BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 -...

22
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta. Pengertian IPA (Sains) adalah sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-gagasan. “Sains diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam semesta …. standar kompetensi bahan kajian sains salah satunya adalah kerja ilmiah”. (KTSP SDN Poncowarno:2012) Menurut Warsiti (2006:33) dalam Rahmawati (2009) hakikat pengertian IPA meliputi tiga hal, yaitu: Produk IPA yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; Proses IPA atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil IPA atau produk IPA; Sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama melakukan proses IPA sehingga terjadi produk IPA. Sikap dan nilai Ilmiah. Siswa mengembangkan sikap ingin tahu, tidak percaya takhayul, jujur dalam menajikan data dan faktual, terbuka pada pikiran dan gagasan baru, kreatif dalam menghasilkan karya ilmiah, peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan, tekun dan teliti. 2.1.1.2 Pengertian IPA Srini M. Iskandar (2001: 2), kata IPA merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan Alam”. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata -kata Bahasa Inggris “Natural Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Leo Sutrisno, Hery Setyadi & Kartono (2007: 1-19), menyatakan

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 -...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian teori 2.1.1 Mata Pelajaran IPA 2.1.1.1 Hakikat IPA

IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta.

Pengertian IPA (Sains) adalah sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan,

gagasan, dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman

melalui serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian

gagasan-gagasan. “Sains diartikan sebagai cara mencari tahu secara sistematis tentang alam

semesta …. standar kompetensi bahan kajian sains salah satunya adalah kerja ilmiah”. (KTSP

SDN Poncowarno:2012)

Menurut Warsiti (2006:33) dalam Rahmawati (2009) hakikat pengertian IPA meliputi

tiga hal, yaitu: Produk IPA yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori; Proses IPA

atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-hasil IPA atau

produk IPA; Sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama melakukan proses

IPA sehingga terjadi produk IPA. Sikap dan nilai Ilmiah. Siswa mengembangkan sikap ingin

tahu, tidak percaya takhayul, jujur dalam menajikan data dan faktual, terbuka pada pikiran dan

gagasan baru, kreatif dalam menghasilkan karya ilmiah, peduli terhadap makhluk hidup dan

lingkungan, tekun dan teliti.

2.1.1.2 Pengertian IPA

Srini M. Iskandar (2001: 2), kata IPA merupakan singkatan kata “Ilmu Pengetahuan

Alam”. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan dari kata-kata Bahasa Inggris “Natural

Science”. Natural artinya alamiah, berhubungan dengan alam. Science artinya ilmu

pengetahuan. Jadi “Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah adalah ilmu

yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam.

Leo Sutrisno, Hery Setyadi & Kartono (2007: 1-19), menyatakan

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

7

” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur yang benar (true) dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth).

Krajcik S. Joseph, Czerniak M. Charlene and Berger Carl (1999: 12) “ Science was

created by humans to predict and explain events and fenomena .

IPA secara sederhana didefinisikan sebagai ilmu tentang fenomena alam semesta.

Pengertian IPA (sains) adalah sebagai hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan,

dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui

serangkaian proses ilmiah, antara lain penyelidikan, penyusunan, dan pengujian gagasan-

gagasan. Kurikulum(1994).

Sedangkan IPA menurut Purnels dalam Srini M. Iskandar, 2001:2 “pengetahuan

manusia yang luas yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen yang sistematik,

serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-prinsip, teori-teori, dan

hipotesis-hipotesis”.

Menurut Warsiti (2006:33) dalam Yuli Rahmawati (2009: ) hakikat pengertian IPA

meliputi tiga hal, yaitu (1) Produk IPA yaitu berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori;

(2) Proses IPA atau metode ilmiah yaitu cara kerja yang dilakukan untuk mencapai hasil-

hasil IPA atau produk IPA; (3) Sikap ilmiah yaitu semua tingkah laku yang diperlukan selama

melakukan proses IPA sehingga terjadi produk IPA..

Pemberian pengalaman belajar secara langsung sangat ditekankan melalui

penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah dengan tujuan untuk

memahami konsep-konsep dan mampu memecahkan masalah. Keterampilan proses yang

digunakan dalam sains antara lain: mengamati, menggolongkan, mengukur, menggunakan

alat, mengomunikasikan hasil melalui berbagai cara seperti lisan, tulisan, dan diagram,

menafsirkan informasi, mengajukan pertanyaan, memprediksi, melakukan percobaan. Agar

mampu bekerja secara ilmiah pada siswa perlu ditanamkan sikap-sikap berikut: rasa ingin

tahu, bekerja sama secara terbuka, bekerja keras dan cerdas, mengambil keputusan yang

bertanggung jawab, peduli terhadap makhluk hidup dan lingkungan.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

8

Peneliti berpendapat bahwa hakikat pengertian IPA adalah pengetahuan manusia

tentang alam dan gejala-gejalanya yang didapatkan dengan cara observasi dan eksperimen

yang sistematik, serta dijelaskan dengan bantuan aturan-aturan, hukum-hukum, prinsip-

prinsip, teori-teori, dan hipotesis-hipotesis, untuk dapat berkomunikasi ilmiah,

mengembangkan kreativitas pemecahan masalah dan sikap serta nilai ilmiah.

Peneliti menyimpulkan bahwa IPA merupakan pengetahuan dari hasil kegiatan

manusia yang diperoleh dengan menggunakan langkah-langkah ilmiah yang berupa metode

ilmiah dan dididapatkan dari hasil eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga

akan terus di sempurnakan..

2.1.1.3 Tujuan Pembelajaran IPA

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, Depdiknas (2008 : 148) menyebutkan

bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD atau MI adalah :(1) Memperoleh

keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan

dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)

Mengembangkan rasa ingin tau, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang

saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.(4) Mengembangkan

keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat

keputusan (5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam.(6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan

segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.dan (7) Memperoleh bekal

pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke

SMP/MTs.

2.1.1. 4 Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut

(1) makhlluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya

dengan lingkungan serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi

cair, padat dan gas (3) energy dan perubahannya meliputi : gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

9

cahaya dan pesawat sederhana (4) bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya

dan benda-benda langit lainnya.

2.1.1.5 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 4 Semester II.

Dalam kurikulum 2004 disebutkan bahwa standar kompetensi bahan kajian sains

salah satunya adalah kerja ilmiah, yang meliputi (1) Penyelidikan/penelitian; Siswa menggali

pengetahuan yang berkaitan dengan alam dan produk teknologi melalui refleksi dan analisis

untuk merencanakan, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, mengomunikasikan

kesimpulan, serta menilai rencana prosedur dan hasilnya, (2) berkomunikasi Ilmiah; Siswa

mengomunikasikan pengetahuan ilmiah hasil temuan dan kajiannya kepada berbagai

kelompok sasaran untuk berbagai tujuan, (3) Pengembangan Kreativitas dan Pemecahan

Masalah; Siswa mampu berkreativitas dan memecahkan masalah serta membuat keputusan

dengan menggunakan metode ilmiah, (4) Sikap dan Nilai Ilmiah; Siswa mengembangkan sikap

ingin tahu, tidak percaya takhayul, jujur dalam menyajikan data dan faktual, terbuka pada

pikiran dan gagasan baru, kreatif dalam menghasilkan karya ilmiah, peduli terhadap makhluk

hidup dan lingkungan, tekun dan teliti

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas 4 Semester II.

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Energi dan Perubahannya 7. Memahami gaya dapat mengubah

gerak dan/ atau bentuk benda

7.1 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya

(dorongan dan tarikan) dapat mengubah gerak benda.

7.2. Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk benda.

2.1.1.6 Pembelajaran IPA yang Efektif.

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 untuk SD/MI dijelaskan

mengenai pembelajaran IPA yaitu: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

10

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek

pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses

pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk

mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik

untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar BNSP (2007: 13).

Pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan dan dengan menggunakan pendekatan

serta model apapun harus benar-benar efektif. Dalam buku Kegiatan Belajar yang Efektif

(Depdiknas, 2003:5-6) pembelajaran yang efektif secara umum diartikan sebagai kegiatan

belajar mengajar yang memberdayakan potensi siswa (peserta didik) serta mengacu pada

pencapaian kompetensi individual masing-masing peserta didik.

Rusna Ristasa (2010:11) menyatakan, “Ada baiknya jika guru yang akan merancang

pembelajaran IPA di SD memperhatikan tujuh ciri utama pembelajaran efektif yang

memberdayakan potensi siswa sebagaimana diuraikan pada buku Kegiatan Belajar Mengajar

yang Efektif “. Ketujuh ciri itu adalah (1) berpijak pada prinsip kontruktivisme, (2) berpusat

pada siswa, (3) belajar dengan mengalami, (4) mengembangkan keterampilan sosial, kognitif,

dan emosional; (5) mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber- Tuhan; (6)

belajar sepanjang hayat; (7) perpaduan kemandirian dan kerja sama

Peneliti berpendapat bahwa penyelenggaraan pembelajaran IPA dengan pendekatan

dan model apapun harus memperhatikan pemberdayaan potensi siswa serta mengacu pada

pencapaian kompetensi individual siswa.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran sangat banyak macamnya di antaranya adalah model

konvensional (ceramah, latihan, penugasan) dan metode kooperatif (STAD, Jigsaw, Group

Investigation, Struktural).

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

11

Arends (dalam Sugiyanto, 2008:43) menyatakan bahwa model pembelajaran

kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Eliot Aronson dan teman-teman dari

Universitas Texas, kemudian di adaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas Hopkins.

Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dinyatakan pula oleh Arends

dalam Sumarni, (2010) bahwa “Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah tipe pembelajaran

kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab

atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada

anggota lain dalam kelompoknya.”

Model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah pembelajaran di mana siswa belajar

dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan

kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota kelompok lain (Lembar Ilmu

Pendidikan:1999; dalam Sumarni (2010)).

Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2002:30) mengatakan bahwa tidak semua

kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima

unsur model pembelajaran gotong-royong harus diterapkan yaitu saling ketergantungan positif,

tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses

kelompok.

Berdasarkan pengertian model jigsaw peneliti berpendapat bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran dengan berkelompok yang para

anggotanya berpencar untuk membentuk kelompok baru dan masing-masing anggota

kelompok baru bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu

mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompok semula (home teams).Hal

ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Johnson (1991 : 27) yang menyatakan

bahwa “Pembelajaran Kooperatif Jigsaw ialah kegiatan belajar secara kelompok kecil, siswa

belajar dan bekerja sama sampai kepada pengalaman belajar yang maksimal, baik

pengalaman individu maupun pengalaman kelompok”.

Tipe Jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif di mana pembelajaran

melalui penggunaan kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi

belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan mendapatkan pengalaman belajar yang

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

12

maksimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Pada pembelajaran tipe

Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan

anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 3-5 siswa yang setiap anggotanya

diberi nomor kepala 1-5. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu

kelompok yang disebut kelompok ahli.

2.1.2.2 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Istilah karakteristik menurut kamus berarti ciri-ciri khusus. Dalam pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw terdapat 3 karakteristik yaitu (1). kelompok kecil, (2) belajar bersama,

dan (3). pengalaman belajar. Esensi kooperatif learning adalah tanggung jawab individu

sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap

ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok optimal. Keadaan ini mendukung

siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-

sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.

2.1.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

2.1.2.3.1 Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Menurut Bahriatul Azizah (2006) dalam Mutoharoh (2008:89), model pembelajaran

tipe jigsaw memiliki kelebihan (a) dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di

antara siswa yang memiliki kemampuan belajar berbeda, (b) menerapkan bimbingan sesama

teman, (c) rasa harga diri siswa yang lebih tinggi, (d) memperbaiki kehadiran siswa, (e)

Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar, (f) sikap apatis berkurang, (g)

pemahaman materi lebih mendalam, dan (h) meningkatkan motivasi belajar.

Berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran menggunakan model jigsaw, peneliti

menemukan beberapa kelebihan model jigsaw sebagai berikut: (a) Pembelajaran tidak

membosankan karena semua anggota kelompok mendapat bagian yang berbeda, (b)

Penggunaan pembelajaran model jigsaw mampu melibatkan semua siswa secara aktif dan

bertanggung jawab dalam belajar, (c) Menanamkan dan membangun kerja sama yang baik

antar siswa dalam kelas, sehingga ketika siswa dewasa sudah terbiasa bekerja sama. Ketika

siswa belajar dalam kelompok pakar, siswa akan saling bekerja sama dan membantu siswa

yang mengalami hambatan dan kesulitan-kesulitan,(d) Siswa merasa dihargai dengan

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

13

kepercayaan yang diberikan kepadanya untuk mempelajari dan mengajarkan kepada anggota

kelompok. Perasaan tersebut akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa yang dapat

berkembang pada penampilan siswa untuk kesempatan yang lain, (e) Melatih sikap

menghargai dan saling menghormati. Ketika salah satu siswa dari kelompok ahli mengajarkan

materi yang sudah dipelajarinya, siswa anggota home team memperhatikan dengan sungguh-

sungguh, (f) Kompetensi yang lebih banyak dapat dicapai dalam waktu yang relatif lebih

singkat, (g) Menghemat, waktu. Dalam satu kali pembelajaran dapat menyelesaikan lebih

banyak sub-sub materi dengan penguasaan kompetensi yang lebih baik pula, (h) Cocok untuk

semua kelas/tingkatan, (i) Bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis,

mendengarkan, atau berbicara, (j) dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, (k)

Belajar dalam suasana gotong-royong mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah

informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi (l) Kelompok memiliki sumber

informasi maupun buah pikiran yang lebih kaya daripada yang dimiliki individu, (m) Dapat

meningkatkan pemahaman terhadap diri sendiri maupun orang lain dan meningkatkan

kemampuan individu untuk berinteraksi, (n) Melatih siswa menghadapi masalah secara

kelompok, (o) Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran dapat menigkat, (p)

Siswa mempunyai banyak kesempatan untuk menghargai perbedaan, (q) Mengurangi rasa

kurang percaya diri dalam diri siswa, (r) Menigkatkan motivasi, harga diri dan sikap positif

siswa, (s) Meningkatkan prestasi belajar siswa, (t) Pengayaan dapat diberikan lebih luas dan

kompleks, (u) Menantang guru untuk lebih kreatif dalam merancang pembelajaran yang

bermakna dan menyenangkan siswa, (v) Jika terjadi kegagalan pencapaian kompetensi

perbaikan lebih mudah dilaksanakan. Jika terjadi kegagalan pencapaian kompetensi perbaikan

lebih mudah dilaksanakan.

2.1.2.3.2 Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw .

Menurut Bahriatul Azizah (2006) dalam Mutoharoh (2008:8-9) metode jigsaw

memiliki kekurangan sebagai berikut:(a). Jika jumlah anggota kelompok kurang akan

menimbulkan masalah, misal jika ada anggota yang hanya membonceng dalam

menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.(b). Membutuhkan waktu yang lebih lama

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

14

apalagi bila ada penataan ruang yang belum berkondisi dengan baik, sehingga perlu waktu

untuk mengubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh,

Berdasarkan pengalaman dalam pembelajaran menggunakan metode jigsaw,

peneliti menemukan beberapa kelemahan model pembelajaran jigsaw sebagai berikut:(a). Jika

kelas belum pernah ataupun belum terbiasa pada kesempatan pertama peneliti sebagai guru

memerlukan waktu yang cukup lama untuk menanamkan pemahaman siswa terhadap

langkah-langkah/urutan kerja menggunakan metode jigsaw.(b). Pengawasan yang kurang

melekat terhadap semua anggota kelompok ahli memungkinkan kerja kelompok ada yang

macet, (c) Membutuhkan pengajar yang kreatif, (d) Memprasyaratkan siswa punya latar

belakang yang cukup untuk dapat membahas masalah yang akan didiskusikan

2.1.2.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah pembelajaran di mana siswa

belajar dalam kelompok bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan

kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut pada anggota kelompok lain (Lembar Ilmu

Pendidikan:1999; dalam Sumarni (2010)).

Langkah-langkah pembelajaran Model Jigsaw sebagai berikut (1). Kelas dibagi

menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakter yang

heterogen, (2) Bahan akademik disajikan dalam bentuk teks, dan setiap siswa bertanggung

jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut (3). Para anggota dari

beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian

akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian

bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok „pakar‟ (expert group), (4).

Selanjutnya siswa yang berada dalam kelompok semula (home teams) mengajar anggota lain

mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar, (5) Setelah diadakan pertemuan

dan diskusi dalam home teams, para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang

telah dipelajari. Dalam model jigsaw versi Slavin, pemberian skor dilakukan dengan cara tiap

siswa dan tiap tim diberi skor atas penguasaannya terhadap bahan ajar, kepada siswa

secara individu atau team yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan. Kadang

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

15

beberapa atau semua team memperoleh penghargaan jika mampu meraih suatu

kriteria/standar tertentu (Sugiyanto 2008:42-44).

Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw peneliti

memperoleh gambaran dalam bentuk diagram yang disesuaikan dengan jumlah siswa kelas 4

SDN Poncowarno Tahun Pelajaran 2012/2013.

Gambar Pembentukan kelompok jigsaw adalah sebagai berikut

Gambar 2.1

2.1.3. Hasil Belajar

2.1.3.1 Pengertian Belajar

Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses

pendidikan. Dalam kegiatan belajar siswa di anggap sebagai objek yang harus di beri berbagai

macam pengetahuan dan keterampilan agar dapat menambah pengetahuan yang dimiliki,

misalnya dengan membaca, menghafal pelajaran, mengerjakan soal dan sebagainya.

Pendapat ini menganggap siswa sebagai objek yang tidak diberi kesempatan

mengembangkan diri atau belajar dari pengetahuan atau pengetahuan yang di peroleh.

Belajar adalah suatu proses perubahan dari diri manusia itu sendiri, terbukti dengan

Kelompok

Asal 4

Kelompok

Asal 5

Kelompok

Asal 1

Kelompok

Asal 3

Kelompok

Asal 2

Kelompok

Ahli 1

Kelompok

Ahli 1

Kelompok

Ahli 1 Kelompok

Ahli 1

Belajar

materi 1

Belajar

Materi 2

Belajar

Materi 3

Belajar

Materi 4

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

16

munculnya tingkah laku baru misalnya, timbul wawasan baru dan rasa sosial yang

berkembang.

Slameto (2003:2) menjelaskan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memproleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.

Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali, baik sifat maupun jenisnya karena

itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti

belajar. Perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu perubahan terjadi secara

sadar, continue, positif dan aktif, terarah, dan mencakup seluruh aspek tingkah laku. Menurut

J.Bruner (dalam Slameto 2003:11) bahwa “belajar tidak untuk mengubah tingkah laku

sesorang tetapi untuk mengubah kurikulum sekolah menjadi sedemikian rupa sehingga siswa

dapat belajar lebih banyak dan mudah”. Dengan demikian alangkah baiknya bila sekolah

dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk maju dengan cepat sesuai dengan

kemampuan siswa dalam mata pelajaran tertentu. Partisipasi aktif dari siswa penting dalam

proses belajar untuk mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan dari tiap-tiap

siswa.

Selain itu Dimyati dan Mudjiono (2006:7) menyebutkan bahwa belajar merupakan

tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh

siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar, berhasil

atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar dan

mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa di sekolah maupun di

lingkungan keluarganya sendiri.

Belajar adalah „„perubahan tingkah laku yang relative tetap dan terjadi sebagai hasil

latihan dan pengalaman” (Morgan, dkk dalam Mulyana Sumantri dan J.Permana (2001:13).

Belajar merupakan suatu proses berfikir dalam menunjang perubahan tingkah laku

baik dari aspek kognitif, psikomotorik maupun afektif. Belajar tidak terjadi secara spontan

tetapi memerlukan waktu untuk mendapatkan hasil. Belajar tidak hanya semata-mata tekad

membaca melainkan lebih dari itu yaitu melalui diskusi, mengamati sesuatu, mencoba,

mempraktekkan , dan mendengarkan. Dengan belajar manusia dapat mempraktekkan hidup

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

17

serta mengembangkan dirinya sendiri dalam kehidupan masyarakat. Dengan demikian segala

yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan kesengajaan yang akhirnya dapat menambah

pengetahuan, keterampilan, dan perubahan tingkah laku adalah merupakan hasil dari kegiatan

belajar.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa belaajar

merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil dari transformasi informasi,

latihan dan pengalaman yang diterima secara aktif.

2.1.3.2 Ciri-ciri Kegiatan Belajar

Menurut Nasution (1992:3) cir-ciri belajar ada 3 (tiga) macam yaitu : (1) belajar adalah

aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun

potensial, (2) perubahan itu adalah didapatkannya kemampuan baru, (3) perubahan itu terjadi

karena usaha.

2.1.3.3 Unsur-unsur Belajar

Unsur-unsur belajar yang terkait dalam proses belajar menurut Nasution (1992;5)

terdiri dari (1) faktor dalam meliputi fisiologis dan psikologis, (2) faktor luar meliputi lingkungan

dan instrumental. Unsur-unsur belajar tersebut saling mempengaruhi satu sama lain dalam

menghasilkan keluaran tertentu.

2.1.3.4 Tujuan Belajar

Menurut Gagne dalam Mulyani Sumantri dan J.Permana (2001:14) tujuan yang ingin

dicapai dikelompokkan menjadi 5 (lima) yaitu (1) kemampuan intelektual yaitu mengarah pada

peningkatan kecerdasan, (2) strategi kognitif yaitu kemampuan memecahkan masalah, (3)

informasi verbal yaitu berupa kata-kata, kalimat dengan belajar kita memperoleh pengetahuan

/kemampuan mencari dan mengolah informasi, (4) keterampilan motorik yaitu kelincahan

gerak melakukan aktivitas cepat dan tepat, (5) sikap dan nilai-nilai yaitu dapat merubah sikap

dan nilai-nilai moral yang bertanggung jawab,percaya diri dan memiliki keyakinan

Penulis menyimpulkan bahwa tujuan belajar merupakan suatu harapan yang ingin

dicapai dalam kegiatan belajar..Tujuan belajar nerupakan komponen yang sangat penting,

karena suatu komponen yang ada dalam system pembelajaran yang dilaksanakan atas dasar

pencapaian tujuan.Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu sistem lingkungan atau

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

18

kondisi belajar yang baik. Sistem belajar dipengaruhi oleh berbagai komponen yang saling

mempengaruhi.

2.1.3.5 Hasil Belajar

Hasil belajar mengacu pada segala sesuatu yang menjadi milik siswa akibat dari

kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menurut Angkowo (2007:47) dalam Rusna Ristasa

(2010:19) “Belajar adalah perubahan persepsi dan pema-haman. Perubahan persepsi dan

pemahaman ini tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang diamati. Belajar akan

efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan.”

Menurut Bloom dkk dalam Sumarni (2011) tujuan atau hasil belajar digolongkan dalam

tiga domain: kognitif, afektif, dan psikomotor. Pembagian hasil belajar ke dalam ketiga domain

tersebut sifatnya tidak terpisah secara tegas. Artinya pada waktu mengembangkan hasil

belajar kognitif tidak berarti guru tersebut tidak mengembangkan hasil belajar afektif dan

psikomotor. Pembagian ini dilakukan mengingat mata pelajaran memiliki ciri-ciri tertentu yang

mendapat tugas untuk mengembangkan hasil belajar tertentu pula.

2.1.4 Hubungan antara Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw dengan Hasil Belajar

Pengertian pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh

guru sedemikan rupa sehingga tingkah laku siswa menjadi kearah yang lebih baik. Model

pembelajaran kooperatif tipe jigasaw adalah pembelajaran dimana siswa belajar dalam

kelompok dan bertanggung jawab atas penguasaan materi belajar yang ditugaskan

kepadanya lalu mengajarkan bagian tersebut kepada anggota kelompok lain.

Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupaka tipe model pembelajaran

kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara

heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas

ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut

kapada kelompok yang lain (Arends, 1997).

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

19

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap

pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari

materi yang diberikan, tetapi mereka juga siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut

pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu

dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang

ditugaskan” (Lie,A., 1994).

Dengan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas

ketuntasan bagian materi pelajaran yang diberikan kepada kelompoknya dan materi pelajaran

yang diterima dari kelompoknya maka angka ketuntasan maupun hasil belajar lebih tinggi dan

lebih baik atau dikatakan hasil belajar meningkat.

2.1.5 Media Benda Asli

2.1.5.1 Pengertian Media

Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari medium yang berarti

perantara yang dipakai untuk menunjukkan alat komunikasi. Secara harfiah media diartikan

sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan atau sebagai

medium untuk perantara.

Beberapa ahli telah mengemukakan pengertian tentang media pembelajaran antara

lain Gagne dan Reisen (dalam Mulyani Sumantri, 2001 : 150 ), mendefinisikan media

pengajaran sebagai “ alat fisik dimana pesan – pesan instruksional dikomunikasikan”.Jadi

seorang instruktur, buku cerita, pertunjukan film, atau tape recorder, dan lain – lain peralatan

fisik yang mengkomunikasikan pesan instruksional dianggap sebagai media, Dalam Dinje

Borman Rumumpuk (1988:6) dalam Mulyani Sumantri (2001 : 153), mendefinisikan “media

pengajaran sebagai setiap alat, baik software maupun hardware yang dipergunakan sebagai

media komunikasi dan yang tujuannya untuk meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar

Mulyani Sumantri (2001 : 153), menyatakan bahwa media pengajaran adalah segala alat

pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk menyampaikan bahan–bahan

instruksional dalam proses belajar mengajar sehingga memudahkan pencapaian tujuan

pengajaran tersebut.

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

20

Peneliti berpendapat bahwa media merupakan alat bantu guru dalam mengajar

untuk menyampaikan pesan kepada siswa, dan dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian, dan kemauan sehingga proses pembelajaran lebih jelas, menarik, menyenangkan,

dan efektif dalam mencapai tujuan pebelajaran.

2.1.5.2. Tujuan Penggunaan Media

Secara umum tujuan penggunaan suatu media yaitu untuk membantu guru

menyampaikan pesan-pesan secara mudah kepada siswa, sehingga siswa dapat menguasai

pesan-pesan tersebut secara tepat dan akurat.

Sedangkan secara khusus media pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai

berikut:(a) Memberi kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep, prinsip

dan keterampilan tertentu.Dengan menggunakan media yang paling tepat untuk karakteristik

bahan ajar, (b) Memberi pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih

merangsang minat peserta didik untuk belajar; (c) Menumbuhkan sikap dan keterampilan

tertentu dalam teknologi, karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau

mengoperasikan media tertentu, (d) Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan

peserta didik (dalam Mulyani Sumantri, 2001 : 153 ).

Peneliti berpendapat bahwa tujuan penggunaan media adalah untuk memudahkan

guru dalam menyampaikan pesan dan memudahkan siswa dalam menerima pesan baik

berupa konsep-konsep maupun keterampilan-keterampilan, dan sikap-sikap dalam

pembelajaran.

2.1.5.3 Fungsi Media Pembelajaran

Media pembelajaran sebagai segala sesuatu yang digunakan untuk mengantarkan

atau menyampaikan pesan, secara umum media berfungsi sebagai (a) alat bantu untuk

mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif, (b) bagian integral dari keseluruhan situasi

mengajar, (c) meletakkan dasar-dasar yang kongkrit dari konsep yang abstrak sehingga dapat

mengurangi pemahaman yang bersifat verbalisme, (d) membangkitkan motivasi belajar

peserta didik, (e) mempertinggi mutu proses pengajaran ( Mulyani Sumantri 2001:154 ).

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

21

Sedangkan menurut Derek Rowantrie (1982:168) dalam Mulyani Sumantri (2001:154 )

menyebutkan fungsi media pendidikan atau pengajaran, adalah (a) engange the Student‟s

motivation (membangkitkan motivasi belajar), (b) recall earlier learning (mengulang apa

yang telah dipelajari), (c) provide new learning stimuli (menyediakan stimulus belajar), (d)

activate the student‟s response (mengaktifkan respons peserta didik), (e) give speedy

feedback (memberi balikan dengan cepat/segera) dan (f) encourage appropriate practice

(menggalakkan latihan yang serasi).

Peneliti berpendapat bahwa fungsi media pengajaran yaitu sebagai alat bantu untuk

memberikan stimulus dalam mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif dan dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa, supaya dapat mempertinggi mutu proses

pembelajaran.

2.1.5.4 Alasan Penggunaan Media

Penggunaan media pengajaran bertitik tolak pada dua hal , yaitu (a) belajar

merupakan perubahan perilaku.“ Perubahan perilaku terjadi akibat adanya suatu proses yang

diawali dengan adanya rangsangan yang kemudian diolah menjadi persepsi. Untuk

menanggulangi hambatan terbentuknya persepsi harus diupayakan suatu bentuk alat bantu

yang memudahkan atau mengurangi hambatan – hambatan penguasaan kemampuan peserta

didik” ( Mulyani Sumantri, 2001 : 155 ).(b) belajar merupakan proses komunikasi“ Proses

komunikasi adalah proses penyampaian pesan dari sumber ke penerima. Media digunakan

untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan hambatan – hambatan tersebut”.( Mulyani

Sumantri, 2001 : 155 ).

Berdasarkan alasan penggunaan media, peneliti berpendapat bahwa pembelajaran

perlu menggunakan media karena perubahan perilaku dan proses komunikasi perlu adanya

rangsangan untuk terbentuknya persepsi yang benar, agar proses tersebut tidak mengalami

banyak hambatan harus diupayakan alat bantu atau media.

2.1.5.5 Prinsip – Prinsip Pemilihan Suatu Media

Dalam proses pengajaran hendaknya seorang guru menggunakan media pengajaran

yang sesuai agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan optimal. Adapun prinsip- prinsip

pemilihan media meliputi (a) memilih media harus berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

22

bahan ajar yang akan disampaikan, (b) memilih media harus disesuaikan dengan tingkat

perkembangan peserta didik, (c) memilih media harus disesuaikan dengan kemampuan guru,

baik dari pengadaannya maupun penggunaannya, (d) memilih media harus disesuaikan

dengan situasi dan kondisi atau pada waktu, tempat, dan situasi yang tepat, (e) memilih media

harus memahami karakteristik dari media itu sendiri.( Mulyani Sumantri, 2001 : 156 ).

Sedangkan fakta – fakta yang harus dipertimbangkan dalam memilih media

pengajaran adalah (a) objektifitas yaitu pemilihan suatu media tidak didasarkan karena

kesukaan pribadi atau sekedar hiburan, sehingga menghiraukan kegunaan dan relevansinya

dengan bahan ajar dan karakteristik peserta didik, (b) program pengajaran artinya dalam

memilih media harus disesuaikan dengan program pengajaran, karena tidak semua media

dapat digunakan untuk semua program pengajaran, (c) situasi dan kondisi artinya pemilihan

media harus disesuaikan dengan situasi belajar mengajar yaitu disesuaikan dengan metode

mengajar, materi pelajaran, serta lingkungan sekolah dan kelas, (d) kualitas teknik yaitu

kesiapan operasional media sebelum digunakan, misalnya untuk video compact disk apakah

kondisinya masih bagus atau sudah rusak, (e) keefektifan dan efisien penggunaan artinya

penggunaan media bukan semata–mata karena melaksanakan salah satu komponen -

komponen tetapi apakah media itu betul – betul berguna untuk memudahkan pemahaman

peserta didik. ( Mulyani Sumantri, 2001 : 156 ).

Peneliti berpendapat bahwa prinsip – prinsip pemilihan suatu media yaitu harus

berdasarkan pada tujuan pembelajaran dan bahan ajar/materi yang harus disesuaikan dengan

tingkat perkembangan siswa, situasi dan kondisi, dan harus memahami karakteristik dari

media itu sendiri serta meperhatikan efektifitas dan efisiensi penggunaan media.

2.1.5.6 Berbagai Jenis Media Pembelajaran

Media yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran itu banyak jenisnya namun Sri

Anitah Wiryawan dan Noorhadi (1994) dalam Mulyani Sumantri & J.Permana (2001:158)

mengklasifikasikan menjadi (1) media visual, (2) media audio, (3) media audio-visual, (4)

media (benda) asli dan orang.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah, peneliti menggunakan media

benda asli.

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

23

2.1.5.7 Media Benda Asli

2.1.5.7.1 Pengertian Media benda Asli

Media benda asli merupakan benda yang sebenarnya atau benda yang berwujud

benda sesungguhnya yang membantu pengalaman nyata peserta didik (Mulyani Sumantri,

2001 : 161 ).

Menurut peneliti media benda asli adalah alat bantu guru dalam pembelajaran berupa

benda sebenarnya atau benda yang berwujud benda sesungguhnya yang membantu

memberikan pengalaman nyata kepada siswa.

2.1.5.7.2 Tujuan Penggunaan Media Benda Asli

Menurut ahli atau peneliti yang lain, peneliti belum menemukan tujuan penggunaan

media benda asli secara spesifik. Namun berdasarkan pengalaman dan keterangan yang

ditemukan dapat dirumuskan tujuan penggunaan media benda asli sebagai berikut: (a)

Memberi kemudahan kepada siswa untuk memiliki ingatan yang tahan lama terhadap materi

yang dipelajarinya sehingga kompetensi yang dicapai siswa bersifat permanen dan sulit

dilupakan, jika di kemudian hari siswa lupa, maka akan mudah teringat kembali hanya dengan

stimulus yang kecil yaitu dengan melihat benda asli/tiruan atau bahkan hanya gambar saja, (b)

Menciptakan belajar dengan pengalaman nyata dan bermakna, (c) Supaya siswa lebih tertarik

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dalam rangka membangun pengetahuan siswa, (d)

Membentuk sikap mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan dengan

pengalaman nyata dan bermakna yang telah diperoleh siswa.

2.1.5.7.3 Fungsi Media Benda Asli

Menurut Mulyani Sumantri (2001:176) fungsi media benda asli (a) Memberi

pengalaman nyata dalam kehidupan, (b) Menarik minat belajar.

Berdasarkan fungsi di atas dan pengalaman peneliti dalam pembelajaran

menggunakan media benda asli, peneliti berpendapat bahwa fungsi media benda asli yaitu (a)

Memberi pengalaman nyata dalam kehidupan; (b) Menarik minat siswa; (c) Juga menjadikan

belajar lebih bermakna bagi siswa; dan (d) Memperkuat motivasi siswa dalam pembelajaran

di sekolah maupun belajar siswa di luar sekolah.

2.1.5.7.4 Alasan Penggunaan Media Benda Asli

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

24

Menurut peneliti alasan penggunaan media benda asli karena (a) belajar/perubahan

perilaku dan proses komunikasi siswa perlu adanya rangsangan, (b) mempermudah siswa

untuk terbentuknya persepsi yang benar, agar proses tersebut tidak mengalami banyak

hambatan; (c) Pembentukan peresepsi harus diupayakan secara kuat oleh guru agar

terbentuk suatu pengalaman belajar murid yang bermakna.

2.1.5.7.5 Kekuatan Media Benda Asli

Media benda asli memiliki kekuatan (a) Benda asli memberikan pengalaman yang

sangat berharga dan nyata karena langsung dalam dunia sebenarnya, (b) Benda asli memiliki

ingatan yang tahan lama dan sulit dilupakan, (c) Pengalaman nyata dapat membentuk sikap

mental dan emosional yang positif terhadap hidup dan kehidupan; (d) Benda asli dan model

dapat dikumpulkan dan dicari; (e) Benda asli dapat dikoleksi orang.

2.1.5.7.6 Cara Menggunakan Media Benda Asli

Cara menggunakan media benda asli disesuaikan dengan jenis media benda asli

yang dipilih untuk digunakan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini adalah gaya. Jadi

media benda asli yang digunakan adalah benda-benda yang terkait dengan gerak dan gaya

misalnya sepeda, tempat kapur, kelereng, bola, plastisin, adonan kue, meja, kursi, kaleng,

pisau pemotong, wortel,kue, cetakan kue, sterofoam, kawat, gunting, dan lain-lain

Pada dasarnya cara penggunaan media benda asli sebagai media pembelajaran

gaya disajikan dengan cara mempraktekkan atau eksperimen benda-benda/berbagai alat

dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan gaya disertai lembar kerja siswa (LKS)

pada kelompok ahli. Cara menggunakan masing-masing alat sebagai berikut: Siswa diminta

memindahkan benda misalnya tempat kapur, meja, kursi dll (b). Guru meminta salah seorang

siswa menendang bola, seorang siswa menghadang bola tersebut, menangkap dan melempar

bola, (c) siswa yang lain juga mempraktekkan melempar kelereng diarahkan agar menyentuh

kelereng lain yang tadinya diam (d) salah seorang naik sepeda, yang lain mendorong (e)

memotong wortel,sterofoam ataupun kue,membuat bentuk hewan atau buah dari plastisin,

mencetak adonan kue, (f) kaleng diinjak hingga penyok. Guru meminta siswa untuk

bereksperimen dan mencari contoh dalam kehidupan sehari-hari melalui diskusi pada

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

25

kelompok ahli dan disampaikan pada kelompok asal dan didiskusikan dan dibahas kembali

pada kelompok asal .

2.2. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mutoharoh tahun 2009

berjudul Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Learning Metode Jigsaw dalam Peningkatan

Hasil Belajar PKn Siswa Kelas 5 SDN 5 Kebumen Tahun 2008/2009. Hasil penelitian tersebut

melalui pembelajaran kooperatif model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yang dilakukan

setiap siklus menghasilkan peningkatan hasil belajar yang signifikan.

Penelitian lain yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumarni dengan

judul Penggunaan Model Jigsaw dan Penggunaan Media Benda Asli untuk Meningkatkan

Hasil Belajar IPA tentang Pesawat Sederhana pada siswa Kelas 5 SDN Poncowarno,

Kecamatan Poncowarno Kabupaten Kebumen Tahun 2009/2010. Hasil penelitian tersebut

adalah:(1) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan media benda asli

kompetensi dasar menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat pekerjaan lebih

mudah dan cepat mampu meningkatkan keaktifan belajar siswa sebesar 52,17% dari siklus I

ke siklus II; (2) Mampu meningkatkan tanggung jawab belajar siswa sebesar 56,52% dari

siklus I ke siklus II; (3) Mampu memberikan tingkat penguasaan materi yang lebih baik pada

hasil belajar dengan kenaikan ketuntasan belajar sebesar 34,78% dari siklus I ke siklus II.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

26

2.3. Kerangka Pikir

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pikir

Berdasarkan skema dapat disimpulkan bahwa (1) pembelajaran IPA tentang Gaya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media benda asli pada

siswa kelas 4 SDN Poncowarno tahun pelajaran 2012/2013 dapat meningkatkan hasil belajar,

(2) dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw berbantuan media benda

asli, tujuan pembelajaran tercapai.

2,3,1 Hipotesis Tindakan

Dengan memperhatikan dan merujuk beberapa pendapat, dapat disusun hipotesis

tindakan sebagai berikut: (1) Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

berbantuan media benda asli diduga dapat meningkatkan keaktifan dalam mmengikuti

pembelajaran IPA tentang gaya, (2),Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

berbantuan media asli diduga dapat meningkatkan hasil belajar IPA tentang gaya pada siswa

kelas 4 SDN Poncowarno Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013

Penerapan Model

Pembelajaran

Kooperatif tipe

Jigsaw melalui

media Benda Asli Pemantapan

penggunanaan

model

pembelajaran

kooperatif tipe

jigsaw

Hasil Belajar

Rendah

Proses

belajar

mengajar

Hasil Belajar

Meningkat

Hasil belajar

lebih meningkat

pembelajaran

tercapai

Model

Pembelajaran

Konvensional

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 2.1.1 - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3760/3/T1_262012619_BAB II.pdf7 ” IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam

27