BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah,...

19
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori Suatu teori akan memperoleh arti yang penting, apabila lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Teori-teori yang relevan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan. Sugiyono (2012:52) menyatakan “landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba- coba” sehingga kajian teori sangat penting untuk membangun kerangka berfikir atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian IPS Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memang sudah diterapkan dari jenjang SD/MI, sampai tingkat sekolah menengah baik SMP maupun SMA. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran pada jenjang pendidikan di tingkat sekolah yang dikembangkan secara terintegrasi dengan mengambil konsep-konsep esensial dari Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora. IPS mengkaji berbagai masalah-masalah dan fenomena sosial yang ada di masyarakat. Ilmu pengetahuan sosial merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang disusun secara sistematis dan terpadu yang kemudian menjadi suatu disiplin ilmu yang tidak dapat dipecah-pecah lagi karena telah terintegrasi dalam ilmu pengetahuan sosial. Soemantri dalam Sapriya (2011:11) menyatakan bahwa “Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.” Pendapat serupa dikemukakan oleh Trianto (2010:171) menyatakan bahwa: “Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu sosial yang dimaksud seperti sosiologi,

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah,...

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Kajian Teori

Suatu teori akan memperoleh arti yang penting, apabila lebih banyak dapat

melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada. Teori-teori yang

relevan dapat digunakan untuk menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti

sebagai dasar untuk memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang

diajukan. Sugiyono (2012:52) menyatakan “landasan teori perlu ditegakkan agar

penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-

coba” sehingga kajian teori sangat penting untuk membangun kerangka berfikir

atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian.

2.1.1 Ilmu Pengetahuan Sosial

a. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memang

sudah diterapkan dari jenjang SD/MI, sampai tingkat sekolah menengah baik

SMP maupun SMA. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran

pada jenjang pendidikan di tingkat sekolah yang dikembangkan secara terintegrasi

dengan mengambil konsep-konsep esensial dari Ilmu-ilmu Sosial dan Humaniora.

IPS mengkaji berbagai masalah-masalah dan fenomena sosial yang ada di

masyarakat.

Ilmu pengetahuan sosial merupakan perpaduan dari berbagai disiplin ilmu

pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang

disusun secara sistematis dan terpadu yang kemudian menjadi suatu disiplin ilmu

yang tidak dapat dipecah-pecah lagi karena telah terintegrasi dalam ilmu

pengetahuan sosial. Soemantri dalam Sapriya (2011:11) menyatakan bahwa

“Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu

sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

dikaji secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan.”

Pendapat serupa dikemukakan oleh Trianto (2010:171) menyatakan bahwa:

“Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang

ilmu-ilmu sosial. Ilmu-ilmu sosial yang dimaksud seperti sosiologi,

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

8

sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan

Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial masyarakat

yang diwujudkan dalam satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan

cabang-cabang ilmu sosial tersebut”.

Berdasarkan penjelasan para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) yaitu mata pelajaran yang merupakan suatu perpaduan

dari sejumlah disiplin ilmu sosial seperti geografi, sosiologi, sejarah, ekonomi,

hukum, politik, kewarganegaraan dan masih banyak lagi. Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) lebih banyak menekankan hubungan antara manusia dengan masyarakat,

hubungan manusia didalam masyarakat, disamping hubungan manusia dengan

lingkungan fisiknya.

b. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terutama membantu

para siswa selaku warga negara agar mampu menjadi warga negara yang baik, dan

mampu untuk mengambil keputusan secara rasional dengan dasar informasi yang

mencukupi, dalam kaitan dengan permasalahan sosial yang hasilnya tidak hanya

bermanfaat bagi diri pribadi,keluarga, tetapi juga berguna bagi masyarakat dan

bangsanya sebagai bentuk perwujudan cinta tanah air. ”Gross, Solihatin (2007:14)

menyebutkan bahwa tujuan Pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan siswa

menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat. Secara tegas

ia mengatakan “to prepare students to be will-functioning citizen in a democratic

society”. Tujuan lain dari pendidikan IPS adalah untuk mengembangkan

kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusan setiap

persoalan yang dihadapinya. Berdasarkan berbagai definisi tentang tujuan

pendidikan IPS di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan IPS di SMP

bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki ketrampilan yang

berguna bagi dirinya sendiri, orang lain, maupun negara, serta menjadi manusia

yang beriman dan bertaqwa serta memiliki rasa cinta tanah air dan kepedulian

sosial yang tinggi. Ilmu Pengetahuan Sosial juga bertujuan untuk membentuk

warga negara yang baik dalam kehidupan berbangsa.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

9

c. Karakteristik Pembelajaran IPS

Karakteristik mata pelajaran IPS berbeda dengan disiplin ilmu lain yang

bersifat monolitik. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari

berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi.

Rumusan Ilmu Pengetahuan Sosial berdarkan realitas dan fenomena sosial melalui

pendekatan interdisiplinerdari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial tersebut.

Trianto (2010:175) menyatakan bahwa mata pelajaran IPS di SMP/ MTs memiliki

beberapa karakteristik antara lain sebagai berikut:

1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur geografi,

sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan, sosiologi, bahkan

juga bidang humaniora, pendidikan dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS berasal dari struktur

keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema)

tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut berbagai

masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan

multidisipliner.

4) Standar Kompetensi dan Kompetesi Dasar dapat menyangkut peristiwa

dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akibat,

kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses, dan

masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar surviveseperti

pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

Berdasarkan perspektif mengenai karakteristik IPS di atas, maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran yang

merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu yaitu ekonomi, geografi,

sosiologi, dan sejarah yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial

serta dikaji dengan pendekatan interdisipliner.

2.1.2 Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil belajar

Pendidikan bertujuan antara lain mengembangkan dan meningkatkan

kepribadian individu yang sedang melakukan proses pendidikan. Perkembangan

kepribadian erat hubungannya dengan perubahan tingkah laku yang telah

dihasilkan dan ingin mengetahui hasil perolehannya dalam suatu pendidikan

dikenal dengan istilah prestasi belajar.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

10

Bell Gredler dalam Winataputra (2008:1.5) menyatakan:

belajar adalah peroses yang dilakukan oleh manusia untuk mendapatkan

aneka ragam competencies, skills, attitudes. Kemampuan (competencies),

keterampilan (skills), dan sikap (attitude) tersebut diperoleh secara

bertahap dan bekelanjutan mulai dari masa bayi sampai masa tua melalui

rangkaian proses belajar sepanjang hayat.

Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku

dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun

keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi belajar ini dapat

dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah ditempuhnya. Alat

untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi belajar atau achievement

test yang disusun oleh guru.

Sudjana (2001:22) mengatakan “Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah

sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Semakin tinggi

proses belajar yang dilakukan oleh siswa, harus semakin tinggi hasil belajar yang

diperoleh siswa”. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai

siswa. Menurut Suprijono (2013:5) “Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan,

nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”.

Pengukuran hasil belajar dimaksudkan untuk mengetahui seberapa jauh perubahan

tingkah laku siswa setelah menghayati proses belajar. Maka pengukuran yang

dilakukan guru lazimnya menggunakan tes sebagai alat ukurnya.

Dari beberapa pengertian tentang hasil belajar di atas dapat disimpulkan

bahwa hasil belajar merujuk pada perubahan kemampuan (competencies),

keterampilan (skills), dan sikap (attitude)siswa setelah melakukan proses kegiatan

belajar. Perubahan tersebut dapat diukur melalui pengukur prestasi/hasil belajar

yang disebut tes prestasi belajar atau achievement test yang disusun oleh guru

dengan kriteria-kriteria penilaian yang sesuai dan dengan patokan-patokan

tertentu.

b. Ranah Hasil Belajar

Menurut teori Taksonomi Bloom (dalam Usman, 2010:34):

tujuan instuksional pada umumnya dikelompokkan kedalam tiga kategori ,

yakni domain kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif mencakup

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

11

tujuan yang berhubungan dengan ingatan (recall), pengetahuan, dan

kemampuan intelektual. Domain afektif mencakup tujuan-tujuan yang

berhubungan dengan perubahan-perubahan sikap, nilai, perasaan dan

minat. Domain psikomotor mencakup tujuan-tujuan yang berhubungan

dengan manipulasi dan kemampuan gerak (motor).

Usman (2010:34-35) Hasil belajar terdapat tiga ranah antara lain kognitif,

afektif, dan psikomotor yaitu dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam

aspek yaitu ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan

penelitian.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif memiliki lima

jenjang kemampuan yaitu penerimaan, pemberian respon, penilaian,

pengorganisasian, dan karakterisasi dengan suatu nilai.

3) Ranah Psikomotor

Meliputi keterampilan peniruan, manipulasi benda-benda, ketetapan,

artikulasi, pengalamiahan.

Penelitian ini mengarah pada ranah kognitif dan ranah afektif, karena

penelitian pada ranah kognitif ditujukan untuk melihat hasil belajar siswa, dalam

hal ini dilakukan suatu penilaian dilakukan penilaian terhadap siswa dan tes

digunakan untuk mengetahui hasil pemahaman siswa terhadap mata pelajaran IPS,

sedangkan pada ranah afektif ditujukan untuk melihat keaktifan belajar siswa

yang dapat diukur melalui alat ukur dengan dengan syarat-syarat tertentu.

2.1.3 Keaktifan Siswa

a. Pengertian Keaktifan Siswa

Kegiatan pembelajaran yang baik adalah kegiatan pembelajaran yang

didalamnya terdapat interaksi positif antara guru dengan siswa dan antar siswa.

Kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna jika tidak hanya terjadi oleh

komunikasi satu arah, yaitu komunikasi yang dilakukan oleh guru terhadap siswa

yang hanya membuat siswa mudah bosan dan sulit untuk menangkap penjelasan

dari guru. Oleh karena itu, agar kegiatan pembelajaran tidak membosankan guru

harus dapat memfasislitasi siswa dalam pembelajaran yang aktif. Menurut Asmani

(2012:64), “istilah aktif disini lebih tepat merupakan lawan dari pembelajaran

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

12

konvensional, gurulah yang mendominasi”. Sementara, pada pembelajaran aktif

siswalah yang banyak melakukan aktivitas belajar. Usman (2010:6) menyatakan

“mengajar bukan sekedar proses menyimpan ilmu pengetahuan, melainkan

terjadinya interaksi manusiawi dengan berbagai aspeknya yang cukup kompleks”.

Pendekatan pembelajaran konvensional dan pendekatan pembelajaran aktif

tersebut masih tetap menonjolkan keaktifan siswa, namun dalam kadar yang

berbeda. Secara kuantitatif, Depdiknas pernah menetapkannya dengan

perbandingan 3:7. Pada pendekatan konvensional (implementasi kurikulum 1994

dan sebelumnya), 70% guru ceramah dan 30% siswa aktif melakukan kegiatan.

Silberman, M dalam Asmani (2012:65) menggambarkan:

Saat belajar aktif, para siswa melakukan banyak kegiatan. Mereka

menggunakan otak untuk mempelajari ide-ide, memecahkan

permasalahan, dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif

adalah mempelajari dengan cepat, menyenangkan, penuh semangat, dan

terlibat secara pribadi untuk mempelajari sesuatu dengan baik. Oleh

karena itu, siswa harus mendengar, melihat, menjawab pertanyaan, dan

mendiskusikannya dengan orang lain.

Menurut Mayer dalam Asmani (2012:67) “siswa yang aktif tidak hanya

sekedar hadir di kelas, menghafalkan, dan akhirnya mengerjakan soal-soal di

akhir pelajaran”. Siswa harus terlibat aktif secara fisik maupun mental. Menurut

Usman (2010:22), aktivitas siswa dapat digolongkan kedalam beberapa hal:

1. Aktivitas visual yang meliputi meliputi membaca, menulis, melakukan

eksperimen, dan demonstrasi.

2. Aktivitas lisan meliputi bercerita, membaca sajak, Tanya jawab, diskusi

dan menyanyi.

3. Aktivitas mendengarkan meliputi mendengarkan penjelasan guru,

ceramah, pengarahan.

4. Aktivitas gerak seperti senam, atletik, menari, melukis dan aktivitas

menulis seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.

5. Aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah, membuat surat.

Setiap jenis aktivitas tersebut memiliki bobot yang berbeda tergantung

pada tu juan mana yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi

yang tinggi antara guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini

akan mengakibatkan suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing-

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

13

masing siswa dapat melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas

yang timbul dari siswa akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan

keterampilan yang akan mengarah pada peningkatan prestasi.

Dari beberapa pendapat tentang keaktifan siswa dalam kegiatan

pembelajaran dapat disimpulkan bahwa siswa merupakan subyek didik yang

merencanakan dan melaksanakan belajar itu sendiri sedangkan guru bertugas

untuk memfasilitasi siswa dalam pembelajaran yang aktif.

b. Indikator Keaktifan Siswa

Menurut Usman (2010:22) terdapat aspek keaktifan siswa dalam proses

belajar mengajar, yaitu:

1. Aktivitas visual (visual activities) yang meliputi membaca, menulis,

melakukan eksperimen, dan demonstrasi.

2. Aktivitas lisan (oral activities) meliputi bercerita, membaca sajak, Tanya

jawab, diskusi dan menyanyi.

3. Aktivitas mendengarkan (listening activities) meliputi mendengarkan

penjelasan guru, ceramah, pengarahan.

4. Aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik, menari, melukis

dan aktivitas menulis seperti mengarang, membuat makalah, membuat

surat.

5. Aktivitas menulis (writting activities) seperti mengarang, membuat

makalah, membuat surat.

c. Sikap Guru yang Menerapkan Belajar Aktif

Asmani (2012:79) menyatakan bahwa mengajar adalah kegiatan yang

dilakukan oleh guru untuk menciptakan suasana yang mengembangkan inisiatif

dan tanggung jawab belajar siswa, maka guru harus selalu mengembangkan sikap

dan perilaku sebagai berikut:

1. Terbuka, mau mendengarkan pendapat siswa.

2. Membiasakan siswa untuk mendengarkan bila guru berbicara.

3. Menghargai perbedaan pendapat.

4. Mentolerir perbuatan siswa yang salah dan mendorong untuk

memperbaiki.

5. Menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa.

6. Memberi umpan balik terhadap hasil kerja siswa

7. Tidak terlalu cepat membantu siswa.

8. Tidak kikir untuk memuji dan menghargai hasil karya siswa.

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

14

9. Tidak menertawakan pendapat atau hasil karya siswa, sekalipun kurang

berkualitas.

10. Mendorong siswa untuk tidak takut melakukan kesalahan dan berani

menanggung resiko atas semua tindakannya.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

a. Landasan Pemikiran

Joyce & Weil (Rusman: 2011) berpendapat “model pembelajaran adalah

suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentu kurikulum,

merancang bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas”.

Sedangkan menurut Suprijono (2013:45), “model pembelajaran merupakan

landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan

teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi

kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas”. Lebih singkatnya,

model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam

merencanakan pembelajaran di kelas.

Dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok

kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen,

kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan

dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk mberikan kesempatan kepada semua

siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berfikir dalam kegiatan

belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah

mencapai ketuntasan materi yang disampaikan oleh guru, dan saling membantu

teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara kooperatif siswa tetap berada didalam kelompoknya

hingga beberapa kali pertemuan. Siswa diajarkan beberapa keterampilan khusus

agar dapat bekerja sama dalam kelompoknya dengan baik, sperti menjadi

penddenganr yang aktif, memberikan penjelasan kepada kelompoknya dengan

baik. Agar kegiatan belajar dapat berjalan dengan baik siswa harus diberi lembar

kegiatan yang berisi pertanyaan, topik bahasan atau tugas yang nantinya akan

mereka laksanakan secara bersama-sama. Selama bekerja dalam kelompok, tugas

anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru

dan saling membantu antara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

15

materi. Belajar belum selesai apabila salah satu anggota kelompok belum

menguasai materi.

Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model pembelajaran

kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, lingkungan belajar dan

sistem pengelolaan yang khas.

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Rusman, 2011:212) ada lima

unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning), yaitu sebagai

berikut:

1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam

pembelajaran kooperatif , keberhasilan dalam penyelesaian tugas

tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.

Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kerja masing-masing

anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok akan

merasakan saling ketergantungan.

2. Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu

keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota

kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas

dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu

memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk

bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan

menerima informasi dari anggota kelompok lain.

4. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih

siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan

pembelajaran.

Unsur ini juga agar para pembelajar dibekali dengan berbagai

keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan untuk berkelompok,

pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi.

a. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi

kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama

mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Berdasarkan landasan pemikiran tentang pembelajaran kooperatif, terlihat

bahwa ide utama dari belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar

dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Salvin (Trianto,

2009:65) mengatakan bahwa sebagai tambahan, belajar kooperatif menekankan

pada tujuan dan kesuksesan kelompok yang hanya dapat dicapai jika semua

anggota kelompok mencapai tujuan atau penguasaan materi. Johnson &Johnson

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

16

(Trianto, 2009:57) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah

memaksimalkan untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik

secara individu maupun secara kelompok.

Dari beberapa pendapat di atas jelas bahwa tujuan dari belajar kooperatif

adalah agar siswa dapat dengan lebih mudah menguasai materi dengan

ketrampilan bekerja atau belajar dalam kelompok. Karena siswa bekerja dalam

satu team, maka diharapkan dengan sendirinya dapat memperbaiki hubungan

diantara para siswa dari berbagai latar belakang etnis dan kemampuan,

mengembangkan keterampilan-keterampilan proses kelompok dan pemecahan

masalah.

Tidak seperti kelompok belajar konvensional, kelompok belajar koopertif

memiliki banyak manfaat dan tujuan yang jelas, bukan hanya sekedar belajar

dalam kelompok-kelompok kecil, melainkan juga melatih siswa bagaimana cara

melatih sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta

memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan sesama siswa

yang berbeda latar belakangnya.

Tabel 2.1

Perbedaan kelompok belajar kooperatif dengan kelompok belajar

konvensional

Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok belajar Konvensional

Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling

memberikan motifasi sehingga ada

interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya

siswa yang mendominasi

kelompok atau menggantungkan

diri pada kelompok.

Adanya akuntabilitas individu yang

mengukur penguasaan materi pelajaran

tiap anggota kelompok, dan kelompok

diberi umpan balik tentang hasil belajar

para anggotanya sehingga dapat saling

mengetahui siapa yang memerlukan

bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas

sering diborong oleh salag seorang

anggota kelompok sedangkan

anggota kelompok lainnya hanya

“mendompleng keberhasilan

“pemborong”.

Kelompok belajar heterogen baik dalam

kemampuan akademik, jenis kelamin,

Kelompok belajar biasanya

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

17

ras, etnik, dan sebagainya sehingga

dapat saling mengetahui siapa yang

memerlukan bantuan dan siapa yang

dapat memberi bantuan.

homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin

bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok biasanya

ditentukan oleh guru atau

kelompok dibiarkan utnuk

memilih dengan cara masing-

masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan

dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang lain,

dan mengelola konflik secara langsung

diajarkan.

Keretampilan sosial sering tidak

secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang

berlangsung guru terus melakukan

pemantauan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi

masalah dalam kerja sama antar anggota

kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan

intervensi sering tidak dilakukan

guru pada saat kelompok sedang

berlangsung.

Guru memerhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam kelompok-

kelompok belajar.

Guru sering tidak memerhatikan

proses kelompok yang terjadi

dalam kelompok-kelompok

belajar.

Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas, tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan antar

pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas.

Killen Dalam Trianto (2009: 58-59)

2.1.5 Metode Two Stay Two Stray (TSTS)

a. Pengertian

Secara etimologis metode berasal dari kata ‘met’ da ‘hodes’ yang berarti

melalui. Sedangkan istilah metode adalah jalan atau cara yang harus ditempuh

untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga terdapat dua hal penting yang terdapat

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

18

dalam sebuah metode yaitu cara melakukan sesuatu dan rencana dalam

pelaksanaan. Menurut Sagala (2005:201) “Hal yang penting dalam metode ialah,

bahwa setiap metode pembelajaran yang digunakan bertalian dengan tujuan

belajar yang ingin dicapai” dari penjelasan tersebut untuk mendorong

keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar, guru seharusnya mengerti akan

fungsi, dan langkah-langkah pelaksanaan mengajar.

Terdapat beberapa metode pada pembelajara kooperatif, antara lain:

jigsaw, Think-Pair-Share, Nubered Heads Togather, Group Investigation, Two

Stay Two Stray, Make a Match, Listening Team, Inside-Outside Circle, Bamboo

Dancing, The Poer of Two (Suprijono, 2013:89)

Salah satu metode dari model pembelajaran kooperatif adalah metode two

stay two stray. “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan

(1992). Two stay two stray yaitu salah satu metode pembelajaran kooperatif yang

memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi

kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar

yang diwarnai dengan kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak

diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup

di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama

lainnya. Struktur two stay two stray (TSTS) yaitu salah satu tipe pembelajaran

kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil

dan informasi kepada kelompok lain (Lie, 2008). Teknik ini biasa digunakan

dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik, hal ini

dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan

kegiatan-kegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat

pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah,

kehidupan dan kerja manusia saling tergantung satu sama lainnya. Lie (2008:61)

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif two stay two stray dapat megarahkan

siswa untuk lebih aktif, siswa terlibat langsung dalam proses pembelajaran, baik

dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan menyimak

materi yang dijelaskan oleh teman.

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

19

Berdasarkan paparan tentang metode TSTS, dapat disimpulkan bahwa

metode TSTS adalah siswa bekerja dalam berkelompok, kemudian diberikan

permasalahan yang harus mereka kerjakan dengan cara kerjasama. Setelah

kerjasama intra kelompok, separuh anggota kelompok dari masing-masing

kelompok meninggalkan kelompok untuk bertemu dengan kelompok lainnya.

Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas bertamu, tetap berada dalam

kelompok untuk bertemu dengan kelompok lain. Anggota kelompok yang

bertemu wajib datang pada semua kelompok. Setelah semua proses selesai,

mereka kembali ke kelompok masing-masing untuk mencoba dan membahas hasil

yang diperoleh.

b. Ciri-ciri metode pembelajaran Two Stay Two Stray

Ciri-ciri metode pembelajaran TSTS, yaitu:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

rendah.

3. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin

yang berbeda.

4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu

c. Tujuan

Huda (2013:207) menyatakan bahwa metode TS-TS merupakan sistem

pembelajaran kelompok dengan tujuan agar siswa dapat saling bekerja sama,

bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah, dan saling

mendorong satu sama lain untuk berprestasi. Metode ini juga melatih siswa untuk

bersosialisasi dengan baik.

Model pembelajaran kooperatif metode TSTS memiliki tujuan yaitu siswa

di ajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan

model pembelajaran kooperatif metode TSTS akan mengarahkan siswa untuk

aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga

menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan

metode pembelajaran two stay two stray ini karena terdapat pembagian kerja

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

20

kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan

temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses

belajar mengajar.

d. Tahapan-tahapan dalam metode two stay two stray

Suprijono (2013:93) menyatakan:

Metode two stay two stray atau metode dua tinggal dua tamu.

Pembelajaran dengan metode itu diawali dengan pembagian kelompok.

Setelah kelompok terbentuk guru memberikan tugas berupa permasalahan-

permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya.

Setelah diskusi intra kelompok usai, dua orang dari masing-masing

kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok

lain. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu)

mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas

mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut.

Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua

kelompok. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali

ke kelompoknya masing-masing.

Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas

bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan

membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan.

Adapun teknik dalam TSTS Lie (2008:61) adalah sebagai berikut:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa;

2. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke

kelompok yang lain;

3. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil

kerja dan informasi mereka ke tamu mereka;

4. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain;

5. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

Gambar 2.1 Bagan Proses Pembelajaran TSTS

(Sumber: Adaptasi dari Lie, 2008:62)

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

21

Menurut Huda (2013:208), Sintak metode TS-TS dapat dilihat pada

rincian tahap-tahap berikut ini.

1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya

terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk pun merupakan

kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa

berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang dan 1 siswa

berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif

tipe Two Stay Two Stray (TSTS) bertujuan untuk memberikan

kesempatan pada siswa untuk saling membelajarkan (Peer Tutoring) dan

saling mendukung.

2) Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk

dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

3) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang.

Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat

terlibat secara aktif dalam proses berfikir.

4) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan

kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain.

5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja

dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain.

6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7) Kelompok mencocokan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

8) Masing-masing kelompok mempresentasikn hasil kerja mereka.

e. Kelebihan dan kekurangan metode TSTS

Suatu metode pembelajaran pasti memiliki kekurangan dan kelebihan.

Adapun kelebihan dari metode TSTS adalah sebagai berikut, Lie (2002:61):

1. Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan

2. Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna

3. Lebih berorientasi pada keaktifan.

4. Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya

5. Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa.

6. Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan.

7. Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar

Sedangkan kekurangan dari metode TSTS adalah:

1) Membutuhkan waktu yang lama

2) Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok

3) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)

4) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian ini relevan dengan hasil penelitian tindakan kelas yang

dilakukan oleh Kirniati (2012) yang berjudul “Penggunaan Metode Kooperatif

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

22

Tipe Two Stay - Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar

Dalam Pembelajaran Ikhtisar Dan Laporan Keuangan Siklus Akuntansi

Perusahaan Jasa Di SMA Negeri 2 Salatiga” disimpulkan bahwa penerapan

metode kooperatif tipe two stay – two stray untuk meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar, minat belajar siswa terhadap pelajaran ikhtisar dan laporan keuangan

setelah dilakukan tindakan dengan menggunakan metode kooperatif tipe two stay-

two stray mengalami peningkatan dalam keaktifan rata-rata 25,1%, dan hasil

belajar rata-rata meningkat 71,88%.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Dwi Rahayu (2012) yang berjudul “Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil

Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Pada Pokok Bahasan

Kubus dan Balok Kelas VIIIB SMP N 8 Salatiga Semester II Tahun Ajaran

2011/2012” disimpulkan bahwa penerapan model kooperatif tipe two stay – two

stray mengalami peningkatan. Hal ini terlihat pada kondisi awal pra siklus yang

menunjukkan persentase hasil belajar siswa 26,66% tuntas, pada siklus I 66,67%

siswa yang tuntas, pada siklus II terjadi peningkatan yaitu 93,33% dan pada siklus

I dan siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yaitu 60%, kemudian untuk

melihat peningkatan keaktifan belajar siswa pada pra siklus hanya 33,33%, dan

pada siklus I yaitu 56,94%, selanjutnya siklus II yaitu 80,55%. Hal tersebut dapat

meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika

pokok bahasan kubus dan balok kelas VIII B SMP Negeri 8 Salatiga.

2.3 Kerangka Berpikir

Model pembelajaran kooperatif metode two stay two stray dijadikan salah

satu metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan keaktifan siswa Lie

(2008:61) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif two stay two stray dapat

megarahkan siswa untuk lebih aktif, siswa terlibat langsung dalam proses

pembelajaran, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan

dan menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Siswa secara rutin bekerja

dalam kelompok untuk saling membantu dan memecahkan masalah-masalah yang

kompleks dengan baik. Model pembelajaran kooperatif metode two stay two stray

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

23

juga dijadikan salah satu metode pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan

hasil belajar siswa karena diyakini melalui metode pembelajaran ini siswa akan

lebih memahami materi jika siswa saling berdiskusi. Pembelajaran ini muncul dari

konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang

sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Lie (2008:61) menyatakan

“struktur two stay two stray (TSTS) yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif

yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi

kepada kelompok lain”. .

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

24

Bagan kerangka berpikir dalam penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Kerangka berpikir

Pembelajaran Konvensional

Keaktifan siswa rendah Hasil belajar IPS ≤ KKM

Keaktifan siswa Pembelajaran

menggunakan metode two

stay two stray

Pembelajaran kooperatif two stay two

stray dapat megarahkan siswa untuk:

1. Lebih aktif. 2. Siswa terlibat langsung dalam

proses berdiskusi. 3. Siswa terlibat langsung dalam

proses anya jawab dan mencari

jawaban.

4. Siswa menjelaskan dan menyimak

materi yang dijelaskan oleh teman.

Kelebihan metode two stay two stray:

1. Dapat diterapkan pada semua

kelas/tingkatan

2. Kecenderungan belajar siswa

menjadi lebih bermakna

3. Lebih berorientasi pada keaktifan.

4. Diharapkan siswa akan berani

mengungkapkan pendapatnya

5. Menambah kekompakan dan rasa

percaya diri siswa.

6. Kemampuan berbicara siswa dapat

ditingkatkan.

7. Membantu meningkatkan minat dan

prestasi belajar

Keaktifan siswa meningkat Hasil belajar IPS ≥ KKM

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. · 2016. 8. 12. · pengetahuan, antara lain seperti ekonomi, sejarah, geografi, dan sosiologi yang ... kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan,

25

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran tentang metode

two stay two stray, maka dapat dirumuskan hipotesis dari penelitian ini adalah:

“Penggunaan model pembelajaran kooperatif metode two stay two stray

dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial jika dapat digunakan dengan baik

dan dapat berjalan secara efektif dan efesien, ditafsirkan keaktifan dan hasil

belajar siswa kelas VI SDN 1 Jeruk, Selo, Kabupaten Boyolali akan meningkat.”