BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 ....

21
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD 2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam di SD Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP (Depdiknas, 2006) bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empiric dan membahas tentang fakta serta gejala alam.Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empiric dan faktual. Hakikat IPA sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan. IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu lainnya.Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri-ciri umum, juga mempunyai cirri khusus/karakteristik.Adapun cirri umum dari suatu disiplin ilmu pengetahuan adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan antara satu dengan lainnya. Cirri-cirikhusus tersebut dipaparkan berikut: a) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya. b) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. c) IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 ....

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD

2.1.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam di SD

Ilmu Pengetahuan Alam didefinisikan sebagai kumpulan pengetahuan

yang tersusun secara terbimbing. Hal ini sejalan dengan kurikulum KTSP

(Depdiknas, 2006) bahwa “Ilmu Pengetahuan Alam berhubungan dengan cara

mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, atau prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan”. Selain itu IPA juga merupakan ilmu yang

bersifat empiric dan membahas tentang fakta serta gejala alam.Fakta dan gejala

alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga

faktual. Hal ini menunjukkan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk

menciptakan pembelajaran IPA yang empiric dan faktual. Hakikat IPA sebagai

proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih

keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

IPA disiplin ilmu memiliki ciri-ciri sebagaimana disiplin ilmu

lainnya.Setiap disiplin ilmu selain mempunyai ciri-ciri umum, juga mempunyai

cirri khusus/karakteristik.Adapun cirri umum dari suatu disiplin ilmu pengetahuan

adalah merupakan himpunan fakta serta aturan yang menyatakan hubungan antara

satu dengan lainnya. Cirri-cirikhusus tersebut dipaparkan berikut:

a) IPA mempunyai nilai ilmiah artinya kebenaran dalam IPA dapat dibuktikan

lagi oleh semua orang dengan menggunakan metode ilmiah dan prosedur

seperti yang dilakukan terdahulu oleh penemunya.

b) IPA merupakan suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis,

dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam.

c) IPA merupakan pengetahuan teoritis. Teori IPA diperoleh atau disusun

dengan cara yang khas atau khusus, yaitu dengan melakukan observasi,

eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori, eksperimentasi, observasi

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

9

dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan yang

lain.

d) IPA merupakan suatu rangkaian konsep yang saling berkaitan dengan bagan-

bagan konsep yang telah berkembang sebagai suatu hasil eksperimen dan

observasi, yang bermanfaat untuk eksperimentasi dan observasi lebih lanjut

(Depdiknas, 2006).

IPA meliputi empat unsur, yaitu produk, proses aplikasi dan sikap produk.

Produk dapat berupa fakta, prinsip, teori dan hokum. Proses merupakan prosedur

pemecahan masalah melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi pengamatan,

penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, percobaan atau penyelidikan,

pengujian hipotesis melalui eksperimentasi; evaluasi, pengukuran dan penarikan

kesimpulan.

2.1.2 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD

Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan

lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu

mengutamakan peran siswa dalam kegiatan belajar mengajar .sehingga

pembelajaran yang terjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan guru

sebagai fasilitator dalam pembelajaran tersebut. Guru berkewajiban untuk

meningkatkan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

IPA. Tujian ini tidak terlepas dari hakikat IPA sebagai produk, proses dan sikap

ilmiah.

Oleh sebab itu, pembelajaran IPA perlu menerapkan pinsip-prinsip

pembelajaran yang tepat, prinsip pembelajaran IPA di SD menurut Wina Sanjaya

(2005: 97) sebagai berikut :

1) Empat Pilar Pendidikan Global, yang meliputi learning to know, learning to

do, learning to be, learning to live together. Learning to know, arttinya

dengan meningkatkan interaksi siswa dengan lingkungan fisik dan sosialnya

diharapkan siswa mampu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang

alam sekitar. Learning to do artinya pembelajaran IPA tidak hanya

menjadikan siswa sebagai pendengar melainkan siswa diberdayakan agar mau

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

10

dan mampu untuk memperkaya pengalaman belajarnya. Learning to be

artinya hasil interaksi dengan lingkungan siswa diharapkan dapat membangun

rasa percaya diri yang pada akhirnya membntuk jati dirinya. learning to live

together artinya dengan adanya kesempatan berinteraksi dengan berbagai

individu akan membangun pemahaman sikap positif dan toleransi terhadap

kemajemukan dalam kehidupan bersama.

2) Prinsip inkuiri, perinsip ini perlu diterapkan dalam pembelajaran IPA karena

pada dasarnya anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, sedang alam sekitar

penuh dengan fakta atau fenomena yang dapat merangsang siswa ingin tahu

lebih banyak.

3) Prinsip konstruktivisme, dalam pembelajaran IPA sebaiknya guru dalam

mengajar tidak memindahkan pengetahuan kepada siswa, melainkan perlu

dibangun oleh siswa dengan cara mengaitkan ilmu pengetahuan awal yang

mereka miliki dengan struktur kognitifnya.

4) Prinsip salingtemas, (sains, lingkungan, teknologi, masyarakat). IPA memiliki

prinsip-prinsip yang dibutuhkan untuk membangun teknologi. Sedang

perkembangan teknologi akan memacu penemuan prinsip-prinsip IPA yang

baru.

5) Prinsip pemecahan masalah. Pembelajaran IPA perlu menerapkan prinsip ini

agar siswa terlatih untuk menyelesaikan suatu masalah.

6) Prinsip pembelajaran bermuatan nilai. Pembelajaran IPA perlu dilakukan

secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan atau

kontradiksi dengan nilai-nilai yang diperjuangkan masyarakat sekitar.

7) Prinsip PAKEM ( pembelajatran aktif, kreatif , efektif dan menyenangkan).

Prinsip ini pada dasarnya merupakan prinsip pembelajaran yang berorientasi

pada siswa aktif untuk melakukan kegiatan baik aktif berfikir maupun

kegiatan yang bersifat motorik.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

11

2.1.3 Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Depdiknas (2006: 61) dinyatakan bahwa salah satu tujuan pengajaran IPA

adalah agar siswa memahami konsep – konsep IPA dan keterkaitannya dengan

kehidupan sehari – hari :

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan YME berdasarkan

keberadaan, keindahan, dan keteraturan ciptaannya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep – konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari .

3) Mengembangkan rasa ingin tahu sikap positif dan kesadaran tentang adanya

hubungan saling mempengaruhi antara IPA , lingkungan teknologi, dan

masyarakat.

4) Mengembangkan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah

dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran dalam berperan serta dalam memelihara, menjaga,

melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dengan segala keteraturan

sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai alam

dengan dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.

2.1.4 Ruang Lingkup Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

Ruang lingkup IPA meliputi aspek – aspek berikut ini :

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan , yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan

interaksi dengan lingkungan serta kesehatan.

2) Benda/materi, sifat sifat kegunaannya, meliputi cair, padat dan gas.

3) Energy dan perubahannya, meliputi gatya, bunyi, panas, magnet listrik,

cahaya dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi tanah, bumi, tata surya dan benda-benda

langit lainnya (kurikulum : 2006).

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

12

Tabel 2.1

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

Memahami perubahan lingkungan

fisik dan pengaruhnya terhadap

daratan

10.2 Menjelaskan pengaruh perubahan

lingkungan fisik terhadap daratan

(erosi, abrasi, banjir, longsor)

10.3 Mendiskripsikan cara

pencegahan kerusakan lingkungan

(erosi, abrasi, banjir, dan longsor)

2.2 Minat Belajar

Menurut Tidjan (1976: 71) adalah gejala psikologi yang menunjukkan

pemusatan perhatian terhadap suatu objek sebab ada perasaan senang.Dari

pengertian tersebut jelas bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi

terhadap suatu objek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului

oleh perasaan senang terhadap objek tersebut.

Getzel dalam (Mardapi 2007: 106) mengemukakan minat adalah suatu

disposisi yang terorganisir melalui pengalaman yang mendorong seseorang untuk

memperoleh objek khusus, aktifitas, pemahaman dan keterampilan untuk rujukan

perhatian atau pencapaian.

Jadi dari pengertian – pengertian yang telah di uraikan penulis dapat

ditarik simpulan bahwa minat yaitu keinginan/ kehendak / kesukaan,

memperhatikan dan memiliki kemampuan untuk bertindak tanpa ada yang

menyuruh.

Menurut Slameto (2010: 180) suatu minat dapat diekspresikan melalui

pernyataan yang menunjukkan bahwa anak didik lebih menyukai suatu hal

daripada hal lainnya, dapatpula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu

aktifitas. Anak didik yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung

untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut.

Menurut Rachman (1997: 151) untuk menumbuhkan perhatian dan minat

para siswa, pembelajaran dapat dikembangkan melalui pendekatan pembelajaran

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

13

terpadu. Menurut Rooijakers (2008: 25) cara menumbuhkan minat dengan

menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah

diketahui kebanyakan siswa. Anni (2007: 186) mengemukakan pengaitan

pembelajaran dengan minat siswa adalah sangat penting. Dan karna itu

tunjukkanlah bahwa pengetahuan yang dipelajari itu sangat bermanfaat bagi

mereka.

Untuk dapat mengetahui minat yang datang dari seseorang dapat diukur

melalui aspek – aspek berikut ini :

1) perasaan senang.

2) perhatian dalam belajar.

3) ketertarikan pada materi dan guru.

4) kesadaran akan adanya manfaat pembelajaran .

2.3 Hasil Belajar

Hasil belajar menurut Dimyati (2002: 12) adalah hasil proses belajar

dimana pelaku aktif dalam belajar adalah siswa dan pelaku aktif dalam

pembelajaran adalah guru.

Menurut Sudjana (2010: 3) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku

siswa setelah melalui proses pembelajaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil yang

dicapai oleh seorang siswa sebagai hasil proses belajar.

Dalam sistem pendidikan nasional rumuskan pendidikan, baik tujuan

kurikulum maupun tujuan internasional menggunakan klasifikasi hasil belajar dan

Benjamin Bloom yang ranah kognitif, afektif dan psikomotoris (Sudjana, 2010:

22)

1) Ranah kognitif

Evaluasi aspek kognitif berkenaan dengan pengetahuan dan keterampilan

intelektual yang meliputi : pengamatan , pemahaman, aplikasi, nalisis, dan

evaluasi.

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

14

2) Ranah afektif

Evaluasi aspek efektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang meliputi: menerima,

menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai

atau kompleks nilai.

3) Ranah psikomotoris

Pengukuran keberhasilan pada aspek psikomotor ditunjukkan pada keterampilan

dlam merangkai alat keterampilan kerja dan ketelitian dalam mendapatkan hasil.

Evaluasi dari aspek keterampilan yang dimiliki oleh siswa bertujuan untuk

mengukur sejauh mana siswa menguasai teknik praktikum.Aspek ini

menitikberatkan pada unjuk kerja siswa.

Menurut Mulyasa (2002: 190) adalah factor-faktor yang mempengaruhi prestasi

belajar:

1) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar peserta didik dapat

digolongkan kedalam faktor sosial dan non sosial .

(1) Factor sosial menyangkut hubungan antara manusia yang terjadi dalam situasi

sosial, termasuk lingkungan keluarga, sekolah, teman dan masyarakat pada

umumnya.

(2) Faktor non sosial adalah faktor – faktor lingkungan yang bukan sosial seperti

lingkungan alam dan fisik, misalnya keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas

belajar, buku-buku sumber dan sebagainya.

Faktor eksternal dalam lingkungan keluarga baik langsung maupun tidak

langsung akan berpengaruh terhadap pencapaian hasil belajar peserta didik.

Disamping itu, diantara beberapa factor eksternal yang mempengaruhi proses dan

prestasi belajar ialah peranan faktor guru atau fasilitator. Dalam sistempendidikan

dan khususnyab dalam pelajaran yang berlaku dewasa ini peranan guru dan

keterlibatannya masih menempati posisi yang penting. Dalam hal ini efektifitas

pengelolahan factor bahan, lingkungan dan instrument sebagai faktor – faktor

utama yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar, hanpir keseluruhannya

bergantung pada guru.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

15

Proses pembelajaran tidak berlangsung satu arah melainkan secara timbale

balik. Kedua pihak berperan secara aktif dalam kerangka kerja, serta dengan

menggunakan cara dan kerangka berfikir yang seyogyanya dipahami dan

disepakati bersama. Tujuan interaksi pembelajaran merupakan titik temu yang

bersifat mengikat dan mengarahkan aktifitas kedua belah pihak.Dengan demikian

kriteria keberhasilan pembelajaran hendaknya ditimbang atau dievaluasi

berdasarkan tercapai tidaknya tujuan bersama tersebut.

Faktor sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah

orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan

keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letah rumah) semuanya

dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang

dicapai oleh siswa. Sebagai contoh: kebiasaan yang diterapkan orang tua dalam

memonitor kegiatan anak dapat menimbulkan dampak lebih buruk lagi. Dalam hal

ini bukan saja anak tidak mau belajar melainkan juga ia cenderung berprilaku

menyimpang, terutama perilaku menyimpang yang berat seperti anti sosial.

2) Faktor Internal

Uzer (Mulyana, 2002: 133) mengklasifikasikan factor internal mencakup :

(1) Faktor jasmaniah (fisiologi), yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh,

yang termasuk ini ialah panca indera yang tidak berfungsi sebagaiman

mestinya, seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak

sempurna berfungsinya kelenjar tubuh yang membawa kelainan tingkah laku

(2) Faktor psikologi, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri

atas :

Faktor intelektif yang meliputi factor potensial yaitu kecerdasan dan bakat

serta factor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang dimiliki.Factor non

intelektif, yaitu unsur – unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan,

minat, kebutuhan, motivasi, emosi, dan penyesuaian diri.

(3) Faktor kematangan fisik maupun psikis, yang berasal dari diri sendiri

(internal), seperti intelegensi, minat, sikap dan motivasi.

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

16

Intelegensi merupakan salah satu factor yang berpengaruh terhadap tinggi

rendahnya prestasi belajar. Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian

hasil belajar, artinya hasil belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat

intelegensi. Dan hasil belajar yang dicapai tidak akan melebihi tingkat

intelegensinya.

Semakin tinggi tingkat intelegensinya semakin tinggi pula kemungkinan

tingkat hasil belajar yang dapat dicapai. Jika intelegensinya rendah, maka

cenderung hasil yang dicapainyapun rendah.Meskipun demikian, tidak boleh

dikatakan bahwa taraf prestasi belajar disekolah kurang, pastilah intelegensinya

kurang, karena banyak factor lain yang mempengaruhinya.

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif, berupa kecendrungan

untuk merespon dengan cara yang relative tetap terhadap objek orang, barang dan

sebagainya baik secara positif maupun negatif.

Selain faktor diatas yang mempengaruhi, prestasi belajar juga dipengaruhi

oleh waktu dan kesempatan. Waktu dan kesempatan yang dimiliki oleh setiap

individu berbeda sehingga akan berpengaruh terhadap perbedaan kemampuan

peserta didik. Dengan demikian peserta didik yang memiliki banyak waktu dan

kesempatan untuk belajar cenderung memiliki prestasi yang tinggi daripada yang

hanya memiliki sedikit waktu dan kesempatan untuk belajar.

Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar

siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya

adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah

mengakui sesuatu kegiatan pembelajaran, tingkat keberhasilan tersebut kemudian

ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol Dimyati (2002:

200).

2.4 Model kooperatif tipe Numbered Heads Together

2.4.1 Model Kooperatif

Trianto (2007: 41) mengatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif muncul

dari konsep bahwa siswa aktif jika mereka saling berdiskusi dengan kelompok

sejawat”. Didalam kelas kooperatif siswa belajar bersama kelompok-kelompok

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

17

kecil yang terdiri 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen. Tujuannya

dalam proses berfikir siswa dapat terlibat secara keseluruhan aktif dalam kegiatan

belajar. Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya

selama beberapa kali pertemuan.Mereka seperti menjadi pendengar aktif,

memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi.Agar

terlaksana dengan baik siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau

tugas yang direncanakan untuk diajarkan.

Penjelasan diatas dapat diuaraikan bahwa pembelajaran kooperatif itu

saling berdiskusi dengan kelompok sejawatnya. Dari cara berdiskusi

mengembangkan proses berfikir siswa menjadi aktif. Adapula lembar kegiatan

untuk mempermudah pembelajaran yang direncanakan untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan.Siswa lebih mudah diberi sebuah pertanyaan agar mulai

aktif dan jawabannya terstruktur.

Struktur tujuan kooperatif terjadi siswa dapat mencapai tujuan mereka

hanya jika siswa lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut.

Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencakup tiga jenis tujuan yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan

sosial.Pembelajaran kooperatif mempunyai efek berarti terhadap penerimaan yang

luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata, kemampuan, dan

ketidakmampuan (Ibrahim, dkk, 2000:7).Keterampilan sosial atau kooperatif

berkembang secara signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran

kooperatif sangat tepat digunakan untuk melatihkan ketrampilan-ketrampilan

kerja sama dan kolaborasi dan juga ketrampilan-ketrampilan tanya jawab

(Ibrahim, dkk, 2000:9).

Pembelajaran kooperatif mempunyai tujuan untuk mempermudah siswa

dalam pembelajaran dengan memperoleh hasil belajar akademik, penerimaan

terhadap keragaman, dan pengembangan ketrampilan sosial. Secara jelas hasil

belajar akademik akan meningkat sebab sebelumnya menggunakan pembelajaran

kooperatif konvensional menjadi hasil belajar akademik kurang memuaskan bagi

siswa dan guru. Efek pada penerimaan terhadap keragaman seperti agama, ras,

budaya, strata (tingkatan). Ketrampilan sosial seperti trampil dalam tanya jawab

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

18

dikelompok. Semakin bagus dalam tanya jawab pada diskusi berarti ketrampilan

sosialnya baik. Membawa ketrampilan sosialnya saling kerja sama secara tepat.

Lungren dalam Trianto (2007: 46) menyusun ketrampilan-ketrampilan

kooperatif yang memiliki tiga tingkatan ketrampilan. Tingkatan tersebut yaitu

ketrampilan kooperatif tingkat awal, tingkat menengah dan tingkat mahir.

a) Keterampilan kooperatif tingkat awal antara lain:

(1) Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung

jawabnya,

(2) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan

tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok,

(3) Mendorong adanya partisipasi yaitu memotivasi semua anggota

kelompok untuk memberikan kontribusi,

(4) Menggunakan kesepakatan yaitu menyamakan persepsi/pendapat.

b) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain:

(1) Mendengarkan dengan aktif, yaitu menggunakan pesan fisik dan verbal

agar pembicara mengetahui Anda secara energik menyerap informasi

(2) Bertanya, yaitu meminta atau menanyakan informasi atau klarifikasi

lebih lanjut,

(3) Menafsirkan yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat

berbeda,

(4) Memeriksa ketepatan yaitu membandingkan jawaban memastikan bahwa

jawaban tersebut benar.

c) Keterampilan kooperatif tingkat mahir, antara lain:

(1) Para siswa harus memiliki persepsi sama bahwa mereka “tenggelam”

atau “berenang” bersama,

(2) Para siswa memiliki tanggung jawab terhadap tiap siswa lain dalam

kelompoknya, disamping tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam

mempelajari materi yang dihadapi,

(3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semuanya memiliki tujuan

yang sama

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

19

(4) Para siswa harus membagi tugas dan berbagi tanggung jawab sama

besarnya di antara para anggota kelompok,

(5) Para siswa akan diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut

berpengaruh terhadap evaluasi seluruh anggota kelompok,

(6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh

keterampilan bekerjasama selama belajar,

(7) Para siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual

materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Dari uraian tersebut bahwa keterampilan kooperatif memiliki tiga

tingkatan awal, menengah dan mahir.Keterampilan tersebut setiap siswa berbeda-

berbeda dan memudahkan peneliti mengkaji kemampuan ketrampilan siswa

menguraikan pendapatnya didepan kelas.Ketrampilan kooperatif tingkatan mahir,

harus bertanggng jawab dan bekerjasama dengan kelompoknya saling memotivasi

dan menyamakan pendapat satu kelompok.Jika ketrampilan kooperatif menengah,

sudah memulai mendengarkan jawaban pendapat dari masing-masing kelompok.

Dari pendapat-pendapat masing-masing kelompok, kelompok lain kembali

bertanya kepada kelompok yang gilirannya untuk bertanya. Berarti pada tingkatan

ini ada sikap keberanian, aktif dan bertenggang rasa.Sedangkan ketrampilan

kooperatif mahir, setiap kelompok kooperatif memiliki tugas masing-

masingnya.Untuk mengukur ketercapaian materi masing-masing kelompok ada

soal evaluasi.Disinilah soal evaluasi memperlihatkan seberapa jauh dari tiap

indivividu menguasai materi-materi kelompok kooperatif.Yang diperoleh mereka

tidak hanya ketrampilan mahir juga ketrampilan kepemimpinan dan ketrampilan

bekerjasama.

Langkah-langkah tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan

pembelajaran kooperatif menurut Ibrahim, dkk (2000: 10) :

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

20

Tabel 2.2

Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran

yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan

memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan

bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan

siswa ke dalam

kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana

caranya membentuk kelompok belajar dan

membantu setiap kelompok agar melakukan

transisi secara efesien.

Fase 4

Membimbing

kelompok bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar

pada saat mereka mengerjakan tugas mereka

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi

yang telah dipelajari atau masing-masing

kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan

penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik

upaya maupun hasil belajar individu dan

kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif mempermudah guru memahami

terlebih dahulu sebelum mengajar menggunakan kooperatif.Bahwa kooperatif

sangat kompleks siswa diajak aktif setiap pembelajaran.Karena disusun dalam

sebuah meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman

sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan

kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

21

berbeda latar belakangnya. Dengan bekerja sama seperti tujuan bersama sangat

bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

2.4.2 Model Pembelajaran Numbered Heads Together / NHT

Menurut Miftahul Huda (2011: 92) Pada dasarnya Numbered Heads

Together merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaannya

hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama – tama guru meminta siswa

untuk duduk berkelompok. Masing-masing anggota deberi nomor. Setelah selesai

guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak

memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu

seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan

memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.

Model Numbered Heads Togetheradalah bagian dari model pembelajaran

kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur struktur khusus yang

dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Slavin dalam

Miftahul Huda (2011: 130) model Numbered Heads Together yang

dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas

individu dalam diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan model

pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok

untuk mencapai tujuanpembelajaran. Para siswa dibagi kedalam kelompok-

kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pembelajaran yang telah

ditentukan.Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan

kesempatan kepada siswaagar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan

dalam kegiatan – kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas

pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta

berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Kegan (dalam Ibrahim 2000: 28) mengemukakan 6 langkah metode

Numbered Heads Together, seperti berikut ini :

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

22

(1)Persiapan

Dalam tahapini guru mempersiapkanrancangan pelajaran dengan membuat

skenario pembelajaran, lembar kerja siswa yang sesuai dengan metode Numbered

Heads Together.

(2) Pembetukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan metode Numbered Heads

Together. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang

beranggotakan 3-5 siswa. Guru member nomor kepada setiap siswa dalam

kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk

merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis

kelamin dan kemampuan belajar.

(3)Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar

memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh

guru.

(4)Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan

yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk

menggambarkan dan menyajikan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari

pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh

guru.

(5)Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok

dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada

siswa dikelas.

(6)Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang

berhubungan dengan materi yang disajikan.

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

23

Tabel 2.3

Sintaks Pembelajaran Numbered Heads Together

Langkah – langkah Kegiatan pembelajaran

Penomoran a. guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok

b. memberi siswa nomor sehingga setiap siswa dalam tim

mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah

siswa di dalam kelompok.

Pengajuan pertanyaan a. guru mengajukan pertanyaan kepada siswa

Berpikir bersama a. siswa berpikir bersama untuk menemukan jawaban

dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya

b. semua anggota mengetahui jawaban dari masing-

masing pertanyaan.

Pemberian jawaban a. menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap

kelompok yang bernomor sama mengangkat tangan dan

menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas

b.secara random guru memilih kelompok yang harus

menjawab pertanyaan tersebut

c. siswa yang nomornya disebut guru dari kelompok

tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab

pertanyaan.

Kelebihan dari pembelajaran model Numbered Heads Together/Numbered

Heads Together sebagaimana disajikan oleh Hill dalam Tryana (2008) bahwa

model Numbered Heads Together dapat meningkatkan prestasi belajar siswa,

maupun memperdalam pemahaman siswa, menyenangkan siswa dalam belajar,

mengembangkan sikap positif siswa, mengembangkan sikap kepemimpinan

siswa, mengembangkan rasa ingin tahu , rasa mengembangkan keterampilan

untuk masa depan.

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

24

Kelebihan :

1) Setiap siswa menjadi lebih siap dalam mengikuti pembelajaran

2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh

3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai

4) Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.

Kelemahan:

1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru

2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

2.5 Penelitian yang Relevan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Susanto Tujuan penelitian ini

adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPS dengan pembelajaran kooperatif tipe

NHT dan pemanfaatan media gambar pada siswa kelas V SDN Sumogawe 03.

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai sumbangan yang

berguna untuk meningkatkan hasil belajar IPS kelas V SDN Sumogawe 03.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus.

Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, analisis dan

refleksi. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Sumogawe 03

Kecamtan Getasan Kabupaten Semarang. Teknik pengumpulan data yang

digunakan adalah tes dan non tes. Sedangkan teknik analisis data adalah analisis

diskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian ini adalah penggunaan

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pemanfaatan media gambar dapat

meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SDN Sumogawe 03. Hal ini

dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung

yang semakin meningkat. Nilai sebelum perbaikan menunjukkan dari 27 siswa

hanya 10 siswa tuntas (37%) dan 17 siswa belum tuntas (63%). Setelah tindakan

yang dilakukan dapat dilihat hasil belajar pada siklus I meningkat, dari 27 siswa

17 siswa yang tuntas (67%) dan 10 siswa yang belum tuntas (37%). Hasil belajar

pada siklus II pun meningkat. Dari 27 siswa 24 siswa yang tuntas (89%) dan 3

siswa yang belum tuntas (11%).

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

25

Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Winarti Yuni Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui apakah melalui penggunaan metode NHT(

Numbered Heads Together) dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA

siswa Kelas V SD Negeri Banyumudal 2 Kabupaten Wonosobo Semester 2 Tahun

Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang

menggunakan model Kemmis, dan Mc Taggart dengan langkah

perencanaan,tindakan, pengamatan refleksi yang dilaksanakan dengan dua siklus.

Pada siklus I terdiri dari dua pertemuan, sedangkan siklus II terdiri dari tiga

pertemuan. Teknik analisis data yang digunakan dengan menggunakan

menggunakan teknik analisis data prosentase .Hasil yang diperoleh dalam

penelitian ini adalah terjadi peningkatan keaktifan dan untuk mata pelajaran IPA

Kelas V Semester 2 Tahun Pelajaran 20011/2012. Melalui metode pembelajaran

NHT (Numbered Heads Together) yang akan dilanjutkan oleh peningkatan hasil

belajar yang dapat dilihat pada ketuntasan pada siklus I dan siklus II peneliti

memberikan patokan KKM = 65 siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal (KKM=65) dari 32 siswa sebanyak 17 siswa atau 53,13% tuntas dan

sebanyak 15 siswa atau 46,87 % belum tuntas. Nilai rata-ratanya adalah 66,25

sedangkan nilai tertinggi adalah 88 dan nilai terendahnya adalah 52 dan II

sebanyak 36 siswa atau 100% dari jumlah siswa mencapai ketuntasan. Siklus II

siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=65) sebanyak 32 siswa

atau 100% dan tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal. Nilai rata-ratanya adalah 79,75 sedangkan nilai tertinggi

adalah 100 dan nilai terendahnya adalah 68. Peneliti telah berhasil dalam

menerapkan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dengan

memberikan patokan KKM = 65 dan ketuntasan 80% dari jumlah siswa kelas V

SD Negeri Banyumudal 2 dari hasil nilai evaluasi siklus II didapatkan 100% siswa

sudah memenuhi KKM. Maka saran dari penulis adalah metode pembelajaran

NHT ( Numbered Heads Together) dapat digunakan sebagai alternatif dalam

proses belajar mengajar. Dengan metode pembelajaran NHT (Numbered Heads

Together) dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan keaktifan siswa

yang berdampak meningkatnya hasil belajar siswa.

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

26

Berdasarkan analisis daripenelitian yang dilakukan oleh Susanto dan

Winarti Yuni telah menunjukkan keberhasilan dalam penggunaan model

Numbered Heads Together / NHT. Penulis memilih dua penelitian tersebut karna

sangat relevan untuk penelitian berikutnya dilingkungan yang berbeda. Oleh karna

itu, penulis juga optimis dan yakin bahwa pada penelitian ini juga akan berhasil

meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas V SDN Asinan

02 melalui model Numbered Heads Together pada semester 2 tahun pelajaran

2013/2014.

2.6 Kerangka Berpikir

Faktor penyebab kegagalan dalam proses pembelajaran IPA adalah

penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran sangat kurang dikarenakan guru

dalam penyampaian materi hanya dengan ceramah dan tidak didukung dengan alat

peraga, selain itu guru masih mendominasi proses pembelajaran akibatnya siswa

cenderung bersifat pasif selama proses pembelajaran berlangsung. Maka dari itu

sudah selayaknya seorang guru menggunakan metode pembelajaran yang menarik

untuk siswa lebih aktif dalam pembelajaran dan lebih dapat menyerap materi

pelajaran yang diajarkan.Olehkarena itu, pembelajaran akan menerapkan metode

Numbered Heads Together (NHT) untuk mencapai tujuan yang dinginkan.

Penerapan metode Numbered Heads Together (NHT) pada penelitian ini

karena dapatmembangkitkan rasa harga diri siswa menjadi lebih tinggi, saling

menghargai, memperkecil perilaku saling menggangu karena metode ini memberi

rasa tanggung jawab kepada setiap anggota kelompok dalam mendiskusikan

materi pelajaran. Selain itu metode ini dapat mengurangi konflik dalam kelompok

karena setiap anggota kelompok diberi kebebasan untuk mengemukakan pendapat

sehingga siswa lebih giat belajar dan akan lebih tertarik untuk mengikuti

pembelajaran dan akan berimbas pada hasil belajar IPA akan meningkat.

Adapun kerangka berpikir Metode Numbered Heads Together /NHT dapat dilihat

pada bagan di bawah ini.

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

27

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpiki

Pembelajaran konvensional

Minat belajar

siswa berkurang

Hasil belajar

kurang dari KKM

Aspek minat

belajar

Pembelajaran

menggunakan

model NHT

Aspek-aspek minat belajar siswa: 1) Perasaan senang. 2) Perhatian dalam belajar. 3) Ketertarikan pada materi

dan guru. 4) Kesadaran akan adanya

manfaat pembelajaran.

Pembelajaran IPA

Minat belajar siswa

meningkat

Hasil belajar IPA lebih dari

KKM

Kelebihan model pembelajaran NHT bagi siswa : 1) Meningkatkan prestasi belajar. 2) Mampu memperdalam pemahaman. 3) Menyenangkan dalam belajar. 4) Mengembangkan sikap positif. 5) Mengembangkan sikap kepemimpinan. 6) Mengembangkan rasa ingin tahu. 7) Dapat melakukan diskusi dengan

sungguh-sungguh. 8) Siswa yang pandai dapat mengajari

siswa yang kurang pandai. 9) Tidak ada siswa yang mendominasi

dalam kelompok.

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pembelajaran IPA di Kelas IV SD ... · BAB II . KAJIAN PUSTAKA. 2.1 . Pembelajaran IPA di Kelas IV SD . 2.1.1 Hakikat . Ilmu Pengetahuan Alam . di SD . Ilmu

28

2.7 Hipotesis

Dari beberapa teori- teori yang telah dikemukakan dapat ditarik suatu

hipotesis sebagai berikut :

1) Dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together

diduga dapat meningkatkan minat belajar siswa mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Alam kelas IV SDN Asinan 02.

2) Penggunaan langkah – langkah model pembelajaran Numbered Heads

Together diduga dapat memperjelas penyampaian materi pelajaran dalam

kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar pada mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas IV SDN Asinan 02.

Indikator Keberhasilan :

1) Terjadi peningkatan pada setiap aspek Numbered Heads Together dan secara

keseluruhan pada hasil tes dari setiap siklus

2) Hasil belajar meningkat apabila 80% siswa mendapatkan nilai diatas KKM

pada setiap siklus. (KKM=80)