BAB II jamblang

24

Click here to load reader

description

buah jamblang sebagai bahan bleacing dan efek pada kekerasan permukaan enamel

Transcript of BAB II jamblang

Page 1: BAB II jamblang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Struktur Gigi

Jaringan keras gigi adalah jaringan yang melindungi jaringan lunak gigi,

yaitu pulpa. Struktur gigi terdiri dari enamel, dentin, jaringan pulpa, dan

sementum. Sedangkan struktur jaringan keras yang melindungi jaringan pulpa

adalah enamel, dentin, dan sementum. Bagian terbesar gigi terdiri atas dentin yang

mengelilingi rongga pulpa. Lapisan ini paling tebal di bagian mahkota dan

menipis kearah apex akar gigi. Mahkota gigi dibungkus oleh lapisan enamel, yang

menipis di bagian leher. Akar gigi, dentin dibungkus oleh lapisan sementum tipis

yang meluas dari leher ke foramen apikalis. (Leeson,1995, p. 332)

2.1.1 Enamel

Mahkota gigi dilapisi oleh jaringan keras bersifat acelular yang disebut

enamel dan merupakan jaringan terkeras pada tubuh manusia (Provenza 1988, p.

147). Enamel gigi memiliki ketebalan sekitar 2 mm pada permukaan oklusal dan

berkurang menjadi 1 mm pada sisi proksimal (Hillson 2002, p. 148). Komposisi

enamel terdiri dari 95% mineral kalsium hidroksiapatit, 4% air dan 1% matriks

enamel. Hidroksiapatit adalah garam mineral yang memiliki konfigurasi kristal

heksagonal yang memanjang, dengan nama kimia Ca10(PO4)6(OH)2 (Renner 1985,

p. 135). Mineral hidroksiapatit yang terdapat dalam enamel menyebabkan gigi

tahan terhadap asam dan mencegah terjadinya karies (Provenza 1988, p. 147).

4

Page 2: BAB II jamblang

5

Enamel memiliki sifat kaku dan keras sehingga dapat menahan beban saat

mengunyah serta melindungi dentin dan pulpa. Selain itu enamel juga memiliki

modulus elastisitas yang tinggi, akan tetapi tensile strength pada enamel rendah.

Hal ini menyebabkan enamel rapuh, terlebih apabila tidak didukung oleh dentin.

2.1.2 Penyebab Perubahan Warna Pada Gigi

Perubahan warna gigi dapat disebabkan gigi non vital, baik pada gigi yang

mengalami nekrotik maupun yang telah dilakukan perawatan endodontik. Trauma

yang menyebabkan gigi mengalami nekrosis juga dapat menyebabkan perubahan

warna gigi yang disebabkan oleh jaringan pulpa yang nekrosis, terutama

hemoglobin, menghasilkan noda gelap yang masuk ke dalam tubulus dentin. Pada

gigi vital dapat juga terjadi perubahan warna (Gladwin 2009, p. 213 – 4). Hal ini

disebabkan oleh penuaan seiring bertambahnya usia dimana terjadi deposisi

internal dari dentin sekunder sehingga menyebabkan warna gigi menjadi lebih

kuning (Haywood 2007, p. 27). Selain itu, pada gigi vital dan non vital juga

terjadi perubahan warna yang diakibatkan oleh stain.

Stain dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: stain intrinsik dan ekstrinsik.

Stain intrinsik merupakan stain yang terdapat di dalam struktur gigi (enamel /

dentin). Stain intrinsik dibedakan menjadi stain pre-erupsi dan stain post-erupsi

(Gladwin 2009, p. 214). Contoh stain pre-erupsi adalah akibat pemberian

antibiotik tetracycline. Gigi mudah mengalami perubahan warna akibat

tetracycline pada fase pembentukan gigi, yaitu sejak trimester kedua intra uterin

sampai usia 8 tahun. Pemberian tetracycline menyebabkan gigi nampak

kecoklatan atau keabu – abuan. Pemberian fluor yang berlebihan pada fase

Page 3: BAB II jamblang

6

pembentukan gigi juga dapat menyebabkan terdapat bercak coklat atau kuning

pada gigi (Goldstein 1995, p. 6). Stain post-erupsi dapat disebabkan karena

restorasi amalgam, adanya karies, maupun post perawatan endodontik.

Stain ekstrinsik adalah stain yang terdapat pada permukaan gigi (Gladwin

2009, p. 214). Stain ekstrinsik dapat disebabkan oleh rokok dan tembakau, rokok

dan tembakau menyebabkan warna coklat hingga hitam pada gigi akibat endapan

tar (Juwita 2008, p. 8). Minuman juga dapat menyebabkan stain ekstrinsik,

terutama minuman yang berwarna gelap seperti, kopi, teh, anggur merah, dll

(Haywood 2007, p. 28). Stain ekstrinsik juga disebabkan karena kebersihan mulut

yang kurang baik, karena terdapat bakteri kromogenik pada plak gigi (Juwita

2008, p. 8). Stain ekstrinsik dapat dihilangkan oleh pasien sendiri dengan

menggunakan sikat gigi dan dentifrice. Beberapa dentifrice telah diformulasi agar

dapat menghilangkan stain ekstrinsik, tetapi dentifrice memiliki efektivitas yang

terbatas untuk menghilangkan stain. Dapat juga dilakukan scaling atau polishing

pada gigi tersebut. Namun, dari beberapa metode yang ada, bleaching merupakan

merupakan metode yang paling efektif untuk menghilangkan stain ekstrinsik

(Gladwin 2009, p. 214).

2.2 Bleaching

2.2.1 Pengertian Bleaching

Bleaching merupakan teknik pemutihan gigi yang murah, non-invasif, dan

efektif untuk perawatan estetika gigi (Haywood 2007, p. 1). Bleaching dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu secara eksternal (pada gigi vital) dan internal

(pada gigi non-vital) (Armilia 2002, p. 14-15).

Page 4: BAB II jamblang

7

Teknik bleaching eksternal ada beberapa macam, yaitu: bleaching yang

dilakukan di tempat praktek dokter gigi (in-office bleaching), bleaching yang

dilakukan di rumah (home bleaching / Nightguard vital bleaching), dan produk

Over-The-Counter (OTC) (Page 2006, p. 19). Bleaching eksternal tidak dapat

dilakukan pada gigi yang terdapat karies, karena akan menyebabkan bahan

bleaching terserap ke dalam dentin sehingga mengakibatkan perbedaan hasil

warna gigi yang satu dengan yang lain (Anonim a, cited in Juwita 2008, p. 9).

Secara keseluruhan, home bleaching merupakan teknik yang paling sering

digunakan untuk penelitian karena aman, mudah digunakan, dan murah.

(Haywood 2007, p. 3).

2.2.2 Bahan Bleaching Eksternal

Terdapat dua material dasar yang digunakan sebagai bahan bleaching

eksternal, yaitu hidrogen peroksida (H2O2) dan karbamid peroksida (CH6N2O3).

Untuk in-office bleaching menggunakan hidrogen peroksida dengan konsentrasi

6 – 14%. Sedangkan untuk home bleaching lebih sering digunakan karbamid

peroksida. Hal ini disebabkan perbedaan sifat mendasar dari keduanya. Hidrogen

peroksida bersifat tidak stabil dan hanya bertahan selama 30 – 60 menit.

Karbamid peroksida yang merupakan kombinasi hidrogen peroksida dengan urea

memiliki sifat yang lebih stabil dan dapat bertahan lebih dari 2 jam (Haywood

2007, p. 3 – 4).

Karbamid peroksida dalam bentuk gel terdapat di pasaran dengan

konsentrasi 10 – 22% (Gladwin 2009, p. 218), namun menurut ADA konsentrasi

yang aman digunakan adalah 10%. Karbamid peroksida 10% setara dengan 3,5%

Page 5: BAB II jamblang

8

hidrogen peroksida dan 6,5% urea. Mekanisme kerjanya hidrogen peroksida

dipecah menjadi oksigen dan air, sedangkan urea menjadi amonia dan karbon

dioksida (Haywood 2007, p. 4 – 5).

Dalam bahan home bleaching kadang – kadang juga terdapat polimer

karboksimetilen / Carbopol yang berguna untuk memperpanjang pelepasan

oksigen dan “mempertebal” bahan sehingga meningkatkan adhesi (Goldstein

1995, p. 83 – 4).

2.2.3 Mekanisme Bleaching Eksternal

Mekanisme bleaching sangat kompleks, namun sebagian besar terdiri dari

reaksi oksidasi, di mana mengubah material organik menjadi karbon dioksida dan

air. Pada proses bleaching terjadi proses reduksi oksidasi yang disebut reaksi

redoks. Dalam reaksi redoks, bahan pengoksidasi (contoh: hidrogen peroksida)

memiliki radikal bebas dengan elektron tidak berpasangan, yang dilepaskan,

sehingga menjadi berkurang; bahan yang direduksi (bahan yang di-bleaching)

menerima elektron sehingga menjadi teroksidasi (Goldstein 1995, p. 26).

Hidrogen peroksida merupakan bahan pengoksidasi dan memiliki

kemampuan untuk menghasilkan radikal bebas, HO2 + O yang sangat reaktif.

Dalam bentuk cairan murni, hidrogen peroksida bersifat asam lemah dan

menghasilkan radikal bebas yang lemah dalam jumlah banyak, yaitu O.

Perhidroksil HO2 merupakan radikal bebas yang lebih kuat, agar dapat terbentuk

dalam jumlah banyak diperlukan kondisi alkali dengan pH optimal 9,5 – 10,8

sehingga didapatkan hasil yang lebih baik (Adang 2006, p. 5).

Page 6: BAB II jamblang

9

Mekanisme pertahanan terhadap toksisitas di dalam mulut terdapat dalam

enzim. Apabila terdapat katalis dan enzim, proses ionisasi tidak menghasilkan

radikal bebas sehingga proses bleaching tidak dapat terjadi, oleh karena itu

penting sebelum dilakukan bleaching gigi harus kering dan bersih dari debris

(Goldstein 1995, p. 26 – 7).

Hidrogen peroksida berdifusi melalui matriks organik pada enamel dan

dentin. Radikal bebas tidak memiliki elektron pasangan, mereka bersifat sangat

elektrofilik dan tidak stabil dan akan memecah molekul organik lainnya agar

stabil, menghasilkan radikal lainnya. Setelah terbentuk HO2 dalam jumlah besar,

maka radikal bebas ini akan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh, menyebabkan

perpecahan konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi dari molekul

organik pada enamel. Molekul yang lebih sederhana yang memantulkan cahaya

terbentuk, menjadikan proses pemutihan gigi berhasil. Proses ini terjadi ketika

bahan pengoksidasi (hidrogen peroksida) bereaksi dengan material organik pada

jarak antara garam anorganik dalam enamel gigi.

Karbamid peroksida terurai menjadi hidrogen peroksida dan urea. Hidrogen

peroksida mengalami proses pemecahan dan bereaksi dengan ikatan tidak jenuh

sehingga menghasilkan molekul yang lebih sederhana (Goldstein 1995, p. 25 –

31) dan urea dipecah menjadi karbon dioksida dan amonia yang bersifat basa

sehingga akan menstabilkan hidrogen peroksida (Haywood 2007, p. 4).

Page 7: BAB II jamblang

10

2.2.4 Keuntungan dan Kerugian Bleaching eksternal

Bleaching eksternal memiliki beberapa keuntungan, yaitu:

1. Tidak ada jaringan gigi yang diambil (non-invasif)

Pada bleaching internal perlu dilakukan pengambilan jaringan keras gigi

agar ruang pulpa terbuka, sedangkan pada bleaching eksternal tidak

(Gladwin 2009, p. 213).

2. Ekonomis

Disebabkan karena hanya membutuhkan lebih sedikit kunjungan ke dokter

gigi.

3. Efektif

Menurut penelitian, 9 dari 10 pasien yang melakukan bleaching eksternal

mendapat hasil yang memuaskan dan hasilnya bertahan 1-3 tahun

(Haywood 2007, p. 1).

4. Menggunakan bahan dengan konsentrasi rendah sehingga aman digunakan

(Adang 2006, p. 8).

Kerugian dari penggunaan bleaching eksternal adalah (Goldstein 1995, p. 18):

1. Sifatnya tidak permanen, apabila dibandingkan dengan crown dan veneer

Hal ini juga dipengaruhi kebiasaan buruk pasien yang tidak dihentikan,

seperti merokok, minum kopi, dan teh.

2. Bleaching eksternal hanya efektif untuk menghilangkan stain ekstrinsik

3. Iritasi gingiva dan gigi sensitif

Keduanya merupakan efek samping yang paling sering dijumpai, dan

biasanya sembuh setelah beberapa hari. Iritasi gingiva biasanya disebabkan

Page 8: BAB II jamblang

11

karena bahan bleaching mengenai gingiva. Gigi sensitif dapat disebabkan

tray terlalu kaku atau penggunaan bahan bleaching dalam jangka waktu

panjang.

4. Berpotensi menyebabkan kanker

Bahan bleaching yang mengandung peroksida menghasilkan radikal bebas,

radikal bebas dapat berhubungan dengan kanker. Perlu memperingatkan

pasien yang memiliki faktor resiko (Gladwin 2009, p. 219).

5. Perubahan morfologi enamel

Pada penelitian nampak perubahan gambaran email menjadi lebih kasar,

berpori-pori, dan ada bercak berwarna putih jika dilihat secara mikroskopis.

Ada satu laporan kasus mengenai perusakan non reversible pada struktur

gigi yang sehat setelah penggunaan home bleaching yang berlebihan selama

2 bulan (Farahanny 2009, p. 9).

6. Pada penelitian dengan menggunakan bleaching overnight pada gigi

anterior dengan karbamid peroksida 10%, mengakibatkan pulpitis ringan

yang dapat sembuh dalam waktu 2 minggu (Ingle 2008, p. 484)

7. Gangguan sendi TMJ, nausea, timbul lesi jaringan lunak, dan batuk akibat

bahan bleaching yang tertelan (Powers 2008, p. 136).

2.3 Buah Jamblang

2.3.1 Gambaran Umum Tanaman

Jamblang tergolong tanaman buah yang banyak terdapat di Asia dan

Australia tropis. Biasa ditanam di pekarangan atau tumbuh liar, terutama di hutan

jati. Jamblang tumbuh di dataran rendah sampai ketinggian 500 m di atas

Page 9: BAB II jamblang

12

permukaan laut. Buah Jamblang berbentuk bulat telur dengan warna merah tua

sampai ungu kehitaman. Pohon Jamblang memiliki tinggi 10 – 20 m, berbatang

tebal, tumbuhnya bengkok, dan bercabang banyak. Berdaun tunggal, tebal,

tangkai daun 1 – 3 cm. Bunga majemuk berbentuk malai dengan cabang yang

berjauhan, bunga duduk, tumbuh di ketiak daun dan di ujung percabangan,

kelopaknya berbentuk lonceng berwarna hijau muda, mahkota berbentuk bulat

telur, benang sari banyak, berwarna putih, dan baunya harum (Dalimartha, 2003).

Berakar tunggang, bercabang, berwarna coklat muda. Biasanya buah jamblang

dapat dimakan segar, rasanya agak asam dan sepat, sedangkan kulit kayunya dapat

digunakan sebagai zat pewarna.

Gambar 2.1 Buah Jamblang (Jadhav et al. 2009, p. 1212)

2.3.2 Taksonomi dan Morfologi Buah Jamblang

Secara taksonomi, buah jamblang termasuk (Jadhav et al. 2009, p. 1212):

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Order : Myrtales

Page 10: BAB II jamblang

13

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Species : Cumini

Nama binomial : Syzygium cumini

Struktur tanaman Jamblang ini terdiri dari (Syamsuhidayat, 1991):

a. Batang :Berkayu, bercabang banyak, diameter 10 – 30 cm, berwarna putih

kotor

b. Daun :Tunggal, bulat telur, ujung runcing, tepi rata, pangkal tumpul,

pertulangan menyirip, permukaan atas mengkilat, panjang 7 – 16

cm, lebar 5 – 9 cm, dan tangkainya panjang 1 – 3 cm, berwarna

hijau

c. Bunga : Majemuk, malai, tumbuh di ketiak daun dan di ujung batang,

kelopak berbentuk lonceng, hijau muda, mahkota berbentuk bulat

telur, panjang sekitar 3 mm, benang sari banyak, tangkai dan

kepala sari putih, putik satu, dan berwarna putih.

d. Buah : Buni, bulat telur, panjang 2 – 3 cm, merah tua

e. Biji : Bentuk lonjong, keras, putih

f. Akar : Tunggang, bercabang – cabang, coklat muda

2.3.3 Kandungan Buah Jamblang

Buah Jamblang mengandung minyak atsiri, asam organik, fenol, alkaloid

(jambosin), triterpenoid, resin yang berwarna merah tua mengandung asam elagat,

tanin, antocyanin dan menghasilkan sitrat, malat, dan asam galat. Asam galat dan

tanin juga terkandung dalam buahnya. Asam malat merupakan kandungan asam

Page 11: BAB II jamblang

14

terbesar (0,59%) dalam buah; juga terdapat sedikit kandungan dari asam oksalat

(Sah 2011, p. 111 – 2).

Biji buah Jamblang mengandung tanin (sekitar 19%), asam elagat (Modi et

al. 2010, p. 20), asam galat (1 – 2%), beta – sitosterol, dan minyak esensial

(0,05%). Kulit kayu yang diencerkan mengandung friedelan-3-alpha-ol,

kaempferol, quercetin, betasitosterol, glikosid, kaempferol-3-O-glukosid, asam

galat, friedelin, dan asam betulinik, juga mengandung eugenin, epi-friedelanol,

dan tanin (10–12%). Daun Jamblang mengandung alkohol aliphatik, sitosterol,

asam betulinik, dan asam krategolik. Sedangkan bagian bunga mengandung asam

triterpenik, asam oleanolik, dan asam krategolik. Asam oleanolik merupakan

pelindung yang kuat terhadap adriamycin-induksi lemak peroxidasi pada liver dan

hati (Dalimartha, 2003).

2.3.4 Kegunaan Buah Jamblang

Buah jamblang dapat digunakan sebegai obat diabetes, haemorrhage,

gangguan lambung, anti skorbut, demam, diare, dan gangguan saluran kencing.

Buah jamblang juga bermanfaat pada diare akut non spesifik, untuk melumas

organ paru (terutama pada penderita asma), menghentikan batuk (batuk rejan dan

kronis), peluruh kentut (karminatif), merangsang keluarnya air liur, juga dapat

dikombinasikan untuk konstipasi, gangguan pancreas, dan hiperglikemia

(Syamsuhidayat, 1991).

Selain itu, buah jamblang biasa dimakan segar. Di India dan Filipina, seperti

juga kebiasaan di beberapa daerah di Indonesia, buah jamblang yang masak

dicampur dengan sedikit garam dan kadang-kadang ditambahi gula, lalu dikocok

Page 12: BAB II jamblang

15

di dalam wadah tertutup sehingga lunak dan berkurang rasa asamnya. Buah yang

kaya vitamin A dan C ini juga dapat dijadikan sari buah, jeli atau anggur. Di

Filipina, anggur jamblang diusahakan secara komersial (Dalimartha, 2003).

Kayun tanaman Jamblang dapat digunakan untuk bahan bangunan,

meskipun tidak istimewa dan agak mudah pecah. Kayu ini cukup kuat, tahan air

dan serangan serangga; sekalipun agak sukar dikerjakan. Yang terlebih sering

ialah digunakan sebagai kayu bakar. Kulit kayu menghasilkan zat penyamak

(tanin) dan dimanfaatkan untuk mewarnai (ubar) jala. Daun tanaman Jamblang

kerap digunakan sebagai pakan ternak.

Pohon Jamblang juga sering ditanam sebagai pohon peneduh di pekarangan

dan perkebunan (misalnya untuk meneduhi tanaman kopi), atau sebagai penahan

angin (wind break). Bunga-bunganya baik sebagai pakan lebah madu (Dalimartha,

2003).

2.3.5 Kandungan Bahan Bleaching Dalam Buah Jamblang

Bahan alami yang terdapat yang berfungsi untuk memutihkan gigi adalah

asam elagat (ellagic acid) yang terdapat dalam buah Jamblang dan asam malat

(malic acid) yang terdapat dalam biji buah Jamblang (Sah 2011, p. 111).

2.3.5.1 Asam Elagat

Asam elagat adalah suatu senyawa asam yang mempunyai cincin polisiklik

yang mengandung dua dihidroksifenol (Makfoeld et al. 2006, p. 79 – 80), yang

banyak ditemukan pada buah – buahan seperti raspberry, strawberry, apel,

hazelnut, dan kenari. Asam elagat berfungsi untuk melawan kanker. Selain

Page 13: BAB II jamblang

16

sebagai antiangiogenesis, asam elagat juga mendetoksifikasi sel, memblokir

perubahan senyawa karsinogenik lingkungan menjadi senyawa toksik dan

menstimulasi eliminasi toksin (Schreiber 2010, p. 163 – 4). Hasil penelitian

menunjukkan asam elagat dapat menghambat pengaruh beberapa senyawa

pencetus kanker pada asap rokok (Anonim a, 2008).

Gambar 2.2 Asam elagat (Makfoeld et al. 2006, p. 79)

Ellagitanin yang terkandung dalam asam elagat mempunyai fungsi untuk

memutihkan gigi. Mekanisme pemutihan gigi yang dilakukan oleh senyawa ini

adalah (Juwita 2008, p. 17 ):

Dua molekul asam elagat akan melepaskan 12 radikal H+ dan 4 radikal OH-,

tetapi radikal H+ dilepaskan terlebih dahulu dibandingkan radikal OH-, hal ini

disebabkan karena adanya perbedaan elektronegatif di antara O dan H+ pada

gugus OH- yang lebih besar dibandingkan CO- dan OH- pada gugus COOH,

sehingga gugus OH- akan lebih mudah putus dan menghasilkan radikal H+. radikal

H+ yang terbentuk kemudian berikatan dengan 3 molekul C tersier yang terdapat

pada enamel gigi yang mengalami diskolorasi. Ikatan ini disebabkan karena 3

molekul C tersier memiliki energi lebih rendah dibandingkan dengan atom C

lainnya (C primer dan C sekunder) sehinga C tersier lebih mudah berikatan

dengan radikal bebas (atom H+). Ikatan ini menyebabkan terjadinya gangguan

Page 14: BAB II jamblang

17

konjugasi elektron dan perubahan penyerapan energi pada molekul organik

enamel sehingga terbentuk molekul organik enamel dengan struktur tidak jenuh.

Setelah radikal H+ dilepaskan, asam elagat melepaskan 4 radikal OH- yang dapat

mengganggu struktur tidak jenuh dari enamel tersebut menjadi struktur jenuh

dengan warna lebih terang. Hal ini menyebabkan gigi yang mengalami perubahan

warna ekstrinsik dapat putih kembali apabila direndam dengan buah jamblang.

2.3.5.2 Asam Malat

Asam malat adalah asam alfa hidroksi organik yang banyak terdapat dalam

buah-buahan seperti apel. Asam malat juga dapat ditemukan pada hewan dan

manusia. Di dalam tubuh manusia, asam malat terdapat dalam bentuk anion malat

atau dikenal dengan asam sitrat. Asam sitrat terdapat pada mitokondria dan

berperan penting dalam siklus Krebs, berfungsi untuk menghasilkan tenaga

(Anonim b, 2011). Asam malat mempunyai sifat sebagai astringen dan bahan

pembersih untuk menghilangkan noda pada permukaan gigi (Wahyuningsih,

2011).

Gambar 2.3 Struktur kimia Asam Malat (Anonim c, 2011)

Page 15: BAB II jamblang

18

2.4 Kekerasan Permukaan

Kekerasan permukaan adalah ketahanan suatu bahan atau benda terhadap

daya penetrasi suatu beban yang telah dispesifikasikan. Untuk mengetahui nilai

kekerasan permukaan suatu benda digunakan alat pengukur kekerasan (ADA,

2006; Baum et al, 1995)

Alat untuk mengukur kekerasan yang sering dipakai ada 5 macam:

1. Brinnel Hardness Tester

Merupakan alat uji tertua yang digunakan. Ujung penguji berupa. Bola

kecil dari baja dengan diameter 1,6 mm. ujung penguji ditekankan pada

benda selama 30 detik dengan beban tertentu. Hasil identasi dilihat melalui

mikroskop.

2. Knoop Hardness Tester

Alat uji ini mempunyai ujung penguji berbentuk pyramid yang terbuat dari

intan. Alat ini digunakan untuk menguji material yang bervariasi daerah

kekerasannya.

3. Rockwell Hardness Tester

Alat penguji terbuat dari metal berbentuk bulat, unutuk menguji kekerasan

bahan plastic digunakan diameter 12,7 mm. Prinsip pengujiannya dengan

menggunakan micrometer.

4. Shore A Hardness

Alat ini digunakan untuk mengukur kekerasan elastomer. Batang

pengujinya berbentuk silinder dengan diameter 1,6 mm mengecil pada

ujugnnya, dengan diameter 0,8 mm. prinsip pengujian dengan menekan

Page 16: BAB II jamblang

19

ujung penguji ke permukaan benda. Hasil maksimal penekanan dilihat

pada skala dan dibaca sebagai nilai kekerasan shore A

5. Vickers Hardness Tester

Alat uji kekerasan permukaan ini mempunyai ujung penguji yang terbuat

dari intan berbentuk pyramid dengan sudut permukaan 1360. Prinsip

pengujiannya adalah dengan menekankan ujung penguji ke permukaan

benda dengan beban dan waktu tertentu (Craig, 1993).