BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu...

23
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam Maslichah Asy’ari (2006: 7) menyebutkan bahwa “ Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. IPA atau sains secara umum dapat dikatakan sebagai pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung makna bahwa IPA kecuali sebagai produk yaitu pengetahuan manusia juga sebagai prosesnya yaitu bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut. Menurut Subiyanto (1998: 2), IPA adalah body knowledge. IPA adalah suatu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum. IPA merupakan pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan praktik. IPA juga dapat diartikan sebagai suatu cabang study yang bersangkut-paut dengan observasi dan klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi dan hipotesis. Berdasarkan uraian di atas, dapat dikaji bahwa IPA merupakan suatu ilmu pengetahuan tentang alam ini atau ilmu yang mempelajari tentang peristiwa- peristiwa yang terjadi di alam ini dimana di dalamnya terdapat teori sistematis yang berhubungan dengan gejala-gejala alam yang lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen dan menuntut sikap ilmiah seperti sikap jujur, rasa ingin tahu, dan mempunyai sikap yang terbuka. 2.1.2 Pembelajaran IPA IPA merupakan suatu ilmu yang mencakup pengetahuan berupa produk yang berisi fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori tentang IPA serta keterampilan dalam melakukan suatu penelitian tentang alam secara ilmiah dan sistematis. Pada IPA bukan hanya itu saja, namun juga merupakan suatu proses

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. 2.1...7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Ilmu...

  • 7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Kajian Teori

    2.1.1 Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam

    Maslichah Asy’ari (2006: 7) menyebutkan bahwa “ Ilmu Pengetahuan Alam

    (IPA) berasal dari kata natural science. Natural artinya alamiah dan berhubungan

    dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan”. IPA atau sains secara

    umum dapat dikatakan sebagai pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh

    dengan cara yang terkontrol. Penjelasan ini mengandung makna bahwa IPA

    kecuali sebagai produk yaitu pengetahuan manusia juga sebagai prosesnya yaitu

    bagaimana cara mendapatkan pengetahuan tersebut.

    Menurut Subiyanto (1998: 2), IPA adalah “body knowledge. IPA adalah

    suatu cabang pengetahuan yang mengangkat fakta-fakta yang tersusun secara

    sistematis dan menunjukkan berlakunya hukum-hukum umum”. IPA merupakan

    pengetahuan yang didapat dengan jalan study dan praktik. IPA juga dapat

    diartikan sebagai suatu cabang study yang bersangkut-paut dengan observasi dan

    klasifikasi fakta-fakta terutama dengan disusunnya hukum umum dengan induksi

    dan hipotesis.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dikaji bahwa IPA merupakan suatu ilmu

    pengetahuan tentang alam ini atau ilmu yang mempelajari tentang peristiwa-

    peristiwa yang terjadi di alam ini dimana di dalamnya terdapat teori sistematis

    yang berhubungan dengan gejala-gejala alam yang lahir dan berkembang melalui

    metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen dan menuntut sikap ilmiah seperti

    sikap jujur, rasa ingin tahu, dan mempunyai sikap yang terbuka.

    2.1.2 Pembelajaran IPA

    IPA merupakan suatu ilmu yang mencakup pengetahuan berupa produk

    yang berisi fakta, konsep, prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori tentang IPA serta

    keterampilan dalam melakukan suatu penelitian tentang alam secara ilmiah dan

    sistematis. Pada IPA bukan hanya itu saja, namun juga merupakan suatu proses

  • 8

    penemuan. Proses penemuan yang dimaksud yaitu dengan pemberian pengalaman

    secara langsung kepada siswa. Melalui pemberian pengalaman langsung kepada

    siswa, diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan agar memahami

    alam sekitar secara ilmiah.

    Trianto (2010:136) menyebutkan bahwa IPA merupakan suatu kumpulan

    teori yang sistematis, penerapanya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam,

    lahir, dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen

    serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

    Berdasarkan dua penjelasan tentang IPA yang telah dipaparkan, dapat

    disimpulkan bahwa IPA adalah ilmu pengetahuan tentang alam semesta, termasuk

    gejala-gejala alam yang terjadi dan didasarkan oleh pengalaman.Pembelajaran

    IPA akan lebih baik jika dilaksanakan secara inkuiri, sehingga dapat

    menumbuhkan kemampuan berpikir siswa secara aktif, bekerja keras dan bersikap

    secara ilmiah dan sistematis.IPA yang diajarkan di SD hendaknya dapat membuka

    kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu anak didik secara alamiah. Hal

    tersebut akan membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan bertanya dan

    mencari jawaban berdasarkan bukti yang diperoleh serta menngembangkan cara

    berpikir yang dimiliki secara ilmiah. IPA bila diajarkan secara tepat, maka dapat

    melatih siswa untuk berpikir kritis dan objektif.

    Menurut Samatowa (2010:6-7), IPA dapat diaplikasikan dengan

    menggunakan teori perkembangan kognitif sebagai berikut: (a) konsep IPA dapat

    berkembang dengan baik, hanya bila pengalaman generalisasi-generalisasi abstrak

    didahului dengan pengalaman langsung. Metode seperti ini berlawanan dengan

    metode tradisional, dimana pada konsep IPA dikenalkan secara verbal saja, dan

    (b) daur belajar yang dapat mendorong perkembangan konsep IPA sebagai

    berikut:

    1. Eksplorasi, merupakan tahap awal dari daur belajar. Pada tahap ini guru tidak

    berperan secara langsung. Tapi siswa yang berperan aktif dengan mengalami

    dan mengindra objek secara langsung.

    2. Generalisasi, merupakan tahap menarik kesimpulan dari beberapa informasi

    yang diperoleh siswa dengan guru hanya berperan secara tradisional. Guru

  • 9

    mengumpulkan informasi dari pengalaman yang dimiliki siswa dalam

    eksplorasi.

    3. Deduksi, merupakan tahap pengaplikasian konsep baru (generalisasi) itu pada

    situasi dan kondisi yang baru. Pada tahap ini siswa juga terlibat secara aktif

    dalam berbagai kegiatan.

    Menurut Samatowa (2010:10), juga ada berbagai aspek penting yang dapat

    diperhatikan guru dalam memberdayakan anak melalui pembelajaran IPA adalah:

    (a) pentingnya memahami bahwa pada saat memulai kegiatan pembelajarannya,

    anak telah memiliki berbagai konsepsi, pengetahuan yang relevan dengan apa

    yang mereka pelajari. Pemahaman akan pengetahuan apa yang dibawa anak dalam

    pembelajaran akan sangat berdaya guna untuk membantu anak meraih

    pengetahuan yang seharusnya mereka miliki. (b) aktivitas anak melalui berbagai

    kegiatan nyata dengan alam menjadi hal utama dalam pembelajaran IPA.

    Aktivitas ini dapat dilakukan di laboratorium, di kelas dengan berbagai alat

    bantuan belajar, atau bahkan di lingkungan sekolah. Malalui aktivitas nyata ini

    anak akan dihadapkan langsung dengan fenomena yang akan dipelajari, dengan

    demikian barbagai aktivitas itu memungkinkan terjadinya proses belajar yang

    aktif. (c) pada setiap pembelajaran IPA kegiatan bertanya menjadi bagian yang

    penting, bahkan menjadi bagian yang paling utama dalam pembelajaran. Melalui

    kegiatan bertanya, anak akan berlatih menyampaikan gagasan dan memberikan

    respon yang relevan terhadap suatu masalah yang dimunculkan. Bertanya

    merupakan ciri utama dalam pembelajaran IPA, dengan berbagai pertanyaan yang

    diajukan, IPA dapat dikembangkan, oleh karena itu bertanya memiliki peran

    penting dalam upaya membangun pengetahuan selama pembelajaran.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dikaji bahwa pembelajaran IPA yang baik

    harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Penggunaan media

    dalam pembelajaran akan menambah pengalaman belajar yang dimiliki siswa,

    membuat siswa menjadi tidak bosan, dan memberikan pengalaman belajar yang

    menarik kepada siswa.

    Sekolah Dasar perlu didasarkan pada pengalaman untuk membantu siswa

    belajar IPA, mendeskripsikan dan menjelaskan hasil kerja dan

  • 10

    prosedurnya.Tujuan utama pembelajaran IPA SD adalah membantu siswa

    memperoleh ide, pemahaman, dan keterampilan esensial yang perlu dimiliki siswa

    untu kmampu mengamati benda dan lingkungan sekitar, kemampuan

    mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, menanggapi dan

    memecahkan masalah secara efektif.

    2.1.3 Tujuan Mata Pelajaran IPA

    Mata Pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki

    kemampuan sebagai berikut(Permendiknas Nomor 22 tahun 2006): (a)

    memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan

    keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya, (b) mengembangkan

    pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat

    diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (c) mengembangkan rasa ingin tahu,

    sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi

    antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (d) mengembangkan

    keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan

    membuat keputusan, (e) meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam

    memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (f) meningkatkan

    kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu

    ciptaan Tuhan, dan (g) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan

    IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

    2.1.4 Keaktifan Belajar

    2.1.4.1 Pengertian Keaktifan Belajar

    Menurut Sardiman (2001: 98) proses pembelajaran pada hakekatnya untuk

    mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui berbagai interaksi

    dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang

    penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang

    bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian

    yang tidak dapat dipisahkan.

    Sedangkan menurut Sardiman (1986: 95) keaktifan siswa dalam kegiatan

    belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

    Mereka aktif membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang

  • 11

    mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa

    Indonesia aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Segala pengetahuan harus

    diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri,

    dengan bekerja sendiri dengan fasilitas yang diciptakan sendiri , baik secara

    rohani maupun teknik.

    Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar merupakan segala

    kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik siswa dalam proses kegiatan belajar

    mengajar yang optimal sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi

    kondusif. Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas, baik

    aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa giat aktif dengan anggota

    badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan

    mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis

    (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–banyaknya atau banyak

    berfungsi dalam rangka pembelajaran.

    2.1.4.2 Klasifikasi Keaktifan

    Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.

    Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim

    terdapat di sekolah-sekolah tradisonal. Jenis – jenis aktivitas siswa dalam belajar

    adalah sebagai berikut (Sardiman, 1988: 99) :

    1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,

    memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

    2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

    mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

    3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi ,

    musik,pidato.

    4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan,angket, menyalin.

    5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

    6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan,

    membuat konstruksi, bermain.

    7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,

    memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

  • 12

    8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembira,

    bersemangat, bergairah, tenang.

    Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat sejauh mana

    keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Nana Sudjana (2004:

    61) menyatakan keaktifan siswa dapat dilihat dalam hal: (1) turut serta dalam

    melaksanakan tugas belajarnya; (2) terlibat dalam pemecahan masalah; (3)

    Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan yang

    dihadapinya; (4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

    pemecahan masalah;(5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk

    guru;(6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang diperolehnya; (7)

    Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis; (8) Kesempatan

    menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh dalam menyelesaikan tugas

    atau persoalan yang dihadapinya.

    Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa dapat dilihat

    dari berbagai hal seperti memperhatikan ( visual activities), mendengarkan,

    berdiskusi, kesiapan siswa bertanya, keberanian siswa, mendengarkan,

    memecahkan soal (mental activities).

    2.1.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan

    Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan

    mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik juga dapat berlatih untuk

    berfikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam

    kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem

    pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan peserta didik

    dalam proses pembelajaran.

    Martinis (2007:84) menyebutkan faktor-faktor yang dapat menumbuhkan

    keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu: 1) Memberikan motivasi atau

    menarik perhatian siswa sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan

    pembelajaran, 2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada

    siswa), 3) Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa, 4) Memberikan

    stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari), 5) Memberikan

    petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya, 6) Memunculkan aktivitas,

  • 13

    partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, 7) Memberi umpan balik (feed

    back), 8) Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes sehingga

    kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur, 9) Menyimpulkan setiap materi

    yang disampaikan diakhir pembelajaran.

    Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan siswa pada

    saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman (2009:26-27) “

    cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa diantaranya yaitu abadikan waktu yang

    lebih banyak untuk kegiatan belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa secara

    efektif dalam kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang jelas

    dan tepat sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai”. Selain memperbaiki

    keterliban siswa juga dijelaskan cara meningkatkan keterlibatan siswa atau

    keaktifan siswa dalam belajar. Cara meningkatkan keterlibatan atau keaktifan

    siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang kurang

    terlibat dan menyelidiki penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk

    meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan-

    kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan

    keinginan siswa untuk berfikir secara aktif dalam kegiatan belajar.

    Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan keaktifan

    dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti menarik atau memberikan

    motivasi kepada siswa dan keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu cara

    meningkatkan keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang kurang

    terlibat dalam proses pembelajaran.

    2.1.5 Pengertian Hasil Belajar

    Menurut Marimba (1978: 143) mengatakan bahwa hasil adalah

    kemampuan seseorang atau kelompok yang secara langsung dapat diukur”.

    Sedangkan menurut Nawawi (1981: 127), berdasarkan tujuannya hasil

    belajar dibagi menjadi tiga macam, yaitu:

    1. Hasil belajar yang berupa kemampuan keterampilan atau kecapakan di

    dalam melakukan atau mengerjakan suatu tugas, termasuk di dalamnya

    keterampilan menggunakan alat.

  • 14

    2. Hasil belajar yang berupa kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan

    tentang apa yang dikerjakan.

    3. Hasil belajar yang berupa perubahan sikap dan tingkah laku.

    Hasil belajar yang dicapai siswa menurut Sudjana (1990:56), melalui

    proses belajar mengajar yang optimal ditunjukkan dengan ciri-ciri sebagai berikut.

    1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

    intrinsik pada diri siswa. Siswa tidak mengeluh dengan prestasi yang

    rendah dan ia akan berjuang lebih keras untuk memperbaikinya atau

    setidaknya mempertahankan apa yang telah dicapai.

    2. Menambah keyakinan dan kemampuan dirinya, artinya ia tahu

    kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia mempunyai potensi yang tidak

    kalah dari orang lain apabila ia berusaha sebagaimana mestinya.

    3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya, seperti akan tahan lama

    diingat, membentuk perilaku, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

    kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

    kreativitasnya.

    4. Hasil belajar yang diperoleh siswa secara menyeluruh (komprehensif),

    yakni mencakup ranah kognitif, pengetahuan atau wawasan, ranah afektif

    (sikap) dan ranah psikomotorik, keterampilan atau perilaku.

    5. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan diri

    terutama dalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan

    mengendalikan proses dan usaha belajarnya.

    Dari definisi hasil belajar yang dikemukakan beberapa tokoh diatas, dapat

    disimpulkan, hasil belajar adalah keberhasilan seorang siswa dalam mempelajari

    mata pelajaran yang berupa skor atau nilai.

    2.1.6 Quantum Teaching

    2.1.6.1Pengertian Quantum Teaching

    Quantum memiliki arti interaksi yang mengubah energi cahaya. Quantum

    Teaching adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan

    di sekitar momen belakar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk

  • 15

    belajar yang mempengaruhi kesuksesan siswa, De Porter, dkk ( 2003:5 ).

    Pendapat diatas mempunyai arti bahwa mengubah tenaga, pikiran, dan bakat guru

    serta siswa untuk menjadikan perubahan yang positif pada diri siswa sehingga

    bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

    De Porter dkk ( 2003:6 ) menyatakan bahwa segala hal yang dilakukan

    dalam kerangka Quantum Teaching setiap interaksi dengan siswa, setiap

    rancangan kurikulum dan setiap metode intruksional di bangun diatas prinsip : “

    Bawalah Dunia Mereka ke dalam Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke dalam

    Dunia Mereka “. Prinsip tersebut menuntut guru untuk memasuki dunia siswa

    sebagai langkah pertama pembelajaran selain itu juga mengharuskan guru untuk

    membangun jembatan auntetik memasuki kehidupan siswa. Pemanfaatan

    pengalaman siswa salah satu cara yang tepat agar siswa berperan aktif dan dapat

    sebagai pondasi guru untuk membelajarkan siswa untuk berfikir secara luas dan

    menyeluruh atau comprehensive, teliti, kritis, dan berfikir maju. Hal-hal positif

    tersebut dapat menimbulkan pemahaman-pemahaman baru yang positif.

    Dalam pembelajaran juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran

    merupakan lukisan yang indah. Warna, gambar, teknik lukis, lukisan memiliki

    sketsa dasar. Sketsa dasar ini dapat disebut prinsip-prinsip dasar pembelajaran. De

    Porter dkk ( 2003:6-34 ) mengemukakan prinsip-prinsip dasar pembelajaran

    menggunakan pembelajaran Quantum Teaching ada lima macam, sebagai berikut:

    a. Ketahulah bahwa segalanya berbicara dalam pembelajaran Quantum

    Teaching. Segalanya Segala sesuatu mulai dari lingkungan

    pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh guru, penataan ruang guru

    sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh guru samapai

    dengan rancangan pembelajaran semuanya mengirim pesan tentang

    pembelajaran.

    b. Ketahuilah segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam proses

    pengubahan energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada

    kejadian yang tidak bertujuan, baik siswa maupun guru harus

    menyadari bahwa kejadian yang dibuatnya selalu bertujuan.

  • 16

    c. Sadarlah bahwa pengalaman mendahulu penanaman proses

    pembelajaran paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami

    informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka

    pelajari. Dikatakan demikian otak manusia berkembang pesat dengan

    adanya stimulun yang komplek yang selanjutnya akan menggerakkan

    rasa ingin tahu siswa.

    d. Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam embelajaran.

    Pembelajaran atau belajar selalu mengandung resiko besar. Dikatakan

    demikian karena pembelajaran berarti melangkah ke luar dari

    kenyataan dan kemapanan di samping berarti membongkar

    pengetahuan sebelumnya. Pada waktu siswamelakukan langkah keluar

    ini, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan

    keparcayaan diri mereka. Bahkan sekalipun mereka bebruat kesalahan,

    perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan. Pengakuan

    disini harus bersifat positif, jika terdapat siswa yang salah dalam

    mengerjakan dan bertindak, cara menegur seorang guru harus tetap

    menggunakan kata-kata yang positif. Ungkapan yang baik atau positif

    terhadap siswa akan membantu siswa berfokus pada tindakannya yang

    baik, sehingga siswa akan mengulang tindakan yang baik mereka

    untuk mendapatkan pengakuan.

    e. Sadarlah bahwa sesuatu jika layak dipelajari, maka layak pula

    dirayakan keberhasilannya, perayaan atas apa yang telah

    dipelajaridapat memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan

    meningkatkan asosiasi emosi positif dengan pembelajaran. Perayaan

    dapat dilakukan dengan cara sederhana tetapi menyenangkan dengan

    bertepuk tangan, memberikan pujian, ataupun lewat poster dan juga

    melakukan hal yang lainnya.

    2.1.6.2 Kegiatan Belajar Mengajar Quantum Teaching

    Beberapa hal yang ditawarkan Quantum Teaching dalam kegiatan belajar

    mengajar antara lain:

    a. Suasana Belajar Mengajar

  • 17

    Suharsimi Arikunto (1993: 105), menjelaskan Kondisi belajar merupakan

    sesuatu yang amat penting dan menentukan keberhasilan belajar anak. Keadaan

    atau suasana di dalam kelas hendaknya diusahakan sedemikian rupa sehingga

    tidak membosankan dan cepat membuat siswa menjadi lelah. Keadaan dan

    suasana yang menarik adalah yang mendukung terpenuhinya kebutuhan siswa

    baik jasmani maupun rohani. Sedangkan menurut Nana Sudjana (2002: 56),

    kondisi belajar adalah suatu keadaan yang dapat mempengaruhi proses dan hasil

    belajar siswa. Kondisi belajar juga merupakan suatu keadaan yang mana terjadi

    aktifitas pengetahuan dan pengalaman melalui berbagai proses pengolahan

    mental.

    Untuk menciptakan suasana yang dapat membantu siswa membangun dan

    mempertahankan sikap positif lingkungan fisik perlu diatur dan ditata.

    Diantaranya dengan pengaturan bangku, penggunaan warna, pemasangan poster

    yang mendukung, penggunaan alat bantu mengajar dan bahkan pemutaran musik.

    Sedangkan yang berkaitan dengan lingkungan emosional dan sosial dibutuhkan

    kreatifitas guru untuk membangun suasana yang nyaman untuk belajar.

    Diantaranya dengan menjalin rasa simpati dan saling memiliki antara guru dan

    murid, mengakui setiap usaha siswa, menciptakan suasana yang riang, menjadi

    pendengar yang baik, senyum dan usaha-usaha yang lainnya.

    b. Rancangan Kegiatan Belajar Mengajar

    Kerangka rancangan Quantum Teaching, tumbuhkan, alami, namai,

    demonstrasikan, ulangi, rayakan, dapat disingkat dengan istilah “TANDUR”.

    1) Tumbuhkan, menumbuhkan hasrat siswa untuk belajar. Minat adalah

    suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu

    proses belajar. Jika seorang murid memiliki rasa ingin belajar, dia

    akan cepat mengerti dan mengingatnya.

    2) Alami, menciptakan dan mendatangkan pengalaman umum yang

    dapat dimengerti semua siswa.

    3) Namai, memberi data tepat saat minat memuncak. Untuk ini

    dibutuhkan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi yang bisa

    menjadi masukan bagi siswa.

  • 18

    4) Demonstrasikan, memberikan kesempatan bagi siswa untuk

    mengkaitkan pengalaman dengan nama baru, sehingga mereka

    menghayati dan membuatnya sebagai pengalaman pribadi.

    5) Ulangi, dengan menunjukkan kepada siswa mengenai caracara

    mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu bahwa aku memang

    tahu ini”.

    6) Rayakan, jika layak untuk dipelajari maka layak juga untuk dirayakan.

    Setiap usaha belajar memerlukan sebuah perjuangan, sehingga hasil

    yang diperoleh perlu mendapatkan penghargaan, pengakuan sebagai

    hasil dari jerih payah (biasa dengan pujian, tepuk tangan dan lain

    sebagainya).

    2.1.6.3 Faktor yang Mendukung KBM Quantum Teaching

    Selain suasana dan kegiatan belajar mengajar, banyak faktor lain yang

    ditawarkan dalam Quantum Teaching yang dapat mendukung

    suksesnya belajar mengajar, diantaranya adalah:

    a. Sifat-Sifat Guru

    Sifat-sifat yang hendaknya dimiliki seorang guru adalah antusias,

    berwibawa, positif, supel, humoris, luwes, menerima, fasih, tulus, spontan,

    menarik dan tertarik, menganggap siswa mampu, menetapkan dan memelihara

    tanggapan tinggi.

    Dalam berinteraksi dengan siswa guru lebih banyaksenyum dengan

    kelompok berkemampuan tinggi dan banyak ngobrol dengan akrab, gaya

    berbicara lebih intelektual, penuh humor, menggunakan kosakata kompleks dan

    bertindak lebih matang. Sedangkan dengan kelompok kemampuan rendah, guru-

    guru yang sama cenderung berbicara lebih keras dan lambat, menggunakan

    kosakata dasar dan kalimat mentah, jarang senyum dan berinteraksi pada tingkat

    lebih instruksional dan otoriter. Sehingga dapat dikatakan guru-guru

    memperlakukan siswa sesuai dengan bunyi cap mereka, sebagai pelaku akademis

    tinggi atau rendah.

    b. Komunikasi

  • 19

    Ada empat prinsip yang perlu diingat ketika berkomunikasi dengan siswa

    ketika kegiatan belajar berlangsung dan memberi petunjuk ataupun memberikan

    umpan balik, yaitu munculkan kesan, arahkan fokus, inklusif (bersifat mengajak),

    dan spesifik (tepat sasaran). Selain itu perlu diperhatikan pula komunikasi secara

    nonverbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, gerak tubuh dan nada suara.

    c. Memanfaatkan Peta Pikiran

    Quantum Teaching memanfaatkan teknik mencatat yang efektif yang

    dinamakan peta pikiran. Peta pikiran adalah teknik mencatat yang didasarkan pada

    riset tentang bagaimana cara kerja otak dengan menggunakan citra visual dan

    perangkat grafis lainnya. Peta pikiran bermanfaat karena fleksibel, memusatkan

    perhatian, meningkatkan pemahaman dan menyenangkan.

    2.1.6.4 Sintaks Pembelajaran Quantum Teaching

    Suatu model pembelajaran memiliki sintaks yang berisi langkah-langkah

    yang harus dilakukan oleh guru dan siswa dalam suatu kegiatan pembelajaran.

    Tabel berikut adalah sintaks pembelajaran Quantum Teaching menurut De Porter

    dkk ( 2003:34-42). Sintaks pembelajaran quantum teaching adalah tumbuhkan,

    alami, namai, demostrasikan, ulangi dan rayakan (TANDUR). Adapun

    maksudnya adalah:

    a. T (Tumbuhkan). Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase

    menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya

    BAgiKu” (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka dengan

    proses yang semenarik mungkin.

    b. A (Alami) dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar

    langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat

    mencakup segenap gaya belajar siswa, baik itu yang memiliki gaya

    belajar Auditory, Visual ataupun Kinestetik. Ketika siswa diberi

    pengalaman belajar secara langsung, mereka akan terus dapat

    mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat masuk ke

    dalam sistem Long Term Memori mereka.

    c. N (Namai) disini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci, konsep,

    model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang, ketika siswa

  • 20

    hanya diberikan penjelasan materi tanpa dijelaskan dan diterangkan

    materi apa yang mereka dapat, mereka menjadi bingung dan merasa

    tidak belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari kejadian

    tersebut.

    d. D (Demonstrasikan) adalah menyediakan kesempatan kepada siswa

    untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan

    dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktekkan apa

    yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang dominan dan

    penting dalam pembelajaran. Semakin banyak kita memberikan

    kesempatan melakukan (demonstrasi) kepada siswa, semakin paham

    pula mereka terhadap materi yang kita berikan.

    e. U (Ulangi) dilakukan dengan dengan cara me-review secara umum

    terhadap proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi

    secara umum terhadap apa yang telah kita terangkan karena, bisa jadi,

    ada beberapa hal dari materi kita yang tidak atau masih belum dipahami

    oleh siswa. Setelah semua siswa mendapatkan giliran untuk

    mempraktekkan materi, tiba gilirannya bagi kita untuk menutup

    pelajaran. Sebelum menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita bahwa

    semua siswa bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan

    melakukan review materi. Kita bisa melakukannya dengan

    memunculkan pertanyaan.

    f. R (Rayakan) adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas

    dalam hal perolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan dapat

    dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan hadiah atau tepuk tangan.

    Pujian sangat penting keberadaannya dalam proses belajar mengajar.

    Dari 6 langkah yang dijabarkan dalam pembelajaran Quantum Teaching

    tersebut, kemudian disusun menjadi langkah-langkah pembelajaran berdasarkan

    Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses. Pengaplikasian

    langkah-langkah pembelajaran Quantum Teaching ke dalam Permendiknas No.

    41 Tahun 2007 tentang Standar Proses disajikan pada tabel 2.1.

  • 21

    Tabel 2.1

    Langkah-Langkah Pembelajaran Quantum Teaching Sesuai dengan

    Standar Proses

    Aspek

    Sub Aspek Indikator

    1. Kegiatan

    Pendahuluan

    T=Tumbuhkan - Guru mengatur tempat duduk siswa

    membentuk huruf U ketika siswa

    memasuki kelas.

    - Guru membuka pelajaran dengan

    mengucap salam dan berdoa.

    - Guru mengabsensi siswa.

    - Guru memeriksa kesiapan siswa dalam

    memulai pembelajaran.

    - Guru memberikan apersepsi untuk

    menumbuhkan minat siswa dalam

    pembelajaran sesuai kerangka

    Tumbuhkan.

    - Guru menyampaikan tujuan

    pembelajaran

    - Guru menyampaikan tentang manfaat

    dari materi yang akan dipelajari

    2. Kegiatan

    Inti

    (Eksplorasi,

    Elaborasi,

    Konfirmasi)

    A=Alami

    - Guru menyajikan materi/ informasi

    secara umum kepada siswa dengan

    penggunaan media dan alat peraga

    sebagai pengantar pembelajaran

    Quantum Teaching sesuai dengan

    kerangka Alami

    - Guru menunjukkan secara langsung

    media dan alat peraga kepada siswa

    sebagai pemberian pengalaman dalam

  • 22

    N=Namai

    D=Demonstrasi

    U=Ulangi

    R=Rayakan

    menyampaikan materi pembelajaran

    sesuai dengan kerangka Alami.

    - Guru memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk mengemukakan gagasan

    yang dimilikinya

    - Guru memberikan identitas dan konsep

    mengenai materi yang sudah di ajarkan

    kepada siswa agar siswa mudah dalam

    mengingat dan memahami materi

    pembelajaran sesuai dengan kerangka

    Namai.

    - Guru membagi kelas menjadi 5-6

    kelompok untuk mengerjakan LKS (

    Lembar Kerja Siswa ) sesuai dengan

    kelompoknya.

    - Guru memberikan LKS ( Lembar Kerja

    Siswa ) kepada siswa untuk melakukan

    pembuktian melalui percobaan sesuai

    dengan tugas yang ada di dalam LKS.

    - Siswa mengerjakan LKS ( Lembar

    Kerja Siswa ) dengan kelompoknya

    masing-masing dengan di bimbing oleh

    guru.

    - Siswa diminta untuk mengumpulkan

    LKS ( Lembar Kerja Siswa ) kepada

    guru dan perwakilan kelompok maju

    untuk mempresentasikan hasil jawaban

    kelompok mereka di depan kelas

    dengan bimbingan dari guru sesuai

    kerangka Demonstrasi.

    - Guru memanggil setiap perwakilan

  • 23

    kelompok untuk maju ke deapan kelas

    mempresentasikan hasil diskusi yang

    telah dikerjakan bersama teman satu

    kelompoknya.

    - Guru memberikan kesempatan kepada

    kelompok lain untuk menanggapi hasil

    diskusi yang telah dipresentasikan

    kelompok lain agar siswa dapat lebih

    berpikir kritis.

    - Siswa bersama guru menyimpulkan

    hasil presentasi tiap kelompok sesuai

    kerangka Ulangi.

    - Guru memberikan kesempatan kepada

    siswa untuk bertanya mengenai materi

    yang belum mereka mengerti sesuai

    kerangka Ulangi.

    - Guru bersama siswa melakukan tanya

    jawab untuk mengetahui tingkat

    pemahaman siswa dalam memahami

    materi pembelajaran sesuai kerangka

    Ulangi.

    - Guru memberikan reward atau

    penghargaan kepada siswa yang dapat

    menjawab pertanyaan dari guru dengan

    baik sesuai kerangka Rayakan.

    - Guru bersama siswa bernyanyi bersama

    untuk merayakan keberhasilan mereka

    karena telah melaksanakan

    pembelajaran dengan baik sesuai

    kerangka Rayakan.

    3. Kegiatan - Guru dan siswa bersama-sama

  • 24

    Penutup menyimpulkan materi yang telah

    dipelajari.

    - Guru bersama siswa membuat

    rangkuman atau ringkasan tentang

    materi yang telah dipelajari.

    - Guru menyampaikan kegiatan

    pembelajaran pada pertemuan

    selanjutnya.

    - Siswa mengerjakan soal evaluasi secara

    mandiri. (pada pertemuan terakhir).

    2.1.6.5 Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Quantum Teaching

    Pembelajaran Quantum Teaching memiliki kelebihan dan kelemahan.

    Kelebihan dan kelemahan dari Quantum Teaching akan memberikan pengaruh

    positif dan negatif untuk siswa dan gurunya, yaitu :

    A. Kelebihan Model Pembelajaran Quantum :

    1. Dapat membimbing peserta didik kearah berfikir yang sama dalam

    satu saluran pikiran yang sama

    2. Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat

    proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-

    hal yang dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu

    dapat diamati secara teliti

    3. Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan

    keterangan-keterangan yang banyak

    4. Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan

    5. Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara

    teori dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri

    6. Karena model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan

    kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan

    siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa

    untuk berfikir kreatif setiap harinya.

  • 25

    7. Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti

    oleh siswa.

    B. Kelemahan Model Pembelajaran Quantum :

    1. Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang

    disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin

    terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.

    2. Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak

    selalu tersedia dengan baik.

    3. Karena dalam metode ini ada perayaan untuk menghormati usaha

    seseorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian

    dll. Maka dapat mengganggu kelas lain.

    4. Banyak memakan waktu dalam hal persiapan

    5. Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena

    tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif

    6. Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal yang

    baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun kadang-kadang

    ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang

    diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.

    2.1.7 Penelitian yang Relevan

    Keyakinan dalam penelitian ini didukung dengan penelitian-penelitian yang

    relevan. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya penelitian yang

    dilakukan oleh Sukarman dalam skripsinya yang berjudul Noviana Sari ( 2012 )

    yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Menggunakan Model

    Pembelajaran Quantum Teaching Pada Siswa Kelas V SD Negeri 03 Pingit

    Kecamatan Pringsurat Kabupaten Temanggung Tahun Pelajaran 2010/2011”. Dan

    juga penelitian tindakan yang dilakukan oleh Erna Yuniasih yang berjudul “

    Penerapan Model Quantum Teaching dalam Peningkatan Keterampilan Proses

    IPA pada Siswa Kelas IV SD Negeri 4 Kedawung Tahun Pelajaran 2012/2013.

    Dalam penelitian yang dilakukan oleh Noviana Sari, penggunaan model

    pembelajaran Quantum Teaching menyebutkan bahwa hasil belajar siswa

    mengalami peningkatan. Sebelum diterapakan pembelajaran Quantum Teaching

  • 26

    ketuntasan hasil belajar hanya 38,58% dengan rata-rata kelas 55. Setelah

    dilakukan tindakan pada siklus1 ketuntasan hasil belajar siswa menjadi 72,22%

    dengan nilai rata-rata 64,45. Pada siklus 2 ketuntasan belajar siswa menjadi

    82,78% dengan nilai rata-rata kelas 70,52. Pada penelitian tersebut, mengalami

    peningkatan hasil belajar yang bertahap. Hal ini ditunjukkan dengan presentase

    ketuntasan dan nilai rata-rata kelas dari sebelum penelitian dan setelah siklus 1

    serta siklus 2. Dengan penerapan pembelajaran Quantum Teaching secara tepat

    dan sesuai standar proses, sehingga keberhasilan tersebut tercapai.

    Selain itu, penelitian tindakan yang dilakukan oleh Erna Yuniasih juga

    menunjukkan peningkatan pada motivasi dan hasil belajar siswa. Berdasarkan

    hasil penelitian tersebut rata-rata tes IPA siklus I sebesar 61,2 dengan ketuntasan

    belajar 62,25%. Dan pada siklus II rata-rata 90 dengan ketuntasan belajar 89,75

    %. Nilai rata-rata kelas dan ketuntasan hasil belajar mengalami kenaikan yang

    signifikan dari siklus I ke siklus II, yaitu peningkatan nilai sebesar 28 atau sebesar

    47%. Simpulan dari penelitian tersebut adalah pembelajaran IPA menggunakan

    metode Quantum Teaching dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa

    kelas VI SDN 4 kedawung tahun ajaran 2012/2013.

    Berdasarkan analisis dari penelitian yang dilakukan oleh Noviana Sari dan

    Erna Yuniasih telah menunjukkan keberhasilannya dalam penggunaan

    pembelajaran Quantum Teaching. Penulis memilih dua penelitian tersebut karena

    sangat relevan untuk penelitian berikutnya di lingungan yang berbeda. Oleh

    karena itu, penulis juga optimis dan yakin bahwa pada penelitian ini juga akan

    berhasil meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Padaan

    02 melalui pembelajaran Quantum Teaching pada semester 2 tahun pelajaran

    2013/2014.

    2.1.8 Kerangka Berpikir

    Berdasarkan standar dan kompetensi dasar tingkat SD/MI dalam Peraturan

    Mentri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk

    satuan pendidikan dasar dan menengah bahwa standar kompetensi dan kompetensi

    dasar IPA untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-

    masalah yang dapat diidentifikasikan. Pendidkan IPA diharapkan dapat menjadi

  • 27

    wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta

    prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan

    sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman

    langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami

    alam sekitar secara ilmiah.

    Dalam pelaksanaannya terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi

    guru terutama dalam pembelajaran IPA. Permasalahan tersebut diantaranya siswa

    kurang aktif dalam mengikuti pelajaran IPA karena materi pelajarannya dirasa

    kurang menarik perhatian siswamenyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa

    dalam pelajaran IPA karena siswa tidak dapat mencerna pelajaran dengan baik.

    Hal tersebut dipengaruhi juga oleh pembelajaran IPA yang dirasa membosankan

    karena dalam pembelajaran IPA guru hanya menyampaikan pembelajarannya

    dengan berceramah serta guru tidak menggunakan model pembelajaran yang

    mengaktifkan siswa karena guru malas untuk melakukan perubahan atau

    monoton.

    Pembelajaran Quantum Teaching dilaksanakan dengan langkah-langkah:

    Kerangka rancangan Quantum Teaching, tumbuhkan, alami, namai,

    demonstrasikan, ulangi, rayakan, dapat disingkat dengan istilah “TANDUR”.

    Melalui pembelajaran Quantum Teaching, siswa akan lebih tertarik mengikuti

    pelajaran karena siswa dihadapkan pendekatan kehidupan sehari-hari, dan

    perayaan di akhir pembelajarannya, sehingga mereka tertarik dalam proses

    pembelajaran. Dengan pembelajaran ini, Ketahulah bahwa segalanya berbicara

    dalam pembelajaran Quantum Teaching. Segalanya Segala sesuatu mulai dari

    lingkungan pembelajaran sampai dengan bahasa tubuh guru, penataan ruang guru

    sampai sikap guru, mulai kertas yang dibagikan oleh guru samapai dengan

    rancangan pembelajaran semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.

    Ketahuilah segalanya bertujuan, semua yang terjadi dalam proses pengubahan

    energi menjadi cahaya mempunyai tujuan. Tidak ada kejadian yang tidak

    bertujuan, baik siswa maupun guru harus menyadari bahwa kejadian yang

    dibuatnya selalu bertujuan. Sadarlah bahwa pengalaman mendahulu penanaman

    proses pembelajaran paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi

  • 28

    sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan

    demikian otak manusia berkembang pesat dengan adanya stimulun yang komplek

    yang selanjutnya akan menggerakkan rasa ingin tahu siswa. Akuilah setiap usaha

    yang dilakukan dalam embelajaran. Pembelajaran atau belajar selalu mengandung

    resiko besar. Dikatakan demikian karena pembelajaran berarti melangkah ke luar

    dari kenyataan dan kemapanan di samping berarti membongkar pengetahuan

    sebelumnya. Pada waktu siswamelakukan langkah keluar ini, mereka patut

    memperoleh pengakuan atas kecakapan dan keparcayaan diri mereka. Bahkan

    sekalipun mereka bebruat kesalahan, perlu diberi pengakuan atas usaha yang

    mereka lakukan. Pengakuan disini harus bersifat positif, jika terdapat siswa yang

    salah dalam mengerjakan dan bertindak, cara menegur seorang guru harus tetap

    menggunakan kata-kata yang positif. Ungkapan yang baik atau positif terhadap

    siswa akan membantu siswa berfokus pada tindakannya yang baik, sehingga siswa

    akan mengulang tindakan yang baik mereka untuk mendapatkan pengakuan.

    Sadarlah bahwa sesuatu jika layak dipelajari, maka layak pula dirayakan

    keberhasilannya, perayaan atas apa yang telah dipelajaridapat memberikan umpan

    balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan

    pembelajaran. Perayaan dapat dilakukan dengan cara sederhana tetapi

    menyenangkan dengan bertepuk tangan, memberikan pujian, ataupun lewat poster

    dan juga melakukan hal yang lainnya.

    Dengan penerapan pembelajaran tersebut, diharapkan pembelajaran

    Quantum Teaching dapat digunakan sebagai usaha perbaikan atau sebuah

    tindakan untuk mengatasi permasalahan rendahnya keaktifan dan hasil belajar

    siswa dalam pembelajaran IPA.

    2.1.9 Hipotesis Tindakan

    Berdasarkan kerangka berpikir diatas dirumuskan hipotesis penelitian

    sebagai berikut:

    1. Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan keaktifan

    belajar IPA pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Padaan 02 Kecamatan

    Pabelan Kabupaten Semarang.

  • 29

    2. Penerapan Pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan hasil

    belajar IPA pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Padaan 02 Kecamatan

    Pabelan Kabupaten Semarang.