BAB II Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pengkajian … · 2017. 4. 29. · 6 BAB II KAJIAN...

27
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pengkajian konteks peristiwa yang diperoleh dari masa lampau yang dimaknai dengan masa kini berupa fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial terhadap perkembangan kehidupan manusia, tinkah laku manusia dan tindakan manusia terhadap bangsanya ,dan lingkungannya berdasarkan Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai sehingga ilmu pengetahuan ini sangat berperan penting di dalam kehidupan masyarakat dan pendidikan. Peserta didik di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat karena perubahan global terhadap setiap perubahan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan yang menekankan pada proses pembentukan krakter masyarakat dengan adanya Ilmu Pengetahuan Sosial dapat membantu dalam memperoleh suatu pengetahuan yang mendasarkan pada kondisi sosial manusia secara globalisasi. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Standar Isi). Mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006:576 tentang Standar Isi): 1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya. 2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri(penemuan), memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial. 3. Memiliki komitmen, kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global. Belajar IPS tidak hanya menumbuh pengetahuan yang berwawasan ilmu, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat

Transcript of BAB II Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pengkajian … · 2017. 4. 29. · 6 BAB II KAJIAN...

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1 Kajian Teori

    2.1.1 Pembelajaran IPS

    Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pengkajian konteks peristiwa

    yang diperoleh dari masa lampau yang dimaknai dengan masa kini berupa fakta,

    konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial terhadap perkembangan

    kehidupan manusia, tinkah laku manusia dan tindakan manusia terhadap

    bangsanya ,dan lingkungannya berdasarkan Ilmu Pengetahuan Sosial.

    Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai sehingga ilmu pengetahuan ini sangat berperan penting di dalam kehidupan masyarakat dan pendidikan. Peserta didik di masa yang akan datang akan menghadapi tantangan berat karena perubahan global terhadap setiap perubahan kehidupan masyarakat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan yang menekankan pada proses pembentukan krakter masyarakat dengan adanya Ilmu Pengetahuan Sosial dapat membantu dalam memperoleh suatu pengetahuan yang mendasarkan pada kondisi sosial manusia secara globalisasi. (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Standar Isi).

    Mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006:576 tentang Standar Isi):

    1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

    2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri(penemuan), memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

    3. Memiliki komitmen, kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

    masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

    Belajar IPS tidak hanya menumbuh pengetahuan yang berwawasan ilmu,

    tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat

  • 7

    dalam aspek kehidupan manusia sehari-hari. Serta kelompok mata pelajaran ilmu

    pengetahuan dan teknologi yang menanamkan kebiasaan berfikir ilmiah yang

    kritis, kreatif, dan mandiri sehingga menimbulkan konsep-konsep yang berkaitan

    dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, dalam tujuan tersebut terdapat

    dua tujuab yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar IPS.

    Ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada ilmu geografi, ekonomi, sosiologi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006:576 tentang Standar Isi ), Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

    1. Manusia, fenomena, tempat, dan lingkungan 2. Peristiwa, Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya 4. Perilaku ekonomi dankesejahteraan

    Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

    Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah

    standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan

    dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai

    kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran

    pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara

    Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang

    pendidikan dasar dan menengah pada.jalur formal, baik pada sistem paket maupun

    pada sistem kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses

    pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,

    dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran

    yang efektif dan efisien.

    Perencanaan Pembelajaran salah satunya yaitu Proses secara sistematis dan

    berfikir dalam sebuah prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam rancangan atau

    persiapan yang dibuat oleh guru tentang pembelajaran yang menjadi tanggung

    jawab, saat seorang guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran didalam

    kelas agar peserta didik mampu memahami pesan atau materi yang disampaikan

    oleh guru.Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana

    pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar

  • 8

    kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi,

    tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan

    pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar.( Permendiknas No. 41

    tahun 2007 tentang Standar Proses )

    Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP.Pelaksanaan

    pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan

    penutup.(Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses)

    1. Kegiatan Pendahuluan

    Kegiatan pendahuluan, guru:

    1. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses

    pembelajaran;

    2. mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan

    sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;

    3. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai;

    4. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai

    silabus

    2. Kegiatan Inti

    Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai

    KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

    memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

    cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan

    perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Kegiatan inti menggunakan

    metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran,

    yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

    3. Kegiatan Penutup

    Kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik sendiri

    membuat rangkuman/simpulan pelajaran;

    1. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah

    dilaksanakan secara konsisten dan terprogram;

    2. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

  • 9

    3. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,

    program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tu-

    gas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

    4. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

    Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang

    standar dinamakan dengan standar kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam

    kompetensi dasar (KD). Kompetensi Dasar ini merupakan standar minimum yang

    secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam

    pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD

    didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan,

    bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Permendiknas

    No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi ) Dalam penelitian ini menggunakan SK

    dan KD IPS di SD, seperti disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini

  • 10

    Tabel 2.1 SK dan KD Ilmu Pengetahuan SosialKelas 5 Semester 2

    Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

    2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan

    masyarakat dalam mempersiapkan dan

    mempertahankaan kemerdekaan

    Indonesia

    2.1 Mendeskripsikan perjuangan para tokoh

    pejuang pada masa penjajahan Belanda

    dan Jepang

    2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh

    perjuangan dalam mempersiapkan

    kemerdekaan Indonesia

    2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh

    dalam memproklamasikan

    kemerdekaan

    2.4 Menghargai perjuangan para tokoh

    dalam mempertahankan kemerdekaan

    Sumber: Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi

    2.1.2 Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Pendekatan Inkuiri

    Model Pembelajaran TPS

    Menurut Endang Mulyatiningsih (2011:233) Thing Pair Share merupakan

    model pembelajaran yang dilakukan dengan cara berfikir,berpasangan dan

    membagihasil diskusi antar siswa lainnya. Model ini dapat digunakan sebagai

    umpan balik materi yang diajarkan guru. Pada awal pembelajaran, guru

    menyampaikan materi pelajaran seperti biasa. Guru kemudian menyuruh dua

    orang peserta didik untuk duduk berpasangan dan saling berdiskusi membahas

    materi yang disampaikan oleh guru. Pasangan peserta didik saling mengkoreksi

    kesalahan masing-masing dan menjelaskan hasil diskusinya di kelas. Guru

    menambah materi yang belum dikuasai peserta didik berdasarkan penyajian hasil

    diskusi.

  • 11

    Suprijono (2011:91) Model Pembelajaran TPS merupakan model

    pembelajaran yang menekankan pada siswa untuk berfikir secara berpasangan

    sehingga menghasilkan hasil untuk dibagikan keseluruhan kelas dalam suatu

    diskusi permasalahan yang diberikan guru, dalam pembelajaran siswa dapat saling

    berfikir memberikan jawaban atas masalah secara berpasangan untuk dapat

    membuat suatu pembentukan kelompok belajar yang saling memberikan

    masukan-masukan pemikiran dari setiap siswa yang mendorong siswa terjadi

    interaksi tanya jawab pada pengkontruksian pengetahuan dan hasil pembelajaran

    yang diikuti siswa

    Lie (2002:57) mengemukan Model Think Paer Share merupakan model

    pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk belajar sendiri dan bekerja

    sama dengan orang lain, secara berfikir, berpasangan dan berbagi. Dalam hal ini

    melalui pembelajaran TPS siswa secara langsung dapat memecahkan masalah,

    memahami suatu materi yang diberikan guru secara berkelompok dan saling

    membantu antara satu dengan yang lain dengan mengutarakan fikiran masing-

    masing untuk menemukan hasil serta membuat kesimpulan diskusi untuk

    dipresentasikan di depan kelas dengan berbagi keseluruh kelas hasil diskusinya.

    Sehingga dengan mengunakan model TPS tercipta suasana aktif kreatif, efektif

    dan menyenangkan bagi siswa mengikuti pembelajaran.

    Berdasarkan defenisi Model TPS menurut para ahli maka disimpulkan

    bahwa Model pembelajaran TPS adalah model pembelajaran yang menekankan

    pada siswa untuk belajar secara berfikir,berpasangan dan berbagi hasil yang telah

    didiskusikan keseluruhan kelas. Dalam hal ini melalui pembelajaran TPS siswa

    secara langsung mendapatkan kesempatan untuk dapat memecahkan masalah,

    memahami suatu permasalahan materi yang diberikan guru secara saling

    memberikan bantuan antara satu dengan yang lain dengan mengutarakan fikiran

    masing-masing untuk menemukan jawab hasil diskusi serta secara berpasangan

    membuat kesimpulan diskusi untuk dipresentasikan di depan kelas dengan

    berbagi keseluruh kelas hasil diskusinya.

  • 12

    Langkah-lngkah pembelajaran TPS

    Langkah-langkah model pembelajaran TPS yang dikemukakan oleh

    Wardani Naniek Sulistya (2010:32) dengan tahapan pelaksanaan sebagai berikut:

    1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Siswa diminta untuk berpikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan

    guru 3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan

    mengutarakan hasil pemikiran masing-masing 4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil

    diskusinya 5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok

    permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa 6. Guru memberi kesimpulan 7. Penutup

    Menurut Andreas Kosasih (2013:65) langkah-langkah dalam model

    pembelajaran Think Pair Share adalah sebagai berikut:

    1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai 2. Peserta didik diminta untuk berfikir tentang materi atau permasalahan yang

    disampaikan guru 3. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2

    orang) dan mengutarakan pemikiran masing-masing 4. Guru memimpin pleno diskusi, tiap kelompok mengemukankan hasil

    diskusinya 5. Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok

    permasalahan dan menambah materi yang belum di ungkapkan para peserta didik

    6. Guru memberikan kesimpulan 7. Menutup

    Endang Mulyatiningsih (2011:234) juga mengemukakan langkah-langkah

    Model Pembelajaran TPS adalah sebagai berikut:

    1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang akan dicapai 2. Peserta didik diminta untuk berpikir tentang materi yang disampaikan guru 3. Peserta didik diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (satu kelompok 2

    orang)dan mengutarakan persepsi masing-masing tentang apa yang telah disampaikan olehguru

    4. Setiap kelompok saling mengemukakan hasildiskusinya 5. Guru melengkapi materi yang masih belum dipahami siswa dan menegaskan

    kembalipokok permasalahan yang harus dipahami 6. Guru memberikan Kesimpulan dari hasil diskusi

  • 13

    Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli, maka dapat

    disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran TPS adalah sebagai

    berikut:

    1. Siswa menyimak materi pembelajaran yang disampaikan untuk

    pencapaian tujuan kompetensi

    2. Guru memberi pertanyaan kepada siswa berdasarkan materi yang sudah

    disimak sehingga siswa dapat berfikir tentang materi pembelajaran

    3. Siswa berpasangan melakukan interaksi dengan teman sebelahnya

    (setiap kelompok terdiri dari 2 orang) untuk menyelesaikan tugas yang

    diberikan guru

    4. Siswa bersama pasangannya saling mendiskusikan dan mengutarakan

    hasil pemikiran masing-masing untuk menyelesaikan tugas yang

    diberikan oleh guru

    5. Guru memimpin pleno kecil diskusi, dan masing-masing pasangan

    melaporkan hasil diskusi yang sudah dilakukan bersama pasangannya

    6. Pasangan yang lain memberikan tanggapan terhadap pasangan yang

    sedang melaporkan hasil diskusinya.

    7. Siswa melakukan penegasan terhadap materi yang telah dipelajari

    dengan bimbingan dari guru.

    8. Guru memberikan kesimpulan hasil diskusi yang telah ditemukan

    jawabannya oleh siswa

    Pendekatan Pembelajaran Inkuiri

    Syaiful Sagala(2011:196) Pendekatan inkuiri merupakan pembelajaran

    yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah, logis. Dalam

    pembelajaran dengan adanya PI ini menuntun siswa agar melakukan

    Penyelidikan, penemuan terhadap suatu permasalah pada proses belajar, pada diri

    siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran

    ini siswa lebih banyak belajar sendiri, menemukan hasil dari suatu permasalah

    sehingga dapat mengembangkan kreativitas jawaban dalam memecahkan masalah.

  • 14

    Hamruni (2012:132-133) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran

    inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses

    berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban

    dari suatu masalah yang dipertanyakan, dan untuk memperoleh dan mendapatkan

    informasi dengan melakukan penyelidikan sebagai proses bertanya dan mencari

    tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannyayang dapat

    mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan.

    Menurut Gulo W, dalam Amri dkk, (2010:85) Pendekatan Pembelajaran

    Inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar peserta didik yang melibatkan

    secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara

    sistematis , kritis, logis, dan analisis suatu permasalahan. Sehingga peserta didik

    dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

    Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat di simpulkan bahwa

    pendekatan inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran untuk mencari dan

    menemukan sendiri jawaban dan permasalahan dengan melakukan inkuiri, yaitu

    penyelidikan investigasi, merumuskan permasalahan, melakukan hipotesis,

    mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, berdiskusi dan

    berkomunikasi. Dengan demikian, siswa menjadi lebih aktif dan guru hanya

    berusaha membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berfikir

    (minds-on activities) karena mereka mengalami keterlibatan secara mental dan

    terampil secara fisik (hands-on activities) seperti terampil merangkai alat

    percobaan. Pelatihan dan pembiasaan siswa untuk terampil berfikir dan terampil

    secara fisik tersebut merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan

    pembelajaran yang lebih besar yaitu tercapainya keterampilan proses ilmiah,

    sekaligus sikap ilmiah disamping penguasaan konsep, prinsip, hukum, dan teori.

    Pendekatan inkuiri merupakan pendekatan penemuan yang menuntut

    pengetahuan yang lebih kompleks dibandingkan pendekatan discovery. Pada

    pendekatan inkuiri siswa dengan proses mentalnya sendiri dapat menemukan

    suatu konsep, sehingga dalam menyusun rancangan percobaan dilakukan atas

    kemampuannya sendiri. Pada pendekatan inkuiri, permasalahan diberikan oleh

    guru kepada siswa, cara pemecahan masalah ditentukan oleh siswa, penemuan

  • 15

    kesimpulan juga dilakukan oleh siswa. Inkuiri yang berhubungan dengan

    pendidikan IPS harus mencerminkan penyelidikkan untuk hasil penemuan dalam

    suatu permasalahan yang diberikan. Dengan demikian proses belajar mengajar

    melalui inkuiri ini selalu melibatkan siswa dalam kegiatan diskusi dan

    eksperimen.

    Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Pendekatan Inkuiri

    Langkah-langkah dalam pembelajaran pendekatan inkuiri menurut

    Muhammad Jauhar (2011:67) sebagai berikut;

    1. Orientasi : hal yang harus dilakukan dalam tahap ini ; a) menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang diharapkan yang dicapai peserta didik , b) menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan, c) menjelskan topic dan kegiatan pembelajaran

    2. Merumuskan masalah : langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki . persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk menemukan teka-teki itu.

    3. Merumuskan hipotesis : jawaban sementara dari suatu permasalah yang dikaji sebagai jawaban sementara , hipotesis perlu diuji kebenarannya.

    4. Mengumpulkan data : aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri mengumpulkan data meruapakan proses mental yang sangat penting dalam memotivasi yang kuat dalam belajar, dan ketekunan mengunakan potensi berfikir

    5. Menguji hipotesis : menentukan jawaban yang dianggap diterima disesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

    6. Merumuskan kesimpulan : proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan kepada siswa data mana yang relevan.

    Langkah-langkah dalam pembelajaran pendekatan inkuiri menurut Wina

    Sanjaya (2010:202) sebagai berikut;

    1. Orientasi : 1. menjelaskan topik, tujuan dan hasil belajar yang akan dicapai siswa , 2. menjelaskan pokok-pokok kegiatan, 3. pentingnya topik dan kegiatan belajar hal ini dilakuan dalam rangkaian kegiatan memberikan motivasi belajar kepada peserta didik.

    2. Merumuskan masalah : langkah membawa siswa kepada sesuatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu.

    3. Mengajukan hipotesis : jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

    4. Mengumpulkan data : mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk mengkaji hipotesis yang diajukan

  • 16

    5. Menguji hipotesis : proses menentukan jawaban yang dianggap sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan informasi.

    6. Merumuskan kesimpulan : proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukan pada siswa data mana yang relevan.

    Menurut Ridwan Abdullah Sani (2014:218) langkah-langkah pendekatan

    inkuiri adalah sebagai berikut:

    1. Membuat rumusan masalah : peserta didik merumuskan masalah dari suatu permasalahan yang mungkin untuk diselidiki. Kemampuan yang muncul dari peserta didik adalah; 1. menyaadi adanya masalah, 2. mampu mengidentifikasi masalah, 3. melihat pentingnya masalah dan ;4. merumuskan masalah.

    2. Mengembangkan dan merumuskan hipotesis : peserta didik membuat hipotesis atau jawaban sementara terhadap permasalahan yang diselidiki. Kemampuan yang muncul dari peserta didik; 1.menentukan variabel atau mengolongkan data yang diperoleh, 2. Mengidentifikasi dan merumuskan variabel yang ada secara logis; 3. Merumuskan hipotesis.

    3. Merancang dan melakukan kegiatan untuk menguji hipotesis : peserta didik melakukan kegiatan penyelidikan untuk mengujikan hipotesis yang dirumuskan. Kemampuan yang diharapkan muncul dari peserta didk; 1. mengidentifikasi peristiwa yang yang diamati, 2. merancang kegiatan eksplorasi atau eksperimen yang dilakukan, 3. melakukan kegiatan pengamatan berdasarkan rencangan eksperimen dalam upaya pengumpulan data, mengevalyasi,menyusun data, mengolah dan menganalis data.

    4. Menarik kesimpulan : peserta didik diminta menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan. Siswa diharapkan ; 1. mencari pola dan makna hubungan data atau peristiwa, dan 2. meruskan berdasarkan data yang dipeoleh.

    Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli maka dapat disimpulkan

    bahwa langkah-langkah pendekatan inkuiri adalah sebagai berikut :

    1. Menyimak Tujuan Pembelajaran

    2. Menyimak Materi

    3. Merumuskan Masalah

    4. Mengajukan Hipotesis

    5. Mengumpulkan Informasi

    6. Menganalisis Informasi

    7. Menguji Hipotesis

    8. Membuat Kesimpulan

  • 17

    Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat

    disimpulkanmodel pembelajaran TPS dan pendekatan inkuiri adalah sebagai

    berikut :

    1. Siswa menyimak tujuan pembelajaran

    2. Siswa menyimak materi

    3. Siswa berfikir untuk merumuskan masalah

    4. Siswa membentuk kelompok pasangan diskusi

    5. Siswa mendiskusikan rumusan masalah dengan pasangannya

    6. Siswa berpasangan mendiskusikan hipotesis yang diajukan

    7. Siswa berpasangan mengumpulkan informasi

    8. Siswa berpasangan menganalisis informasi

    9. Siswa berpasangan menguji hipotesis

    10. Siswa berpasangan untuk sharing pembuktian hipotesis secara pleno di

    depan kelas.

    11. Siswa bersama guru membuat kesimpulan hasil diskusi.

    Model pembelajaran TPS digabung dengan pendekatan inkuiri adalah suatu

    rangkaian pembelajaran siswa yang menekankan pada proses berfikir secara

    ilmiah, logis ,dan analisis dengan permasalahan dengan melakukan penyelidikan

    (think), berpasangan (pairs), dan berbagi jawaban dalam keseluruhan siswa

    dikelas (share) yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

    untuk mencari, menemukan, dan menyelidiki secara sistematis serta logis

    terhadap suatu masalah dengan langkah-langkah inkuiri sehingga siswa dapat

    merumuskan sendiri penemuannya dengan menghasilkan jawaban dari masalah

    yang diberikan oleh guru

    2.1.3. Hasil Belajar

    Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:54 ) hasil belajar diukur dengan

    rata-rata hasil tes yang diberikan dan skor tes hasil belajar. Pada umumnya hasil

    belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan

    psikomotor. Pengukurannya tidak hanya menekankan pada hasil belajar saja,

    namun juga menekankan pada evaluasi proses belajar.

  • 18

    Menurut Wahidmurni, dkk. (2010:28) untuk mengetahui hasil belajar

    seseorang dapat dilakukan dengan melakukan tes dan pengukuran. Tes dan

    pengukuran memerlukan alat sebagai pengumpul data yang disebut dengan

    instrumen penilaian hasil belajar, instrumen dibagi menjadi dua bagian besar

    yakni tes dan non tes.

    Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang

    dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar dalam proses belajar dan tes

    hasil belajar yang diukur dari kemampuan siswa dengan mencakup kemampuan

    dalam ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri

    dari enam aspek yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis,

    ealuasi dan mencipta. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan

    keempat aspek berikutnya termaksud kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif

    berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban

    atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan

    dengan gerakan refleks, kerterampilan gerakan dasar, kemampuan perceptual,

    keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan

    ekspresif dan interpretatif .

    Menurut defenisi beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa Hasil belajar

    adalah hasil pengukuran rata-rata dari aspek ranah kognitif , ranah afektif dan

    ranah psikomotorik melalui pengukuran hasil belajar dan proses belajar.

    Tujuan penilaian menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:6) dibagi

    kedalam lima penilaian pembelajaran yaitu sebagai berikut:

    1. Penilaian formatif, yakni penilaian yang dilaksanakan pada setiap akhir

    pokok pembahasan, tujuan nya untuk mengetahui tingkat penguasaan

    kompetensi yang telah dicapai peserta didik. Contoh setiap akhir RPP

    dilakukan Tes

    2. Penilaian sumatif, yakni penilaian yang dilakukan pada akhir satuan

    program tertentu (catur wulan, semester atau tahun ajaran) seperti

    ulangan umum bersama, ujian nasional.

  • 19

    3. Penilaian diagnostik, yakni penilaian yang ditunjukkan untuk melihat

    kelemahan peserta didik dan faktor-faktor yang diduga menjadi

    penyebabnya.

    4. Penilaian penempatan(placement), yakni penilaian yang ditujukan

    untuk penempatan peserta didik sesuai dengan bakat, minat, dan

    kemampuannya, misalnya menempatkan peserta didik pada kerja

    kelompok dan pemilihan jurusan atau kegiatan tambahan.

    5. Penilaian seleksi, yakni penilaian yang ditujukan untuk memilih orang

    yang paling tepat pada kedudukan atau posisi tertentu.

    Menurut Wardani Naniek Sulistya, (2012: 48). ukuran hasil belajar adalah

    besarnya skor yang diperoleh melalui pengukuran pada saat proses belajar (non

    tes) dan pengukuran pada hasil belajar (tes). Teknik pengukuran. Besarnya hasil

    belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran diartikan sebagai

    kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu

    gejala atau peristiwa, atau benda. Pengukuran terhadap hasil belajar dilakukan

    dengan menggunakan alat ukur atau instrumen.

    Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:49) teknik pengukuran

    dibedakan menjadi 2 yaitu Tes dan non tes.

    1. Tes

    Menurut Suryanto Adi, dkk 2009 (dalam Wardani 2012:10) tes adalah

    seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh

    informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan

    tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Senada dengan

    itu, Teknik tes menurut (Wardani Naniek Sulistya 2012: 142) Tes adalah alat ukur

    indikator atau kompetensi tertentu untuk pemberian angka yang jelas dan spesifik,

    sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama.

    Menurut Endang Poerwanti 2008:4-9) jenis-jenis tes adalah tes lisan (menuntut

    jawaban secara lisan). Tes tertulis (menuntut jawaban secara tulisan), dan tes

    tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).

  • 20

    Tes adalah serenten pertanyaan atau latihan serta alat ukur yang digunakan

    untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat

    yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto 2010:193)

    Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah

    sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu

    tertentu dan memiliki tujuan tertentu guna mengukur kemampuan seseorang.

    Berikut ini adalah teknik tes yang dikemukakan oleh Wardani Naniek Sulistya

    (2012:144-145) sebagai berikut:

    a. Jenis tes berdasarkan cara mengerjakan

    1. Tes tertulis

    Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik

    dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum

    dikelompokkan menjadi dua yaitu:

    - Tes objektif, ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar

    salah, dan bentuk menjodohkan.

    - Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat

    dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya

    sulit dilakukan secara objektif).

    2. Tes lisan

    Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan

    mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta

    didik, dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan

    skor. Tes lisan tidak sama dengan pembelajaran yang melakukan tanya-

    jawab. Tes lisan memiliki kelebihan:

    - Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki

    peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara

    berhadapan langsung.

    - Bagi peserta didik yang kemampuan berfikirnya relatif lambat, tes

    bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan

    langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.

    - Hasil tes dapat langsung dapat diketahui peserta didik.

  • 21

    Adapun kelemahan Tes Lisan adalah:

    - Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes.

    - Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama.

    3. Tes perbuatan

    Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam

    bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan

    perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakuakan sejak

    peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan

    hasil yang dicapainya. Untuk tes perbuatan umumnya diperlukan sebuah

    format pengamatan, agar pendidik dapat menulis angka-angka yang

    diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya

    dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang bersifat

    individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual.

    Begitu pula yang dilakukan secara kelompok.

    b. Jenis tes berdasarkan bentuk jawabannya

    1) Tes esei (essay-type test)

    Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa

    mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah

    dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

    2) Tes jawaban pendek

    Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes

    diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi

    memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-

    kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

    3) Tes objektif

    Tes objektif adalah tes yang keseluruhan informasi diperlukan

    untuk menjawab tes yang telah tersedia. Oleh karenanya sering pula

    disebut dengan istilah tes pilihan jawaban (selectedresponse test).

    2. Teknik Non Tes

    Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif

    dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek

  • 22

    kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes menurut WardaniNaniek Sulistya

    (2012:73-74) yaitu:

    a. Unjuk kerja

    Unjuk kerja adalah suatu pengukuran yang dilakukan melalui

    pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu berupa

    tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca

    puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan

    masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi, dan

    keterampilan mengoperasikan suatu alat.

    b. Penugasan

    Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang

    mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu

    tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni

    perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data.

    Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai ketrampilan

    menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang

    tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu

    penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan subjek secara jelas.

    c. Tugas individu

    Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas

    kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. Tugas ini dapat

    diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk seperti pembuatan

    kliping, pembuatan makalah dan yang sejenisnya. Tingkat berfikir yang

    terlibat pada peserta didik menerapkan (apply), menganalisis

    (analyses), mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create).

    d. Tugas kelompok

    Tugas kelompok sama dengan tugas individu, namun dikerjakan

    secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja

    kelampok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah

    tertulis dengan menjawab uraian secara bebas dengan tingkat berfikir

    tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

  • 23

    e. Laporan

    Laporan adalah bentuk penilaian yang berbentuk laporan atas tugas

    atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja

    praktik, laporan praktikum dan laporan pemantapan praktik lapangan

    (PPL).

    f. Responsi atau ujian praktik

    Responsi atau ujian praktik merupakan suatu penilaian yang

    dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian

    responsi dapat dilakukan pada awal praktik atau setelah melakukan

    praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk

    mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik, sedangkan ujian

    yang dilakukan setelah praktik tujuannya untuk mengetahui kompetensi

    dasar praktik yang telah dan belum dicapai peserta didik.

    g. Portofolio

    Portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan

    pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan

    kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi

    tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang

    dianggap terbaik oleh peserta didik, contoh-contoh hasil pekerjaan

    sehari-hari dan hasil observasi guru. Berdasarkan informasi

    perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai

    perkembangan peserta didik dan dapat terus melakukan perbaikan.

    Penelitian ini tes yang digunakan adalah tes formatif pertemuan kedua

    setiap siklusnya untuk menentukan hasil belajar siswa. Tes formatif adalah tes

    hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar

    yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu program pembelajaran tertentu

    seperti tes harian, ulangan harian. (Wardani Naniek Sulistya,dkk, 2012:72)

    Tujuan utama mengunakan evaluasi dalam pembelajaran (classroom

    evaluation) disekolah adalah membantu guru dan peserta didik untuk

    menggambil keputusan profesional dalam memperbaiki pembelajaran.

  • 24

    Ketercapaian tujuan pembelajaran yang dapat diketahui dari hasil belajar siswa

    dalam penilitian ini adalah besarnya skorsiswa yang diperoleh dari skor tes tertulis

    dan non tes (observasi).Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian

    tujuan pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrument. Ada instrument

    butir-butir soal apabila cara pengukurannya mengunakan tes, untuk menilai aspek

    kongnitif, apabila pengukurannya dengan cara mengamati atau mengobservasi

    akan mengunakan instrument lembar pengamatan atau observasi, pengukuran

    dengan cara atau teknik skala sikap akan mengunakan instrument butir-butir

    pernyataan, untuk menilai hasil efektif

    Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian

    tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah

    valid, artinya instrument ini adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang

    seharusnya diukur. Untuk dapat mengukur instrument tersebut diperlukan suatu

    indikotor perilaku yang tercantum dalam kisi-kisi (test blue – print atau tabel of

    specification) adalah frmat atau matriks pemetaan soal yang mengambarkan

    distribusi item untyk berbagi topic atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi

    dasar , indikator dan jenjang kemampuan tertentu dalam (Wardani, Naniek

    Sulistya,dkk, 2012:92). Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan sebagai pedoman

    merakit atau menulis soal menjaadi perangkat tes.

    Didalam kisi-kisi ada indikator yang perlu dirumuskan. Untuk

    merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan

    diujikan, indikator pembelajaran, dan standar kompetensi. Indikator yang baik

    dirumuskan secara singkat dan jelas.Dalam hubungan ini kita mengenal ranah

    kognitif. Revisi krathwoll terhadap tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan

    (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi

    (C6), (Wardani Naniek Sulistya,dkk 2012:94-95). Selain itu, indikator

    dikelompokkan pada tingkatan-tingkatan dimulai dari tingkatan yang rendah,

    tingkatan sedang dan tingkatan tinggi.Kesemuannya terangkum dalam bentuk

    instrumen baik dalam bentuk pilihan ganda maunpun uraian.

  • 25

    Fungsi penilaian menurut Depdiknas dalam WardaniNaniek Sulistya, dkk

    (2012:5) adalah untuk :

    1. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik

    2. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk

    mengembangkan kepribadian

    3. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta

    didik serta sebagai alat diaknosis bagi guru

    4. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran

    yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung

    5. Sebagai kontrol bagi guru dan semua pemangku kepentingan (stake

    holder) pendidikan tentang gambaran kemajuan perkembangan proses

    dan hasil belajar peserta didik.

    Evaluasi menurut Wardani Naniek Sulistya dkk (2012:51) merupakan

    proses pemberian makna atau penetapan kualitas pengukuran dengan cara

    membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria

    sebagai pembandingan dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat

    ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah

    pelaksanaan pengukuran.Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal

    yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-

    rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa

    batas kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat

    mutlak disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria

    (PAP/PAK), sedang kriteria yang ditentukan setelah kegiatan pengukuran

    dilakukan dan didasarkan pada keadaan kelompok dan bersifat relatif disebut

    dengan Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

    Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2007 tentang Standar

    Penilaian Pendidikan menyatakan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

    adalah Kriteria Ketuntasan Belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan

    pendidikan. KKM pada akhir jenjang satuan pendidikan untuk kelompok mata

    pelajaran selain ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan nilai batas ambang

  • 26

    kompetensi.Hasil dari pengukuran pencapaian KD dipergunakan sebagai dasar

    penilaian atau evaluasi. Menurut BSNP (2007:9).

    Penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis

    dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang

    dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi

    yang bermakna dalam pengambilan keputusan. (Wardani Naniek Sulistya, dkk,

    2010:2.8) menjelaskan bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi

    makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan

    angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai

    pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum

    proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria

    tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan

    seperti KKM atau batas keberhasilan, kriteria juga dapat pula berupa kemampuan

    rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain

    Hasil belajar adalah skor hasil pengukuran proses belajar dan hasil belajar

    peserta didik yang meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah

    psikomotorik.

    2.2.Hasil Penelitian yang Relevan

    Penelitian yang relevan dilakukan oleh Yeska Antarisa Rekta dengan judul

    “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Melalui Model Pembelajaran

    Think Pair Share Mengunakan Pendekatan InkuiriSiswa Kelas 5 SD N Jogonayan

    Kecematan Ngablak Kabupaten Magelang Semester 2 Tahun Pelajaran

    2012/2013. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subyek yang

    diteliti adalah siswa kelas 5 SD NJogonayan Kecematan Ngablak Kabupaten

    Magelang . Model PTK yang digunakan adalah model Kemmis, S dan Mc Taggat,

    R yang dilaksanakan melalui tiga siklus yang terdiri dari perencanaan tindakan,

    pelaksanaan tindakan dan observasi serta refleksi.

    Variabel penelitian ini mengunakan dua variabel. Variabel bebas yaitu

    model pembelajaran TPS dengan pendekatan inkuirisedangkan variabel terikat

    yaiutu hasil belajar. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian

  • 27

    ini dengan mengunakan teknik tes dan teknik non tes (observasi),hasil penelitian

    ini menunjukkan bahwa tindakan dengan mengunakan model TPSdan pendekatan

    inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 SD N Jogonayan

    Kecematan Ngablak Kabupaten Magelang.

    Hal ini nampak pada pembelajaran pra siklus (kondisi awal) ketuntasan

    belajar mencapai 7 (25%) dari 28 siswa, setelah memperoleh tindakan

    pembelajaran dengan model TPS dan PI , ketuntasan belajar pada siklus I sebesar

    43% atau 12 siswa dan siklus II sebesar 93% atau 26 siswa, serta siklus III

    menjadi 100% yakni 28 siswa. Nilai rata-rata kelas pada kondisi awal sebesar

    69,15, siklus I meningkat menjadi 85,35 dan pada siklus II meningkat menjadi

    91,18, sedangkan siklus III menjadi 94,40. Ada pun ketuntasan belajar klasikal

    pada kondisi pra siklus 25%, siklus I meningkat menjadi 43%, siklus II meningkat

    93% dan siklus III meningkat menjadi 100% . sedangkan skor maksimal pada

    kondisi pra siklus 55, siklus I 79, siklus II 95 dan siklus III 96 dengan kriteria

    ketuntasan minimal (KKM) 90. Dalam peningkatan hasil belajar IPS siswa, guru

    mengunakan model pembelajaran TPS dan PI. Peningkaan hasil belajar siswa dari

    cara penilaian dibagi menjadi dua yaiutu penilaian proses (dari pengamatan guru

    kepada siswa ketika berfikir individu, berpasangan dan berbagi jawaban dengan

    langkah-langkah inkuiri yang terdiri dari mengidentifikasi masalah, menganalisis

    masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan informasi,

    mengkladifikasi hal-hal positif, mengkladifikasi hal-hal negative, membuat

    kesimpulan, membuat rekomeasi dan mempresentasikan data), dan penilaian hasil

    belajar (dari tes formatif). Sehingga penelitian ini dinyatakan berhasil karena

    adanya peningkatan hasil belajar dari siklus I,siklus II dan siklus III dengan

    mengunakan model pembelajaran TPS dan pendekatan Inkuiri.

    Berdasarkan penelitian Stevanus Oki Rudy Susanto melakukan penelitian

    dengan judul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Penggunaan Model

    Pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) Bagi Siswa Kelas 5 SD Negeri Sinduagung

    Selomerto Wonosobo Semester I Tahun 2009/2010”. Jenis penelitian ini adalah

    penelitian tindakan kelas. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas 5 SD Negeri

    Sinduagung Selomerto Wonosobo. Model PTK yang digunakan adalah model

  • 28

    Kemmis dan Targat dengan dua siklus dan langkah-langkah mulai dari

    perencanaan, implementasi dan observasi, sampai dengan refleksi. Hasil analisis

    menunjukkan bahwa dari 31 siswa diperoleh hasil skor tes pada pembelajaran non

    TPS ada 18 siswa belum tuntas (58,06%) dengan rata-rata kelas 54,51. Pada siklus

    I ada 26 siswa telah tuntas (83,72%) dengan rata-rata kelas 67,74 dan pada siklus

    II ada 30 siswa telah tuntas (96,78%) dengan rata-rata kelas 80,96. Jadi ada

    peningkatan hasil belajar sebesar 28,72% dari kondisi pra siklus (awal) ke siklus I

    dan 13,06% pada siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa model

    pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) dapat meningkatkan hasil belajar IPS Bagi

    Siswa Kelas 5 SD Negeri Sinduagung Selomerto Wonosobo Semester I Tahun

    2009/2010.

    Berdasarkan penelitian Sri Maryati dengan judul “Upaya Peningkatan

    Minat dan Hasil Belajar Matematika Tentang KPK dan FPB Melalui Model

    Pembelajaran Think Pairs Share Bagi Siswa Kelas 4 SD Negeri Tambakboyo 03

    Kabupaten Demak Semester 1 Tahun Pelajaran 2010/2011” juga menjelaskan

    terjadinya peningkatan minat yang diikuti dengan meningkat pula hasil belajar

    siswa setelah menerapkan model pembelajaran TPS, yaitu pada siklus I ke siklus

    II dari kurang minat menjadi minatnya baik dengan menggunakan model

    pembelajaran TPS dapat meningkatkan hasil belajar matematika tentang KPK dan

    FPB bagi siswa kelas 4 SD Negeri Tambakboyo 03 Kabupaten DemakSemester 1

    Tahun Pelajaran 2010/2011. Dari kondisi awal yang hanya 6 (50%) siswa yang

    tuntas hasil belajarnya dari 12 siswa, ke kondisi akhir terdapat peningkatan yaitu 6

    (50%) siswa yang mendapatkan nilai tuntas, sehingga siswa yang tuntas menjadi

    12 (100%) siswa. Terdapat peningkatan 6 (50%). Nilai rata-rata dari 66,66

    menjadi 79,58 meningkat sebesar 12,92. Keberhasilan dalam penelitian ini adalah

    pembelajaran lebih efektif dan menyenangkan sehingga siswa bisa bebas dalam

    berargumen sesama teman kelompoknya, sedangkan kekurangannya yaitu pada

    keaktifan siswa yang kurang dan daya pemikiran siswa yang masih terbatas

    sehingga selama proses penelitian membutuhkan waktu yang cukup lama untuk

    mendapatkan hasil yang lebih maksimal, sehingga diperlukan pengaturan waktu

    yang lebih efektif lagi untuk melaksanakan penelitian

  • 29

    Tabel 2.2

    Hasil Belajar Penelitian Relevan

    Nama Peneliti Tahun Variabel Hasil Belajar V I V2 Siklus I Siklus II Siklus III

    Yeska Antarisa Rekta

    2012/2013 Model pembelajaran TPS dan pendekatan inkuiri

    Hasil Belajar

    43% 93% 100%

    Stevanus Oki Rudy Susanto

    2009/2010 Model Pembelajaran TPS

    Hasil Belajar

    83,72% 96,78%

    Sri Maryati 2010/2011 Model Pembelajaran TPS

    Minat dan Hasil Belajar

    50% 100%

    2.3 Kerangka Berfikir

    Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik

    sebagai Center stage performance, dengan proses pembelajaran yang menarik

    siswa dapat merespon pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan.

    Sedangkan aktif adalah siswa mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan dan

    mengemukakan pendapat atau gagasan. Dalam pembelajaran IPS , hal yang sering

    ditekankan bahwa mata pelajaran IPS membutuhkan pemikiran yang ilmiah, logis,

    analisis dan kritis dalam penyelesaian suatu permasalahan. Hal ini di karenakan

    pembelajaran IPS adalah pembelajaran yang dianggap sulit dalam cara

    penyampaiannya serta membutuhkan eksplorasi dari siswa agar terjadi sintesis

    antara teori (konsep) yang didapatkan dari kenyataan yang dialami secara

    langsung, pada saat pembelajaran siswa tidak terlibat dan pasif, sementara guru

    tidak memperhatikan dengan kondisi ini, sehingga pembelajaran yang dilakukan

    adalah dengan berpusat pada guru dan saat pembelajaran guru hanya

    menggunakan metode ceramah, dalam pengukuran proses belajar guru hanya

    menggunakan penilaian kognitif saja sedangkan pengukuran afektif dan

    psikomotorik tidak di ukur. Tugas guru dalam mengajar hanyalah membantu

    memberikan pengetahuan kepada siswa dan dapat mempengaruhi siswa dalam

    pembelajarannya di kelas.Pembelajaran IPS di kelas 5 SD Negeri Blotongan 01

    Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga tidak dapat menunjukkan ketuntasan yang

  • 30

    menggembirakan. Sejumlah 19 siswa tidak tuntas dalam belajarnya .Oleh karena

    itu perlu ada upaya perbaikan pembelajaran melalui Model Pembelajaran TPS dan

    Pendekatan Inkuiri dalam pembelajaran IPS.

    Dengan model TPS dan pendekatan inkuiri diharapkan dapat

    meningkatkan hasil belajar IPS dengan KD 2.4 Menghargai perjuangan para

    tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Dengan model dan pendekatan ini

    diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPS. Hasil belajar IPS dapat

    meningkat, karena dalam pembelajaran siswa terlibat dan aktif dalam

    pembelajaran. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran nampak melalui langkah-

    langkah pembelajaran TPS dan pendektan inkuiri yakni Siswa menyimak tujuan

    pembelajaran Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI), Siswa

    menyimak materi Perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI),

    Siswa berfikir untuk merumuskan masalah Perjuangan mempertahankan

    kemerdekaan Indonesia (PKI), Siswa membentuk berpasangan diskusi , diskusi

    merumuskan masalah Perjuangan mempertahakan kemerdekaan Indonesia (PKI),

    diskusi mengajukan hipotesis Perjuangan mempertahankan kemerdekaan

    Indonesia (PKI), mengumpulkan informasi Perjuangan mempertahakan

    kemerdekaan Indonesia (PKI), menganalisis informasi Perjuangan

    mempertahanakan kemerdekaan Indonesia (PKI) , menguji hipotesis Menghargai

    perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI),

    sharing pembuktian hipotesis secara pleno didepan kelas, siswa bersama guru

    membuat kesimpulan. Penjelasan Skema peningkatan hasil belajar IPS melalui

    langkah-langkah model pembelajaran TPS dan pendekatan inkuiri secara rinci

    disajikan melalui gambar 2.1 berikut ini.

  • 31

    Pembelajaran Konvesional

    KD 2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam

    mempertahankan kemerdekaan

    Model Pembelajaran TPS dan Pendekatan Inkuiri

    Menyimak tujuan pembelajaran

    Menyimak materi Perjuangan mempertahankan

    kemerdekaan Indonesia (PKI)

    Berfikir merumuskan masalah Perjuangan

    mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI)

    Berpasangan

    Tes Formatif

    Mempresentasikan Pembuktian Hipotesis Perjuangan

    mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI)

    Mengajuankan Hipotesis Perjuangan mempertahankan

    kemerdekaan Indonesia (PKI)

    Kesimpulan Hasil Diskusi

    Menguji Hipotesis Perjuangan mempertahankan

    kemerdekaan Indonesia (PKI)

    Skor

    Keterampilan

    Menganalisis Informasi Perjuangan mempertahankan

    kemerdekaan Indonesia (PKI)

    Mendiskusikanrumusan masalah Perjuangan

    mempertahankan kemerdekaan Indonesia (PKI)

    Skor Sikap

    Hasil Belajar KKM < 80

    Skor Kognitif

    Mengumpulkan Informasi Perjuangan mempertahankan

    kemerdekaan Indonesia (PKI)

    Pengukuran

    Proses Belajar

    Pengukuran Hasil Belajar

    Hasil

    Belajar

    KKM ≥ 80

    Sharing

    Gambar 2.1

    Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TPS dan PI

  • 32

    2.5 . Hipotesis Penelitian

    Hipotesis penelitian yang diajukan adalah peningkatan hasil belajar IPS

    diduga dapat diupayakan melalui model pembelajaran think pair share (TPS)

    dan pendekatan inkuiri siswa kelas 5 SDN Blotongan 01 Kecamatan Sidorejo

    Kota Salatiga semester 2 tahun pelajaran 2015/2016.