tidak sesuai dengan masa gestasi. Bayi tampak wasted

dengan tanda-tanda sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, kulit kering keriput

dan mudah diangkat, bayi kelihatan kurus dan lebih panjang.

Pada bayi IUGR perubahan tidak hanya terhadap ukuran panjang, berat

dan lingkaran kepala akan tetapi organ-organ di dalam badan pun mengalami

perubahan. Drillen (1975) menemukan berat otak, jantung, paru-paru dan ginjal

bertambah, sedangkan berat hati, limpa, kelenjar adrenal dan thimus berkurang

dibandingkan pada bayi prematur dengan berat yang sama. Perkembangan otak,

ginjal dan paru-paru sesuai masa gestasinya (Wiknjosastro 2005).

2.3 Permasalahan BBLR

Banyaknya permasalahan yang terjadi pada BBLR membutuhkan

perhatian dan perawatan yang intensif sehingga komplikasi yang dapat

mengakibatkan kematian dapat dicegah. Perawatan BBLR selain melibatkan

petugas kesehatan (bidan dan perawat), keterlibatan peran serta keluarga terutama

ibu dan pengasuh pengganti (suami, nenek) sangat menentukan pertumbuhan dan

perkembangan BBLR selanjutnya. Pemberian promosi kesehatan oleh petugas

kepada keluarga dapat mengurangi komplikasi dan permasalahan yang terjadi

pada BBLR.

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

11

2.3.1 Hipotermi

Hipotermi terjadi akibat sedikitnya jaringan lemak di bawah kulit, tubuh

yang relatif lebih luas dibandingkan dengan berat badan, jaringan lemak coklat

yang belum cukup sehingga produksi panas berkurang serta belum berfungsinya

pusat pengaturan suhu.

2.3.2 Gangguan pernapasan

Gangguan pernapasan pada BBLR disebabkan oleh perkembangan imatur

pada sistem pernapasan dan belum matangnya jumlah surfaktan pada paru-paru,

otot pernapasan yang masih lemah dan tulang iga yang mudah melengkung. Bayi

Berat Lahir Rendah (BBLR) dapat mengalami ganguan pernapasan oleh karena

bayi menelan air ketuban dan masuk ke dalam paru-paru dan mengganggu

pernapasan.

2.3.3 Gangguan sistem pencernaan

Sistem pencernaan pada BBLR belum dapat mencerna makanan dengan

baik sehingga penyerapan makanan menjadi kurang sempurna. Bayai Berat Lahir

Rendah (BBLR) mudah terjadi kembung, hal ini disebabkan aktifitas otot belum

sempurna sehingga pengosongan lambung berkurang.

2.3.4 Gangguan ginjal

Ginjal pada BBLR belum berfungsi secara sempurna baik secara anatomis

maupun fisiologis. Hal ini mengakibatkan terjadinya gangguan eliminasi dalam

membuang sisa metabolisme dan air.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

12

2.3.5 Gangguan imunologik

Sistem kekebalan BBLR belum matang, sehingga mudah terkena infeksi.

Bayi Berat Lahir Rendah juga dapat terkena infeksi silang yang ditularkan oleh

petugas maupun keluarga yang memberikan perawatan pada BBLR seperti

tindakan tidak melakukan cuci tangan sebelum memberikan perawatan atau

memegang bayi.

2.3.6 Perdarahan intraventrikuler

Perdarahan pada BBLR dapat terjadi interaventrikuler seperti cepal

hematom dan caput succedaneum. Hal ini karena pembekuan darah yang

menurun. Upaya untuk mengurangi risiko perdarahan intraventrikuler pada bayi

baru lahir, pemerintah membuat kebijakan pelayanan bayi baru lahir bahwa setiap

bayi baru lahir wajib diberikan injeksi vitamin K dengan dosis 1 mg sebagai

tindakan pencegahan (Proverawati, 2010).

2.4 Faktor yang memengaruhi BBLR

Faktor penyebab terjadinya BBLR secara umum bersifat multi faktorial.

Faktor yang berhubungan dengan BBLR adalah faktor ibu yaitu pendidikan,

umur, paritas, jarak kelahiran, dan lain-lain. Faktor janin, faktor plasenta serta

faktor lingkungan (Wiknjosastro, 2005).

2.4.1 Umur ibu

Umur 20 sampai dengan 35 tahun merupakan umur yang paling optimal

bagi seorang ibu untuk fungsi reproduksinya, dimana pada umur tersebut uterus

telah siap untuk proses kehamilan. Secara psikologis ibu merasa siap untuk hamil

dan melahirkan. Jika seorang ibu hamil pada umur < 20 tahun fungsi

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

13

reproduksinya belum terbentuk dan berfungsi dengan sempurna, sehingga akan

mempermudah terjadinya komplikasi pada masa kehamilan dan persalinan.

Demikian juga dengan seorang ibu jika hamil pada umur 35 tahun, fungsi

reproduksinya mengalami penurunan, dimana kondisi tersebut dapat

mengakibatkan kehamilan tidak berjalan dengan optimal. Data Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menujukan bahwa

rata-rata umur kawin pertama perempuan di Indonesia < 20 tahun dari target 21

tahun. Pada perempuan dengan perkawinan dibawah umur, membuat panjang

rentang usia reproduksi perempuan dan berdampak pada banyaknya anak

yang dilahirkan, dengan panjangnya usia reproduksi pada perempuan

Indonesia, peran penggunaan alat kontrasepsi menjadi sangat penting untuk

mengatur kehamilan (Kemenkes RI, 2010). Hal ini menunjukkan bahwa

BKKBN harus terus melakukan berbagai upaya baik itu KIE (komunikasi,

Informasi dan edukasi) maupun pengembangan materi-materi kesehatan

reproduksi untuk penundaan usia kawin pertama atau pendewasaan usia kawin

(BKKBN, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Sidoarjo bahwa ada

pengaruh yang signifikan antara umur ibu terhadap kelahiran BBLR (Zain dkk,

2012). Ibu yang umurnya < 20 tahun dan > 35 tahun berisiko 34,5 kali

melahirkan BBLR dari pada ibu yang umurnya antara 20 tahun sampai dengan

35 tahun. Penelitian sama yang dilakukan di RSIA Siti Fatmah Makasar

menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai umur < 20 tahun atau > 35 tahun

berisiko 6,92 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan ibu umur 20 sampai

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

14

dengan 35 tahun dengan nilai p < 0,05 dan OR 6,924 (CI 95% 3,39-14,24)

(Jaya, 2009).

2.4.2 Pendidikan

Goals ke dua dari pembangunan MDGs adalah pendidikan dasar untuk

semua. Tujuan ke dua MDGs bukan hanya sekedar semua anak bisa sekolah,

tetapi memberikan mereka pendidikan dasar yang utuh. Dalam banyak hal

perempuan Indonesia telah mengalami kemajuan pesat dalam kesetaraan gender

terkait pendidikan. Pada pendidikan sekolah dasar jumlah antara laki-laki dan

perempuan seimbang, tapi pada jenjang pendidikan yang lebih lanjut jumlah laki-

laki lebih banyak dari perempuan (Kemenkes, 2015). Upaya yang telah dilakukan

oleh pemerintah adalah peningkatan jumlah anggaran pendidikan untuk

peningkatan jenjang pendidikan angka partisipasi murni SMP dan SMA serta

pemberatasan buta aksara, dimana sekitar 6,6 juta penduduk yang buta aksara

adalah perempuan yang akan menjadi calon ibu dan berdampak terhadap

kesehatan.

Pendidikan secara tidak langsung akan memengaruhi proses kehamilan

seorang ibu salah satunya adalah terhadap kejadian BBLR. Pendidikan yang

didapatkan oleh ibu berkaitan dengan tingkat pengetahuan ibu dalam perawatan

selama kehamilan. Ibu hamil dengan tingkat pendidikan tinggi akan dapat

memahami tentang pentingnya pemeriksaan dan perawatan kesehatan selama

masa kehamilan. Pemeriksaan kehamilan pada petugas kesehatan sedini mungkin

merupakan hal penting yang harus diketahui dan dilakukan oleh ibu. Ibu dengan

pendidikan yang rendah sekalipun sudah mendapatkan informasi tentang hal

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

15

tersebut, tingkat pemahaman yang dimiliki tentunya berbeda dengan ibu yang

berpendidikan tinggi.

Berbagai penelitian tentang pengaruh pendidikan terhadap kejadian BBLR

menunjukkan hasil yang signfikan. Hasil penelitian analisis risiko terjadinya

BBLR membuktikan kaitan positif antara pendidikan ibu dan kejadian BBLR

(Pramono, 2009). Ibu yang berpendidikan rendah memiliki risiko 1,6 kali

melahirkan BBLR dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi. Penelitian lain

yang dilakukan di RSUD Pekalongan menyebutkan bahwa ada hubungan antara

pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR dengan OR = 1,5 (95% CI 0,73-3,05)

(Nurhadi, 2006).

2.4.3 Paritas

Jumlah anak lahir hidup yang dilahirkan oleh seorang ibu dapat menjadi

faktor risiko BBLR. Seorang ibu jika terlalu sering melahirkan akan

mengakibatkan melemahnya kandungan oleh karena adanya jaringan parut akibat

kehamilan yang berulang– ulang. Kandungan tidak dapat menjadi tempat yang

baik bagi perkembangan janin. Seorang ibu yang terlalu sering melahirkan dapat

mengakibatkan kondisi kelelahan secara fisik dan psikologis dan berpengaruh

terhadap proses kehamilannya. Secara fisiologis seorang ibu membutuhkan waktu

tiga sampai empat tahun untuk memulihkan kondisi kendungannya sehingga

dapat merencenakan kehamilan berikutnya. Ibu hamil dengan paritas lebih dari

empat tetapi dengan jarak kehamilan lebih dari 2 tahun secara fisiologis bisa

mempersiapkan diri untuk kehamilan berikutnya.

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

16

Hasil penelitian lanjutan analisis hasil riskesdas 2007 didapatkan faktor

jumlah anak mempunyai risiko protektif. Ibu yang mempunyai anak pertama kali,

keempat atau lebih memiliki risiko terhadap kejadian BBLR 0,78 kali jika

dibandingkan dengan ibu yang mempunyai anak 2 atau 3. Risiko itu terjadi

terbalik, ibu yang diperkirakan mempunyai paritas yang aman untuk tidak terjadi

BBLR mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan ibu dengan paritas pertama

atau empat ke atas (Pramono, 2009). Hasil penelitian lain yang dilakukan di

RSUD Banyumas didapatkan hasil yang tidak bermakna antara paritas dengan

kejadian BBLR (Sistiarani, 2008).

2.4.4 Jarak Kelahiran

Jarak kelahiran adalah jarak antara persalinan sebelumnya dengan

persalinan berikutnya. Secara fisiologis seorang wanita membutuhkan waktu tiga

sampai empat tahun untuk memulihkan kondisi kandungannya. Selain itu ibu juga

secara psikologis belum siap untuk hamil kembali karena anak sebelumnya masih

membutuhkan pemberian ASI. Jarak kelahiran yang terlalu dekat mengakibatkan

kondisi rahim belum pulih sepenuhnya sehingga dapat mengganggu proses

pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan. Keadaan ibu seperti

ini perlu mendapatkan perhatian dan pengawasan dari petugas kesehatan pada saat

pemeriksaan kehamilan, karena kondisi ibu dengan jarak kelahiran yang terlalu

dekat dapat menyebabkan bayi lahir kurang bulan dan BBLR.

Jarak persalinan yang terlalu dekat akan mengakibatkan pertambahan

jumlah penduduk semakin cepat. Data sensus penduduk tahun 2010 didapatkan

Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP) sebesar 1,49 maka perlu dilakukan

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

17

pengendalin jumlah penduduk. Prinsip otonomi daerah dalam penyelenggaraan

urusan pengendalian penduduk dan Keluarga Berencana merupakan langkah

konkrit untuk mengatasi rentang kendali manajemen pelayanan program KB

antara pemerintah dengan pemerintah daerah khususnya di kabupaten dan kota.

Hal ini tentunya dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan

peningkatan kualitas pelayanan pengendalian penduduk dan KB kepada

masyarakat, yang diindikasikan dengan adanya keberpihakan ketersediaan

infrastruktur, instrumen regulasi yang mendukung penyelenggaraan program,

peningkatan pengguanaan Metoda Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP),

penguatan P4K dan Generasi Berencana (Genre), penempatan personil tenaga

penyuluh dan pelayanan KB (BKKBN, 2015).

Penelitian yang dilakukan di Sidoarjo menunjukkan bahwa ibu dengan

jarak kelahiran kurang dari 2 tahun berisiko 3,02 kali melahirkan BBLR

dibandingkan dengan ibu yang jarak kelahirannya lebih dari 2 tahun (Zain dkk,

2012). Hasil penelitian yang dilakukan di University of Medical Sciences, Iran

menunjukkan hasil OR 2.35, (95% CI:1.18-4.68). Ibu yang melahirkan dengan

jarak terlalu dekat (< 2 tahun) memiliki risiko 2,35 kali terhadap kejadian BBLR

(Chaman dkk, 2013)

2.4.5 Riwayat Antenatal Care

Asuhan antenatal yang optimal dapat di capai jika layanan yang diberikan

sesuai dengan kebutuhan ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan sangat penting

dilakukan oleh seorang ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan bertujuan memantau

kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi,

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

18

Pemeriksaan kehamilan secara rutin dan teratur, dapat mendeteksi secara dini

kelainan dan komplikasi yang terjadi selama kehamilan, salah satunya adalah

perkiraan berat badan bayi yang dikandung oleh ibu. Pada saat ANC berat badan

bayi dapat dideteksi kemungkinan terjadinya kelahiran BBLR dengan melakukan

pengukuran tinggi fundus uteri sehingga penanganan terhadap kelainan tersebut

dapat dilakukan lebih dini dengan melihat faktor penyebab dari kondisi tersebut.

Seorang ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya minimal 4 kali

selama kehamilan dengan sebaran 1 kali pada trimester 1, 1 kali pada trimester ke

dua dan 2 kali pada trimester ke tiga dengan mendapatkan pelayanan sesuai

standar yang sudah di tetapkan (Kemenkes RI, 2010). Pelayanan antenatal sesuai

standar meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan),

pemeriksaan laboratorium rutin dan khusus, serta intervensi umum dan khusus

(sesuai risiko yang ditemukan dalam pemeriksaan). Dalam penerapannya standar

ANC terdiri atas: timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah,

nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), ukur tinggi fundus uteri, tentukan

presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status imunisasi tetanus

dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat

besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan khusus)

mencakup pemeriksaan golongan darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah

puasa, tatalaksana kasus dan temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan

Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Hasil riskesdas 2010 menujukan bahwa pemeriksaan kehamilan pertama

kali tanpa memandang usia kehamilan adalah 92,7% (K1 akses), sedangkan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

19

pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh ibu hamil kepada petugas kesehatan

umur kehamilan trimester 1 (K1-murni) adalah 72,3% dari target 95%. Adapun

cakupan pemeriksaan ibu hamil minimal 4 kali selama kehamilan dengan pola 1

kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua dan 2 kali pada trimester

ke tiga (K4) adalah 61,4% dari target 90%. Ada kecenderungan cakupan K1

dan K4 yang rendah pada kelompok ibu hamil berisiko tinggi: umur <20

tahun, dan >35 tahun, kehamilan ke 4 atau lebih, tinggal di perdesaan,

tingkat pendidikan, dan status ekonomi rendah (Kemenkes RI, 2010). Secara

kuantitas pelayanan ANC sudah mencapai target program tetapi secara kualitas

belum memenuhi standar pelayanan yang ada. Hasil Riskesdas 2007 di Kabupaten

Lombok Timur kualitas pelayanan ANC yang diberikan masih dibawah standar

pelayanan yang di tetapkan, terkait dengan pemeriksaan yang berhubungan

dengan kejadian BBLR antara lain pemeriksaan tinggi fundus uteri untuk

memperkirakan berat badan janin hanya 81,3% dan pemeriksaan Hb untuk

mengetahui status anemia ibu hamil hanya 35,5%. Untuk meningkatkan kualitas

ANC yang diberikan dan meningkatkan deteksi dini terhadap kelainan dan

komplikasi selama kehamilan maka dilakukan pelayanan ANC terpadu

melibatkan lintas program yang ada antara lain program gizi, imunisasi, promkes

dan laboratorium.

Penelitian analisis lanjutan hasil Riskesdas 2010 tentang hubungan ante

natal care dengan berat badan lahir bayi di Indonesia didapatkan hasil OR 1.8

(CI 95%: 1.3 - 2.5). Ibu yang melakukan kunjungan ante natal care lebih dari 4

kali mempunyai peluang untuk tidak melahirkan BBLR sebesar 1,8 kali

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

20

dibandingkan dengan ibu yang melakukan ante-natal care kurang dari 4 kali

(Ernawati, 2011).

Penelitian yang dilakukan di Nepal Demographic and Health Surveys

(NDHS) tahun 2011 didapatkan hasil OR 2.30 ( 95% CI 1.526-3.471). Ibu yang

melakukan pemeriksaan kehamilan tidak teratur berisiko sebesar 2,3 kali untuk

melahirkan dengan BBLR (Khanal dkk, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan di

Brazil didapatkan hasil OR 4.13 (95% CI 1.36-12.51). Ibu hamil berisiko 4,13

kali melahirkan BBLR jika melakukan pemeriksaan kehamilan tidak teratur

dibandingkan dengan ibu yang melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur

(Regina dkk, 2014).

2.4.6 Penghasilan

Jumlah penduduk miskin yang memiliki penghasilan dibawah garis

rata-rata 17,4% atau sekitar 36,5% dari total penduduk Indonesia. Memberantas

kemiskinan dan kelaparan merupakan goals pertama dari MDGs, upaya yang telah

dilakukan oleh pemerintah adalah peningkatan anggaran untuk kemiskinan dari

Rp 23 triliyun tahun 2005 menjadi Rp 70 triliyun pada tahun 2008 melalui

program pemberantasan kemiskinan yang tersebesar di berbagai kementerian dan

lembaga yang ada (Kemenkes, 2015). Faktor sosial ekonomi terkait dengan

penghasilan dapat memberikan gambaran terhadap kemampuan keluarga untuk

memenuhi kebutuhan gizi sehari-hari. Pada ibu hamil dengan penghasilan rendah

akan memengaruhi konsumsi makanan selama kehamilan. Konsumsi makanan

yang tidak memenuhi unsur gizi yang dibutuhkan selama kehamilan dapat

menyebabkan ibu hamil mengalami kekurangan gizi yang ditandai dengan KEK

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

21

dan anemia selama kehamilan. Bayi yang dikandungnya mengalami gangguan

pertumbuhan dan perkembangan. Seorang ibu hamil tidak jarang harus bekerja

untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Beratnya pekerjaan yang dilakukan

oleh ibu hamil mengakibatkan kebutuhan istirahat ibu hamil tidak dapat terpenuhi

sehingga menyebabkan terjadinya kelahiran prematur.

Pada wanita hamil dengan tingkat penghasilan rendah kemungkinan 50%

melahirkan dengan BBLR. Hal ini disebabkan ketidakmampuan secara ekonomi

ibu hamil dalam memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan. Hasil penelitian di

Gorontalo didapatkan hasil OR 4,35 ibu dengan sosial ekonomi rendah memiliki

risiko 4,35 kali melahirkan dengan BBLR dibandingkan dengan ibu yang sosial

ekonominya baik (Amalia 2010). Penelitian yang sama di Department of

Pediatrics, University Hospital Munster, Germany, didapatkan hasil OR 2.78

(95% CI 1.59-4.86), ibu dengan sosial ekonomi rendah berisiko 2,78 kali terhadap

kejadian BBLR dibandingkan dengan ibu yang sosial ekonominya baik

(Pfinder, 2014)

2.4.7 Lingkungan

Paparan zat-zat beracun adalah paparan asap yang dihirup baik berasal dari

asap rokok maupun udara yang tercemar oleh gas-gas berbahaya lainnya.

a. Paparan asap rokok.

Rokok memiliki komuditas jual yang sangat luas dan merata, sehingga

gampang dijangkau oleh masyarakat yang berada di pedesaan. Data Riskesdas

2007 menunjukan 30,6% penduduk Kabupaten Lombok Timur merokok setiap

hari dengan rata-rata rokok yang dihisap 6-12 batang per hari, dengan persentase

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

22

merokok di dalam rumah 87,4%. Prevalensi perokok dalam rumah lebih banyak

pada laki-laki, berstatus kawin, tinggal di perdesaan, dengan pendidikan

rendah yaitu tidak tamat dan tamat SD. Menurut pekerjaan, prevalensi

perokok dalam rumah ketika bersama anggota keluarga lebih banyak yang

bekerja sebagai petani/nelayan/buruh diikuti wiraswasta dan yang tidak bekerja,

dan cenderung meningkat dengan meningkatnya status ekonomi (Kemenkes RI,

2010). Hal ini akan memengaruhi anggota keluarga yang lain termasuk ibu hamil

menjadi perokok pasif. Tingginya jumlah masyarakat yang merokok dapat

mengakibatkan ibu hamil terpapar oleh asap rokok yang dihisap baik oleh suami

maupun oleh keluarga lain yang berada satu rumah dengan ibu hamil. Ibu hamil

yang terpapar oleh asap rokok akan memengaruhi perkembangan janin dalam

kandungan, karena asap rokok yang dihirup oleh seorang ibu hamil mengandung

senyawa yang berbahaya. Jika senyawa yang terkandung dalam rokok ini masuk

ke dalam peredaran darah ibu hamil akan dapat mengganggu suplai oksigen dari

ibu ke janinnya, maka suplai makananpun ikut terganggu. Kebutuhan janin di

dalam kandungan tidak terpenuhi, kondisi ini sangat berisiko bagi ibu hamil untuk

melahirkan dengan BBLR. Pelayanan ANC yang diberikan perlu dilakukan

pengkajian tidak hanya permasalah yang terkait dengan kehamilan saja, tetapi

pengaruh faktor lingkungan dan peran keluarga dalam kehamilan juga perlu

dikaji. Upaya pelayanan ANC terpadu dengan melibatkan lintas program

merupakan suatu terobosan untuk mengurangi komplikasi yang terjadi pada saat

kehamilan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

23

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah upaya untuk memberi

pengalaman belajar atau menciptakan kondisi bagi perorangan, keluarga,

kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan

informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan pengetahuan, sikap

dan perilaku hidup bersih dan sehat, melalui pendekatan pimpinan, bina

suasana dan pemberdayaan masyarakat dimana salah satu indikatornya adalah

tidak ada anggota keluarga yang merokok. Data profil kesehatan Kabupaten

Lombok Timur 2013 menunjukan bahwa baru 28,9% rumah tangga yang

menerapkan PHBS. Upaya lain yang sudah dilakukan oleh pemerintah terkait

dengan rokok adalah penerbitan peraturan daerah tentang kawasan tanpa rokok,

namun pada kenyataannya kebijakan tersebut masih banyak dilanggar karena

belum ada sanksi yang berlaku sehingga masih banyak perokok yang merokok

disembarang tempat.

Hasil penelitian di Gorontalo didapatkan OR 5,516 ibu hamil yang terpapar

asap rokok berisiko 5,5 kali terhadap kejadian BBLR dibandingkan dengan ibu

hamil yang tidak terpapar (Amalia, 2010). Hasil penelitian yang sama di RS

Meurexa Banda Aceh tahun 2012 diperoleh nilai kemaknaan p = 0,004 (p ≤

0,05), terdapat hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif

dengan kejadian BBLR (Ramadhan, 2012). Penelitian yang sama juga dilakukan

di Sulawesi Selatan menyebutkan berat badan bayi dipengaruhi oleh jumlah

batang rokok yang dihisap dan menyebabkan ibu terpapar selama kehamilan

(Tamrin dkk, 2011).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

24

b. Paparan asap kayu bakar dan obat anti nyamuk

Faktor luar yang memengaruhi terjadinya BBLR adalah faktor

lingkungan. Udara di sekitar lingkungan rumah dapat tercemar oleh asap yang

ditimbulkan dari aktifitas sehari-hari di dalam rumah, seperti penggunaan kayu

bakar untuk memasak dan penggunaan obat anti nyamuk bakar pada saat tidur.

Penggunaan arang dan kayu bakar sebagai sumber energi terutama di pedesaan

sebesar 64,2 persen diprediksi akan meningkatkan gas CO yang berpotensi

menimbulkan pencemaran udara (Kemenkes RI, 2010). Penggunaan kayu bakar

saat memasak dan obat anti nyamuk bakar saat tidur mengakibatkan udara

tercemar oleh gas-gas beracun seperti karbonmonoksida, amoniak, aseton dll

yang dapat dihirup oleh ibu hamil. Akibat penggunaan bahan bakar saat memasak

dan obat anti nyamauk bakar saat tidur sangat berbahaya bagi ibu hamil. Bila

gas-gas berbahaya ini dihirup oleh ibu hamil dan beredar dalam pembuluh darah

akan dapat mengganggu suplai oksigen dalam darah sehingga suplai makanan dari

ibu ke janin juga terganggu. Kondisi ini dapat mengakibatkan pertumbuhan janin

menjadi terganggu. Hal ini dapat mengakibatkan ibu melahirkan bayi dengan

BBLR. Paparan Karbonmonoksida selama kehamilan dapat menyebabkan BBLR

dan menurunkan kemampuan mental anak.

Hasil Penelitian yang dilakukan di Semarang menyatakan bahwa

penggunaan kayu bakar ternyata tidak berpengaruh terhadap kejadian BBLR

dengan nilai p > 0,05 sedangkan penggunaan obat anti nyamuk bakar selama

kehamilan secara statistik bermakana terhadap kejadian BBLR p < 0,05 dengan

OR 8,50 (95% CI 1,565-46,220) (Widariyana, 2002).

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

25

2.4.8 Status KEK

Pertumbuhan dan perkembangan janin di dalam kandungan sangat

dipengaruhi oleh status gizi ibu pada saat hamil. Masalah gizi yang sering

dihadapi oleh ibu selama hamil yaitu Kurang Energi Kronis (KEK). Kondisi KEK

pada ibu hamil menunjukan konsumsi energi dan protein yang kurang dalam

jangka panjang. Kekruangan energi secara kronis ini menyebabkan ibu hamil

tidak memliki cadangan gizi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi selama

kehamilan. Jumlah total energi yang dibutuhkan selama kehamilan adalah 80.000

Kkal. Kebutuhan energi pada trimester pertama meningkat secara minimal,

kemudian terus meningkat sampai akhir kehamilan. Selama trimester ke tiga

tambahan energi digunakan untuk pertumbuhan janin dan placenta, jika sejak

awal kehamilan ibu sudah mengalami kekurangan gizi maka kebutuhsn gizi

untuk pertumbuhan dan perkembangan janin terutama pada trimester ke tiga tidak

dapat terpenuhi sehingga berisiko untuk terjadinya BBLR (Myles, 2011). Data

Riskesdas 2013 menujukan Prevalensi ibu hamil KEK 23,7%, sehingga menjadi

faktor risiko bagi ibu hamil untuk melahirkan BBLR. Ibu hamil KEK atau tidak,

dapat dilihat dari ukuran lingkar lengan atasnya (LILA) . Ukuran LILA yang

normal yaitu > 23,5 cm dengan pengukuran menggunakan pita LILA yaitu alat

yang sederhana dan praktis yang direkomendasikan oleh kementerian kesehatan

untuk digunakan di lapangan.

Ibu yang mengalami KEK selama hamil akan menimbulkan masalah baik

pada ibu maupun janin. Pengaruh KEK terhadap persalinan dapat mengakibatkan

proses persalinan sulit dan lama, perdarahan pasca persalinan. Ibu hamil KEK

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

26

dapat memengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan janin dalam

kandungan sehingga berisiko terhadap kelahiran BBLR. Untuk mencegah risiko

KEK pada ibu hamil sebelum kahamilan Wanita Usia Subur (WUS) sudah harus

memiliki gizi yang baik misalnya LILA tidak kurang dari 23,5 cm. Apabila LILA

ibu sebelum hamil kurang dari 23,5 cm sebaiknya kehamilan ditunda dan

dilakukan perbaikan gizi sehingga tidak berisiko untuk melahirkan BBLR

(Sandjaja, 2009). Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang tinggi kalori dan

protein dapat diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi selama kehamilan dengan

penerapan porsi kecil tapi sering (Ekayani, 2011).

Penelitian yang dilakukan di Singkawang didapatkan hasil OR 7,93

(95% CI 1,85-33,95). Ibu hamil KEK mempunyai risiko 7,9 kali untuk melahirkan

BBLR dibandingkan ibu hamil tidak KEK (Trihardiani, 2011). Penelitian yang

sama di RS Siti Fatimah Makasar didapatkan hasil OR 9,95 (95% CI 4,84-20,39)

ibu hamil KEK mempunyai risiko 9,94 kali melahirkan BBLR dibandingkan ibu

hamil yang tidak KEK (Jaya, 2009).

2.4.9 Status Anemia Ibu hamil

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dala membawa oksigen, hal

tersebut dapat terjadi akibat penurunan produks sel darah merah dan penurunan

hemoglobin (Hb) dalam darah (Myles, 2011). Anemia adalah berkurangnya kadar

hemoglobin dalam darah pada ibu hamil trimester I dan trimester ke III, dimana

fungsi hemoglobin ini adalah mengangkut makanan (WHO, 2008). Prevalensi

anemia pada ibu hamil di Indonesia lebih dari 70%. Selama kehamilan,

volume plasma maternal meningkat secara bertahap sebanyak 50%, atau

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

27

meningkat sekitar 1200 ml pada saat kehamilan cukup bulan. Peningkatan sel

darah merah total adalah sekitar 25% atau 300 ml. Hemodilusi relatif ini

menyebabkan penurunan konsentrasi hemoglobin yang mencapai titik terendah

pada trimester kedua kehamilan dan meningkat kembali pada trimester ketiga.

Hemodulusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya pada

kehamilan 32-36 minggu. Bila hemoglobin ibu sebelum hamil berkisar 11 gr%

maka dengan terjadinya hemodilusi akan mengakibatkan anemia hamil fisiologis

dan Hb ibu akan menjadi 9,5-10 gr%. Perubahan ini merupakan kondisi fisiologis

kehamilan yang diperlukan untuk perkembangan janin (Myles, 2011).

Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di

bagi menjadi 4 kategori yaitu : Hb > 11 gr% tidak anemia (normal), Hb 9-10 gr%

Anemia ringan, Hb 7-8 gr% Anemia sedang , Hb < 7 gr% Anemia berat ( Myles,

2011). Kadar hemoglobin yang rendah akan memengaruhi kemampuan sistem

maternal untuk memindahkan oksigen dan nutrisi yang cukup ke janin. Jika

hemoglobin dalam darah sedikit maka dapat mengganggu suplai makanan dari ibu

ke janin sehingga asupan gizi janin tidak dapat terpenuhi dan dapat

mengakibatkan BBLR. Anemia pada ibu hamil juga meningkatkan risiko

perdarahan ante partum (PAP) pada saat hamil, sehingga dapat terjadi bayi lahir

prematur, perdarahan setelah persalinan, serta kematian ibu dan bayi. Kondisi

anemia pada ibu hamil dapat terjadi sebelum ibu hamil dan anemia terjadi akibat

dari proses kehamilannya.

Permasalahan ini harus mendapatkan penanganan selama kehamilan

dengan melaksanakan standar pelayanan kehamilan, pemberian tablet Fe minimal

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Bayi Berat Lahir Rendah. II.pdf · 9 kematian neonatal yang ada 229 disebabkan oleh BBLR (53,8%) dengan total kasus BBLR sebanyak 875 kasus, diikuti oleh

28

90 tablet selama kehamilan. Pelayanan antenatal yang diberikan oleh bidan untuk

membantu mencegah anemia pada ibu hamil, harus memahami bahwa anemia

tidak hanya disebabkan oleh masalah medis, tetapi juga situasi sosial dan

demografi yang ada di masyarakat. Ketika memberikan saran diawal kehamilan

mengenai asupan zat besi, bidan perlu mempertimbangkan asupan zat besi

tersebut dipengaruhi oleh kondisi sosial ekonomi, agama dan budaya. Jika kondisi

ibu hamil anemia ini dibiarkan maka dapat memberikan kontribusi terhadap

tingginya kejadian BBLR.

Gizi yang cukup pada masa kehamilan sangat beperan dalam proses

tumbuh kembang janin. Kebutuhan gizi pada saat hamil yang tidak terpenuhi

dapat menghambat petumbuhan dan perkembangan janin dalam kandungan. Hasil

penelitian yang dilakukan di RSUD Wangaya Denpasar didapatkan RR 10,29

(95% CI 2,21-47,9) kejadian BBLR pada ibu hamil yang mengalami anemia

pada trimester I adalah 10 kali dibandingkan ibu hamil yang tidak anemia

(Labir dkk, 2013). Penelitian tentang anemia sebagai faktor risiko BBLR di

Propinsi NTB didapatkan hasil OR 3,70 (95 % CI 2,33-5,88) p = 0,0001, ibu

hamil yang menderita anemia memiliki risiko 3,7 kali terhadap kejadian BBLR

dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak anemia (Mustika dkk, 2006).