BAB II hasil kali kelarutan

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kelarutan Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan bagus disini. Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam air.(Oxtoby,2001) Kelarutan (dilambangkan dengan huruf S, yang berasal dari kata Solubility). Kelarutan itu bergantung pula pada khuluk atau sifat asli dan kepekaan zat-zat lain yang ada dalam larutan. Jadi, suatu larutan zat tertentu dikatakan jenuh bila zat itu berada dalam satu fase dan dalam keadaan setimbangan dengan larutan. Sedangkan suatu larutan dikatakan lewat-jenuh jika larutan itu mengandung zat terlarut dengan kepekatan yang lebih besar daripada larutan jenuh zat itu. Dalam larutan tak jenuh, kepekatan zat terlarut lebih rendah daripada kepekatan larutan jenuhnya.(Harizzul rivai,1994) Dengan kata lain, kelarutan adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut atau larutan tertentu. Kelarutan berhubungan dengan fase dan kepekatan dari pelarut. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari 3

Transcript of BAB II hasil kali kelarutan

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Kelarutan Kelarutan suatu senyawa dalam suatu pelarut didefinisikan sebagai jumlah terbanyak (yang dinyatakan baik dalam gram atau dalam mol) yang akan larut dalam kesetimbangan dalam volume pelarut tertentu. Meskipun pelarut-pelarut selain air digunakan dalam banyak aplikasi, larutan dalam air adalah yang paling penting dan bagus disini. Garam menunjukkan interval kelarutan yang besar dalam air.(Oxtoby,2001)Kelarutan (dilambangkan dengan huruf S, yang berasal dari kata Solubility). Kelarutan itu bergantung pula pada khuluk atau sifat asli dan kepekaan zat-zat lain yang ada dalam larutan. Jadi, suatu larutan zat tertentu dikatakan jenuh bila zat itu berada dalam satu fase dan dalam keadaan setimbangan dengan larutan. Sedangkan suatu larutan dikatakan lewat-jenuh jika larutan itu mengandung zat terlarut dengan kepekatan yang lebih besar daripada larutan jenuh zat itu. Dalam larutan tak jenuh, kepekatan zat terlarut lebih rendah daripada kepekatan larutan jenuhnya.(Harizzul rivai,1994) Dengan kata lain, kelarutan adalah jumlah maksimum zat terlarut yang dapat larut dalam pelarut atau larutan tertentu.Kelarutan berhubungan dengan fase dan kepekatan dari pelarut. Pelarut umumnya merupakan suatu cairan yang dapat berupa zat murni ataupun campuran. Zat yang terlarut, dapat berupa gas, cairan lain, atau padat. Kelarutan bervariasi dari selalu larut seperti etanol dalam air, hingga sulit terlarut, seperti perak klorida dalam air. Istilah "tak larut" (insoluble) sering diterapkan pada senyawa yang sulit larut, walaupun sebenarnya hanya ada sangat sedikit kasus yang benar-benar tidak ada bahan yang terlarut. Dalam beberapa kondisi, titik kesetimbangan kelarutan dapat dilampaui untuk menghasilkan suatu larutan yang disebut lewat jenuh (supersaturated) yang metastabil. Contoh nyata dalam kelarutan yaitu larutan gula, gula sebagai zat terlarut yang larut dalam air. Jika jumlah gula lebih sedikit dari jumlah air maka gula akan larut didalam pelarutnya yaitu air. Sebaliknya, jika jumlah gula lebih banyak dari air maka gula tidak larut dalam pelarut. Walaupun demikian, bukan berarti gula yang jumlahnya lebih banyak disebut sebagai pelarut. Gula merupakan padatan sehingga disebut sebagai zat terlarut. Namun tidak semua zat terlarut berbentuk padatan.

Kelarutan dapat dipengaruhi oleh suhu dan tekanan. Suatu larutan lewat jenuh merupakan kesetimbangan dinamis. Kesetimbangan itu dapat bergeser bila suhu dinaikkan. Pada umumnya kelarutan zat padat dalam larutan bertambah bila suhu dinaikkan, karena umumnya proses pelarutan bersifat endotermik. Akan tetapi ada zat yang bersifat eksotermik dalam melarut. Sedangkan pengaruh tekanan udara, tekanan udara di atas cairan berpengaruh kecil sekali terhadap kelarutan zat padat dan cair dalam pelarut cair. Akan tetapi kelarutan suatu gas bertambah dalam larutan bila tekanan parsial gas tersebut di permukaan bertambah besar. (Syukri, 1999)Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan : 1. Temperatur Pengaruh temperatur tergantung dari panas pelarutan. Bila panas pelarutan (H) negatif, maka daya larut turun dengan turunnya temperatur. Bila panas pelarutan (H) positif, maka daya larut naik dengan naiknya temperatur.2. Jenis zat terlarut dan pelarut Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik, sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. 3. Tekanan Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat padat dan zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas. Daya larut suatu zat dalam zat lain dipengaruhi oleh : 1. Jenis pelarut dan zat terlarut. Zat-zat dengan struktur kimia yang mirip, umumnya dapat saling bercampur baik sedang yang tidak biasanya sukar bercampur. Air dan alkohol bercampur sempurna (completely misible), air dan eter bercampur sebagian (partially miscible),sedang air dan minyak sama sekali tidak bercampur (completely immiscible). 2. Temperatur. - Zat padat dalam cairan. Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan, bila temperatur dinaikkan, misalnya kaliumnitrat (KNO3) dalam air, namun terdapat beberapa zat padat yang kelarutannya menurun bila temperatur dinaikkan misalnya pembentukan larutan air dari seriumsulfat (Ce2(SO4)3). - Gas dalam cairan Kelarutan suatu gas dalam suatu cairan biasanya menurun dengan naiknya temperatur. 3. Tekanan Tekanan tidak begitu berpengaruh terhadap daya larut zat pada zat cair, tetapi berpengaruh pada daya larut gas[footnoteRef:2]. [2: http://mochamad-krisnariansyah.blogspot.com/2011/08/percobaan-hasil-kali-kelarutan-kimia.html]

Diketahui bahwa kelarutan merupakan jumlah zat terlarut dalam suatu pelarut tertentu, jadi dapat dinyatakan bahwa kelarutan : S = n / V(2.1)Dimana : n = jumlah zat terlarut (mol) V = volume pelarut (liter)

2.2 Hasil Kali KelarutanPerak kromat sedikit larut dalam air. Kesetimbangan dalam kelarutan jenuhnya ialahAg2CrO4 (p) 2 Ag+ (aq) + CrO42-(aq)Dan rumus kesetimbangan termodinamikanya ialah K = (aAg+)2(aCrO42-) / (aAgCrO4(p)) (2.2)Aktivitas padatan murni = 1 dan dalam larutan encer, konsentrasi molar dapat disubstitusikan untuk aktivitas zat terlarut. Hasil yang diperoleh adalah K = Kc = [Ag+]2[CrO42-] / (1) = [Ag+]2[CrO42-](2.3)Karena hanya suku-suku konsentrasi molar yang muncul dalam rumus, rumus ini dapat dinamakan tetapan kesetimbangan, dengan lambing Kc . Tetapi, pada umumnya digunakan istilah dan lambing khusus. Rumus tetapan kesetimbangan yang menggambarkan kesetimbangan antara senyawa ion yang sedikit larut dengan ion-ionnya dalam larutan berair dinamakan tetapan hasil kali kelarutan, disingkat Ksp. (Petrucci, 1987)Persamaan reaksi kesetimbangan secara umum dapat dituliskan sebagai berikut :AxBy(s) xA+y(aq) + yB-x(aq)Ksp. AmBn = [ A+x ]y [ B-y ]x(2.4)Dimana : x,y = koefisien reaksiKsp = tetapan hasil kelarutan[A+y]= molaritas ion A+y (M)[B-x] = molaritas ion B-x (M)

Tabel 1. Tetapan Hasil Kali Kelarutan Pada Suhu 25 C.

IodidaKsp

AgIO3 3,1 x 108

CuIO3 1,4 x 107

Pb(IO3)2 2,6 x 1013

AgI 1,5 x 1016

CuI 5,1 x 1012

PbI2 1,4 x 108

Hg2I2 1,2 x 1028

FlouridaKsp

BaF21,7 x 106

CaF23,9 x 1011

MgF26,6 x 109

PbF23,6 x 108

SrF22,8 x 109

BromidaKsp

AgBr 7,7 x 1013

CuBr 4,2 x 108

Hg2Br2 1,3 x 1021

KromatKsp

Ag2CrO4 2,4 x 1012

BaCrO4 2,1 x 1010

PbCrO4 1,8 x 1014

OksalatKsp

CuC2O42,9 x 108

FeC2O42,1 x 107

MgC2O48,6 x 105

PbC2O42,7 x 1011

SrC2O45,6 x 108

KloridaKsp

AgCl 1,6 x 1010

CuCl1,0 x 106

Hg2Cl22 x 1018

HidroksidaKsp

AgOH 1,5 x 108

Al(OH)3 3,7 x 1015

Fe(OH)3 1,1 x 1036

Fe(OH)2 1,6 x 1014

Mg(OH)2 1,2 x 1011

Mn(OH)22 x 1013

Zn(OH)24,5 x 1017

SulfatKsp

BaSO41,1 x 1010

CaSO42,4 x 105

PbSO41,1 x 108

KarbonatKsp

Ag2CO3 6,2 x 1012

BaCO3 8,1 x 109

CaCO3 8,7 x 109

PbCO3 3,3 x 1014

MgCO3 4,0 x 105

SrCO3 1,6 x 109

Oxtoby, 2001, hlm. 348

Nilai Ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan, apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan membandingkan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan, kriterianya adalah sebagai berikut :1. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dengan koefisiennya masing-masing kurang dari nilai Ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan.2. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya masing-masing sama dengan nilai Ksp maka kelarutannya tepat jenuhnamun tidak terjadi endapan.3. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai Ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan.(Syukri, 1999).

2.3 Hubungan antara Kelarutan dan Hasil Kali KelarutanSecara percobaan, Ksp dapat menentukan kelarutan, kelarutan dapat pula dihitung dari table Ksp. Tetapi tersirat satu anggapan dalam perhitungan 2-1, yaitu bahwa zat terlarut terurai menjadi kation dan anion bebas, dan ion-ion tersebut tidak berasiosiasi menjadi spesies yang lebih kompleks. Contoh 2-1 hitunglah kelarutan molar dari Ag2CrO4 dalam air pada 25CAg2CrO4 (p) 2 Ag+ (aq) + CrO42-(aq) Ksp = 2.4 10-12Dua mol Ag+ dan satu mol ion CrO42- muncul dalam larutan jenuh untuk setiap mol Ag2CrO4 yang larut. Jika S menyatakan banyaknya mol Ag2CrO4 yang dilarutkan per liter larutan jenuh, maka pada kesetimbangan [Ag+] = 2S [CrO42-] = SHasil kali kelarutan harus berhbungan dengan konsentrasi-konsentrasi tersebut.Ksp = [Ag+]2[CrO42-] = (2S)2(S) = 2.4 10-124S3 = 2.4 10-12S3 = 0.60 10-12S = (0.60)1/3 10-4 = 0.84 10-4S = kelarutan molar = 8.4 10 -5 mol Ag2CrO4/L (Petrucci, 1987)KarenasdanKspsama-sama dihitung pada larutan jenuh, maka antarasdanKsp ada hubungan yang sangat erat. Jadi, nilaiKspada hubungannya dengan nilais. Secara umum hubungan antara kelarutan (s) dengan tetapan hasil kali kelarutan (Ksp) untuk larutan elektrolit AxBydapat dinyatakan sebagai berikut.

Sehingga, A x By x A+y + y B-x Kelarutan s M x.s y.s Maka : Ksp. AxBy = [A+y ]x [B-x ]y (2.5) = ( s) (y s)y = . yy s(x+y) jadi, S = (2.6) x dan y adalah koefisien dari ion-ion.

2.4 Hubungan antara Hasil Kali Kelarutan Termodinamika dan StoikiometriBila senyawa yang sukar larut diendapkan dari larutannya, maka kekuatan ion larutan biasanya akan lebih tinggi daripada kekuatan ion air karena hadirnya hadirnya berbagai elektrolit yang timbul dari pengerjaan awal, dan akibat dari kelebihan zat pengendap yang ditambahkan. Meningkatnya kekuatan ion akan meningkatkan kelarutan endapan karena terjadinya pengaruh garam. Peningkatan kelarutan ini biasanya cukup kecil sehingga dapat diabaikan, karena dapat diimbangi oleh pengaruh ion senama, tapi peningkatan kelarutan itu dapat dihitung denagan mudah.Sementara itu, keaktifan dan kepekatan larutan dihubungkan dengan persamaan seperti berikut :{X} = [X]fx(2.7)Di sini fx adalah koefisien keaktifan zat X. bila persamaan (2.7) ini dimasukkan ke dalam persamaan (2.4), maka akan diperoleh hubungan antara hasil kali kelarutan termodinamika dan hasil kali kelarutan stoikiometri seperti berikut :KspT,AxBy = [A]x[B]yfAx fBy = KspC,AxBy. fAx fBy(2.8)AtauKspC,AxBy = KspT,AxBy / fAx fBy(2.9)Atau dalam bentuk logaritma :p KspC,AxBy = p KspT,AxBy + x log fA + y log fB(2.10)Jika koefisien keaktifan dalam persamaan (2.10) di peroleh melalui persamaan Debye-Huckel, yakni:

maka hubungan antara kedua hasil kali kelarutan itu dengan kekuatan ion menjadi :p KspC,AxBy = p KspT,AxBy (2.11)(Harizzul Rivai, 1994)

2.5 Pengaruh Ion Senama dan Ion Tak Senama Terhadap Kelarutan2.5.1 Pengaruh Ion SenamaDalam larutan jenuh Ag2CrO4terdapat kesetimbangan antara Ag2CrO4padat dengan ion Ag+dan ion CrO42. Apa yang terjadi jika ke dalam larutan jenuh tersebut ditambahkan larutan AgNO3atau larutan K2CrO4? Penambahan larutan AgNO3atau K2CrO4akan memperbesar konsentrasi ion Ag+atau ion CrO42dalam larutan. Sesuai asas Le Chatelier tentang pergeseran kesetimbangan, penambahan konsentrasi ion Ag+atau ion CrO42akan menggeser kesetimbangan ke kiri. Akibatnya jumlah Ag2CrO4yang larut menjadi berkurang. Jadi dapat disimpulkan bahwaion senama memperkecil kelarutan.(Keenan, 1991) itu artinya, Kelarutan zat dalam larutan yang telah mengandung elektrolit lain dengan ion yang sama dengan salah satu ion zat tersebut, akan lebih kecil dari kelarutan zat dalam air murni. Yang tidak berubah adalah Ksp zat tersebut. Maka pengaruh adanya ion senama adalah : memperkecil kelarutan zat yang sukar larut, dan makin besar konsentrasi ion sejenis, makin kecil kelarutannya. 2.5.2 Pengaruh Ion Tak SenamaKehadiran ion tak senama cenderung meningkatkan (bukan menurunkan) kelarutan. Jika konsentrasi ion total dalam larutan meningkat, gaya tarik antar ion menjadi lebih nyata. Aktivitas (konsentrasi efektif) menjadi lebih kecil dibanding konsentrasi stoikiometri atau terukurnya. Untuk ion yang terlibat dalam proses pelarutan, ini berarti bahwa konsentrasi yang lebih tinggi harus terjadi sebelum kesetimbangan tercapai, dengan kata lain, kelarutan meningkat. Pengaruh ion tak senama lebih dikenal dengan istilah pengaruh garam. (Petrucci, 1987) Maka pengaruh adanya ion tak senama adalah : meningkatkan kelarutan zat yang sukar larut, dan makin kecil konsentrasi ion sejenis, makin besar kelarutannya. 2.5.3 Faktor Lain yang Mempengaruhi kelarutanDalam perhitungan yang dilakukan sejauh ini, kita menganggap bahwa semua zat yang terlarut berada dalam larutan sebagai kation dan anion yang terpisah, dalam banyak hal anggapan ini tidak berlaku. Misalnya, dalam larutan jenuh magnesium fluoride, pasangan ion yang terdiri dari satu ion Mg2+ dan satu ion F- atau MgF+, mungkin ditemukan. Apabila pembentukan pasangan ion terjadi dalam larutan, konsentrasi ion bebas cenderung menurun. Banyaknya zat yang harus dilarutkan untuk mempertahankan konsentrasi ion bebas yang diperlukan untuk memenuhi rumus Ksp meningkat : kelarutan meningkat apabila terjadi pembentukan pasangan ion dalam larutan. Walaupun dalam beberapa kasus pembentukan pasangan ion sangat nyata (terutama untuk zat yang kelarutannya sedang dan menghasilkan ion bermuatan tinggi), masalah ini tidak akan dipertimbangkan dalam kesetimbangan kelarutan. Dengan demikian dapatlah dipahami adanya penyimpangan antara kenyataan dan perhitungannya. (Petrucci, 1987)2.6 Pengaruh Reaksi Samping pada Kesetimbangan Reaksi Pengendapan Proses pengendapan merupakan proses pemisahan yang mudah, cepat dan murah. Pada prinsipnya pemisahan unsur - unsur dengan cara pengendapan karena perbedaan besarnya harga hasil kali kelarutan (solubility product constant/KSp). Proses pengendapan adalah proses terjadinya padatan karena melewati besarnya KSp, yang harganya tertentu dan dalam keadaan jenuh. Untuk memudahkan, KSp diganti dengan pKSp = fungsi logaritma = - log KSp merupakan besaran yang harganya positip dan lebih besar dari nol, sehingga mudah untuk dimengerti (Suyanti, et al.,2008).Reaksi paralel atau reaksi samping (competitive reaction) yaitu dari reaktan yang sama dihasilkan produk yang berbeda melalui jalur reaksi yang berbeda pula.

k1Contoh :

k1k2ARR

k2 atauAASSContoh reaksi paralel yang cukup terkenal pada skala industri adalah reaksi oksidasi terhadap etilen akan dihasilkan produk yang diinginkan adalah etilen oksid sementara selama terjadi reaksi oksidasi sebagian etilen terbakar sempurna dan dihasilkan produk yang tidak diinginkan adalah uap air dan karbon dioksida.C2H4+ O2C2H4OC2H4+3 O22CO2+2 H2O (Mining Harsanti, 2012 )Tidak seperti pengaruh kekuatan ion yang dapat diabaikan, pengaruh reaksi-reaksi samping pada kesetimbangan reaksi pengendapan bias menjadi cukup besar sehingga kadang-kadang malahan dapat mencegah terjadinya pengendapan sama sekali. Pengaruh ini dapat dihitung dengan memakai koefisien reaksi samping, , dan hasil kali kelarutan bersyarat.Hasil kali kelarutan bersyarat dapat dirumuskan sebagai berikut:KSP,MmNn = [M]m [N]n = [M]m [N]n . mM nN = KSP,MmNn . mM nN (2.12)Dalam bentuk logaritma Persamaan (2.12) dapat ditulis seperti berikut :pKSP, MmNn = pKSP, MmNn m log M n log N (2.13) ( Harrizul Rivai, 1994 )Dari perhitungan diatas dapat memperlihatkan bahwa kelarutan dan hasil kelarutan endapan mempunyai harga yang tinggi, sehingga endapan akan larut dalam pelarutnya. Jika hasil kali kelarutan bersyarat ini jauh lebih besar daripada satu maka senyawa yang akan diendapkan tidak dapat terendapkan, namun hal ini bergantung pada nilai KSP senyawa tersebut.2.7 Pengaruh Kelebihan Zat PengendapPengendapan dilakukan sedemikian rupa sehingga memudahkan proses pemisahan, misalnya: Ag diendapkan dengan AgCl. Aspek yang penting dan perlu diperhatikan pada metode tersebut adalah endapannya mempunyai kelarutan yang kecil sekali dan dapat dipisahkan secara filtrasi. Pada temperatur tertentu, kelarutan zat pada pelarut tertentu didefinisikan sebagai jumlahnya jika dilarutkan pada pelarut yang diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai kesetimbangan dengan pelarut itu. Hal ini tergantung pada ukuran partikel. Larutan lewat jenuh adalah larutan dengan konsentrasi zat terlarut lebih besar dibandingkan dengan keadaan kesetimbangan pada suhu tertentu. Contoh reaksi pengendapan dengan pereaksi AgNO3:NaCl(aq) + AgNO3 AgCl(s) + NaNO3 (Utami, 2008).Bila suatu endapan memisah dari dalam suatu larutan, endapan itu tak selalu sempurna murninya, mungkin mengandung berbagai jumlah zat pengotor, bergantung pada sifat endapan dan kondisi pengendapan. Kontaminasi endapan oleh zat-zat yang secara normal larut dalam cairan induk dinamakan kopresipitasi. Kita harus membedakan dua jenis kopresipitasi yang penting. Yang pertama adalah yang berkaitan dengan adsorpsi pada permukaan partikel yang terkena larutan, dan yang kedua adalah yang sehubungan dengan oklusi zat asing sewaktu proses pertumbuhan kristal dari partikel-partikel primer.Mengenai adsorpsi permukaan (adsorpsi adalah suatu proses yang terjadi ketika suatu fluida, cairan maupun gas, terikat kepada suatu padatan atau cairan (adsorben) dan akhirnya membentuk suatu lapisan tipis (adsorbat) pada permukaannya), umumnya akan paling besar pada endapan yang mirip gelatin dan paling sedikit pada endapan dengan sifat makro-kristalin yang menonjol. Endapan dengan kisi-kisi ionik nampak mengikuti aturan adsorpsi Paneth-Fajans-Hahn, yang menyatakan bahwa ion yang membentuk garam yang paling sedikit larut. Maka pada sulfat yang sedikit larut, ion kalsium lebih utama diadsorpsi ketimbang ion magnesium, karena kalsium sulfat kurang larut ketimbang magnesium sulfat. Juga perak ionida mengardsorpsi perak asetat jauh lebih kuat dibanding perak nitrat pada kondisi-kondisi yang sebanding, karena kelarutan perak asetat lebih rendah. Deformabilitas (mudahnya diubah bentuknya) ion-ion yang diadsorpsi dan disosiasi elektrolit dari senyawaan yang diardsorpsi juga mempunyai pengaruh yang sangat besar, semakin kecil disosiasi senyawaa itu semakin besar teradsorpsinya. Maka hidrogen sulfida, suatu elektrolit lemah, sangat kuat diadsorpsi oleh sulfida logam-logam.Jenis kopresipitasi yang kedua terjadi sewaktu endapan dibangun dari pertikel-partikel primernya. Partikel primer ini akan mengalami adsorpsi permukaan sampai tingkat tertentu dan sewaktu partikel-partikel ini saling bergabung, zat pengotor itu akan hilang sebagian jika terbentuk kristal-kristal tunggal yang besar dan prosesnya berlangsung lambat, atau jika saling bergabung itu cepat mungkin dihasilkan kristal-kristal besar yang tersusun dari kristal-kristal kecil yang terikat tak erat, dan sebagian zat pengotor mungkin terbawa masuk kebalik dinding kristal besar. Jika zat pengotor ini isomorf atau membentuk larutan-padat dengan endapan, jumlah kopresipitasi mungkin akan sangat banyak, karena tak akan ada kecenderungan untuk menyisihkan zat pengotor sewaktu proses pematangan.

Pascapresipitasi (postpresipitasi) adalah pengendapan yang terjadi di atas permukaan endapan pertama sesudah ia terbentuk. Ini terjadi pada zat-zat yang sedikit larut, yang membentuk larutan lewat-jenuh, zat-zat ini umumnya mempunyai satu ion yang sama dengan salah satu ion endapan primer (endapan pertama). Maka pada pengendapan kalsium sebagai oksalat dengan adanya magnesium, magnesium oksalat berangsur-angsur memisah dari larutan dan mengendap diatas kalsium oksalat, makin lama endapan dibiarkan bersentuhan dengan larutan itu, maka makin besar sesatan yang ditimbulkan oleh penyebab ini. Efek yang serupa dapat diamati pada pengendapan tembaga (II) sulfide dalam asam klorida 0,3M dengan adanya ion-ion zink, zink sulfida dengan perlahan-lahan berpascapresipitasi.Pascapresipitasi berbeda dari kopresipitasi dalam segi:a. Kontiminasi bertambah dengan bertambah lamanya endapan dibiarkan bersentuhan dengan cairan induk pada pascapresipitasi, tetapi biasanya berkurang pada kopresipitasi.b. Pada pascapresipitasi, kontaminasi akan bertambah dengan semakin cepatnya larutan diaduk, baik dengan cara-cara mekanis ataupun termal. Pada kopresipitasi keadaannya umumnya adalah kebalikannya.c. Banyaknya kontaminasi pada pascapresipitasi dapat jauh lebih besar dari pada kopresipitasi.

2.7.1 Beberapa Endapan Organik yang PentingZat pengendap organik merupakan bahan untuk membantu proses pemisahan satu atau lebih ion anorganik dari campuran, Zat pengendap organik disebut juga regensia organik. Zat pengendap organik yang digunakan haruslah ideal, artinya pengendap organik tersebut bersifat spesifik, yaitu harus memberi endapan dengan hanya satu endapan tertentu.Beberapa pengendap organik yang telah dikenal banyak digunakan dalam analisis gravimetri seperti: 1. Dimeti glioksim (DMG) yang berguna untuk penentuan nikel. Pereaksi berlebih harus dihindari untuk menghindarkan pembentukan endapan pereaksinya sendiri. Sitrat dan tartarat digunakan sebagai pereaksi pelindung.2. 8-hidroksiquinolin berguna untuk mengendapkan beberapa logam dan dapat digunakan untuk pemisahan. Ditambahkan pada keadaan/ suasana dingin dan endapan dicuci dengan air hangat. Endapan kemudian dilarutkan dalam asam dan dititrasi.3. Asam mandelat digunakan untuk Zr. Endapan dibakar dan oksidanya ditimbang.4. Cupferon digunakan untuk pemisahan seperti besi dan titanium dari aluminium. Hal ini bermanfaat dalam kondisi asam, larutan dingin, dan endapannya dibakar kemudian ditimbang.5. Asam antranilat digunakan pada beberapa logam (untuk Cu). Biasanya sering digunakan garam natrium.6. Asam kuinaldik (untuk Cu), metode ini sensitive dengan menggunakan pereaksi pengompleks. Pada kompleks hanya dikandung 15% Cu.7. Pereaksi salisildioksim (untuk Cu). Asam tartarat digunakan sebagai masking agent. Kompleks tersebut larut dalam alcohol tetapi tidak stabil jika lebih dari 73 hari. Ditimbang sebagai Cu-salisildioksim.8. 1-nitroso-2-naftol (untuk logam Co) digunakan pada keadaan asam. Kompleks tersebut dibakar dan ditimbang sebagai Co3O4. Pereaksinya dibuat dalam asam asetat glacial dan air destilasi.[footnoteRef:3] [3: https://docs.google.com/document/d/1IEUadR_wyAVpyaLdIb0kN-IVku7BugyFm4qxqsG-6Mk/edit?hl=en&pli=1]

Pemakaian pengendap selalu berlebihan untuk mendapatkan pengendapan sempurna tetapi dapat terjadi bahwa hidroksida yang mengendap mula-mula akan larut dalam basa pengendap berlebih. Sebagai contoh, endapan Cu(OH)2 dapat larut dalam NH4OH sehingga yang terakhir ini tidak dapat digunakan sebagai pengendap untuk memperoleh endapan Cu(OH)2. Pereaksi yang tepat adalah NaOH. Sebaliknya endapan Al(OH)3 akan larut dalam basa kuat, NaOH atau KOH. Endapan Zn(OH)2 akan larut dalam basa lemah (NH4OH) atau basa kuat (NaOH/KOH), jadi senyawaan seng harus diendapkan dengan suatu garam misalnya (NH4)2HPO4. Senyawaan barium dapat diendapkan dengan H2SO4 sehingga membentuk endapan BaSO4. Pengendapan BaSO4 dapat dilakukan dengan memakai Na2SO4 (garam) sebagai pengganti asam sulfat. Endapan perak klorida juga terbentuk bila pengendap NaCl ditambahkan kedalam suatu larutan garam perak.Secara umum endapan yang berbentuk hidroksida akan terurai bila dipijarkan pada suhu tinggi membentuk oksidanya yang kemudian ditimbang (bobot tetap). Endapan seperti BaSO4 relatif sukar terurai pada suhu tinggi tetapi akan tereduksi bila ada zat pereduksi seperti C atau H2. Pereduksi C diperoleh dalam kertas saring yang dipakai sebagai penyaring. Sejumlah ion logam dapat diendapkan dengan pereaksi organik. Zat organik seperti - hidroksi kuinolina [ - kuinolinolina atau oxine (oksina)] membentuk senyawaan yang mengendap dengan ion-ion logam seperti alumunium, besi, seng, tembaga, zirkonium dan sebagainya. Zat ini hampir tak dapat larut dalam air dan bila akan dipakai sebagai pengendap maka harus dilarutkan dalam suatu pelarut organik tertentu seperti asamasetat atau metanol.[footnoteRef:4] [4: http://organiksmakma3b30.blogspot.com/2013/04/pengendapan.html]

Bila io-ion pengendap terlibat dalm pembentukan kompleks bahan dengan endapan, maka penambahan zat pengendap terlalu banyak tidak diperbolehkan karna pengaruh pembentukan kompleks akan lebih besar daripada ion senama.

14