BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang...

25
17 BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN Karya sastra merupakan sebuah totalitas. Sebagai sebuah totalitas, karya sastra terdiri atas unsur-unsur, bagian-bagian, yang berkaitan satu dengan yang lain dan menjalin ketergantungan. Unsur-unsur pembangun karya sastra itu kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian, unsur intrinsik dan ekstrinsik (Nurgiyantoro, 2005:23). Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra. Unsur intrinsik dapat dijumpai dengan membaca karya sastra. Dalam penelitian ini, unsur intrinsik berfungsi menguraikan isi roman secara sistematis ke dalam unsur- unsur yang telah ditentukan dengan tujuan mempermudah pelaksanaan penelitian psikologi sastra sebagai fokus utama. Unsur intrinsik menjangkau banyak hal dan batasnya adalah seluas karya sastra sebagai objek. Penelitian ini secara khusus membatasi unsur-unsur yang dikaji dalam penokohan, alur, dan latar sebagai fakta cerita. Analisis unsur intrinsik ini menjadi signifikan terhadap analisis psikologi sastra yang dilakukan dalam bab selanjutnya. 2.1 Analisis Struktur Analisis struktur dalam penelitian ini merupakan kajian awal sebelum melaksanakan analisis psikologi sastra. Teeuw (2015:119) berpendapat bahwa analisis struktur tidak mutlak harus dilakukan, tetapi memang penting dan perlu sebagai upaya menyistematikkan proses membaca dan memahami karya sastra. Pendekatan struktural terhadap karya sastra pada dasarnya bertujuan

Transcript of BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang...

Page 1: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

17

BAB II

ANALISIS STRUKTUR

ROMAN ANAK PERAWAN DI SARANG PENYAMUN

Karya sastra merupakan sebuah totalitas. Sebagai sebuah totalitas, karya

sastra terdiri atas unsur-unsur, bagian-bagian, yang berkaitan satu dengan yang

lain dan menjalin ketergantungan. Unsur-unsur pembangun karya sastra itu

kemudian dikelompokkan menjadi dua bagian, unsur intrinsik dan ekstrinsik

(Nurgiyantoro, 2005:23).

Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra. Unsur

intrinsik dapat dijumpai dengan membaca karya sastra. Dalam penelitian ini,

unsur intrinsik berfungsi menguraikan isi roman secara sistematis ke dalam unsur-

unsur yang telah ditentukan dengan tujuan mempermudah pelaksanaan penelitian

psikologi sastra sebagai fokus utama. Unsur intrinsik menjangkau banyak hal dan

batasnya adalah seluas karya sastra sebagai objek. Penelitian ini secara khusus

membatasi unsur-unsur yang dikaji dalam penokohan, alur, dan latar sebagai fakta

cerita. Analisis unsur intrinsik ini menjadi signifikan terhadap analisis psikologi

sastra yang dilakukan dalam bab selanjutnya.

2.1 Analisis Struktur

Analisis struktur dalam penelitian ini merupakan kajian awal sebelum

melaksanakan analisis psikologi sastra. Teeuw (2015:119) berpendapat bahwa

analisis struktur tidak mutlak harus dilakukan, tetapi memang penting dan perlu

sebagai upaya menyistematikkan proses membaca dan memahami karya sastra.

Pendekatan struktural terhadap karya sastra pada dasarnya bertujuan

Page 2: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

18

mempermudah penelitian terhadap karya sastra dengan mengelompokkan unsur-

unsur karya sastra secara eksplisit.

Karya sastra berdasarkan analisis struktural terdiri atas unsur-unsur yang

memiliki keterkaitan antarhubungan satu-sama lain. Kaitan antarhubungan itu

memiliki pertalian yang erat. Meskipun terpisah dan mempunyai batasan masing-

masing, unsur-unsur itu tidak otonom, melainkan merupakan bagian dari situasi

rumit dan dari hubungannya dengan unsur lain. Dalam memahami karya sastra

terlebih dahulu haruslah memperhatikan jalinan antarunsur sebagai bagian dari

keseluruhan (Pradopo, 2011:142).

Dalam penelitian ini diuraikan unsur-unsur intrinsik karya sastra yang

mencakup: penokohan, alur, dan latar. Analisis struktural dilaksanakan sebagai

upaya mempermudah pengungkapan nilai psikologis yang terdapat dalam roman

Anak Perawan di Sarang Penyamun.

2.1.1 Penokohan

Dalam pembicaraan fiksi, penokohan merupakan salah satu unsur yang

paling penting, khususnya karya sastra dengan medium roman, penokohan

menjadi posisi strategis sebagai sebuah ide yang hidup. Penokohan atau secara

khusus tokoh diaktualisasikan dalam plot dengan serangkaian insiden yang terjadi,

dan latar menjadi penegas diimplementasikannya plot dalam cerita (Nurgiyantoro,

2005:164).

Definisi mengenai penokohan sering membias karena pengertian

perwatakan dan karakterisasi. Meskipun tidak menunjuk pada pengertian yang

Page 3: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

19

terlalu berbeda, dalam penelitian ini digunakan istilah penokohan terhadap

analisis tokoh-tokoh roman dengan rujukan pernyataan Jones (dalam

Nurgiyantoro, 2005:165) yang berpendapat bahwa penokohan adalah pelukisan

gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan memiliki tiga

dimensi sebagai struktur pokoknya, yakni: fisiologis, sosiologis, dan psikologis.

Ketiga dimensi tersebut dalam psikologi menjadi bagian dari “teori perkembangan”

khususnya “teori konvergensi” di satu pihak, dan teori mengenai perasaan emosi,

khususnya “teori kepribadian” di pihak lain. Wellek dan Warren menyebut ketiga

dimensi tersebut dengan istilah block characterization.

Pada penelitian ini secara khusus, analisis tokoh akan menggunakan tiga

dimensi penokohan Lajos Egri. Dimensi fisiologis merupakan ciri-ciri fisik yang

terdapat dalam tokoh. Hal ini merupakan aspek yang digambarkan dapat

diobservasi secara indrawi. Dimensi sosiologis berhubungan dengan keadaan

sosial seorang tokoh, di antaranya agama, pendidikan, pekerjaan, kedudukan

sosial, suku, dan sebagainya. Dimensi psikologis adalah aspek mentalitas tokoh.

Kondisi kejiwaan tokoh dipaparkan melalui dimensi psikologis dengan

berdasarkan pada watak yang disandang tokoh tersebut.

Nurgiyantoro (2005:176) mengelompokkan tokoh berdasarkan tingkat

kepentingannya menjadi dua kelompok. Tokoh utama dan tokoh tambahan.

Analisis penokohan di dalam penelitian ini menggunakan rujukan pernyataan

Nurgiantoro dengan membatasi ulasan pada tokoh utama saja. Tokoh utama

Page 4: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

20

adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya. Ia merupakan tokoh yang paling

banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian.

2.1.1.1 Sayu

Sayu merupakan tokoh utama yang menjadi judul roman Anak Perawan

Di Sarang Penyamun. Berdasarkan dimensi fisiologis, tokoh sayu digambarkan

sebagai seorang gadis belia pada umur belasan, berparas cantik dan menawan.

Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Melihat api itu rupanya perempuan muda itu sangat cemas, sehingga ia

berdiri dan berteriak minta tolong.

Memandang perawan remaja itu, medasing raja penyamun yang tak tahu

iba-kasihan usahakan kasih-sayang itu, terhenti sejurus tak dapat maju

melangkah, laksana orang yang kena pesona. (hlm. 26)

Sudut pandang penilaian kecantikan Sayu tidak objektif. Kecantikan sayu

digambarkan melalui sudut pandang tokoh laki-laki, yakni Medasing dan Samad.

Tokoh penyamun lain tidak menampakkan implikasi ketertarikan kepada Sayu.

Ketertarikan dua tokoh laki-laki ini menyebabkan penggambaran tokoh Sayu

berlebihan. Perhatikanlah sudut pandang Medasing di dalam kutipan berikut.

Sinar ke-merah2an jatuh ke muka gadis yang kuning jelita itu, sehingga

hampir menyerupai loyang yang baharu digosok. Rambutnya yang lebat,

sebagai terurai kemuka melampaui bahunya dan sebahagian kebelakang

sampai kebalik lututnya. (hlm. 26)

Berdasarkan dimensi sosiologis, tokoh Sayu merupakan putri seorang

saudagar asal kota Pagar Alam, Sumatera Barat. Predikat haji pada ayah Sayu

mengindikasikan kuatnya keyakinan keluarga Sayu pada agama Islam. Sebagai

seorang putri saudagar, Sayu mendapatkan pendidikan sebagaimana keturunan

seorang pemuka masyarakat. Simaklah kalimat dibawah ini.

Page 5: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

21

Sebagai seorang anak yang taat beribadat dari kecil, segala kewajiban

agama itu telah menjadi darah dagingnya. Dan sekarangpun dalam

perasingannya ditengah hutan, jauh dari kaum-kerabatnya dan segala

manusia, taklah ia hendak meninggalkan pekerjaan yang dianggapnya

kewajiban yang pertama (hlm.63)

Sayu diimplikasikan menjunjung tinggi nilai-nilai moral dan agama islam.

Meskipun tinggal di sarang penyamun, Sayu digambarkan taat menjalankan

ibadah. Keteguhan hati Sayu pada moral dapat dilihat di dalam interaksinya

dengan Samad. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Sebagai seorang yang dari kecilnya diajar mengerjakan dan menghormati

suruhan agama, pedih hati perawan itu mendengar laki2 itu bersumpah,

sebab telah pasti di hatinya, bahwa bagaimana sekalipun, perkataan Samad

tiada boleh dipercaya, bahwa sekaliannya itu, sampai ke sumpahnya, tak

lain dari pada penutup sesuatu yang rendah, yang tak dikatakannya. (hlm.

61)

Sayu secara psikis berwatak penyabar dan pasrah. Di tahap awal alur cerita,

tokoh Sayu lebih sering meratapi kemalangan nasibnya, kemudian perlahan

berkembang bersamaan dengan konfrontasinya dengan berbagai tokoh. Meskipun

menyimpan dendam dan benci kepada para penyamun, perilaku Sayu cenderung

pasif dan kooperatif. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Maka ter-sedu2lah ia; kalau diturutkannya hatinya hendak ia meraung se-

kuat2nya, tetapi ia takut jabalan yang tidur itu terbangun, datang memaksa

ia menutup mulut.

Gemetar dan mengigil pula badannya memikirkan tangan mereka yang

kasar dan rupa mereka yang buas. Sekarang ia terserah kepada mereka,

tiada dapat berbuat suatu apapun. (hlm. 31)

Pada kutipan diatas digambarkan Sayu dalam kesedihannya. Reaksi Sayu

terhadap penyamun ketika disandera awalnya menunjukkan penolakan. Ia merasa

benci dan jijik kepada para penyamun yang menyanderanya, sebagaimana

terdapat pada kutipan berikut.

Page 6: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

22

Tiada beberapa jauh dari padanya terletak sebuah lembing dan iapun

mengulurkan tangan akan mengambilnya. Tetapi saat itu juga ditariknya

kembali tangannya itu; meremang bulu kuduknya melihat darah berlumur

pada tangkai dan mata lembing itu. Selangkah2, amat hati2, penuh jijik

dan benci pada manusia binatang itu, berjalanlah ia ke arah tangga. (hlm.

31)

Kebencian Sayu kepada penyamun lama kelamaan menjadi pudar. Sayu

mulai menerima kehidupannya di hutan. Ketabahan Sayu tercermin pada

usahanya menempatkan diri dalam lingkungan sosial penyamun dengan

membantu mereka. Perhatikanlah kutipan berikut.

Hari itu pertama kali ia menyediakan makanan bagi kawan penyamun dan

dengan hal yang demikian mulailah ia menyelakan dirinya di penghidupan

raja2 rimba yang kukuh dan kuasa, buas dan ganas, yang sangat

berlawanan dengan badannya yang lemah dan pekertinya yang lembut.

(hlm. 64)

Kebesaran hati Sayu membuat ia dapat menerima kehidupannya sebagai

bagian dari para penyamun. Meskipun cara hidup penyamun bertentangan dengan

moralnya, Sayu menerimanya dengan tulus. Hal ini tampak pada kutipan berikut.

Sayu segera menutup pondok. Meskipun telah beberapa kali ia tinggal

seorang diri ditengah rimba yang lebat itu, takutnya belum juga lenyap2

Pintu dan jendela dikuncinya erat2 dan iapun pergilah merebahkan dirinya

di tempat tidur yang teruntuk baginya. (hlm. 70)

Tokoh Sayu dibentuk dalam tiga dimensi penokohan yang kuat.

Berdasarkan pada hubungan yang dimunculkan aspek sosiologis dan psikologis,

penokohan tokoh Sayu dekat dengan realitas. Pengarang menempatkan Sayu pada

posisi seorang putri saudagar, maka dengan sendirinya tokoh Sayu memiliki

kecenderungan pada keterdidikan dan kemuliaan. Hubungan yang muncul antara

tokoh dengan plot mengalami keterkaitan tanpa bisa dilepaskan satu dengan yang

Page 7: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

23

lain, karena interaksi tokoh dalam cerita hanya mungkin terjadi akibat adanya

kesenjangan antara golongan satu tokoh (penyamun) dengan yang lain (saudagar).

2.1.1.2 Medasing

Medasing merupakan tokoh utama roman Anak Perawan di Sarang

penyamun. Ia menjadi tokoh yang paling sering dijadikan sudut pandang cerita

dari keseluruhan bab dalam roman ini.

Berdasarkan dimensi fisiologis, Medasing digambarkan sebagai pria

bertubuh besar dan kokoh. Diceritakan bahwa udara hutan yang bersih dan

suasana yang damai menyuburkan pertumbuhan Medasing. Hal ini digambarkan

dalam kutipan berikut.

Dengan hal yang sedemikian besarlah ia didalam hutan yang sunyi

ditengah perampok itu. Penghidupannya yang berat menyebabkan ia biasa

akan sengsara dan kuat bekerja. Udara hutan yang segar seakan-akan

menyuburkan badannya. Lambat-laun ia menjadi seorang bujang yang

kukuh dan bidang dan masa itulah ia mulai pula menurut pergi menyamun.

(hlm. 7)

Tokoh Medasing digambarkan dengan kebugaran fungsi fisik dan mental.

Medasing merupakan salah seorang penyamun dengan ciri-ciri yang mencolok,

sebagaimana dijelaskan dalam kutipan berikut.

Lama-kelamaan, oleh karena tak lain yang dilihat dan didengarnya, tak

lain pula kerjanya, maka iapun menjadi seorang penyamun sejati pula.

Pekerjaan menyamun yang mula2 amat ngeri pada matanya, kesudahannya

menjadi biasa dan matilah per-lahan2 hasrat didalam hatinya untuk

meninggalkan penghidupan yang tiada halal itu. Lambat laun iapun

menjadi kejam dan ganas, seperti sekalian penunggu hutan yang dahsyat2

itu.

Ketika itulah ia makin lama makin dihormati kawan2nya, karena badannya

teguh, pikirannya tajam dan ia pandai berjuang dan berani, se-akan2 badan

dan nyawanya tiada berharga sedikit juapun baginya. (hlm. 8)

Page 8: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

24

Secara sosiologis Medasing merupakan kepala dari para penyamun.

Meskipun ia cenderung asosial, para penyamun sebenarnya memiliki lingkungan

sosialnya sendiri di dalam hutan. Medasing semula berasal dari tanah Pasemah. Ia

diimplikasikan menganut agama Islam. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Ia berasal dari sebuah dusun kecil, jauh sebelah selatan tanah Pasemah.

Dahulu dusun itu ternama kayanya dan pada suatu ketika ia diserang oleh

sekawan penyamun gagah-perkasa. Sekalian penduduk itu melarikan

dirinya, masing2 melindungkan diri supaya jangan dimusnahkan oleh

kumpulan perampok yang kejam itu. (hlm. 7)

Selain mengandalkan perbekalan yang dibawa oleh Samad secara teratur,

para penyamun juga mencari makan dengan berburu di hutan. Medasing berburu

rusa dan ikan. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Di dekat pondok dan terutama sekali dekat mereka menghidupkan api

amat banyak tulang dan bekas kulit binatang. Untuk makan se-hari2

penyamun2 itu sering pergi berburu rusa, napuh dan binatang hutan yang

lain. (hlm. 12)

Sebagai seorang perampok, Medasing mempunyai mental yang berbeda

dibandingkan dengan manusia pada umumnya. Berdasarkan dimensi psikologis

Medasing diceritakan berwatak tidak mempunyai rasa takut, sombong, kejam, dan

pemarah.

Medasing mengangkat tangannya seketika dan senjatanya disusunnya di

tanah; maka berkatalah ia sambil memandang ber-ganti2 kepada sekalian

teman2nya itu: ,,Takutkah kita dibuat serupa itu? Boleh kubakar rumahnya

di Pulau Pinang dan kubunuh sekalian anak-isterinya.” (hlm. 13)

Kondisi psikis tokoh Medasing berubah sebagai persona yang berbeda

pada bagian terakhir sebagai pesirah Karim. Ia diceritakan berbudi luhur, taat

beragama, ramah, pemurah, dan penuh kasih-sayang.

Siapakah yang tidak tahu akan pesirah Karim yang ramah2 kepada segala

orang, baik kaya maupun miskin? Yang telah ber-tahun2 memerintah di

Page 9: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

25

Pagar Alam dan sekitarnya, senantiasa memikirkan nasib rakyat yang

terserah kepadanya, sebagai seorang bapa yang bersedih hati apabila

anaknya bersedih hati, dan bersukacita apabila anaknya bersukacita. (hlm.

102)

Watak tokoh Karim digambarkan berlawanan dengan wataknya sebagai

Medasing. Karim berwatak luhur dan tersohor dengan kasih sayangnya,

sebagaimana digambarkan kutipan di bawah ini.

Dari sapinya itu pesirah karim berjalan per-lahan2 menuju ke balai yang

ketika itu telah gelap oleh sebab pelita yang terletak di-tengah2nya hampir

padam. Lantai bambu yang beralaskan tikar itu ber-derit2 diinjaknya,

tetapi ketika ia ingat, bahwa di balai itu tempat anak buahnya tidur,

ditahannyalah langkahnya, sebab ia tidak hendak membangunkan mereka.

(hlm. 106)

Pengarang menempatkan Medasing sebagai tokoh yang tidak terlalu

banyak memberi pendapat, fungsinya memberikan sudut pandang yang jelas

terhadap pembaca. Penokohan Medasing bertujuan agar pembaca menciptakan

simpati dan empati terhadap tokoh utama, terlepas dari jarak realitas dengan

bacaan.

2.1.1.3 Samad

Samad merupakan salah satu aggota komplotan penyamun. Samad bekerja

sebagai mata-mata bagi Medasing dengan menyediakan informasi untuk

rombongan yang akan melalui jalur Lahat-Pasemah. Secara fisiologis, Samad

digambarkan sebagai lelaki bertubuh besar dan kukuh, menyerupai kawannya,

sebagaimana terdapat dalam kutipan di bawah ini.

Se-konyong2 kedengaran diantara pohon2 kayu di sekeliling mereka bunyi

orang melangkah dan tiada berapa lama antaranya, tampillah kemuka

seorang laki2 memikul keruntung di belakangnya. Laki2 itu besar kukuh

Page 10: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

26

pula seperti penyamun2 berlima itu dan dibahunya disandangnya sebuah

senapan lantak yang tua.(hlm. 13)

Samad tinggal di dusun Tanjung Pinang. Secara sosiologis, Samad tinggal

di dua lingkungan sosial, yakni di kota dan di hutan. Di kota, ia bekerja sebagai

pedagang hasil jarahan para penyamun. Sebagai bagian dari para penyamun,

Samad dipercaya oleh kawannya menjadi mata-mata di kota, sekaligus bertugas

membawakan komplotannya perbekalan untuk hidup di hutan. Perhatikanlah

kutipan di bawah ini.

SAMBIL berjalan menuju ke pondok, Samad tidak ber-henti2 memikirkan

maksud yang timbul dihatinya, sejak mendengar cerita Sayu dan

permintaannya akan pertolongan.

Di dusun Pulau Pinang ia telah beristeri dan mempunyai dua orang anak.

Tetapi hal itu tidaklah dapat menahan cinta-birahinya kepada Sayu yang

amat cantik terpandang kepada matanya. (hlm. 36)

Berdasarkan dimensi psikologis, tokoh Samad diceritakan berwatak

pengecut, penuh tipu muslihat, dan ambisius. Oleh karena itu, Samad tidak pernah

ikut dalam penyamunan, sebagaimana digambarkan dalam kutipan berikut.

Maka sekejap bangkitlah pula sangkaan dalam hatinya, bahwa yang

dilihatnya tadi itu tak benar, bahwa ia telah diperdayakan matanya: Dari

mana pulakah yang datang seorang perempuan dalam pondok penyamun

itu?

Ketika itu bangkitlah takutnya, sebab ia teringat akan setan iblis, penunggu

hutan yang sering didengar ceritanya, tetapi belum pernah ditemuinya

selama ia selalu ber-ulang2 masuk rimba seorang diri. (hlm. 34)

Ketertarikan Samad kepada Sayu berubah menjadi obsesi. Sejak

pertamakali melihatnya, Samad berusaha melarikannya Sayu dari hutan.

Perhatikanlah kutipan berikut.

Ketika selesailah cerita Sayu, Keyakinannya telah pasti: Perawan yang

secantik itu takkan dibiarkannya dengan kawan penyamun. Dengan segala

usahanya akan dicobanya membawanya ke tempat yang lain. (hlm. 35)

Page 11: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

27

Samad selalu berusaha bersikap manis pada Sayu untuk dapat

mempengaruhi hatinya. Ketakutan Samad pada Medasing dan kecurigaan Sayu

akhirnya membuat Samad melakukan segala cara untuk menyingkirkan kawan

penyamunnya demi mendapatkan Sayu.

Demikianlah sepanjang jalan Samad tak ber-henti2 mencari akal,

bagaimana nanti ia akan menerangkan kepada Sayu, apa sebabnya maka ia

tiada kembali menemuinya dibawah pohon akan memulangkannya kepada

orang tuanya. Ia belum putus asa, perawan cantik yang telah percaya

kepadanya itu, tidak akan mudah dilepaskan. (hlm. 43-44)

Pengarang menempatkan samad dalam posisi tokoh antagonis. Hal yang

menarik adalah ketidakmampuan Samad dalam melakukan kekerasan pada Sayu

meskipun ia–boleh dituding sebagai–seorang kriminal. Samad dibangun sebagai

individu yang tidak bertanggungjawab secara sosial, sehingga dalam masyarakat

yang menjunjung adat, perilaku seperti Samad akan cenderung dijauhi. Pengarang

berusaha mengambil kemampuan pembaca dalam mengasosiasikan dirinya

terhadap Samad sebagai tokoh antagonis.

2.1.2 Alur

Plot secara tradisional diartikan sebagai alur atau jalan cerita. Alur

sesungguhnya tidak sekadar cerita. Aristoteles (dalam Butcher, 1902:25)

berpendapat bahwa plot adalah arrangement of incidents atau rangkaian peristiwa.

Abrams (dalam Nurgiyantoro, 2005:91) mengemukakan bahwa alur adalah sebuah

urutan kejadian yang sederhana dalam urutan waktu.

Atmaja (1986:48) mengemukakan bahwa plot mampu mengontrol

kecepatan dan mengatur penekanan, serta memberikan pemahaman variasi yang

Page 12: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

28

dimunculkan pengarang untuk pembaca. Plot menjadi aksi dari bahasa. Upaya

memahami plot juga merupakan upaya memahami gagasan utama yang terdapat

dalam keseluruhan cerita karya sastra.

Untuk memeroleh keutuhan sebuah alur cerita, Aristoteles (dalam

Nurgiyantoro, 2005:142) mengemukakan bahwa sebuah cerita harus terdiri dari

tiga tahapan, yakni: tahap awal (beginning), tahap tengah (middle), dan tahap

akhir (end). Ketiga tahapan ini menunjukkan keutuhan cerita. Petronius (dalam

Fananie, 2002:93) juga mengemukakan pendapat yang searah. Ia membagi

tahapan alur dalam tiga bahasan. Pertama, eksposisi (setting forth of the begining).

Kedua, konflik (a complication that moves to climax). Ketiga, Peleraian atau

Denouement (literally, “unknotting”, the outcome of the conflict; the resolution).

Dalam penelitian ini akan digunakan sistematika alur cerita Aristoteles dalam

mengurai keutuhan unsur alur roman Anak Perawan di Sarang Penyamun.

Analisis alur cerita dalam penelitian ini membutuhkan uraian perkembangan

tokoh bersamaan dengan berkembangnya cerita. Pembagian tahap cerita

Aristoteles digunakan karena mampu mengungkapkan gradasi perkembangan

tokoh di dalam cerita.

2.1.2.1 Tahap Awal

Tahap awal merupakan tahap perkenalan dalam cerita. Dalam tahapan ini,

terdapat banyak informasi tentang tokoh, latar belakang dan penyudutpandangan

untuk membangun empati pembaca. Alur cerita tahap awal dimulai dengan

ekposisi tentang tokoh komplotan penyamun yang tinggal di hutan. Pengetahuan

Page 13: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

29

awal untuk dapat memahami latar, suasana, dan gagasan utama cerita muncul

pada bagian ini. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Ditengah rimba yang lebat itu mengalir sebuah anak air, jernih dan deras

diantara batu yang besar2. Sebelah hilir, sungai kecil itu melintas tebing

dan disana ia jatuh ber-derai2 sebagai pecahan kaca, sambil menyerakkan

bunyi yang gemuruh (hlm. 5)

Kutipan di atas menggambarkan latar. Fungsinya mengenalkan pembaca

pada latar tempat cerita terjadi. Dengan penggambaran yang rinci, pengarang

berupaya membuat pembaca menghayati cerita.

Penganalan pada tokoh dilakukan dengan asosiasi terhadap nilai-nilai

kebuasan. Para penyamun digambarkan dengan kegagahannya, sebagaimana

terdapat dalam kutipan di bawah ini.

Didalam pondok itu terlentang lima orang laki2 , sekaliannya kukuh-besar,

lebih dari manusia biasa. Ke-lima2nya tiada berbaju, hanya memakai

secamping kain sampai hingga pinggang. Dari badan mereka mengalir

peluh amat banyak, sebab hari itu tiada ter-kata2 panasnya. (hlm.5)

Perkenalan tokoh dilakukan secara lebih rinci melalui perilakunya dalam

cerita. Pada bagian awal muncul narasi yang mendeskripsikan rincian fisiologis

atau perwatakan. Perhatikanlah kutipan ini.

Sekalian penyamun yang lain melihat kepadanya. Teman2nya sekaliannya

tahu, bahwa kadang2 agak sombong bunyi cakap kepalanya itu. Tetapi hal

itu tiada terasa benar kepada mereka, sebab menilik kepada badannya,

kepada ilmunya, Medasing sebenarnya bukan manusia biasa. (hlm. 13)

Dalam roman Anak Perawan di Saarang Penyamun, yang terdiri atas 19

bab, 7 bab pertama merupakan tahapan perkenalan cerita. Masing-masing bab

mempunyai penekanan. Meskipun tiap-tiap bab menggunakan sudut pandang

karakter yang berbeda, tetapi hubungan kejadian-kejadian yang membentuk plot

mengalir menuju arah yang jelas.

Page 14: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

30

2.1.2.2 Tahap Tengah

Tahap tengah disebut juga tahap pertikaian. Pada tahapan ini konflik

meningkat dan berkembang sebagaimana telah diperkenalkan pada tahap

sebelumnya. Pada tahap ini juga cerita banyak berkembang dan menjadi bagian

penting dalam memberikan hubungan sebab akibat pada alur cerita.

Konflik yang berkembang bermula pada saat Sayu berinteraksi dengan

Samad. Ketidakpercayaan Sayu berkembang semakin kuat ketika Sayu melihat

Samad mencoba mencurangi kawan penyamunnya. Sedangkan upaya Samad yang

tidak menyerah untuk merayu Sayu malah memperkuat kecurigaan dan

ketidakpercayaan.

Waktu itu pulalah bangkit disisi benci dan dendam didalam hatinya

perasaan takut. Samad senantiasa melihat kepadanya; lagi pula nyata benar

ia selalu men-cari2 jalan akan bercakap, akan ber-ramah2 dengan dia. (hlm.

58)

Upaya Samad yang senantiasa bersabar akhirnya tidak membuahkan hasil

yang diharapkan. Sayu yang semula takut pada kawanan penyamun mulai terbiasa

dan menyesuaikan kehidupannya dengan mereka. Perhatikanlah kutipan berikut.

Sementara itu bagi dirinya sendiri didalam pondok itu dibuatnya sebuah

ruang, agar ia terpisah dari laki2 bertiga itu.

Oleh pekerjaan yang tak habis2, yang tiap2 hari tetap memakai tenaga dan

minatnya agak terlelanglah hatinya. (hlm. 67)

Setelah lama tinggal di hutan, Sayu mulai merasa nyaman. Perlahan-lahan

kebiasaan hidup di sarang penyamun menyebabkan Sayu menganggap dirinya

sebagian dari komplotan penyamun, sebagaimana terdapat dalam kutipan di

bawah ini.

Page 15: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

31

Dalam ber-bulan2 itu makin lama makin biasalah terasa kepadanya

penghidupan ditengah raja2 hutan dan kesunyian itu. Lambat-laun

sesungguhnya dengan tiada diketahuinya dianggapnya dirinya sebahagian

dari kawan penyamun itu. (hlm. 66)

Samad yang kehabisan akal mencoba menjebak para penyamun. Di kota ia

mendengar bahwa sepasukan tentara akan melalui jalur Lahat-Pasemah. Simaklah

kutipan berikut.

Pada suatu hari ia pergi pula ke Lahat. Disana didengarnya berita, bahwa

dua hari lagi akan bertolak beberapa buah gerobak ke Pagar Alam

membawa makanan, alat senjata dan keperluan lain. Gerobak itu akan

diiringkan oleh sepasukan serdadu, sebab sekalian yang dibawanya ialah

untuk keperluan militer di daerah Pasemah. (hlm. 68)

Samad menunjukkan bahwa dalam memenuhi keinginannya ia rela

melakukan segala cara. Dengan maksud menumbalkan kawan-kawannya, Samad

membohongi Medasing dan menceritakan akan ada saudagar kaya melalui jalur

Lahat-Pasemah. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Mendengar khabar itu terpikir sekali kepadanya sebuah akal yang pasti

segera akan menyampaikan cita2 yang telah lama diidamkannya itu.

Setelah ditimbangnya masak2, pergilah ia keesokan harinya ber-gesa2 ke

rimba tempat pondok itu. Se-hari2an itu tiada ber-henti2 ia berjalan dan

pada petang hari sampai pulalah ia pada kawan2nya. Diceritakannya,

bahwa keesokan harinya akan bertolak dari Lahat seorang Pasemah yang

kaya di rantau….. (hlm. 69)

Tidak disangka oleh Samad, karena kekurangan tenaga, Medasing

mengajak Samad menyamun. Penyamunan berakhir dengan kegagalan. Tusin mati

tertembak dan Samad melarikan diri dari hutan.

Setelah upaya perampokan gagal, Samad tidak pernah kembali dan salah

satu di antara mereka meninggal tertembak. Tinggal Medasing, Sanip, dan Sayu

yang tinggal di hutan. Perhatikanlah kutipan berikut.

Page 16: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

32

SUNYI bertambah sunyi dalam pondok tempat penyamun itu; mereka

yang dahulu berlima sekarang hanya tinggal berdua lagi.

Pada suatu hari Medasing dan Sanip pergi berburu beberapa jauh, masing2

menyandang tombak dan pada pinggang mereka ter-buai2 parang dalam

sarung kayunya. (hlm. 79)

Konflik mengalami stagnasi. Ketiadaan Samad menurunkan intensitas

konflik dalam cerita.

Pada sebuah perburuan, Sanip meninggal dan Medasing terluka parah.

Meskipun dengan susah payah Medasing berhasil kembali ke pondok, namun

kehilangan kesadarannya. Terlepas dari kebenciannya kepada penyamun, Sayu

merawat Medasing dengan tulus. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Selama ia mengerjakan pekerjaan itu, taklah ia ingat akan suatu apa. Yang

tampak dimukanya hanya laki2 yang pingsan, yang segera harus

ditolongnya. Sebab kalu laki2 itu mati apakah jadinya, seorang diri

ditengah rimba yang lebat dan sunyi-senyap? (hlm. 86)

Konflik meningkat kembali seiring dengan tumbuhnya keterikatan antara

Medasing dengan Sayu. Rasa benci Sayu, bercampur dengan ketidakberdayaan

Medasing mengarahkan plot pada bagian klimaks.

Oleh sebab tiap2 hari merawati penyamun itu, lambat-laun hilang takut

Sayu kepadanya. Demikianlah pada suatu hari diberanikannya hatinya

bertanya kepada Medasing, dimana Sanip ditingalkannya. Ketika itulah

didengarnya cerita perburuan yang sial itu dari mula sampai akhirnya.

(hlm. 88)

Meskipun telah lama tinggal di sarang penyamun diimplikasikan bahwa

Sayu tetap membenci Medasing. Hal yang membuat sayu tinggal dan tetap

merawat Medasing adalah keteguhannya pada moralitas, sebagaimana terdapat

dalam kutipan berikut.

Kalau ditinggalkannya medasing seorang diri di rimba itu, sebenarnya tak

seorang juapun dapat menghalanginya. Tetapi apakah yang akan terjadi

atas dirinya, sebab ia tiada tahu jalan sedikit juapun dalam hutan yang

Page 17: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

33

lebat itu. Tentu akhirnya ia akan dimusnahkan oleh binatang hutan atau

mati kelaparan seorang diri didalam sunyi-senyap. (hlm. 88)

Ketulusan Sayu menyebabkan Medasing membuka diri. Medasing mulai

menceritakan asal-usulnya ketika disandera oleh penyamun. Penilaian Sayu

terhadap Medasing berubah, ia memutuskan membujuknya pergi dari sarang

penyamun. Simaklah kutipan ini.

Didalam hatinya terpikir kepadanya betapakah baiknya kalau ia dapat

menggerakkan hati penyamun itu pulang ber-sama2 dengan dia ke Pagar

Alam, ke rumah ayah-bundanya. Dengan jalan yang serupa itu akan

terpisahlah ia dari kesunyian ditengah hutan yang jauh dari tempat

kediaman manusia itu. (hlm. 89)

Plot mengalami klimaksnya ketika Medasing memutuskan menyerah dari

pekerjaannya sebagai penyamun. Sayu dan Medasing memutuskan untuk pergi

dari hutan menuju Pagar Alam. Perhatikanlah kutipan berikut.

Maka ujarnya pula menyambung kata yang mula2: ,,Baiklah kita

meninggalkan hutan ini, kembali ke Pagar Alam, kalau tidak pastilah kita

mati kelaparan.

Sambil berkata, dengan tiada terasa kepadanya, mengalirlah di pipinya

yang halus air mata tak ber-henti2. Dari matanya air yang jernih itu

menyisi hidung sampai ke bibir dan ketika terasa kepadanya sayup2 suara

segala orang yang mengelilinginya dari kecilnya. (hlm. 90)

Sesampainya di Pagar Alam, Sayu dan Medasing menemuui Nyi haji

Andun. Nyi Haji Andun meninggal ketika melihat Sayu. Medasing yang tersentuh

oleh kematian Nyi Haji Andun memutuskan bertaubat dari kehidupan penyamun,

sebagaimana terdapat pada kutipan di bawah ini.

Berpuluh kali ia telahmenghadapi orang memutus nyawa . . . luka

berlumur darah, hancur-remuk badannya, ber-teriak2 . . . . Tetapi belum

pernah sesesak itu dadanya, ketika ia melihatperempuan, kulit melekat

pada daging itu, menghembuskan napasnya yang penghabisan, tak

bergerak, tak berbunyi, lemah-lembut seperti kanak2 yang terlelap.

Jauh didalam hatinya menyayat dan membakar keinsyafan akan dosa yang

tak ada bandingannya! (hlm. 100)

Page 18: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

34

Bagian pertikaian ini terhitung berjumlah 10 bab dari keseluruhan 19 bab

yang terdapat dalam roman. Klimaks cerita ditandai oleh perubahan nilai yang

dianut oleh Medasing. Bagian klimaks sekaligus memberikan tendensi pada tema

pokok yang dibangun perlahan dalam keseluruhan cerita, yakni pertaubatan.

2.1.2.3 Tahap Akhir

Tahap akhir cerita merupakan bagian yang menampilkan sesuatu yang

terjadi sebagai akibat dari klimaks. Aristoteles (dalam Nurgiyantoro, 2005:146)

membagi bagian akhir sebuah cerita menjadi dua kemungkinan: akhir bahagia

(happy end) dan akhir sedih (sad end).

Roman Anak perawan di Sarang Penyamun mengarahkan penyelesaian

ceritanya menuju akhir bahagia (happy end). Medasing muncul sebagai persona

baru dengan nama Karim yang telah berupaya menebus dosanya sebagai

penyamun. Gagasan yang hidup dalam Karim merupakan tema pokok dalam

keseluruhan roman Anak Perawan di Sarang Penyamun, yakni nilai pertaubatan

yang tanpa batas. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Tetapi bukan kekuatannya yang ditakuti orang, bukan pikirannya yang

tajam dan bukanlah kekayaannya yang banyak yang menyebabkan orang

senegerinya, sampai2 jauh di bahagian Pasemah yang lain, hormat, malu

dan segan kepadanya, yang menyebabkan ia berbahagia dalam hidupnya.

Dalam ketaatan akan ibadat, sifat pengasih dan pemurah dan budi yang

halus, yang meninggalkan derajat ditengah manusia dan menetapkan

tempat yang terpilih di akhirat yang esa, sekaliannya Sayulah yang

membangkitkan didalam jiwanya. Sebab lain dari pada segala yang fana

itu ada yang lebih berharga, yang tiada turut terkubur dengan bungkusan

hayat. (hlm. 110)

Page 19: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

35

Penyelesaian cerita menunjukkan bahwa Medasing dan Sayu telah

menikah dan mempunyai keturunan. Setelah melaksanakan ibadah haji Medasing

hendak pulang ke Pagar Alam. Ketika bermalam di Lembah Endikat ia bertemu

dengan Samad. Merasa sepenanggungan, Medasing menawarkan bantuan hidup,

Samad yang rendah diri menolak dan pergi, sebagaimana digambarkan dalam

kutipan di bawah ini.

Demikianlah mereka bertolak sama2 meninggalkan lembah Lematang,

masing2 menurut arahnya!

Tetapi seorang di mercu kebesaran dan kemuliaan hidup manusia,

diiringkan oleh ber-puluh2 orang, penuh kegirangan dan bahagia dan yang

seorang lagi lemah-letih, hina-miskin dan sebatang kara menuju harapan

yang tak dapat diharapkan. (hlm. 112)

Bagian akhir terdiri atas 2 bab. Keduanya menceritakan kehidupan baru

Medasing sebagai Karim. Bagian ini mendefinisikan bagaimana masing-masing

tokoh berperilaku setelah mengalami perubahan atas insiden yang terjadi dalam

kehidupan mereka.

2.1.3 Latar

Latar adalah lingkungan yang melingkupi peristiwa dalam cerita, semesta

yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang berlangsung (Stanton, 2012:35).

Latar bisa berwujud tempat, waktu, suasana, lingkungan sosial, politik, ekologi,

dan seterusnya. Meskipun tidak secara langsung, latar memberikan bingkai

sebagai batasan ruang berlangsungnya cerita.

Latar menjadi penting sebagai pijakan cerita dalam karya sastra. Proses

penghayatan cerita akan lebih mudah jika pengarang mampu menghadirkan

lingkungan yang khas. Atmaja (1986:52) mengungkapkan bahwa sesungguhnya

Page 20: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

36

penggambaran adegan dalam sebuah cerita–yang membutuhkan kemampuan

pelukisan latar–memerlukan intuisi yang tinggi, sehingga penggambaran latar

yang baik akan mampu mendekatkan pembaca pada realitas karya sastra.

Latar roman Anak Perawan di Sarang Penyamun diuraikan dalam tiga

unsur berdasarkan pernyataan Nurgiyantoro (2005:227), yakni: latar tempat, latar

waktu, dan latar sosial. Meskipun memiliki bagian masing-masing, ketiga unsur

latar saling berkaitan satu sama lain.

2.1.3.1 Tempat

Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa. Latar tempat bisa

merupakan lokasi dengan nama tertentu, atau bisa juga tempat imajinasi hasil

ciptaan pengarang.

Roman Anak Perawan di Sarang Penyamun berlatar tempat di Pulau

Sumatera. Meskipun tidak disebutkan secara eksplisit, tetapi secara implisit

terdapat beberapa lokasi yang pada kenyataannya berada pada wilayah Sumatera

yakni Kota Pagar Alam, Bandar, Gunung Dempo, Lembah Endikat, Lembah

Lematang, Palembang, Pulau Pinang, Pasemah, dan Lahat. Salah satu contohnya

dapat dilihat dalam kutipan dibawah ini.

Sesungguhnya mereka itu sekawan penyamun. Tiap2 saudagar berharta

yang lalu diantara Lahat dan tanah Pasemah, tidak pernah dibiarkan

mereka berjalan dengan sentosa. Orang perjalanan itu diperiksa dan

sekalian yang berharga padanya dirampas mereka. (hlm. 5-6)

Tidak hanya terbatas pada latar tempat yang disebutkan secara spesifik,

tetapi juga terdapat latar tempat yang hanya dilukiskan tanpa lokasi spesifik. Latar

tempat semacam ini memiliki nuansa yang khas. Dalam roman ini terdapat

Page 21: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

37

beberapa latar yang digambarkan untuk membangun suasana bacaan.

Perhatikanlah kutipan berikut.

Jalan yang ditempuh penyamun berlima itu amat sempit; daun pohon dan

perdu bertemu dan sebentar2 ber-desau2 bunyinya dilanggar mereka.

Sekali2 mereka menyuruk, berjalan membungkuk dibawah semak yang

rapat yang bertemu diatas kepala mereka sebagai atap yang rendah dan

lengkung. (hlm. 16)

Penggambaran latar di atas mengandalkan kemampuan medium

menghadirkan makna yang bersifat eksklusif pada karya sastra. Pembaca

merasakan kengerian suasana hutan pada malam hari yang disusuri oleh kawanan

penyamun. Pengarang berusaha menyampaikan keberanian para Penyamun,

terlepas dari kerasnya medan kehidupan di hutan.

Dari jalan rumah itu disembunyikan oleh pohon puding merah-kekuningan

dan beberapa pohon sauh yang lebat buahnya. Tiba di pekarangannya

barulah dapat melihat ke serambinya: Tangga yang lebar2 anaknya itu

agak terlampau curam naik dari bawah. Kiri-kanannya ada terali tempat

berpegang, yang berukir dan terbuat dari pada kayu yang indah. (hlm. 45)

Dalam kutipan di atas, pengarang menggambarkan suasana rumah yang

dikelilingi kebun. Tidak hanya pada kutipan ini, pengarang juga menunjukkan

kemampuannya dalam menyajikan suasana latar secara rinci. Salah satu

contohnya, dalam melukiskan latar hutan, pengarang mampu menyajikan

kedamaian pada latar hutan siang hari dan mengundang kengerian pada latar hutan

malam hari.

2.1.3.2 Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah ‘kapan’ terjadinya peristiwa

yang diceritakan dalam karya sastra (Nurgiyantoro, 2005:230). Latar waktu

Page 22: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

38

biasanya dihubung-hubungkan dengan waktu secara faktual oleh pembaca sebagai

upaya memahami realitas karya sastra.

Terdapat implikasi bahwa peristiwa yang terjadi dalam roman Anak

Perawan di Sarang Penyamun berlatar waktu pra-kemerdekaan Indonesia.

Informasi ini dideduksikan dari keberadaan realitas yang berhubungan dengan apa

yang terjadi pada cerita. Medasing mempunyai senapan tua, bukti dari keberadaan

pengaruh bangsa Eropa (zaman kolonialisme). Simaklah kutipan di bawah ini.

Kelima penyamun itu turun per-lahan2 dari pondok mereka, masing2

membawa senjata. Lembing di tangan dan parang di pinggang. Lain

daripada itu Medasing membawa pistol tuanya.

Hanya Samad yang tinggal tiada mengikut. (hlm. 16)

Para penyamun menggunakan senjata lembing dan parang sebagai alat

berburu dan merampok. Sanip dan Medasing menggunakan senjata tersebut ketika

berburu rusa, sebagaimana tergambar pada kutipan berikut.

SUNYI bertambah sunyi dalam pondo tempat penyamun itu; mereka yang

dahulu berlima sekarang hanya tinggal berdua lagi.

Pada suatu hari Medasing dan Sanip pergi berburu beberap jauh, masing2

menyandang tombak dan pada pinggang mereka ter-buai2 parang dalam

sarung kayunya. (hlm. 79)

Jejak kemajuan teknologi diimplikasikan dalam penggunaan senjata api

dalam keperluan militer. Meskipun lingkungan penyamun tidak memberikan

informasi mengenai kemajuan zaman, tetapi keberadaan senjata api memperjelas

kemajuan teknologi militer, mengingat senjata api bukan senjata domestik.

Seorang laki2 yang kukuh yang tak tidur, menjaga teman2nya,

mengeluarkan kepalanya dari pondok seraya menyiapkan senjata apinya

untuk memusnahkan binatang atau manusia yang telah berani mendekati

tempat perhentian mereka. (hlm. 72)

Page 23: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

39

Informasi selanjutnya memberikan gambaran teknologi yang berkembang

pada latar waktu karya sastra. Penerangan yang digunakan berupa api, damar dan

obor. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

Akhirnya terpasang jualah pelita damar di tempat yang terlindung dari

pada angin dalam pondok itu. Dalam cahayanya yang bertambah lama

bertambah besar, tampaklah Haji Sahak mandi darah; isterinya tiada ber-

gerak2 dan anaknya yang perawan bergelung di sudut dekat pertemuan

dinding menyembunyikan muka, menanti apa yang akan terjadi atas

dirinya. (hlm. 24)

Alat transportasi jarak jauh belum berupa mesin otomatis, namun masih

mengandalkan hewan tunggangan. Latar waktu menceritakan ketika pengaruh

mesin-mesin belum terlalu besar serta penegakan hukum belum dapat dilakukan

secara optimal. Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

TIGA PULUH pedati menurun tebing yang curam melalui liku jalan.

Roda2 yang besar dan berlumpur, ter-hambung2, ber-degar2 diatas tahah

yang ber-batu2, dalam aluran roda yang dalam. Sapi yang keletihan ber-

busa2 mulutnya, mengangkatkan kepala meng-angguk2, bersetumpu

dengan kukunya yang berbelah di tanah dan batu, menahan dorong pedati

yang berat dari belakang. (hlm. 102)

Menurut keberadaan perusahaan dagang Belanda VOC (Vereenigde

Oostindische Compagnie), terdapat implikasi bahwa latar waktu terjadi antara

tahun 1602 sampai dengan 1942. Periode ini merupakan tahun aktif perusahaan

dagang Belanda VOC. Perhatikanlah kutipan berikut.

,,Pada kompeni?!” Apa yang kita takutkan kepadanya? Ia takkan dapat

mencahari tempat kita, selama masih Medasing namaku. Pagi lusa dapat

kita pindah dari sini ke tempat yang lebih tersembunyi lebih sulit dicari.”

(hlm. 13)

Meskipun tidak terdapat pemaparan secara eksplisit, latar waktu

diinduksikan berdasarkan beberapa informasi khusus yang terurai dalam cerita.

Bukti-bukti yang muncul sebetulnya tidak mengarah pada spesifikasi waktu

Page 24: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

40

tertentu, tapi keberadaan hubungan cerita dengan realitas fakta sejarah telah

memberikan kaitan latar dengan periode waktu tertentu. Sebagaimana telah

dikemukakan oleh Abrams (dalam Fananie, 2002:99), untuk mengetahui

ketepatan latar dalam sebuah karya dapat dilihat dari tiga indikator. Pertama,

general locale. Kedua, historical time. Ketiga, social circumstances.

2.1.3.3 Sosial

Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku

sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam sebuah karya sastra

(Nurgiyantoro, 2005:233). Latar sosial memberikan ciri khusus yang berhubungan

dengan identitas suatu tempat. Kelebihannya adalah memberikan sanggahan pada

kedua komponen unsur latar lain dan memberikan warna khas latar yang

menunjang terjadinya sebuah cerita.

Latar sosial yang muncul sebagai peristiwa dalam roman ini merupakan

budaya migrasi darat yang dilakukan masyarakat Sumatera. Iring-iringan Haji

Sahak dari Palembang, merupakan latar sosial masyarakat Sumatera.

Perhatikanlah kutipan di bawah ini.

,,Ah, mengapa begitu? Jadi salah sangkaku?” tanya Samad dengan kecewa,

sebab dari rumah telah di-harap2kannya akan mendapatkan bagainnya dari

barang samunan. ,,Menurut perhitunganku ia sampai di lembah Endikat

waktu senja . . . . , tetapi rupanya masih siang, sehingga dapat berjalan

terus ke Bandar. Kalau begitu malam ini tentu ia bermalam di lembah

Lematang. (hlm. 14)

Dalam kutipan di atas, digambarkan bahwa Samad melakukan

penghitungan jarak waktu tempuh perjalanan. Ia memperkirakan lokasi

peristirahatan berdasarkan pengalamannya sebagai mata-mata.

Page 25: BAB II ANALISIS STRUKTUR ROMAN ANAK PERAWAN ...4...gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Lajos Egri (dalam Sukada, 1987:135) perwatakan

41

Kemungkinan untuk memata-matai mengimplikasikan bahwa migrasi

yang dilakukan membutuhkan persiapan waktu yang panjang. Mengacu pada

premis sebelumnya maka jarak tempuh migrasi cenderung jauh, maka perjalanan

panjang biasanya dilakukan bersama. Perhatikanlahlah kutipan berikut.

Pada suatu hari ia pergi ke Lahat. Disana didengarnya berita, bahwa dua

hari lagi akan bertolak beberapa buah gerobak ke Pagar Alam membawa

makanan, alat senjata dan keperluan lain. Gerobak itu akan diiringkan oleh

sepasukan serdadu, sebab sekalian yang dibawanya ialah untuk keperluan

militer di daerah Pasemah. (hlm. 68)

Latar sosial yang dihadirkan dalam roman Anak Perawan di Sarang

Penyamun adalah masyarakat Sumatera. Pengarang menyajikan suasana

masyarakat yang terkenal dengan adat istiadatnya dan keteguhannya pada agama.

Pengarang mencoba mengekspos kontras antara penyamun dengan masyarakat

yang religius.