Bab II Isi Kimling

18
PENCEMARAN MAKANAN DAN OBAT-OBATAN A. Pengertian Pencemaran Pencemar adala B. Makanan yang Murni Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Zat tambahan ada yang bersifat alami ada yang buatan (sintesis), yakni antioksidan, pemberi warna, asam, basa, penyedap dan bahan lainya. 1 C. Zat Tambahan pada Makanan Bahan makanan yang diperlukan manusia ialah karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral dan air. Disamping itu ada zat tambahan dan obat-obatan yang dengan sengaja atau tidak sengaja ditambahkan kepada makanan. Kualitas makanan, kemurnian air dan udara merupakan bagian lingkungan kita. Untuk kesegaran kita diperlukan jumlah yang cukup, yang murni, dan bebas dari bahan penyakit. Di samping itu cukup mengandung bahan nutrisi. Menyenangkan dari segi estetika, dan bebas dari bahan pencemar. Organisasi Kesehatan Sedunia mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Aman digunakan 2. Jumlahnya sekedar memenuhi pengaruh yang diharapkan 1 Tresna Sastrawijaya, M.Sc, Pencemaran Lingkungan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm 229. 1

Transcript of Bab II Isi Kimling

Page 1: Bab II Isi Kimling

PENCEMARAN MAKANAN DAN OBAT-OBATAN

A. Pengertian Pencemaran

Pencemar adala

B. Makanan yang Murni

Makanan pokok manusia adalah karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral

dan air. Zat tambahan ada yang bersifat alami ada yang buatan (sintesis), yakni

antioksidan, pemberi warna, asam, basa, penyedap dan bahan lainya.1

C. Zat Tambahan pada Makanan

Bahan makanan yang diperlukan manusia ialah karbohidrat, protein, lemak,

vitamin, mineral dan air. Disamping itu ada zat tambahan dan obat-obatan yang

dengan sengaja atau tidak sengaja ditambahkan kepada makanan. Kualitas makanan,

kemurnian air dan udara merupakan bagian lingkungan kita. Untuk kesegaran kita

diperlukan jumlah yang cukup, yang murni, dan bebas dari bahan penyakit. Di

samping itu cukup mengandung bahan nutrisi. Menyenangkan dari segi estetika, dan

bebas dari bahan pencemar.

Organisasi Kesehatan Sedunia mensyaratkan zat tambahan itu seharusnya memenuhi

kriteria sebagai berikut :

1. Aman digunakan

2. Jumlahnya sekedar memenuhi pengaruh yang diharapkan

3. Sangkil secara teknologi

4. Tidak boleh digunakan untuk menipu pemakai.2

D. Obat-obatan

Kehidupan modern menambahkan penyedap kepada bahan makanan dan

dengan demikian halnya dengan obat-obatan. Gaya hidup menyuburkan obat sakit

kepala, obat penenang, obat kelelahan. Demikianlah dapat dibaca dalam iklan dan

anjuran petugas kesehatan

Obat-obatan banyak macamnya, misalnya ada yang mengurangi rasa nyeri,

menenangkan, menidurkan, mengikat asam perut, merangsang pusat saraf,

mengurangi demam, hormon kesuburan, antibiotika, dan seribu macam lainya.

Salah satu contoh misalnya amfetamin, jenis obat ini digunakan untuk mencegah

kelelahan, menekan selera makan, dan sebagai obat keresahan. Juga digunakan untuk 1 Tresna Sastrawijaya, M.Sc, Pencemaran Lingkungan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2000), hlm 229.2 Ibid, hlm 222.

1

Page 2: Bab II Isi Kimling

menyembuhkan narkolepsi, yakni kecendrungan tidak dapat mengendalikan tidur

bukan pada waktunya. Amfetamin dapat meningkatkan keresahan, cerewet,

rangsangan, dan paling hebat psikosis. Pengguna secara gelap ialah untung

merangsang kecepatan, menambah semangat, dan sebagainya. Dapat juga untuk

menenangkan anak-anak yang diperkenetik.3

E. Pengaruh Makanan Terhadap Kesehatan

Hasil suatu penelitian sosial ekonomi yang diselenggarakan pada tahun 1977

menunjukkan bahwa 46,84% dari anggaran belanja dikeluarkan untuk makanan. Hasil

peneliatian proyek Moh. Husni Thamrin, tahun 1975-1976, menunjukkan bahwa

63,74% anggaran belanja dialokasikan untuk makanan. Dari sudut kesehatan

lingkungan, pengaruh makanan terhadap kesehatan sangat besar karena makanan atau

minuman dapat berperan sebagai vektor agens penyakit.

Penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui makanan dan minuman disebut

sebagai food-and milk-borne disease (penyakit bawaan makanan dan susu). Penyakit-

penyakit tersebut dapat disebabkan oleh:

1. Parasit, misalnya T.saginata, T.solium, D.latum, dan sebagainya. Parasit

tersebut masuk ke dalam tubuh melalui daging sapi, daging babi, atau ikan

yang terinfeksi yang dikonsumsi manusia.

2. Mikroorganisme, misalnya S. typhii, Sh. dysentry, richettsia, dan virus

hepatitis yang menggunakan makanan sebagai media perantaranya.

3. Toksin, misalnya bakteri stafilokokus memproduksi enterotoksin, Clostridium

memproduksi eksotoksin. Di sini, makanan berfungsi sebagai media

pembiakan.

4. Zat-zat yang membahayakan kesehatan yang secara sengaja (karena

ketidaktahuan) dimasukkan ke dalam makanan, misalnya zat pengawet dan zat

pewarna, atau yang secara tidak sengaja, misalnya insektisida (suatu bhan

yang beracun yang sering dikira gula/tepung.

5. Penggunaan makanan yang sudah beracun,misalnya jamur, singkong, tempe,

bongkrek, dan jengkol.

3 Ibid, hlm 236.

2

Page 3: Bab II Isi Kimling

Beberapa faktor yang memengaruhi makanan baik secara langsung maupun

tidak langsung, antara lain:

1) Air

Air sangat erat hubungannya mulai dari sumber pengelolaan.

2) Air Kotor

Air kotor dapat menjadi sumber kuman patogen terutama dari saluran

pencernaan.

3) Tanah

Tanah yang terkontamiinasi mikroorganisme patogen

4) Udara

Mikroorganisme patogen yang berbentuk partikel bercampur debu dapat

mengontaminasi makanan, demikian juga percikan ludah akibat bersin.

Kontaminasi yang terjadi biasanya bergantung pada musim, lokasi, dan

pergerakan udara.

5) Manusia

Manusia merupakan sumber paten bakteri S. aures, salomonela, C.

perfringens, dan enterokokus.

6) Hewan atau ternak peliharaan

Mikroorganisme semacam C. perfringers atau dari golongan salmonela dapat

terbawa dalam hewan atau ternak

7) Binatang pengerat

Binatang pengerat berisiko mengontaminasi nasi, sayur, dan buah-buahan,

selain menjadi media pembawa salmonela dan enterokokus.4

F. Faktor Penyebab Makanan menjadi Berbahaya

Terdapat 2 faktor yang menyebabkan suatu makanan menjadi berbahaya bagi

manusia, antara lain:

1. Kontaminasi

Kontaminasi pada makanan dapat disebabkan oleh:

a. Parasit, misalnya cacing dan amuba

b. Golongan mikroorganisme, misalnya salmonela dan shingela

c. Zat kimia, misalnya bahan pengawetdan pewarna

d. Bahan-bahan radioaktif, misalnya kobalt dan uranium

4 Dr. Budiman Chandra, Buku Kedokteran EGC (Jakarta: Pengantar Kesehatan Lingkungan, 2005), hlm 92-93.

3

Page 4: Bab II Isi Kimling

e. Toksin atau racun yang dihasilkan oleh mikroorganisme, seperti

stafilokokus dan Clostridium botulinum

2. Makanan yang dasarnya mengandung zat berbahaya, tetapi tetap dikonsumsi

manusia karena ketidaktahuan mereka dapat dibagi menjadi 3 golongan:

a. Secara alami makanan itu memang telah mengandung zat kimia

beracun, misalnya singkong yang mengandung HCN dan ikan dan

kerang yang mengandung unsur toksik tertentu (logam berat, misalnya

Hg dan Cd) yang dapat melumpuhkan sistem saraf dan napas.

b. Makanan dijadikan sebagai media perkembangbiakan sehingga dapat

menghasilkan toksin yang berbahaya bagi manusia, misalnya dalam

kasus keracunan makanan akibat bakteri (bacterial food poisoning)

c. Makanan sebagai perantara. Jika suatu makanan yang terkontaminasi

dikonsumsi manusia, di dalam tubuh manusia agens penyakit pada

makanan itu memerlukan masa inkubasi untuk berkembang biak dan

setelah beberapa hari dapat mengakibatkan munculnya gejala penyakit.

Contoh penyakitnya antara lain Thyphoid abdominalis dan disentri

basiler.5

G. KONTAMINASI MAKANAN

Kontaminasi makanan dapat terjadi akibat agens penyakit yang menyebabkan

infeksi atau akibat proses pembusukan. Pembusukan dapat terjadi secara alami akibat

enzim-enzim yang ada dalam makanan itu sendiri, misalnya pembusukan pada durian

dan sayuran. Makanan yang busuk adalah makanan yang sudah mengalami proses

sedemikian rupa sehingga tidak dapat dimakan manusia. Untuk dapat menyatakan

bahwa suatu makanan memang telah busuk, criteria makanan busuk berikut harus

terpenuhi.

1. Makanan yang telah mengandung toksin atau bakteri.

2. Makanan yang rusak dan jika dikonsumsi dapat menyebabkan keracunan.

Untuk menentukan apakah suatu makanan masih dapat dimakan atau tidak,

makanan tersebut harus memenuhi kriteria berikut :

1. Makanan berada dalam tahap kematangan yang dikendalikan.

2. Makanan bebas dari pencemaran sejak tahap produksi sampai tahap

penyajian atau tahap penyimpanan makanan yang sudah diolah.

5 Ibid

4

Page 5: Bab II Isi Kimling

3. Bebas dari perubahan perubahan fisik, kimia yang tidak diketahui atau

karena kuman pengerat, serangga, parasit, atau karena pengawetan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang dibawa oleh makanan, tetapi

menampakan keadaan-keadaan kegiatan pembusukan yang dikehendaki,

seperti keju, tempe, dan susu.6

H. Penyebab Penyakit Bawaan Makanan

Penyakit bawaan makanan yang menyerang manusia dapat terjadi akibat

makanan yang dikonsumsi mengandung:

1) Parasit

a. T. saginata (cacing pita sapi)

Cacing ini ditemukan dalam daging sapi dan bila daging sapi itu tidak

diolah dengan benar, konsumsinya pada manusia dapat mengakibatkan

anemia dan gangguan pada susunan saraf pusat. Pencegahannya adalah

dengan memasak daging sapi sampai matang sehingga larva cacing itu

mati.

b. T. soleum (cacing pita babi)

Cacing ini biasa ditemukan dalam daging babi dan larvanya dapat tetap

hidup pada daging babi yang pengolahannya tidak benar. Larva yang

terbawa dalam makanan manusia akan menetap di jaringan otot manusia

yang selanjutnyadapat bermigrasi ke mata dan otak sehingga terjadi

gangguan-gangguan pada organ tersebut.

c. D. Latum (cacing pita ikan)

Cacing ini ditemukan pada daging ikan. Konsumsi daging ikan yang

pengolahannya tidak benar akan menyebabkan manusia menderita

anemia. Pencegahannya adalah dengan memasak daging ikan dengan

sempurna. Penyimpanandaging ikan dapat dilakukan dengan proses

pembekuan pada suhu di bawah (-10) 0 C

d. T. spiralis

Larva organisme ini menyebabkan penyakit trichinosis dan bahkan

kematian (jika jumlah larvanya sangat banyak). Upaya pencegahannya

antara lain dengan mmasak sisa makanan atau sampai gangren sebelum

6 Ibid, hlm 93.

5

Page 6: Bab II Isi Kimling

diberikan pada ternak (babi), memasak daging secara sempurna,

membekukan daging dengan suhu (-15) 0C selama 20 hari, mengasinkan

atau mengasap daging, menambahkan bahan pengawet, dan melakukan

pengawasan terhadap rumah-rumah potong hewan.

2) Mikroorganisme

Mikroorganisme dapat menyebabkan foodborne infection. Makanan berperan

sebagai vektor dan mikroorganisme yang berhasil masuk akan berkembang

biak di dalam usus manusia. Penyakit yang disebabkan oleh infeksi pada

makanan ini, antara lain, typhus abdominalis, disentri amuba dan disentri

basiler. Pencegahannya adalah dengan memasak semua bahan makanan

sampai matang, melindungi makanan dari kontaminasi binatang pengerat,

menyimpan makanan pada suhu kurang dari (-15 ) 0C dan memanaskan

makanan pada suhu lebih dari 600C.

3) Food Poisoning

Bakterial food poisoning terjadi akibat konsumsi makanan yang

terkontaminasi bakteri hidup atau terkontaminasi toksin yang dihasilkan

bakteri tersebut. Bakterial food poisoning dapat dibedakan menjadi empat

tipe, yaitu :

a. Salmonella food poisoning (infektion type)

b. Staphylococcal food poisoning (toxin type)

c. Botulism

d. Cl.Perfringens food poisoning7

I. Bahaya Limbah Obat-obatan

7 Ibid, hlm 94-95.

6

Page 7: Bab II Isi Kimling

Banyak zat kimia dan bahan farmasi berbahaya digunakan dalam layanan

kesehatan (misalnya, zat yang bersifat toksik, genotoksik, korosif, mudah terbakar,

reaktif, mudah meledak, atau yang sensitif terhadap guncangan). Kuantitas zat

tersebut umumnya rendah di dalam limbah layanan kesehatan; kuantitas yang lebih

besar dalam limbah umumnya ditemukan jika instansi membuang zat kimia atau

bahan farmasi yang sudah tidak terpakai lagi atau sudah kadaluarsa. Kandungan zat

itu di dalam limbah dapat menyebabkan intoksikasi atau keracunan baik akibat

pajanan secara akut maupun kronis dan cedera, termasuk luka bakar. Intoksikasi dapat

terjadi akibat diabsorbsinya zat kimia atau bahan farmasi melalui kulit atau membrane

mukosa, atau melaui membran pencernaan atau pernapasan. Zat kimia yang mudah

terbakar, korosif atau reaktif (misalnya, formaldehid atau zat volatil/mudah menguap

lainnya) jika mengenai kulit, mata, atau membran mukosa saluran pernapasan dapat

menyebabkan cedera. Cedera yang umum terjadi adalah luka bakar.8

Limbah cair, seperti limbah farmasi, yang dihasilkan umumnya banyak

mengandung bakteri, virus, senyawa kimia, dan obat-obatan yang dapat membahayakan

bagi kesehatan masyarakat sekitar. Limbah medis kebanyakan sudah terkontaminasi

oleh bakteri, virus, racun dan bahan radioaktif yang berbahaya bagi manusia dan

makhluk lain di sekitar lingkungannya dan dapat mengandung berbagai jasad renik

penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, kolera, disentri dan

hepatitis.9

J. Konsekuensi Pembuangan Limbah (Obat-obatan yang telah Tercemar) yang

tidak Memadai atau Tanpa Pembuangan

8 Pruss A, Giroult E, Rushbrook P, Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan (Translator: Munaya

Fauziah, dkk) (Geneva: World Health Organization,1999), hlm 23.

9 Salmiyatun, Panduan pembuangan limbah perbekalan farmasi, (EGC: Jakarta, 2003).

7

Page 8: Bab II Isi Kimling

Secara umum, obat-obatan kadaluarsa bukan merupakan ancaman serius bagi

kesehatan masyarakat ataupun lingkungan. Pembuangan yang tidak layak dapat

berbahaya jika kemudian menimbulkan kontaminasi pada sumber air setempat. Obat-

obatan kadaluarsa dapat mencapai pemulung atau anak-anak jika tempat pembuangan

tidak diamankan. Pencurian dari timbunan obat-obatan tak terpakai atau saat pemilahan

dapat berakibat dijualnya atau disalahgunakannya obat-obatan kadaluarsa. Sebagian

besar obat-obatan yang telah melampaui batas waktu penggunaannya akan berkurang

efektivitasnya dan sebagian kecil menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan. Terdapat

beberapa kelompok obat-obatan kadaluarsa atau tindakan penghancuran obat-obatan

yang tidak baik yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat. Risiko

kesehatan yang terutama adalah sebagai berikut :

a) Kontaminasi air minum harus dihindari. Area penimbunan sampah harus

ditempatkan secara khusus dan dibangun sehingga dapat meminimalisir

kemungkinan terjadinya perembesan yang dapat memasuki lapisan air tanah, air

permukaan ataupun sistem air minum.

b) Antibiotik, anti keganasan dan disinfektan yang tidak dapat mengalami bio-

degradasi tidak boleh dibuang ke saluran pembuangan air karena dapat membunuh

bakteri yang diperlukan untuk memproses limbah. Anti keganasan tidak boleh

dibuang ke dalam air karena akan merusak kehidupan air atau mengkontaminasi air

minum. Demikian juga dinsinfektan dalam jumlah banyak tidak boleh dibuang ke

saluran pembuangan air atau sumber air tanpa pengenceran.

c) Pembakaran obat-obatan dengan suhu rendah atau di wadah terbuka dapat menjadi

penyebab terlepasnya bahan-bahan pencemar beracun ke udara. Idealnya tindakan

tersebut harus dihindari.

d) Pemilahan dan pembuangan secara tidak tepat dan tidak aman dapat

mengakibatkan obat-obatan yang telah kadaluarsa dijual kembali ke masyarakat.

Pemulungan di tempat penimbunan sampah yang tidak terlindungi merupakan

ancaman di beberapa negara.

e) Bila lokasi pembuangan yang baik dan tenaga terlatih untuk mengawasi

pembuangan tidak dimiliki, obat-obatan tak terpakai tidak akan menimbulkan

bahaya bila disimpan secara aman dalam keadaaan kering. Jika disimpan dalam

kemasan aslinya risiko kehilangan dapat terjadi dan untuk menghindari hal tersebut

8

Page 9: Bab II Isi Kimling

sebaiknya disimpan dalam tong dan obat-obatan tersebut diimobilisasi melalui

enkapsulasi.

K. Pengelolaan Limbah Farmasi

Limbah farmasi merupakan salah satu jenis limbah medis atau merupakan limbah

berbahaya yang pengelolaannya harus diperhatikan. Beberapa contoh limbah farmasi

adalah obat – obatan,vaksin,serum,yang tidak digunakan lagi,botol obat yang beresidu,

dll. Pengelolaan limbah dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pemilihan teknologi

pengelolaan limbah farmasi dapat didasarkan pada:

Karakteristik limbah

Misalnya, kandungan senyawa organik (BOD dan COD), bahan padat tersuspensi,

derajat degradabilitas, dan jumlah limbah yang dibuang per harinya.

Mutu baku lingkungan

Misalnya dari tempat pembuangan limbahnya dan mutu baku limbah yang berlaku.

Biaya operasional pengolahan

Lahan yang harus disediakan

L. Metode Pembuangan

Terdapat beberapa metode dalam pembuangan obat-obatan, yaitu:

Pengembalian pada penyumbang atau produsen

Kemungkinan pengembalian obat-obatan yang tidak terpakai pada produsen

dalam rangka pembuangan yang aman harus diusahakan terutama yang telah

melampaui atau dekat batas waktu kadaluarsanya dapat dikembalikan ke

penyumbang. obat-obatan yang rusak atau kadaluarsa dianggap sebagai limbah yang

berbahaya sehingga jika dipindahkan melintasi perbatasan harus mengikuti Konvensi

Basel mengenai Pengiriman Lintas Batas Bahan-bahan Berbahaya. Hal tersebut

meliputi prosedur tertulis untuk mendapatkan ijin melintasi perbatasan internasional

sepanjang rute transit sebelum pelaksanaan. Prosedur tersebut memerlukan waktu

hingga beberapa bulan untuk menyelesaikannya.

9

Page 10: Bab II Isi Kimling

Penimbunan

Penimbunan pada sejumlah kecil limbah obat-obatan dapat mencegah

pemulungan. Namun, obat-obatan sitotoksin dan narkotika tidak boleh di pendam

biarpun jumlahnya hanya sedikit.10

Pemedaman limbah obat-obatan dalam jumlah besar tidak dianjurkan kecuali

limbah tersebut menjalani Encapsulation terlebih dahulu dan dibuang di lokasi

Sanitary landfill tempat yang kontaminasi air tanahnya sudah diminimalkan.11

Encapsulation

Enkapsulasi berarti peng-imobilisasian obat-obatan dengan memadatkannya

dalam tong plastik atau besi. Sebelum dipergunakan, tong harus dibersihkan dan

kandungan sebelumnya harus bukan berupa bahan yang mudah meledak atau

berbahaya. Tong tersebut diisi hingga 75% kapasitasnya dengan obat-obatan padat

atau setengah padat kemudian sisa ruang dipenuhi dengan menuangkan bahan-bahan

seperti semen atau campuran semen dengan kapur, busa plastik atau pasir batu bara.12

Imobilisasi limbah : Inersiasi

Inersiasi merupakan varian enkapsulasi yang meliputi pelepasan bahan-bahan

pembungkus, kertas, karton dan plastik dari obat-obatan. Obat-obatan tersebut lalu

ditanam kemudian ditambahkan campuran air, semen dan kapur hingga terbentuk

pasta yang homogen. Pekerja perlu dilindungi dengan penggunaan pakaian pelindung

dan masker terhadap risiko timbulnya debu. Pasta tersebut kemudian dipindahkan

dalam keadaan cair dengan mempergunakan truk pengaduk konstruksi ke tempat

pembuangan dan dituang ke dalam tempat pembuangan sampah biasa. Pasta akan

berubah menjadi massa padat yang bercampur dengan limbah rumah tangga. Proses

ini relatif murah dan dapat dilaksanakan tanpa peralatan canggih.

Perbandingan berat yang digunakan adalah sebagai berikut:

Obat-obatan: 65%

Kapur: 15%

Semen: 15%

10 Pruss A, Giroult E, Rushbrook P, Op. Cit, hlm 124.11 Ibid, hlm 125.12 E.C.F. Gray, Pedoman Pembuangan secara Aman Obat, 1999, hlm15.

10

Page 11: Bab II Isi Kimling

Air: 5% atau lebih untuk mendapatkan konsistensi cairan yang sesuai.13

Pembuangan melalui saluran pembuangan air

Limbah cair atau limbah farmasi berbentuk cair yang relatif ringan dalam

jumlah sedang, misalnya cairan yang mengandung vitamin , obat batuk sirup, cairan

infus, tetes mata dan sebagainya, (tetapi bukan obat-obatan antibiotik atau sitotoksik)

dapat diencerkan dalam air yang alirannya deras dan dibuang ke saluran pembuangan

kota. Namun, limbah sediaan farmasi yang sedikit sekalipun tidak boleh dibuang ke

badan-badan air yang tidak mengalir atau yang aliranya lambat.

Insinerasi

Insinerasi merupakan teknologi pengolahan limbah dengan cara pembakaran.

insenerasi adalah cara terbaik untuk membuang limbah sediian farmasi). Sejumlah

kecil limbah farmasi dapat diinsinerasi bersama dengan limbah infeksius atau limbah

umum, asalkan limbah tersebut proporsinya tidak mencapai 1% dari volume imbah

keselurahan (untuk membatasi kemungkinan emisi zat toksik ke udara). Idealnya,

limbah farmasi dalam jumlah besar harus diolah dalam insinerator yang didesain

untuk limbah industri (termasuk rotary klin) yang dapat beroperasi pada suhu tinggi

>1200.

Beberapa karakteristik pembakaran menjadikannya cocok untuk pembuangan

obat-obatan. Selama proses pembakaran, bahan baku semen mencapai suhu 1450oC

sementara gas pembakaran mencapai suhu 2000oC. Pada suhu setinggi ini waktu

tinggal gas hanya beberapa detik. Pada keadaan ini semua komponen organik limbah

akan hancur secara efektif. Beberapa hasil pembakaran yang beracun atau berbahaya

terserap oleh produk kerak semen atau dikeluarkan oleh pertukaran panas.

Terdapat aturan sederhana bahwa bahan bakar yang dimasukkan dalam tungku

untuk setiap pembakaran bahan farmasi tidak melebihi 5%. Pembakaran semen

biasanya menghasilkan 1,500 hingga 8,000 ton semen per hari, karena itu sangat

banyak obat-obatan yang dapat disingkirkan dalam waktu singkat.

DAFTAR PUSTAKA

13 Ibid, hlm 15.

11

Page 12: Bab II Isi Kimling

Chandra, Budiman. 2005. Buku Kedokteran EGC. Jakarta: Pengantar Kesehatan Lingkungan.

Giroult E Pruss A, dan Rushbrook. 1999. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan

(Translator: Munayah Fauziah, dkk). Geneva: World Health Organization.

Gray C.F 1999. Pedoman Pembuangan secara Aman Obat.

Sastrawijaya, Tresna. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Salmiyatun. 2003. Panduan pembuangan limbah perbekalan farmasi. EGC: Jakarta

12