BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8317/2/T1_312008010_BAB II.pdf · ......
Transcript of BAB II PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/8317/2/T1_312008010_BAB II.pdf · ......
25
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kerangka Teori
Hukum sebagai produk keputusan penguasa diartikan sebagai perangkat
peraturan-peraturan tertulis yang dibuat oleh pemerintah (atau badan-badan lain
melalui pejabat berwenang yang membuatnya. Selain itu hukum juga sebagai
produk putusan hakim diartikan bahwa yurisprudensi (keputusan hakim) yang
akhirnya diikuti oleh hakim lain pada masa sesudahnya dalam peristiwa/kasus
yang sama. Hukum juga diartikan sebagai petugas/pekerja hukum yang diartikan
bahwa hukum sebagai sosok seorang polisi yang sedang bertugas atau seorang
hakim sedang menyidangkan perkara, jaksa yang sedang menuntut perkara.
Hukum juga sebagai wujud dari sikap tindak/perilaku adalah dalam perilaku
seseorang yang dilakukan secara tetap dan teratur, perilaku tersebut telah menjadi
kebiasaan seseorang dalam mengadakan hubungan hukum dengan orang lain dan
jika perilaku tersebut menjadi bagian penting dari tata kehidupan masyarakat
maka perilaku tersebut adalah hukum1.
1 Wasis SP, Pengantar Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2002, hal.,12.
26
Hukum diartikan sebagai sistem kaidah/norma yang berarti bahwa hukum
adalah aturan yang hidup dan berkembang di tengah komunitas pergaulan
masyarakat norma atau kaidah ini dapat berupa norma kesopanan, norma
kesusilaan, agama dan hukum (yang tertulis), antar norma yang satu dengan yang
lain berlaku saling melengkapi dan menguatkan, sehingga terbentuk sebagai suatu
sistem; kemudian hukum juga diartikan sebagai tata hukum yaitu berarti hukum
diartikan sebagai peraturan yang saat ini sedang berlaku (hukum positif) dan
mengatur segala aspek kehidupan masyarakat, baik yang menyangkut kepentingan
individu (hukum privat) maupun yang menyangkut kepentingan
seseorang/masyarakat dengan negara (hukum publik)2.
Hukum diartikan sebagai tata nilai yang berarti bahwa hukum
mengandung nilai tentang baik-buruk, salah-benar, adil-tidak adil dan sebagainya
yang berlaku secara umum atau universal; hukum juga diartikan sebagai ilmu
yang berarti bahwa hukum adalah ilmu pengetahuan maka hukum dapat
dijelaskan secara sistematis, metodis, objektif dan universal; hukum juga diartikan
sebagai gejala sosial bahwa hukum merupakan suatu gejala yang berada di dalam
masyarakat. Sebagai gejala sosila hukum bertujuan untuk mengusahakan adanya
keseimbangan dari berbagai macam kepentingan seseorang3.
Hukum juga diartikan sebagai sistim ajaran (disiplin hukum), sebagai
sistem ajaran hukum akan dikaji dari dimensi das sollen dan das sein, sebagai das
sollen, hukum menguraikan tentang segi idea hukum atau hukum yang dicita-
2 Ibid.
3 Wignjodipoero sebagaimana dikutip oleh Wasis. S.P., Ibid, hal., 12.
27
citakan sehingga kajian ini akan melahirkan hukum “yang seharusnya” atau
“seyogyanya” dijalankan. Sedangkan das-sein merupakan wujud
pelaksanaan/penerapan hukum di dalam masyarakat. Antara das sollen dan das
sein harus sewarnya yang berarti bahwa teori dan praktik harus sejalan4.
Hukum memiliki ragam pengertian, namun demikian bukan berarti hukum
akan sulit untuk dimengerti. Hukum akan dapat dimengerti yaitu dengan
mengetahui unsur-unsur pengertian hukum tersebut antara lain adalah: hukum
dipahami sebaga perangkat peraturan, hukum dibuat oleh penguasa berwenang,
bentuk hukum bisa tertulis maupun tidak tertulis, mengandung sifat
memaksa/mengatur, ada sanksi bagi pelanggarnya, ditujukan pada aspek perilaku
manusia, dan bertujuan untuk menciptakan keamanan, ketertiban dan keadilan5.
berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang hukum, maka dapat
disimpulkan bahwa hukum adalah adalah produk penguasa baik legislatif,
eksekutif maupun yudikatif yang tertulis mengatur mengenai tata nilai baik-
buruk, benar atau salah, adil atau tidak adil, maupun mengatur hubungan-
hubungan antara individu dengan individu atau masyarakat maupun hubungan
dengan negara yang berisi hak maupun kewajiban dan dapat pula berisi larangan-
larangan dan sanksi bagi pelanggarnya yang memiliki tujuan untuk menciptakan
keamanan, ketertiban dan keadilan.
Hukum memiliki tujuan, yang oleh Gustav Radbruch dengan Teorinya
yaitu Rechtsidee bahwa hukum Idealnya harus mewujudkan tujuannya:
4 Ibid.
5 Ibid., hal., 18.
28
1. Keadilan (Grechtmategheit)
2. Kemanfaatan (Doelmaghteit)
3. Kepastian (Rechmategheit)
Bagi Radbruch ketiga aspek ini sifatnya relatif, bisa berubah-ubah. Satu
waktu bisa menonjolkan keadilan dan mendesak kegunaan dan kepastian hukum
ke wilayah tepi. Diwaktu lain bisa ditonjolkan kepastian atau kemanfaatan.
Aristoteles memberikan arti keadilan sebagai, “ius suum cuique tribuendi”
adalah memberikan masing-masing bagiannya. Dengan demikian keadilan tidak
boleh dipandang sama arti dengan persamarataan, karena keadilan bukan berarti
bahwa tiap-tiap orang memperoleh bagian yang sama. Pendapat Aristoteles juga
memunculkan adanya dua macam keadilan yaitu keadilan distributief dan
keadilan commutatief. Keadilan distributief ialah keadilan yang memberikan
kepada tiap-tiap orang jatah menurut jasanya. Ia tidak menuntut supaya tiap-tiap
orang mendapat bagian yang sama banyaknya, bukan persamaan melainkan
kesebandingan. Dan keadilan commutatief ialah keadilan yang memberikan pada
setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan.6
Menarik pengertian keadilan yang dikemukakan oleh O. Notohamidjojo,
keadilan itu menuntut perlawanan terhadap kesewenang-wenangan kepada
manusia, keadilan memberikan kepada masing-masing haknya, dengan kata lain
keadilan merupakan postulat (tuntutan atau dalil, yang tidak dapat dibuktikan,
yang harus diterima untuk memahami fakta atau peristiwa tertentu) bagi perbuatan
manusia. Karena keadilan menuntut untuk melihat sesama manusia sebagai
6 L.J. Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983, hal. 23.
29
manusia, mewajibkan memanusiakan manusia (Vermenschlichung den
Menschen).7 Keadilan menempatkan fihak lain sebagai subyek seperti kita sendiri
ingin juga diakui sebagai subyek. Keadilan menuntut perlakuan seperti kita
sendiri diperlakukan. Keadilan mengucilkan kesewenang-wenangan. Dengan
demikian, sependapat dengan Ulpianus (± 200 AD), bahwa “justitia est constans
et perpetua vo a haknya.8
2.2 Kasus Posisi dan Gugatan
2.2.1 Kasus Posisi
PARA KONSUMEN / NASABAH PT. BANK CENTURY, Tbk.
(sekarang PT. BANK MUTIARA, Tbk.) Cabang Surakarta yakni Cabang Solo
Nonongan dan Cabang Pembantu Solo Palur yang dalam hal ini selaku PELAKU
USAHA, yang telah memperdagangkan Reksadana berupa : Dana Tetap
Terproteksi dan Dicretionary Fund, yang dijamin aman dan akan lebih
menguntungkan, akan tetapi kenyataannya (feitelijk) setelah masa jatuh tempo
Reksadana tersebut tidak dapat dicairkan atau diuangkan oleh PARA
KONSUMEN / PARA NASABAH.
Barang dan/atau jasa yang telah diperdagangkan oleh PT. BANK
CENTURY adalah berupa Reksadana / Dana Tetap Terproteksi dan Dicretionary
Fund, yang dalam produk Dana Tetap Terproteksi memiliki jangka waktu jatuh
7 O. Notohamidjojo, Demi Keadilan dan Kemanusiaan, BPK Gunung Mulia, Jakarta pusat, 1978,
hal. 89.
8 Ibid, hal. 86.
30
tempo per / 3 bulan dan Dicretionary Fund memiliki jangka waktu jatuh tempo
per / 1 bulan.
Kemudian diketahui pula bahwa PT. ANTABOGA DELTA SEKURITAS
ternyata mempunyai hubungan intern (dibelakang loket) dengan PT. BANK
CENTURY, Tbk. terkait Reksadana yang diperdagangkan oleh PELAKU
USAHA (TERGUGAT). PARA KONSUMEN/NASABAH hanya mengetahui
PT.BANK CENTURY-lah yang memperdagangkan produk Reksadana berupa :
Dana Tetap Terproteksi dan Dicretionary Fund, karena sejak awal PARA
KONSUMEN/NASABAH tidak pernah mendapatkan informasi tentang
keberadaan PT. ANTABOGA DELTA SEKURITAS. PARA
KONSUMEN/NASABAH tidak pernah melakukan hubungan hukum langsung
dengan . ANTABOGA DELTA SEKURITAS, sebab PARA
KONSUMEN/NASABAH sejak awal hanya melakukan transaksinya dialamat
dan loket resmi PT. BANK CENTURY, Tbk. / PT. BANK MUTIARA,Tbk.
Kemudian pada awal November 2008, ketika PARA
KONSUMEN/NASABAH akan mencairkan bilyet-bilyetnya sesuai dengan
tanggal jatuh tempo ternyata bilyet-bilyet tersebut tidak dapat dicairkan /
diuangkan di Loket Resmi PT. BANK CENTURY, Tbk. tersebut dan baru
diketahui oleh PARA KONSUMEN/NASABAH ternyata produk yang
diperdagangkan tersebut adalah “bodong” / illegal, pada kenyataannya tidak bisa
dicairkan / diuangkan sebagaimanamestinya, sehingga PARA
KONSUMEN/NASABAH baru sadar bahwa telah ditipu oleh PT. BANK
31
CENTURY, Tbk selaku PELAKU USAHA, sehingga hal tersebut
mengakibatkan kerugian PARA KONSUMEN/NASABAH.
2.2.2 Gugatan
Bahwa dalam gugatan PARA PENGGUGAT menyatakan perjanjian jual-
beli produk reksadana berupa Dana Tetap Terproteksi (Code bilyet DD) dan
Discretonary Fund (Code bilyet BB) yang telah diperdagangakan adalah cacat
hukum dan dapat dibatalkan karena memperdagangkan barang illegal.
TERGUGAT atau PT BANK CENTURY/PT BANK MUTIARA Tbk.
Melakukan perbuatan melawan hukum karena telah melanggar asas-asas dan
ketentuan Undang-undang Perlindungan Konsumen. PARA TERGUGAT juga
meminta untuk membayar kerugian yang diderita dengan total kerugian sebesar
Rp. 38.937.000.000,- (tiga puluh delapan milyar sembilan ratus tiga puluh tujuh
juta rupiah) secara tunai. PARA PENGGUGAT juga meminta untuk dibayarkan
bunga sesuai yang diperjanjikan oleh TERGUGAT atas simpanan PARA
PENGGUGAT.
2.3 Temuan Data dan Analisis
2.3.1 Temuan Data
1. Pertimbangan Hakim dalam Judex Factie
a. Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri
“Hakim menolak eksepsi kewenangan mengadili secara relatif yang
diajukan oleh TERGUGAT, Majelis hakim dalam pertimbangannya
32
mengacu kepada Putusan Sela No: 58/Pdt.G./2010/PN.Ska. tanggal 1
November 2010 yang dalam pertimbangngannya menyatakan bahwa
Pengadilan Negeri Surakarta berwenang untuk memeriksa dan
mengadili Gugatan PARA TERGUGAT. Dan oleh karena itu
Majelis Hakim karena segala alasan dan pertimbangan hukum dalam
Putusan Sela tersebut dijadikan alasan dan pertimbangan hukum
Majelis Hakim untuk membertimbangakan eksepsi mengenai
Kewenangan Mengadili dan bahwa Pengadilan Negeri Surakarta
tidak berwenang mengadili tidak berwenang secara relatif untuk
mengadili perkara ini dinyatakan ditolak. Mengenai fakta hukum
bahwa tempat kedudukan PARA PENGGUGAT tidak berada dalam
wilayah hukum Pengadilan Negeri Surakarta Majelis Hakim
berpendapat bahwa hal tersebut tidak menyebabkan gugatan PARA
TERGUGAT cacat formil, karena dalam diri PARA TERGUGAT
melekat hak opsi untuk dapat secara bebas memilih Pengadilan
Negeri yang berwenang untuk memerikasa dan mengadili perkara ini
sehingga diharapkan penyelesaian perkara ini dapat lebih efektif dan
efisien. Dan alasan mengenai cacat formilnya Gugatan PARA
TERGUGAT adalah alasan yang tidak benar menurut hukum dan
sepatutnya ditolak.
Majelis Hakim mempertimbangkan eksepsi ad.2 TERGUGAT yang
menyatakan bahwa Gugatan PARA TERGUGAT cacat formil
karena ada penggabungan tergugat dan mendalilkan bahwa antara
33
PARA PENGGUGAT tidak terdapat hubungan hukum yang erat dan
hubungan masing-masing adalah berdiri sendiri. Dalam
pertimbangganya Majelis Hakim menggunakan alas hukum Undang-
undang Perlindungan Konsumen Nomor: 08 Tahun 1999 Pasal 46
huruf b yang menegaskan bahwa: “Gugatan atas pelanggaran pelaku
usaha dapat dilakukan oleh: sekelompok Konsumen yang
mempunyai kepentingan yang sama” hakim mempertimbangkan
bahwa “sekelompok konsumen” mengandung arti “lebih dari satu
konsumen”. dan oleh UUPK gugatan tersebut dapat dilakukan
dengan cara “Class Action” dan sepanjang memenuhi ketentuan
dalam Peraturan MA Nomor 1 tahun 2002 tentang Acara Gugatan
Perwakilan Kelompok. Majelis Hakim juga mempertimbangan
bahwa PARA PENGGUGAT dalam perkara ini mempunyai
kepentingan yang sama sehingga kumulasi subjektif pihak
PENGGUGAT dapat dibenarkan menurut hukum karena PARA
PENGGUGAT mempunyai kapasitas yang sama yaitu
KONSUMEN dari TERGUGAT. Penyelesaian hukum dan
kepentingan hukum yang sama yaitu menuntut ganti rugi atas
produk yang dijual oleh TERGUGAT. Penggabungan pihak
TERGUGAT tidak mempersulit pemeriksaan dan kemudian bahwa
unsur kepentingan yang sama antara PARA PENGGUGAT senada
dengan Putusan MA nomor: 2990K/Pdt/1990 tanggal 23 Mei 1992.
Sehingga dalil yang menyatakan bahwa PARA PENGGUGAT tidak
34
terdapat hubungan hukum yang erat dan berdiri sendiri adalah tidak
beralasan menurut hukum.
Majelis Hakim mempertimbangakn mengenai penarikan
TERGUGAT dengan menyebut Kantor Pusat dan Kantor Cabang
secara bersama-sama dan mendalilkan bahwa formulasi yang
dilakukan PARA PENGGUGAT dalam menarik TERGUGAT
dengan menempatkan Kantor Pusat terlebih dahulu dan kemudian
kantor cabang surakarta adalah kekeliruan karena mempersamakan
apabila mengggugat instansi pemerintah. Majelis Hakim
mempertimbangkan bahwa pihak yang digugat yaitu PT BANK
CENTURY/PT BANK MUTIARA tbk. Adalah satu badan hukum.
Majelis Hakim beralasan bahwa Kantor cabang tidak terpisah
dari Kantor Pusat/Induk Perusahaan. Kantor cabang bukanlah
merupakan anak perusahaan yang berdiri sendiri yang secara
legal terpisah satu sama lain, sehingga dalam prinsipnya segala
klaim dan resiko menjadi tanggung jawab kantor pusat. Dan juga
kanor pusat dapat tetap mengontrol langsung perbuatan-perbuatan
yang dilakukan oleh Kantor Cabang dan kantor cabang harus
mempertanggung jawabkan perbuatannya kepada Kantor Pusat.
Majelis hakim menurut pertimbangan-pertimbangan tersebut diatas
maka dalil/eksepsi TERGUGAT harus dinyatakan ditolak.
Majelis Hakim mempertimbangakan mengenai dalil/eksepsi
TERGUGAT tentang gugatan PARA PENGGUGAT bertentangan
35
karena memperadukkan dalil gugatan Perbuatan Melawan Hukum
dengan dalil gugatan ingkar janji (wanprestasi) hakim
mempertimbangkan bahwa secara teoritis wanprestaswi adalah
Genus Spesifik dari PMH atau dengan kata lain, wanprestasi
merupakan suatu bagian yang bersifat khusus dari PMH. Gugatan
merupakan wanprestasi apabila didasari adanya suatu hubungan
hukum yang diatur dalam perjanjian yang dalam pelaksanaanya
terjadi cidera janji dan asalkan tidak melanggar peraturan
perundang-undangan. PMH dapat didasari oleh suatu perjanjian dan
dapat pula didasari tanpa suatu perjanjian, namun jika dalam
pelaksanaan perjanjian terdapat suatu pelanggaran peraturan
perundang-undangan oleh karena itu wanprestasi merupakan
bagian dari PMH, esensi perbedaan mendasar antara PMH dan
wanprestasi adalah bukanlah karena ada tidaknya suatu
perjanjian dalam hubungan hukum melainkan ada tidaknya
suatu aturan hukum yang dilanggar dalam pelaksanaan
perjanjian tersebut. Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa
gugatan PARA TERGUGAT merupakan gugatan PMH didasari dari
suatu perjanjian jual-beli produk reksadana antara PARA
PENGGUGAT dengan TERGUGAT yang dalam pelaksanaanya
TERGUGAT melanggar ketentuan UUPK. Dalam suatu PMH
dimungkinkan didasari suatu perjanjian yang dalam pelaksanaanya
terdapat instrumen hukum UUPK yang dilanggar maka dalam angka
36
14 dan 15 posita gugatan dan angka 3,5,6 petitum gugatan tidak
mempercampuraduk antara dalil wanprestasi dan dalil
perbuatan melawan hukum yang oleh itu materi dalil/eksepsi
TERGUGAT seharusnya ditolak.
Majelis Hakim mempertimbangkan dalil/eksepsi TERGUGAT yang
mengatakan bahwa uraian dalil PMH tidak jelas. Bahwa isilah
“bodong” atau illegal ilstilah tersebut secara hukum tidak
bermakana. Kemudian bahwa PMH diartikan sebagai perbuatan
yang melanggar ketentuan dalam PerUUan, dan dalam Perkara
LIDENBAUM Vs Cohen: berbuat atau tidak berbuat yang
bertentangan dengan hak subjektif orang lain, kewajiban
hukum si pembuat, kaidah yang hidup dalam masyarakat dan
prinsip kepatutan serta kehati-hatian. Majelis hakim
mempertimbangkan bahwa TERGUGAT melanggar ketentuan
Pasal 7 UUPK dan UU Nomor 10 tahun 1998 tentang perbankan
sebagaimana terurai dalam posita angka 10 surat gugatan sehingga
uraian dalil PMH tidak jelas seharusnya ditolak.
Majelis Hakim mempertimbangkan mengenai dalil TERGUGAT
yang menyebutkan bahwa kerugian PARA PENGGUGAT tidak
jelas akibat perhitungan ganda sehingga gugatan menjadi tidak jelas,
menurut majelis hakim bahwa mengenai jumlah kerugian PARA
PENGGUGAT merupakan hak PARA PENGGUGAT dan
selanjutnyalah PARA PENGGUGAT harus membuktikan
37
mengenai kerugian tersebut. Sehingga dalil/eksepsi TERGUGAT
sepatutnya untuk ditolak.
Majelis hakim mempertimbangkan mengenai dalil/eksepsi
TERGUGAT bahwa gugatan PARA TERGUGAT terlalu dini
diajukan atau (prematur). Majelis Hakim berpendapat bahwa
hubungan hukum PARA PENGGUGAT selaku KONSUMEN
dengan TERGUGAT selaku PELAKU USAHA, dan dalil pokok
PARA PENGGUGAT tersebut tidak menyangkut PT. ANTABOGA
DELTA SEKURITAS, dan TERGUGAT mendalilkan bahwa PT.
ANTABOGA DELTA SEKURITAS sedang diperiksa oleh MABES
POLRI berkaitan dengan produk reksadananya tidak benar karena
harus menunggu proses pidana tidak berdasar menurut hukum
karena terlepas ada tidaknya hubungan hukum antara PARA
PENGGUGAT dengan TERGUGAT maupun TURUT
TERGUGAT karena menurut Pasal 19 Ayat 4 UUPK9 dalam
sengketa perlindungan konsumen, pemberian ganti rugi dalam proses
perkara perdata tidak menghalangi dan tidak meniadakan tuntutan
secara pidana terhadap PELAKU USAHA. Dan berdasarkan Pasal
tersebut diatas dalil TERGUGAT tidak benar, yang menyatakan
bahwa sesuai dengan hukum acara pidana, terhadap harta benda
yang telah disita yang diduga berasal dari kejahatan akan diputus
pengadilan dalam putusan akhir termasuk kewajiban pembayaran
9 Lihat Pasal 19 Ayat (4) UUPK.
38
ganti rugi terhadap investor yang dirugikan seingga untuk kepastian
hukumnya masih menunggu proses hukum yang sedang berjalan.
Karena dalam Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana tidak
dikenal adanya konsep ganti rugi terhadap korban sepanjang korban
tidak menuntut haknya. Oleh karena itu meskipun TERGUGAT atau
TURUT TERGUGAT dalam suatu perkara pidana dinyatakan
bersalah, tetap saja PARA PENGGUGAT tidak akan mendapatkan
masalah ganti rugi harus dipertimbangkan dalam perkara perdata.
Berdasarkan pertimbangan tersebut diatas gugatan para penggugat
terlampau dini diajukan tidak benar dan tidak beralasan menurut
hukum sehingga harus ditolak.
DALAM POKOK PERKARA
1) Majelis Hakim mempertimbangkan bahwa terlebih dahulu
kapasitas PARA PENGGUGAT yang memposisikan diri
sebagai KONSUMEN atau NASABAH TERGUGAT dan
kapasitas TERGUGAT yang diposisikan oleh PARA
PENGGUGAT sebagai PELAKU USAHA. Majelis Hakim
dalam pertimbangannya dalam Pasal 1 angka 3 UUPK10
tentang pengertian/definisi PELAKU USAHA yang termasuk
didalamnya Perusahaan, Korporasi, koperasi, Importir,
BUMN, Pedagang, distributor dan lain-lain. TERGUGAT
adalah sebuah BANK UMUM dengan bentuk badan
10
Lihat Pasal 1 angka 3 UUPK dan penjelasannya.
39
hukum PT BANK CENTURY/PT BANK MUTIARA
Tbk. Usahanya dibidang ekonomi:menghimpun dana dalam
bentuk simpanan, menyalurkan dana dalam bentuk kredit dan
bentuk lain-lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
orang banyak. Majelis hakim berpendapat bahwa
TERGUGAT yang merupakan BANK adalah PELAKU
USAHA sebagaimana dalam Pasal 1 angka 3 UUPK.
Sedangkan pihak yang menggunakan jasa atau produk
BANK atau disebut NASABAH merupakan bagian dari
KONSUMEN, atau dengan kata lain, KONSUMEN dari
PELAKU USAHA berbentuk BANK disebut sebagai
NASABAH. Berdasarkan alat bukti T- 1A sampai dengan T-
31 B dan keterangan saksi NINIK IRAWATI dan Saksi
F.KURNIAWATI disimpulkan bahwa PARA
PENGGUGAT adalah NASABAH dari TERGUGAT,
atau dengan kata lain, PARA PENGGUGAT adalah
KONSUMEN dari TERGUGAT.
2) Mengenai barang/jasa dari TERGUGAT majelis
mempertimbangkan sebagai berikut: bahwa ketentuan dalam
Pasal 1 Angka 27 UU Pasar Modal11
mengenai
definisi/pengertian reksadana, dan pengertian Discretionary
11
Lihat Pasal 1 Angka 27 UU Pasar Modal
40
Fund atau Private Fund12
hakim berkesimpulan bahwa
produk yang ditawarkan dan dijual kepada PARA
PENGGUGAT oleh TERGUGAT berupa reksa dana
tetap terproteksi dan DF adalah suatu produk tidak
berwujud, bergerak dan dapat diperdagangkan dalam
lalu lintas pasar modal memenuhi kualifikasi suatu
BARANG sebagaimana yang dimaksud dalam UUPK
Pasal 1 Angka 413
.
3) Bahwa terbukti dan benar PARA PENGGUGAT membeli
produk investasi dana tetap terproteksi dan DF pada jam-
jam kerja dan di loket-loket kantor TERGUGAT cabang
surakarta yakni cabang solo nonongan dan cabang solo palur
berdasarkan alat bukti P-1, P-2, P-3 dan keterangan saksi
NINIK IRAWATI dan saksi F.KURNIAWATI.Dalam kurun
waktu antara tahun 2007 sampai 2008 TERGUGAT masih
menawarkan dan menjual produk reksadana dan terbukti
dalam alat bukti T-1A sampai dengan T-31B yang
kesemuanya adalah alat bukti pembelian reksadana.
Membuktikan bahwa TERGUGAT menawarkan dan
menjual produk investasi dana tetap terproteksi dan DF
12
Discretionary Fund atau Private Fund selanjutnya akan disebut DF/PF, Lihat Putusan Pengadilan
Negeri Surakarta No: 58/Pdt.G/2010/PN.Ska. Paragraf ke 2 hal., 241.
13
Lihat UUPK Pasal 1 Angka 4.
41
kepada para penggugat adalah benar dan terbukti
menurut hukum.
4) Majelis Hakim dalam pertimbangannya mengatakan bahwa
oleh karena TERGUGAT merupakan PELAKU USAHA
dalam menjual produk reksadana berupa dana tetap
terproteksi dan DF tidak dapat melepaskan tanggung
jawabnya apabila timbul kerugian atas produk
reksadana berupa dana tetap terproteksi dan DF yang
ditawarkan dan dijual kepada PARA PENGGUGAT, dan
TERGUGAT dapat dipertanggung jawabkan atas produk
reksadana yang dijualnya.
5) Menimbang, bahwa dalam konsep investasi produk
reksadana, seluruh uang hasil penjualan produk reksadana
berikut keuntungan yang diperoleh dalam bentuk deviden
atau bunga harus di simpan BANK KUSTODIAN, dan selain
itu BANK KUSTODIAN juga bertindak selaku administratur
investasi reksadana;.
6) Menimbang, bahwa menurut Keputusan Ketua Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam
dan LK) Nomor: Kep-313/BL/2007 tanggal 28 Agustus 2008
Tentang Prinsip Mengenal Nasabah oleh Penyedia Jasa
Keuangan di Bidang Pasar Modal, sebagaimana telah diganti
dengan Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: KEP-
42
476/BL/2009 tanggal 23 Desember 2009, di sebutkan bahwa
BANK KUSTODIAN adalah Bank Umum yang mendapat
persetujuan dari Bapepam dan LK sebagai Kustodian;
7) Menimbang, bahwa berdasarkan pengertian BANK
KUSTODIAN sebagai mana tersebut di atas, dihubungkan
dengan slip bukti transaksi pembelian reksadana dari PARA
PENGGUGAT, serta dihubungkan pula dengan kode No.
Reff. pada alat bukti P–17 sampai dengan alat bukti P–41,
yaitu mengenai kode No. Reff 1300 adalah produk
Reksadana yang dibeli melaui TERGUGAT Solo Nonongan,
dan kode No. Reff 1302 adalah produk Reksadana yang
dibeli melalui TERGUGAT Solo Palur, maka dapat di
simpulkan fakta hukum: bahwa seluruh uang hasil penjualan
produk reksadana berikut keuntungan yang diperoleh dalam
bentuk deviden atau bunga di simpan oleh TERGUGAT, dan
TERGUGAT juga bertindak selaku administratur investasi
reksadana, sehingga menurut Majelis Hakim, selain bertindak
sebagai penjual produk reksadana, TERGUGAT juga
bertindak sebagai BANK KUSTODIAN
8) Menimbang, bahwa oleh karena TERGUGAT selaku
PELAKU USAHA yang menjual reksadana kepada PARA
PENGGUGAT dan sekaligus TERGUGAT sebagai BANK
KUSTODIAN, TERGUGAT wajib mempunyai sistem
43
pengendalian interen yang memadai termasuk adanya:
Prinsip pemisahan fungsi (segregation of duties) antara
lain pemisahan pejabat dan pegawai Bank yang
menjalankan fungsi sebagai BANK KUSTODIAN dengan
yang menjalankan fungsi sebagai Agen Penjual Efek
Reksa Dana dan/atau pemisahan unit kerja, pejabat, dan
pegawai bank yang menjalankan kegiatan fungsi BANK
KUSTODIAN dengan yang menjalankan fungsi Agen
Penjual Efek Reksa Dana;
9) Bahwa TERGUGAT selaku PELAKU USAHA penjual
reksadana tidak memberikan informasi yang benar, tidak
memberikan informasi yang jelas dan tidak pula
memberikan informasi yang jujur kepada PARA
PENGGUGAT terkait dengan produk Reksadana yang di
jualnya, sehingga perbuatan TERGUGAT secara nyata
melanggar ketentuan dalam Pasal 7 huruf a dan b Undang
Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen Jo. Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor:
Kep- 11/BL/2006 tanggal 30 Agustus 2006 Tentang Perilaku
Agen Penjual Efek Reksa Dana;
10) Menimbang, bahwa oleh karena TERGUGAT secara nyata
telah melanggar ketentuan dalam Pasal 7 huruf a dan b
Undang Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang
44
Perlindungan Konsumen Jo. Keputusan Ketua Bapepam
dan LK Nomor: Kep- 11/BL/2006 tanggal 30 Agustus
2006 Tentang Perilaku Agen Penjual Efek Reksa Dana,
maka dalil PARA PENGGUGAT yang menyatakan bahwa
“TERGUGAT telah melakukan Perbuatan Melawan
Hukum” telah terbukti menurut hukum, sehingga Petitum
ke - 4 (empat) harus dikabulkan.
11) Menimbang, bahwa menurut Majelis Hakim adalah adil dan
patut, apabila besarnya ganti rugi yang harus diberikan
oleh TERGUGAT selaku PELAKU USAHA kepada
PARA PENGGUGAT selaku KONSUMEN di sesuaikan
dengan presentase dalam alat bukti P – 17 sampai dengan
alat bukti P – 41 yang dihitung sejak tanggal pembelian
reksa dana oleh PARA PENGGUGAT sampai dengan
tanggal PARA PENGGUGAT menuntut haknya melalui
badan peradilan yaitu tanggal 31 Maret 2010.
12) Bahwa sesuai dengan ketentuan dalam huruf c angka 7
Keputusan Ketua Bapepam dan LK Nomor: Kep-11/BL/2006
tanggal 30 Agustus 2006 Tentang Perilaku Agen Penjual
Efek Reksa Dana, yang pada pokoknya mengatur: bahwa
tanda bukti kepemilikan atas efek reksadana yang sah adalah
konfirmasi dari Bank Kustodian” , maka Majelis Hakim
berpendapat bahwa alat bukti P – 17 sampai dengan alat
45
buktI P – 41 berupa Konfirmasi Investasi yang di terbit kan
oleh TURUT TERGUGAT adalah tidak sah sepanjang
mengenai badan hukum yang menerbitkan, dan seharusnya
TERGUGAT selaku BANK KUSTODIAN yang
menerima penyetoran dana dari PARA PENGGUGAT
menerbitkan KONFIRMASI INVESTASIDana Tetap
Terproteksi dan Discretionary Fund yang di lakukan oleh
TERGUGAT di terbitkan konfirmasi investasi yang tidak
sah menurut hukum Pasar Modal, karena di terbitkan
oleh Manager Investasi (TURUT TERGUGAT).
1) Maka terhadap perjanjian jual beli reksadana tersebut harus
dinyatakan batal demi hukum, sehingga petitum ke- 3 (tiga)
dapat dikabulkan.
2) Wajib secara seketika, lunas, dan tunai melakukan
pengembalian uang reksa dana kepada PARA PENGGUGAT
selaku KONSUMEN sejumlah Rp. 35.437.000.000,- (tiga
puluh lima milyar empat ratus tiga puluh tujuh juta
rupiah).karena TERGUGAT telah terbukti melakukan
perbuatan melawan hukum, maka TERGUGAT dibebebani
membayar kewajiban ganti rugi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 1365 KUHPerdata yang dihubungakan dalam
Pasal 19 Ayat (1) dan ayat (2) Undang-undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. maka
46
TERGUGAT selaku PELAKU USAHA yang memasarkan
dan menjual produk reksa dana berupa Reksa Dana Tetap
Terproteksi dan Discretionary Fund, wajib secara seketika,
lunas, dan tunai memberikan ganti rugi kepada PARA
PENGGUGAT selaku KONSUMEN. Bahwa selama
pemriksaan perkara ini berlangsung Majelis Hakim menilai
tidak terdapat adanya indikasi berupa dugaan atau
persangkaan bahwa TERGUGAT berdaya upaya untuk
menghilangkan harta kekayaannya guna menghindari
pemenuhan gugatan, sehingga Majelis Hakim tidak melihat
urgensi diletakkanya sita jaminan; selain itu, PARA
PENGGUGAT tidak dapat membuktikan apakah barang-
barang bergerak dan barang tetap yang diajukan agar
diletakkan sita jaminan tersebut adalah benar-benar
merupakan barang-barang milik TERGUGAT. Oleh karena
itu, majelis hakim berpendapat bahwa permohonan sita
jaminan berikut petitum ke 2 (dua) adalah tidak beralasan
menurut hukum. Bahwa agar TURUT TERGUGAT
mematuhi dan terikat terhadap putusan ini, maka terhadap
TURUT TERGUGAT dihukum untuk tunduk terhadap
putusan ini. Bahwa oleh karena gugatan PARA
PENGGUGAT tidak didasarkan pada alat bukti otentik,
maka menurut ketentuan dalam Pasal 180 ayat (H.I.R) dan
47
surat edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) Nomor 3 tahun
2000, Putusan dalam perkara ini tidak memenuhi syarat
untuk di laksanakan terlebih dahulu atau dilaksanakan
secara serta merta (uitvoerbaarbijvoorraad), sehingga
Petitum ke-8 (delapan) dinyatakan di tolak.
Pertimbangan Hakim yang berdasarkan alat bukti
Alat bukti T - 1A, T – 1B, T – 2A, T – 2B, T – 2C, T – 3A, T
– 3B, T – 3C, T – 3D, T – 3E, T – 3F, T – 5A, T – 6A, T –
7A, T – 7B, T – 7C, T – 7D, T – 8A, T – 8B, T – 15A, T –
15B, T – 16A, T – 16B, T – 16C, T – 16D, T – 19A, T – 19B,
T – 19C, T – 19D, T – 19E, T – 20A, T – 20B, T – 20C, T –
20D, T – 22A, T – 22B, T – 24A, T – 25A, T – 25B, T –
26A, T – 26B, T – 27 A, T – 27 B, T – 28A, T – 28B, T –
29B, T – 30A, T – 30B, T – 30C, T – 31A, dan alat bukti T
31B, yang kesemuanya merupakan bukti-bukti transaksi
pembelian reksadana oleh PARA PENGGUGAT kepada
TERGUGAT dalam kurun waktu tahun 2008. “Dengan
demikian, dalil PARA PENGGUGAT yang menyatakan
“PARA PENGGUGAT telah membeli produk investasi
Dana Tetap Terproteksi dan Discretionary Fund dari
TERGUGAT” atau dalil “Bahwa TERGUGAT telah
menawarkan dan menjual produk investasi Dana Tetap
48
Terproteksi dan Discretionry Fund kepada PARA
PENGGUGAT” adalah benar dan terbukti menurut hukum”.
Alat bukti T – 9A dan alat bukti T – 9B hanya merupakan
contoh blangko kosong yang tidak mempunyai nilai
pembuktian sebagai suatu Perjanjian yang mengikat PARA
PENGGUGAT dan TURUT TERGUGAT, maka alat bukti T
– 9A dan alat bukti T – 9B tidak dapat membuktikan adanya
hubungan hukum berupa penempatan dana dan pembukaan
rekening PARA PENGGUGAT pada TURUT TERGUGAT,
dan menurut pendapat Majelis Hakim, untuk membuktikan
ada tidaknya suatu Perjanjian yang mengikat Para Pihak,
tidaklah cukup dibuktikan dengan keterangan Saksi,
namun harus dibuktikan dengan alat bukti tulisan
berupa Perjanjian dimaksud, dan tidak hanya berupa
contoh blangko Perjanjian;
Menimbang , bahwa berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan tersebut di atas, maka tidak benar dalil
TERGUGAT yang menyatakan bahwa: “PARA
PENGGUGAT tidak mempunyai hubungan hukum dengan
TERGUGAT, karena PARA PENGGUGAT tidak
menempatkan dananya kepada TERGUGAT, melainkan
kepada TURUT TERGUGAT”; dan oleh karena itu materi
Eksepsi ad.5.1 . “Gugatan PARA PENGGUGAT tidak jelas
49
(Obscuur Libel) karena tidak terdapat hubungan hukum
antara PARA PENGGUGAT dengan TERGUGAT” telah
ikut pula dipertimbangkan DALAM POKOK PERKARA,
dan sudah seharusnya Eksepsi tersebut dinyatakan tidak
berdasar menurut hukum sehingga harus ditolak.
Alat bukti P – 17 sampai dengan alat bukti P – 41 berupa
Konfirmasi Investasi yang di terbitkan oleh TURUT
TERGUGAT selaku Manager Investasi, bukan di terbitkan
oleh TERGUGAT sendiri selaku BANK KUSTODIAN,
maka Majelis Hakim berpendapat bahwa TERGUGAT telah
menyalahi prosedur penjualan produk reksadana yang
diperdagangkannya.
Alat bukti yang tidak menjadi pertimbangan hakim
Alat bukti T – 13 Fotokopi surat Perkembangan penyidikan
PT ANTABOGA DELTA SEKURITAS oleh Mabes Polri
(alat bukti T – 13 ditarik atau tidak dijadikan alat bukti surat
oleh tergugat).
Alat bukti T – 33B adalah fotocopy Pengumuman Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan tentang
pencabutan izin usaha reksadana PT ANTABOGA DELTA
50
SEKURITAS (alat bukti T – 33B aslinya ada di Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) 14
.
b. Pertimbangan Hakim Pengadilan Tinggi
Menimbang, bahwa berdasarkan bukti P-1, P-2 dan alat bukti P-
serta dihubungkan dengan keterangan Saksi NINIK IRAWATI
dan Saksi F.KURNIAWATI/YOE FUNG, maka dapat
disimpulkan bahwa benar dan terbukti PARA PENGGUGAT
telah membeli produk investasi Dana Tetap Terproteksi dan
Discretionary Fund dari TERGUGAT, pembelian produk
investasi Dana Tetap Terproteksi dan Discretionary Fund tersebut
dilayani dan dilakukan pada jam-jam kerja dan di loket - loket
Kantor TERGUGAT Cabang Surakarta yakni Cabang Solo
Nonongan dan Cabang Solo Palur;”
“Menimbang, bahwa karena alat bukti T-9A dan alat bukti T-9B
hanya merupakan contoh blangko kosong yang tidak mempunyai
nilai.
Pembuktian sebagai suatu perjanjian yang mengikat PARA
PENGGUGAT dan TURUT TERGUGAT, maka alat bukti T-9A
dan alat bukti T-9B tidak dapat membuktikan adanya hubungan
14
Alat bukti T – 13 dan T – 33B kemudian menjadi dasar eksepsi dalam kasasi ke MA karena
menurut TERGUGAT alat bukti tersebut dinyatakan tidak ada dalam pertimbangan judex factie
Majelis Hakim Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi.
51
hukum berupa penempatan dana dan pembukaan rekening PARA
PENGGUGAT pada TURUT TERGUGAT, dan menurut Majelis
Hakim, untuk membuktikan ada tidaknya suatu Perjanjian yang
mengikat Para Pihak, tidaklah cukup dibuktikan dengan
keterangan Saksi, namun harus dibuktikan dengan alat bukti
tulisan berupa Perjanjian dimaksud, dan tidak hanya berupa
contoh blangko perjanjian;”
PEMOHON BANDING dinyatakan tidak mampu membuktikan
P- 1, P- 2 dan P- 3 sebagai Job Description lama adalah tidak
benar dan karenanya sepatutnya dibatalkan.
Penerbit Konfirmasi Invesatasi (bukti P- 17 sampai P- 41) adalah
tidak sah karena diterbitkan oleh MANAJER INVESTASI.
PEMOHON BANDING berperan ganda dimana disatu sisi
sebagai administratur dan disisi lain sebagai bank kustodian.
Menyatakan bahwa dana tersebut berada pada PEMOHON
BANDING sebagai dasar menyatakan putusan dapat dijalankan
terlebih dahului (uitvoerbaarbijvoorraad) putusan serta merta.
Sehingga menghasilkan putusan bahwa Pengadilan Tinggi
memperbaiki putusan Penngadilan Negeri “sepanjang
dikabulkannya tuntutan agar putusan ini dapat dijalankan terlebih
dahulu (uitvoerbar bij vooraad). Meskipun ada upa verzet
maupun kasasi, menyatakan perjanjian antara. Menyatakan
Perjanjian Jual Beli Produk Reksadana berupa Dana Tetap
52
Terproteksi dan Discretionary Fund yang diperdagangkan oleh
TERGUGAT PT. BANK CENTURY, Tbk. (sekarang PT. BANK
MUTIARA, Tbk.) selaku PELAKU USAHA kepada PARA
PENGGUGAT selaku KONSUMEN adalah batal demi hukum.
Menyatakan TERGUGAT PT. BANK CENTURY, Tbk.
(sekarang PT. BANK MUTIARA, Tbk.) selaku PELAKU
USAHA telah melakukan Perbuatan Melawan Hukum.
Menghukum TERGUGAT PT. BANK CENTURY, Tbk.
(sekarang PT.BANK MUTIARA, Tbk.) untuk mengembalikan
uang pembelian Produk Reksadana kepada PARA PENGGUGAT
secara tunai dan sekaligus sejumlah Rp. 35.437.000.000,- (Tiga
Puluh Lima Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Tujuh Juta
Rupiah15
.
c. Pertimbangan Hakim tingkat Kasasi
Bahwa PARA PENGGUGAT adalah PARA KONSUMEN /
NASABAH PT.BANK CENTURY, Tbk. (sekarang PT. BANK
MUTIARA, Tbk.) Cabang Surakarta yakni Cabang Solo
Nonongan dan Cabang Pembantu Solo Palur yang dalam hal ini
selaku PELAKU USAHA.
Bahwa oleh karena itu hubungan hukum antara PARA
PENGGUGAT dan TERGUGAT adalah hubungan antara
15
Putusan selengkapnya dapat dilihat di tabel 4: Amar Putusan Hakim (Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi, Kasasi).
53
KONSUMEN dengan PELAKU USAHA yang mana secara Lex
Specialist telah diatur oleh Undang- Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
Bahwa PT. ANTABOGA DELTA SEKURITAS dalam hal ini
ditarik selaku subjek hukum dalam gugatan ini menjadi TURUT
TERGUGAT, adalah untuk pemenuhan formalitas hukum acara
dan yang akan tunduk kepada Putusan, karena baru belakangan
diketahui bahwa PT. ANTABOGA DELTA SEKURITAS.
Bahwa PARA PENGGUGAT hanya mengetahui TERGUGAT-
lah yang memperdagangkan produk Reksadana berupa : Dana
Tetap Terproteksi (code bilyet DD) dan Dicretionary Fund (code
bilyet BB), karena sejak awal PARA PENGGUGAT tidak pernah
mendapatkan informasi tentang keberadaan TURUT
TERGUGAT. PARA PENGGUGAT tidak pernah melakukan
hubungan hukum langsung dengan TURUT TERGUGAT,sebab
PARA PENGGUGAT sejak awal hanya melakukan transaksinya
di alamat dan loket resmi PT. BANK CENTURY, Tbk. / PT.
BANK MUTIARA.Tbk.
Bahwa TERGUGAT dalam melakukan tugas penjualan produk
berupa Reksadana Investasi Dana Tetap Terproteksi dan
Dicretionary Fund tersebut telah sesuai dengan instruksi dari
Direksi PT. BANK CENTURY, Tbk. Pusat Jakarta yang saat ini
telah berganti nama menjadi PT. BANK MUTIARA, Tbk. Pusat
54
Jakarta, kepada seluruh kantor cabang-cabang dan penjualan
produk tersebut selalu dilakukan / diperdagangkan oleh
TERGUGAT pada jam-jam kerja, yang dilayani oleh semua Staff
Management TERGUGAT tanpa terkecuali, sebagaimana
tersebutkan dalam lembar Form Job Description kepada seluruh
Staf Management yang dilakukan melalui “loket” resmi Kantor
PT. BANK CENTURY, Tbk. / TERGUGAT sejak tahun 2002
sampai dengan tahun 2008. Bahkan PARA PENGGUGAT tidak
pernah berhubungan hukum langsung dengan pihak ketiga (yaitu
PT. ANTABOGA DELTA SEKURITAS), sehingga yang
sepenuhnya paling bertanggungjawab adalah TERGUGAT (PT.
BANK CENTURY, Tbk.) selaku PELAKU USAHA terhadap
PARA KONSUMEN.
Bahwa dengan demikian TERGUGAT yang telah sengaja secara
resmi memberikan perintah / instruksi, yaitu menugaskan kepada
Pimpinan Cabang, Marketing Officer, dan Customer Service
dalam hal ini melibatkan seluruh Staff Operasional di seluruh
cabang-cabang PT. BANK CENTURY, Tbk. di daerah sesuai
dengan tersebutkan dalam Form Job Description kepada
Karyawan / Bawahannya (ondergeschikt) secara resmi, kemudian
penjualan produk itupun dilakukan oleh Kantor PT. BANK
CENTURY, Tbk. (sekarang PT. BANK MUTIARA, Tbk.)
Cabang Surakarta dalam jam-jam kerja dan dijual di loket-nya,
55
yaitu mereka yang karena jabatannya itu (ambtshalve) selaku
Marketing Officer dan Account Officer, dilakukan penugasan
untuk melakukan penjualan barang yang diperdagangkan oleh
TERGUGAT berupa “Reksadana tanpa ada teguran-teguran yang
bersifat melarang penjualan Reksadana dari Direksi PT. BANK
CENTURY, Tbk. / TERGUGAT.
Bahwa atas penjualan produk Reksadana Investasi Dana Tetap
Terproteksi dan Dicretionary Fund tersebut, TERGUGAT
memberikan Bilyet Konfirmasi Investasi kepada PARA
PENGGUGAT sebagai tanda terimanya.
Bahwa kemudian pada awal November 2008, ketika PARA
PENGGUGAT akan mencairkan bilyet-bilyetnya sesuai dengan
tanggal jatuh tempo ternyata bilyet-bilyet tersebut tidak dapat
dicairkan / diuangkan di Loket Resmi PT. BANK CENTURY,
Tbk. tersebut dan baru diketahui oleh PARA PENGGUGAT
ternyata produk yang diperdagangkan tersebut adalah “bodong” /
illegaal, sehingga melanggar hukum (onrechtmatige
daad),sebagaimana tersebut dalam Undang Undang No. 8 tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen.
namun pada kenyataannya tidak bisa dicairkan / diuangkan
sebagaimana mestinya, sehingga PARA PENGGUGAT baru
sadar bahwa telah ditipu oleh TERGUGAT selaku PELAKU
USAHA, sehingga hal tersebut mengakibatkan kerugian PARA
56
PENGGUGAT. Dengan demikian apa yang telah dilakukan oleh
TERGUGAT dengan tidak memberikan informasi yang benar,
jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau
jasa sebagai mana tersebut diatas merupakan suatu perbuatan
melawan hukum (onrechtmatige daad) dan telah melanggar
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku sebagaimana diatur
dalam Pasal 7 Undang Undang No. 8 Tahun 1999 Tentang
Perlindungan Konsumen dan Pasal 29 ayat (4) Undang Undang
No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Bahwa hingga sampai
dengan sekarang ini PARA PENGGUGAT belum pernah
mendapatkan kepastian tentang pengembalian dana yang sudah
melebihi masa jatuh tempo, namun kemudian akhirnya baru dapat
diketahui oleh PARA PENGGUGAT melalui Mass Media bahwa
produk
Reksadana yang ditawarkan oleh TERGUGAT dimaksud, adalah
tidak resmi (illegal) dan setelah jatuh tempo tidak bisa dicairkan,
maka dalam hal ini TERGUGAT telah merugikan KONSUMEN /
PARA PENGGUGAT. Akan tetapi TERGUGAT / PT. BANK
CENTURY, Tbk. (sekarang PT. BANK MUTIARA, Tbk.) adalah
pihak yang bertanggung jawab untuk mencarikan solusi
penyelesaian tersebut Bahwa akibat dari perbuatan TERGUGAT
(PT. BANK CENTURY, Tbk. sekarang PT. BANK PERMATA,
Tbk.) tersebut PARA PENGGUGAT / PARA KONSUMEN
57
TERGUGAT telah mengalami kerugian, oleh karena masa jatuh
tempo sebagai mana yang telah diperjanjikan oleh TERGUGAT
kepada PARA PENGGUGAT / PARA KONSUMEN, maka
untuk itu TERGUGAT harus mengembalikan seluruh dana pokok
milik PARA PENGGUGAT / PARA KONSUMEN dengan total
keseluruhan sebesar Rp. 38.937.000.000,00 (tiga puluh delapan
milyard sembilan ratus tiga puluh tujuh juta rupiah) secara tunai
(contant)
Bahwa TERGUGAT (PT. BANK CENTURY, Tbk. sekarang PT.
BANKMUTIARA, Tbk.) dalam memperdagangkan produk
reksadana tersebut,telah memperjanjikan bunga terhadap
simpanan PARA PENGGUGAT / PARA KONSUMEN
Bahwa untuk menjamin Gugatan PARA PENGGUGAT kami
mohon Bapak Ketua Pengadilan Negeri Surakarta berkenan
meletakan sita jaminan (conservatoir beslag) terhadap harta
kekayaan milik TERGUGAT / PT. BANK CENTURY, Tbk.
(sekarang PT. BANK MUTIARA, Tbk.) baik berupa barang
bergerak (roerend goederen) maupun tidak bergerak
Bahwa perkara ini adalah mengenai hak milik PARA
PENGGUGAT dankarena gugatan ini diajukan berdasarkan
bukti-bukti yang kuat, makakami mohon agar Pengadilan
berkenan menyatakan Putusan ini dapatdilaksanakan terlebih
58
dahulu (Uitvoerbaar bij vooraad) meskipun ada upaya hukum
Verzet, Banding, maupun Kasasi dari TERGUGAT16
.
Bahwa Tergugat selaku pelaku usaha penjual reksadana telah
menyalahi prosedur penjualan produk reksadana yang
diperdagangkan karena tidakmemberikan informasi yang jelas
dan jujur kepada Para Penggugat sebagaimana diatur dalam Pasal
7 huruf a dan b Undang-Undang No. 8 t ahun1999 tentang
Perlindungan Konsumen jo. Keputusan Ketua Bapepam dan
LKNo. Kep-11/BL/2006 tanggal 30 Agustus 2006 tentang
Perilaku Agen Penjual Efek Reksadana, sehingga Tergugat harus
bertanggung jawab atas kerugian yang dialami oleh Para
Penggugat tersebut.
Menimbang, bahwa terlepas dari pertimbangan tersebut di atas,
menurut pendapat Mahkamah Agung bahwa amar putusan
Pengadilan Tinggi yang memperbaiki putusan Pengadilan Negeri
sekedar mengenai amar tentang uitvoebaar bij voorrad harus
diperbaiki dengan pertimbangan sebagai berikut: Bahwa
berdasarkan Pasal 180 HIR dan sebagaimana ditegaskan dalam
“PEDOMAN TEKNIS ADMINISTRASI DAN TEKNIS
PERADILAN PERDATA UMUM”, penerbit MAHKAMAH
AGUNG RI, Buku II, Edisi 2007, halaman 86 AD. PUTUSAN
16
Pertimbangan Hakim MA selanjutnya diatas didasarkan pada gugatan, eksepsi serta
pertimbangan Hakim PN dan PT . yang sebagaimana Penulis telah uraikan dalam sub judul
Temuan data dan Analisa No.1 Putusan Hakim dalam Judex factie. Lihat Putusan MA no.
2838K/Pdt/2011 hal. 5-145.
59
SERTA MERTA pada poin 2, yang menyebutkan
“Wewenang menjatuhkan putusan serta merta hanya ada pada
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dilarang menjatuhkan
putusan serta merta”.
Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan di atas, maka
permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi PT.
BANK CENTURY Tbk. (sekarang PT. BANK MUTIARA, Tbk,
Tbk) Pusat Jakarta Cq. PT. BANK CENTURY, Tbk (sekarang
PT. BANK MUTIARA, Tbk) Cabang SURAKARTA tersebut
harus ditolak dengan perbaikan amar putusan Pengadilan Tinggi
Semarang No. 110/Pdt/2011/PT.Smg., tanggal 18 Mei 2011 yang
memperbaiki putusan Pengadilan Negeri Surakarta No.
58/Pdt.G/2010/PN.Ska. tanggal 13 Desember 2010 sehingga
amarnya seperti yang akan disebutkan di bawah ini : Menimbang,
bahwa oleh karena permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi
ditolak, meskipun dengan perbaikan amar putusan, maka
Pemohon Kasasi dihukum untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi ini.
2.3.2. Analisis:
Salah satu alat (tool) atau instrument untuk memberikan perlindungan
kepada suatu hubungan hukum adalah hukum itu sendiri karena hukum
memberikan suatu kepastian terlaksananya tiap hak maupun kewajiban misalnya
60
hukum itu dapat berupa Undang-undang maupun putusan hakim dan Undang-
undang maupun putusan hakim harus sesuai dengan tujuan hukum yaitu kepastian
hukum,kemanfaatan dan keadilan.
Putusan Hakim yang tidak dapat dilaksanakan (non eksekutable) atau
putusan yang tidak memenuhi rasa keadilan sama artinya dengan tidak bermanfaat
bagi pencari keadilan, karena tujuan yang diharapkan oleh pencari keadilan dalam
beracara di pengadilan selain agar hukum dapat ditegakkan (kepastian hukum)
dan dengan cara itu keadilan dapat diwujudkan, namun jika oleh karena hal-hal
tertentu putusan tersebut tidak dapat dilaksanakan, maka tidak akan ada
manfaatnya atau gunanya bagi pihak yang bersengketa.
Penulis akan mulai memaparkan analisa terhadap Putusan Mahkamah
Agung nomor 2838/K/Pdt/2011 dengan menggunakan, UU Perlindungan
Konsumen dan Peraturan perundang-undangan mengenai Perbankan sehingga
Penulis dapat menyimpulkan atau menunjukkan bentuk Perlindungan Hukum
untuk Nasabah atau Konsumen reksadana.
Dari Putusan Mahkamah Agung diatas penulis dapat melihat bahwa PT
BANK CENTURY dalam menjalankan kegiatan usahanya bertindak sebagai
AGEN PENJUALAN produk reksadana dari PT ANTABOGA DELTA
SEKURITAS, PT BANK CENTURY secara terang dan terbuka menjual produk
tersebut diloket-loket resminya.
Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Pasal 29 Ayat (2)
berbunyi :
61
“Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai
dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas
manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek
lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib
melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-
hatian”.
Jika dilihat dari bunyi pasal tersebut diatas dan pertimbangan hakim
dalam Putusan MA Penulis menyimpulkan bahwa PT BANK CENTURY dalam
melakukan kegiatan usahanya tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menjual produk reksadana dari PT ANTABOGA DELTA SEKURITAS, karena
dalam putusan tersebut terungkap bahwa produk reksadena tersebut tidak
memiliki izin dari Bapepam dan LK.
Jadi seharusnya PT BANK CENTURY lebih berhati-hati saat akan
melakukan usahanya yaitu sebagai AGEN PENJUALAN reksadana dari PT
ANTABOGA DELTA SEKURITAS sesuai dengan Pasal 29 Ayat (2) tersebut
diatas karena prinsip kehatian-hatian adalah kewajiban yang harus dilaksanakan
oleh bank karena dalam Putusan MA tersebut telah mengakibakan kerugian bagi
nasabah PT BANK CENTURY.
Dari Putusan MA tersebut juga dijelaskan bahwa PARA
TERGUGAT/NASABAH/KONSUMEN dari PT BANK CENTURY tidak
mengetahui bahwa produk reksadana yang mereka beli sebenarnya adalah produk
dari PT ANTABOGA DELTA SEKURITAS, dapat dilihat bahwa tidak adanya
kejelasan informasi atas produk reksadana dari PT BANK CENTURY.
62
Maka dapat dilihat bahwa PT BANK CENTURY dalam melakukan
kegiatan usahanya yaitu menjual produk reksa dana tidak memberi kejelasan
informasi yang dalam hal ini Penulis simpulkan mengenai asal-usul produk
tersebut, bahkan awal mulanya PARA TERGUGAT/NASABAH/KONSUMEN
hanya mengetahui memiliki hubungan hukum dengan PT BANK CENTURY.
Dalam Putusan MA tersebut dalam pertimbangannya menggunakan alas
hukum UU Perlindungan Konsumen Pasal 7 dan Pasal 19 yaitu mengenai
kewajiban dan tanggung jawab Pelaku Usaha, dan penulis sudah cukup sepaham
dengan pertimbangan hakim tersebut.
Penulis juga melihat bahwa PT BANK CENTURY tidak memberikan
representasi yang benar kepada PARA TERGUGAT/NASABAH/KONSUMEN,
representasi berguna untuk meminimalisir terjadinya kerugian, reprensentasi suatu
produk dalam UU Perlindungan konsumen mengenai perbuatan yang dilarang
bagi pelaku usaha dan dapat terlihat dalam ketentuan Pasal 8 Ayat (1) f dan Pasal
9 ayat (1). Representasi yang benar menjadi sangat penting dalam penawaran
maupun penjualan produk reksadana oleh PT BANK CENTURY dikarenakan
tanpa represntasi yang benar mengakibatkan kerugian bagi PARA
TERGUGAT/NASABAH/KONSUMEN.
Dari pertimbangan hakim yang perlu diperhatikan dalam Putusan MA
diatas adalah hubungan atau keterikatan antara PT BANK CENTURY dengan PT
ANTABOGA DELTA SEKURITAS karena berkaitan dengan hakim yang
munggunakan alas hukum UU Perlindungan Konsumen Pasal 7. Diketahui bahwa
63
ternyata produk reksadana yang ditawarkan oleh PT BANK CENTURY tidak
mendapatkan izin dari Bapepam & LK, yang dapat diartikan bahwa produk
reksadana tersebut tidak berizin, dalam keterkaitannya mengenai hal tersebut
perlu diperiksa terlebih dahulu apakah PT BANK CENTURY mengetahui
mengenai hal tersebut.
Karena dengan hal tersebut diatas dapat dilihat apakah PT BANK
CENTURY beritikad baik dalam menjalankan kegiatan usahanya. Itikad baik ini
penting menurut Penulis karena merupakan indikasi perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh PT BANK CENTURY, apabila dalam faktanya PT BANK
CENTURY mengetahui bahwa reksadana yang dijualnya tersebut tidak
mengantongi izin dari Bapepam & LK. Itikad baik menjadi penting menurut
Penulis karena berkaitan erat dengan asas kehati-hatian baik dalam UU Perbankan
maupun UU Perlindungan Konsumen.
Penulis berpendapat bahwa itikad baik adalah unsur/esensi/inti dari dari
UU Perbankan atau UU Perlindungan Konsumen maupun dalam perjanjian dan
kontrak. Itikad baik atau (good faith) dapat dilihat menjadi inti dari tiap-tiap Pasal
maupun klausula-klausula dalam perjanjian. Itikad baik menurut Penulis
diwujudkan dalam suatu kewajiban ataupun perbuatan-perbuatan yang yang
dilarang dalam Peraturan-perundang undangan.
Menurut Aristoteles hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku para
hakim dan putusannya di pengadilan dan untuk menjatuhkan hukuman terhadap
64
pelanggar17
. Tingkah laku hakim menurut Penulis adalah arah dari tujuan hukum
yang dituju oleh Hakim yang dapat dilihat dari penerapan hukum, pertimbangan,
maupun putusan hakim tersebut apakah sesuai dengan tujuan hukum.
Gustav Radbruch menjelaskan tujuan hukum harus berorientasi pada tiga
nilai dasar hal yaitu: (1) kepastian hukum, (2) keadilan, (3) daya guna
(kemanfaatan). Tuntutan utama dalam hukum adalah kepastian. Oleh karenanya
hukum harus ditaati demi kepastiannya18
. Ketiga nilai dasar tersebut tidak selalu
berada dalam hubungan yang harmonis satu sama lain, melainkan berhadapan dan
bertentangan satu sama lain. Keadilan bisa bertabrakan dengan kemanfaatan dan
kepastian hukum. Tuntutan kemanfaaatan bisa juga bertabrakan dengan keadilan
dan kepastian hukum dan seterusnya19
.
Aristoteles mengatakan bahwa keadilan adalah memberikan kepada setiap
orang apa yang menjadi haknya, fiat jutitia bereat mundus. Selanjutnya dia
membagi keadilan dibagi menjadi dua bentuk yaitu: Pertama, keadilan distributif,
adalah keadilan yang ditentukan oleh pembuat undang-undang, distribusinya
memuat jasa, hak, dan kebaikan bagi anggota-anggota masyarakat menurut
prinsip kesamaan proporsional “memberi tiap orang apa yang menjadi haknya”.
17
Turiman, Memahami Hukum Progresif Prof Satjipto Rahardjo Dalam Paradigma "Thawaf"
sebuah Komtemplasi Bagaimana Mewujudkan Teori Hukum Yang Membumi /Grounded Theory
Meng-Indonesia), Universitas Tanjungpura, hal. 9.
18
Wasis SP, Pengantar Ilmu Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang, 2002, hal. 15. 19
Ahmad Ali, Menguak Teori Hukum (legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2010, hal., 292.
65
Kedua, keadilan korektif, yaitu keadilan yang menjamin, mengawasi dan
memelihara distribusi ini melawan serangan-serangan ilegal.
Fungsi korektif keadilan pada prinsipnya diatur oleh hakim dan
menstabilkan kembali status quo dengan cara mengembalikan milik korban yang
bersangkutan atau dengan cara mengganti rugi atas miliknya yang hilang atau kata
lainnya keadilan distributif adalah keadilan berdasarkan besarnya jasa yang
diberikan, sedangkan keadilan korektif adalah keadilan berdasarkan persamaan
hak tanpa melihat besarnya jasa yang diberikan20
.
Penulis berpendapat bahwa dalam pertimbangan Majelis Hakim baik
ditingkat PN maupun PT dan MA bermahkotakan keadilan, karena dapat dilihat
dari arah tujuan dari keputusan yang dikeluarkan (Tujuan Hukum) oleh Majelis
Hakim yang menitikberatkan kepada persamaan proporsional antara TERGUGAT
DAN PENGGUGAT.
Dilihat dari pertimbangan Majelis Hakim baik dari tingkat Pengadilan
Negeri dan Pengadilan Tinggi21
dapat dilihat bahwa judex factie tidak mengalami
perubahan, bahwa Majelis Hakim baik PN ataupun PT menyatakan bahwa
TERGUGAT dan PARA PENGGUGAT di dalam hubungan hukumnya adalah
antara PELAKU USAHA dan KONSUMEN baik dalam sudut pandang
20
Bernard L Tanya dkk. TEORI HUKUM Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi,
Genta Publishing, Yogyakarta, 2010, hal. 45.
21
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi selanjutnya akan disebut PN dan PT
66
PERBANKAN22
maupun INVESTASI berupa Reksadana. PT BANK
CENTURY atau TERGUGAT juga berperan sebagai AGEN PENJUALAN serta
sebagai BANK KUSTODIAN, Majelis Hakim juga menyatakan bahwa
TERGUGAT melakukan Perbuatan Melawan Hukum dan menghukum tergugat
untuk memberikan ganti rugi kepada PARA PENGGUGAT.
Dalam pertimbangannya hakim PN dan PT tersebut Penulis melihat bahwa
mengesampingkan tata hukum prosedur beracara, dapat terlihat jelas dalam
eksepsi TERGUGAT mengenai pencampuran gugatan Wanprestasi dan gugatan
Perbuatan Melawan Hukum yang kemudian oleh Majelis Hakim menolak eksepsi
tersebut.
Perbuatan Melawan Hukum (PMH23
) dan wanprestasi dalam satu Gugatan
Perkara adalah sangat bertentangan dengan aturan hukum. Larangan untuk
menggabungkan gugatan perbuatan melawan hukum dan wanprestasi dalam 1
(satu) gugatan antara lain dikemukakan oleh M. Yahya Harahap, S.H. dalam
bukunya “ Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan24
”.
22
Penulis berpendapat bahwa disini Majelis Hakim melakukan suatu penemuan hukum mengenai
hubungan hukum antara NASABAH dengan BANK karena dalam literatur-literatur hukum
maupun dalam peraturan perundang-undangan belum terlihat atau diatur secara tegas mengenai
hubungan hukum tersebut. Sutan Remy Sjahdeini, kebebasan berkontrak dan perlindungan yang
seimbang bagi para pihak dalam perjanjian kredit Bank di Indonesia, PT. Pustaka Utama Grafiti,
Jakarta, 2009, hal. 142-153.
23
Perbuatan Melawan Hukum selanjutnya akan disebut PMH.
24 M.Yahya Harahap, S.H., Hukum Acara Perdata Tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan,
Pembuktian, dan Putusan Pengadilan, Jakarta, Sinar Grafika, 2005, hal., 456.
67
Menurut M. Yahya Harahap menjelaskan antara PMH dan wanprestasi
terdapat perbedaan prinsip dan tidak dapat dibenarkan mencampur adukkan
wanprestasi dan PMH dalam satu gugatan berjalan. Dan apabila pencampuran
tersebut menimbulkan suatu kontradiksi (obscuur libel) berarti terlalu bersifat
formalistis karena jika petitum itu dihubungkan dengan posita, hakim dapat
meluruskannya sesuai dengan maksud posita.
Pelarangan juga diatur dalam Putusan Mahkamah Agung (“MA”) No. 879
K/Pdt /1997 mengenai penggabungan Wanprestasi dan PMH dalam satu gugatan
yang menjelaskan bahwa:
Tabel 2: Perbedaan antara Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum.
Ditinjau dari Wanprestasi PMH
Sumber hukum Wanprestasi menurut
Pasal 1243 KUHPerdata
timbul dari persetujuan
(agreement).
PMH menurut Pasal 1365
KUHPerdata timbul
akibat dari perbuatan
orang.
Timbulnya hak menuntut Hak menuntut ganti rugi
dalam wanprestasi timbul
dari Pasal 1243
KUHPerdata yang pada
prinsipnya membutuhkan
pernyataan lalai (somasi)
Hak menuntut ganti rugi
karena PMH tidak perlu
somasi. Kapan saja
terjadi PMH, pihak yang
dirugikan langsung
mendapat hak untuk
menuntut ganti rugi.
Tuntutan ganti rugi KUHPerdata telah
mengatur mengenai
jangka waktu perhitungan
ganti rugi yang dapat
dituntut, dalam
wanprestasi.
KUHPerdata tidak
mengatur bagaimana
bentuk dan rincian ganti
rugi. Dengan demikian,
bisa digugat ganti rugi
nyata dan materiil.
68
Mahkamah Agung juga pernah mengeluarkan Yurisprudensi mengenai
masalah penggabungan ini,yaitu dalam Putusan MA No.1875 K/Pdt/1984 tanggal
24 April 1986. Dalam putusan MA itu disebutkan: “Penggabungan gugatan
perbuatan melawan hukum dengan perbuatan ingkar janji tidak dapat dibenarkan
dalam tertib beracara dan harus diselesaikan secara tersendiri pula“.
Karena dalam Pertimbangan Majelis Hakim PN dan PT yang terbukti
adalah Perbuatan Melawan Hukum dari PT BANK CENTURY atau
TERGUGAT, Majelis Hakim terlihat tidak mendalilkan/mempertimbangkan
mengenai Wanprestasi yang dilakukan oleh PT BANK CENTURY atau
TERGUGAT. Terlihat bahwa Majelis Hakim tidak melihat dasar dari gugatan
wanprestasi yaitu perjanjian yang diwujudkan dalam suatu Kontrak Investor
Kolektif25
. Menurut penulis Majelis Hakim hanya mempertimbangkan berupa
bukti jual-beli reksadana tersebut yang menurut Penulis bukti tersebut adalah
bukti dari prestasi atau bukti tunainya prestasi bukan merupakan perjanjian itu
sendiri. Penulis berpendapat bahwa Majelis hakim mempersamakan antara
wanprestasi dan PMH.
Dapat disimpulkan bahwa dalam pertimbangan hukum mengesampingkan
suatu kepastian hukum (prosedur beracara) senada dengan M.Yahya Harahap
Majelis Hakim menanggalkan keformalan dalam proses beracara dan terlihat
meluruskan maksud posita dalam pertimbangan yang mengatakan bahwa
25
Kontrak Investasi Kolektif adalah Kontrak yang di dalamnya memuat hak-hak investor. Eko
Priyo Pratomo, Ubaidillah Nugraha., Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern,
Gramedia, Jakarta, 2009, hal. 51.
69
“wanprestasi adalah Genus Spesifik dari PMH atau dengan kata lain, wanprestasi
merupakan suatu bagian yang bersifat khusus dari PMH dan jika dalam
pelaksanaan perjanjian terdapat suatu pelanggaran peraturan perundang-undangan
oleh karena itu wanprestasi merupakan bagian dari PMH, esensi perbedaan
mendasar antara PMH dan wanprestasi adalah bukanlah karena ada tidaknya suatu
perjanjian dalam hubungan hukum melainkan ada tidaknya suatu aturan hukum
yang dilanggar dalam pelaksanaan perjanjian tersebut” Majelis Hakim juga
meluruskan bahwa gugatan PENGGUGAT adalah PMH yang berangkat dari
wanprestasi.
Menurut Gustav Radbuch bila terjadi pertentangan antara tata hukum dan
keadilan begitu besar, sehingga dirasakan tidak adil, maka demi keadilan tata
hukum itu harus dilepaskan26
. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam
pertimbangannya Majelis Hakim mengesampingkan tata hukum beracara demi
dapat diwujudkannya keadilan, hukum bergerak ke arah keadilan saat kepastian
hukum dirasakan tidak adil. Menurut Penulis Majelis Hakim mefungsikan dirinya
untuk membantu pencari keadilan dan berusaha mengatasi segala hambatan dan
rintangan untuk dapat tercapainya peradilan adil.
Cerminan adanya keadilan dalam pertimbangan Majelis Hakim yang
menyatakan bahwa “adil dan patut, apabila besarnya ganti rugi yang harus
diberikan oleh TERGUGAT selaku PELAKU USAHA kepada PARA
PENGGUGAT selaku KONSUMEN di sesuaikan dengan presentase dalam alat
26
Bernard L Tanya dkk, Loc.Cit., hal. 132.
70
bukti P – 17 sampai dengan alat bukti P – 41 yang dihitung sejak tanggal
pembelian reksa dana oleh PARA PENGGUGAT sampai dengan tanggal PARA
PENGGUGAT menuntut haknya melalui badan peradilan yaitu tanggal 31 Maret
2010”. Terlihat bahwa ganti rugi tersebut juga harus adil bagi TERGUGAT,
bahwa ganti rugi harus sesuai dengan perbuatan yang dilakukan oleh
TERGUGAT, Bahwa ganti rugi harus memperbaiki kerugian27
. Dalam gugatan
ganti kerugian yang diajukan oleh PARA PENGGUGAT total kerugian sebesar
Rp. 38.937.000.000,- (tiga puluh delapan milyar sembilan ratus tiga puluh tujuh
juta rupiah) disertai dengan bunga yang telah dijanjikan oleh TERGUGAT,
namun oleh Majelis Hakim dalam amarnya menetapkan pengembalian sejumlah
Rp. 35.437.000.000,- (Tiga Puluh Lima Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Tujuh
Juta Rupiah), dengan ganti rugi sebesar Rp.5.675.691.668,- (Lima Milyar Enam
Ratus Tujuh Puluh Lima Juta Enam Ratus Sembilan Puluh Satu Ribu Enam Ratus
Enam Puluh Delapan Rupiah) menunjukkan bahwa Majelis Hakim
memperhatikan hak TERGUGAT, bahwa porsi kerugian yang ditimbulkan harus
sesuai dengan dengan kerugian yang benar telah ditimbulkan oleh TERGUGAT
yang dibuktikan dengan alat bukti. Dapat disimpulkan bahwa dalam hal ganti
rugi tidak boleh melupakan hak dari yang diminta ganti rugi, ganti rugi harus
jugalah berprinsipkan dasar kesamaan proporsional28
.
Jika dalam ganti kerugian karena wanprestasi, biasanya besarnya kerugian
telah terlebih dahulu ditentukan besar dan ketentuannya dalam perjanjian,
27
Ibid., hal. 45.
28
Ibid.
71
sedangkan dalam hal ganti kerugian karena perbuatan melawan hukum, hakim
mempunyai kebebasan untuk menerapkan besarnya ganti rugi tersebut sesuai
dengan asas kepatutan, sejauh hal tersebut memang dimintakan oleh pihak
penggugat, bahkan telah menjadi jurisprudensi tetap dari Mahkamah Agung
Indonesia bahwa hakim dalam menentukan besarnya ganti kerugian harus
menetapkan menurut keadilan29
.
Majelis Hakim dalam pertimbangannya menyatakan bahwa Perjanjian
Jual-Beli Reksanadana antara TERGUGAT dan PARA PENGGUGAT adalah
batal demi hukum karena TERGUGAT tidak mengeluarkan bukti konfirmasi
investasi, bukti konfirmasi tersebut dikeluarkan oleh TURUT TERGUGAT
berdasarkan hukum pasar modal.
Seperti telah dijelaskan, bahwa sahnya perjanjian harus memenuhi syarat-
syarat yang disebutkan dalam undang-undang. Syarat-syarat tersebut terdiri dari
syarat subjektif, dan syarat objektif. Tidak terpenuhinya syarat subjektif, yaitu
kata sepakat dan kecakapan para pihak pembuatnya, membuat perjanjian tersebut
dapat dimintakan pembatalan oleh salah satu pihak. Sedangkan tidak terpenuhinya
syarat objektif, yakni hal tertentu dan kausa yang halal30
, menyebabkan
perjanjiannya batal demi hukum. Dalam hal demikian dari semula dianggap tidak
ada perjanjian dan perikatan yang timbul tujuan para pihak untuk meletakkan
suatu perikatan yang mengikat mereka satu sama lain telah gagal, tak dapatlah
29
Rosa Agustina, Perbuatan Melawan Hukum, Pasca Sarjana Universitas Indonesia, Jakarta, 2003,
hal. 85.
30
Lihat Kitab Undang-undang Hukum Perdata Pasal 1320.
72
pihak yang satu menuntut pihak yang lain di depan hakim, karena dasar
hukumnya tidak ada. Hakim ini diwajibkan karena jabatannya menyatakan bahwa
tidak pernah ada suatu perjanjian atau perikatan31
.
Menurut pasal 1266 KUH Perdata, ada tiga hal yang harus diperhatikan
sebagai syarat supaya pembatalan itu dapat dilakukan. Tiga syarat itu adalah:
perjanjian bersifat timbal balik, harus ada wanprestasi, harus dengan putusan
hakim.
Dapat dilihat bahwa batal demi hukum berangkat dari perjanjian yang
tidak memenuhi syarat subyektif dan syarat obyektif dari syarat sahnya perjanjian,
bahwa dalam pertimbangannya Majelis Hakim berdasarkan pada alat bukti
kepemilikan atas efek reksadana yang tidak sah, yang menurut Penulis bukti
kepemilikan bukanlah suatu perjanjian namun sebagai bentuk dari “prestasi” dari
perjanjian jual-beli reksadana antara TERGUGAT dan PARA PENGGUGAT.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa TERGUGAT telah melakukan wanprestasi
karena prestasi tidak sesuai dengan perjanjian, karena hukum pasar modal telah
menentukan prestasi berupa bukti kepemilikan atas efek reksadana harus dari
manajer investasi.
Penulis menyimpulkan bahwa menurut hukum Pasar Modal TERGUGAT
telah melakukan suatu perbuatan melawan hukum, namun dalam hal perjanjian
jual-beli reksadana antara TERGUGAT dan PARA PENGGUGAT adalah sah
31
AbdulKadir Muhammad, S.H sebagaima dikutip oleh Prita Anindya, Pembatalan Perjanjian
Secara Sepihak, Universitas Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 13.
73
menurut hukum namun terjadi wanprestasi karena pelaksanaan prestasi tidak
sesuai dengan aturan hukum.
Dari tiga pertimbangan hakim PN, PT dan Kasasi (MA) terjadi perubahan
mengenai penerapan hukum mengenai putusan serta merta uitvoerbaar bij
voorraad yang artinya adalah putusan yang dapat dilaksanakan serta merta.
Artinya, putusan yang dijatuhkan dapat langsung dieksekusi, meskipun putusan
tersebut belum memperoleh kekuatan hukum tetap, pertimbangan Majelis Hakim
PN menyatakan bahwa alat bukti yang yang diajukan oleh PARA PENGGUGAT
bukanlah alat bukti otentik maka putusan serta merta tidak dapat dilaksanakan
sedangkan menurut pertimbangan Majelis Hakim PT bahwa dana ada pada
TERGUGAT maka putusan dapat dijalankan terlebih dahulu.
Adanya perbedaan tersebut merupakan benturan antara kepastian hukum
dan keadilan. Bahwa Majelis Hakim PN menyatakan menurut ketentuan dalam
Pasal 180 ayat (H.I.R) dan surat edaran Mahkamah Agung RI (SEMA) Nomor 3
tahun 2000, Putusan dalam perkara ini tidak memenuhi syarat untuk di laksanakan
terlebih dahulu atau dilaksanakan secara serta merta (uitvoerbaarbijvoorraad)
sedangkan menurut Majelis Hakim PT32
bahwa dana PARA TERGUGAT berada
pada TERGUGAT jadi putusan dapat dilaksanakan terlebih dulu , yang kemudian
diperbaiki oleh MA bahwa putusan serta merta hanya dapat dijatuhkan oleh PN
PEDOMAN TEKNIS ADMINISTRASI DAN TEKNIS PERADILAN
PERDATA UMUM”, penerbit MAHKAMAH AGUNG RI, Buku II, Edisi 2007,
halaman 86 AD. PUTUSAN SERTA MERTA pada poin 2, yang menyebutkan
32
Lihat Putusan MA no. 2838K/Pdt/2011 hal. 142.
74
“Wewenang menjatuhkan putusan serta merta hanya ada pada Pengadilan
Negeri dan Pengadilan Tinggi dilarang menjatuhkan putusan serta merta”.
Hukum bergerak ke arah keadilan karena Putusan serta merta Dalam buku
“Hukum Acara Perdata” yang ditulis M. Yahya Harahap, S.H. disebutkan bahwa
menurut Subekti, praktik penerapan putusan yang dapat dilaksanakan lebih
dahulu, telah mendatangkan banyak kesulitan dan memusingkan para hakim. Satu
segi undang-undang telah memberi wewenang kepada hakim menjatuhkan
putusan yang seperti itu meskipun dengan syarat-syarat yang sangat terbatas. Pada
sisi lain, pengabulan dan pelaksanaan putusan tersebut selalu berhadapan dengan
ketidakpastian, karena potensial kemungkinan besar putusan itu akan dibatalkan
pada tingkat banding atau kasasi33
.
Melihat pendapat diatas Penulis berpendapat bahwa Putusan serta merta
menimbulkan suatu ketidakpastian hukum apabila putusan tersebut dilaksanakan
dengan TERGUGAT memberikan ganti rugi kepada PARA TERGUGAT yang
kemudian TERGUGAT dan mengajukan banding dan memenangkan banding
maka timbul masalah siapakah pihak yang seharusnya bertanggung jawab atas
ganti rugi yang telah dibayarkan TERGUGAT kepada PARA PENGGUGAT,
terlihat bahwa Majelis Hakim PN berhati-hati terhadap putusan merta ini.
33
Diana Kusumasari, S.H., M.H., Dasar Hukum dan Pelaksanaan Putusan Serta Merta diakses
dari http://www.hukumonline.com/klinik/detail/cl1538/dasar-hukum-dan-pelaksanaan-putusan-
serta-merta pada tanggal 28 April 2014 pukul 21:15.
75
Tabel 3: Amar Putusan Hakim (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, Kasasi)
Putusan Hakim Pengadilan Negeri Putusan Hakim Pengadilan Tinggi
DALAM EKSEPSI
Menolak Eksepsi TERGUGAT untuk
seluruhnya.
DALAM POKOK PERKARA
Mengabulkan Gugatan PARA
PENGGUGAT untuk sebagian:
1. Menyatakan Perjanjian jual beli
Produk Reksadana berupa Dana Tetap
Terproteksi dan Discretionary Fund
yang diperdagangkan oleh
TERGUGAT PT. BANK CENTURY,
Tbk. (sekarang PT. BANK MUTIARA,
Tbk.) selaku PELAKU USAHA kepada
PARA PENGGUGAT selaku
KONSUMEN adalah batal demi
hukum.
2. Menyatakan TERGUGAT PT.
BANK CENTURY Tbk. (sekarang PT.
BANK MUTIARA Tbk.) selaku
PELAKU USAHA telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum.
3. Menghukum TERGUGAT PT.
BANK CENTURY, Tbk. sekarang PT.
BANK MUTIARA untuk
mengembalikan uang pembelian produk
reksadana kepada PARA
PENGGUGAT secara tunai dan
sekaligus sejumlah Rp.
35.437.000.000,- (Tiga Puluh Lima
Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Tujuh
Juta Rupiah).
4. Menghukum TERGUGAT PT.
BANK CENTURY Tbk. (sekarang PT.
BANK MUTIARA) untuk membayar
ganti rugi kepada PARA
PENGGUGAT secara tunai dan
sekaligus sejumlah Rp. 5.675.691.668,-
( Lima Milyar Enam ratus Tujuh Puluh
Lima Juta Enam Ratus Sembilan Puluh
Satu Ribu Enam Ratus Enam Puluh
Delapan Rupiah).
5. Menghukum TURUT TERGUGAT
Menerima permohonan banding dari
Pembanding semula TERGUGAT.
Memperbaiki putusan Pengadilan
Negeri Surakarta tanggal 13 Desember
2010 No. 58/Pdt.G/2010/PN.Ska,
sepanjang mengenai dikabulkannya
tuntutan agar putusan ini dapat
dijalankan terlebih dahulu (uitvoerbaar
bij voorraad) meskipun ada upaya
verzet maupun kasasi, sehingga amar
selengkapnya berbunyi sebagai
berikut:
DALAM EKSEPSI
Menolak eksepsi TERGUGAT untuk
seluruhnya.
DALAM POKOK PERKARA
1. Mengabulkan gugatan PARA
PENGGUGAT untuk sebagian.
2. Menyatakan Perjanjian Jual Beli
Produk Reksadana berupa Dana Tetap
Terproteksi dan Discretionary Fund
yang diperdagangkan oleh
TERGUGAT PT. BANK CENTURY,
Tbk. (sekarang PT. BANK
MUTIARA,
Tbk.) selaku PELAKU USAHA
kepada PARA PENGGUGAT selaku
KONSUMEN adalah batal demi
hukum.
3. Menyatakan TERGUGAT PT.
BANK CENTURY, Tbk. (sekarang
PT.
BANK MUTIARA, Tbk.) selaku
PELAKU USAHA telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum.
4. Menghukum TERGUGAT PT.
BANK CENTURY, Tbk. (sekarang
PT.
BANK MUTIARA, Tbk.) untuk
mengembalikan uang pembelian
Produk
Reksadana kepada PARA
76
untuk tunduk terhadap putusan ini
6. Menghukum TERGUGAT PT.
BANK CENTURY, Tbk. (sekarang PT.
BANK MUTIARA, Tbk.) untuk
membayar biaya perkara sejumlah Rp.
591.000,- ( Lima ratus sembilan puluh
satu ribu rupiah).
PENGGUGAT secara tunai dan
sekaligus
sejumlah Rp. 35.437.000.000,- (Tiga
Puluh Lima Milyar Empat Ratus
Tiga Puluh Tujuh Juta Rupiah),
5. Menghukum TERGUGAT PT.
BANK CENTURY, Tbk. (sekarang
PT.
BANK MUTIARA, Tbk.) untuk
membayar ganti rugi kepada PARA
PENGGUGAT secara tunai dan
sekaligus sejumlah Rp.
5.675.691.668,-
(Lima Milyar Enam Ratus Tujuh
Puluh Lima Juta Enam Ratus
Sembilan Puluh Satu Ribu Enam
Ratus Enam Puluh Delapan
Rupiah).
6. Menghukum TURUT TERGUGAT
untuk tunduk terhadap Putusan ini.
7. Menyatakan dan menetapkan bahwa
putusan ini dapat dijalankan terlebih
dahulu (uitvoerbaar bij voorraad)
meskipun ada upaya verzet maupun
kasasi.
8. Menolak Gugatan PARA
PENGGUGAT selebihnya.
9. Menghukum Pembanding/semula
Tergugat untuk membayar seluruh
biaya perkara yang timbul dalam
kedua tingkat peradilan yang pada
tingkat banding ditetapkan sebesar Rp.
150.000,-. (seratus lima puluh ribu
rupiah).
Putusan Hakim Tingkat Kasasi
Menolak permohonan kasasi dari
Pemohon Kasasi : PT. BANK
CENTURY, Tbk. (sekarang PT. BANK
MUTIARA, Tbk) Pusat Jakarta Cq. PT.
BANK CENTURY, Tbk (sekarang PT.
BANK MUTIARA, Tbk) Cabang
SURAKARTA tersebut dan
“memperbaiki amar putusan”
Pengadilan Tinggi Semarang No.
77
110/Pdt/2011/PT.Smg tanggal 18 Mei
2011 yang memperbaiki putusan
Pengadilan Negeri Surakarta No.
58/Pdt.G/2010/PN.Ska tanggal 13
Desember 2010 sehingga amar
selengkapnya sebagai berikut:
DALAM EKSEPSI
Menolak Eksepsi Tergugat untuk
seluruhnya.
DALAM POKOK PERKARA
1. Mengabulkan Gugatan PARA
PENGGUGAT untuk sebagian.
2. Menyatakan Perjanjian Jual Beli
Produk Reksadana berupa Dana Tetap
Terproteksi dan Discretionary Fund
yang diperdagangkan oleh
TERGUGAT PT. BANK CENTURY,
Tbk. (sekarang PT. BANK MUTIARA,
Tbk.) selaku PELAKU USAHA kepada
PARA PENGGUGAT selaku
KONSUMEN adalah batal demi
hukum.
3. Menyatakan TERGUGAT PT.
BANK CENTURY, Tbk. (sekarang PT.
BANK MUTIARA, Tbk.) selaku
PELAKU USAHA telah melakukan
Perbuatan Melawan Hukum.
4. Menghukum TERGUGAT PT.
BANK CENTURY, Tbk. (sekarang PT.
BANK MUTIARA, Tbk.) untuk
mengembalikan uang pembelian
Produk Reksadana kepada PARA
PENGGUGAT secara tunai dan
sekaligus sejumlah Rp.
35.437.000.000,- (Tiga Puluh Lima
Milyar Empat Ratus Tiga Puluh Tujuh
Juta Rupiah).
5. Menghukum TERGUGAT PT.
BANK CENTURY, Tbk. (sekarang PT.
BANK MUTIARA, Tbk.) untuk
membayar ganti rugi kepada PARA
PENGGUGAT secara tunai dan
sekaligus sejumlah Rp.5.675.691.668,-
(Lima Milyar Enam Ratus Tujuh Puluh
Lima Juta Enam Ratus Sembilan Puluh
Satu Ribu Enam Ratus Enam Puluh
78
Delapan Rupiah).
6. Menghukum TURUT TERGUGAT
untuk tunduk terhadap Putusan ini.
7. Menolak Gugatan PARA
PENGGUGAT selebihnya.
Menghukum Pemohon Kasasi/Tergugat
untuk membayar biaya perkara dalam
tingkat kasasi sebesar Rp 500.000,-
(lima ratus ribu rupiah).
Analisa:
Dari amar putusan PN, PT dan MA dapat terlihat bahwa tidak terlalu
banyak mengalami perubahan baik dalam eksepsi maupun pokok perkara, yang
berbeda adalah dalam Putusan mengenai Putusan serta merta (uitvoerbaar bij
voorraad). Jadi dapat dikatakan bahwa PN, PT dan MA sepakat atau sama atas
Judex factie dan Judex juris.
Putusan serta merta menurut Penulis hilang dalam amar putusan tersebut
meskipun masuk ke dalam pertimbangan Majelis Hakim MA. Yang menurut
Penulis perlunya Majelis Hakim MA memberikan suatu putusan eksekusitorial
sebagai pengganti amar putusan serta merta yang dihilangkan oleh Majelis
Hakim.
Menurut Penulis putusan hakim yang tidak dapat dilaksanakan (non
eksekutable) atau putusan yang tidak memenuhi rasa keadilan sama artinya
dengan tidak bermanfaat bagi pencari keadilan, karena tujuan yang diharapkan
oleh pencari keadilan dalam beracara di pengadilan selain agar hukum dapat
ditegakkan (kepastian hukum) dan dengan cara itu keadilan dapat diwujudkan,
79
namun jika oleh karena hal-hal tertentu putusan tersebut tidak dapat dilaksanakan,
maka tidak akan ada manfaatnya atau gunanya bagi pihak yang bersengketa.