BAB II ISPA

8
BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian ISPA ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan pengertian sebagai berikut : 1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit. 2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah dan pleura. ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernafasan, bagian bawah (termaksud jaringan paru – paru) dan organ adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termaksud dalam saluran pernafasan (respiratory tract). 3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005). B. Etiologi ISPA

description

ISPA

Transcript of BAB II ISPA

Page 1: BAB II ISPA

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian ISPA

ISPA merupakan singkatan dari infeksi saluran pernapasan akut, istilah ini

diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI). Istilah

ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan dan akut, dengan

pengertian sebagai berikut :

1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikro organisme ke dalam tubuh

manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli beserta

organ adneksanya seperti sinus – sinus, rongga telinga tengah dan pleura.

ISPA secara anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran

pernafasan, bagian bawah (termaksud jaringan paru – paru) dan organ

adneksa saluran pernafasan. Dengan batasan ini, jaringan paru termaksud

dalam saluran pernafasan (respiratory tract).

3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14

hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa

penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung

lebih dari 14 hari (A. Suryana 2005).

B. Etiologi ISPA

Infeksi saluran pernafasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek

dan heterogen, yang disebabkan oleh berbagai etiologi. Etiologi ISPA terdiri dari 300

lebih jenis virus, bakteri, riketsia dan jamur. Virus penyebab ISPA antara lain

golongan mikrovirus (termasuk di dalamnya virus influenza, virus pra-influensa dan

virus campak), dan adenovirus. Bakteri penyebab ISPA misalnya: streptokokus

hemolitikus, stafilokokus, pneumokokus, hemofils influenza, bordetella pertusis dan

karinebakterium diffteria (Achmadi, dkk., 2004 dalam Arifin, 2009). Bakteri tersebut di

udara bebas akan masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu

tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang

kekebalan tubuhnya lemah.

Page 2: BAB II ISPA

Golongan virus penyebab ISPA antara lain golongan miksovirus (termasuk di

dalamnya virus para-influenza, virus influenza, dan virus campak) dan adenovirus.

Virus para-influenza merupakan penyebab terbesar dari sindroma batuk rejan,

bronkiolitis dan penyakit demam saluran nafas bagian atas. Untuk virus influenza

bukan penyebab terbesar terjadinya sidroma saluran pernafasan kecuali hanya

epidemi-epidemi saja. Pada bayi dan anak-anak, virus influenza merupakan

penyebab terjadinya lebih banyak penyakit saluran nafas bagian atas dari pada

saluran nafas bagian bawah (Siregar dan Maulany, 1995 dalam Arifin, 2009).

Jumlah penderita infeksi pernapasan akut sebagian besar terjadi pada anak.

Infeksi pernapasan akut mempengaruhi umur anak, musim, kondisi tempat tinggal,

dan masalah kesehatan yang ada ( R.Haryono-Dwi Rahmawati H, 2012).

C. Tanda Dan Gejala ISPA

Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk,

kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar

dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan

bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan

pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru

(pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan anti biotik akan menyebabkan

kematian (Fuad, 2008).

D. Patofisiologi ISPA

Terjadinya infeksi antara bakteri dan flora normal di saluran nafas. Infeksi oleh

bakteri, virus dan jamur dapat merubah pola kolonisasi bakteri. Timbul mekanisme

pertahanan pada jalan nafas seperti filtrasi udara inspirasi di rongga hidung, refleksi

batuk, refleksi epiglotis, pembersihan mukosilier dan fagositosis. Karena menurunnya

daya tahan tubuh penderita maka bakteri pathogen dapat melewati mekanisme sistem

pertahanan tersebut akibatnya terjadi invasi di daerah-daerah saluran pernafasan

atas maupun bawah (Fuad, 2008).

Page 3: BAB II ISPA

E. Klasifikasi ISPA

mengklasifikasikan penyakit Infeksi saluran Pernapasan Akut (ISPA) atas

infeksi saluran pernapasan akut bagian atas dan infeksi saluran pernapasan akut

bagian bawah.

1. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Bagian Atas

Adalah infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas di

sebelah atas laring. Kebanyakan penyakit saluran nafas mengenai bagian atas

dan bawah secara bersama-sama atau berurutan, tetapi beberapa di antaranya

adalah Nasofaringitis akut (salesma), Faringitis akut (termasuk Tonsilitis dan

Faringotositilitis) dan rhinitis (Fuad, 2008).

2. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) Bagian Bawah

infeksi-infeksi yang terutama mengenai struktur-struktur saluran nafas bagian

bawah mulai dari laring sampai dengan alveoli. Penyakit-penyakit yang tergolong

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) bagian bawah : Laringitis, Asma

Bronchial, Bronchitis akut maupun kronis, Broncho Pneumonia atau Pneumonia

(Suatu peradangan tidak saja pada jaringan paru tetapi juga pada brokioli (Fuad,

2008).

F. Berdasarkan Kelompok Umur

1. Kelompok Pada Anak Umur kurang dari 2 Bulan, Dibagi Atas :

A. Pneumonia berat

Pada kelompok umur ini gambaran klinis pneumonia, sepsis dan meningitis

dapat disertai gejala klinis pernapasan yang tidak spesifik untuk masing-

masing infeksi, maka gejala klinis yang tampak dapat saja diduga salah satu

dari tiga infeksi serius tersebut, yaitu berhenti menyusu, kejang, rasa kantuk

yang tidak wajar atau rasa sulit bangun, stidor pada anak yang tenang, mengi

(wheezing), demam (38°C) atau suhu tubuh yang rendah (dibawah 35,5 °C),

pernapasan cepat, penarikan dinding dada, sianosis sentral, serangan apnea,

distensi abdomen dan abdomen tegang.

B. Bukan pneumonia

Jika bernapas dengan frekuensi kurang dari 60 kali permenit dan tidak

terdapat tanda pneumonia.

Page 4: BAB II ISPA

2. Kelompok Pada Anak Umur 2 Bulan Hingga 5 Tahun, Dibagi Atas :

A. Pneumonia berat

Batuk atau kesulitan bernapas, tarikan dinding dada, tanpa disertai sianosis

dan tidak dapat minum.

B. Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas dan pernapasan cepat tanpa disertai penarikan

dinding dada.

C. Bukan Pneumonia

Batuk atau kesulitan bernapas tanpa pernapasan cepat atau penarikan dinding

dada (WHO, 2002).

G. Pencegahan ISPA

1. Berhati-hati dalam mencuci tangan dengan melakukannya ketika merawat anak

yang terinfeksi pernapasan.

2. Anak dan keluarga diajarkan untuk menggunakan tisu atau tangannya untuk

menutup hidung dan mulutnya ketika batuk/bersin.

3. Anak yang sudah terinfeksi pernafasan sebaiknya tidak berbagi cangkir minuman,

baju cuci atau handuk.

4. Peringatan perawat : untuk mencegah kontaminasi oleh virus pernapasan,

mencuci tangan dan jangan menyentuh mata atau hidungmu.

5. Mencegah anak berhubungan terlalu dekat dengan saudaranya atau anggota

keluarga lainnya yang sedang sakit ISPA. Tindakan semi isolasi mungkin dapat

dilakukan seperti anak yang sehat tidur terpisah dengan dengan anggota keluarga

lainyang sedang sakit ISPA.

6. Upayakan ventilasi yang cukup dalam ruangan / rumah.

7. Hindari anak dari paparan asap rokok ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).

H. Penatalaksanaan ISPA

Kriteria yang digunakan untuk pola tatalaksana panderita ISPA pada anak adalah

anak dengan gejala batuk dan atau kesukaran bernapas yaitu:

1. Pemeriksaan

Pemeriksaan dilakukan untuk mengidentifikasi gejala yang ada pada penderita.

Page 5: BAB II ISPA

2. Penentuan ada tidaknya tanda bahaya

Tanda bahaya, pada bayi umur kurang dari 2 bulan adalah tidak bisa minum,

kejang, kesadaran menurun, Stridor, Wheezing, Demam atau dingin. Tanda

bahaya pada umur 2 bulan sampai < 5 tahun adalah tidak bisa minum, kejang,

kesadaran menurun, Stridor dan gizi buruk.

3. Tindakan dan Pengobatan

Pada penderita umur < 2 bulan yang terdiagnosa pneumonia berat, harus segera

dibawah ke sarana rujukan dan diberi antibiotik 1 dosis. Pada penderita umur 2

bulan sampai < 5 tahun yang terdiagnosa pneumonia dapat dilakukan perawatan

rumah, pemberian antibiotik selama 5 hari, pengontrolan dalam 2 hari atau lebih

cepat bila penderita memburuk, serta pengobatan demam dan yang ada.

Penderita di rumah untuk penderita Pneumonia umur 2 bulan sampai kurang dari

5 tahun, meliputi :

a. Pemberian makanan yang cukup selama sakit dan menambah jumlahnya

setelah sembuh.

b. Pemberian cairan dengan minum lebih banyak dan meningkatkan

pemberian Asi.

c. Pemberian obat pereda batuk dengan ramuan, yang aman dan sederhana.

Penderita umur 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun yang terdiagnosa pneumonia

berat segera dikirim ke rujukan, diberi antibiotik 1dosis serta analgetik sebagai

penurun demam dan wheezing yang ada. Penderita yang diberi antibiotik,

pemeriksaan harus kembali dilakukan 2 hari. Jika keadaan penderita membaik,

pemberian antibiotik dapat diteruskan. Jika keadaan penderita tidak berubah,

antibiotik harus diganti atau penderita dikirim ke sarana rujukan. Obat yang

digunakan untuk penderita pneumonia adalah tablet kotrimoksasol 480 mg,

kotrimoksasol 120 mg, tablet parasetamol 500 mg dan sablet parasetamol 100

mg ( R.Hartono-Dwi Rahmawati H, 2012).