FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

15
FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN ANTAR TINGKAT DALAM PEMERINTAHAN (PENGATURAN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI DKI JAKARTA DAN KAWASAN PUNCAK KABUPATEN BOGOR) Mutiara Zahroh, Andhika Danesjvara Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari memajukan kesejahteraan umum. Dalam pelaksanaannya permasalahan lalu lintas masih sering terjadi, salah satunya kemacetan. UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengatur bahwa permasalahan lalu lintas dapat diselesaikan dengan manajemen dan rekayasa lalu lintas, yang terdiri dari beberapa kegiatan, salah satunya pengaturan. Pengaturan tersebut merupakan aspek penting dalam memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam skripsi ini dibahas mengenai dua poin penting, yaitu pelaksanaan fungsi hukum administrasi negara dan hubungan antar tingkat dalam pemerintahan. Dalam penelitian ini penulis mengambil contoh pelaksanaan manajemen dan rekayasa di DKI Jakarta dan Kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Bentuk penelitian ini bersifat yuridis normative dan penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaan fungsi hukum administrasi negara dan hubungan antar tingkat pemerintahan dalam pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas. The State Administration Law Function and The Relationship between Levels of Government (Arrangement in Traffic Management and Engineering in Jakarta and Puncak Area of Bogor Regency) Abstract Traffic has a strategic role in supporting the national development and integration as part of the efforts to improve the public welfare. However, traffic problems still frequently occur, and one of it is congestion. Law Number 22 Year 2009 concerning Road Traffic and Transportation set that the traffic problems can be resolved by traffic management and engineering, which covers several activities, such as arrangement. The arrangement which contain the determination on the policy on road, is important to ensure legal certainty and legal protection for the public. Regarding to the matters, this research discusses about two main points, which are the state administration law function and the relationship between levels of government. In this research, the author take the example of the implementation of traffic management and engineering in Jakarta and Puncak area of Bogor Regency. This research form method is normative. This research also use literature research method. From this research, it can be concluded that there are still many problems regarding to the state administration law function and the relationship between levels of government in the implementation of traffic management and engineering. Keywords: Arrangement; Legal Certainty; Traffic Pendahuluan Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Transcript of FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

Page 1: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN ANTAR TINGKAT DALAM PEMERINTAHAN (PENGATURAN

MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI DKI JAKARTA DAN KAWASAN PUNCAK KABUPATEN BOGOR)

Mutiara Zahroh, Andhika Danesjvara

Ilmu Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia

E-mail: [email protected]

Abstrak

Lalu lintas dan angkutan jalan memegang peranan penting dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari memajukan kesejahteraan umum. Dalam pelaksanaannya permasalahan lalu lintas masih sering terjadi, salah satunya kemacetan. UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mengatur bahwa permasalahan lalu lintas dapat diselesaikan dengan manajemen dan rekayasa lalu lintas, yang terdiri dari beberapa kegiatan, salah satunya pengaturan. Pengaturan tersebut merupakan aspek penting dalam memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat. Berkaitan dengan hal tersebut, dalam skripsi ini dibahas mengenai dua poin penting, yaitu pelaksanaan fungsi hukum administrasi negara dan hubungan antar tingkat dalam pemerintahan. Dalam penelitian ini penulis mengambil contoh pelaksanaan manajemen dan rekayasa di DKI Jakarta dan Kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Bentuk penelitian ini bersifat yuridis normative dan penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masih terdapat permasalahan dalam pelaksanaan fungsi hukum administrasi negara dan hubungan antar tingkat pemerintahan dalam pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas.

The State Administration Law Function and The Relationship between Levels of Government (Arrangement in Traffic Management and Engineering in Jakarta and

Puncak Area of Bogor Regency)

Abstract

Traffic has a strategic role in supporting the national development and integration as part of the efforts to improve the public welfare. However, traffic problems still frequently occur, and one of it is congestion. Law Number 22 Year 2009 concerning Road Traffic and Transportation set that the traffic problems can be resolved by traffic management and engineering, which covers several activities, such as arrangement. The arrangement which contain the determination on the policy on road, is important to ensure legal certainty and legal protection for the public. Regarding to the matters, this research discusses about two main points, which are the state administration law function and the relationship between levels of government. In this research, the author take the example of the implementation of traffic management and engineering in Jakarta and Puncak area of Bogor Regency. This research form method is normative. This research also use literature research method. From this research, it can be concluded that there are still many problems regarding to the state administration law function and the relationship between levels of government in the implementation of traffic management and engineering.

Keywords: Arrangement; Legal Certainty; Traffic Pendahuluan

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 2: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

Negara kesejahteraan (welfare state) merupakan bentuk perwujudan dari konsep

negara hukum modern yang menurut Lemaire1 bertujuan untuk menyelenggarakan

kesejahteraan umum oleh pemerintah (bestuurszorg). Cara yang dilakukan oleh pemerintah

dalam mencapai tujuan tersebut adalah dengan adanya campur tangan pemerintah secara aktif

dalam kehidupan masyarakat, baik dalam kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat, sebagai

langkah untuk mewujudkan kesejahteraan umum, di samping menjaga ketertiban dan

keamanan (rust en orde).2 Semua macam campur tangan penguasa negara tersebut diberi

bentuk hukum agar segala sesuatunya tidak simpang-siur dan tidak menimbulkan keragu-

raguan pada semua pihak yang bersangkutan.3

Salah satu urusan yang memerlukan campur tangan negara adalah masalah lalu lintas

dan angkutan jalan (LLAJ) karena memiliki peran strategis dalam mendukung pembangunan

dan integrasi nasional sebagai bagian dari memajukan kesejahteraan umum. Bentuk dari

campur tangan tersebut salah satunya adalah Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (UU LLAJ). Undang-undang ini merupakan penyempurnaan

dari undang-undang sebelumnya dengan adanya perubahan paradigma tatanan

penyelenggaraan pemerintahan di Negara Kesatuan Republik Indonesia4, yaitu bergesernya

pemerintahan yang bersifat sentralistik ke pemerintahan yang bersifat desentralisasi.

Meskipun telah diberlakukan UU LLAJ beserta beberapa peraturan pelaksananya,

berbagai macam permasalahan lalu lintas masih kerap terjadi. Kemacetan menjadi salah satu

permasalahan lalu lintas yang sangat kompleks dan merupakan fenomena yang tidak mudah

untuk diatasi. UU LLAJ telah mengatur bahwa penanganan permasalahan lalu lintas,

termasuk kemacetan, dapat dilakukan melalui manajemen dan rekayasa lalu lintas.

Dalam rangka melaksanakan manajemen dan rekayasa lalu lintas untuk mengatasi

kemacetan, instansi/pejabat terkait yang memiliki wewenang berdasarkan UU Nomor 22

Tahun 2009 dapat menetapkan “kebijakan” dalam rangka mengatur penggunaan jaringan

1 Diana Halim Koentjoro, Hukum Administrasi Negara, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2004), hlm. 37. 2 Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi), Cet.10, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2014), hlm. 14-15. 3 S. Prayudi Atmosudirjo, Hukum Administrasi Negara, Cet. 10, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), hlm.

25. 4 Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Proses Pembahasan Rancangan

Undang-Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Buku 1, (Jakarta: Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, 2012), hlm. 25.

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 3: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

jalan dan gerakan lalu lintas pada jaringan jalan tertentu.5 Beberapa contoh pengaturan dalam

rangka pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas untuk mengatasi kemacetan

diantaranya adalah : pengaturan 3 in 1 di Jakarta melalui Peraturan Gubernur Provinsi DKI

Jakarta Nomor 110 Tahun 2012 tentang Kawasan Pengendalian Lalu Lintas (terbaru),

pengaturan plat nomor ganjil genap di Jakarta melalui Peraturan Gubernur Provinsi Daerah

Khusus Ibukota Jakarta Nomor 164 Tahun 2016, dan pengaturan sistem satu arah yang

dilakukan oleh Polres Bogor di daerah Puncak Bogor.

Pengaturan 3 in 1 dan pengaturan plat nomor ganjil genap yang diberlakukan oleh

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, serta pengaturan sistem satu arah yang dilakukan oleh

Polres Bogor, sudah seharusnya memenuhi fungsi normatif, instrumen, maupun jaminan

sebagai fungsi-fungsi hukum administrasi negara. Hal tersebut agar pelaksanaan pengaturan

dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas memberikan kepastian hukum dalam rangka

mewujudkan, mendukung, dan memelihara keamanan, keselamatan, ketertiban dan

kelancaran lalu lintas. Ketiga fungsi tersebut saling berkaitan dalam pelaksanaan tugas

administrasi pemerintahan.

Selanjutnya, pengaturan-pengaturan yang dilakukan dalam rangka manajemen dan

rekayasa lalu lintas tersebut, baik di DKI Jakarta maupun di kawasan Puncak Kabupaten

Bogor dalam pelaksanaannya juga melibatkan beberapa instansi terkait yang kemudian

menciptakan hubungan antar tingkat pemerintahan dalam penyelenggaraan lalu lintas dan

angkutan jalan.

Berdasarkan permasalahan di atas maka yang menjadi rumusan masalah adalah

sebagai berikut: bagaimana pelaksanaan fungsi-fungsi hukum administrasi negara dalam

pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas untuk mengatasi kemacetan di DKI Jakarta

dan Kawasan Puncak Kabupaten Bogor, dan hubungan antar tingkat pemerintahan dalam

pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas di DKI Jakarta dan Kawasan Puncak

Kabupaten Bogor? Adapun tujuan penulis adalah untuk memberkan tinjauan yuridis terkait

dengan pengaturan dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas khususnya dalam pelaksanaan

fungsi-fungsi hukum administrasi negara dan hubungan antar tingkat pemerintahan di DKI

Jakarta dan Kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

5 Indonesia, Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, UU No. 22 Tahun 2009, LN No.

96 Tahun 2009, TLN No. 5025, Ps. 94 ayat (2) huruf a.

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 4: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

Tinjauan Teoritis

Pada negara kesejahteraan atau yang dikenal juga dengan negara hukum modern,

pemerintah menyelenggarakan bestuurszorg, yang meliputi lapangan kemasyarakatan dimana

pemerintah turut secara aktif dalam pergaulan manusia. Pelaksanaan bestuurszorg oleh

pemerintah dalam kehidupan sehari-hari untuk menyelenggarakan kepentingan umum harus

didasarkan atas wewenang yang dimiliki oleh pemerintah. Tanpa adanya wewenang yang sah,

pemerintah tidak dapat melakukan suatu tindakan pemerintahan. Oleh karena itu, kewenangan

yang sah merupakan atribut bagi pemerintah dalam menjalankan tugasnya.6

Asas legalitas merupakan salah satu prinsip utama yang dijadikan sebagai dasar dalam

penyelenggaraan pemerintahan dan kenegaraan terutama bagi negara hukum7, yang menjadi

dasar legitimasi tindakan pemerintah dan jaminan perlindungan dari hak-hak rakyat.8 Namun,

dewasa ini, muncul suatu konsekuensi khusus bahwa pemerintah diberikan kebebasan untuk

dapat bertindak atas inisiatifnya sendiri dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ada

pada warga masyarakat demi kepentingan umum.9 Hal ini dikenal dengan sebutan freies

ermessen.

Freies ermessen dikatakan sebagai pelengkap dari asas legalitas.10 Meskipun

pemberian freies ermessen kepada pemerintah merupakan konsekuensi logis dari konsepsi

welfare state, namun yang dikatakan bebas sepenuhnya itu tidak pernah ada.11 Terutama pada

suatu negara hukum yang menganut prinsip bahwa penggunaan wewenang harus disertai

dengan pertanggungjawaban hukum, sehingga freies ermessen ini tidak dapat digunakan tanpa

batas.

Selain harus didasarkan pada kewenangannya, tindakan pemerintah juga harus tetap

memperhatikan pelaksanaan fungsi hukum administrasi negara. Van Wijk-Konijnenbelt

6Lutfi Effendi, Pokok-Pokok Hukum Administrasi, (Malang: Bayumedia Publishing, 2004), hlm. 77. 7 Ridwan HR, Hukum Administrasi.,hlm. 90. 8 Ibid. 9 Safri Nugraha, et al., Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi, (Depok: Center for Law and Good

Governance Studies (CLGS), 2007), hlm 83. 10 Arfan Faiz Muhlizi, Reformulasi Diskresi dalam Penataan Hukum Administrasi, Jurnal

Rechtsvinding, Vol. 1, No. 1, Edisi April 2012, hlm. 100. 11 Indroharto, Usaha Memahami Undang-undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Buku I,

(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000), hlm.98.

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 5: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

mendefinisikan hukum administrasi sebagai sebuah instrumen yuridis bagi penguasa untuk

secara aktif terlibat dengan masyarakat, dan di sisi lain juga berperan sebagai hukum yang

memungkinkan anggota masyarakat mempengaruhi penguasa dan memberikan perlindungan

terhadap penguasa.12 Philipus Hadjon dalam bukunya mengatakan pendapat tersebut sejalan

dengan tiga fungsi negara menurut P. de Haan cs., yaitu fungsi normatif, instrumen, dan

jaminan.13 Ketiga fungsi tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Fungsi

normatif yang menyangkut penormaan dalam kekuasaan memerintah berkaitan erat dengan

fungsi instrumen yang digunakan sebagai alat dalam melakukan tindakan pemerintah, yang

pada akhirnya dengan norma dan instrumen tersebut harus dapat menjamin perlindungan

hukum bagi rakyat.

Dalam urusan lalu lintas dan angkutan jalan, UU LLAJ memberikan batasan definisi

bagi manajemen dan rekayasa lalu lintas sebagai salah satu tugas pemerintah yang meliputi

kegiatan perencanaan, pengadaan, pemasangan, pengaturan dan pemeliharaan fasilitas

perlengkapan jalan dalam rangka mewujudkan, mendukung, dan memelihara keamanan,

keselamatan, ketertiban, dan kelancaran lalu lintas.14

Mengenai kegiatan pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas sendiri, telah ada

sejak UU LLAJ yang lama (1992) berlaku. Baik UU LLAJ yang lama maupun yang baru,

terdapat ketentuan bahwa instansi berwenang dapat menetapkan kebijakan lalu lintas pada

jaringan atau ruas-ruas jalan tertentu. Berangkat dari hal tersebut, pada saat ini kita mengenal

pengaturan lalu lintas berupa 3 in 1 dan ganjil genap di DKI Jakarta, dan sistem satu arah (one

way) di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

Dalam pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas, terdapat beberapa instansi

pemerintahan yang berperan sehingga menimbulkan adanya hubungan antar tingkat dalam

pemerintahan. Philipus Hadjon dalam bukunya, membedakan mengenai hubungan diantara

tingkat-tingkat dalam pemerintahan, antara lain yaitu hubungan vertikal dan hubungan

horizontal.15

Hubungan yang bersifat vertikal merupakan hubungan kerja yang dilaksanakan oleh

badan-badan pemerintah yang bertingkat lebih tinggi terhadap badan-badan yang lebih

12 Philipus M. Hadjon, et.al., Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, (Yogyakarta, Gajah Mada

University, 2005), hlm. 27. 13 Ibid., hlm. 28. 14 Indonesia, Op.Cit., Ps. 1 angka 29. 15 Philipus M. Hadjon, et.al., Pengantar Hukum.,hlm. 74.

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 6: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

rendah.16 Sementara, hubungan secara horizontal merupakan hubungan kerjasama antara dua

atau lebih pejabat yang mempunyai kedudukan yang setingkat.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, dengan melakukan penelitian

taraf sinkroisasi peraturan perundang-undangan, baik secara vertikal maupun horizontal.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kepustakaan.

Menurut sifatnya, penelitian yang akan dilakukan memiliki tipe deskriptif-analitis, yang

dalam penelitian ini akan dijelaskan lebih dalam mengenai pengaturan dalam manajemen dan

rekayasa lalu lintas untuk menangani kemacetan di DKI Jakarta dan Kawasan Puncak

Kabupaten Bogor.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data, yaitu data

primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan berupa informasi / keterangan yang

dikumpulkan langsung dari pihak yang terkait dengan pengaturan dalam manajemen dan

rekayasa lalu lintas untuk menangani kemacetan pada lokasi penelitian. Adapun data sekunder

diperoleh dari studi kepustakaan dalam bentuk bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,

dan bahan hukum tersier. Adapun bahan hukum primer, sekunder dan tersier tersebut adalah

sebagai berikut: bahan hukum primer yang berasal dari peraturan perundang-undangan yaitu

diantaranya:

a. Undang-undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah;

b. Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah;

c. Undang-undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

d. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

e. Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;

f. Undang-undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;

g. Undang-undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan;

h. Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 2011 tentang Manajemen dan Rekayasa,

Analisis Dampak, serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas;

i. Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 96 Tahun 2015 tentang Pedoman

Pelaksanaan Kegiatan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas.

16 Ibid.

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 7: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

Data dari bahan hukum sekunder didapat dari laporan penelitian, artikel ilmiah, dan buku-

buku hukum, diantaranya: Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi) (Ridwan HR, Jakarta:

PT RajaGrafindo Persada, 2014), dan Hukum Administrasi Negara (Prayudi Atmosudirjo,

Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi). Data yang

didapat dari bahan hukum tersier yang bersifat menjelaskan bahan hukum primer dan

sekunder didapat dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Alat pengumpul data dalam penelitian ini melalui studi dokumen atau penelusuran

kepustakaan, observasi atau pengamatan dan juga wawancara dengan narasumber (anggota

Kepolisian Resor Bogor). Adapun Metode analisis data yang digunakan adalah metode

kualitatif yang diperoleh diperoleh dengan melakukan analisis terhadap pengaturan dalam

manajemen dan rekayasa lalu lintas di DKI Jakarta dan Kawasan Puncak Kabupaten Bogor.

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Fungsi-fungsi hukum administrasi negara dalam pengaturan manajemen dan rekayasa

lalu lintas baik di DKI Jakarta maupun di Kawasan Puncak Kabupaten Bogor belumlah

terlaksana dengan baik.

Seperti yang telah penulis sebutkan sebelumnya bahwa pengaturan mengenai 3 in 1

dan ganjil genap di DKI Jakarta merupakan bentuk dari pengaturan manajemen dan rekayasa

lalu lintas. Pengaturan tersebut sempat tertuang dalam beberapa jenis instrumen hukum

berupa keputusan maupun peraturan Gubernur. Dalam mengeluarkan keputusan maupun

peraturan Gubernur tersebut, selain mengacu pada ketentuan yang terdapat dalam UU LLAJ,

juga terdapat beberapa peraturan terkait lainnya yang juga tidak dapat dipisahkan dari

pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas, seperti peraturan yang mengatur tentang

pemerintahan daerah, pembentukan peraturan perundang-undangan, maupun Peraturan

Daerah yang dikeluarkan sendiri oleh Provinsi DKI Jakarta. Oleh karena itu untuk mengetahui

pelaksanaan fungsi hukum administrasi dalam rangka pengaturan manajemen dan rekayasa

lalu lintas, penulis melakukan beberapa sinkronisasi peraturan perundang-undangan sebagai

berikut:

Tabel 1 Peraturan Perundang-undangan terkait Pengaturan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas

Peraturan Kewenangan Instrumen Hukum

UU No. 5 Th.‘74 Penambahan penyerahan urusan pemerintahan -

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 8: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

kepada daerah ditetapkan dengan PP (Ps. 7 ayat (1))

PP No. 20 Th.‘90 Dati I untuk jalan provinsi (Ps. 3 huruf i - Perda DKI Jakarta No. 9

Th.’9217 Gubernur Kepala Daerah (Ps. 2 jo. Ps. 3) Keputusan Gubernur Kepala Daerah

UU No. 14 Th.‘93 Pendelegasian pengaturan kepada PP (Ps. 22 ayat (2)) -

PP No. 43 Th. ‘93 Menteri Perhubungan Keputusan Menteri Perhubungan (Ps. 3 (1))

UU No. 22 Th.‘99 Daerah (Ps. 7 ayat (1)) - PP No. 25 Th.2000 Daerah -

Perda DKI Jakarta No. 12 Th.2003 Gubernur Keputusan Gubernur (Ps. 50

ayat (1)) UU No. 32 Th. 2004 Pemerintahan Daerah (Ps. 10 ayat (1)) -

PP No. 38 Th. 2007 Pemerintahan Daerah Provinsi (Lampiran G Nomor 66) -

UU No. 22 Th. 2009 Pemerintahan Daerah Provinsi Peraturan Daerah Provinsi (Ps. 95 ayat (1) huruf b) PP No. 32 Th. 2011

Sumber: Diolah sendiri oleh Penulis

Dari tabel tersebut dapat dilihat terdapat pertentangan norma yang mengatur mengenai

kewenangan maupun instrumen hukum yang digunakan dalam rangka pengaturan manajemen

dan rekayasa lalu lintas khususnya di DKI Jakarta. Pertentangan norma tersebut terjadi antara

peraturan yang mengatur mengenai pemerintahan daerah dan peraturan yang mengatur

mengenai lalu lintas dan angkutan jalan.

Ketidaksinkronan antar norma tersebut dalam pengaturan manajemen dan rekayasa

lalu lintas di DKI Jakarta menggambarkan fungsi hukum fungsi normatif yang merupakan

salah satu fungsi hukum administrasi negara belum berjalan dengan semestinya. Hal ini juga

berdampak pada beberapa instrumen hukum yang digunakan tidak sesuai dengan ketentuan

yang ada pada saat itu. Sehingga terkait dengan fungsi jaminan sebagai perlindungan hukum

bagi masyarakat terhadap tindakan pemerintah, yang pelaksanaannya sangatlah dipengaruhi

oleh kedua fungsi sebelumnya, menjadi tidak tercapai dalam pengaturan manajemen dan

rekayasa lalu lintas yang dilakukan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Sedangkan untuk pelaksanaan fungsi hukum administrasi negara di Kawasan Puncak

Kabupaten Bogor, apabila mengacu pada pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas

sebelum berlakunya UU LLAJ 2009, sama seperti DKI Jakarta, terdapat pertentangan norma

yang diatur dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai pemerintahan

daerah dan peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai lalu lintas dan angkutan

jalan.

17 Peraturan yang terdapat pada tabel biru hanya berlaku bagi DKI Jakarta, sementara peraturan lainnya

berlaku dan mengikat secara umum.

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 9: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

Namun, setelah UU LLAJ berlaku, tidak terdapat lagi pertentangan norma yang

mengatur mengenai manajemen dan rekayasa lalu lintas yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai pemerintahan daerah dan peraturan

perundang-undangan yang mengatur mengenai lalu lintas dan angkutan jalan di Kawasan

Puncak Kabupaten Bogor.

Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui sejak UU LLAJ berlaku, tidak terdapat

permasalahan dalam fungsi normatif yang berkaitan dengan manajemen dan rekayasa lalu

lintas khususnya untuk pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas di Kawasan Puncak

Kabupaten Bogor.

Berbeda dengan pelaksanaan fungsi normatif yang telah sesuai, fungsi instrumen

dalam pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas di kawasan Puncak Kabupaten Bogor

belum dapat terlaksana dengan baik. Pasalnya instrumen yang digunakan dalam pengaturan

manajemen dan rekayasa lalu intas untuk mengatasi kemacetan di kawasan Puncak kabupaten

Bogor bukanlah instrumen yang diatur dalam ketentuan yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan, yaitu Peraturan Daerah Provinsi, melainkan diskresi yang digunakan

oleh Kepolisian Resor Bogor.

Tidak terlaksananya salah satu fungsi hukum administrasi negara dalam pengaturan

manajemen dan rekayasa lalu lintas di kawasan puncak, yaitu fungsi instrumen

mengakibatkan fungsi yang terakhir, yaitu fungsi jaminan juga menjadi tidak terlaksana.

Adanya ketidakpastian hukum ini pada akhirnya berdampak pada protes masyarakat terkait

dengan kebijakan dalam pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang dilakukan di

Puncak, Bogor.

Mengenai hubungan antar tingkat pemerintahan di DKI Jakarta dalam pelaksanaan

manajemen dan rekayasa lalu lintas, diketahui terdapat beberapa instansi pemerintahan terkait

yang melaksanakan hal tersebut, yaitu diantaranya:

1. Gubernur sebagai kepala pemerintahan provinsi merupakan pejabat yang berwenang

menyelenggarakan manajemen dan rekayasa lalu lintas termasuk menetapkan

kebijakannya dengan dibantu beberapa pejabat pada organisasi perangkat daerah, yaitu

terutama:

a. Sekretaris Daerah;

b. Asisten Perekonomian; dan

2. Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI JakartaDirektorat Lalu

Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya sebagai pihak pelaksana dan melakukan

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 10: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

penindakan terhadap pelanggaran pengaturan sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

Selain beberapa instansi pemerintahan tersebut, beberapa peraturan terkait dengan manajemen

dan rekayasa lalu lintas telah memberikan kewenangan kepada pemerintah untuk melakukan

urusan pemerintahan dalam hal manajemen dan rekayasa lalu lintas.

Tabel 2 Turunan Penyelenggaraan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di DKI Jakarta

NO URUSAN PEMERINTAHAN TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG

1 Urusan pemerintahan negara secara Umum Negara yang dalam pelaksanaannya menjadi wewenang Presiden sebagai Kepala Pemerintahan

2 Urusan pemerintahan di Bidang Perhubungan

Kementerian Perhubungan, Pemerintah Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota), beberapa

Kementerian Negara terkait lainnya dan Kepolisian Negara RI

3 Urusan pemerintahan di Sub Sub Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Kementerian Perhubungan, Pemerintah Daerah (Propinsi dan Kabupaten/Kota), beberapa

Kementerian Negara terkait lainnya dan Kepolisian Negara RI

4 Pembuatan Pedoman Penyelenggaraan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas Kementerian Perhubungan

5 Penyelenggaraan Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di DKI Jakarta

Kementerian Perhubungan, Kepolisian Negara RI, dan Pemerintah Daerah beserta perangkat organnya

Sumber: Diolah sendiri oleh Penulis

Berdasarkan penjabaran tersebut, dapat diketahui hubungan tingkatan antara instansi

dan/atau susunan pemerintahan dalam penyelenggaraan manajemen rekayasa lalu lintas di

Jakarta sebagai berikut :

1. Hubungan Vertikal antara pemerintah pusat dan pemerintah DKI Jakarta, yaitu dalam

hal :

a. Pembagian urusan penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas antara

pemerintah pusat dan pemerintah DKI Jakarta. Hubungan vertikal itu terjadi

dengan adanya penyerahan urusan penyelenggaraan manajemen dan rekayasa

lalu lintas untuk jalan-jalan provinsi yang sebelumnya menjadi kewenangan

pemerintah pusat kemudian diserahkan kepada pemerintah daerah sebagai

pelaksanaan otonomi daerah melalui prinsip desentralisasi.

b. Dalam pengaturan “3 in 1” dan ganjil genap, Gubernur DKI Jakarta wajib

berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditentukan dan

menjadi kewenangan pemerintah pusat yang pelaksanaannya menjadi tugas

dan tanggung jawab Kementerian Perhubungan.

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 11: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

2. Hubungan vertikal antara Gubernur DKI Jakarta dengan beberapa pejabat pada organ

perangkat pemerintahan provinsi DKI Jakarta, yaitu terutama Sekretaris Daerah,

Asisten Perekonomian, dan Kepala Dinas Perhubungan dan Transportasi Propinsi DKI

Jakarta. Hubungan vertikal itu terjadi karena masing-masing pejabat tersebut secara

struktural berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur dalam

penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas sesuai tugas pokok dan

fungsinya masing-masing.

3. Hubungan horizontal antara Dinas Perhubungan dan Transportasi Provinsi DKI

Jakarta dengan Direktorat Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya. Kedua intansi

tersebut memiliki hubungan horizontal karena kedua intansi tersebut bukan berasal

dari satu organ perangkat pemerintahan yang sama, sehingga tidak ada hubungan

secara struktural yang menunjukkan suatu instansi memiliki kedudukan lebih rendah

atau lebih tinggi dari instansi lainnya.

Dari apa yang telah penulis jabarkan, dapat dilihat bahwa hubungan antar tingkat

pemerintahan yang dilakukan di Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan pengaturan

manajemen dan rekayasa lalu lintas untuk mengatasi kemacetan telah berjalan dengan baik.

Masing-masing fungsi telah menjalankan tugas yang menjadi tanggung jawab dari

penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas, meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa

bentuk instrumen yang digunakan dalam rangka pengaturan manajemen dan rekayasa lalu

lintas, tetaplah bukan instrumen yang tepat digunakan.

Mengenai hubungan antar tingkat pemerintahan di Kawasan Puncak Kabupaten

Bogor, penulis menemukan terdapat permasalahan dalam implementasi norma-norma yang

ada. Pada kenyataannya, di kawasan wisata pegunungan Puncak Bogor tidak terdapat satu

instrumenpun yang digunakan dalam rangka pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas.

Hal tersebut dapat dikatakan juga bahwa terdapat kekosongan hukum dalam pengaturan

manajemen dan rekayasa lalu lintas di kawasan Puncak Kabupaten Bogor. Sementara,

berdasarkan hasil pengamatan yang penulis lakukan, terdapat permasalahan konkret berupa

kemacetan parah yang hampir pasti terjadi pada akhir pekan dan hari libur nasional di

kawasan Puncak Kabupaten Bogor yang membutuhkan penanganan.

Sebagai jalan yang berstatus sebagai jalan provinsi, dalam tataran idealnya, pihak-

pihak yang setidaknya harus terlibat dalam pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas di

kawasan pegunungan Puncak Bogor adalah:

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 12: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

a. Pemerintah Pusat sebagai Pembina dan penetap norma, standar, prosedur dan kriteria

yang dijadikan sebagai acuan untuk pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas di

daerah;

b. Pemerintah Provinsi sebagai pihak yang berwenang untuk melaksanakan pengaturan

dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas di kawasan pegunungan Puncak Bogor;

c. Pemerintah Kabupaten terkait yang wilayahnya termasuk ke dalam jalur Puncak untuk

melakukan koordinasi atas penetapan kebijakan dalam manajemen dan rekayasa lalu

lintas yang juga akan dilakukan di wilayahnya; dan

d. Kepolisian sebagai pihak yang memiliki wewenang untuk melaksanakan penegakan

hukum dari pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang ditetapkan.

Adanya kekosongan hukum yang terjadi, dapat dikatakan sebagai konsekuensi dari

disfungsi dalam penyelenggaraan pemerintahan terutama fungsi yang berkaitan dengan

pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas. Menurut penulis, dalam tahap ini telah terjadi

stagnasi pemerintahan dalam pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas di kawasan

Puncak Kabupaten Bogor, dimana pihak-pihak yang seharusnya bertanggung jawab dalam

pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas untuk mengatasi permasalahan kemacetan di

kawasan wisata pegunungan Puncak Bogor tidak melaksanakan tugasnya sehingga

menimbulkan permasalahan kekosongan hukum dalam mengatasi kemacetan yang terjadi di

kawasan wisata pegunungan Puncak Bogor.

Hal tersebut menyebabkan kepolisian resor bogor sebagai alat negara yang memiliki

fungsi menjaga keamanan dan ketertiban serta memberian pengayoman dan pelayanan kepada

masyarakat menggunakan wewenang diskresi kepolisian yang dimilikinya untuk melakukan

pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas demi mengatasi permasalahan kemacetan

yang terjadi. Kewenangan kepolisian tersebut diatur baik dalam UU Nomor 2 Tahun 2002

tentang Kepolisian, UU Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, dan UU

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pelaksanaan diskresi dalam rangka pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas di

kawasan wisata Puncak Bogor yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Bogor dikarenakan

dalam pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, terdapat pembagian daerah hukum wilayah

negara Republik Indonesia demi kepentingan pelaksanaan tugas kepolisian18, dan Polres

Bogorlah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan fungsi kepolisian di Kabupaten Bogor.

18 Indonesia (XII), Op.Cit., Ps. 6 ayat (2).

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 13: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

Diskresi yang dilakukan oleh Kepolisian Resor Bogor dalam melakukan pengaturan

manajemen dan rekayasa lalu lintas di kawasan pegunungan Puncak Bogor tersebut,

merupakan bentuk wewenang bebas yang berupa kewenangan untuk memutus secara mandiri

dan wewenang tersebut berasal dari atribusi undang-undang.

Dari penjabaran tersebut, dapat dikatakan bahwa pelaksanaan hubungan antar tingkat

pemerintahan di kawasan Puncak Kabupaten Bogor tidak berjalan dengan baik, sehingga

menyebabkan pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas di kawasan wisata pegunungan

Puncak Bogor harus dilaksanakan dengan diskresi kepolisian.

Kesimpulan

1. Pelaksanaan fungsi-fungsi hukum administrasi negara dalam pengaturan manajemen dan

rekayasa lalu lintas yang dilakukan untuk menangani kemacetan baik di Daerah Khusus

Ibukota Jakarta maupun di Kawasan Wisata Pegunungan Puncak Bogor belum terlaksana

dengan baik. Hal tersebut dikarenakan dalam pelaksanan fungsi-fungsi:

a. Fungsi normatif, terdapat pertentangan norma-norma yang mengatur mengenai

manajemen dan rekayasa lalu lintas.

b. Fungsi instrumen, beberapa bentuk instrumen hukum yang dikeluarkan oleh pejabat

yang berwenang dalam pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas tidak tepat;

c. Fungsi jaminan, dengan tidak terlaksananya fungsi normatif dan fungsi instrumen

mengakibatkan tidak adanya kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat.

Di DKI Jakarta, pelaksanaan fungsi normatif dalam pengaturan manajemen dan

rekayasa lalu lintas belum berjalan dengan baik karena adanya ketidaksinkronan antar

norma-norma yang mengatur mengenai kewenangan dalam pelaksanaan manajemen dan

rekayasa lalu lintas, misalnya antara UU Pemerintahan Daerah dan UU Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Selain itu, bentuk instrumen hukum yang digunakan (Keputusan

Gubernur atau Peraturan Gubernur), tidak sesuai dengan instrumen hukum yang

seharusnya digunakan (Peraturan Daerah Provinsi) sehingga dapat dikatakan fungsi

instrumen juga belum terlaksana dengan baik. Tidak terlaksananya fungsi normatif dan

fungsi instrumen hukum administrasi negara dengan baik dalam pengaturan manajemen

dan rekayasa lalu lintas di DKI Jakarta berimplikasi pada tidak terlaksananya fungsi

jaminan dalam pengaturan kawasan pengendalian lalu lintas di DKI Jakarta, sehingga

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 14: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

pada saat pengaturan tersebut berlaku dapat dikatakan juga tidak terpenuhinya kepastian

dan perlindungan hukum bagi masyarakat.

Pelaksanaan fungsi-fungsi administrasi negara dalam pengaturan manajemen dan

rekayasa lalu lintas di kawasan wisata Puncak Bogor juga tidak berjalan dengan baik.

Pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang dilakukan berdasarkan diskresi

kepolisian merupakan bukti bahwa terdapat permasalahan dalam implementasi norma

yang mengatur mengenai manajemen dan rekayasa lalu lintas. Permasalahan tersebut

berdampak pula pada fungsi instrumen yang pada akhirnya tidak terlaksana. Tidak

terlaksananya fungsi instrumen di kawasan wisata Puncak Bogor menyebabkan fungsi

jaminan juga tidak terlaksana dengan baik.

2. Hubungan antar tingkat pemerintahan yang terjalin dalam pelaksanaan manajemen dan

rekayasa lalu lintas di DKI Jakarta dapat dikasifikasikan menjadi vertikal maupun

horizontal. Hubungan tersebut telah berjalan dengan baik karena adanya pembagian tugas

yang jelas antar instansi dan tugas-tugas tersebut telah sesuai dengan kewenangan yang

dimiliki.

Sementara itu, di kawasan Puncak Bogor hubungan antar tingkat pemerintahan dalam

manajemen dan rekayasa lalu lintas tidak berjalan dengan baik. Tidak berjalan dengan

baiknya hubungan antar tingkat pemerintahan di kawasan Puncak Bogor, berakibat pada

kepolisian resor Bogor yang harus menggunakan diskresi dalam pengaturan manajemen

dan rekayasa lalu lintas untuk menangani kemacetan yang terjadi.

Saran

1. Perlu adanya sinkronisasi peraturan perundang-undangan, antara peraturan yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintahan Daerah mengenai manajemen

dan rekayasa lalu lintas terkait dengan siapa yang sebenarnya berwenang untuk

melakukan pengaturan dalam manajemen dan rekayasa lalu lintas dan instrumen apa yang

seharusnya digunakan dalam melakukan pengaturan tersebut sehingga tidak timbul

kerancuan dan adanya keselarasan pemahaman dalam menjalankan fungsi pemerintahan.

2. Pengaturan manajemen dan rekayasa lalu lintas yang telah dilakukan baik di DKI Jakarta

maupun di Kawasan Wisata Pegunungan Puncak Bogor perlu ditinjau kembali, dan perlu

adanya instrumen hukum baru berbentuk Peraturan Daerah Provinsi yang dibuat atas

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017

Page 15: FUNGSI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA DAN HUBUNGAN …

persetujuan bersama antara Gubernur dan DPRD sebagai wakil rakyat, untuk menjamin

kepastian hukum dan perlindungan atas hak-hak masyarakat dalam berlalu lintas.

3. Perlu adanya kesadaran lebih dari para pejabat terkait yang berwenang dalam pengaturan

manajemen dan rekayasa lalu lintas di Kawasan Wisata Pegunungan Puncak Bogor agar

terciptanya keserasian dalam penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas di

wilayah tersebut dan terwujudnya kepastian serta perlindungan hukum bagi masyarakat.

Daftar Referensi

Atmosudirjo, Prayudi. (1994). Hukum Administrasi Negara. cet. 10, Jakarta: Ghalia

Indonesia.

Effendi, Lutfi. (2004). Pokok-Pokok Hukum Administrasi. Malang: Bayumedia Publishing.

Hadjon, Philipus M., et al. (2005). Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Yogyakarta,

Gajah Mada University.

HR, Ridwan. (2014). Hukum Administrasi Negara (Edisi Revisi). cet. 10, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Indonesia. Undang-undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. UU No. 22 Tahun 2009.

LN No. 96 Tahun 2009. TLN No. 5025.

Indroharto. (2000). Usaha Memahami Undang-undang Tentang Peradilan Tata Usaha

Negara. Buku I. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Koentjoro, Diana Halim. (2004). Hukum Administrasi Negara. Bogor: Ghalia Indonesia.

Muhlizi, Arfan Faiz. Reformulasi Diskresi dalam Penataan Hukum Administrasi. Jurnal

Rechtsvinding. Vol. 1. No. 1. Edisi April 2012.

Nugraha, Safri. et al. (2007). Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi. Depok: Center for

Law and Good Governance Studies (CLGS).

Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. (2012). Proses

Pembahasan Rancangan Undang-Undang tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Buku 1. Jakarta: Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Fungsi Hukum ..., Mutiara Zahroh, FH UI, 2017