BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK -...

21
23 BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK 2.1 Guru sebagai Tenaga Kependidikan Pada hakekatnya jabatan guru merupakan profesi tenaga pendidikan pada lembaga pendidikan. Guru adalah salah satu sumberdaya yang sangat penting dalam pengelolaan organisasi pendidikan. Pencapaian hasil pendidikan sebagaimana yang diharapkan, diperlukan kegiatan pengembangan manajemen sumberdaya guru. Masih ada anggapan bahwa jabatan tenaga kependidikan belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai profesi yang utuh, dan bahkan banyak orang berpendapat bahwa guru merupakan sebuah jabatan semi profesional atau profesi yang baru muncul (emerging profession) karena belum semua ciri profesi dapat dipenuhi (Etzioni, 1985). Namun apa yang dinyatakan Etzioni (1985) berbeda dengan jabatan guru di negara lain, termasuk profesi guru di Indonesia. Bahkan di zaman penjajahanpun status guru sudah mendapat tempat terhormat di masyarakat. Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara de jure profesi ini diakui sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Hal ini bermakna jabatan ini menuntut pendidikan yang khusus, dalam jangka waktu lama, dan memiliki kualifikasi dan keahlian khusus. Semiawan (1998) membagi profesi kependidikan ke dalam tiga hierarki, yaitu: (1) tenaga profesional, (2) tenaga semiprofesional, dan (3) tenaga paraprofesional, yang dijelaskannya bahwa tenaga profesional adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya sarjana atau setara dengan S1, dan memiliki wewenang penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengendalian pendidikan/ pengajaran.

Transcript of BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK -...

Page 1: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

23

BAB II

GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK

2.1 Guru sebagai Tenaga Kependidikan

Pada hakekatnya jabatan guru merupakan profesi tenaga pendidikan

pada lembaga pendidikan. Guru adalah salah satu sumberdaya yang sangat

penting dalam pengelolaan organisasi pendidikan. Pencapaian hasil

pendidikan sebagaimana yang diharapkan, diperlukan kegiatan

pengembangan manajemen sumberdaya guru. Masih ada anggapan bahwa

jabatan tenaga kependidikan belum sepenuhnya dapat dikategorikan sebagai

profesi yang utuh, dan bahkan banyak orang berpendapat bahwa guru

merupakan sebuah jabatan semi profesional atau profesi yang baru muncul

(emerging profession) karena belum semua ciri profesi dapat dipenuhi

(Etzioni, 1985).

Namun apa yang dinyatakan Etzioni (1985) berbeda dengan jabatan

guru di negara lain, termasuk profesi guru di Indonesia. Bahkan di zaman

penjajahanpun status guru sudah mendapat tempat terhormat di masyarakat.

Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara de jure profesi ini

diakui sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005

tentang Guru dan Dosen. Hal ini bermakna jabatan ini menuntut pendidikan

yang khusus, dalam jangka waktu lama, dan memiliki kualifikasi dan keahlian

khusus.

Semiawan (1998) membagi profesi kependidikan ke dalam tiga

hierarki, yaitu: (1) tenaga profesional, (2) tenaga semiprofesional, dan (3)

tenaga paraprofesional, yang dijelaskannya bahwa tenaga profesional adalah

tenaga kependidikan yang berkualifikasi pendidikan sekurang-kurangnya

sarjana atau setara dengan S1, dan memiliki wewenang penuh dalam

perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pengendalian pendidikan/ pengajaran.

Page 2: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

24

Tenaga kependidikan yang termasuk dalam kategori ini juga berwenang

membina tenaga kependidikan yang lebih rendah jenjang profesionalnya,

misalnya guru senior membina guru yang lebih junior. Namun dengan

berjalannya waktu yang menuntut adanya standardisasi tenaga kependidikan,

maka tenaga kependidikan untuk jenjang SD diasuh oleh guru yang sekarang

berpendidikan S1, tenaga kependidikan untuk jenjang SMP/SMA/SMK diasuh

oleh guru yang berijasah S1, tenaga kependidikan jenjang pendidikan S1

diasuh guru yang sudah berpendidikan S2, tenaga kependidikan S2 harus

diasuh oleh guru yang berpendidikan S3, dan tenaga kependidikan S3 harus

diasuh oleh guru yang berpendidikan S3 dan memiliki jenjang akademik guru

besar (profesor).

Tenaga semiprofesional merupakan tenaga kependidikan yang

berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D III atau setara yang

berwenang mengajar secara mandiri, tetapi harus melakukan konsultasi

dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi profesionalnya, baik dalam

merencanakan, melaksanakan, menilai maupun mengendalikan pengajaran.

Tenaga paraprofesional merupakan tenaga kependidikan yang berkualifikasi

pendidikan D II ke bawah, yang memerlukan pembinaan dalam perencanaan,

pelaksanaan, penilaian, dan pengendalian pendidikan/pengajaran. Dengan

demikian, tenaga kependidikan yang belum mencapai S1 termasuk dalam

kategori guru yang belum profesional. Oleh sebab itu, bagi tiap guru dituntut

memiliki profesionalisme yang tinggi, yang diatur dalam undang-undang

bahwa pekerjaan kependidikan merupakan profesi yang menuntut

profesionalisme penuh dalam bidang tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Uwes (2003) mengemukakan tiga bidang yang harus dikuasai oleh

guru yang profesional dalam menjalani profesinya, yaitu: (1) ahli dalam bidang

pengajaran, (2) terampil dalam bidang penelitian, dan (3) memiliki kompetensi

dalam pengabdian kepada masyarakat. Selain dari tiga bidang tersebut, guru

juga harus memiliki kemampuan memberi bimbingan kepada siswa dan

melaksanakan tugas administrasi lainnya. Timbulnya maksud tersebut antara

lain terungkap dari harapan masyarakat agar semua tenaga kependidikan

meningkatkan kemampuannya dalam pemberian pelayanan tugas pengajaran

dan tugas-tugs lainnya secara lebih profesional.

Page 3: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

25

2.1.1 Apakah “Profesi” itu?

Secara etimologis, istilah “profesi” diambil dari bahasa Inggris

“profession” yang diartikan sebagai jabatan atau pekerjaan yang tetap dan

teratur untuk memperoleh nafkah, yang membutuhkan pendidikan atau latihan

khusus di bidang kependidikan dan keguruan sebagaimana tertera dalam

Webster’s New World Dictionary yaitu: “Profession is a vocation or occupation

requiring advanced training in some liberal art or science and usually involving

mental rather than manual work, as teaching, engineering, writing, etc.,

especially, medicine, law, or theology.”

2.1.2 Kriteria Suatu Profesi

Usaha suatu jenis pekerjaan atau jabatan untuk memperoleh status

dan pengakuan sebagai suatu “profession” tidaklah mudah. Demikian pula

profesi guru yang harus memenuhi kriteria tertentu. Law & Glover (2000)

mengajukan klasifikasi guru dalam 3 kategori sebagai berikut: 1) Acquisition of

specialized technique supported by a body of theory. 2) Development of career

supported by an association of colleagues. 3) Establishment of community

recognition of professional status. Ketiga kategori itu diperinci menjadi 10

kriteria bagi profesi sebagai berikut:

Kategori pertama: memiliki spesialisasi dengan latar belakang teori yang

luas, mencakup: 1) Pengetahuan umum yang luas. 2) Keahlian

khusus yang mendalam.

Kategori kedua: merupakan karir yang dibina secara organisatoris,

mencakup: 1) Keterikatan dalam organisasi profesional. 2) Memiliki

otonomi jabatan. 3) Mempunyai kode etika jabatan. 4) Merupakan

karya bakti selama hidup.

Kategori ketiga: diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai

status profesi, mencakup: 1) Memperoleh dukungan masyarakat. 2)

Mendapat pengesahan dan perlindungan hukum. 3) Mempunyai

persyaratan kerja yang sehat. 4) Mempunyai jaminan hidup yang

layak.

Page 4: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

26

Dihubungkan dengan pekerjaan atau jabatan guru di Indonesia,

apakah jika sudah memenuhi kriteria tersebut, dapatkah jabatan guru disebut

sebagai “profesi”?

2.1.3 Profesionalisasi Jabatan Guru

Bagi profesi guru di Indonesia yang pembinaannya pertama-tama

oleh dan dari guru yang bersangkutan, hendaklah senantiasa berjuang agar

terpenuhi kriteria profesional tersebut, serta berusaha terus meningkatkannya.

Perjuangan dan usaha ke arah terpenuhinya kriteria profesional tersebut, serta

terwujudnya syarat-syarat menjadi guru sebagaimana diuraikan di muka,

merupakan kegiatan-kegiatan dalam rangka profesionalisasi jabatan atas

pekerjaan guru. Dalam rangka ini organisasi profesional di bidang

Kependidikan atau Pendidikan (seperti PGRI/Persatuan Guru Republik

Indonesia dan lain-lain) perlu mengintensifkan usahanya dalam

memprofesionalisasikan jabatan guru daripada memperpolitisasikannya.

2.2 Profesionalisme Guru

2.2.1 Pengertian Profesionalisme

Istilah profesionalisme berasal dari kata professional yang dasar

katanya adalah profession. Menurut Purwanto (2002) profesional berarti

persyaratan yang memadai sebagai suatu profesi. Tilaar (1999) menyatakan

pengertian profesional memiliki tiga makna yaitu: (1) sesuatu yang

bersangkutan dengan profesi, (2) memerlukan kepandaian khusus untuk

menjalankannya, (3) mengharuskan adanya pembayaran untuk melakukannya

(lawan dari amatir). Supriyadi (1998) dan Danim (2002) menyatakan kata

profesional merujuk pada dua hal, yaitu: 1) Orang yang menyandang suatu

profesi, orang yang biasanya melakukan pekerjaan secara otonom dan

mengabdikan diri pada pengguna jasa disertai rasa tanggung jawab atas

kemampuan profesionalnya, atau penampilan seseorang yang sesuai dengan

ketentuan profesi. 2) Kinerja atau performance seseorang dalam melakukan

pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Pada tingkat tinggi, kinerja itu

dimuati unsur-unsur kiat atau seni (art) yang menjadi ciri tampilan profesional

seorang penyandang profesi.

Page 5: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

27

Usman (2001) menyatakan istilah profesional dapat diartikan sebagai

“Usaha untuk menjalankan salah satu profesi berdasarkan keahlian dan

keterampilan yang dimiliki seseorang, maka ia mendapat imbalan pembayaran

berdasarkan standar profesi”. Selanjutnya istilah profesi dapat diketahui dari

empat sumber makna, yaitu makna etimologi, makna terminologi, makna

sosiologi, dan makna ideologi yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Secara etimologi, profesi berasal dari bahasa Inggris profession atau

dalam bahasa Latin profecus, yang artinya mengakui, pengakuan,

menyatakan mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu.

2) Secara terminologi, profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang

mensyaratkan pendidikan tinggi bagi pelakunya yang penekanannya

pada pekerjaan mental, bukan pekerjaan manual. Kemampuan mental

disini menurut Danim (2002) adalah “adanya persyaratan pengetahuan

teoretis sebagai instrumen untuk melakukan perbuatan praktis.” Merujuk

pada definisi ini, pekerjaan yang menggunakan keterampilan manual

atau jasmaniah, meskipun tarafnya tinggi tidak digolongkan dalam

profesi.

3) Secara sosiologi Carr-Saunders (dalam Law & Glover, 2000)

mengemukakan bahwa: “Profession may perhaps be defined as an

occupation based upon specialized intellectual study and training. The

purpose of which is to supply skilled service or advice to other for definite

fee or salary. Pakar sosiologi lainnya Millerson dalam Whitty (2006)

menyebutkan bahwa seorang profesional: (1) “… the use a skills based

in theoretical knowledge, (2) education and training in those skills

certified by examination, (3) a code of professional conduct oriented

towards the “public good”, (4) a powerful professional organization.

4) Sedangkan Law & Glover (2000) memberikan batasan berikut: “.... that a

profession is vocation of some practice is founded upon an

understanding of theoretical structure of some department of learning or

science. Menurut Purwanto (2002): “Profesi menunjukkan suatu

kepercayaan (to profess means to trust), bahkan suatu keyakinan

Page 6: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

28

(to belief in) atas suatu kebenaran (ajaran agama) atau kredibilitas

seseorang, dan menunjukkan suatu pekerjaan atau urusan tertentu

(a particular business).” Law & Glover (2000) mempersepsikan bahwa

profesi itu hanya merupakan jenis model atau tipe pekerjaan ideal saja,

karena dalam realitanya bukanlah hal yang mudah untuk

mewujudkannya,” namun tetap dapat diwujudkan, bila dilakukan dengan

sungguh-sungguh.

5) Secara ideologi pekerjaan profesi menekankan pada tanggungjawab dan

pelayanan tertentu, bukan sekedar pekerjaan yang mendatangkan

keuntungan pribadi. Ada kode etik yang memberi pertimbangan secara

otomatis dalam membedakan pekerjaan mana yang tergolong pekerjaan

profesi dan mana yang bukan, serta diantara para praktisi profesional

diikat dalam suatu organisasi profesi dengan cakupan yang luas.

Rumusan definisi profesi yang singkat dan sederhana ini

mengandung sejumlah makna yang masih perlu dikaji lebih lanjut agar dapat

dipahami. Menurut Makmun (1996) ada beberapa komponen yang terkandung

dalam definisi profesi, yaitu: (1) pernyataan atau janji yang terbuka, (2)

mengandung unsur pengabdian, dan (3) suatu jabatan atau pekerjaan.

Blackington dalam Makmun (1996) menyatakan suatu profesi digambarkan

secara sederhana sebagai lapangan kerja yang terorganisir, tidak diragukan

karena fungsi dari kinerja yang sudah sepenuhnya mendapat pengakuan.

Dari definisi yang telah dikemukakan di atas penulis menyimpulkan

bahwa yang dimaksud dengan profesi adalah suatu jenis pekerjaan yang

bukan dilakukan dengan mengandalkan kekuatan fisik, tetapi menuntut

pendidikan yang tinggi bagi orang-orang yang memasukinya, serta dilandasi

oleh ilmu dan keterampilan khusus dan mendapat pengakuan dari orang lain.

Selanjutnya patut kiranya dikemukakan istilah profesionalisme. Istilah

ini diangkat dari bahasa Inggris professionalism yang secara leksikal berarti

“sifat-sifat profesional” (Danim, 2002). Anoraga & Suyati (1995) menyatakan

“profesionalisme merupakan perilaku, tujuan atau rangkaian kualitas yang

menandai atau melukiskan coraknya suatu profesi.” Profesionalisme

Page 7: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

29

mengandung pengertian menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau

sebagai sumber kehidupan. Hammer, et al (2003) mendefinisikan

profesionalisme sebagai: “the conduct, aims or qualities that characterize or

mark a profession or professional person”.

Sebagaimana dinyatakan oleh Makmun (1996) bahwa

profesionalisme guru mengandung unsur kepribadian, keilmuan dan

keterampilan. Dengan demikian kemampuan profesional tentu saja meliputi

ketiga unsur tersebut walaupun tekanan yang lebih besar terletak pada unsur

keterampilan sesuai dengan peran yang dikerjakan. Karenanya Danim (2002)

menyatakan “manusia profesional memiliki beberapa sifat yang berbeda

dengan manusia yang tidak profesional meskipun berada pada pekerjaan dan

di ruangan kerja yang sama.”

Supriyadi (1998) menyatakan istilah profesionalisme merujuk pada

derajad penampilan individu sebagai seorang profesional atau penampilan

pekerjaan sebagai sebuah profesi. Oleh karenanya profesionalisme dapat

dimaknai sebagai mutu dan tindak-tanduk yang merupakan ciri dari sebuah

profesi atau ciri orang yang profesional. Sahertian (1994) berpendapat

profesionalisme berkaitan dengan komitmen para penyandang profesi tersebut

untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya secara terus-menerus,

mengembangkan strategi baru dalam bertindak melalui proses pembelajaran

yang berkelanjutan. Pendapat senada dikemukakan Whitty (2006) yang

menyatakan: “professionalism ... commitment to the occupational organization,

and dedication to being master knowledge and skillfull provider of service

stemming from the knowledge upon which the occupation is based.”

Sementara itu Friedson dalam Whitty (2006) mendefinisikan: “professionalism

as commitment to professional deal and career. Dalam The American Heritage

Dictionary yang dikutip Danumihardja (2003) dinyatakan bahwa:

“Profesionalisme merupakan status, metode, karakteristik, atau standar

tertentu untuk menghasilkan dan/atau ukuran bagi kualitas karya, produk dan

jasa yang dihasilkan oleh seorang yang profesional di dalam menjalankan

tugas di bidangnya.”

Page 8: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

30

Akhirnya disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengertian

profesionalisme adalah semua sifat yang mencirikan kinerja dari seorang

profesional dalam melaksanakan profesinya. Pencapaian derajad

profesionalisme yang tinggi, membutuhkan profesionalisasi.

Danumihardja (2003) dan Danim (2002) menyatakan ada tujuh

tahapan menuju status profesional, yang dirangkum sebagai berikut:

Pertama, penentuan spesialisasi bidang pekerjaan sesuai dengan

pengetahuan dan keterampilan khusus yang dimiliki oleh

seseorang.

Kedua, penentuan tenaga ahli yang memenuhi persyaratan untuk

menjalankan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan khusus yang

dimiliki oleh tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya.

Ketiga, penentuan pedoman sebagai landasan kerja disebut sebagai standar

perilaku tenaga kerja dalam menjalankan pekerjaannya, yang

disebut sebagai etika kerja.

Keempat, peningkatan kreativitas kerja sebagai usaha menciptakan sesuatu

yang lebih baik bagi profesi itu sendiri maupun bagi masyarakat

yang membutuhkan pelayanannya.

Kelima, penentuan tanggungjawab profesional di dalam menjalankan

pekerjaannya.

Keenam, pembentukan organisasi kerja untuk mengatur tenaga kerja yang

terdapat dalam organisasi.

Ketujuh, memberikan pelayanan pada masyarakat dan penilaian dari

pengguna jasa untuk menentukan pelayanan kerja sebagai

pelayanan profesional.

2.2.2 Karakteristik Profesionalisme

Uraian tentang profesi, profesional, profesionalisme dan

profesionalisasi yang sebenarnya sudah memberi gambaran secara nyata

tentang sifat khas atau karakteristik dari profesi. Telaah tentang karakteristik

Page 9: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

31

profesi telah banyak dilakukan para pakar yang meminatinya, namun menurut

Law & Glover (2000) “Tidak ada kesimpulan hasil kajian para pakar tersebut

mengenai perangkat karakteristik sebuah profesi.”

Kualitas kerja yang prima, pelayanan yang memuaskan, jaminan

ketetapan dan kecepatan waktu, kesetiaan dan kecintaan pada profesi adalah

beberapa contoh karakteristik profesionalisme dalam sektor publik/bisnis dan

kehidupan sehari-hari (Simamora, 1997). Ornstein & Levine dalam Soetjipto

dan Kosasi (1999) menyatakan paling sedikit ada 14 karakteristik jabatan atau

pekerjaan yang layak disebut sebagai sebuah profesi. Karakteristik umum

sebuah jabatan yang layak disebut profesi adalah:

1) Melayani masyarakat, merupakan faktor karir yang akan dilaksanakan

sepanjang hayat (tidak ganti-ganti pekerjaan).

2) Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu di luar jangkauan

khalayak ramai (tidak tiap orang dapat melakukan).

3) Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktik (teori baru

dikembangkan dari hasil penelitian).

4) Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.

5) Terkendali berdasarkan lisensi baku dan atau mempunyai persyaratan

masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau

ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya).

6) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu

(tidak diatur oleh orang luar).

7) Menerima tanggungjawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk

kerja yang ditampilkan berhubungan dengan layanan yang diberikan

(langsung, bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai

sekumpulan unjuk kerja yang baku.

8) Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan

terhadap layanan yang akan diberikan.

9) Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya; relatif bebas

dari supervisi dalam jabatan (misalnya dokter memakai tenaga

administrasi bagi klien, sementara tidak ada supervisi dari luar pekerjaan

dokter itu sendiri).

Page 10: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

32

10) Mempunyai organisasi yang diatur anggota profesi sendiri.

11) Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok “elite” untuk mengetahui

dan mengakui keberhasilan anggota, misalnya keberhasilan tugas dokter

dievaluasi dan dihargai organisasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI), bukan

Departemen Kesehatan.

12) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan/

menyangsikan yang berkait layanan yang diberikan.

13) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari public dan kepercayaan

diri tiap anggota (anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu

tentang penyakit pasien yang dilayaninya).

14) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibandingkan

dengan jabatan lainnya).

Whitty (2006) mengemukakan bahwa guru atau guru yang

profesional memiliki beberapa kriteria yaitu:

1) To have high expectations of themselves and of all pupils.

2) To accept accountability.

3) To take personal and collective responsibility for improving their skills and

subject knowledge.

4) To seek to base decisions on evidence of what works in schools in the

United Kingdom and internationally.

5) To work in partnerships with other staff in schools.

6) To welcome the contribution that parent, business and others outside a

school can make to its success, and

7) To anticipate change and promote innovation.

Selanjutnya Hammer et al (2003) mengemukakan karakteristik

profesional sebagai berikut:

1) Use of the professional organization as a major reference, that is, using

professional colleagues as the major source of professional ideas and

judgments in practice.

Page 11: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

33

2) Belief in service to the public, that is, one's professional practice is

indispensable to society and benefits the public.

3) Belief in self-regulation, that is, one's peers are the best qualified to judge

one's work.

4) Sense of calling to the field, that is, dedication to the profession

regardless of extrinsic rewards.

5) Autonomy, that is, one can make professional decisions without external

pressures from clients, non-professionals, and employers.

Tidak berbeda jauh dengan karakteristik tersebut di atas, Sanusi dkk.

(1991) mengemukakan ciri utama jabatan yang layak disebut sebagai profesi

itu sebagai berikut:

1) Jabatan yang memiliki fungsi dan signifikansi sosial yang menentukan

(crusial).

2) Jabatan yang menentukan keterampilan/keahlian tertentu.

3) Keterampilan/ keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui

pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode ilmiah.

4) Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas,

sistematik, eksplisit yang bukan hanya sekedar pendapat khalayak

umum.

5) Jabatan itu memerlukan pendidikan di pendidikan tinggi dengan waktu

yang cukup lama.

6) Proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan

sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.

7) Dalam memberikan layanan kepada masyarakat, anggota profesi itu

berpegang teguh pada kode etik yang dikendalikan oleh organisasi

profesi.

8) Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberi judgement

terhadap masalah profesi yang dihadapinya.

9) Dalam praktik melayani masyarakat, anggota profesi otonom dan bebas

dari campur tangan orang luar.

Page 12: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

34

10) Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi di masyarakat, dan oleh

karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.

Sementara itu Law & Glover (2000) mengajukan beberapa unsur

essensial profesi, yaitu: ”Suatu dasar teori sistematis, adanya kewenangan

yang diakui oleh klien; sanksi dan pengakuan masyarakat atas kewenangan

ini, adanya kode etik yang mengatur hubungan dari orang-orang profesional

dengan klien dan teman sejawat, dan adanya kebudayaan profesi atau nilai-

nilai, norma, dan lambang-lambang.

Kochman dalam Usman (2001) memberikan 12 kriteria pekerjaan

yang bersifat profesi, yaitu:

1) Membutuhkan persiapan yang relatif lama dan menjurus.

2) Disertai beberapa kegiatan intelektual yang ulung dan anggota memiliki

pengetahuan dan kecakapan mengkhusus.

3) Menentukan standar relatif tinggi untuk diterima sebagai anggota profesi.

4) Pekerjaannya merupakan karir seumur hidup.

5) Diwakili oleh organisasi-organisasi profesi yang efektif.

6) Mempunyai otonomi yang luas dan dalam banyak hal menentukan

standarnya sendiri.

7) Berbakti untuk perluasan pengetahuan dalam bidangnya.

8) Memberikan prioritas yang tinggi pada pelayanan.

9) Mengutamakan perbaikan diri dan perkembangan dalam usaha-usaha

pelayanan.

10) Melindungi kesejahteraan anggotanya.

11) Membutuhkan ijin atau sertifikat untuk berpraktik.

12) Mendasarkan praktiknya pada prinsip etik yang dirumuskan dengan

jelas.

Selanjutnya Law & Glover (2000) mengulas khusus pendapat

Lieberman yang menggambarkan beberapa karakteristik dari profesi. Menurut

Lieberman profesi merupakan jenis pelayanan atau pekerjaan yang khas,

Page 13: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

35

bersifat definitive yakni jelas batas cakupan bidang garapannya, serta

merupakan jenis layanan yang sangat penting atau amat dibutuhkan oleh

kliennya, mendapatkan pengakuan masyarakat (a unique, definite, and

essential service, public acceptance).

Berbagai karakteristik yang dikemukakan para pakar, khususnya

tenaga kependidikan dipandang memenuhi semua sifat profesional. Sutisna

(1991) mengutip pendapat More menyebutkan ciri seorang profesional itu

adalah:

1) Menggunakan waktu penuh untuk menjalankan pekerjaan.

2) Terikat oleh panggilan hidup dan dalam hal ini memperlakukan

pekerjaannya sebagai perangkat norma kepatuhan dan perilaku.

3) Anggota organisasi profesional yang formal.

4) Menguasai pengetahuan yang berguna dan keterampilan atas dasar

latihan spesialisasi atau pendidikan yang khusus.

5) Terikat oleh syarat kompetensi, kesadaran prestasi dan pengabdian.

6) Memperoleh otonomi berdasarkan spesialisasi teknis yang tinggi sekali.

Schien dalam Law & Glover (2000) mengemukakan kriteria pekerja

profesional sebagai berikut:

1) Bekerja full-time di bidang profesinya dan sebagai sumber penghidupan.

Di sini secara implisit suatu pengertian bahwa seorang profesional tidak

boleh bekerja lebih banyak diluar dan menomorduakan tugas utamanya.

2) Memiliki motivasi yang kuat untuk bekerja dalam bidangnya, yang

merupakan dasar bagi pilihan jabatan tersebut, sehingga jabatan itu

dikerjakan dengan sepenuh hati.

3) Memiliki pengetahuan khusus dan keterampilan yang diperolehnya

dalam pendidikan yang cukup lama.

4) Membuat keputusan dalam tindakannya demi kepentingan klien, bukan

untuk kepentingan dirinya sendiri atau untuk kepentingan organisasi atau

golongannya. Ia harus bekerja tanpa pamrih.

Page 14: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

36

5) Berorientasi pelayanan kepada klien, dan yang ia pentingkan adalah

bagaimana dapat melayani siswa dengan sebaik-baiknya demi kemajuan

siswa itu sendiri. Seorang profesional adalah seorang yang mengabdi

kepada tugasnya.

6) Pelayanannya berdasarkan atas kebutuhan objektif klien. Tidak boleh

ada motif lain tersembunyi di dalamnya. Keduanya, yaitu klien dan

petugas profesional harus jujur dan terbuka, serta dapat menciptakan

hubungan yang selaras demi kemajuan klien.

7) Mempunyai otonomi dalam bertindak mengenai apa yang baik bagi klien.

Ia adalah orang yang lebih tahu tentang apa yang baik bagi klien

daripada klien itu sendiri.

8) Menjadi anggota organisasi profesi yang diseleksi melalui ukuran

tertentu seperti standar pendidikan, atau ukuran lain yang sejenis,

memiliki keahlian yang sama, dan dalam wilayah tertentu.

9) Memiliki pengetahuan yang spesifik.

10) Tidak boleh mengadvertensi keahliannya untuk mendapat pasaran luas.

Klienlah yang diharapkan berinisiatif untuk mencarinya.

Sebagaimana dikatakan oleh Lieberman dalam Law & Glover (2000)

sifat profesional ditujukan kepada pemberian pelayanan. Pelayanan

profesional itu amat menuntut kemampuan kinerja intelektual yang berbeda

dengan layanan manual. Kinerja pelayanan yang cermat secara teknis,

sehingga kelompok assosiasi profesi yang bersangkutan sangat memberikan

jaminan bahwa anggotanya dipandang mampu untuk melakukan sendiri tugas

pelayanan tersebut. Profesional itu memberikan pelayanan secara otonom,

seperti misalnya seorang guru sejak tahap awal sampai akhir dari

perencanaan dalam pengajaran sampai memberi nilai kepada siswa, atau

seorang dokter mendiagnosis sampai pemberian terapi kepada pasien.

Bila mendapat kasus yang tidak dapat ditangani sendiri ia membuat

rujukan kepada orang lain yang dianggap berwewenang atau membawa kasus

tersebut ke dalam panel diskusi. Pelayanan profesional harus mengutamakan

kepentingan orang lain, daripada mempertimbangkan kepentingan ekonomi

Page 15: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

37

yang diterimanya. Profesional harus siap memberikan pelayanan kapan saja,

di mana saja, dan kepada siapa saja baik dalam keadaan dinas maupun

dalam keadaan istirahat, baik dengan atau tanpa imbalan.

Sebagai konsekuensi dari otonomi profesi, seorang profesional akan

menerima beban tanggung jawab pribadi secara penuh akibat tindakannya

bila terjadi kekeliruan. Seorang profesional tidak dapat melemparkan tanggung

jawab kepada pihak lain, harus siap menerima sanksi dari masyarakat, atasan

atau sanksi hukum akibat kesalahannya. Karena keunikan profesi, maka

hanya anggota asosiasi yang berhak menjalankan peran itu, dan anggota

secara pribadi melalui organisasinya itu sendiri jadi pengendali dan polisi

profesi yang dimulai saat penerimaan jadi anggota, mengendalikan, memberi

sanksi bila diperlukan terhadap pelanggar kode etik.

Kode etik profesi yang disepakati bersama oleh semua anggota

bertujuan memberikan bimbingan nurani dan pedoman bagi segala perilaku

anggota. Perangkat kode etik ini selalu dipatuhi dan menjadi norma dasar

dalam pemberian penghargaan atau hukuman dan pelanggan. Kode etik itu

dikembangkan dan diputuskan untuk diberlakukan kepada anggota profesi

melalui forum tertinggi organisasi.

Pengetahuan seorang profesional berkaitan dengan penguasaan

disiplin akademik sebagai keahlian yang mendasarinya. Kompetensi

pengetahuan dan keterampilannya tidak bersifat statis. Ideologi

profesionalisme menuntut praktisinya selalu mengikuti perkembangan terbaru

di bidangnya demi menjaga kompetensinya dan memberi layanan yang tepat

pada pelanggan. Organisasi profesi memiliki jurnal dan publikasi profesional

lainnya yang menyajikan berbagai karya penelitian dan kegiatan ilmiah

sebagai media pembinaan dan pengembangan para anggota serta

pengabdian kepada masyarakat dan khasanah ilmu pengetahuan yang

menopang profesinya.

Tiap bidang pekerjaan dan jabatan harus memenuhi kriteria standar

dari jabatan profesional sebagaimana disebutkan di atas, semakin terpenuhi

kriteria akan semakin besar pengaruhnya pada wibawa profesi di mata

masyarakat pengguna jasa profesi. Kalau beberapa ciri tersebut di atas

Page 16: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

38

dipakai sebagai acuan, maka jabatan pedagang, penyanyi, penari, serta

tukang koran, jelas bukan profesi. Karena pekerjaan tersebut tidak memenuhi

persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang profesional.

Pada organisasi pendidikan terdapat persamaan dan perbedaan cara

pandang terhadap profesionalisme guru yang dipengaruhi oleh kepentingan

birokrasi dan kepentingan profesional. Orientasi persamaan dan perbedaan

tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. berikut:

Tabel 1. Karaktistik Dasar Persamaan dan Perbedaan Profesional dan

Orientasi Birokrasi

ORIENTASI BIROKRASI ORIENTASI PROFESIONAL

PERSAMAAN

Keahlian teknis

Perspektif sasaran

Pendekatan tak berat sebelah

(bukan perorangan)

Melayani klien

Keahlian teknis

Perspektif sasaran

Pendekatan tak berat sebelah

(bukan perorangan)

Melayani klien

PERBEDAAN

Orientasi hirarki

Patuh terhadap aturan

Subordinasi pada organisasi

Orientasi/acuan pada rekan sekerja

Otonomi dalam pengambilan

keputusan

Standar kode etik

Sumber: Hoy & Miskel, 1991

Pandangan tersebut sejalan dengan pendapat Bafadal & Fallon

(2007) yang menyatakan bahwa masyarakat memandang terdapat perbedaan

antara tenaga administrator dengan guru. Perbedaan cara pandang tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 17: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

39

Sumber: Bafadall & Fallon, 2007

Gambar 3. Dichotomy Between Administrators’ and Teachers’ Views of Community

2.3 Perkembangan Profesi Kependidikan

Merujuk pada pendapat Elliot dalam Tirtamihardja dan Sulo (2000)

bahwa profesi secara historis ada dua tipe, yaitu: tipe profesi sebagai status

dan tipe profesi pekerjaan. Profesi sebagai status diartikan sesuatu yang

secara relatif tidak begitu penting dalam organisasi kerja dan dalam melayani

masyarakat, tetapi menduduki tempat yang tinggi dalam sistem sosial.

Sedangkan profesi sebagai pekerjaan didasarkan pada spesialisasi

pendidikan dan latihan. Hal ini oleh Elliot dipandang dari dimensi sejarah,

contohnya adalah profesi pada bidang kesehatan, pendeta, keperawatan

adalah profesi sebagai status, sedangkan ahli bedah digolongkan sebagai

profesi pekerjaan.

Administrators

Selling to Teachers

Power/control of knowledge

Purpose & Function

Sharing Knowledge/

Support Teachers work

“for” the school

Hierarchical Organization

Collegiality to attain work objectives

Role/integrative Trust

Capacity Strengthening

First Order Change

End Result Capacity Building

Teacher work “with” each other

Flat Organization

Collegiality to work/ feel better

Practice/General Trust

Fisrt Order Change

Dimension of Community Interaction

Page 18: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

40

Richey dalam Law & Glover (2000) telah mengidentifikasi tingkat

keprofesian. Reiss dan Richey masing-masing mengelompokkan pada lima

tipe profesi, yaitu: (1) profesi yang sudah tua, (2) profesi baru tumbuh, (3)

profesi yang sedang dalam pertumbuhan, (4) semiprofesi, dan (5)

pekerjaan/jabatan yang belum jelas statusnya. Untuk lebih jelasnya tingkat

pengembangan profesi dapat dilihat pada gambar berikut:

Sumber : Law & Glover (2000)

Gambar 4. Levels of Profession

Selanjutnya Howsam et al (1976) menyatakan bahwa profesi tertua

adalah hukum, kesehatan, teologi, dan guru. Profesi terbaru adalah arsitektur,

insinyur (engineering) dan optometri. Pekerjaan yang segera diakui sebagai

profesi (emergent professions) adalah pekerja sosial (social worker) yang

masih semi profesional segera diakui sebagai profesi yang profesional.

Berdasarkan komentar Howsam, jelas guru merupakan profesi tertua.

Mengingat tugas dan tanggung jawab guru yang begitu kompleks, sehingga

Older Profesi

ons

Newer Profesions

Semi Profesions

Emergent

Semi Profesions

Profesions Secondary based upon

Page 19: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

41

untuk memasukinya diperlukan persyaratan tertentu. Ali (2002) menyatakan

untuk memasuki profesi guru memerlukan persyaratan khusus, antara lain:

1) Menuntut adanya keterampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu

pengetahuan yang mendalam.

2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan

profesinya.

3) Menuntut adanya tingkat pendidikan dalam bidang kependidikan yang

memadai.

4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan

yang dilaksanakan.

5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan.

Lebih lanjut Howsam et al (1976) menyatakan diperlukan perjuangan

panjang yang terus menerus dan bertahap, sehingga pekerjaan yang masih

bersifat semiprofesional dapat diakui sebagai pekerjaan yang menuntut

profesional penuh. Berdasarkan proses tersebut ternyata untuk mencapai

tingkat profesional, proses profesionalisasi terus berlangsung, dan pada

masyarakat yang akan datang, hal itu semakin memegang peran yang sangat

penting (Tirtamihardja dan Sulo, 2000).

Perkembangan profesi kependidikan pada masa praindustri menurut

Usman (2001) belum banyak dipikirkan orang mengenai identifikasi pekerjaan

yang dapat digolongkan sebagai pekerjaan profesi. Guru jarang dilengkapi

dengan kualifikasi khusus sesuai dengan posisi pengajar. Selama ini tugas

mengajar dianggap dapat dilaksanakan oleh semua orang.

Pada awalnya, tidak terdapat konsep populer bagi bidang/ cabang

kependidikan baik sebagai seni maupun sebagai ilmu pengetahuan. Namun

kemudian orang berpendapat bahwa pekerjaan pendidikan di pandang

sebagai sebuah profesi. Menurut Usman (2001) “walaupun masih terjadi

perbedaan akan hal ini (pekerjaan mendidik), namun akhir abad ke-19 ketika

para ahli pendidikan memunculkan landasan keilmuan bagi pendidikan

kependidikan, maka mulai ada pengakuan bahkan posisi tenaga kependidikan

dinyatakan sebagai pekerjaan profesi,” dan pekerjaan mengajar dianggap

Page 20: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

42

sama dengan profesi lain. Aktivitas pendidikan dan pengajaran telah muncul

sebagai profesi, dengan spesialisasi pada keahlian sebagai staf pengajar, dan

program latihan dilakukan secara formal dengan pengorganisasian yang

bersifat nasional. Lebih lanjut Wuradji (1988) mengatakannya sebagai berikut:

” Ketika pemikiran mengenai profesi kependidikan didiskusikan dan keyakinan

perlunya prinsip psikologis yang melandasi proses pendidikan, maka

pekerjaan mengajar dipandang sebagai profesi yang sama dengan seperti

profesi lainnya. Mulailah program latihan dilakukan secara formal dengan

pengorganisasian yang bersifat nasional, mendirikan akademi atau pendidikan

tinggi kependidikan.”

Bahkan sebelumnya Persatuan Administrator Sekolah di Amerika

Serikat menetapkan enam kriteria profesi kependidikan, yaitu: 1) Berbeda

dengan pekerjaan lain karena memiliki sejumlah pengetahuan yang unik, yang

disukai dan dipraktikkan oleh para anggotanya. 2) Memiliki ikatan yang kuat

terdiri dari para anggota dan aktif mengatur syarat memasuki profesi. 3)

Memiliki kode etik yang dapat memaksa. 4) Memiliki literatur sendiri, walaupun

ia mungkin menimba dari banyak disiplin akademis untuk isinya. 5) Biasanya

memberi jasa kepada masyarakat dan digerakkan oleh cita-cita untuk

mengatasi tujuan yang bukan mementingkan diri sendiri (Makmun, 1996).

Selanjutnya Soetjipto dan Kosasi (2003) berpendapat bahwa profesi

kependidikan mempunyai dimensi yang sangat luas dan dalam, mulai dari

pemahaman secara mendalam tentang wawasan yang mendasari pergaulan

pendidikan antara siswa, penguasaan materi ajar sampai kepada pemahaman

tentang latar keadaan (setting) di mana dalam lingkungan apa tindakan

pendidikan harus dilakukan. Guru harus berbuat tepat dalam melaksanakan

tugas pengajarannya, karena situasi pendidikan itu bersifat einmalig, tidak

dapat terulang lagi secara persis, jadi hanya berlangsung satu kali.

Pengembangan profesionalisme guru perlu mendapat dukungan dari

pemerintah, seperti dikatakan oleh Whitty (2006) pemerintah harus memiliki

antusiasme terhadap pengembangan profesionalisme tersebut, yang

dikatakannya pemerintah: ”… control has been retained most notably through

prescription of the curriculum, school inspection and the introduction of targets

Page 21: BAB II GURU SEBAGAI PROFESI PENDIDIK - repository.uksw.edurepository.uksw.edu/bitstream/123456789/3235/4/BOOK_Umbu Tagela... · Untuk memperkuat jabatan guru sebagai profesi, secara

43

and performance indicators. Thus we have the apparent paradox of the free

market and the strong state or so-called quasi markets”.

Sejalan dengan pendapat tersebut pemerintah telah menetapkan

kebijakan yang mengatur tentang profesi kependidikan dalam Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pekerjaan yang sudah

menjadi sebuah profesi menuntut kinerja yang profesional dari tiap orang yang

menekuninya.

Pengembangan profesi perlu didukung oleh organisasi yang

menaunginya melalui kode etik. Seperti dikatakan oleh Tilaar (1999) bahwa

“organisasi profesi itulah yang mempunyai dan menentukan kode etik profesi

tersebut, memperjuangkan kewibawaan profesi serta kesejahteraan anggota”.

Organisasi profesi berfungsi sebagai pelindung profesi, dapat meningkatkan

bargaining dan menjamin otoritas anggota dalam menjalankan tugasnya agar

kreativitas tetap tinggi. Apabila ingin memperkokoh profesi, tiada cara lain

selain menjaga citra tenaga kependidikan. Organisasi profesi berperan sejak

seorang calon berminat memasuki profesi tersebut.