BAB II Fianza Panji Fahmi Pradita

4
BAB II PEMBAHASAN Pada praktikum geologi struktur acara foliasi dilakukan analisis stereografis struktur foliasi . Foliasi merupakan suatu struktur yang memperlihatkan adanya suatu penjajaran mineral –mineral penyusun batuan metamorf selain itu juga merupakan hasil kelurusan paralel dan subparalel dari (biasanya) butiran-butiran mineral inequant (ukurannya tidak sama) (Raymond,2002) Pada analisis struktur foliasi diperoleh data strike/dip foliasi suatu batuan.Dari data strike dip batuan ini nantinya akan dianalisis menggunakan analisis stereografis.Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis stereografis ini pertama memplotkan strike/dip di polar net.Polar Net ini cara penggunaannya berbeda dengan stereonet yaitu bagian 0 o berada pada posisi West (W) bergerak searah jarum jam dan sudut kemiringan 0 o mulai dari titik tengah dan semakin keluar semakin bertambah. Pemplotan ini dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak salah dalam pengelolaan data nantinya.Setelah pemplotan stike/dip selesai , kita melakukan konturing dengan menggunakan kalsbeek counting net .

description

www

Transcript of BAB II Fianza Panji Fahmi Pradita

Page 1: BAB II Fianza Panji Fahmi Pradita

BAB II

PEMBAHASAN

Pada praktikum geologi struktur acara foliasi dilakukan analisis stereografis

struktur foliasi . Foliasi merupakan suatu struktur yang memperlihatkan adanya

suatu penjajaran mineral –mineral penyusun batuan metamorf selain itu juga

merupakan hasil kelurusan paralel dan subparalel dari (biasanya) butiran-butiran

mineral inequant (ukurannya tidak sama) (Raymond,2002) Pada analisis struktur

foliasi diperoleh data strike/dip foliasi suatu batuan.Dari data strike dip batuan ini

nantinya akan dianalisis menggunakan analisis stereografis.Langkah-langkah

yang dilakukan dalam analisis stereografis ini pertama memplotkan strike/dip di

polar net.Polar Net ini cara penggunaannya berbeda dengan stereonet yaitu bagian

0o berada pada posisi West (W) bergerak searah jarum jam dan sudut kemiringan

0o mulai dari titik tengah dan semakin keluar semakin bertambah. Pemplotan ini

dilakukan secara hati-hati dan teliti agar tidak salah dalam pengelolaan data

nantinya.Setelah pemplotan stike/dip selesai , kita melakukan konturing dengan

menggunakan kalsbeek counting net .

Pada kalsbeek counting net dilakukan perhitungan jumlah titik yang telah

dibuat sebelumnya. Perhitungan ini dibuat sebelumnya. Perhitungan ini

berdasarkan satu pola segi enam yang ada pada kalsbeek net. Setelah

penghitungan selesai kemudian melakukan konturing berdasarkan data yang telah

diperoleh dimana data yang nilai semakin tinggi ,semakin tinggi pula

kedudukannya. Dari konturing ini kita akan dapatkan titik puncak suatu daerah

dan titikm puncak ini diberi nama “Maxima 1”.Setelah mendapatkan maxima 1

kemudian posisikan titik maxima 1 pada garis E-W , dan di pole-kan (+90o). Dari

pole tersebut didapatkan sebuah titikdimana titik tersebut menjadi acuan untuk

pembuatan great circle.Setelah dibuat greatcircle maka mulai analisa gaya dari

suatu lapisan . Gaya utama yang berpengaruh dalam pembuatan foliasi, gaya yang

Page 2: BAB II Fianza Panji Fahmi Pradita

berpengaruh dalam pembentukan foliasi ini berada tegak lurus dari bidang foliasi,

dan posisinya sama dengan titik maxima 1. Jadi pada titik maxima 1 merupakan

titik sigma 1. Setelahnya titik sigma 2 dan 3 berada pada titik 0o dari great circle.

Sigma 2 dan sigma 3 memiliki nilai sama sehingga kedudukannya sama-sama

pada 0o.Pada soal ini sigma 3 nilainya sama, karena tipe dari foliasi ini tanpa ada

lineasi sehingga jika ditulis simbol “ sigma 1> sigma 2=Sigma 3 ”

Mengingat bahwa pload kerak meningkat1 Gpa untuk tiap 3.3 km burial

sering bertambahanya kedalaman (0,1 Gpa = 1 kb = 3,3 km). pressure pada

kisaran metamorfisme mulai dari kurang dari 0,1 Gpa sampai belasan gigapaskal

yang hadir di kedalaman mantel dan uppermantle, tapi petrologis (metamorphic

peetrologist) beranggapan bahwa kisaran pressure untuk metamorisme ini berada

pada kisaran 0,1 Gpa (1 kilobar) sampai sekitar 3,0 Gpa (10 kb).

Pada foliasi yang terdapat pada soal didapatkan sigma 1 : plunge:48o Trend:

0o, sigma 2: plunge : 41o Trend : 152o, Sigma 3 : plunge : 0o, Trend : 62o. Dari

data ini didapatkan arah gaya utama berasal dari utara. Jika dikaitkan dengan pola

tektonik dipulau jawa, arah utara termasuk kedalam pola sunda (N-E) yang aktif

pada akhir Eosen hingga akhir Oligosen. Arah ini diwakili oleh sesar-sesar yang

membatasi cekungan asri, cekungan sunda dan cekungan arjuna. Pola ini

umumnya terdapat dibagian barat wilayah jawa barat. Dari gaya tersebut

mengakibatkan batuan – batuan protolith mengalami deformasi berupa foliasi.

Foliasi dapat terbentuk karena adanya faktor tekanan dan suhu dimana pada

faktor tekanan lebih dominan karena tenanan dapat membentuk orientasi mineral.

Tekanan pada foliasi akan bersifat compressing pada satu bidang yang sama,

yakni pada horizontal atau vertikal. Gaya tersebut menyebabkan mineral-mineral

yang orientasinya acak menjadi berorientasi yang teratur dan memiliki pola pada

suatu batuan. Pola tersebut disebut dengan foliasi. Pengaruh gaya terhadap

pembentukan foliasi ini adalah gaya yang bersifat kompresi akan mengakibatkan

batuan mengalami pemendekan atau shortening sekaligus mengalami penebalan

dan pemanpatan.

Page 3: BAB II Fianza Panji Fahmi Pradita

Struktur foliasi ini identik dengan deformasi yang bersifat regional yang

dapat terjadi pada daerah subduksi, burial, dan orogenik. Orogenik biasanya

berkembang selama jutaan tahun melalui beberapa episode deformasi dan

rekristalisasi.