BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A....

31
10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup. Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau diajar oleh manusia lainnya (M. Thobroni, 2015: 15). Belajar adalah proses pengalaman yang menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen dan yang tidak dapat dijelaskan dengan kedewasaan, atau tendensi alamiah. Artinya memang belajar tidak terjadi karena proses kematangan dari dalam saja melainkan juga karena pengalaman yang perolehannya bersifat eksistensial. Menurut pengertian secara psikologi oleh Santus dan Yussen yang di kutip Sugihartono, dkk. (2012: 117) mendefenisikan belajar sebagai perubahaan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Belajar dalam dua pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan breaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas. Setelah belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Transcript of BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A....

Page 1: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Belajar

Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat vital dan secara

terus menerus akan dilakukan selama manusia tersebut masih hidup.

Manusia tidak mampu hidup sebagai manusia jika ia tidak dididik atau

diajar oleh manusia lainnya (M. Thobroni, 2015: 15). Belajar adalah proses

pengalaman yang menghasilkan perubahan perilaku yang relatif permanen

dan yang tidak dapat dijelaskan dengan kedewasaan, atau tendensi

alamiah. Artinya memang belajar tidak terjadi karena proses kematangan

dari dalam saja melainkan juga karena pengalaman yang perolehannya

bersifat eksistensial.

Menurut pengertian secara psikologi oleh Santus dan Yussen yang di

kutip Sugihartono, dkk. (2012: 117) mendefenisikan belajar sebagai

perubahaan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Belajar

dalam dua pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh

pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan breaksi

yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Belajar

merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas.

Setelah belajar memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai.

Page 2: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

11

Timbulnya kapabilitas tersebut dari stimulasi yang berasal dari lingkungan

dan proses kognitif yang dilakukan oleh guru. Sehingga belajar adalah

seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan,

melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru.

Tiga komponen belajar adalah :

a. Kondisi eksternal.

b. Kondisi internal dan

c. Hasil belajar.

Dari berbagai definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa belajar

merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam

wujud perubahan tingkah laku dan kebiasaan yang relatif permanen atau

menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungan dan dunia

nyata. Melalui proses belajar seseorang akan memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan sikap yang lebih baik.

2. Pembelajaran

Menurut Erman Suherman (2003: 72), menyatakan bahwa

pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkungan persekolahan,

sehingga arti proses pembelajaran adalah proses sosialisasi siswa dengan

lingkungan sekolah, seperti guru dan teman sesama siswa. User Usman

(2002: 64), juga menyatakan bahwa pembelelajaran adalah proses yang

mengandung serangkaian tindakan guru dan siswa atas dasar hubungan

timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif dalam mencapai

tujuan tertentu.

Page 3: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

12

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 17) mendefenisikan

kata “pembelajaran” berasal dari kata “ajar” yang berarti petunjuk yang

diberikan kepada seseorang supaya diketahui atau diturut. Pembelajaraan

memiliki makna bahwa subjek belajar adalah dibelajarkan bukan

diajarkan. Subjek belajar yang dimaksud adalah siswa atau disebut juga

pembelajar yang menjadi pusat kegiatan belajar. Siswa dituntut aktif

mencari, menemukan, menganalisis, merumuskan, memecahkan masalah,

dan menyimpulkan suatu masalah.

Selain itu pembelajaran membutukan sebuah proses yang disadari

yang cendrung bersifat permanen dan mengubah prilaku. Pada proses

tersebut terjadi pengigatan informasi yang kemudian disimpan dalam

memori dan organisasi kognitif. Selanjutnya, keterampilan tersebut

diwujudkan secara praktis pada keaktifan siswa dalam merespons dan

beraksi terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada diri siswa atapun

lingkungannya.

Ciri-ciri senada juga di ungkapkan oleh M. Thobroni (2015: 17) yaitu

sebagai berikut.

a. Belajar di tandai dengan adanya perubahan tingkah laku

(changebehavior)

b. Perubahan prilaku relatif permanen

c. Perubahan perilaku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses

belajar berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

d. Perubahan perilaku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

Page 4: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

13

e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguataan

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

merupakan proses interaksi antara guru, siswa, dan sumber belajar untuk

mengubah perilaku dan tingkah laku siswa dalam situasi eduktif sehingga

menghasilkan perubahan yang relatif pada pengetahuan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

3. Matematika

Istilah mathematics (Inggris), mathematic (Jerman) atau

mathematick/wiskunde (Belanda) berasal dari perkataan lain mathematica,

yang mulanya diambil dari perkataan Yunani, mathematike, yang berarti

relating to learning. Perkataan itu mempunyai akar kata mathema yang

berarti pengetahuan atau ilmu. Perkataan mathematike berhubungan sangat

erat dengan sebuah kata lainnya yang serupa, yaitu mathematein yang

mengandung arti belajar/berpikir. (Erman Suherman, 2003: 18).

Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas, yaitu: Aritmetika,

Aljabar, Geometri dan Analisis. Selain itu matematika adalah ratunya ilmu,

maksudnya bahwa matematika itu tidak bergantung pada bidang studi lain.

Sementara menurut Depdiknas (2006: 346) bahwa matematika

meliputi aspek-aspek bilangan, aljabar, geometri dan pengukuran serta

statistika dan peluang. Senada dengan pendapat tersebut, James dan James

dalam kamus matematikanya Erman Suherman (2003: 29), mengatakan

bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan,

besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya

Page 5: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

14

dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu

aljabar, analisis dan geometri. Matematika adalah disiplin ilmu yang

mempelajari tentang tata cara berpikir dan mengolah logika, baik secara

kuantitatif maupun secara kualitatif (Erman Suherman, 2003: 37). Dari

definisi-definisi tersebut diatas, dengan menggabungkan definisi-definisi

maka gambaran pengertian matematikapun sudah tampak.

Semua definisi itu dapat diterima, karena memang dapat ditinjau dari

segala aspek dan matematika itu sendiri memasuki seluruh segi kehidupan

manusia, dari segi paling sederhana sampai kepada yang paling rumit.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa matematika merupakan kumpulan ide-

ide yang bersifat abstrak dengan struktur-struktur deduktif, mempunyai

peran yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. Pembelajaran Matematika SMP

Pembelajaran matematika bagi para siswa merupakan pembentukan

pola pikir dalam pemahaman suatu pengertian maupun dalam penalaran

suatu hubungan diantara pengertian-pengertian itu. Dalam pembelajaran

matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui

pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari

sekumpulan objek (abstraksi). Siswa diberi pengalaman menggunakan

matematika sebagai alat untuk memahami atau menyampaikan informasi

misalnya melalui persamaan-persamaan, atau tabel-tabel dalam model-

model matematika yang merupakan penyederhanaan dari soal-soal cerita

atau soal-soal uraian matematika lainnya.

Page 6: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

15

Matematika perlu diberikan kepada siswa untuk membekali mereka

dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif

serta kemampuan bekerjasama. (Depdiknas, 2006: 348), menyebutkan

pemberian mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antara konsep

dan mengaplikasi konsep atau logaritma secara luwes, akurat, efisien

dan tepat dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau

media lain untuk menjelaskan keadaan/masalah.

e. Memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,

yaitu: memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam pelajaran

matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan umum pertama, pembelajaran matematika pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah adalah memberikan penekanan pada

penataan latar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah

memberikan penekanan pada keterampilan dalam penerapan matematika,

Page 7: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

16

baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari

ilmu pengetahuan lainnya. Fungsi mata pelajaran matematika sebagai: alat,

pola pikir, dan ilmu atau pengetahuan. Pembelajaran matematika di

sekolah menjadikan guru sadar akan perannya sebagai motivator dan

pembimbing siswa dalam pembelajaran matematika di sekolah. (Erman

Suherman, 2003: 56).

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Kajian medik dan psikologi perkembangan menunjukan bahwa

disamping dipengaruhi oleh faktor bawaan, kwalitas individu juga sangat

dipengruhi oleh beberapa faktor lain, seperti faktor lingkungan yang tidak

lepas dari pengaruh faktor psikososial. Baik faktor bawaan atau sering juga

disebut faktor keturunan dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini berbeda-

beda antara individu yang satu dengan individu yang lain, sehingga

menyebabkan perbedaan yang disebut dengn istilah individual defferences.

Berdasarkan hal ini, masing-masing individu memiliki keuinikan atau

kekasaan sendiri baik dalam setiap gejala jiwa yang meliputi aspek

kongnitif, afektif dan psikomotorik yang terlihat dalam kemampuan

berpikir, merasakan sesuatu, serta sikap dan perilakunya sehari-hari. (Rita

Eka Izzaty, dkk. 2008: 38).

Page 8: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

17

a. Rasa Takut

1) Pengertian Rasa Takut

Rasa takut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI ,

2007: 64) adalah perasaan tidak tentram, khawatir, dan gelisah.

Ketakutan merupakan ganguan psikologi yang berisafat wajar dan

dapat timbul kapan dan dimanapun. Setiap orang pasti pernah

menggalami ketakutan dengan tingkat yang berbeda-beda. Rasa

takut biasa muncul dikarenakan terdapat suatu keadaan yang harus

dihadapi atau diselesaikan. Rasa takut merupakan kekuatan yang

besar untuk menggerakan tingkah laku baik tingkah laku normal

ataupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu dan

keduanya merupakan pernyataan, penampilan, penjelmaan, dan

pertahanan terhadap rasa takut yang muncul.

Darajat (2003: 94) mengatakan rasa takut adalah manifestasi

dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi

ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan

pertentangan batin (konflik). Dimana tekanan perasaan (frustasi)

adalah suatu keadaan dari berbagai proses emosi yang bercampur

yang dapat menghambat seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Taylor Manifest Anxiety Scale (TMAS) yang

mengemukakan bahwa rasa takut merupakan suatu perasaan

subyektif mengenai ketegangan mental yang menggelisahkan

sebagai reaksi umum dari ketidakmampuan mengatasi suatu

Page 9: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

18

masalah atau tidak adanya rasa aman. Tak jauh berbeda dari

Suharyadi berpendapat bahwa rasa takut akan muncul ketika siswa

merasa tidak siap mental dan tidak dapat mengontrol emosinya

pada saat mengadapi suatu persoalan dalam lingkungan yang tidak

kondusif.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan

bahwa rasa takut adalah gejala emosi yang memberikan perasaan

tidak nyaman, rasa cemas, rasa khawatir, rasa gelisah, rasa tidak

menyenangkan akan sesuatu yang akan terjadi yang dirasa

mengancam, yang dapat ditimbulkan dari lingkungan atau keadaan

yang tidak kondusif dan menimbulkan perasaan tertekan (frustasi)

yang dapat menghambat seseorang untuk mendapatkan tujuan yang

diingkan.

2) Penyebab Rasa Takut

Terdapat beberapa teori yang menyebabkan munculnya rasa

takut, diantaranya adalah teori menurut Stuart dan Sundeen (1998:

30), yaitu:

a) Teori Psikoanalitis

Rasa takut adalah konflik emosional yang terjadi pada dua

elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili

dorongan insting dan impuls primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma

budaya. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen

Page 10: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

19

yang bertentangan tersebut, dan fungsi ketakutan adalah

mengingatkan ego bahwa ada bahaya.

b) Teori Interpersonal

Rasa takut timbul dari perasaan takut terhadap

ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Rasa takut juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan

dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu.

c) Teori Perilaku

Rasa takut merupakan produk tekanan mental yaitu segala

sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. rasa takut dianggap sebagai

suatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan dalam

diri untuk menghindari kepedihan. Para ahli meyakini bahwa

adanya hubungan timbal balik antara konflik dan rasa takut,

yaitu konflik menimbulkan rasa takut, dan rasa takut

menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya

meningkatkan konflik yang dirasakan.

d) Teori Keluarga

Teori keluarga menunjukkan bahwa gangguan rasa takut

biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan rasa takut juga

tumpang tindih antara gangguan rasa takut dengan depresi.

Page 11: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

20

e) Teori Biologis

Teori biologis menunjukkan bahwa kesehatan umum

individu dan riwayat rasa takut pada keluarga memiliki efek

nyata sebagai predisposisi rasa takut.Rasa takut mungkin

disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan

kemampuan individu untuk mengatasi stres.

3) Gejala – Gejala Rasa Takut

Menurut Stuart dan Sundeen (1998: 52) rasa takut dapat

diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis dan

perilaku.

a) Gejala rasa takut fisiologis, diantaranya adalah kardiovaskular

(jantung berdebar dan rasa ingin pingsan), pernafasan (sesak

nafas, tekanan pada dada, dan sensasi tercekik), neuromuskular

(insomnia, mondar-mandir, dan wajah tegang), gastrointestinal

(nafsu makan hilang, mual, dan diare), saluran perkemihan

(tidak dapat menahan kencing), dan kulit (berkeringat, wajah

memerah, dan rasa panas dingin padakulit).

b) Gejala ketakutan perilaku yang meliputi kognitif dan afektif.

Perilaku kognitif diantaranya adalah perhatian terganggu,

konsentrasi buruk, pelupa, salah memberikan penilaian,

hambatan berfikir, kehilangan objektivitas, bingung, takut, dan

mimpi buruk. Perilaku afektif diantaranya adalah mudah

Page 12: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

21

terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, gugup, ngeri, khawatir,

rasa bersalah, dan malu.

Chassin, L. (2000: 93), berpendapat dalam buku yang berjudul

Abnormal Psychology bahwa terdapat empat tipe gejala rasa takut,

yaitu: Somatik simptoms, emotional symptoms, cognitive simptoms,

dan behavioral symptoms.

a) Somatik, yaitu gejala rasa takut yang berhubungan dengan

gerakan secara sadar, meliputi : Merinding, otot tegang, denyut

jantung meningkat, bernapas tak teratur, menarik nafas, pupil

melebar, asam lambung meningkat, air liur menurun dan lain

sebagianya.

b) Emosional, yaitu gejala ketakutan yang berhubungan dengan

emosi, meliputi : rasa takut, kecemasan, rasa diteror, gelisah,

dan lekas marah

c) Kognitif, yaitu gejala rasa takut yang berhubungan dengan

faktor kognitif, meliputi : Antisipasi dari bahaya, konsentrasi

terganggu, rasa khawatir, suka termenung, kehilangan kontrol,

rasa takut mati, dan berpikir tidak realistik

d) Tingkah laku, meliputi : Melarikan diri, menghindari,

membeku, dan lain sebagianya.

4) Rasa Takut Dalam Belajar Matematika

Rasa takut dalam belajar matematika atau mathematics anxiety

adalah rasa takut yang muncul saat berinteraksi dengan

Page 13: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

22

matematika. Ashcraft (2002: 86), mengatakan rasa takut atau

kecemasaan matematika adalah sebuah perasaan tegang, cemas

atau ketakutan yang mengganggu kinerja matematika. Siswa yang

mengalami kecemasan matematika cenderung menghindari situasi

dimana mereka harus mempelajari dan mengerjakan matematika.

Rasa takut matematika ialah respon emosional terhadap

matematika saat mengikuti kelas matematika, menyelesaikan

masalah matematika dan mendiskusikannya. Rasa takut matematika

adalah sebuah reaksi emosional tehadap matematika yang didasari

oleh pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yang mana

akan menggangu pembelajaran selanjutnya.

Rasa takut merupakan suatu perasaan tidak nyaman yang

sering terjadi di dalam kehidupan sehari-hari manusia bahwa rasa

takut atau kecemasan merupakan sebuah ungkapan perasaan

individu terhadap suatu situasi yang dapat diekspresikan melalui

beberapa cara, yaitu: dengan cara yang mudah dikenali seperti

kekhawatiran individu, individu menjadi mudah marah. Rasa takut

terlihat dari kekhawatiran atau ketakutan individu pada hal-hal

tertentu, misalnya: rasa takut pada bidang matematika.

Rasa takut matematika banyak terjadi dikalangan remaja dan

bahkan menjadi penentu bagi pandangan mereka terhadap

matematika kedepannya. Rasa takut remaja dalam menghadapi

matematika dikarenakan adanya beberapa faktor, yaitu faktor

Page 14: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

23

inteligensi, faktor di dalam diri remaja dan faktor lingkungan. Hal

ini dijelaskan oleh Zeidner (1998: 70), rasa takut seseorang

terhadap pelajaran matematika dikarenakan kurangnya ketertarikan

siswa terhadap pelajaran matematika. Kurangnya ketertarikan siswa

terhadap pelajaran matematika disebabkan oleh inteligensi siswa

dalam pelajaran matematika, siswa yang memiliki inteligensi tinggi

akan cenderung lebih tertarik dan akan lebih evaluatif terhadap

pelajaran matematika sedangkan siswa yang memiliki inteligensi

rendah akan kurang tertarik dan kurang evaluatif terhadap pelajaran

matematika.

Sedangkan menurut Hudoyo dalam Nawangsari (2000: 124),

rasa takut siswa dalam pelajaran matematika dipengaruhi oleh

pengalaman belajar matematika yang diterima siswa di masa

lampau. Rasa takut matematika (math anxiety) telah didefinisikan

sebagai perasaan ketegangan dan ketakutan yang mengganggu

terkait manipulasi angka dan pemecahan masalah matematika

dalam berbagai kehidupan sehari-hari maupun situasi akademik.

Selanjutnya disebutkan juga bahwa rasa takut matematika dapat

menyebabkan lupa dan kehilangan akan kepercayaan diri Tobias .S

dalam Curtain-Philips (2012: 119).

Berdasarkan beberapa definisi rasa takut atau ketakutan

matematika diatas, dapat dikatakan bahwa rasa takut akan

matematika adalah reaksi emosional siswa berupa rasa cemas,

Page 15: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

24

tegang, rasa gelisah dan tertekan saat berhadapan atau berinteraksi

dengan matematika. Selain itu, rasa takut matematika berkaitan

dengan perasaan dan sikap terhadap matematika, dimana perasaan

dan sikap tersebut akan mempengaruhi pemahaman terhadap

matematika itu sendiri. Dalam pembelajaran matematika, jika siswa

tidak mengerti akan apa yang dipelajari, maka mereka tidak akan

ragu berusaha lebih keras untuk memahami dan ketika ketakutan

itu semangkin meningkat mereka akan berusaha semangkin keras

yang tanpa mereka sadari akan membuat pemahaman mereka

semangkin memburuk.

Pemahaman siswa yang memburuk jika dibiarkan terus-

menerus akan berdampak negatif, karena akan mempengaruhi

persepsi siswa terhadap pembelajaran matematika selanjutnya

ataupun mata pelajaran yang lain.

5) Indikator Rasa Takut Matematika

Berdasarkan uraian diatas, maka rasa takut matematika yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah sikap atau reaksi emosional

yang ditunjukan ataupun dirasakan siswa saat mengikuti

pembelajaran atau berinteraksi dengan matematika. Dimana

instrumen tes yang akan digunakan untuk mengukur rasa takut

matematika adalah instrumen rasa takut matematika yang akan

diadaptasi dari Suharyadi dengan judul penelitian Hasil Belajar

Matematika: Studi Korelasi Antara Konsep Diri, Kecemasan

Page 16: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

25

Matematika dan Hasil Belajar Matematika Siswa SD Kelas V, yang

akan disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 2.1

Indikator Rasa Takut Dalam Belajar Matematika Siswa

No Rasa Takut Indikator

1 Kognitif (Berpikir) Kemampuan diri

Kepercayaan diri

Sulit konsentrasi

Takut gagal

2

2

Afektif (Sikap) Gugup

Kurang senang

gelisah

3 Fisiologis

(Reaksi kondisi fisik)

Rasa mual

Berkeringat dingin

Jantung berdebar

Sakit kepala

b. Tidak Percaya Diri

1) Pengertian Tidak Percaya Diri

Menurut Pongky Setiawan (2004: 137) tidak percaya diri

adalah kurangnya keyakinan psikologis terhadap kemampuan

dirinya dalam melakukan sebuah tindakan atau perbuatan.

Seseorang masuk dalam kategori percaya diri jika mereka mampu

mengukur kemampuan diri serta memiliki pikiran positif yang akan

akan membuat mereka berhasil menyelesaikan suatu masalah

dengan hasil yang maksimal. Banyak orang yang merasa tidak

Page 17: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

26

percaya diri, sehingga membuat mereka memperlakukan diri

sendiri dengan buruk, merasa diri tidak berguna dan tidak berharga.

Sedangkan rasa percaya diri adalah hal yang vital agar kita bisa

hidup dengan lebih positif dan bisa merespon tantangan dalam

hidup dengan lebih realistis. Orang yang percaya diri berpotensi

besar untuk sukses dalam kehidupan pribadi maupun karirnya.

Karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengetahui apa saja

penyebab dari kurangnya rasa percaya diri ini, sehingga kita bisa

mengatasinya.

2) Penyebab Tidak Percaya Diri

a) Menunda-nunda Pekerjaan

Menunda pekerjaan, seperti yang kita semua tahu bahwa

kebiasaan buruk ini sudah sangat sangat melekat pada rakyat

Indonesia. Padahal hal tersebut hanya akan membuat beban

yang kita tanggung menjadi lebih berat. Lakukanlah sekarang

apa yang bisa kamu lakukan, jangan menunggu hingga esok

hari karena mungkin keesokan harinya kamu harus melakukan

sesuatu yang lainnya.

b) Betah di Zona Nyaman

Ada kasus dimana orang menjadi percaya diri di suatu

tempat,namun di tempat lainnya ia mengalami penurunan

percaya diri. Hal tersebut biasanya terjadi pada orang yang

sudah terbiasa dan betah pada zona nyaman dia. Kenyamanan

Page 18: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

27

tersebut membutakan mereka tentang fakta bahwa sebenarnya

didunia ini masih banyak sekali hal yang lebih dari pada apa

yang mereka kerjakan.

c) Terlalu Banyak Alasan

Sebenarnya orang yang diam dan langsung mengambil

tindakan memiliki rasa percaya diri yang tinggi dibandingkan

dengan orang yang banyak bicara mencari alasan saat

dihadapkan pada sesuatu. Itulah mengapa terlalu banyak alasan

menjadi penyebab kurangnya percaya diri seseorang, mereka

merasa tidak yakin dengan kemampuan dirinya sehingga yang

mereka lakukan untuk menutupinya adalah dengan membuat

banyak alasan terhadap hal tersebut.

d) Menyerah terhadap Rasa Takut

Rasa percaya diri yang tinggi akan membuat seseorang

berusaha melawan rasa takut yang menghinggapi hati mereka,

karena bila mereka menyerah terhadap rasa takut tersebut itu

sama saja dengan menyerah tanpa melakukan sesuatu. Mereka

mengerti bahwa rasa takut akan membawa mereka tak berani

melangkah mengambil tindakan yang akhirnya membuat rasa

percaya diri menurun.

e) Terbiasa Membandingkan

Jangan terbiasa membandingkan diri dengan orang lain,

karena itu hanya akan membuat kalian merasa frustasi dan

Page 19: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

28

tidak percaya diri saat kamu merasa tidal lebih baik darinya.

Jika ingin mencari perbandingan, diri sendiri itu sudah cukup.

Siapakah yang lebih baik antara diri kamu yang sekarang atau

yang pada masa lampau, jika lebih baik pada masa lampau

maka segeralah lakukan perbaikan terhadap diri sendiri.

f) Terpaku terhadap Perkataan Orang

Seseorang yang terbiasa terpaku pada perkataan orang

tentang dirinya sendiri hanya akan membuat efek yang buruk

terhadap dirinya sendiri, karena terlalu memikirkan perkataan

orang lain akan mengakibatkan kita tidak menjadi tahu

kelebihan diri sendiri yang akhirnya hanya akan menuju pada

pengurangan rasa percaya diri. Oleh sebab itu jika anda ingin

memiliki rasa percaya diri jangan terlalu terpaku terhadap

perkataan orang lain.

g) Kekerasan terhadap anak-anak

Orang yang tidak percaya diri biasanya pernah mengalami

kekerasan yang menyebabkan kerusakan fisik maupun

mentalnya sewaktu masih berusia kanak-kanak. Kekerasan

fisik ini termasuk kejahatan seksual terhadap anak-anak, yang

biasanya bisa disembuhkan, akan tetapi, kekerasan terhadap

mental akan membekas sangat dalam dan sangat sulit untuk

disembuhkan. Pelaku kekerasan terhadap anak-anak ini

Page 20: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

29

biasanya adalah keluarga teman, kerabat, tetangga, orang asing

dan wali atau orang tua tiri.

3) Ciri - Ciri Tidak Percaya Diri

Orang yang kurang percaya diri punya ciri-ciri dasar berikut

ini, yang terkadang sulit untuk di identifikasi:

a) Kurang bisa untuk bersosialisasi dan tidak yakin pada diri

sendiri, sehingga mengabaikan kehidupan sosialnya.

b) Seringkali tampak murung dan depresi.

c) Punya masalah dalam kebiasaan makan misalnya anorexia

yang mengarah pada obesitas, yang membahayakan bagi

tubuhnya.

d) Mereka suka berpikir negatif dan gagal untuk mengenali

potensi yang dimilikinya.

e) Takut dikritik dan merespon pujian dengan negatif.

f) Takut untuk mengambil tanggung jawab.

g) Takut untuk membentuk opininya sendiri.

4) Tidak Percaya Diri Dalam Belajar Matematika

Sarwono (2003:69) membagi rasa tidak percaya diri seseorang

terhadap matematika menjadi tiga komponen. Tiga komponen yang

dimaksud antara lain sebagai berikut :

Page 21: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

30

a) Tidak percaya diri terhadap pemahaman dan kesadaran diri

terhadap kemampuan matematikanya, yaitu dalam

menghadapi kegagalan atau keberhasilan dan dalam bersaing

dan dibandingkan dengan teman-temannya.

b) Kurang mampu untuk menentukan secara realistik sasaran

yang ingin dicapai dan menyusun rencana aksi sebagai usaha

untuk meraih sasaran yang telah ditentukan, yaitu tidak tahu

batasan diri dalam menghadapi persaingan dengan teman-

temannya dan tahu keterbatasan diri dalam menghadapi

matematika.

c) Tidak meyakini diri dengan matematika itu sendiri, yaitu

matematika sebagai sesuatu yang abstrak, matematika sebagai

sesuatu yang sangat berguna, matematika sebagai suatu seni,

intuisi, analisis, dan rasional, serta matematika sebagai

kemampuan bawaan.

Pendapat Margono (2005:72) tentang indikator rasa tidak

percaya diri dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Page 22: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

31

Tabel 2.2

Indikator Tidak Percaya Diri Dalam Belajar Matematika

No Tidak percaya Diri

Indikator

1 Tidak percaya diri terhadap

pemahaman dan kesadaran

diri terhadap kemampuan

matematikanya

a. Tidak Percaya diri dalam

menghadapi kegagalan dan

keberhasilan dan bersaing

dan dibandingkan dengan

teman- temannya

2 Kurang mampu untuk

menentukan secara realistik

sasaran yang ingin dicapai

dan sasaran yang telah

ditentukan

a. Tidak tahu batasan diri

dalam menghadapi

persaingan dengan teman-

dan dalam menghadapi

matematika

3 Tidak meyakinin diri dengan

matematika itu sendiri.

(matematika sebagai ilmu)

a. Matematika sebagai sesuatu

yang abstrak.

b. Matematika sebagai sesuatu

yang sangatberguna.

c. Matematika sebagai suatu

seni, analitis, danrasional.

d. Matematika sebagai suatu

kemampuan bawaan suatu kemampuanbawaan.

Page 23: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

32

c. Minat Belajar

1) Pengertian Minat Belajar

Minat merupakan rasa ketertarikan, perhatian, keinginan lebih

yang dimiliki seseorang terhadap suatu hal, tanpa ada dorongan.

Minat tersebut akan menetap dan berkembang pada dirinya untuk

memperoleh dukungan dari lingkungannya yang berupa

pengalaman. Pengalaman akan diperoleh dengan mengadakan

interaksi dengan dunia luar, baik melalui latihan maupun belajar.

Dan faktor yang menimbulkan minat belajar dalam hal ini adalah

dorongan dari dalam individu. Dorongan motif sosial dan dorongan

emosional. Dengan demikian disimpulkan bahwa pengertian minat

belajar adalah kecenderungan individu untuk memiliki rasa senang

tanpa ada paksaan sehingga dapat menyebabkan perubahan

pengetahuan, ketrampilan dan tingkah laku. Elizabeth Hurlock

(1998: 103)

2) Ciri - Ciri Minat Belajar

Dalam minat belajar memiliki beberapa ciri-ciri. Menurut

Elizabeth Hurlock (1998: 116) menyebutkan ada tujuh ciri minat

belajar sebagai berikut:

a) Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan

mental

b) Minat tergantung pada kegiatan belajar

c) Perkembangan minat mungkin terbatas

Page 24: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

33

d) Minat tergantung pada kesempatan belajar

e) Minat berbobot emosional

f) Minat berbobot egoisentris, artinya jika seseorang senang

terhadap sesuatu, maka akan timbul hasrat untuk memilikinya.

Menurut Slameto (2003: 57) siswa yang berminat dalam

belajar adalah sebagai berikut:

a) Memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan

mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus-menerus.

b) Ada rasa suka dan senang terhadap sesuatu yang diminatinya.

c) Memperoleh sesuatu kebanggaan dan kepuasan pada suatu

yang diminati.

d) Lebih menyukai hal yang lebih menjadi minatnya daripada hal

yang lainnya

e) Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan

kegiatan.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri minat

belajar adalah memiliki kecenderungan yang tetap untuk

memperhatikan dan mengenang sesuatu secara terus menerus,

memperoleh kebanggaan dan kepuasan terhadap hal yang diminati,

berpartisipasi pada pembelajaran, dan minat belajar dipengaruhi

oleh budaya. Ketika siswa ada minat dalam belajar maka siswa

akan senantiasa aktif berpartisipasi dalam pembelajaran dan akan

memberikan prestasi yang baik dalam pencapaian prestasi belajar.

Page 25: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

34

3) Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Siswa

Dalam pengertian sederhana, minat adalah keinginan terhadap

sesuatu tanpa ada paksaan. Dalam minat belajar seorang siswa

memiliki faktor-faktor yang mempengaruhi minat belajar yang

berbeda-beda. Muhibin Syah (2002: 132) membedakannya menjadi

tiga macam, yaitu:

a) Faktor internal siswa

b) Faktor Eksternal Siswa

c) Faktor Pendekatan Belajar

4) Minat Belajar Matematika

Matematika yang merupakaan satu komponen dalam

kurikulum, yaitu merupakan salah satu disiplin ilmu, dapat

meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi.

Kemampuan matematika yang diperlukan untuk menguasai dan

mencipta teknologi di masa depan, menjadikan penguasaan

matematika yang kuat perlu dibina sejak dini. Namun, pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah masih sering terjadi permasalahan

berkaitan dengan kurangnya penguasaan materi matematika.

Salah satu penyebab kurangnya penguasaan materi matematika

adalah rendahnya minat siswa untuk belajar matematika. Siswa

selalu berasumsi bahwa pelajaran matematika merupakan salah satu

pelajaran yang cukup menyulitkan dan tidak menyenangkan.

Page 26: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

35

Upaya perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran

matematika bagi siswa telah dilakukan, namun keluhan tentang

kesulitan belajar matematika masih sering terdengar masih banyak

anak-anak yang setelah belajar matematika bagian yang

sederhanapun banyak yang tidak dipahami, banyak konsep yang

dipelajari secara keliru, dan matematika dianggap sebagai ilmu

yang sukar, ruwet, dan banyak memperdayakan. Kesulitan belajar

yang timbul ini tidak semata-mata bersumber dari diri siswa, tetapi

bisa juga bersumber dari luar diri siswa, misalnya cara penyajian

pelajaran yang dilakukan oleh guru yang tidak akurat atau kurang

menarik, sehingga siswa tidak berminat belajar matematika.

5) Indikator Minat Belajar Matematika

Menurut Djamarah (2002: 115) indikator minat belajar yaitu

rasa suka/senang, pernyataan lebih menyukai, adanya rasa

ketertarikan adanya kesadaran untuk belajar tanpa di suruh,

berpartisipasi dalam aktivitas belajar, memberikan perhatian.

Menurut Slameto (2003: 180) beberapa indikator minat belajar

yaitu: perasaan senang, ketertarikan, penerimaan, dan

keterlibatan siswa. Dari beberapa definisi yang dikemukakan

mengenai indikator minat belajar tersebut diatas, dalam penelitian

ini menggunakan indikator minat yaitu:

Page 27: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

36

Tabel 2.3

Indikator Minat Siswa Dalam Belajar Matematika

No

Minat Belajar

Indikator

1 Perasaan Perasaan siswa terhadap

matematika

2 Keterlibatan Mengikuti pelajaran

matematika

3 Ketertarikan Perasaan suka latihan soal dan

mengerjakan tugas matematika

4 Perhatian Berusaha menghargai dan

memahami matematika

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan uraian yang sistentik tentang hasil-

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya yang terkait

dengan penelitian yang akan dilakukan.

1. Tya Anggreini (2010) mengenai “Hubungan Antara Kecemasan Dalam

Menghadapi Mata Pelajaran Matematika dengan Prestasi Akademik

Matematika Pada Remaja”, yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan

yangnegatif dan signifikan antara kecemasn dalam menghadapi mata

pelajaranmatematika dengan prestasi akademik matematika pada remaja

yang dapatdilihat dari nilai koefisien korelasi sebesar 0,221 dengan taraf

Page 28: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

37

signifikansisebesar 0,022 (p < 0,05).Hal ini menunjukkan bahwa ada

hubungan yang negatif antara kecemasan dalam menghadapi mata

pelajaran matematika dengan prestasi akademik matematika pada siswa

dan siswi kelas XI di Sekolah Menengah Umum Negeri (SMUN)

Babelan Bekasi. Berdasarkan data tambahan diperoleh hasil bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan siswa dalam menghadapi

mata pelajaran matematika adalah jenis kelamin, usi dan kelas. Di mana

siswa pria cenderung lebih cemas dalam menghadapi mata pealajaran

matematika dibandingkan dengan siswa wanita.

2. Vina (2012) mengenai pengaruh percaya diri terhadap hasil belajar

matematika peserta didik kelas IX SMP Se – Kelurahan Palangka.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh percaya

diri terhadap hasil belajar matematika peserta didik kelas IX. Metode

yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif korelasional

dengan teknik simple random sampling karena populasi berjumlah 412

peserta didik. Untuk teknik analisis datanya menggunakan analisis

regresi linear sederhana.

Dari hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa terdapat pengaruh

positif antara percaya diri terhadap hasil belajar matematika peserta didik

kelas IX Se- Kelurahan, hal ini sesuai dengan hasil penelitian bahwa

persamaan regresi memiliki koefisien sebesar Y=32,757+0,065 X pada

sampel. Sehingga pengaruh antara variabel percaya diri terhadap hasil belajar

matematika masuk dalam kategori sangat kuat, dengan kriteria dertiminasi

Page 29: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

38

3,24%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan peneliti lakukan

adalah mengenai minat dan percaya diri terhadap hasil belajar matematika

peserta didik. Teknik pengumpulan datayang digunakan dalam penelitian ini

sama-sama menggunakan angket dan tes. Perbedaannya dalam penelitian ini

dengan penelitian yang akan peneliti lakukan terletak pada lokasi, jumlah

variabel dan teknik analisis data.

C. Kerangka Berpkir

Permasalahan pembelajaran matematika yang terjadi di sekolah yang

berada di Se-Kecamatan Witihama adalah masih memiliki anggapan bahwa

matematika adalah mata pelajaran yang sulit dan masih memiliki perasaan

takut dalam belajar matematika. Selain permasalahan tersebut, peserta didik

juga kurang memiliki rasa percaya diri ketika mengikuti pembelajaran

matematika di kelas.

Dalam proses pembelajaran matematika siswa masih takut dan kurang

percaya diri dalam belajar matematika. Hal ini berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa. Peserta didik dituntut untuk dapat membangun pengetahuannya

sendiri sehingga dapat mencapai tingkat pemahaman yang lebih sempurna

dibandingkan dengan pengetahuan sebelumnya. Dalam pembelajaran

matematika, peserta didik diarahkan oleh guru untuk terlibat aktif dalam

memecahkan masalah, mengajukan pertanyaan, mengungkapkan pendapat,

dan berdiskusi.

Rasa takut dan tidak percaya diri membuat siswa merasa tidak bisa dalam

belajar matematika atau menyelesaikan soal matematika sehingga kurangnya

Page 30: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

39

minat dalam belajar matematika. Hal ini berpengaruh pada rendahnya prestasi

belajar siswa. Rasa takut dan tidak percaya diri dapat disebabkan oleh

beberapa faktor eksternal dan internal dari siswa. Oleh karena itu, perlunya

untuk mengetahui pengaruh rasa takut dan tidak percaya diri dalam belajar

matematika. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengungkap pengaruh

rasa takut dan tidak percaya diri pada siswa. Sehingga lebih jelasnya dapat

dilihat dari gambar 2.1 di bawah ini.

sekoalh

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

SEKOLAH SMP

KECAMATAN WITIHAMA

SISWA

PENGARUH DALAM BELAJAR

EKSTERNAL

PEMBELAJARAN MATEMATIKA

INTERNAL

Page 31: BAB II KAJIAN PUSTAKAeprints.mercubuana-yogya.ac.id/465/2/BAB II.pdf · 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran 1. Belajar Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat

40

D. Hipotesis Penelitian

Berangkat dari kajian teori penelitian yang relevan dan kerangka berpikir

maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan:

1. Adanya pengaruh rasa takut terhadap minat belajar.

2. Adanya pengaruh rasa tidak percaya diri berpengaruh terhadap minat

belajar.

3. Adanya pengaruh rasa takut dan tidak percaya diri berpengaruh secara

simultan terhadap minat belajar.