BAB II (Clear)

8
BAB II ISI 2.1 Al-Qur’an 2.1.1 Pengertian Menurut bahasa (etimologi), Al-Qur’an berasal dari kata Quranan dan merupakan masdar dari kata kerja dari kata kerja Qoro-’a ( رأ ق) yang bermakna Talaa ( لا ت) [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-’a Qor’an Wa Qur’aanan ( ا ت رأ ق رءأ و ق رأ ق) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( ا رأت ف غ رأ و ف غ ر ف غ). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Maf’uul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jama’a) maka ia adalah mashdar dari Ism Faa’il, artinya Jaami’ (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum. Firman Allah SWT : Artinya : “Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.” (Al-Qiyâmah: 17- 18). Adapun Al-Qur’an menurut istilah ialah wahyu atau kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. Al-Qur’an diturunkan untuk menjadi pedoman hidup sekalian manusia, agar manusia tidak tersesat hidupnya. Al-Qur’an sebagai pemberi kabar gembira bagi orang yang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar. 2.1.2 Nama-Nama Al-Qur'an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang tinggi dan luhur, dan secara mutlak Al-Qur'an adalah kitab samawy yang paling mulia. Nama-nama lain dari Al-Qur’an, sebagai berikut :

description

ff

Transcript of BAB II (Clear)

BAB II

ISI

2.1 Al-Quran

2.1.1 Pengertian

Menurut bahasa (etimologi), Al-Quran berasal dari kata Quranan dan merupakan masdar dari kata kerja dari kata kerja Qoro-a () yang bermakna Talaa () [keduanya berarti: membaca], atau bermakna Jamaa (mengumpulkan, mengoleksi). Anda dapat menuturkan, Qoro-a Qoran Wa Quraanan ( ) sama seperti anda menuturkan, Ghofaro Ghafran Wa Qhufroonan ( ). Berdasarkan makna pertama (Yakni: Talaa) maka ia adalah mashdar (kata benda) yang semakna dengan Ism Mafuul, artinya Matluw (yang dibaca). Sedangkan berdasarkan makna kedua (Yakni: Jamaa) maka ia adalah mashdar dari Ism Faail, artinya Jaami (Pengumpul, Pengoleksi) karena ia mengumpulkan/mengoleksi berita-berita dan hukum-hukum.

Firman Allah SWT :

Artinya :

Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kamu telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiymah: 17-18).

Adapun Al-Quran menurut istilah ialah wahyu atau kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat dan diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas.Al-Quran diturunkan untuk menjadi pedoman hidup sekalian manusia, agar manusia tidak tersesat hidupnya. Al-Quran sebagai pemberi kabar gembira bagi orang yang beriman dan peringatan bagi orang yang ingkar.

2.1.2 Nama-Nama

Al-Qur'an mempunyai beberapa nama yang kesemuanya menunjukkan kedudukannya yang tinggi dan luhur, dan secara mutlak Al-Qur'an adalah kitab samawy yang paling mulia.

Nama-nama lain dari Al-Quran, sebagai berikut :

a. Al-Kitab, artinya Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kemudian tersusun dalam sebuah buku.

b. Al-Furqon, artinya yang membedakan antara yang haq dan batal, serta baik dan buruk.

c. Adz-Dzikru, artinya pemberi peringatan bagi manusia yang suka lupa dan khilaf.

d. Al-Mauidoh, artinya sebuah anjuran, nasehat dan tuntunan.

e. Al-Huda, artinya petunjuk dan bimbingan.

f. Al-Burhan, artinya sebuah bukti yang meyakinkan.

g. Al-Haq, artinya suatu kebenaran mutlak.

h. An-Nur, artinya cahaya yang menerangi.

i. Al-Hikmah, artinya suatu kebijaksanaan.

2.1.3 Sejarah

Pendapat yang terkenal mengenai sejarah turunnya Al-Quran ialah riwayat At-Tabari dari Ibnu Abbas, dikatakan bahwa Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qodar di bulan Ramadhan ke langit dunia sekaligus. Kemudian diturunkan ke dunia sedikit demi sedikit atau secara berangsur-angsur. Wahyu yang pertama diturunkan adalah Q.S Al-Alaq : 1-5 di Gua Hira melalui Malaikat Jibril.Wahyu terakhir adalah Q.S Al-Maidah : 3.

Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur yaitu selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, yakni mulai tanggal 17 Ramadhan tahun 40 dari kelahiran nabi atau tahun 610 Masehi sampai 9 Dzulhijjah tahun 10 Hijriyah atau tahun 633 Masehi.

Hikmah Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur agar mudah dihapal dan dapat diresapi dalam hati.

Al-Quran terdiri atas 6666 ayat, 114 surat, dan 30 juz. Al-Quran diturunkan terdiri dua tahapan, yaitu :

1. Saat Nabi tinggal di Mekah, ayatnya disebut ayat-ayat makkiyah, terdiri dari 91 surat atau kurang lebih 19/30 juz. Ciri-cirinya : pada umumnya surat pendek-pendek, isinya mengenai tauhid, keimanan, menerangkan surga dan neraka serata kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, Yaa ayyuhannaas .

2. Setelah nabi hijrah ke Madinah, ayatnya disebut ayat-ayat madaniyah, terdiri dari 23 surat atau kurang lebih 11/30 juz dari keseluruhan. Ciri-ciri : pada umumnya surat panjang-panjang, isinya mengenai hukum dan muamalah, kebanyakan ayatnya dimulai dengan kalimat, Yaa ayyuhalladziina aamanuu .

Dalam catatan sejarah dapat dibuktikan bahwa proses kodifikasi dan penulisan al-Qur'an dapat menjamin kesuciannya secara meyakinkan. Al-Qur'an ditulis sejak nabi masih hidup. Begitu wahyu turun kepada nabi, nabi langsung memerinahkan para sahabat penulis wahyu untuk menuliskannya secara hati-hati. Begitu mereka tulis, kemudian mereka hafalkan sekaligus mereka amalkan.Pada awal pemerintahan khalifah yang pertama dari Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar ash-shiddiq, al-Qur'an telah dikumpulkan dalam mushhaf tersendiri. Dan pada zaman khalifah yang ketiga, 'Utsman bin Affan, al-Qur'an telah sempat diperbanyak. Alhamdulillah al-Qur'an yang asli itu sampai saat ini masih ada.

Dalam perkembangan selanjutnya, tumbuh pula usaha-usaha untuk menyempurnakan cara-cara penulisan dan penyeragaman bacaan, dalam rangka menghindari adanya kesalahan-kesalahan bacaan maupun tulisan. Karena penulisan al-Qur'an pada masa pertama tidak memakai tanda baca (tanda titik dan harakat) maka al-Khalil mengambil inisiatif untuk membuat tanda-tanda yang baru, yaitu huruf waw yang kecil di atas untuk tanda dhammah, huruf alif kecil di atas untuk tanda fat-hah, huruf alif yang kecil di bawah untuk tanda kasrah, kepala huruf syin untuk tanda shiddah, kepala ha untuk syukun, dan kepala 'ain untuk hamzah. Kemudian tanda-tanda ini dipermudah, dipotong, dan ditambah sehingga menjadi bentuk yang sekarang ada.

Dalam perkembangan selanjutnya tumbuhlah beberapa macam tafsir al-Qur'an yang ditulis oleh ulama Islam, yang sampai saat ini tidak kurang dari 50 macam tafsir al-Qur'an. Juga telah tumbuh pula berbagai macam disiplin ilmu untuk membaca dan membahas al-Qur'an.

2.1.4 Fungsi dan Kandungan

Al-Qur'an adalah wahyu Allah yang berfungsi sebagai mu'jizat bagi Rasulullah Muhammad saw, sebagai pedoman hidup bagi setiap Muslim, dan sebagai korektor dan penyempurna terhadap kitab-kitab Allah sebelumnya serta bernilai abadi.

Sebagai mu'jizat, al-Qur'an telah menjadi salah satu sebab penting bagi masuknya orang-orang Arab di zaman Rasulullah ke dalam agama Islam, dan menjadi sebab penting pula bagi masuknya orang-orang sekarang, dan (insya Allah) pada masa-masa yang akan datang.

Ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dapat meyakinkan kita bahwa Al-Qur'an adalah firman-firman Allah, tidak mungkin ciptaan manusia apalagi ciptaan Nabi Muhammad saw yang ummi yang hidup pada awal abad ke-enam Masehi (571-632M). Demikian juga ayat-ayat yang berhubungan dengan sejarah seperti tentang kekuasaan di Mesir, Negeri Saba', Tsamud, 'Ad, Yusuf, Sulaiman, Dawud, Adam, Musa, dan lain-lain dapat memberikan keyakinan kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah bukan ciptaan manusia. Ayat-ayat yang berhubungan dengan ramalan-ramalan khusus yang kemudian dibuktikan oleh sejarah seperti tentang bangsa Romawi, berpecah-belahnya Kristen dan lain-lain juga menjadi bukti lagi kepada kita bahwa al-Qur'an adalah wahyu Allah swt. Bahasa al-Qur'an adalah mu'jizat terbesar sepanjang masa, keindahan bahasa dan kerapian susunan katanya tidak dapat ditemukan pada buku-buku bahasa Arab lainnya. Gaya bahasa yang luhur tapi mudah dimengerti adalah merupakan ciri dari gaya bahasa al-Qur'an. Karena gaya bahasa yang demikianlah 'Umar bin Khathab masuk Islam setelah mendengar awal surat Thaha yang dibaca oleh adiknya Fathimah. Abul Wahd, diplomat Quraisy waktu itu, terpaksa cepat-cepat pulang begitu mendengar beberapa ayat dari surat Fushshilat yang dikemukakan Rasulullah sebagai jawaban atas usaha-usaha bujukan dan diplomasinya. Bahkan Abu Jahal musuh besar Rasulullah, sampai tidak jadi membunuh Nabi karena mendengar surat adh-Dhuha yang dibaca nabi.

Tepat yang dinyatakan al-Qur'an bahwa sebab seorang tidak menerima kebenaran al-Qur'an sebagai wahyu Ilahi adalah salah satu diantara dua sebab, yaitu:

a) tidak berpikir dengan jujur dan sungguh-sungguh.

b) tidak sempat mendengar dan mengetahui al-Qur'an secara baik.

Oleh al-Qur'an disebut al-maghdhub (dimurkai Allah) karena tahu kebenaran tetapi tidak mau menerima kebenaran itu dan disebut adh-Dhalim (orang sesat) karena tidak menemukan kebenaran itu. Sebagai jaminan bahwa al-Qur'an itu adalah wahyu Allah, maka al-Qur'an sendiri menantang setiap manusia untuk membuat satu surat saja yang senilai dengan al-Qur'an.

Sebagai pedoman hidup, al-Qur'an banyak mengemukakan pokok-pokok serta prinsip-prinsip umum pengaturan hidup dalam hubungan antara manusia dengan Allah, manusia dengan manusia dan makhluk lainnya. Di dalamnya terdapat peraturan-peraturan seperti:

- beribadah langsung kepada Allah

- berkeluarga

- bermasyarakat

- berdagang

- utang-piutang

- kewarisan

- pendidikan dan pengajaran

- pidana, dan

- aspek-aspek kehidupan lainnya yang oleh Allah dijamin dapat berlaku dan sesuai pada setiap tempat dan setiap waktu.

Setiap Muslim diperintahkan untuk melakukan tata nilai tersebut dalam kehidupannya. Dan sikap memilih sebagian dan menolak sebagian tata nilai itu dipandang al-Qur'an sebagai bentuk pelanggaran dan dosa. Melaksanakannya dinilai ibadah, memperjuangkannya dinilai sebagai perjuangan suci, mati karenanya dinilai sebagai mati syahid, hijrah karena memperjuangkannya dinilai sebagai pengabdian yang tinggi dan tidak mau melaksanakannya dinilai sebagai zhalim, fasiq, dan kafir.

Sebagian korektor al-Qur'an banyak mengungkapkan persoalan-persoalan yang dibahas oleh kitab-kitab Taurat, Injil, dan lain-lain yang dinilai al-Qur'an tidak sesuai dengan ajaran Allah yang sebenarnya (karena pemalsuan-pemalsuan). Baik menyangkut segi sejarah orang-orang tertentu, hukum-hukum, prinsip-prinsip ketuhanan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh koreksi-koreksi yang dikemukakan al-Qur'an antara lain sebagai berikut:

a) tentang ajaran Trinitas

b) tentang Isa

c) tentang penyaliban Nabi Isa

d) tentang Nabi Luth

e) tentang Harun

f) tentang Sulaiman, dan lain-lain.

Adapun isi yang terkandung dalam Al-Quran secara garis besar, sebagai berikut :1. masalah tauhid;

2. masalah ibadah;

3. masalah muamalah;

4. masalah janji dan ancaman;

5. sejarah manusia masa lalu;

6. kepercayaan terhadap yang gaib seperti malaikat, hari akhir, dan takdir;

7. percaya adanya wahyu yang diturunkan;

8. beriman kepada para nabi;

9. mengucapkan dua kalimat syahadat;

10. menegakkan sholat, melaksanakan puasa dan haji

2.2 As-Sunnah

2.2.1Pengertian dan Latar Belakang

As-Sunnah secara bahasa (etimologi) berasal dari kata: "sanna yasinnu", dan "yasunnu sannan", dan "masnuun" yaitu yang disunnahkan. Sedang "sanna amr" artinya menerangkan (menjelaskan) perkara. As-Sunnah juga mempunyai arti "at-Thariqah" (jalan/metode/pandangan hidup) dan "as-Sirah" (perilaku) yang terpuji dan tercela.

As-Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam dalam bentuk qaul (ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan) bagi ummat Islam.

Adapun As-Sunnah menurut bahasa ialah sesuatu yang baru. Secara istilah sama dengan As-Sunnah menurut Jumhur Ulama. Ada ulama yang menerangkan makna asal secara bahasa bahwa : Sunnah itu untuk perbuatan dan taqrir, adapun hadits untuk ucapan. Akan tetapi ulama sudah banyak melupakan makna asal bahasa dan memakai istilah yang sudah lazim digunakan, yaitu bahwa As-Sunnah muradif (sinonim) dengan hadits. As-Sunnah menurut istilah ulama ushul fiqih ialah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam selain dari Al-Qur'an, baik perbuatan, perkataan, taqrir (penetapan) yang baik untuk menjadi dalil bagi hukum syar'i.

As-Sunnah menurut istilah ahli fiqih (fuqaha) ialah segala sesuatu yang sudah tetap dari Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan hukumnya tidak fardhu dan tidak wajib, yakni hukumnya sunnah.

2.2.2Macam-macam

As-Sunnah terbagi atas 3 macam, yaitu:

[a]. Hadits qauli (Sunnah dalam bentuk ucapan) ialah segala ucapan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang ada hubungannya dengan tasyri, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam: "Di antara kebaikan Islam seseorang ialah meninggalkan apa-apa yang tidak bermanfaat baginya".

[b]. Hadits fi'li (Sunnah yang berupa perbuatan) ialah segala perbuatan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang diberitakan oleh para Shahabatnya tentang wudhu, shalat, haji, dan selainnya.

[c]. Hadits taqriri ialah segala perbuatan Shahabat yang diketahui oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam dan beliau membiarkannya (sebagai tanda setuju) dan tidak mengingkarinya.

2.2.3Sanad

Sanad atau isnad secara bahasa artinya sandaran, maksudnya adalah jalan yang bersambung sampai kepada matan, rawi-rawi yang meriwayatkan matan hadits dan menyampaikannya. Sanad dimulai dari rawi yang awal (sebelum pencatat hadits) dan berakhir pada orang sebelum Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam yakni Sahabat. Misalnya al-Bukhari meriwayatkan satu hadits, maka al-Bukhari dikatakan mukharrij atau mudawwin (yang mengeluarkan hadits atau yang mencatat hadits), rawi yang sebelum al-Bukhari dikatakan awal sanad sedangkan Shahabat yang meriwayatkan hadits itu dikatakan akhir sanad.

Para ulama hadits tidak mau menerima hadits yang datang kepada mereka melainkan jika mempunyai sanad, mereka melakukan demikian sejak tersebarnya dusta atas nama Nabi Shallallahu alaihi wa sallam yang dipelopori oleh orang-orang Syiah.2.2.4 Rawi

Rawi adalah orang-orang yang menyampaikan hadits dari Nabi sampai ke penghimpun hadits.2.2.5 Matan

Matan secara bahasa artinya kuat, kokoh, keras, maksudnya adalah isi, ucapan atau lafazh-lafazh hadits yang terletak sesudah rawi dari sanad yang akhir.

2.2.6 Fungsi dan Kedudukan

As-Sunnah merupakan sumber hokum ke-2 setelah Al-Quran. Adapun fungsi As-Sunnah, yaitu :

a. Memperkuat dan mempertegas hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Quran

b. Menjelaskan, menafsirkan dan memberi rincian terhadap ayat-ayat Al-Quran yang masih global

c. Menetapkan hukum baru yang belum ditetapkan oleh Al-Quran

Kedudukan As-Sunnah terhadap Al-Qur'an, yakni yang pertama, memiliki kedudukan yang sama sebagai sumber agama setelah Al-Qur'an dan yang kedua, memiliki kedudukan yang sama sebagai hujjah (argumen) yang wajib diikuti.

Dan oleh karena itu pula lah gugur pendapat sebagian orang yang mengatakan hanya cukup dengan Al-Qur'an saja. Dan tidaklah mereka (para pengingkar Sunnah/Qur'aniyyun) mengatakan hal itu melainkan karena hawa nafsu belaka, karena bagi mereka As-Sunnah hanyalah alat untuk menguatkan pendapat mereka, apabila sesuai dengan hawa nafsu, mereka akan berpegang kepadanya, dan yang tidak sesuai dengan nafsu, mereka akan buang ke belakang punggung mereka.

Dan hal ini telah diisyaratkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam sebuah hadits yang shahih: "Salah seorang dari kalian benar-benar akan menjumpai seseorang yang sedang duduk di singgasananya, kemudian datang urusanku kepadanya dari apa yang aku perintahkan dan apa yang aku larang, lalu ia berkata: Saya tidak tahu itu! Semua yang kami dapatkan di dalam Kitab Allah itulah yang kami ikuti. Apa yang diharamkan oleh Rasulullah sama dengan yang diharamkan oleh Allah" (HR. Tirmidzi).