BAB II FUNGSI HUKUM DALAM KEGIATAN EKONOMI
Transcript of BAB II FUNGSI HUKUM DALAM KEGIATAN EKONOMI
1
BAB II
FUNGSI HUKUM DALAM KEGIATAN EKONOMI
Salah satu paradigma dalam kehidupan
masyarakat dewasa ini adalah globalisasi. Secara
nyata arus globalisasi ini mempengaruhi arus
informasi yan begitu cepat sampai ke masyarakat
yang menyebabkan perubahan besar dalam
kehidupan manusia. Perubahan itu sangat drastis
dan majemuk, terutama dalam aspek ekonomi,
politik dan kultural.
Dalam kehidupan ekonomi juga terjadi
pergerakan pola kegiatan modal, barang dan jasa
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan,
teknologi dan informasi. Kegiatan ekonomi
menembus batas – batas negara, sehingga terjadi
interdependesi dalam kegiatan ekonomi. Menurut
Dorodjatun Kuntjoro-Jakti1: Meningkatnya
perekonomian di banyak negara sebagai akibatnya
adalah interdependensi pada akhirnya menciptakan
derajat keterbukaan ekonomi yang semakin tinggi di
dunia, yang terlihat bukan hanya pada arus
peningkatan barang tapi juga arus jasa serta arus
uang dan modal.
Seiring dengan hal itu, jenis -jenis kegiatan bisnis
makin kompleks dan majemuk, dengan resiko yang
bervariasi. Salah satu resiko yang kompleks adalah
1 Sembiring Santosa, op.cit, hal. 18
2
gejolak nilai mata uang dalam kegiatan yang bersifat
spekulatif. Dalam kegiatan ekonomi diperlukan
adanya ketertiban sosial untuk mengatur perilaku
ekonomi masyarakat. Oleh karena perilaku itu
muncul dari kebutuhan manusia yang tidak
terbatas, sedangkan sarana untuk memenuhi
kebutuhan manusia itu terbatas.
Isyu – isyu yang dipahami tentang hukum yang
berkaitan dengan sifat hukum yang dibuat untuk
mengatur tatanan hidup masyarakat agar tertib dan
teratur. Ketertiban dan keteraturan tidak akan
terwujud apabila aturan hukum tidak dapat
ditegakkan. Untuk menjamin dipatuhinya aturan –
aturan hukum tersebut, maka ada keharusan –
keharusan yang diwujudkan dalam seperangkat
norma yang mesti dipatuhi. Implikasi pengaturan
hukum dalam kegiatan ekonomi adalah perangkat
regulasi yang mempengaruhi kinerja ekonomi, untuk
mencapai tujuan menciptakan kesejahteraan umat
manusia baik jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam hal ini posisi hukum adalah
berusaha untuk memberikan refleksi bagi
terciptanya sebuah keadilan ekonomi2.
Untuk itu perlu pemahaman secara detail tentang
kaedah hukum. Hal ini diperlukan agar dapat
2 Ibrahim Johnny, Pendekatan Ekonomi Terhadap Hukum, 2009,
Surabaya, ITSPress, hal. 5
3
memahami tentang kenyataan atau gejala – gejala
dari sisi disiplin hukum.
1. Kaedah Hukum
Menurut Purnadi Purbacaraka dan Soerjono
Soekanto3 untuk memahami kaedah hukum
diperlukan suatu disiplin sebagai sistem ajaran
mengenai kenyataan atau gejala – gejala yang
dihadapi. Terdapat dua disiplin secara hukum,
yaitu: disiplin analitis dan disiplin preskriptif.
Disiplin analitis adalah sistem ajaran yang
menganalisis, memahami serta menjelaskan gejala –
gejala yang dihadapi. Dalam kaitan ini misalnya:
sosiologi, psikologi, ekonomi. Sedangkan disiplin
preskriptif merupakan sistem ajaran yang
menentukan apa yang seharusnya dilakukan dalam
menghadapi kenyataan – kenyataan tertentu.
Termasuk dalam disiplin preskriptif adalah hukum
dan filsafat.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa jika dikaitkan
dengan disiplin hukum, mencakup: ilmu – ilmu
hukum, politik hukum dan filsafat hukum.
Sedangkan ilmu – ilmu hukum sebagai kumpulan
dari berbagai cabang ilmu pengetahuan mencakup:
3 Purbacaraka Purnadi & Soekanto Soerjono, Perihal Kaedah
Hukum, 1993(Cetakan VI), Bandung, Citra Aditya Bakti
4
1. Ilmu tentang kaedah (normwissenschaft atau
sollenwissenschaft) yaitu suatu ilmu yang
yang menelaah hukum sebagai kaedah atau
sistem kaedah – kaedah dengan dogmatik
hukum dan sistematik hukum.
2. Ilmu pengertian, yakni ilmu tentang
pengertian pokok dalam hukum, seperti
subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa
hukum, hubungan hukum dan obyek hukum.
3. Ilmu tentang kenyataan
(tatsachenwissenschaft atau seinwissenschaft)
yang menyoroti hukum sebagai perikelakuan
atau sikap tindak. Termasuk dalam disiplin ini
adalah sosiologi hukum, antropologi hukum,
psikologi hukum, perbandingan hukum dan
sejarah hukum.
Dengan ruang lingkup seperti ini, maka hukum
adalah kaedah; dan pendekatannya terhadap obyek
tidak secara yuridis. Karena selain sebagai kaedah
dijumpai hukum dalam pengertian lainnya. Misalnya
dari sisi penyelenggara negara, hukum sebagai tata
hukum karena menekankan pada ketertiban. Ada
juga hukum sebagai proses karena hukum dilihat
sebagai rangkaian keputusan – keputusan.
Berkaitan dengan proses terjadinya kaedah
dilihat dari manusia sebagai pribadi dan warga
masyarakat, dimana dalam kehidupannya terdapat
5
perilaku atau sikap berdasarkan suatu pola4
(imitasi, edukasi, sugesti, identifikasi dan simpati).
Didalam suatu pola hidup tertentu manusia
berharap terpenuhinya kebutuhan – kebutuhan
dasarnya, seperti: sandang, pangan, papan,
keamanan dan aktualisasi diri.
Pola hidup itu merupakan suatu struktur atau
susunan dari kaedah – kaedah untuk hidup. Dengan
demikian, kaedah adalah patokan atau ukuran atau
pedoman untuk berperilaku atau bersikap tindak
dalam hidup. Dari sisi hakekat, kaedah merupakan
perumusan suatu pandangan (oordel) mengenai
perilaku atau sikap tindak. Misalnya, siapa yang
meminjam harus mengembalikan. Dari sisi patokan
perilaku, kaedah berbeda dengan dalil alam kalau
panas menyebabkan benda memuai; artinya dalil
alam tidak mungkin berubah. Sedangkan kaedah
dapat berubah atau kemungkinan penyimpangan.
Dengan demikian secara umum, kaedah
merupakan patokan atau pedoman untuk hidup.
Sedangkan hidup terdapat dua macam aspek: hidup
pribadi dan hidup antar pribadi. Hidup pribadi
mencakup: kaedah – kaedah kepercayaan (devout
life) dan kaedah – kaedah kesusilaan (sittlichkeit).
Sedangkan yang termasuk hidup antar pribadi
mencakup: kaedah – kaedah sopan santun (sitte)
4 Lihat, Soekanto Soerjono, Sosiologi – Suatu Pengantar, 1992,
Jakarta, Rajawali Pers, hal 65
6
dan kaedah – kaedah hukum (peaceful living
together).
Penegasan perbedaan tata kaedah dalam kedua
aspek hidup itu, maka orang yang patuh terhadap
kaedah – kaedah pribadi, pada umumnya patuh
menjalani kaedah – kaedah antar pribadi. Kaedah
hukum diperlukan, walaupun isinya bertentangan
dengan kaedah – kaedah lainnya untuk kepentingan
hidup bersama. Sedangkan kaedah hukum itu
sendiri menurut Purnadi Purbacarakan dan
Soerjono Soekanto5 adalah grundnorm yang diambil
dari teori Hans Kelsen tentang ajaran murni tentang
hukum (Reine Rechtslehre”). Grundnorm adalah
kaedah pokok atau dasar yang boleh dikatakan
sebagai inti (kern) dari setiap tata kaedah hukum
yang aktual dan temporal. Dari pandangan Hans
Kelsen setiap tata kaedah hukum merupakan suatu
susunan daripada kaedah – kaedah (stufenbau). Di
puncak stufenbau terdapat grundnorm atau kaedah
dasar dari suatu tata kaedah hukum nasional yang
bukan merupakan hukum positif yang dibentuk oleh
suatu tindakan legislatif manapun, akan tetapi
hanyalah merupakan suatu pemikiran yuridis yang
dipostulasikan oleh pikiran manusia. Kaedah dasar
(basic norm) menurut Kelsen merupakan dasar dari
segala pandangan menilai yang bersifat yuridis, yang
5 Purbacaraka Purnadi & Soekanto Soerjono , op.cit, hal. 20
7
dimungkinkan dalam kerangka tata kaedah suatu
negara tertentu.
Dengan demikian berdasarkan pemikiran Kelsen,
maka hukum adalah tata kaedah untuk
menegakkan kedamaian. Kedamaian atau damai
adalah suatu keadaan yang mencakup: ketertiban
atau keamanan. Ketertiban menunjuk pada
hubungan atau komunikasi „lahiriah‟ dalam kaitan
pada proses interaksi individu dalam kelompok.
Ketenteraman menunjuk pada keadaan „batiniah‟
masing – masing invidu dalam kelompok. Kaedah
hukum harus memberikan ketenangan „batiniah‟
dan ketertiban „lahiriah‟6.
Didalam struktur kaedah hukum terdapat isi dan
sifat kaedah hukum7. Isi kaedah hukum mencakup
suruhan, larangan dan kebolehan. Sedangkan dari
sisi sifat kaedah hukum dibedakan antara hukum
imperatif (dwingend recht) dan hukum fakultatif
(regelend recht atau aanvullend). Secara
konvensional hukum imperatif adalah hukum
memaksa, sedangkan hukum fakultatif adalah
hukum yang pengatur atau pelengkap. Hukum
imperatif adalah kaedah – kaedah hukum yang
harus ditaati. Hukum fakultatif tidak mengikat atau
tidak wajib untuk dipatuhi. Namun, secara umum
suatu kaedah hukum bersifat memaksa dan
mengatur.
6 Ibid, hal. 24 7 Ibid, hal. 34
8
Menurut van Apeldoorn8 sering dianggap hukum
publik bersifat imperatif, sedangkan hukum perdata
bersifat fakultatif. Oleh karena hukum publik
mengatur hubungan antara pribadi dengan
penguasa dan kepentingan umum. Namun, ada
pula aturan – aturan dalam hukum perdata
mempunyai sifat imperatif, karena:
1. pembentuk undang – undang menganggap
perlu untuk melindungi pribadi – pribadi, yang
oleh karena kurang mampu atau tidak dapat
mempertanggungjawabkan tindakannya, akan
dapat merugikan dirinya sendiri.
2. pembentuk undang – undang menganggap
perlu untuk melindungi pihak – pihak yang
secara ekonomis lemah.
3. dalam hal border cases dimana ada aspek
publik maupun perdata.
4. ketiga alasan tersebut diatas dijadikan sebab
kumulatif.
5. ada syarat – syarat yang menyangkut
kemampuan di bidang hukum, sebagai kriteria
perikelakuan yang sah dan mempunyai akibat
hukum.
Dengan demikian pembedaan hukum imperatif
dan hukum fakultatif tidak selalu sejalan dengan
8 Soekanto Soerjono & Purbacaraka Purnadi, Aneka Cara
Pembedaan Hukum, 1989, Bandung, Citra Aditya Bakti , hal. 24
9
pembedaan antara hukum publik dan hukum
perdata.
Berkaitan dengan tujuan hukum, tidak ada
kesamaan pandangan dari para ahli hukum. Ada
yang berpandangan tujuan hukum untuk
melindungi kepentingan masyarakat, ada yang
melihat bahwa tujuan hukum untuk mengatur
ketertiban masyarakat9. Tujuan hukum menurut
Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto untuk
kedamaian hidup antar pribadi meliputi: ketertiban
ekstern antar pribadi dan ketenangan intern pribadi.
Keduanya memberikan: kepastian hukum (certainty,
zekerheid) dan kesebandingan dalam hukum (equity,
billijkheid, evenredigigheid)10. Bagi van Apeldoorn,
tujuan hukum mengatur tata tertib dalam
masyarakat secara adil dan damai11.
Roscoue Pound mengemukakan bahwa tujuan
hukum untuk melindungi kepentingan manusia (law
as tool of social engineering). Menurut Pound ada
tiga macam kepentingan manusia yang dilindungi,
yaitu: kepentingan umum (public interest),
kepentingan masyarakat (social interest),
kepentingan individual (privaat interest)12.
9 Salim HS, Perkembangan Teori dalam Ilmu Hukum, 2010,
Jakarta, Rajawali Pers, hal. 41. 10 Purbacaraka Purnadi & Soekanto Soerjono , op.cit, hal. 50 11 Salim HS, op.cit, hal. 44 12 Ibid, hal. 42
10
Lebih lanjut, Johnny Ibrahim menegaskan bahwa
hukum sebagai salah satu perhatian manusia ,
karena dengan hukum, manusia mengandalkan
adanya perlindungan13. Sehubungan dengan itu ada
3 (tiga) unsur utama hukum: Unsur ketertiban,
Unsur keadilan dan Unsur kepastian.
Gustav Radbruch mengemukakan nilai – nilai
dasar dari hukum, yaitu: Keadilan, Kegunaan
(Zweckmazigkeit) dan Kepastian hukum. Walaupun
ketiga merupakan nilai – nilai dasar dari hukum,
namun terjadi „ketegangan‟ satu sama lain. Oleh
karena ketiga – tiganya berisi tuntutan yang
berlainan sehingga mempunyai potensi untuk
bertentangan atau mengabaikan14.
Nilai dasar dari hukum yang disampaikan oleh
Gustav Radbruch merupakan tarik menarik antara
paham positivisme hukum dan utilitarianisme.
Paham positivisme hukum dipelopori oleh Hans
Kelsen dan John Austin. Intinya bahwa hukum
adalah aturan tingkah laku yang harus dipatuhi,
karena ada otoritas dan sesuai dengan konstitusi
(grundnorm). Sedangkan utilitarianisme, mulanya
oleh David Hume bahwa semua ketentuan
perundang – undangan berasal dari asas manfaat
yang selalu diawasi oleh masyarakat secara ketat
dan terstruktur. Kemudian, Jeremy Bentham, lalu
13 Ibrahim Johnny, op.cit, hal. 16 14 Lihat, Rahardjo Satjipto, Ilmu Hukum, 2006 (VI), Bandung, Citra
Aditya Bakti, hal. 19
11
John Stuart Mill bahwa hukum akan adil jika dapat
melindungi kebebasan individu yang memberikan
kesenangan yang terbesar bagi sebagian besar
manusia15. Utilitarianisme nilai tambah bagi
positivisme hukum, namun hukum kehilangan
kemurniannya. Itu artinya tidak saja dituntut
adanya keberlakuan yuridis atau legitimasi secara
yuridis, tetapi juga efektivitas atau keterimaannya
dalam masyarakat karena dianggap bermanfaat.
Oleh karena itu, tarik menarik antara positivisme
hukum dan hukum kodrat jalan tengahnya, istilah
Tri Budiyono disinungi (dilingkupi) oleh prinsip
keadilan16.
Hans Kelsen yang mengungkapkan teori yang
murni tentang hukum juga mengakui bahwa hukum
dipengaruhi oleh faktor – faktor politis, sosiologis
dan filosofis. Ajaran grundnorm sebetulnya hukum
dibebaskan dari pengaruh – pengaruh tersebut
(Reine Lehre des Rechts). Oleh karena faktor – faktor
tersebut menyangkut fakta yang harus ditinjau
secara sosiologis, politis bahkan psikologis. Kelsen
disini mengakui fakta, karena ini berhubungan
dengan efektivitas. Karena itu, Kelsen juga
mengajukan teori efektivitas yang disebutnya
principle of effectivinesss atau general basic norm.
Principle of effectiviness yang dimaksud adalah
15 Fuady Munir, Dinamika Teori Hukum, 2010, Bogor, Gahlia
Indonesia, hal. 87-88 16 Budiyono, Tri, Kuliah Teori Hukum, 1 November 2011, PPs – MIH
Fak. Hukum UKSW Salatiga
12
bahwa orang seharusnya bertingkah laku atau
bersikap tindak sesuai dengan tata kaedah hukum,
hanya apabila tata kaedah tersebut secara
menyeluruh efektif17. Efektivitas berkaitan dengan
berlakunya suatu kaedah hukum.
Untuk berlakunya suatu kaedah hukum, maka
kaedah hukum harus memenuhi 3 (tiga) unsur
perilaku, yaitu: yuridis, sosiologis dan filosofis18.
Kalau suatu kaedah hukum hanya menekankan
pada unsur yuridis, maka kaedah hukum tersebut
merupakan kaedah yang mati. Sedangkan suatu
kaedah hukum yang hanya menekankan pada
unsur sosiologis, dalam arti kekuasaan sebagai
suatu fenomena, maka kaedah hukum menjadi
aturan pemaksa. Demikian juga, suatu kaedah
hukum hanya menekankan pada unsur filosofis,
maka kaedah hukum hanya suatu kaedah hukum
yang diharapkan atau dicita-citakan (ius
constituendum). Kaedah hukum sebagai patokan
hidup bersama harus memiliki ketiga unsur
tersebut.
2. Konsep – konsep Ekonomi
Pada abad VIII BC, Hesiod seorang cendekiawan
Gerika (Yunani) dalam karyanya Works and Days
menuliskan bahwa kelangkaan (scarcity) berkaitan
dengan keterbatasan sumberdaya dan ketidak-
17 Purbacaraka Purnadi & Soekanto Soerjono , op.cit, hal. 23 18 Ibid, hal. 92
13
terbatasan keinginan manusia, pada dasarnya
bukan berasal dari faktor manusianya, tetapi
berasal dari kekuatan jahat yang keluar dari kotak
Pandora pada saat kotak itu dibuka. Kata economics
pertama kali digunakan oleh Xenophon empat ratus
tahun sesudah Hesiod dalam sebuah karya berjudul
Oeconomics. Istilah oeconomics adalah sebuah istilah
yunani untuk menggambarkan bagaimana mencapai
tataran relasi yang efisien pada pengaturan produksi
dan atau kebutuhan rumah tangga19.
Ilmu Ekonomi (Economics) adalah ilmu yang
mempelajari bagaimana agar pemakaian faktor –
faktor produksi (factor of production) yang tersedia
seefisien mungkin, dalam memenuhi permintaan
masyarakat yang tidak terbatas atas barang atau
jasa. Tujuan akhir kegiatan ekonomi adalah untuk
memuaskan kebutuhan manusia terhadap barang
dan jasa. Problem utamanya karena sementara
kebutuhan dan keinginan manusia tidak terbatas,
sedangkan sumberdaya alam, tenaga kerja, barang
dan jasa persediaannya terbatas. Sumberdaya relatif
langka terhadap permintaan yang dibutuhkan untuk
memenuhi kepuasaan manusia. Akibat kelangkaan
itu, manusia mesti melakukan pilihan yang rasional
untuk mengalokasikan sumberdaya terbatas yang
ada. Ilmu ekonomi memiliki dimensi mikroekonomi
dan makroekonomi. Mikroekonomi berkaitan dengan
19 Ibrahim Johnny, op.cit, hal. 4
14
efisiensi penyediaan produk tertentu yang
melibatkan konsumen dan perusahaan –
perusahaan yang berinteraksi dipasar.
Makroekonomi berkepentingan dengan efisiensi
penggunaan seluruh sumberdaya dalam
perekonomian, khususnya dalam pencapaian
kesempatan kerja penuh (full employment) dan
sumberdaya yang tersedia dan pertumbuhan
keluaran (out put) sepanjang waktu.
Ilmu ekonomi mengkaji cara memaksimalkan
kesejahteraan masyarakat (wealth maximization) dan
itu dapat tercapai, jika mekanisme pasar (market
mechanism) dapat berlangsung secara bebas tanpa
rintangan atau intervensi. Campur tangan
pemerintah tidak diperlukan (non-interference in the
economy) karena keyakinan adanya tangan yang tak
kelihatan (invisible hands) yang mampu
menggerakkan bekerjanya mekanisme pasar secara
otomatis.
Teori ekonomi lebih difokuskan pada upaya –
upaya membuat pilihan yang rasional guna
memaksimalkan pemanfaatan sumberdaya yang
terbatas bagi kesejahteraan umat manusia. Pasar
bebas tanpa intervensi menjanjikan kesejahteraan
material yang membantu terciptanya keamanan dan
kerukunan umat manusia, serta memacu
persaingan domestik. Kebebasan ekonomi
(economisc freedom) selalu dikaitkan dengan
15
keberhasilan pertumbuhan ekonomi, kemakmuran
dan peningkatan pendapatan.
Jutaan orang di seluruh dunia sudah merasakan
kekuatan ekonomi neoklasik yang landasannya
dibangun oleh Adam Smith. Dalam kenyataan, ilmu
ekonomi banyak mempengaruhi disiplin ilmu
lainnya, antara lain sejarah, hukum, politik dan
keuangan. Itulah sebabnya ekonomi disebut dengan
ilmu imperial20.
Sebagai ilmu yang imperial dalam arti ilmu
ekonomi tidak lagi merupakan suatu filsafat di
menara gading. Oleh karena dengan bangkitnya
pasar bebas menghasilkan banyak aplikasi dalam
persoalan ekonomi dan sosial. Secara makroekonomi
bahwa inflasi dan pengeluaran defisit mengandung
efek buruk bagi kegiatan ekonomi, demikian juga
pajak tinggi dan regulasi yang berlebihan akan
menurunkan etika usaha. Juga, proteksionisme
akan merugikan konsumen. Prinsip pasar
menunjukkan bahwa peran negara (dalam hal ini
pemerintah) mempunyai peran positif meski
terbatas. Negara berperan dalam menyediakan
sistem peradilan, memperkuat hak – hak properti
dan membangun infrastruktur. Sedangkan secara
mikroekonomi, ilmu ekonomi telah diaplikasikan
untuk berbagai bidang lain, antara lain
20 Skousen Mark, Teori – teori Ekonomi Modern, 2005, Jakarta,
Prenada, hal. 7
16
mempengaruhi bidang politik, hukum, sejarah,
agama dan lingkungan. Bahkan mengubah undang
– undang keuangan. Dengan kata lain, ilmu ekonomi
telah berkembang melampaui persoalan ekonomi
tradisional21.
Ilmu Ekonomi berhasil menampilkan teori – teori
ilmiah untuk memprediksi efek pemberlakuan
sebuah sanksi hukum serta dampaknya terhadap
perilaku manusia. Dalam kacamata para ekonom
pemberlakuan sanksi diumpamakan sebagai
pemberlakuan suatu harga komoditi, dimana
manusia memberikan respon atau tanggapan
rasional terhadap pemberlakuan harga komoditi.
Masyarakat menanggapi kenaikan harga dengan
mengurangi pemakaian komoditi atau barang yang
mahal. Dalam pemberlakuan sanksi, dimana
semakin berat ancaman sanksi hukumnya, maka
semakin berkurang pelanggaran terhadap aturan
hukum yang mengandung sanksi tersebut. Dalam
kaitan itu, ilmu ekonomi mengembangkan teori –
teori yang teruji presisi secara matematis, misalnya
teori harga (price theory) dan teori permainan (games
theory). Ilmu ekonomi juga memiliki metode –
metode yang teruji dan sahih dengan memanfaatkan
data empirik seperti statitistik serta penerapannya
21 Ibid, hal. 546.
17
dalam ekonometrika guna menganalisis dampak
harga – harga terhadap perilaku manusia22.
Setiap sistem ekonomi mengandung nilai – nilai,
kebiasaan, adat istiadat, hukum, norma – norma
dan aturan – aturan serta otoritas dan kekuasaan
untuk mengarahkan sumber daya yang ada demi
mencapai tujuan bersama. Sistem ekonomi yang
dianut oleh suatu negara juga bergantung kepada
doktrin, mazhab atau aliran pandangan ekonomi.
Menurut Jonker Sihombing, beberapa pemikiran
atau mazhab ekonomi juga ada yang berkaitan
dengan hukum, jika dikaji dari substansi
ajarannya23.
1. Masa Yunani Kuno
Pada masa ini sudah berkembang pemikiran
tentang uang, bunga, jasa tenaga kerja dan
perdagangan. Pemikiran ekonomi pada waktu itu
dikaitkan dengan rasa keadilan, kelayakan dan
kepatutan yang perlu diperhatikan dalam rangka
penciptaan suatu masyarakat yang adil dan
makmur secara merata.
Paham Yunani Kuno melihat hukum sebagai
bagian dari hukum alam. Keadilan ditegakkan
hanya jika perilaku manusia sesuai dengan
ketentuan hukum alam. Hakikat hukum pada masa
22 Ibrahim Johnny, op.cit, hal. 7-8 23 Sihombing Jonker, Peran dan Aspek Hukum dalam Pembangunan Ekonomi, 2010, Bandung, Alumni, hal. 38
18
ini berlanjut hingga abad pertengahan, kemudian
orang Yunani mulai mengaitkan hukum dengan
bekerjanya akal manusia.
Pembagian Kerja
Menurut Plato sebuah negara yang ideal,
kemajuan (development) akan bergantung kepada
terciptanya pembagian kerja (division of labor) yang
timbul secara alamiah di tengah – tengah
masyarakat. Pandangan ini jika dikaji identik
dengan pemikiran Adam Smith mengenai division of
labor. Adam Smith melihat division of labor untuk
memacu pertumbuhan output dan pembangunan
ekonomi, sedangkan Plato mengaitkan division of
labor dengan pembangunan kualitas hidup manusia.
Hedonisme
Masa Yunani Kuno telah dikenal paham
hedonisme sebagai cikal bakal paham materialistis
yang berkembang luas di Eropa Barat abad XVII dan
XVIII.
Hedonisme digagas oleh Aristippus bahwa
kenikmatan merupakan tujuan hidup yang paling
mulia bagi setiap manusia, sehingga semua
tindakan manusia akan dianggap baik apabila
tindakan tersebut dapat menimbulkan kenikmatan.
Paham ini berpendapat bahwa manusia yang
bijaksana adalah mereka yang mencari kenikmatan
19
yang sebesar – besarnya bagi dirinya sendiri dalam
hidupnya di dunia.
Plato mengecam kekayaan dan kemewahan yang
berlebihan. Menurut Plato agar semua orang dapat
hidup sejahtera secara merata, manusia perlu
mengendalikan sifat keserakahannya untuk
memenuhi semua keinginan yang melebihi
kewajaran. Jika keserakahan tidak mampu
dikendalikan, sebagian kecil masyarakat yang
merupakan orang cerdik, pintar dan berkuasa akan
hidup bergelimang dalam kemewahan, sementara
sebagian besar masyarakat yang tidak mempunyai
kemampuan dan kecerdikan akan hidup dalam
kepedihan dan kemelaratan. Kekhawatiran Plato ini
berdasarkan kenyataan perekonomian di zaman
Yunani Kuno dikuasai oleh kaum aristokrat. Walau
pun jumlah kaum aristokrat ini relatif sedikit, berkat
kepintaran dan kelihaian mereka dapat menguasai
kaum proletar yang jumlahnya relatif banyak.
Kegunaan dan Keuntungan
Dalam mengamati proses perkembangan
kegiatan, Aristoteles membedakan dua hal utama:
Kegunaan (Use) dan Keuntungan (Gain). Lebih
khusus, Aristoteles membedakan antara oeconomia
(ilmu ekonomi) dan Chrematistike.
Chrematistike mengimplikasikan penggunaan
sumber daya alam atau ketrampilan manusia untuk
20
tujuan – tujuan yang bersifat acquisitive. Berdagang
adalah aktivitas ekonomi yang tidak didorong oleh
motif faedah (use) melainkan semata – mata
bermotifkan keuntungan (gain). Chrematistike
ditolak oleh Aristoteles, oleh karena secara tegas
menyatakan ketidaksenangnya terhadap pedagang –
pedagang yang datang ke kota – kota, maupun
mengekploitasi petani – petani miskin di desa – desa.
Paham Aristoteles ini bertolak belakang dengan
konsep ekonomi yang dikembangkan oleh Adam
Smith. Karena bagi Adam Smith, motif utama yang
mendorong manusia untuk bertindak adalah
keuntungan (gain) dan bukan kegunaan atau faedah
(use).
Aristoteles lebih memberikan kontribusi dalam
oeconomia dengan pemikirannya tentang pertukaran
barang (exchange of commodities) dan manfaat uang.
Aristoteles membedakan antara kebutuhan
manusia (man’s need) dengan keinginan manusia itu
sendiri (man’s desire). Menurutnya, kebutuhan
manusia (man’s need) sebenarnya relatif tidak
banyak, tetapi keinginan (man’s desire) relatif tidak
terbatas. Dalam kaitan itu, kegiatan produksi
penting untuk pemenuhan kebutuhan manusia,
tetapi bukan pemenuhan keinginan manusia yang
tanpa batas dan alami (unnatural).
21
2. Pemikiran Kaum Skolastik
Ciri utama pemikiran skolastik adalah kuatnya
hubungan antara ekonomi dengan masalah etis,
serta besarnya perhatian masyarakat pada masalah
keadilan (fairness). Hal ini disebabkan ajaran
skolastik sangat dipengaruhi oleh ajaran – ajaran
gereja. Meskipun masyarakat pada masa skolastik
memandang perlu untuk memiliki kekayaan materi,
namun motif ekonomi yang berlebihan sangat
dikecam.
Harga yang adil dan pantas
Albertus Magnus merupakan filsuf religius dari
Jerman dengan salah satu pandangannya tentang
harga yang adil dan pantas (just price), prinsipnya
sama besarnya dengan biaya dan tenaga yang
dikorbankan untuk menciptakan barang – barang
tersebut. Apabila orang menetapkan harga yang
melebihi dari biaya – biaya yang dikorbankan untuk
menghasilkan suatu barang, berarti orang itu telah
melanggar etika, sehingga tidak pantas dihormati.
Bunga
Thomas Aquinas merupakan juga merupakan
tokoh aliran skolastik yang banyak dipengaruhi oleh
pandangan Aristoteles dan kitab injil Nasrani.
Dengan latar belakang itu, Thomas Aquinas tidak
setuju dengan bunga uang yang dianggap sebagai
riba; orang – orang yang membungakan uang
22
dianggap pemeras dan pendosa. Thomas Aquinas
menjelaskan bahwa memungut bunga dari uang
yang dipinjamkan kepada seseorang adalah
perbuatan yang tidak adil, karena sama artinya
dengan menjual sesuatu yang tidak ada. Perbuatan
membungakan uang dianggap merupakan kegiatan
yang tidak memiliki moral, yang sama hinanya
dengan perbuatan pemerasan.
Pandangan Thomas Aquinas mirip dengan
Aristoteles, keduanya tidak setuju dengan
pengenaan bunga. Karena dengan cara tersebut
orang mendapatkan keuntungan tanpa adanya kerja
keras. Namun, pandangan ini berkaitan dengan
ekonomi tidak relevan lagi dewasa ini, karena uang
tidak lagi berfungsi sebagai alat tukar, tetapi sebagai
sarana menumpuk kekayaan. Uang sudah berfungsi
sebagai alat investasi dengan resiko, sehingga wajar
jika dari kegiatan investasi itu memperoleh imbalan.
Demikian juga, orang yang meminjamkan uang
kepada pihak lain tertutup kesempatan untuk
memanfaatkan uang itu lebih lanjut. Karena itu atas
pengorbanan ini sudah sewajarnya mendapatkan
imbalan. Imbalan yang diperoleh itu dalam bentuk
bunga.
23
3. Era Merkantilisme
Merkantilisme berasal dari kata merchant yang
berarti pedagang. Merkantilisme dipandang sebagai
Kebijaksanaan Ekonomi yang dipraktekkan sekitar
tahun 1550 – 1750. Paham merkantilisme dimana
negara harus bertindak seperti swasta dalam
mengelola ekonomi. Artinya, merupakan sesuatu
yang wajar jika negara melakukan transaksi
perdagangan dengan negara lain. Paham
merkantilisme mengandalkan devisa hasil ekspor
sebagai sumber pendapatan negara, dan
menganjurkan agar arus impor dibatasi hanya
untuk hal – hal yang dipandang perlu.
• Uang
Jean Boudin (1530 – 1596) dengan teori
perdagangan luar negeri menyatakan bahwa uang
yang diperoleh dari hasil perdagangan luar negeri
akan mengakibatkan kenaikan harga barang –
barang.
Jean Baptist Collbert (1619 – 1683) menyatakan
perdagangan luar negeri dianggap sebagai sumber
utama kemakmuran. Kedudukan para saudagar
begitu penting di tengah – tengah masyarakat. Oleh
karena, para saudagar memasok dan mendukung
para penguasa. Sebagai imbalannya penguasa
memberi fasilitas dan bantuan kepada para
saudagar berupa monopoli atau proteksi serta
keistimewaan lainnya. Abad XVII dan XVIII di Eropa
24
Barat dianggap sebagai zaman kapitalisme komersial
(commercial capitalism) yang disebut juga
kapitalisme saudagar (merchant capitalism).
David Hume (1711 – 1776) pandangannya
tentang ekonomi berkaitan dengan pembentukan
harga di pasar yang dipengaruhi oleh jumlah barang
di satu pihak dan juga ditentukan jumlah uang di
pihak lain. Harga akan dibentuk oleh kekuatan
antara pasokan barang dengan jumlah uang yang
beredar.
Tenaga Kerja
Sir William Petty (1623 – 1687) sebagai ahli
politik ekonomi pada zaman ini mengembangkan
pemikiran tentang produksi pada dalam proses
kegiatan ekonomi. Faktor produksi yang dimaksud
dalam kaitannya dengan pentingnya arti bekerja
(labor). Pekerja jauh lebih penting artinya daripada
sumber daya tanah. Petty berpendapat bahwa uang
diperlukan secukupnya, karena uang berlebihan
atau kurang dari yang dibutuhkan akan
mendatangkan kemudharatan.
4. Teori Klasik
Pelopor aliran ini adalah Adam Smith, dan
analisisnya hanya mempertajam pemikiran –
pemikiran ekonomi masa klasik. Misalnya, paham
individualisme tidak berbeda dengan paham
hedonisme pada masa Yunani Kuno. Menurut Adam
25
Smith, tindak tanduk manusia didasarkan pada
kepentingan diri sendiri (self interest), sedangkan
paham invidualisme akan mendorong masyarakat
untuk mengejar kepentingannya sendiri – sendiri.
Aktivitas individu dalam mengejar kepentingan
sendiri terhadap kemajuan masyarakat justru akan
lebih baik hasilnya, jika dibandingkan dengan tiap
orang berusaha untuk memajukan masyarakat.
Pasar Bebas
Paham Adam Smith (1723-1790) mengenai
ekonomi adalah doktrin pasar bebas (free market).
Pada pasar bebas pemerintah harus seminimal
mungkin turut campur tangan dalam mengatur
perekonomian. Dalam doktrin pasar bebas, tanpa
campur tangan pemerintah justru akan
mengakibatkan perekonomian berjalan dengan wajar
dan alamiah. Mekanisme tangan gaib (invisible hand)
akan menggiring perekonomian kearah
keseimbangan (equlibrium). Ajaran Adam Smith ini
dengan tegas menentang sikap pemerintah yang
cenderung ingin mengatur segala bentuk kegiatan
ekonomi.
Adam Smith juga mengembangkan pemikiran
ekonomi dengan teori nilai (value theory) bahwa
setiap barang mempunyai 2 (dua) nilai, yaitu: nilai
guna (value in use) dan nilai tukar (value in
exchange). Nilai tukar untuk penentuan suatu
barang yang menjadi rujukan adalah upah buruh
26
yang dipergunakan untuk menghasilkan barang
tersebut. Upah tidak diukur berdasarkan jam kerja,
tetapi dari nilai guna atau ketrampilan dari orang
yang memproduksi barang.
Berkaitan dengan pembagian kerja (division of
labor) dikatakan bahwa peningkatan produksi dapat
dicapai dengan pembagian kerja berdasarkan
keahlian. Adanya pembagian kerja, setiap orang
tidak perlu mengerjakan sendiri semua kebutuhan,
tetapi fokus pada pekerjaan yang dipilih atau
ditekuni.
Untuk teori pembentukan modal dinyatakan
pentingnya akumulasi modal untuk kegiatan
ekonomi. Kegiatan ekonomi tanpa didukung oleh
modal yang cukup tidak akan berhasil.
Masalah keadilan juga mendapat perhatian
besar, karena hal ini secara konkrit diterapkan
dalam bentuk hukum yang menjadi pedoman bagi
pelaku ekonomi. Dengan begitu para pelaku
ekonomi diharapkan dapat bertindak etis dalam
melaksanakan aktivitasnya.
5. Aliran Sejarah
Aliran sejarah merupakan reaksi terhadap
mekanisme pasar bebas yang dianut paham klasik.
Paham klasik mengakui bahwa manusia bersifat
serakah (hedonistic), sehingga berkembang menjadi
utilitarianisme. Aliran sejarah menilai pendekatan
27
hedonisme dan utilitarianisme sebagai pola pikir
yang sempit. Menurut aliran ini motif orang
bertindak bukan hanya karena faktor uang dan
kepentingan pribadi. Berdasarkan pengalaman
menunjukkan motif orang bertindak tidak hanya
didasarkan pada kepentingan pribadi, tetapi juga
faktor – faktor etika dan impuls – impuls lainnya.
Organisme
Kalau paham klasik mengakui adanya invisible
hand untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, oleh aliran sejarah itu bersifat
mekanistis. Aliran sejarah melihat masyarakat
sebagai suatu kesatuan organisme tempat
berhubungan antar individu dan interaksi sosial
yang terkait.
Aliran sejarah menghendaki kegiatan masyarakat
dilandaskan pada suatu sistem yang menyeluruh
yang mencakup semua organisme dalam kehidupan
bermasyarakat sebagai suatu keseluruhan. Oleh
karena itu, aliran sejarah tidak percaya dengan
mekanisme pasar bebas menghendaki campur
tangan pemerintah dalam perekonomian agar
tercipta suatu keadilan.
Max Weber (1864 – 1920) penganut aliran ini
menyatakan bahwa banyak peradaban dalam
sejarah negara – negara Eropa Barat menunjukkan
aktivitas mencari laba diselenggarakan dengan lebih
28
berlandaskan etika, terorganisir dan rasional.
Perilaku kapitalis bertolak belakang dengan harapan
bahwa keuntungan yang akan dicapai melalui
aktivitas tukar menukar didasarkan pada
kesempatan untuk mendapatkannya secara damai.
Proteksi
Aliran ini memandang bahwa proteksi hanya
diberikan pada tahap – tahap awal dan setelah itu
dan setelah itu dihentikan, agar industri dan
perekonomian dapat berjalan secara efisien untuk
dapat bersaing. Oleh karena, apabila proteksi
berlangsung dalam jangka waktu lama akan
menciptakan distorsi yang mengakibatkan
perekonomian akan berjalan dengan biaya tinggi
(high cost economy).
6. Aliran Keynes
John Maynard Keynes (1883 – 1946) mengkritik
aliran klasik yang lebih memberi perhatian pada
ekonomi mikro. Menurut Keynes, permintaan
agregat (aggregate demand) akan lebih kecil dari
penawaran agregat (aggregate supply), dan apabila
hal ini tidak diantisipasi dengan baik, akan
menimbulkan ketakseimbangan (disequilibrium)
dalam perekonomian. Analisis terhadap
perekonomian dilakukan dengan pendekatan makro
dengan melihat variabel – variabel penting secara
agregat, seperti pendapatan, konsumsi, tabungan,
29
pajak, pengeluaran pemerintah, ekspor-impor,
pengangguran, inflasi, dsb.
Dalam pandangan Keynes, perekonomian yang
berjalan menurut mekanisme pasar hanya akan
mencapai keseimbangan pada titik di bawah full
employment. Oleh karena itu, pemerintah dalam
batas – batas tertentu diharuskan untuk berperan.
Peran pemerintah misalnya dalam hal terjadi
pengangguran, pemerintah harus memperbesar
pengeluaran untuk proyek – proyek padat karya
yang dapat menampung tenaga kerja. Jika terjadi
kenaikan harga disebabkan kelebihan permintaan,
pemerintah harus menarik uang yang beredar
dengan cara menaikkan pajak. Jika terjadi gerak
gelombang kegiatan ekonomi, pemerintah dapat
menjalankan kebijaksanaan pengelolaan
pengeluaran dan pengendalian permintaan efektif.
Pemikiran Keynes pada intinya arah kebijakan
ekonomi yang dianjurkan lebih mengandalkan sisi
fiskal. Ia meyakini bahwa kebijakan fiskal yang
diluncurkan pemerintah akan dapat mempengaruhi
laju perekonomian. Kebijakan fiskal untuk
memberikan stimulus pada pertumbuhan ekonomi
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya,
menyuntikkan dana untuk proyek – proyek padat
karya yang mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Langkah seperti ini diprediksi cukup ampuh untuk
memberantas pengangguran dan keresahan sosial,
30
pada saat sumber daya yang ada belum
didayagunakan secara penuh.
Aliran Keynesian mendominasi pemikiran
ekonomi sejak Perang Dunia I sampai tahun 1970,
kemudian berkembang Neo-Keynesian yang
dipelopori oleh Paul Samuelson. Neo-Keynesian
mengelaborasi perdagangan luar negeri dalam teori
Keynes. Karena paham ini negara – negara terdorong
untuk membuka pasarnya lebar – lebar terhadap
perekonomian internasional. Bagi negara – negara
berkembang masih memerlukan perlindungan di era
ekonomi global. Karena negara – negara berkembang
belum setara untuk berkompetisi dalam bidang
ekonomi dengan negara – negara maju.
3. Hubungan Hukum Dan Ekonomi
Hukum pada prinsipnya dibutuhkan untuk
mengatur kehidupan masyarakat di dalam segala
aspek, dan yang tak kalah pentingnya dalam
mengatur kegiatan ekonomi. Untuk melihat
hubungan hukum dan ekonomi paling tidak perlu
dipahami dari konsep – konsep dalam ekonomi. Oleh
karena dibalik kegiatan – kegiatan ekonomi terdapat
latar belakang dan pertimbangan filosofis.
Secara historis ada dua pendekatan terhadap
konsep – konsep pemikiran ekonomi dari ahli – ahli
ekonomi. Mark Skousen24 mengemukakan dua
24 Skousen Mark, op.cit, hal. 8-9
31
pendekatan, yaitu: pendekatan pendulum dan tiang
totem. Pada pendekatan pendulum pemikiran –
pemikiran ahli ekonomi digolongkan berdasarkan
spektrum politik, dari ekstrem kiri „sampai‟ ekstrem
kanan. Dikatakan dengan kata „sampai tidak dengan
kata „dan‟ karena ditengahnya ada paham liberal.
Pada ekstrem kiri disebut paham radikal dengan
pelopornya Karl Marx, ekstrem kanan adalah paham
konservatif dengan pelopornya adalah Adam Smith.
Sedangkan diantara keduanya adalah paham liberal
dengan pelopornya John Maynard Keynes.
Dijelaskan lebih lanjut bahwa sejarah ekonomi
yang berkembang mungkin berayun dari satu
ekstrem ke ekstrem lainnya atau mungkin berhenti
di tengah – tengah. Dengan pendekatan ini
dikatakan bahwa Karl Marx dan Adam Smith
merupakan posisi yang setara, karena keduanya
menduduki posisi ekstrem. Akibatnya, karena pada
posisi ekstrem pandangan mereka menjadi tidak
bijak. Oleh karena itu, posisi moderat ditempati oleh
John Maynard Keynes karena pandangannya
seimbang dan lebih ideal. Pendekatan ini belum
merupakan pendekatan yang terbaik.
Oleh karena itu, menurut Mark Skousen, jika
tujuannya adalah untuk menunjukkan pemikiran
mana yang memaksimalkan kebebasan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi tercepat, maka pemikiran
para ekonom tersebut harus diletakkan di puncak
32
„tiang totem‟25 yang disebut pendekatan „atas-
bawah‟. Pemikiran ekonomi yang dukungannya
kepada kebebasan kurang kuat dan kebijakannya
berdampak pada pertumbuhan lebih lambat
diletakkan pada urutan bawah. Dengan pendekatan
ini, daripada membandingkan pemikiran ekonomi
secara horisontal berdasarkan spektrum, lebih baik
mengurutkannya dari atas ke bawah berdasarkan
patokan kebebasan dan pertumbuhan ekonomi.
Adam Smith mendukung kebebasan ekonomi
maksimum dalam perilaku mikroekonomi individual
dan perusahaan, dan mendukung intervensi
minimal dalam makroekonomi oleh negara. Negara –
negara yang paling mendekati visi kapitalisme
laissez faire menurut Adam Smith telah mencapai
standar hidup tertinggi. Berikutnya adalah John
Maynard Keynes yang mendukung kebebasan
individual, tetapi mendukung intervensi
makroekonomi dan nasionalisasi investasi. Formula
big government yang diusulkan Keynes
menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang stabil
tapi lambat. Sedangkan posisi selanjutnya Karl Marx
mengusulkan ekonomi terpusat baik pada aras
mikro maupun makroekonomi. Secara historis,
rezim sosialis yang mendukung perencanaan
25 “Tiang Totem” dijelaskan dalam legenda suku Indian, kepala
suku yang paling dihormati harus diletakkan di puncak tiang
totem, sedangkan kepala suku yang kurang dihormati tetapi tetap
penting berada di urutan bawahnya.
33
terpusat kinerjanya berada dibawah rezim ekonomi
pasar.
Menurut pemahaman penulis dengan pendekatan
dapat dimengerti ada dua aliran ekonomi yang
besar, yaitu: sosialis dan kapitalis. Kalau ekstrem
tinggal dikatagorikan ekstrem kiri atau kanan, yang
kemudian dikenal dengan paham sosialis dan
paham kapitalis. Sedangkan paham liberal pada
umumnya adalah kapitalis. Hal ini tergantung peran
dari negara. Disini akan berkorelasi dengan hukum.
Menurut Gunarto Suhardi26 terdapat 3 (tiga)
aliran pokok keterlibatan negara dalam ekonomi.
Pertama, keterlibatan minimalis dengan penganjur:
Adam Smith, Jean Baptist`Say, David Ricardo dan
Thomas Robert Malthus. Kedua, keterlibatan
maksimalis yang umumnya diikuti oleh
pemerintahan diktator absolut dan berbagai negara
berkembang. Ketiga, keterlibatan terukur dengan
penganjur Keynes dan Samuelson.
Aliran keterlibatan minimalis menyatakan bahwa
dalam tata susunan ekonomi negara, maka kegiatan
perseorangan atau pun kegiatan satuan – satuan
usaha harus diberikan kebebasan untuk mengurus
kepentingannya sendiri dan memperbaiki
kedudukannya di bidang ekonomi.
26 Suhardi Gunarto, Peranan Hukum dalam Pembangunan
Ekonomi, 2002, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya, hal. 12 - 19
34
Kegiatan ekonomi yang dilakukan dalam
persaingan bebas akan jauh lebih bermanfaat bagi
masyarakat sebagai keseluruhan dari pada kalau
segala sesuatunya diatur oleh negara dan hukum.
Kegiatan – kegiatan ekonomi seperti produksi,
konsumsi serta distribusi barang dan jasa pada
dasarnya sudah ditentukan menurut hukum –
hukum ekonomi. Hukum tersebut adalah hukum
keseimbangan antara penawaran dan permintaan;
keseimbangan antara keseluruhan produksi
nasional dengan keseluruhan permintaan
masyarakat. Oleh karenanya aliran ini mendukung
adegium Laissez Faire, Laissez Aller yang dipelopori
Adam Smith. Sedangkan Jean Baptist Say
menegaskan bahwa suatu keadaan equilibrium
(keseimbangan), maka proses produksi dalam
dirinya akan menciptakan pendapatan dan
pengeluaran pada tingkat dan volume yang
menimbulkan permintaan atau pembelian yang
akan menyerap seluruh hasil produksi. Dengan kata
lain, dalam keadaan equilibrium produksi cenderung
menciptakan permintaan akan hasil industri itu
sendiri.
Keterlibatan maksimalis, merupakan aliran yang
muncul sebagai reaksi dari aliran klasik ekonomi
dengan keterlibatan minimalis tanpa campur tangan
negara dan hukum. Oleh karena persaingan bebas
tanpa kendali layaknya berlaku hukum rimba, yang
menang adalah yang terkuat. Untuk mengatasi hal
35
ini, menurut aliran maksimalis negara harus
bertindak menguasai segala aspek kehidupan
ekonomi negara. Menurut aliran ini, perubahan yang
melingkupi masyarakat itu sendiri seperti keadaan
besarnya modal atau kapital dan sifat kekuasaan
pemerintahan. Namun dalam perjalanan waktu,
keterlibatan negara secara maksimalis
mengakibatkan keterpurukan ekonomi pada negara
– negara yang menganut paham ini. Negara
menguasai perekonomian, sehingga daya kreasi dari
masyarakat tidak terbentuk. Segala sesuatu diatur
dan dikontrol oleh negara, dan hasilnya bukan
untuk diri sendiri akan tetapi menjadi milik
komunal.
Keterlibatan terukur merupakan penganut aliran
Keynesian atau Neo-Keynesian yang pada prinsipnya
masih menggunakan prinsip equilibrium
(keseimbangan) sebagai landasan berpikir. Aliran ini
mengoreksi prinsip equilibrium bahwa mekanisme
ekonomi tidak dapat mengoreksi diri sendiri. Oleh
karena, reaksi alami dari produsen bila permintaan
pasar akan barang berkurang, maka produsen akan
mengurangi produksi barang, tanpa memikirkan
nasib tenaga kerja yang harus kehilangan nafkah.
Pola ini harus dikoreksi agar mekanisme ekonomi
tetap berjalan. Dan yang bisa mengoreksi ini untuk
kepentingan bersama adalah negara dengan
berbagai instrumen hukum atau merumuskan
berbagai peraturan perundang –undangan.
36
Peranan hukum dalam ekonomi diwakili oleh
negara dalam hal ini pemerintah. Dengan melihat
segala permasalahan konsep – konsep ekonomi,
situasi dan kegiatan – kegiatan ekonomi
berlangsung, maka bagaimanapun kehidupan
ekonomi harus diatur oleh kaedah hukum.
Dalam melihat hubungan hukum dan ekonomi
menurut Nindyo Pramono27 ada tiga pemikiran yang
mempengaruhi.
Pertama, adalah aliran yang radikal
mempertentangkan dan mempersoalkan rasionalitas
dari hukum, terutama dikaitkan dengan paham
liberal. Aliran ini dipelopori oleh Elisabeth Mensh,
Ackerman dan John Rawl. Aliran ini bertitik tolak
dari pemikiran bahwa ideologi liberal sangat
mengagung – agungkan adanya kebebasan di segala
bidang, baik politik, ekonomi, budaya dan hukum.
Konsep rule of law atau penegakan hukum menjadi
kontradiksi dengan paham radikal karena konsep
penegakan hukum menciptakan aturan dan
pembatasan – pembatasan, memberikan sanksi, dan
hal – hal lain yang tidak sejalan dengan ideologi
kebebasan. Konsep rules of laws hanya sebagai
mitos, karena tidak memiliki dasar ideologis di
masyarakat yang berpaham kapitalis dan liberalis.
Pada dasarnya, masyarakat liberal tidak
menghendaki aturan – aturan dan hanya
27 Sihombing Jonker, op.cit, hal. 20
37
memerlukan rules dan bukan rule of law atau
hukum. Rules dalam ekonomi adalah mekanisme
pasar bebas.
Kedua, aliran yang lebih moderat yang dipelopori
oleh Solum, Clara Dalton dan Tushnet. Aliran ini
beranggapan bahwa mempertentangkan hukum
dengan ideologi liberal yang mengagung – agungkan
asas kebebasan berkontrak yang berasal dari paham
liberal abad pertengahan, selain dipandang terlalu
radikal juga kurang realistis. Aliran ini menilai
bahwa tidak ada satu negara pun di dunia, baik
sosialis, liberal atau teokratis yang
mengesampingkan hukum hanya karena alasan
ideologis. Kenyataan menunjukkan bahwa rules of
law justru tetap diperlukan atas dasar rasionalitas
tersendiri tanpa memandang ideologi, tetapi hanya
terbatas pada tataran fungsi hukum pada
masyarakat yang bersangkutan. Dari pandangan
moderat ini, kemudian berkembang referensi hukum
dan ekonomi, seperti Robert Cooter dan Thomas
Ullen (1980) serta Richard Posner (1992).
Di satu sisi, hukum memberikan suatu kepastian
dan menciptakan batasan – batasan mengenai hak
dan kewajiban masing – masing individu. Di sisi
lain, hukum juga berusaha menegakkan keadilan
dalam mengakomodasi hak – hak dan kewajiban.
Menurut Posner, jika berkaitan dengan penegakkan
nilai – nilai keadilan, pilihan apapun yang diambil
harus dapat dipertanggungjawabkan secara
38
ekonomis berdasarkan akal sehat. Oleh karena itu
menurut Posner, bagaimanapun juga pelaksanaan
hukum tidak dapat dipisahkan dari manfaat
ekonomis, selain tentunya tercipta ketertiban yang
menjadi tujuan utama hukum.
Ketiga, aliran yang menekankan pada norma
preskriptif. Menurut aliran ini bahwa regulasi di
bidang ekonomi telah melahirkan aneka norma
preskriptif. Setiap cabang kekuasaan dari
pemerintahan mempunyai kompetensi untuk
melakukan regulasi ekonomi. Aliran ini banyak
diminati kalangan ahli hukum.
Ketiga macam pengaruh pemikiran ini secara
praktis dapat dilihat dalam wujud regulasi
peraturan – peraturan yang diterbitkan oleh negara.
Pemikiran tentang peranan negara yang
dikuasakan oleh hukum untuk mendorong dinamika
ekonomi dikemukakan juga oleh W. Friedman,
Geelhoeld dan Zijlstra, oleh Gunarto Suhardi
menggolongkan kedalam tiga tipologi 28:
Pertama, negara bertindak sebagai regulator
(stuurende) dan wasit (jury) dengan menggunakan
instrumen Hukum Administrasi yang umum dan
individual khusus. Implementasinya menurut
Zijlstra berupa: a. tindakan pemerintah untuk
penyediaan informasi dan pronogsis; b. tipologi
28 Suhardi Gunarto, op.cit hal. 8-9
39
keputusan dengan tujuan mempengaruhi warga
negara pada umumnya misalnya mengeluarkan
peraturan tentang investasi, harga sewa,
kebijaksanaan bidang moneter, perbankan dan
pasar modal; c. tipologi larangan yakni larangan
bertindak bagi swasta untuk hal tertentu, misalnya
pengangkutan bahan berbahaya. Sedangkan
menurut Geelhold, peranan negara dikatagorikan
sebagai pengendalian, berupa: penetapan berbagai
peraturan ekonomi makro da penetapan norma
selektif lainnya serta yang masuk dalam katagori
tindakan pemaksaan dalam suatu putusan
perselisihan para pihak.
Kedua, negara dapat bertindak sebagai de
presterende (penyedia atau provider) dari berbagai
keperluan para warga negaranya dapat berupa
tindakan yang masuk dalam tipologi pemberian
tunjangan sosial yang mengarah pada sociale
rechtstaat. Fungsi de presterende sebagai fungsi
provider dalam hal ini sebagai penyelenggaraan
negara implementasinya berupa berbagai peraturan
dalam sistem welfare state misalnya security act,
health insurance act, dsb.
Ketiga, peranan negara sebagai entrepreuneur
atau pengusaha,dalam hal ini negara membentuk
badan – badan usaha milik negara yang disamping
melaksanakan fungsi sebagai agent of development
juga harus mampu berusaha untuk membiayai
usahanya secara mandiri dan memberikan manfaat
40
bagi negara dengan membayar pajak pendapatan
sebagaimana badan usaha pada umumnya.
Fungsi sebagai agent of development dapat
dilaksanakan sebagai daya dorong pertumbuhan
ekonomi negara pada umumnya, memajukan sektor
ekonomi tertentu yang tidak mendapat perhatian
swasta dan usaha – usaha dalam menunjang
infrastruktur masyarakat. Selain melaksanakan
usaha – usaha yang memerlukan dana yang besar,
seperti sektor keuangan dan moneter, industri dan
pertambangan.
Fungsi agent of development ini oleh Soerjono
Soekanto menyebutkan bahwa hukum mempunyai
peran sebagai agent of change. Hukum sebagai
sarana pembaharuan dapat dilihat dalam dua hal,
yaitu: melakukan pembaharuan produk perundang
– undangan yang mendukung dan memberikan
arahan terhadap pembangunan dan sikap sosial
masyarakat29.
Fungsi hukum dalam ekonomi dikemukakan oleh
Roscue Pound30, sejak jaman dahulu kaidah –
kaidah hukum diciptakan untuk menyelesaikan
pertikaian dalam masyarakat. Hukum adalah suatu
istilah yang banyak artinya sepanjang sejarah umat
manusia. Tetapi dibalik itu setiap arti hukum
29 Sihombing Jonker, op.cit, hal. 70 30 Hetharia Melkias, Fungsi Hukum Menurut Roscue Pound, 1996,
Tesis Filsafat Program Pasca Sarjana UI, hal. 14 - 24
41
terdapat gagasan tentang ketertiban dan
keteraturan, yaitu ide tentang kaidah – kaidah atau
asas – asas yang menjadi dasar urutan peristiwa –
peristiwa fisik, linguistik, ekonomis, moral, sosial
atau peristiwa – peristiwa didalam hubungan –
hubungan manusia atau dalam proses diaturnya
hubungan – hubungan inioleh pihak resmi di dalam
masyarakat yang berorganisasi politik.
Lebih lanjut dikemukakan bahwa dalam hukum
terlihat dua macam fenomena. Pertama didalam
hukum – hukum ilmu, hukum – hukum fonetika
atau linguistik atau hukum – hukum ekonomi pada
hakekatnya sangat bebas dari kemauan manusia
atau di atas kekuasaan manusia. Kedua, didalam
hukum – hukum mode atau hukum – hukum
permainan, hakekatnya tunduk kepada
pengendalian dari pihak kemauan manusia. Hukum
menurut ahli hukum lebih mirip pada tipe kedua.
Artinya, hukum secara berangsur – angsur
mengambil corak yang berbeda dari pengertian
hukum pada zaman yang lampau.
Pound menjelaskan kita hanya dapat melihat
cara kerjanya alam fisik itu, namun kita tidak dapat
mempengaruhinya ataupun merubahnya. Tetapi
dalam hukum penjualan barang – barang dapat
dikerjakan lebih lanjut dengan pengalaman yang
dikembangkan oleh akal dan dirumuskan dalam
putusan – putusan dan buku – buku pelajaran,
dapat dikodifikasikan di dalam undang – undang
42
penjualan, dan kemudian dapat dicabut kembali
atau diperundang – undangkan berbagai ketentuan
baru. Badan legislatif dapat mencabut beberapa
bagian dan dapat pula mengadakan amandemen
pada bagian – bagian lainnya. Dengan kata lain,
seluruh hukum penjualan dimulai, dikembangkan
dan kemudian dijalankan menurut kemauan
pembuat undang – undang. Juga, dengan
perantaraan undang – undang itu - seperti
diterapkan dalam pengadilan, hubungan –
hubungan pembeli dan penjual, dan kelakuan dari
orang – orang dari lingkungan perdagangan dapat
dan memang diatur sedemikian rupa, sehingga
dapat menghindari perselisihan pribadi dan
mencegah penuntutan ganti rugi dengan cara
sendiri - akan memberikan suatu dasar yang kokoh
kepada ketertiban ekonomi.
Hukum sebagai sarana pembaharuan (law as a
tool of social engineering). Fungsi ini menurut Roscue
Pound bahwa tujuan hukum bukan sebagai satu
maksimum dari kebebasan mengemukakan diri,
melainkan sebagai satu maksimum dari pemuasan
kebutuhan. Persoalan utama adalah kebutuhan
yang harus diakui dan dijamin. Agara kepentingan –
kepentingan itu dijamin oleh hukum dengan
mengadakan perimbangan kepentingan, oleh karena
itu perlu disusun suatu daftar penggolongan
43
kepentingan - kepentingan. Ada tiga macam
golongan kepentingan menurut Pound31:
Pertama, kepentingan – kepentingan umum
(public interests) yang terdiri dari: kepentingan –
kepentingan negara sebagai badan hukum dan
kepentingan – kepentingan negara sebagai penjaga
kepentingan – kepentingan sosial.
Kedua, kepentingan – kepentingan sosial (social
interests) yang terdiri dari: kepentingan –
kepentingan masyarakat dalam kepentingan umum,
keamanan bagi lembaga – lembaga sosial,
kepentingan masyarakat dalam kesusilaan umum,
kepentingan masyarakat dalam kemajuan sosial
pada umumnya (terdiri dari atas empat
kebijaksanaan pokok: kebebasan untuk memiliki
sesuatu, kebebasan perdagangan dan perlindungan
terhadap monopoli, kebebasan untuk mengadakan
usaha industri, serta dorongan untuk melakukan
penemuan), dan kepentingan masyarakat dalam
kepentingan individu.
Ketiga, kepentingan – kepentingan individu
(individual interests), terdiri dari: kepentingan –
kepentingan pribadi, kepentingan – kepentingan
dalam hubungan rumah tangga dan kepentingan –
kepentingan atas substansi yang meliputi
perlindungan harta, kebebasan berusaha dan
mengadakan kontrak, kebebasan menyelesaikan
31 Hetharia Melkias, op.cit, hal. 77
44
warisan, dan harapan – harapan akan keuntungan –
keuntungan yang dijanjikan secara sah.
Mengenai hukum social engineering
berhubungan dengan bagian dari keseluruhan
bidang yang dapat dicapai dengan tata tertib
hubungan – hubungan manusia melalui kekuatan
organisasi politik masyarakat. Engineering adalah
gagasan diantaranya sebagai suatu proses atau
sebagai suatu kegiatan, tidak hanya sebagai suatu
kumpulan pengetahuan atau sebagai suatu bentuk
tata tertib tertentu. Engineering adalah perbuatan
dari sesuatu, bukan suatu pelayanan sebagai
instrumen pasif melalui mana rumusan matematika
dan hukum – hukum mekanika merealisasikan diri
dalam cara yang telah ditetapkan secara abadi32.
Hukum sebagai social engineering ada tiga hal yang
perlu dipertimbangkan yang harus dilihat secara
keseluruhan, yaitu: administrasi keadilan
(administration of justice), peraturan atau tata
hukum (legal order) dan hukum (law).
Administrasi keadilan (administration of justice)
adalah pengaturan secara tertib tentang kasus -
kasus pengadilan yang mempunyai kebiasaan atau
berdasarkan perjanjian atau religius atau
kekuasaan politik untuk menjatuhkan hukuman
diantara pihak – pihak yang bersengketa.
Administrasi keadilan bukan suatu proses mekanis
32 Ibid, hal. 88 - 95
45
yang sederhana. Dalam kasus – kasus property and
commercial law dimana bentuk – bentuk ekonomi
dari kepentingan sosial dalam perlindungan umum
mengatur penerapan tertentu secara mekanis,
aturan – aturan yang detail atau pengambilan
kesimpulan yang kaku dari konsepsi – konsepsi
tertentu adalah salah satu kebijaksanaan social
engineering.
Pemikiran tentang peraturan atau tata hukum
(legal order) dapat dibedakan dari administrasi
keadilan juga dibedakan dari hukum. Peraturan
atau tata hukum adalah suatu proses pengadaan
peraturan (hukum), sebagian oleh administrasi
keadilan, sebagian oleh perwakilan administratif,
sebagian oleh pemberian orang sebagai pemandu
dalam bentuk aturan atau ajaran hukum untuk
menghindari dari konflik – konflik. Pengadilan,
administratif, legislatif dan ahli hukum sepanjang
mereka diperintah untuk menyesuaikan diri
diantara hubungan – hubungan, menyetujui
bersama klaim – klaim yang saling melengkapi,
menjamin kepentingan – kepentingan oleh aturan –
aturan yang tetap, menemukan alat – alat untuk
mengklaim atau menuntut untuk dipuaskan dengan
suatu pengorbanan beberapa orang secara kolektif
ini adalah aturan – aturan hukum. Dengan
demikian, peraturan atau tata hukum adalah satu
sisi dari proses kontrol sosial. Tugas dari peraturan
dan tata hukum sebagai social engineering adalah
46
menghindari perselisihan dan mencegah
pemborosan.
Hukum (law) merupakan sekumpulan
pengetahuan dan pengalaman dengan tujuan
mengadakan social engineering. Disini hukum
melampaui sekumpulan peraturan dan tata hukum
(legal order). Hukum mempunyai aturan – aturan,
prinsip – prinsip, konsepsi – konsepsi dan standar –
standar bagi perilaku dan keputusan.
Menurut Pound untuk memahami secara tepat
siapa yang melakukan engineering perlu ahli hukum
yang kreatif. Juga, legislatif yang memenuhi syarat
dapat memberi perhatian untuk membuat undang –
undang yang berguna bagi tujuan – tujuan
peraturan hukum.
Hukum sebagai social enginnering juga
dikemukakan oleh Mochtar Kusumaatmadja33
bahwa hukum tidak hanya berfungsi secara
konservatif yaitu memelihara ketertiban dalam
masyarakat. Akan tetapi, masyarakat juga berubah
dengan cepat. Oleh karena itu, hukum harus dapat
membantu proses perubahan masyarakat itu,
termasuk mengarahkan kegiatan ekonomi.
Argumentasi Mochtar34 adalah pendayagunaan
33 Kusumaatmadja Mochtar, Konsep – Konsep Hukum Dalam Pembangunan, 2002, Bandung, Alumni, hal. 14 34 Soetandyo Wignjosoebroto, Dari Hukum Kolonial ke Hukum Nasional (Dinamika Sosial-Politik dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, 1995(Cet.II), Jakarta, RajaGrafindo Persada, hal. 231.
47
hukum sebagai sarana untuk merekayasa
masyarakat menurut skenario kebijakan pemerintah
(dalam hal ini eksekutif) amatlah terasa diperlukan
oleh negara – negara sedang berkembang, jauh
melebihi kebutuhan yang dirasakan negara – negara
industri maju.
Menurut Soetandyo Wignjosoebroto35, ide law as
a tool of social engineering dari Mochar
Kusumaatmadja ini rupanya ditujukan secara
selektif untuk memfungsikan hukum guna
merekayasa kehidupan ekonomi nasional saja, dan
tak berpretensi akan sanggup merekayasa
masyarakat dalam seluruh aspek kehidupannya. Ide
ini sesuai dengan kepentingan pemerintah saat itu,
karena ide untuk mendahulukan pembangunan
hukum pada ranah netral – termasuk hukum
ekonomi – dalam rangka mempersiapkan
infrastruktur pembangunan nasional. Kelembagaan
hukum untuk kepentingan pembangunan ekonomi,
seperti: pertanahan, pertambangan, permodalan,
perpajakan, keuangan, perbankan, perburuhan,
investasi dan pasar modal, akan memberikan
jaminan – jaminan kepastian yang penting untuk
pembangunan ekonomi.
Berkaitan dengan hukum sebagai social
engineering yang dikemukakan Roscue Pound
adalah keadilan administratif. Salah satu bentuk
35 Ibid, hal. 234
48
hukum yang sangat berpengaruh dengan kegiatan
ekonomi adalah Hukum Administrasi. Hukum
Administrasi36 adalah bagian dari peraturan
perundangan yang berlaku dan langsung
menyentuh kegiatan perekonomian di suatu negara.
Keputusan – keputusan dari pejabat – pejabat
negara adalah peraturan yang merupakan hukum
positif yang bersifat publik dan langsung mengatur
kegiatan ekonomi. Terdapat dua macam Keputusan
Tata Usaha Negara, yaitu: Keputusan Tata Usaha
Negara yang bersifat umum dan Keputusan Tata
Usaha Negara yang bersifat khusus personal yang
akibat hukumnya bersifat langsung. Keputusan Tata
Usaha Negara yang Umum adalah berupa Peraturan
Menteri dan pejabat lainnya yang berwenang.
Peraturan ini bersifat umum karena berlaku bagi
tiap orang, sehingga sifatnya sama dengan
peraturan perundangan lainnya. Keputusan Tata
Usaha Negara yang bersifat khusus adalah
ditujukan kepada seseorang tertentu atau suatu
badan hukum tertentu berupa ketetapan –
ketetapan khusus atau pemberian ijin tertentu,
dalam keputusan khusus ini kegiatan ekonomi
berlangsung.
Hukum Administrasi tersebut oleh P.M. Hadjon
dibedakan dalam tiga fungsi37, yaitu: fungsi
normatif, fungsi instrumental dan fungsi jaminan.
36 Suhardi Gunarto, op.cit, hal. 6 37 Ibid, hal. 6-7
49
Fungsi normatif diwujudkan dalam peraturan
perundangan yang merupakan hukum positif, yang
juga bersifat hukum publik dalam arti mengikat
siapa saja. Karakter hukum sama dengan peraturan
perundangan lainnya yang ditetapkan legislatif. Sifat
normatifnya sebagai pedoman tingkah laku yang
bersifat melarang, memberi petunjuk dan
memberikan pedoman tentang sanksi terhadap
pelanggaran. Fungsi instrumental adalah
menetapkan instrumen yang digunakan Pemerintah
dalam melaksanakan fungsi atau kekuasaan
memerintah. Sedangkan fungsi jaminan
dimaksudkan adalah kewenangan yang dimiliki oleh
pemerintah. Kewenangan ini berasal dari konstitusi
berdasarkan pembagian kekuasaan negara.
Fungsi hukum dalam kaitan dengan ekonomi
menurut Soedjito Sosrodihardjo38, ada tiga. Pertama,
dengan melihat lebih dahulu apakah suatu kegiatan
ekonomi sudah diatur dalam ketentuan perundang –
undangan. Setelah itu perlu dilihat lebih lanjut
apakah undang – undang itu masih mampu untuk
mengatasi hal – hal yang mungkin menyimpang dari
undang – undang yang dimaksud. Jika hasil analisis
menunjukkan adanya hal – hal yang menyimpang
selanjutnya perlu dicari apa yang menjadi penyebab,
dan siapa yang paling banyak diuntungkan oleh
penyimpangan itu. Kedua, bidang – bidang ekonomi
yang belum diatur oleh ketentuan perundang –
38 Sihombing Jonker, op.cit, hal. 26
50
undangan perlu diteliti lebih lanjut untuk
mendapatkan jawaban siapa yang mengaturnya
dalam kenyataannya. Apakah bidang tersebut diatur
oleh konvensi atau ketentuan yang diciptakan
secara ad hoc tetapi berkesinambungan. Kalau
keadaannya demikian, apakah dengan mudah dapat
terjadi penyalahgunaan yang mengakibatkan terjadi
pelanggaran hukum. Ketiga, jika ada bidang hukum
dalam lapangan ekonomi yang tidak diatur atau
belum diatur secara tuntas, apa yang akan
dilakukan oleh hakim39.
Dengan demikian, hukum dalam kegiatan
ekonomi peranannya lebih bersifat pasif. Hukum itu
sendiri terdiri dari berbagai norma, maka
keberadaannya sudah memiliki peranan. Fungsinya
memberikan pernyataan – pernyataan yang berisi
petunjuk tingkah laku manusia, alat untuk
menyelesaikan konflik dan alat untuk rekayasa
sosial ekonomi. Obyeknya adalah segi kehidupan
manusia, termasuk dalam kegiatan ekonomi.
Pendekatan ekonomi terhadap hukum dilakukan
oleh Richard Posner melalui teorinya Economic
Analysis of Law40. Teori ini merupakan
pengembangan dari prinsip utilitarianisme yang
dikembangkan oleh Jeremy Bentham dan John
Stuart Mill. Menurut Posner, sehubungan dengan
39 Menurut penulis pengertian Hakim disini,termasuk regulator. 40 Ibrahim Johnny, op.cit, hal. 9
51
upaya rasional manusia untuk mencapai kepuasaan
maksimum bagi dirinya, maka prinsip
utilitarianisme tidak dapat menentukan apa
keinginan seseorang dengan tepat. Sedangkan
pemikiran analisis ekonomi terhadap hukum
menemukan jawabannya, yaitu: keinginan seseorang
terhadap sesuatu adalah ditentukan dengan melihat
berapa besar kesediaannya untuk membayar apa
yang dikehendakinya itu agar keinginannya dapat
terpuaskan. Singkatnya, „berapa besar yang harus
dibayar untuk memperoleh sesuatu atau tidak
memperoleh sesuatu‟. Jika utilitarianisme
menitikberatkan pada unsur kebahagiaan terbesar
(the greatest happiness), maka analisis ekonomi
terhadap hukum melihatnnya dari segi efisiensi atas
pilihan terhadap aturan hukumnya. Pendekatan dari
segi efisiensi dalam memandang hukum adalah
dalam usaha meminimalkan biaya sosial (social cost)
terhadap aktivitas tertentu41.
Posner mendefinisikan efisiensi sebagai: to denote
the allocation of resources in which value is
maximized, kemudian dalam kerangka analisis
ekonomi, ia menambahkan bahwa efisiensi dalam
hal ini terbatas pada kriteria etis dalam rangka
penyusunan keputusan – keputusan sosial (social
41 Ibid, hal. 53
52
decision making) yang menyangkut pengaturan
kesejahteraan masyarakat42.
Menurut Posner, ada dua studi dalam ilmu
ekonomi, yaitu: positive economics dan normative
economics43. Positive economics adalah studi tentang
„apa‟ yang ada dalam ilmu ekonomi dan bukannya
„apa yang harus ada‟. Studi ini berusaha untuk
mengidentifikasi hubungan antara variabel –
variabel ekonomi untuk mengukur hubungan –
hubungan ini dan membuat prediksi apa yang akan
terjadi salam sebuah variabel berubah. Berkaitan
dengan studi ini, maka konsep ekonomi pendekatan
terhadap hukum disebut positive analyisis, seorang
analisis akan bertanya saatnya suatu kebijakan
hukum akan dilaksanakan dalam kaitannya dengan
prediksi yang dapat dibuat yang mempunyai akibat
ekonomi. Sedangkan normative economics adalah
studi tentang „apa yang harus‟ dalam ilmu ekonomi,
bukan tentang „apa yang sebenarnya‟. Sebuah
pernyataan normatif mencerminkan pertimbangan –
pertimbangan etis seperti „keadilan‟ daripada
sekedar alasan ekonomis. Berkaitan dengan konsep
ekonomi terhadap hukum disebut normative
analysis. Analisis ini secara konvensional bermakna
welfare economics yang memiliki kecenderungan
untuk mempertanyakan apakah suatu peraturan
hukum yang diusulkan atau perubahan hukum
42 Ibid, hal. 57 43 Ibid, hal. 57 - 59
53
yang dilakukan akan berpengaruh terhadap cara
masyarakat mencapai apa yang diinginkannya.
Dalam hubungan ini, lebih lanjut Posner
mengemukakan dua konsep tentang efisiensi.
Pertama, Pareto Efficiency yang mempertanyakan
apakah suatu kebijaksanaan atau perubahan
hukum tersebut membuat seseorang lebih baik
dengan tidak mengakibatkan posisi orang yang lain
menjadi buruk. Kedua, Kaldor – Hicks Efficiency
yang mempertanyakan apakah suatu kebijaksanaan
atau perubahan tersebut menyediakan kompensasi
yang seimbang kepada mereka yang dirugikan
akibat kebijaksanaan atau perubahan hukum
tersebut. Pendekatan kedua ini dikenal juga sebagai
pendekatan analisis biaya dan manfaat (cost-benefit
analyisis).
Hukum yang bertujuan untuk memajukan
efisiensi ekonomi dalam kerangka pasar bebas (free
market) adalah diwujudkan dalam bentuk campur
tangan pemerintah dalam berbagai bentuk kebijakan
publik.
4. Pasar Bebas Dan Fungsi Hukum
Gagasan tentang pasar bebas lahir dari pemikiran
ekonomi klasik yang antara lain menekankan
pentingnya setiap individu berkompetisi secara bebas
(free fight liberalism) dalam upaya meningkatkan
kemakmuran. Gagasan ini sejalan dengan prinsip
kemanfaatan (utilitarianisme) yang dikembangkan oleh
54
Jeremy Bentham (1748 – 1832). Dalam paham
utilitarianisme pihak yang kalah bersaing merupakan
pengorbanan demi kenikmatan pelaku pasar yang lain,
dan juga membawa manfaat dalam bentuk efisiensi
pemakaian sumber daya ekonomi terhadap
kepentingan masyarakat luas. Para pelaku pasar akan
berusaha dengan segala daya upaya guna mengejar
kenikmatan, disamping sadar akan penderitaan yang
ditimbulkan bila gagal. Menurut Bentham prinsip ini
harus mendasari dalam kehidupan politik, ekonomi
dan perundangan44.
Perlu dipahami dengan jelas bahwa prinsip Bentham
berdasarkan prinsip individualis, bukan sosialis.
Sebagai seorang warga dari kelas menengah di Inggris,
ia percaya pada inisiatif individu dan semangat
persaingan fair dalam perekonomian. Prinsip utamanya
adalah setiap orang mempunyai kebebasan yang penuh
untuk mengejar kepentingannya, sekaligus memberi
kebebasan kepada orang lain untuk mengejar
kepentingan dirinya.
Ada empat kredo yang menopang semangat
persaingan fair. Pertama, setiap orang mempunyai hak
untuk hidup dan bertindak sesuai dengan nilai – nilai
yang diperlukan dan untuk dapat tetap bertahan
hidup. Kedua, setiap orang mempunyai hak untuk
dengan sebebas – bebasnya berpikir dan bertindak
sesuai dengan apa yang dianggapnya terbaik untuk
44 Ibid, hal. 157
55
bertahan hidup. Ketiga, setiap orang berhak untuk
bekerja keras sesuai dengan nilai – nilai yang dipilihnya
sendiri dan memiliki serta menikmati hasil – hasilnya.
Keempat, setiap orang berhak untuk hidup bagi
kepentingan dirinya sendiri dan berupaya untuk
mewujudkan cita – citanya sendiri. Teori Bentham ini
adalah individualisme utilitarian. Artinya, alam telah
menempatkan umat manusia dibawah dua kendali
yakni „kesenangan‟ dan „penderitaan‟. Semua
pemikiran, penilaian dan tujuan hidup manusia
dirujuk dari kedua hal tersebut. Satu – satunya tujuan
manusia adalah mencari kesenangan dan menjauhi
penderitaan45.
Prinsip manfaat mengendalikan segala sesuatu
dengan kedua motif tersebut. Manfaat merupakan
suatu istilah yang mengungkapkan sifat atau
kecenderungan sesuatu untuk mencegah kejahatan
atau memperoleh kebaikan. Kejahatan adalah
penderitaan atau penyebab penderitaan. Kebaikan
adalah kesenangan atau penyebab kesenangan.
Sedangkan, yang paling sesuai dengan manfaat atau
kepentingan individu adalah yang cenderung
memperbanyak jumlah kebahagiaan itu. Demikian
juga, yang paling sesuai dengan manfaat atau
kepentingan masyarakat adalah yang cenderung
45 Tanya Bernard, dkk, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan Generasi, 2010 (cet.III), Genta Publishing, hal. 90
56
memperbesar jumlah kebahagiaan individu yang
membentuk masyarakat itu46.
Lalu, kalau setiap orang mengejar kenikmatan
untuk kepentingan sendiri, bagaimana bisa hidup
bersama secara adil ? Apalagi dalam banyak hal, yang
paling nikmat dan menguntungkan tidak selalu berarti
demikian bagi orang lain. Untuk yang lain, barangkali
hal yang sama justru mencelakakan dan merugikan,
sehingga menimbulkan kekacauan moral dan
ketidakadilan. Bentham sadar betul akan segala
kemungkinan itu, serta memberi solusi „ukuran umum
kebahagiaan‟. Dan untuk mencapai kebahagiaan itu
harus dilakukan lewat hukum. Hukum harus berbasis
manfaat bagi kebahagiaan manusia47. Bentham
merumuskan prinsip utilitarianisme itu dalam kalimat
singkat the greatest happiness for the greatest number –
kebahagiaan yang sebesar mungkin bagi jumlah yang
sebesar mungkin.
John Stuart Mill memodifikasi ajaran Bentham
dengan bahwa moralitas tindakan adalah diukur
sejauh mencapai kebahagiaan. Menurut Mill,
kebahagiaan merupakan perasaan senang dan
kebebasan dari perasaan sakit. Karena itu, Mill
menolak tuduhan bahwa utilitarianisme memandang
kenikmatan jasmani sebagai tujuan hidup manusia.
46 Bentham Jeremy, Teori Perundang – Undangan – Prinsip – prinsip Legislasi, Hukum Perdata dan Hukum Pidana, 2010, Bandung,
Nuansa & Nusamedia, hal. 26 47 Tanya, Bernard, dkk, op.cit., hal. 91.
57
Kalau Bentham kenikmatan itu bersifat jasmani dan
rohani, sedangkan Mill kenikatan itu bersifat estetis
dan kebijaksaan.
Dalam hal keadilan dijelaskan lebih lanjut bahwa
jaminan terhadap hak – hak dan perlakuan yang adi
adalah merupakan syarat agar orang dapat merasa
sejahtera. Karena itu, hormat terhadap orang lain serta
kewajiban untuk bertindak dengan adil dituntut oleh
prinsip kegunaan. Utilitarianisme menurut Mill juga
menuntut kesejahteraan umum sebagai pertimbangan
utama.
Dalam hal kebebasan ditegaskan oleh Mill bahwa
prinsip kebebasan tidak dapat menuntut bahwa ia
harus bebas untuk tidak bebas. Bukan kebebasanlah
apabila orang dibiarkan untuk mengasingkan dirinya
dari kebebasannya. Alasan – alasan ini sangat jelas
dalam kasus yang tertentu ini, tetapi jelaslah bahwa ia
dapat diterapkan jauh lebih luas. Namun demikian,
dimana – mana alasan tersebut dibatasi oleh
kebutuhan kehidupan yang terus – menerus menuntut
bukan agar kita melepaskan kebebasan itu, melainkan
agar kita menyetujui pembatasan ini dan pembatasan
lainnya terhadap kebebasan itu.
Pandangan ini Mill ini bergeser dari gagasan
Bentham. Mill menyetujui adanya pembatasan –
pembatasan terhadap hak – hak individu, sedangkan
Bentham membiarkan individu mengaktualisasikan
58
dirinya dengan dipandu oleh keinginan mencari
kenikmatan dan menghindari penderitaan48.
Paham utilitarianisme ini menjadi dasar munculnya
gagasan – gagasan awal tentang pasar bebas. Dari segi
ekonomi, gagasannya tumbuh dari ekonomi klasiknya
Adam Smith, sedangkan kebebasan adalah paham
utilitarianismenya John Stuart Mill.
Paradigma pasar bebas dapat diartikan bahwa pasar
dapat mengatur dirinya sendiri, dalam arti ada invisible
hand menurut Adam Smith. Namun secara faktual
terjadi juga kegagalan pasar (market failure). Oleh
karena itu perlu campur tangan negara untuk
mengatasi kegagalan pasar.
Robert Nozick yang merupakan bagian dari tradisi
ekonomi klasik dan neo-klasik memberi tekanan pada
hak individu, dan hak ini tidak boleh dilanggar. Nozick
mengakui mengakui ada masalah menyangkut status
hukum kodrat tentang hak alamiah bahwa pemisahan
hak dari hukum menimbulkan berbagai kesulitan.
Meskipun demikian Nozick menganut paham radikal
dari pandangan libertarian tentang hak yang mengitari
individu, seperti sebuah garis mengitari sebuah wilayah
dalam ruang moral disekelilingi individu dan dalam
keadaan apa pun garis ini tidak boleh disentuh tanpa
persetujuan individu yang bersangkutan. Inilah
pandangan Nozick tentang hak sebagai aturan
48 Ibrahim Johnny, op.cit, hal. 159 - 161
59
tambahan (side – constraint) bagi tindakan individu,
yang berbeda dengan konsep keadaan akhir (end-state)
atau konsepsi terpola yang mewujud pada
utilitarianisme konvensional49.
Hak didasarkan pada konsepsi tentang tindakan
bebas. Nozick mengartikan sebuah tindakan sebagai
perbuatan intensional yang mucul dari suatu proses
memilih diantara berbagai alternatif. Sejumlah
pertimbangan menjadi dasar bagi Nozick untuk
merumuskan pengertian kehendak bebas berdasar
pilihan sadar: misalkan sebuah tindakan dalam
keadaan tidak seimbang bagi individu jika: a). ia
melakukannya atau ingin melakukannya, namun b).
jika ia tahu sebab – sebab ia melakukannya atau ingin
melakukannya, atau tidak ingin melakukannya. Bila
syarat (a) dipenuhi, tetapi syarat (b) tidak, tindakan itu
dalam keseimbangan. Jika ia tahu sebab – sebab ia
melakukan tindakan itu atau ingin melakukannya,
maka ia masih tetap ingin melakukannya50.
Pandangan ini merupakan upaya membuat
semacam sintesa hak utilitas dari John Stuart Mill
bahwa effisiensi utilitarianisme paling baik dicapai
dengan menghormati hak individu51. Hal ini berfungsi
sebagai pembatas apa yang dilakukan seseorang dalam
pengertian bahwa apapun yang dilakukan untuk
49 Shapiro Ian, Evolusi Hak Dalam Teori Liberal, 2006, Jakarta,
Yayasan Obor, hal. 169. 50 Ibid, hal. 191 51 Ibid, hal. 215
60
mengejar keadilan sendiri, dia tidak boleh melanggar
hak orang lain. Pendapat Nozick tentang pasar bahwa
transaksi pasar secara tak terhindarkan akan
mengganggu distribusi yang sudah terpola misalnya
distribusi sama rata. Pasar bebas seringkali dianggap
mempertahankan dan bukan mengganggu
pemerataan52.
Pandangan Nozick tentang hakekat dan fungsi
negara menggambarkan suatu bentuk pemerintahan
yang bisa merebut persetujuan dari setiap individu
dalam masyarakat tanpa paksaan, yang disebutnya
sebagai „negara minimal‟. Dengan negara minimal
merupakan paling mudah mendapat persetujuan dari
semua warga. Argumentasinya bahwa keadaan alamiah
yang pada dasarnya tidak nyaman, karena biaya yang
harus dipikul oleh setiap individu untuk menegakkan
haknya akan menyebabkan mereka membentuk
„perhimpunan – perhimpunan bersama‟ yang berperan
seperti perusahaan asuransi yang melindungi dan
menegakkan hak – hak kliennya. Salah satu dari
perhimpunan – perhimpunan itu akan menjadi
dominan sebagai akibat dari proses tangan tersembunyi
yang bergantung pada transaksi yang sepenuhnya
sukarela. Satu – satunya kekecualiaan adalah orang –
orang „bebas‟ yang memilih tidak menjadi anggota
perhimpunan, karena lebih suka melindungi diri
dengan kekuatan sendiri. Mereka ini pada akhirnya
dipaksa menjadi anggota oleh perhimpunan yang
52 Ibrahim Johnny, op.cit, hal. 174
61
dominan dan akan mendapat ganti rugi atas
pelanggaran hak yang terjadi karena dipaksa menjadi
anggota perhimpunan dominan itu. Tidak ada negara
dengan peran yang lebih luas dari itu yang akan
muncul melalui transaksi sukarela atau melalui
pemberian ganti rugi yang sah.
Dari keadaan „anarki‟ itu yang didesak oleh
pengelompokkan – pengelompakkan spontan,
perhimpunan perlindungan bersama, pembagian kerja,
tekanan pasar, skala ekonomi dan kepentingan pribadi
rasional, akan muncul sesuatu yang banyak
persamaannya dengan negara minimal atau
sekelompok negara minimal dengan garis batas
geografis yang jelas.
Negara atau kelompok individu tidak boleh berbuat
lebih dari negara minimal53. John Maynard Keynes
memperkenalkan teorinya bahwa merupakan suatu
keharusan campur tangan negara melalui kebijakan
fiskal dan moneter, guna membantu mengatasi gejolak
ekonomi54. Keynes menyampaikan teorinya tentang
aggregate demand untuk menjelaskan bagaimana
variasi terhadap berbagai level aktivitas ekonomi,
dimana total income masyarakat didefinisikan sebagai
penjumlahan dari konsumsi dan investasi (consumption
and investment). Dalam kondisi banyak pengangguran
terjadi dan kapasitas produksi banyak yang tidak
terpakai, maka pengangguran dapat diatasi dengan
53 Shapiro Ian, op.cit, hal. 163-165 54 Ibrahim Johnny, op.cit., hal. 27
62
cara meningkatkan pengeluaran (increasing
expenditures) baik untuk konsumsi maupun untuk
investasi.
Intervensi negara berdasarkan teori Keynes
diterapkan oleh negara – negara maju dalam
menghadapi perekonomian global. Negara – negara
yang memegang teguh prinsip pasar bebas pun, harus
mengabaikan sistem pasar bebas guna menyelamatkan
sistem pasar bebas itu sendiri, seperti Inggris dan
Amerika.
Perusahaan yang bergerak di bidang hedge fund
yang banyak bermarkas di Inggris dan Amerika.
Transaksi – transaksi hedge fund ditempatkan dalam
taruhan – taruhan yang bersifat spekulatif, gelap dan
liar dilakukan diluar jangkauan aturan hukum. Hal ini
dimungkinkan karena negara – negara seperti
Singapura, Hongkong, Swiss, Australia dan beberapa
negara kecil di kawasan Pacific yang dijuluki off-shore
centers atau safe haven memberi perlindungan
terhadap transaksi – transaksi spekulatif melalui
instrumen hukum yang dinamakan bank secrecy act.
Tindakan spekulatif hedge fund misalnya mendorong
naik – turunnya harga komoditas.
Dalam sistem keuangan yang sangat kompleks
meski resikonya sudah terbagi – bagi, namun resiko
sistemiknya sangat besar. Perusahaan keuangan
(invesment companies) menawarkan berbagai produk
turunan yang berfungsi membagi resiko. Inovasi –
63
inovasi di sektor keuangan seperti asset – backed
securities (ABS), structural investment vehicles (SIV),
collateralized-debt obligation (CDOs) dan credit default
swaps (CDSs) terbukti mendatangkan keuntungan
yang luar biasa di pasar finansial (financial market).
Produk – produk turunan dari transaksi derivatif
dengan instrumen utama: future/forward, options dan
swap memiliki perbedaan penggunaan, resiko dan sifat
hukumnya.
Pada awalnya produk derivatif telah memungkinkan
cakupan kegiatan usaha (extended scope), peningkatan
efisiensi dan penurunan biaya terhadap manajemen
resiko dalam bisnis. Hal ini membuka kegiatan –
kegiatan baru yang sebelumnya dianggap terlalu
berisiko tanpa adanya transaksi derivatif. Kemampuan
transaksi derivatif untuk meningkatkan efisiensi
ekonomi dengan cara mengalihkan resiko kepada pihak
– pihak yang lebih mampu.
5. Transaksi Derivatif
A. Kegiatan Ekonomi
Ekonomi adalah hal-hal yang berkaitan dengan
usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan -
kebutuhannya dan memenuhi keinginan-keinginannya;
atau pemenuhan secara maksimal semua kebutuhan
manusia untuk kemakmuran. Kegiatan ekonomi adalah
mengenai bagaimana mencapai kemakmuran manusia,
baik sebagai individu maupun masyarakat.
64
Dalam ekonomi, ada perbedaan antara kebutuhan
dan keinginan. Adakalanya manusia tidak
menginginkan sesuatu yang dibutuhkan dan penting
bagi hidupnya. Sebaliknya, keinginan terhadap
sesuatu yang tidak penting atau dibutuhkan. Keinginan
yang wajar dan alamiah merupakan hal untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Masyarakat atau individu
yang makmur adalah tercukupi kebutuhannya ( bukan
sekedar keinginan) secara maksimal.
Manusia hidup membutuhkan berbagai barang dan
jasa untuk hidup secara layak55. Barang primer adalah
barang yang harus ada (urgent) untuk kelangsungan
hidup manusia; seperti: sandang, pangan dan papan.
Barang sekunder juga dibutuhkan manusia tetapi
sifatnya tidak begitu penting; misalnya: kendaraan,
listrik, pendidikan, dsb. Barang mewah adalah barang
dan jasa yang memberikan kenikmatan dan
kenyamanan yang lebih, walaupun tanpa itu pun
seseorang masih bisa hidup dengan sejahtera dan tidak
menderita, misalnya: rumah mewah, berwisata ke luar
negeri, makanan impor yang langka dan mahal,
pakaian eksklusif, mobil mewah, dsb. Ada juga barang-
barang dan jasa-jasa yang kurang atau sama sekali
tidak dibutuhkan, bahkan ada yang bersifat merusak
tubuh dan jiwa manusia. Misalnya : rokok, narkoba,
pelacuran, perjudian, pornografi, dsb. Kemudian,
jenis-jenis barang dan jasa yang tidak secara langsung
bermanfaat atau dapat memenuhi kebutuhan manusia,
55 Sutandijo, Op.Cit, hal. 2
65
tetapi mereka digunakan untuk memproduksi barang
dan jasa yang dibutuhkan manusia. Jenis itu ada yang
disebut sebagai barang modal atau alat produksi,
misalnya : pabrik, mesin, peralatan, traktor, komputer,
truk, dsb. Di samping itu terdapat juga jenis barang
bahan baku atau bahan mentah yang harus diolah
terlebih dahulu menjadi barang jadi; dan bahan
penolong yaitu bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
proses produksi, misalnya : pupuk, bahan-bahan
kimia, barang-barang tambang (terutama mineral dan
energi), karet, bahan bakar, listrik, dsb.
Barang dan jasa merupakan obyek dalam kegiatan
ekonomi. Dimana kegiatan ekonomi terdiri dari:
produksi, distribusi, konsumsi, investasi, finansial dan
konservasi serta spekulasi - walau bukan termasuk
kegiatan ekonomi riil karena tidak bersifat produktif56.
Produksi adalah kegiatan yang memadukan berbagai
faktor produksi sehingga dihasilkan barang dan jasa
yang lebih tinggi nilai manfaatnya daripada jumlah
total manfaat semua faktor produksi tersebut.
Distribusi adalah kegiatan untuk menyalurkan barang
dan jasa dari satu tempat ke tempat lain, dan, dari
produsen ke konsumen; termasuk juga kegiatan
penjualan, perdagangan dan pemasaran dari barang
dan jasa hasil kegiatan produksi. Investasi adalah
mengorbankan barang dan jasa yang seharusnya dapat
dikonsumsi, agar dapat mendapatkan barang dan jasa
yang lebih banyak daripada yang dikorbankan tersebut.
56 Ibid, hal. 11 - 14
66
Konservasi adalah kegiatan untuk menjaga,
memelihara dan meningkatkan sumberdaya alam dan
sumberdaya manusia. Finansial adalah kegiatan
intermediasi yaitu kegiatan untuk menyalurkan uang
dari mereka yang belum membutuhkan atau yang
berkelebihan kepada para pengusaha; dalam rangka
melakukan kegiatan investasi. Spekulasi adalah
kegiatan yang tidak menghasilkan apa-apa, sebaliknya
kegiatan ini, persis seperti parasit atau benalu,
menyedot sumberdaya dari masyarakat.
Kegiatan produksi, distribusi, investasi dan finansial
merupakan „aktivitas ekonomi riil‟. Spekulasi
merupakan „aktivitas ekonomi parasit‟, kegiatan ini
seperti parasit yang menyedot sumberdaya masyarakat.
Kegiatan ini pada jaman sekarang telah berkembang
menjadi kegiatan yang berskala besar dan
menunggangi kegiatan finansial dan investasi riil. Para
spekulan menyebut diri sebagai investor, dan
kegiatannya menggunakan istilah: finansial dan
investasi.
Wadah kegiatan ini antara lain: pasar saham, pasar
uang, pasar utang, pasar valuta, pasar derivatif. Wujud
dari kegiatan ini antara lain: jual beli saham, surat
utang dan uang (yang semuanya itu disebut aset atau
barang non-riil). Bahkan pasar barang komoditi pun
dapat dijadikan arena kegiatan para spekulan. Jadi
dengan demikian mereka pun menyusup masuk ke
dalam kegiatan perdagangan barang riil juga. Dengan
masuknya kegiatan ekonomi parasit ke dalam kegiatan
ekonomi riil mengakibatkan banyak masalah seperti
67
ketidakstabilan harga, kelangkaan karena penimbunan,
ketidakefisienan ekonomi dan kekacauan sistem
finansial.
Tujuan dari para spekulan dalam berjual beli bukan
karena kebutuhan akan barang-barang tersebut dalam
rangka kegiatan ekonomi riil, tetapi semata-mata
mengambil keuntungan dari selisih harga jual dan
harga beli.
Jika spekulasi terjadi di pasar dunia, yang
melibatkan jumlah barang dan uang yang demikian
besar, tentu saja tidak dimungkinkan menimbun
barang secara fisik. Yang terjadi adalah mereka
menggunakan mekanisme perdagangan kontrak
berjangka, atau melakukan pembelian di muka, meng-
ijon, (future, forward). Caranya mereka akan memesan
barang di muka kepada para produsen dengan cara
kontrak, dengan membayar sejumlah uang muka57.
Kontrak futures pertama kali muncul sebagai respon
atas jatuhnya harga – harga komoditas pada saat
panen raya. Komoditas pertanian seperti gandum,
kedelai, kacang, jagung dan biji – bijian lainnya
mengalami penurunan sangat besar. Selain itu banyak
diantara negara – negara berkembang yang memiliki
produk pertanian terpaksa harus melakukan barter
(counter trade) dengan negara – negara maju untuk
produk – produk teknologi tinggi. Untuk menjembatani
counter trade dan mempertahankan produk pertanian,
agar petani tidak mengalami kerugian , maka
57 Ibid, hal. 45
68
muncullah pasar berjangka produk pertanian yang
dikenal dengan nama commodity futures market58.
Awal dimulainya perdagangan berjangka adalah saat
diresmikannya bursa komoditi di Amerika Serikat, yaitu
Chicago Board of Trade (CBT) tahun 1884. Awalnya,
perdagangan berjangka hanya terbatas komoditi barang
(commodity futures trading). CFT bertujuan untuk
menjembatani kepentingan pihak yang terlibat dalam
perdagangan komoditi pertanian,yaitu: petani,
distributor dan industri.
Perkembangan selanjutnya, perdagangan berjangka
masuk kedalam perdagangan uang dan instrumen
keuangan yang disebut financial future. Perdagangan
berjangka pada sektor keuangan ini dimulai dengan
lahirnya International Monetery Market (IMM). Lembaga
ini dibentuk atas inisiatif Chicago Mercantile Exchange
pada tahun 1972. IMM memperdagangkan berbagai
perdagangan berjangka berbagai macam valuta asing
(currency future). Kemudian, tahun 1975, CBT
menyusul aktivitas IMM dengan mempelopori
perdagangan instrumen keuangan yang memberikan
pendapatan tetap yang disebut interest rate future59. “
Perlu dicermati istilah perdagangan (transaksi)
derivatif dengan perdagangan berjangka (future trading),
serta perdagangan spot (spot trading)60. Transaksi
derivatif merupakan suatu kegiatan yang melibatkan
58 Sartono Agus, Manajemen Keuangan Internasional. 2003,
Yogyakarta, BP-FE, hal. 90 59 Judokusumo Suherdi, Pengantar Derivatif Dalam Moneter Internasional. 2007, Jakarta, Grasindo, hal. 28 – 29. 60 Ibid, hal. 24
69
produk turunan (derivasi). Transaksi derivatif
merupakan salah satu instrumen keuangan yang
dipergunakan untuk mengurangi resiko. Produk
derivatif adalah produk turunan dari produk dasar
(underlying asset). Sedangkan underlying asset terdiri
dari commodity related dan financial related. Produk
komoditi misalnya Emas, Crude Palm Oil (CPO), karet,
gula, gandum dan minyak. Produk finansial seperti
saham, obligasi, sertifikat deposito, treasury bill dan
mata uang.
Future trading ( perdagangan berjangka ) merupakan
proses transaksi dengan waktu pembayaran sekarang,
tetapi penyerahan barangnya di kemudian hari. Dalam
future trading pembeli belum tentu menerima barang
yang sudah dibayar lebih dahulu, demikian juga
penjual belum tentu mempunyai barang yang mesti
dijualnya. Inti future trading adalah perdagangan hanya
berdasarkan kesepakatan. Produk yang
diperdagangkan adalah produk turunan (derivatif),
misalnya opsi, waran, obligasi, reksadana, stock index
future, commodity future, swap dan option on stock
index.
Spot trading adalah perdagangan dengan waktu
pembayaran dan waktu penyerahan barang pada saat
terjadi transaksi. Tetapi karena adanya perbedaan
geografis, maka penyelesaian transaksi spot dapat
diselesaikan maksimum dalam waktu dua kali dua
puluh empat jam. Misalnya transaksi dalam valuta
asing, salah satu bank di Indonesia membeli US $
1.000.000 dengan kurs Rp. 7.850/US $ pada hari
70
Selasa, maka paling lambat pada hari Kamis bank
tersebut akan mentransfer Rp. 7,85 Milyar dan
sebaliknya bank tersebut menerima pembayaran
sebesar US$ pada saat yang bersamaan61. Produk yang
diperdagangkan pada pasar spot adalah produk induk
atau produk dasar seperti saham, obligasi, minyak,
kapas, kedelai dan mata uang. Sedangkan produk
turunan yang diperdagangkan seperti: obligasi
konversi, reksadana dan opsi.
B. Pasar Finansial
Dalam dunia finance, pasar dibagi menjadi pasar
komoditi, pasar uang dan pasar modal. Pasar komoditi
adalah pasar yang kegiatannya menjualbelikan
komoditi. Perdagangan komoditi merupakan barang,
seperti: kopi, kedele, kapas, minyak bumi dan emas.
Barang – barang tersebut merupakan produk induk.
Produk turunannya terdapat dalam perdagangan
berjangka.
Pasar uang kegiatannya jual – beli uang yang
kegiatannya berupa: money changer, agen valuta asing
dan perbankan. Uang merupakan produk induk
bersama – sama dengan commercial paper seperti
Sertifikat Bank Indonesia. Pada pasar uang ini
transaksi derivatif tidak dilakukan melalui bursa dan
tidak melalui clearing house atau dikenal dengan
derivatif OTC (over-the-counter)62. Produk yang
diperdagangkan melalui pasar OTC ini biasanya dijual
61 Sartono Agus, op.cit, hal. 71 62 Rae, Dian Ediana, op.cit, hal. 76 - 83
71
oleh bank atau dealer lainnya kepada nasabahnya.
Derivatif OTC adalah kontrak yang dinegosiasikan
secara privat diantara dua pihak atau lebih yang dibuat
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh para
pihak, yang nilainya bergantung pada nilai – nilai dari
aset – aset yang mendasarinya, tingkat referensi
(reference rate) atau index. Jenis transaksi yang
diperdagangkan, antara lain:
a. forward,
b. swap,
c. option
d. warrant
Pasar modal adalah pasar yang kegiatannya jual –
beli modal. Wujud kegiatannya berupa bursa efek dan
objek pasar modal lainnya. Produk induk yang
diperdagangkan adalah saham dan obligasi, sedangkan
produk turunannya dari saham berupa63:
a. opsi
b. waran
c. reksadana
d. saham preferen.
saham preferen adalah saham yang memberikan
prioritas pilihan (preferen) kepada pemegangnya
Sedangkan produk turunan dari obligasi, antara lain:
a. obligasi dengan berbagai variasi suku bunga:
suku bunga tetap, suku bunga mengambang
atau suku bunga yang dapat disesuaikan.
63 Judokusumo, Suherdi, op.cit, hal. 25
72
b. obligasi konversi.
suatu jenis obligasi yang dapat dikonversikan
menjadi saham dari perusahaan penerbit
obligasi.
Pengaturan di OTC sangat berbeda dan sangat
fleksibel dibandingkan dengan di bursa. Pada pasar
OTC sulit untuk mengetahui identifikasi
kewarganegaraan, keanggotaan dan jenis – jenis
produknya serta sulit untuk melokalisir pasarnya.
Sementara untuk transaksi di bursa yang memiliki
alamat, keanggotaan dan jenis – jenis produk yang
jelas. Dalam perkembangannya kedua pasar ini saling
mendukung. Dealer OTC meng-hedge posisinya
semaksimum mungkin berdasarkan pertimbangan
resiko dan keuntungan. Oleh karena itu Dealer OTC
melakukan penyeimbangan dengan produk – produk
yang dijual di bursa. Sebagai akibatnya, apabila volume
perdagangan OTC meningkat, maka hal tersebut akan
mendorong pula peningkatan permintaan dealer atas
produk – produk di bursa.
Di Indonesia, perkembangan transaksi derivatif
hanya berkembang di OTC. Oleh karena transaksi
derivatif keuangan di bursa belum berjalan disebabkan
antara lain belum adanya landasan hukum untuk
berlangsungnya pasar derivatif keuangan di bursa.
Bank – bank yang melakukan transaksi derivatif di OTC
melakukan transaksi derivatif di bursa luar negeri.
Apabila Indonesia berketetapan mengembangkan
transaksi derivatif, maka pengaturan transaksi bursa
73
atau di luar bursa (over-the-counter) merupakan hal
yang harus diperjelas dalam pengaturan transaksi
derivatif di Indonesia. Masalah – masalah yang penting
untuk diperhatikan dari aspek hukum antara lain:
a. siapa yang diperkenankan atau tidak
diperkenankan untuk melakukan transaksi
derivatif di luar bursa (over-the-counter).
b. jenis – jenis produk apa saja yang dapat
diperdagangkan di bursa dan di luar bursa.
c. siapa lembaga yang bertanggungjawab atas
pengawasan masing – masing pasar derivatif
tersebut.
d. penetapan jenis – jenis underlying transaction
yang diperbolehkan masing – masing pasar.
e. tingkat perlindungan dan tujuan perlindungan
regulasi terhadap masing – masing peserta pasar.
Perlu juga dicermati istilah „transaksi derivatif‟ dan
„kontrak derivatif‟. Kontrak derivatif menunjukkan
adanya kesepakatan dua belah pihak atau lebih
terhadap transaksi dari suatu jenis transaksi derivatif.
Sedangkan transaksi derivatif merupakan perdagangan
dari jenis – jenis derivatif. Dengan kata lain, didalam
transaksi derivatif ada kontrak derivatif, minimal
berakhirnya kontrak (contract expiry).
74
C. Sifat Transaksi Derivatif
Menurut Dian Ediana Rae64 untuk dapat memahami
pengertian transaksi derivatif harus dilihat dari strategi
hedging atau investasi tertentu (jenis – jenis dari
derivatif). Menurutnya pengertian pokok dari transaksi
derivatif, yaitu:
a. transaksi derivatif merupakan instrumen keuangan
(financial Instrument).
Instrumen keuangan adalah suatu instrumen yang
dikenal dan digunakan dalam pasar keuangan.
Pada mulanya hanya dikenal empat macam
instrumen keuangan: bank deposit, bill of exchange
(banker’s acceptance), bond dan equity. Pada saat
ini instrumen keuangan mengalami perkembangan
yang sangat cepat, lebih bervariasi dan kompleks.
Jenis – jenis transaksi derivatif yang berkembang
merupakan bagian dari perkembangan instrumen
keuangan.
Ada dua alasan transaksi derivatif dikatakan
sebagai instrumen keuangan setidaknya. Pertama,
transaksi derivatif merupakan transaksi yang
nilainya diambil dari transaksi keuangan yang
mendasarinya, seperti: valuta asing. Tingkat bunga
dan saham. Kedua, transaksi derivatif merupakan
suatu instrumen yang dipergunakan untuk
mengatasi resiko keuangan dari suatu perusahaan
atau untuk melakukan spekulasi di bidang
keuangan.
64 Rae, Dian Ediana, op.cit, hal. 41 - 67
75
b. transaksi derivatif merupakan instrumen untuk
memperdagangkan resiko (trading risk).
Inovasi dalam pengalihan resiko adalah
diciptakannya instrumen – instrumen atau teknik –
teknik baru yang memungkinkan investor atau
trader untuk mengalihkan harga atau resiko kredit
untuk posisi keuangannya. Yang masuk dalam
katagori ini adalah derivatif dalam bentuk: future
dan option untuk tingkat bunga dan valas, swap
tingkat bunga dan valas serta bentuk – bentuk
kontrak future dan option yang digunakan untuk
lindung nilai (hedging) berbagai resiko harga (price
risks). Transaksi derivatif dilakukan, oleh karena
satu pihak menghadapi kemungkinan resiko, baik
resiko kurs, tingkat suku bunga maupun fluktuasi
harga saham. Transaksi derivatif tidak menciptakan
resiko baru, tapi mendistribusikan resiko yang
telah ada para peserta pasar.
Pengalihan resiko dalam transaksi derivatif berbeda
dengan apa yang dimaksud dalam kegiatan
asuransi. Dalam asuransi, resiko timbul diluar
kendali para pihak. Sedangkan dalam transaksi
derivatif, keuntungan (gains) atau kerugian (losses)
bergantung pada kemampuan manajer portofolio
untuk memprediksi secara benar arah
perkembangan saham, tingkat bunga, kurs valuta
asing dan faktor ekonomi lainnya.
c. nilai transaksi derivatif merupakan turunan dari
nilai instrumen yang mendasari (underlying
transactions)
76
Obyek yang mendasari transaksi derivatif (
underlying transactions ) berupa: indeks, saham,
obligasi, suku bunga, nilai tukar dan komoditi
primer. Oleh karena itu ciri dari transaksi derivatif
terkait dengan harga transaksi yang mendasarinya.
Terkait dengan harga yang mendasarinya yang
perlu dicermati adalah transaksi derivatif dapat
dilakukan dalam kondisi fluktuasi underlying
assets yang normal dan dalam kondisi pasar yang
normal pula. Dalam melakukan transaksi derivatif,
para pihak harus jeli memprediksi apa yang akan
terjadi untuk menghindari exposure resiko yang
terlalu besar.
d. transaksi derivatif dapat diikuti dengan atau tanpa
pergerakan dana.
Transaksi derivatif pada dasarnya daat disertai atau
tanpa disertai dengan pergerakan dana. Transaksi
derivatif yang sebenarnya tidak mensyaratkan
pergerakan dana (principal funds). Jenis transaksi
derivatif yang „tanpa bergeraknya dana‟ menjadi
„alat‟ untuk melakukan lindung nilai (hedging)
maupun untuk mengambil resiko (trading).
Transaksi derivatif ini disebut instrumen off-balance
sheet. Sebagai off-balance sheet menunjukkan
bahwa karena tidak ada pergerakan dana, maka
instrumen ini tidak perlu muncul dalam neraca
(balance sheet) perusahaan.
Penyelesaian (settlement) dalam transaksi derivatif
pada umumnya hanya dilakukan dengan membayar
selisih (diffrences) antara harga beli dan harga jual.
77
Bahkan istilah delivery diartikan sebagai waktu
berakhirnya kontrak (contract expiry).
e. transaksi derivatif merupakan suatu kontrak
Sebagai suatu kontrak antara dua pihak atau lebih,
transaksi derivatif tunduk pada prinsip – prinsip
umum hukum kontrak (perjanjian), sehingga syarat
– syarat sahnya suatu perjanjian harus dipenuhi.
Walau pun secara umum transaksi derivatif
dikatagorikan dalam hukum perdata sebagai suatu
kontrak (perjanjian), dengan timbulnya berbagai
kasus dan kerugian, kepentingan transaksi derivatif
di berbagai negara telah bergerak ke arah
perlindungan kepentingan publik, seperti
perlindungan konsumen atau kepentingan sistemik
dalam sistem keuangan dan perbankan.
D. Jenis – jenis Transaksi Derivatif
Secara lebih rinci, jenis transaksi derivatif dapat
dibedakan berdasarkan kontrak – kontrak derivatif.
Kontrak derivatif yang utama terdiri: Kontrak Derivatif
Berbasis Forward dan Kontrak Derivatif Berbasis
Option. Kontrak derivatif berbasis forward, terdiri dari:
Forward, Future dan Swap.
a. Futures
Futures merupakan sebuah kontrak yang mengikat
kedua belah pihak untuk menjual (short) atau membeli
(long) suatu underlying asset yang penyerahannya akan
dilakukan pada waktu yang akan datang (expiration
date) dengan harga (initial futures price) yang ditetapkan
78
sekarang65. Transaksi future merupakan kewajiban
yang harus dilakukan oleh pihak – pihak yang
bertransaksi. Future termasuk salah satu diantara
banyak instrumen keuangan yang akhir – akhir ini
dikembangkan, termasuk instrumen derivatif, sebab
nilainya berasal dari nilai pokok atau nilai dasar
instrumen keuangan. Timbulnya transaksi derivatif
disebabkan masing – masing pihak yang
berkepentingan ingin mengantisipasi ketidakpastian di
masa yang akan datang. Adanya faktor – faktor
eksternal yang tidak dapat dikuasai yang kemungkinan
akan menimbulkan kerugian, baik bagi investor
maupun debitor.
Dalam kontrak future pihak penjual mempunyai 3
(tiga) alternatif pilihan untuk mengatasi kewajiban
dalam kontrak future, yaitu:
a. Penjual kontrak future dapat membeli sekuritas
di spot market, apabila pada tanggal yang
disepakati penjual kontrak tidak memiliki
sekuritas.
b. Spot market adalah tempat perjanjian antara
pembeli dan penjual dengan kesepakatan bahwa
penjual setuju untuk menukar aktiva atau
65 Sutedi, Adrian, Produk – Produk Derivatif Dan Aspek Hukumnya,
2012, Bandung, Alfabeta, hal. 25-27
79
sekuritas kepada pembeli, dan sebaliknya pihak
pembeli bersedia membayar aktiva atau sekuritas
pada saat yang sama.
c. Penjual kontrak membuat janji yang sama
dengan pihak lain untuk mengkompensasi janji
yang telah disepakati dengan pembeli kontrak.
Sedangkan dari sisi investor, kontrak future
bermanfaat dalam hal:
a. Kontrak future bertujuan untuk melindungi
fluktuasi harga. Jika harga pasar sekuritas
turun, investor masih dapat memperoleh tingkat
hasil tertentu, sebab hasil sekuritas sudah
dijamin dan ditentukan oleh kontrak future.
b. Future dapat juga digunakan untuk melindungi
institusi dari fluktuasi tingkat bunga pinjaman.
Misalnya, Bank komersial ingin meminjam uang
dari bank sentral pada tahun mendatang, akan
tetapi diperkirakan tingkat bunga pada saat itu
tinggi, maka Bank komersial dapat membuat
kontrak future dengan bank sentral pada tingkat
bunga yang lebih rendah daripada yang
diramalkan. Pada kontrak tersebut, bank sentral
setuju menyediakan sejumlah sekuritas tertentu
untuk bank komersial pada waktu dan harga
tertentu. Penjual kontrak future pada kasus ini
adalah bank sentral. Bank tersebut dapat juga
80
menghindari resiko bunga, pertama membeli
sekuritas dari pasar pada tingkat bunga rendah
dan menunggu kontrak future tersebut jatuh
tempo. Kemudian, membayar kontrak future
untuk kontrak yang tanggal jatuh temponya
sama dan sesuai dengan kontrak pertama (zero
out).
Sebagai kontrak yang terstandarisasi, rincian lebih
detail dari futures adalah: volume kontrak, levering dan
kuota harga66. Volume kontrak merinci jumlah dari
aset yang harus diserahkan sesuai dengan kontrak dan
ini merupakan keputusan penting untuk adanya
pertukaran. Bila volume kontrak terlalu besar banyak
investor yang ingin meng-hedge jumlah yang relatif
kecil. Di pihak lain, bila volume kontrak terlalu kecil
perdagangan menjadi lebih mahal, karena adanya biaya
yang menyertai setiap kontrak perdagangan. Jumlah
volume yang tepat sangat tergantung dari keinginan
user. Misalnya, nilai yang harus diserahkan untuk
kontrak futures produk pertanian antara $10.000 -
$20.000. Jumlah ini realtif kecil dibandingkan dengan
kontrak berjangka yang berbasis keuangan, misalnya
obligasi yang diperdagangkan memiliki nilai nominal
$100.000 pada saat penyerahan. “Levering” atau
66 Judokusumo, Suhedi, op.cit, hal. 53 - 54
81
penyerahan harus dicantumkan secara khusus dalam
kontrak atau pertukaran. Ini penting berkaitan barang
– barang yang memerlukan biaya pengangkutan. Bila
tempat penyerahan ditentukan secara khusus, maka
harga yang diterima untuk barang dengan posisi
pendek (short position) harus disesuaikan dengan lokasi
yang dipilih untuk barang tersebut.
Sedangkan, kontrak futures menyangkut bulan
penyerahan, biasanya terjadi selama periode bulan
yang disepakati. Pertukaran merinci atau menetapkan
kapan bulan kontrak perdagangan dimulai, juga
merinci hari akhir dimana perdagangan berlangsung
bagi suatu kontrak. Kuota harga dan limit fluktuasi
harga perlu ditetapkan agar mudah diketahui. Sebagian
besar kontrak mencantumkan limit fluktuasi harga
pada tiap pertukaran. Bila harga bergerak turun
dengan jumlah sama dengan limit harga harian, maka
kontrak disebut limit down dan bila bergerak naik
dengan limit disebut limit up. Tujuan dari limit harga
harian adalah untuk mencegah fluktuasi harga yang
besar dari yang terjadi karena akibat spekulasi.
Munculnya transaksi berjangka mata uang (currency
futures) sebagai perkembangan dari futures contract
merupakan respon volatilitas nilai tukar mata uang
yang semakin besar, bahkan perkembangannya
melebihi nilai transaksi berjangka komoditi. Currency
82
futures merupakan salah satu instrumen keuangan
untuk mengurangi resiko mata uang dan sarana untuk
memperoleh keuntungan bagi spekulator.
Kontrak futures memiliki kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan dari kontrak futures, antara lain: ukuran
kontrak yang lebih kecil, adanya kebebasan untuk
melikuidasi kontrak sebelum jatuh tempo dan
diperdagangkan pada suatu pasar futures yang
terorganisir dengan baik. Sedangkan kelemahannya,
antara lain: jumlah terbatas dari mata uang yang
diperdagangkan, delivery dates yang terbatas dan
jumlah kontraktual yang kaku dari berbagai mata uang
yang ditawarkan.
Kontrak futures bernilai bagi investor – investor
komersial yang memiliki aliran kontinyu dan stabil dari
pembayaran atau penerimaan dalam mata uang asing
yang diperdagangkan.
b. Forward
Forward merupakan suatu transaksi kontrak antara
pembeli (taker) dengan penjual (writer) di masa yang
akan datang dimana pada saat jatuh tempo akan ada
serah terima suatu barang dengan jumlah dan harga
yang telah disepakati sebelumnya67. Kontrak forward
merupakan suatu kontrak atau perjanjian antara dua
67 Sutedi Adrian, op.cit, hal. 38 - 40
83
pihak dengan hak dan kewajiban timbal balik yang
direalisasikan (delivery) di masa yang akan datang
dengan syarat – syarat yang telah ditentukan pada saat
kontrak dibuat. Obyek dari kontrak bisa berupa jual
beli atau pertukaran mata uang dengan jumlah dan
kurs tertentu, surat berharga atau komoditi dengan
jumlah dan harga tertentu.
Kontrak forward umumnya digunakan oleh para
importir atau eksportir pada saat barang yang di invoice
dalam valuta asing, dibeli dari atau di penjual kepada
pihak – pihak di luar negeri. Tujuan dari kontrak
forward adalah untuk melindungi resiko keuntungan
atau kerugian transaksi yang timbul akibat fluktuasi
nilai tukar antara tanggal transaksi dan tanggal
penyelesaian. Kontrak forward juga digunakan untuk
meng hedge piutang atau utang valuta asing untuk
menutupi keuntungan dan kerugian transaksi dan
untuk melakukan spekulasi valuta asing.
Kontrak forward adalah perjanjian antara penjual
dan pembeli pada saat ini mengenai transaksi aset
tertentu. Dalam perjanjian kontrak forward, tanggal
dan harga disepakati dimuka, dan transaksinya
dilakukan pada waktu yang telah ditentukan. Kontrak
forward juga merupakan perjanjian antara bank dan
pelanggan untuk menyerahkan sejumlah mata uang
tertentu dengan yang lain pada waktu tertentu di masa
84
datang dengan kurs yang ditetapkan pada saat kontrak
disepakati. Kontrak – kontrak tersebut dapat
digunakan oleh perusahaan – perusahaan dengan
transaksi – transaksi mata uang di masa datang untuk
mengurangi resiko nilai tukar mata uang.
Perjanjian untuk membeli atau menjual suatu
jumlah tertentu suatu komoditas atau instrumen
keuangan pada suatu harga tertentu dengan surat
tanggal di masa datang yang telah ditetapkan. Harga
kontrak forward ditentukan antara pembeli dan penjual
dengan sistem open outcry. Kontrak forward
mewajibkan pembeli untuk membeli komoditas
tersebut, kecuali kontrak dijual kepada pihak lain
sebelum tanggal penyelesaian. Hal ini terjadi, bila
pedagang menunggu kesempatan untuk mengambil
laba atau memperkecil kerugian.
Pelaku di pasar forward pada umumnya mencari
keuntungan tanpa resiko dengan memanfaatkan
perbedaan tingkat bunga antar negara, dengan
menggunakan kontrak forward untuk menghilangkan
resiko valas sehubungan dengan transfer dana dari
satu negara ke negara lain, juga menghindari resiko
kerugian dari ekspor atau impor yang dilakukan.
Kontrak forward diperdagangkan di luar bursa (over
the counter). Oleh karena itu, kontrak forward bersifat
negotiable dimana nilai penjualan sudah diterima
85
kedua belah pihak. Instrumen investasi ini harus pasti
diselesaikan dengan serah – terima fisik. Produk ini
tidak berbentuk surat utang, karena pembeli tidak
menerima kembali uangnya dari penjual, tetapi berupa
barang sebagaimana tercantum dalam kontrak forward.
c. Swap
Swap adalah transaksi pertukaran dua valuta
melalui pembelian atau penjualan tunai (spot) dengan
penjualan / pembelian kembali secara berjangka yang
dilakukan secara simultan dengan bank yang sama dan
pada tingkat premi atau diskon dan kurs yang dibuat
dan disepakati pada tanggal transaksi dilakukan68. Ada
dua jenis Swap yang umumnya dipakai untuk tujuan
lindung nilai (hedging) yaitu: interest rate swap yang
melibatkan pertukaran sifat bunga dan currency swap
yang melibatkan pertukaran mata uang.
Interest rate swap adalah persetujuan antara dua
institusi atau dua pihak untuk bertukar pembayaran
bunga – biasanya pihak yang satu membayar bunga
tetap dan pihak lain membayar bunga mengambang –
dalam mata uang tertentu untuk masa jatuh tempo
tertentu pada suatu jumlah tertentu yang telah
disetujui. Coupon swaps adalah interest rate swaps
68 Ibid, hal. 42
86
dimana satu pihak membayar pada tingkat bunga tetap
(fixed rate) yang dihitung pada saat transaksi dengan
sperad tertentu terhadap suatu Treasury Bond,
sementara pihak yang lain membayar pada tingkat
bunga yang mengambang (floating rate) yang mana hal
ini diperbaharui secara periodik sepanjang waktu yang
telah disepakati. Basic swaps adalah perjanjian dua
pihak untuk membayar pada bunga mengambang yang
berdasarkan pada acuan tingkat bunga yang berbeda.
Interest swaps rate digunakan oleh perusahaan untuk
menyesuaikan beban bunga dengan pendapatan yang
diterima69.
Currency swaps adalah suatu pertukaran debt
service obligations dalam satu mata uang yang disetujui
dengan jumlah hutang tertentu dalam mata uang lain.
Currency swap digunakan untuk mengurangi resiko
fluktuasi mata uang. Oleh karena dalam transaksi ini,
pertukaran yang terjadi merupakan pertukaran mata
uang dengan denominasi yangb berbeda, misalnya Euro
dipertukarkan dengan USD.
Keuntungan secara ekonomis dari swaps adalah70:
1. swaps memberikan keuntungan ekonomis pada
kedua belah pihak ketika halangan untuk
arbitrase timbul. Halangan dapat berupa batasan
69 Sartono Agus, op.cit, hal. 288 70 Ibid, hal. 294
87
– batasan legal pada transaksi pertukaran mata
uang asing baik spot atau forward, persepsi yang
berbeda dari investor – investor tentang resiko
dan nilai kredit kedua belah pihak, akseptabilitas
dari satu peminjam kepada kelas investor
tertentu, perbedaan pajak, dll.
2. Perusahaan dapat menurunkan biaya baqgi
resiko pertukaran mata uang asing.
3. currency swaps sering digunakan untuk
pembiayaan keuangan jangka panjang dalam
bentuk mata uang asing. Dalam hal ini swaps
merupakan suatu sarana yang meminjam
likuiditas dalam foreign exchange.
Kelemahan dari swaps adalah jika pasar modal
dunia terintegrasi sepenuhnya, maka arbitrase pasar
keuangan akan semakin kecil, sehingga keuntungan
yang diperoleh akan semakin kecil pula.
d. Options
Opsi adalah kontrak berupa hak (bukan kewajiban).
Opsi yang memberikan hak untuk membeli disebut call
option. Opsi yang memberikan hak untuk menjual
disebut put option. Karena berkaitan dengan „hak‟ maka
tidak ada kewajiban bagi pemilik untuk untuk
melaksanakan hak tersebut (membeli atau menjual).
Pembeli opsi (taker) memperoleh hak tersebut setelah
88
membayar sejumlah uang, disebut dengan premi
(premium) kepada penjual atau penerbit opsi (writer)71.
Call Options adalah kontrak yang memberikan hak
(rights) kepada pemilik untuk membeli suatu underlying
asset pada harga tertentu (strike atau exercise price)
sampai dengan waktu kontrak berakhir (expiration
date). Misalnya, investor membeli call options saham PT
X pada bulan Januari 2012 dengan strike price US $
9.500 yang akan berlaku sampai dengan Maret 2012.
Untuk mendapatkan hak tersebut, investor
memberikan premi sebesar US $ 9572. Jika tiga bulan
kemudian harga dollar melonjak, maka investor dapat
menggunakan haknya untuk membeli sesuai harga
kontrak. Sebaliknya, jika harga dollar turun dibawah
US $ 8.000, maka investor boleh tidak menggunakan
haknya sampai masa kontrak berakhir, dengan
konsekwensi kehilangan premi, daripada menimbulkan
kerugian yang lebih besar.
Seseorang membeli opsi call dengan prediksi bahwa
suatu underlying asset akan naik, sehingga memiliki
hak untuk membeli underlying asset tersebut dengan
harga yang lebih rendah sesuai kesepakatan, walaupun
71 Hidayat Taufik, Buku Pintar Investasi: Reksadana, Saham, Stock Option, Valas, Emas, 2011(Cet.II), Jakarta, mediakita, hal. 163 72 1 (satu) Kontrak pada US Market adalah 100 lembar, jumlah
“premi” tergantung dari kontrak yang hendak dibeli.
89
harga underlying asset tersebut pada saat yang
diperjanjikan mengalami kenaikan.
Put Options adalah kontrak yang memberikan hak
(rights) kepada pemiliknya untuk menjual suatu
underlying asset pada harga tertentu (strike atau
excersice price) sampai dengan waktu kontrak berakhir
(expiration date).
Seseorang membeli put options dengan prediksi
bahwa suatu underlying asset akan turun, sehingga
memiliki hak untuk menjual underlying asset dengan
harga yang lebih tinggi sesuai kesepakatan, walaupun
harga underlying asset tersebut pada saat yang
diperjanjikan turun. Misalnya, investor membeli put
options saham PT Y pada bulan Januari 2012 dengan
strike price US S$ 9.500 yang akan berlaku sampai
dengan Maret 2012. Untuk mendapatkan hak tersebut,
investor memberikan premi sebesar US $ 95. Jika tiga
bulan kemudian harga dollar turun, maka investor
dapat menggunakan haknya untuk menjual sesuai
harga kontrak. Sebaliknya, jika harga dollar naik, maka
investor boleh tidak menggunakan haknya sampai
masa kontrak berakhir, dengan konsekuensi
kehilangan premi. Namun, investor menjual pada harga
pasar, sehingga dapat memperoleh keuntungan untuk
menutup kerugian premi.
90
Options dapat dibedakan berdasarkan pelaksanaan
opsi, yaitu: opsi Amerika dan opsi Eropa. Opsi Amerika
adalah sebuah opsi yang pelaksanaannya dapat di
exercise setiap saat selama periode opsi tersebut.
Sedangkan opsi Eropa adalah sebuah opsi yang hanya
bisa di exercise (eksekusi) pada akhir periode opsi
tersebut. Biasanya yang sering ditransaksikan adalah
opsi Amerika. Tetapi, yang yang paling mudah
dianalisis adalah opsi Eropa. Hanya ada satu
pendekatan untuk menilai opsi yang bisa diharapkan
untuk setiap situasi bagi opsi Eropa dan opsi Amerika.
Pendekatan ini disebut dengan model „dua negara‟ atau
model „binomial‟73.
Tidak ada seorang pun yang mampu meramalkan
dengan pasti harga suatu jenis investasi akan
meningkat atau menurun. Dimana pun dan kapan pun
dalam berinvestasi ada kemungkinan berhasil dan ada
kemungkinan tidak berhasil. Apa pun teknik
investasinya kemungkinan rugi akan selalu ada,
demikian juga dengan teknik options. Oleh karena itu,
options merupakan salah satu cara melakukan
investasi.
73 Judokusumo, Suherdi, op.cit, hal. 118
91
Opsi dapat diperdagangkan di bursa efek atau bursa
paralel (over the counter). Pada prinsipnya options
market terdiri dari74:
1. Opsi yang diperdagangkan di bursa atau biasa juga
disebut listed options adalah merupakan suatu
bentuk perdagangan derivatif. Options yang
diperdagangkan di bursa ini memiliki suatu kontrak
yang baku dan penyelesaiannya adalah melalui
lembaga kliring dimana kepatuhan pelaksanaan
kontrak dijamin oleh bursa. Oleh karena kontrak
yang digunakan adalah baku, maka harga yang
akurat dari suatu opsi seringkali dapat diketahui.
Opsi yang diperdagangkan di bursa, meliputi: opsi
saham, opsi komoditi, opsi obligasi dan opsi suku
bunga lainnya, opsi indeks saham dan opsi kontrak
berjangka.
Di Indonesia, kontrak berjangka diatur dengan UU
No. 32/1997 sebagaimana dengan UU No. 10/2010
tentang Perdagangan Berjangka Komoditi. Pasal 1
ayat 1 UU ini menyatakan bahwa perdagangan
berjangka adalah segala sesuatu yang berkaitan
dengan jual beli Komoditi dengan penarikan margin
dan dengan penyelesaian kemudian berdasarkan
Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif Syariah,
dan/atau Kontrak Derivatif lainnya. Pasal 1 ayat 2
74 Sutedi, Adrian, op.cit, hal. 53
92
merumuskan jenis komoditi berupa barang, jas, hak
dan kepentingan lainnya, dan setiap derivatif dari
Komoditi, yang dapat diperdagangkan dan menjadi
subjek Kontrak Berjangka, Kontrak Derivatif
Syariah, dan/atau Kontrak Derivatif lainnya.
Opsi adalah kontrak yang memberikan hak kepada
pembeli untuk membeli atau menjual Kontrak
Berjangka atau Komoditi tertentu pada tingkat
harga, jumlah, dan jangka waktu tertentu yang telah
ditetapkan terlebih dahulu dengan membayar
sejumlah premi (Pasal 1 ayat 8).
Ciri dari bursa berjangka adalah adanya lembaga
kliring . Pasal 25 ayat 2 menyebutkan lembaga
kliring berjangka adalah badan usaha yang
berbentuk perseroan terbatas yang telah
memperoleh ijin usaha dari Badan Pengawas
Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti), suatu
lembaga pemerintah yang tugas pokoknya
melakukan pembinaan, pengaturan, pengembangan,
dan pengawasan Perdagangan Berjangka.
Kemudian, UU No. 8/1995 tentang Pasar Modal,
dimana yang diperdagangkan dalam pasar modal
adalah efek berupa surat berharga yaitu surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham,
obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaaan
93
kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas
efek dan setiap derivative dari efek.
Transaksi derivatif di Pasar Modal mulai
diperdagangkan di lantai bursa pada tanggal 13
Agustus 2002 yaitu perdagangan derivative LQ 45
yang dikenal dengan nama Kontrak Berjangka
Indeks Efek (KBIE). Indeks LQ 45 adalah 45 saham
yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan
saham dan disesuaikan secara periodic. KBIE LQ 45
merupakan derivatif dengan acuan pergerakan
harga indeks LQ 45 di lantai bursa. LQ 45 sendiri
merupakan salah satu dari 5 (lima) jenis indeks
yang ada di bursa, yaitu: indeks individual, indeks
harga saham sektoral, Indeks LQ 45, indeks harga
saham gabungan (IHSG) dan indeks syariah. Jenis
instrument seperti ini merupakan padanan dari
yang dikenal sebagai Stock Index Future yaitu suatu
bentuk transaksi futures atas pergerakan (naik-
turun) dari indeks di pasar modal tertentu seperti
the Dow Jones New York dan FTSE Index London.
Stock Index Futures dikembangkan tahun 1982
untuk memenuhi kebutuhan pengelolaan resiko
pasar modal (fluktuasi harga saham)75. Produk
derivatif ini diperdagangkan di Bursa Efek Surabaya.
75 Rae, Dian Ediana, op.cit, hal. 75
94
Pada saat itu, bursa di Indonesia masih terpisah
antara Busa Efek Surabaya (BES) dan Bursa Efek
Jakarta (BEJ.
Dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) saat ini, produk
derivatif yang paling populer diperdagangkan adalah
right dan waran. Efek utama (underlying) adalah
saham76. Right adalah hak memesan efek terlebih
dahulu (HMETD). Biasanya munculnya instrumen
derivatif (right) ini dilakukan ketika emiten
melakukan penawaran saham kedua (second issue).
Di Pasar Modal Indonesia second issue ini biasa
disebut dengan right issue yang secara sederhana
bisa kita terjemahkan mengeluarkan saham dengan
hak membeli kepada pemegang saham lama. Artinya
dalam right issue tersebut pemegang saham lama
diberi prioritas terlebih dulu untuk memiliki saham
yang akan dikeluarkan itu. Sifatnya berupa hak.
Jadi pemegang saham lama boleh melakukan
pembelian tapi boleh juga melepas haknya itu.
Karena sifatnya yang demikian itu maka right yang
merupakan hak untuk membeli saham yang
dikeluarkan itu bisa diperjualbelikan di lantai bursa.
76http://economy.okezone.com/read/2008/05/12/226/108383/2
26/right-dan-waran-produk-derivatif-yang-populer-di-bei
95
Waran adalah hak untuk membeli sebuah saham
pada harga yang telah ditetapkan pada waktu yang
telah ditetapkan pula. Waran biasanya melekat
sebagai daya tarik (swetener) pada penawaran
umum saham perdana (IPO) ataupun obligasi.
Biasanya harga pelaksanaan lebih rendah dari pada
harga pasar saham. Setelah saham ataupun obligasi
tersebut tercatat di bursa, waran dapat
diperdagangkan secara terpisah. Periode
perdagangan waran sekitar 3 - 5 tahun. Waran
merupakan suatu pilihan (option), di mana pemilik
waran mempunyai pilihan untuk menukarkan atau
tidak warannya pada saat jatuh tempo. Pemilik
waran dapat menukarkan waran yang dimilikinya 6
bulan setelah waran tersebut diterbitkan oleh
emiten. Harga waran itu sendiri berfluktuasi selama
periode perdagangan di pasar sekunder.
Pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-
hari kegiatan Pasar Modal dilakukan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal atau Bapepam (pasal 3 ayat 1
UU Pasar Modal).
Pengaturan opsi berdasarkan Peraturan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) No. Kep-
39/PM/2003 tentang Kontrak Berjangka dan Opsi
Atas Efek Atau Indeks Efek dan Keputusan Direksi
PT. Bursa Efek Jakarta No. Kep-311/BEJ/09-2004
96
tentang Peraturan III-D tentang Keanggotaan Opsi
Saham.
Dalam Peraturan III. E.1. Peraturan Ketua Bapepam
No. Kep-39/PM/2003 yang dimaksud dengan opsi
adalah hak yang dimiliki oleh Pihak untuk membeli
atau menjual kepada Pihak lain atas sejumlah Efek
pada harga dan dalam waktu tertentu.
Opsi Saham adalah hak yang dimiliki oleh pihak
untuk membeli (call option) dan atau menjual (put
option) kepada pihak lain atas sejumlah saham
(underlying stock) pada harga (strike price) dan
dalam waktu tertentu. Underlying adalah Efek,
indeks Efek, sekumpulan Efek atau indeks
sekumpulan Efek yang menjadi dasar transaksi
Kontrak.
Kontrak Opsi Saham (KOS) adalah satuan
perdagangan Opsi Saham yang ditetapkan dalam
satu satuan kontrak.
Saham Induk (underlying stock) adalah saham
Perusahaan Tercatat yang menjadi dasar
perdagangan seri KOS.
Perusahaan Tercatat adalah Emiten atau
Perusahaan Publik yang Efeknya tercatat di Bursa.
Perdagangan Opsi Saham memiliki karakteristik
yang berbeda dengan perdagangan Efek lainnya,
oleh karena itu diperlukan persyaratan khusus bagi
97
Anggota Bursa Efek untuk dapat diperkenankan
memperdagangkan Opsi Saham.
Salah satu persyaratan khusus adalah membayar
uang keikutsertaan perdagangan Opsi Saham
(joining fee) kepada Bursa, yang besarnya ditetapkan
berdasarkan kesepakatan antara Anggota Bursa
Efek dan Bursa yang selanjutnya akan dituangkan
dalam perjanjian.
2. Over-the-counter atau OTC Options adalah opsi yang
diperdagangkan antara dua pihak tanpa didaftarkan
di bursa. Opsi OTC ini tidak terlarang dan
bentuknya disesuaikan dengan kebutuhan bisnis
antara dua pihak yang terlibat.
Pada umumnya terdapat sekurang – kurangnya satu
pihak yang merupakan pemodal yang kuat. Opsi
yang seringkali diperdagangkan pada perdagangan
di luar bursa (OTC) ini adalah: opsi suku bunga,
opsi valuta asing dan opsi swap atau disebut
swapoptions.
OTC Options merupakan kontrak – kontrak yang
tidak standar dimana spesifikasinya (jumlah,
exercise price. Hak, instrumen serta masa jatuh
tempo) pada umumnya dinegosiasikan antara
pembeli dan penjual.
98
OTC Options diperdagangkan oleh bank – bank
komersil dan invesment bank pada seluruh pusat –
pusat keuangan. Masa jatuh tempo OTC options rata
– rata 2 – 6 bulan, dan sangat sedikit yang
berjangka waktu lebih dari satu tahun77.
Pasar OTC Options terdiri dari: level retail dan
wholesale market. Level retail terdiri dari nasabah –
nasabah non bank (perusahaan, institusi keuangan
dan perorangan) yang membeli / menjual options
valas dari dan kepada bank untuk memenuhi
kebutuhan – kebutuhan mereka dari pergerakan –
pergerakan kurs. Wholesale market yaitu antar bank
– bank komersial, invesment bank dan perusahaan
perdagangan tertentu. Bank menggunakan
wholesale market untuk aktivitas hedging resiko
yang terjadi dalam transaksi perdagangan dengan
nasabah untuk mengambil posisi spekulatif.
Salah satu options contract yang diperdagangkan
pada OTC market atau pasar uang adalah currency
options. Currency options sangat bermanfaat dalam
melakukan hedging portofolio keuangan.
Kontrak forward maupun future memiliki kelemahan
yaitu bahwa walaupun keduanya melindungi
pemegang dari resiko pergerakan mata uang namun
77 Sartono, Agus, op.cit, hal. 108 - 114
99
hal tersebut juga menghilangkan kesempatan bagi
pemegang untuk memperoleh laba dari pergerakan
mata uang yang menguntungkan. Kelemahan inilah
yang menjadi salah satu alasan untuk
memunculkan currency options. Berkaitan dengan
valuta asing, call options memberikan hak kepada
pemegang untuk membeli dan put options
memberikan hak kepada pemegang untuk menjual
mata uang yang dikontrakkan pada expiration date.
Dapat dinyatakan bahwa suatu call options atas
suatu mata uang asing dapat dipandang sebagai put
options atas mata uang domestik. Sebaliknya, put
options atas suatu mata uang asing dapat dipandang
sebagai call options atas mata uang domestik.
Misalkan, hak untuk membeli dolar terhadap rupiah
ekuivalen dengan hak untuk menjual rupiah
terhadap dolar.
Options biasanya tersedia pada Europen Currency
Unit (ECU) dengan tujuh mata uang, yaitu: Deutche
Marks (DM), British Pound (£), France Franc (FF),
Switzerland Franc (SFr), Japanese Yen (¥), Canadian
Dolar (C$), dan Australian Dolar (A$). Dari tujuh
mata uang tersebut biasa juga diperdagangkan
cross-rate options untuk DM/¥, £/DM dan £/¥.
Dengan mengeluarkan dolar AS dari perdagangan
ini, maka cross-rate options memungkinkan investor
100
untuk hedging secara langsung resiko mata uang
yang muncul ketika berhubungan dengan mata
uang non dolar AS. Juga diperdagangkan month end
options yang menjamin ketersediaan currency options
jangka pendek, dua sampai tiga minggu, dan jangka
panjang, 18, 24, 30 dan 36 bulan.
Tabel 6: Currency Options, Yen
Tabel 7: Currency Optios, Deutche Mark
Call options DM yang jatuh tempo bulan Maret
dengan exercise price 5550 artinya pembeli memiliki
hak untuk mendapatkan DM dengan nilai tukar
101
0.5550/DM. Besarnya premi adalah $0.0035/DM.
Pada put options dengan exercise price $0.5550/DM
jatuh tempo Maret preminya adalah $0.0013/DM.
Selanjutnya dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi
exercise price maka premi call options semakin kecil.
Perhatikan premi yang harus dibayar untuk call
options yen yang jatuh tempo bulan Maret.
Sebaliknya untuk put options yen, semakin tinggi
exercise price maka semakin besar preminya.
Sedangkan jatuh tempo opsi juga berpengaruh
dengan besar kecilnya premi. Perhatikan call options
DM dengan exercise price $ 0.5650/DM. Pada baris
tersebut ke kanan menunjukkan bahwa semakin
lama jatuh temponya, maka semakin besar premi
opsi itu. Hal itu disebabkan karena pembeli opsi
masih memiliki banyak kesempatan untuk
menggunakan haknya. Pengaruh yang sama pada
put options yen, bahwa semakin lama jatuh tempo
maka semakin besar premi yang harus dibayar.
Peraturan di Indonesia yang mengatur pertama
kali tentang transaksi derivatif berkaitan dengan pasar
uang adalah Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia
No. 28/119/KEP/DIR, tanggal 29 Desember 1995
tentang Transaksi Derivatif. Transaksi derivatif adalah
suatu kontrak atau perjanjian pembayaran yang
102
nilainya merupakan turunan dari nilai instrumen yang
mendasari seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi,
ekuiti dan indeks, baik yang diikuti dengan pergerakan
atau tanpa pergerakan atau tanpa pergerakan
dana/instrumen78.
Dalam pasal 2 ayat 1 ketentuan tersebut
menyatakan bahwa bank dapat melakukan transaksi
derivatif, baik untuk kepentingan sendiri maupun
untuk kepentingan nasabah. Bentuk transaksi sangat
terbatas yaitu hanya transaksi yang berkaitan dengan
valuta asing dan suku bunga, serta transaksi yang
berkaitan dengan saham apabila telah mendapat ijin
Bank Indonesia secara kasus per kasus79.
Transaksi derivatif yang sering dilakukan adalah
opsi. Opsi adalah hak untuk membeli (call options) atau
hak untuk menjual (put options) suatu valuta asing
dengan penyerahan untuk jangka waktu di depan.
Bentuk ini mekanismenya, yaitu: investor dapat saja
memperoleh hak membeli atau menjual kontrak pada
masa datang dengan harga tertentu.
Di Indonesia, transaksi derivatif yang dilakukan
pada perbankan hanya yang timbul dari surat berharga
(securities). Hal ini terlihat pada UU No. 7/1992 tentang
Perbankan sebagaimana diubah dengan UU No.
78 Rae, Dian Ediana, op.cit, hal. 44 79 Djumhana, Muhamad, Hukum Perbankan di Indonesia, 2006
(cet.V), Bandung, PT. Citra Aditya Bakti, hal. 446 - 448
103
10/1998, pasal 1 angka 10 menyatakan Surat Berharga
adalah surat pengakuan utang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatifnya, atau
kepentingan lain, atau suatu kewajiban dari penerbit,
dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar
modal dan pasar uang. Derivatif keuangan terkadang
disebut securities, akan tetapi bukan merupakan
securities pada dirinya sendiri80.
Investor secara umum menggunakan options
dalam 2 (dua) hal81:
1. Proteksi nilai asset (asuransi nilai saham)
Salah satu strategi options adalah
memproteksi nilai portofolio terhadap
jatuhnya harga – harga saham, dengan
membeli put options. Investor berhak menjual
sahamnya pada harga tertentu meskipun di
pasar harga saham tersebut turun sampai
minus.
2. Covered Call
Suatu strategi untuk menghasilkan
pendapatan tambahan dari sahamnya.
Dengan strategi ini, investor menjual kontrak
call optionsnya (sell call). Dengan sell call
tersebut, investor wajib menjual sahamnya
80 Rae, Dian Ediana, op.cit, hal. 47 81Sutedi, Adrian, op.cit, hal. 54
104
pada harga yang disepakati selama kontrak
masih berlaku.
Perkembangan perekonomian telah
mengakibatkan terjadinya berbagai perkembangan
(inovasi) dalam industri jasa keuangan. Perkembangan
yang mutakhir dan berkembang dalam pasar OTC
adalah apa yang dinamakan hybrid security. Investasi
hybrid adalah “A financial security that has two or more
characteristics of other financial instruments such as
equities, bonds, swaps, forward agreements, futures, or
options. The return often is based on the return of two or
more underlying instruments such as exchange rates,
interest rates, or equities. Also called a structured
financial transaction”82 (terjemahan bebas: sekuritas
keuangan yang memiliki dua atau lebih karakteristik
dari instrumen keuangan lainnya seperti saham,
obligasi, swap, forward, future, atau opsi.
Pengembaliannya didasarkan pada dua atau lebih
instrumen yang mendasari seperti nilai tukar, suku
bunga, atau ekuitas. Juga disebut transaksi keuangan
terstruktur). Investasi ini merupakan gabungan dari
dua produk.
82 http://invest.yourdictionary.com/hybrid-security
105
Bank – bank mengembangkan produk deposito
plus untuk mengimbangi bunga deposito yang
cenderung turun. Produk deposito plus ini merupakan
investasi gabungan antara deposito dan produk
instrumen derivatif. Produk ini dikenal dengan nama
deposito hybrid83.
Sekarang ini, setidaknya ada beberapa produk
deposito plus investasi, seperti: Sweet Bundle dari
Citibank; TwinInvest dari Standard Chartered Bank;
Mega Depo Equity dari Bank Mega, Star Choice Best of
Market Linked Deposit dan Dynamic Duo Star Market
Linked Deposit dari Bank CIMB Niaga. Hadirnya
produk-produk itu seperti menjadi energi baru yang
membuat nasabah masih tetap melirik deposito. Ini
pula memberi nilai tambah bagi nasabah yang tidak
mau beranjak dari bank, dan belum memiliki
keberanian memutar uang di instrumen investasi yang
lainnya – seperti di pasar modal – tapi memperoleh
tingkat pengembalian di atas bunga deposito biasa.
Penggunaan jenis – jenis transaksi derivatif tersebut
tentu saja bergantung pada kebutuhan para pihak.
Masing – masing jenis transaksi derivatif tersebut
memiliki kegunaan berbeda, serta kelebihan dan
kekurangan masing – masing. Jenis – jenis transaksi
83 Majalah, SWA 17 Juli 2008
106
derivatif tersebut merupakan bentuk dasar dari
berbagai derivatif. Saat ini jenis – jenis transaksi
derivatif terus mengalami perkembangan sesuai dengan
permintaan dan kebutuhan pasar untuk mengatasi
kelemahan – kelemahan produk – produk derivatif yang
telah ada sebelumnya.
6. Pengaturan Investasi Dana Pensiun
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas mengenai
perkembangan ekonomi yang diikuti dengan
perkembangan rekayasa struktur keuangan, maka hal
ini juga berdampak pada dunia investasi, terutama
yang dijalankan oleh lembaga – lembaga keungan, baik
perbankan maupun non perbankan.
Berkaitan dengan pengelolaan Dana Pensiun di
Indonesia, negara turut campur tangan dengan
menerbitkan Undang – Undang No. 11/1992 tentang
Dana Pensiun. Maksud diterbitkan Undang – Undang
ini untuk memelihara kesinambungan penghasilan
pada hari tua untuk mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Dana Pensiun menurut
Undnag – Undang ini merupakan sarana penghimpun
dana untuk meningkatkan kesejahteraan peserta
pensiun. Dengan adanya Dana Pensiun dengan
bermaksud agar dapat meningkatkan motivasi dan
ketenangan kerja untuk meningkatkan produktivitas,
sehingga meningkatkan peran serta masyarakat dalam
melestarikan pembangunan nasional yang meningkat
dan berkelanjutan.
107
Sejak berlakunya Undang – Undang Dana Pensiun,
dana pensiun hanya diperkenankan menyelenggarakan
program pensiun. Dana Pensiun tidak diperkenankan
menyelenggarakan program di luar program pensiun
apa pun bentuknya, kecuali bagi dana pensiun yang
berdiri sebelum berlakunya Undang – Undang Dana
Pensiun telah diberikan ijin menyelenggarakan program
tunjangan hari tua disamping program pensiun (Pasal
61 ayat 4). Artinya, Dana Pensiun tetap menjalankan
kewajiban tersebut sampai selesai seluruh kewajiban
kepada peserta setelah itu tidak boleh lagi.
Demikian juga halnya dengan investasi, kalau
sebelum adanya Undang – Undang Dana Pensiun,
peraturan pensiun tidak mengatur investasi kekayaan
dana pensiun. Pengurus Dana Pensiun juga tidak
merasa berkewajiban dengan investasi kekayaan dana
pensiun, karena pengurus merasa yang berkepentingan
terhadap investasi adalah Pendiri. Campur tangan
pendiri dalam portofolio investasi sangat besar. Bahkan
investasi yang dilakukan sebagian besar berkaitan
dengan kepentingan Pendiri.
Maksud Undang – Undang membatasi kegiatan dan
investasi agar kekayaan Dana Pensiun terlindungi dari
kewajiban pembayaran di luar tujuan utama yang
dapat mengganggu kecukupan dana dalam jangka
panjang untuk pembayaran manfaat pensiun peserta.
Oleh karena itu, Undang – Undang Dana Pensiun
membatasi arah investasi Dana Pensiun. Oleh karena
itu pemerintah memberikan perhatian yang serius
mengenai pengelolaan kekayaan dana pensiun dengan
108
menetapkan pembatasan investasi nyang boleh
dilakukan oleh dana pensiun. Pasal 61 ayat 3 UU Dana
Pensiun menegaskan bahwa investasi yang dilakukan
oleh Dana Pensiun yang telah ada sebelum UU Dana
Pensiun wajib disesuaikan. Batasan investasi dana
pensiun, kemudian diatur dengan Surat Keputusan
Menteri Keuangan. Secara umum jenis – jenis investasi
yang boleh dilakukan oleh Dana Pensiun adalah:
deposito berjangka; saham, obligasi dan surat berharga
lain; penempatan langsung pada saham dan obligasi;
tanah, bangunan serta tanah dan bangunan; saham
atau unit penyertaan reksadana, Sertifikat Bank
Indonesia (SBI) dan surat utang yang diterbitkan oleh
pemerintah.
Kalau dikaji pembatasan yang dilakukan oleh
pemerintah ini sangat ketat, pemerintah membatasi
investasi yang dapat memberikan keuntungan jangka
pendek.