BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id · ‘Caranya bagaimana Pak ?’ P ... baru terlalu...
Transcript of BAB II ANALISIS DATA - abstrak.ta.uns.ac.id · ‘Caranya bagaimana Pak ?’ P ... baru terlalu...
24
BAB II
ANALISIS DATA
Deskripsi hasil penelitian dalam bab II ini merupakan analisis data dan
pembahasan tentang tindak tutur direktif, kajian prinsip kerja sama, dan
implikatur yang terdapat dalam percakapan berbahasa Jawa di asrama mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
A. Analisis Data
1. Jenis Subtindak Tutur Direktif dalam Percakapan Berbahasa Jawa di
Asrama Mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tindak tutur direktif merupakan tindak tutur yang dilakukan penuturnya
dengan maksud si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam
tuturan itu atau mendorong mitra tutur melakukan sesuatu yang sesuai dengan
keinginan penutur. Tindak tutur direktif menyatakan apa yang menjadi keinginan
penutur.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai percakapan berbahasa
Jawa di asrama mahasiswa UNS Surakarta, penjelasan untuk subtindak tutur
direktif adalah sebagai berikut.
a. Tindak Tutur Direktif Menghendaki
Tindak tutur direktif menghendaki adalah tindak tutur yang
disampaikan penutur kepada mitra tutur dengan menghendaki mitra tutur agar
melakukan sesuatu sesuai dengan kehendak penutur. TTD menghendaki yang
terdapat di Asrama Mahasiswa UNS Surakarta adalah sebagai berikut.
25
Data 4
Konteks tuturan :
Pengelola asrama mahasiswa mengumumkan kepada penghuni tentang renovasi
gedung A. Maka dari itu Ia menghendaki semua penghuni gedung A untuk pindah
ke gedung D apabila telah siap dihuni nanti.
Bentuk tuturan :
P : Dadi iki mengko nek gedhung D wis dadi kabeh penghuni gedhung A
kudu pindhah rana, gedhung A arep direnovasi.
‘Jadi nanti setelah gedung D sudah jadi, penghuni gedung A harus pindah
ke sana, gedung A akan direnovasi!’
MT :Lanang wedok Pak ?
‘Laki-laki dan perempuan Pak ?’
P : Iya, sementara lanange ndhuwur, wedok ngisor.
‘Iya, sementara laki-laki di atas, perempuan di bawah.’
Tuturan tersebut dilakukan oleh pengelola asrama atauP dan penghuni
asrama atau MT. Asrama mahasiswa sedang dalam proses pembangunan. Saat ini
pembangunan gedung baru hampir selesai. Gedung A yang telah lama berdiri kini
dinilai sudah tidak layak dihuni, hal tersebut terlihat dari kerusakan pada saluran
pembuangan air. Banyak sekali saluran yang rusak sehingga terjadi kebocoran di
beberapa kamar pada gedung A. Walaupun begitu masih ada beberapa kamar
yang dihuni oleh mahasiswa. Dengan dibangunnya gedung baru, pihak pengelola
menghendaki penghuni yang masih berada di gedung A pindah ke gedung baru
untuk kemudian gedung A akan direnovasi.
Dari pembicaraan di atas, P menghendaki MT yang tinggal di gedung A
untuk pindah ke gedung D nanti setelah gedung D siap dihuni. Tindak tutur
direktif menghendaki pada tuturan di atas ditandai dengan satuan
26
linguanberbentuk frasa kudu pindah ‘harus pundah’ yang berarti mengharuskan
para penghuni gedung A pindah ke gedung D setelah gedung D siap dihuni karena
gedung A akan direnovasi. Intonasi naik berupa volume yang naik pada saat P
menuturkan tuturan di atas menegaskan bahwa P menghendaki seluruh penghuni
harus pindah ke gedung baru.
Data 5
Konteks tuturan :
Karena telah terjadi pencurian sebuah motor di asrama, pengelola membuat
peraturan mengenai gerbang asrama. Ia menghendaki gerbang asrama ditutup
pukul satu dini hari kemudian dibuka lagi pukul lima pagi.
Bentuk tuturan :
P : Ben ora ana kedadean kaya ngono meneh, gerbang ditutup jam sij bengi,
dibukak meneh jam lima esuk.
‘Agar tidak ada kejadian seperti itu lagi, gerbang akan ditutup pukul satu
malam, dibuka lagi pukul lima pagi.’
MT : Mulai kapan Pak ?
‘Mulai kapan Pak ?’
P : Suk Senin.
‘Besok Senin.’
Tuturan tersebut terjadi pada malam hari dilakukan oleh pengelola
asrama (P) dan penghuni asrama (MT). Asrama UNS Surakarta berada ditengah
lingkungan warga. Hal tersebut dianggap memicu terjadinya pencurian sebuah
motor milik penghuni asrama. Walapun ada satpam yang berjaga di asrama,
namun luasnya lingkungan asrama terkadang dimanfaatkan pihak yang tidak
bertanggung jawab melakukan tindakan yang merugikan orang lain yaitu
pencurian. Mekipun belum ditemukan bukti yang jelas siapa pencuri tersebut,
pihak asrama melakukan pencegahan terjadinya pencurian kembali dengan cara
27
mengeluarkan peraturan baru. Peraturan baru tersebut yaitu penutupan gerbang
asrama pada pukul satu dini hari sampai pukul lima pagi. Sebelumnya memang
belum ada peraturan mengenai penutupan gerbang asrama karena
mempertimbangkan kegiatan mahasiswa sangat padat dan tidak dapat
diperkirakan waktu kapan mahasiswa kembali ke asrama. Namun, dengan
pertimbangan pengelola asrama, maka dikeluarkanlah peraturan baru tersebut.
P menghendaki penutupan gerbang asrama pada pukul satu dini hari.
TTD menghendaki pada tuturan di atas ditandai dengan satuan lingual ditutup
‘ditutup’. Satuan lingual ditutup ‘ditutup’ tersebut bermaksud penutupan gerbang
asrama pada pukul satu dini hari sampai lima pagi agar dapat mencegah terjadi
pencurian di asrama UNS Surakarta.TTD menghendaki di atas ditegaskan dengan
intonasi naik yang berupa nada yang datar kemudian naik pada tuturan tersebut.
Data 6
Konteks tuturan :
Pengelola asrama mahasiswa UNS mengumumkan bahwa seluruh penghuni
asrama harus memiliki kartu anggota penghuni asrama untuk arsip data penghuni
di asrama.
Bentuk tuturan :
P : Penghuni kudu nduwe kartu anggota penghuni asrama mahasiswa. Ben
datane isa dicathet kanthi jelas. Supaya nek ana apa-apa gampang le
ngurus.
‘Penghuni harus memiliki kartu anggota asrama mahasiswa. Agar datanya
bisa dicatat dengan jelas. Supaya bila terjadi sesuatu mudah
mengurusnya.’
MT : La carane pripun Pak ?
‘Caranya bagaimana Pak ?’
P : Mengko enek website-e mas, tinggal ngisi biodata wae kok.
‘Nanti ada website-nya Mas, tinggal mengisi biodata saja kok.’
28
Tuturan tersebut dilakukan oleh pengelola asrama mahasiswaatau P dan
penghuni asrama atau MT di pagi hari.Pokok pembicaraan pada data di atas
adalah pengelola asrama menghendaki seluruh penghuni harus memiliki kartu
identitas penghuni asrama mahasiswa UNS Surakarta. Sebelumnya pencatatan
biodata penghuni asrama dilakukan dengan cara manual oleh pengelola karena
fasilitas belum memadai. Data tersebut akan digunakan oleh pengelola apabila
terjadi sesuatu pada penghuni. Misalnya apabila penghuni sakit maka pengelola
dapat menghubungi orang tua atau wali mahasiswa tersebut. Karena arsip yang
masih berbentuk tulisan manual tersebut dinilai kurang efektif maka diadakan data
on-line yang mengharuskan para penghuni mengisikan biodatanya di sebuah
website yang kemudian dapat tersimpan dalam bentuk softfile sehingga lebih
efektif. Kemudian setelah data terisi dengan lengkap penghuni akan memperoleh
kartu tanda penghuni asrama sebagai identitas resmi.
P menghendaki seluruh penghuni memiliki kartu anggota penghuni
asrama untuk arsip pihak asrama. TTD direktif menghendaki pada data di atas
ditandai dengan satuan lingual berupa frasakudu nduwe‘harus memiliki’. Satuan
lingual kudu ‘harus’ bermaksud agar seluruh penghuni harus memiliki kartu
anggota penghuni asrama yang bisa di dapat melalui mengisi biodata online di
website asrama mahasiswa UNS Surakarta yang telah disediakan. Tuturan
tersebut dituturkan P dengan intonasi naik berupa nada tuturan yang naik
menegaskan P benar-benar menghendaki para penghuni harus memiliki kartu
identitas penghuni asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
29
b. Tindak Tutur Direktif Mengharap
Mengharap adalah menginginkan sesuatu dengan harapan bahwa yang
diinginkan dapat terlaksana. Jadi, TTD mengharap adalah tindak pertuturan yang
disampaikan penutur kepada mitra tutur atau yang lain di luar mitra tutur, dengan
harapan mengabulkan apa yang diharapkan penutur. TTD mengharap yang
terdapat asrama mahasiswa UNS Surakarta adlah sebagai berikut.
Data 7
Konteks tuturan :
Seorang penghuni asrama merasa tidak nyaman dengan pegawai-pegawai kantor
asrama yang baru dan merasa lebih nyaman dengan pengelola yang lama. Ia
berharap asrama kembali dikelola oleh pengelola lama.
Bentuk tuturan :
P :Muga – muga tenan Desember wong – wong kantor kae ditarik ning
PUSDIKLAT.
‘semoga benar Desember nanti orang-orang kantor itu ditarik ke
PUSDIKLAT’
MT :Iya, penak pas dicekel Pak Wit kae pengelolane.
‘Iya, nyaman ketika dikelola Pak Wit sebagai pengelola dulu.’
Tuturan di atas dilakukan oleh dua orang penghuni asrama P dan MT.
Pokok pembicaraan pada data di atas adalahP mengharapakan agar
kepengelolaan asrama kembali dikelola oleh pengelola yang lama, karena ia
merasa tidak nyaman dengan kepengelolaan yang baru. P merasa pengelola yang
baru terlalu kaku baik dalam pergaulan di lingkungan asrama maupun terhadap
peraturan. P merasa pengelola di asrama seharusnya lebih luwes agar penghuni
asrama merasa lebih nyaman. P juga mengamati pengelola yang baru kurang
dapat bergaul dengan penghuni sehingga hubungan antara pengelola dengan
30
penghuni kurang dekat. Hal tersebut membuat penghuni merasa kurang nyaman
dengan pengelola asrama yang baru. Sedangkan pengelola sebelumnya yang
disebutkan pada data di atas yaitu Pak Wit, adalah pengelola yang luwes dan
dapat bergaul dengan baik dengan para penghuni, sehingga para penghuni
merasa lebih nyaman.
TTD mengharap pada tuturan di atas ditandai dengan satuan lingual
berbentuk perulangan kata muga-muga ‘semoga’. Satuan lingual tersebut
bermaksud bahwa P mengharapkan kepengelolaan asrama mahasiswa kembali
dikelola oleh pengelola yang lama. Tuturan di atas dilakukan P dengan intonasi
datar kemudian sedikit naik yang menunjukkan P mengharap kepengelolaan
asrama mahasiswa UNS Surakarta bisa kembali dikelola oleh pengelola asrama
yang sebelumnya.
Data 8
Konteks tuturan :
Jalan menuju gedung D amblas karena sering dilewati mobil, pihak asrama
memasang tiyang ditengah jalan menuju gedung D. Hal tersebut dilakukan agar
mobil tidak dapat melewati jalan tersebut dengan harapan apabila mobil tidak
lewat maka jalan tidak akan amblas.
Bentuk tuturan :
P :Dalan arep neng gedhung D tak cagaki tengahe Mas, ben mobil ra mlebu
rana. pafinge ambles kabeh.
‘Jalan ke arah gedung D saya beri tiyang di tengahnya Mas, agar mobil
tidak dapat masuk ke sana. Pafingnya amblas semua.’
Tuturan tersebut dilakukan oleh pengelola asrama mahasiswa atau
P.Pokok pembicaraan pada data di atas adalah P memberi tiyang di tengah jalan
menuju gedung D agar mobil tidak dapat melewati jalan tersebut. P sebagai
31
pengelola yang bertanggung jawab di bidang prasarana asrama harus
memaksimalkan segala prasarana di asrama mahasiswa. Baik dari kualitas kamar,
sarana olah raga di asrama, aliran air dan listrik maupun akses jalan di dalam
lingkungan asrama mahasiswa UNS Surakarta.
P melihat jalan menuju gedung D rusak atau amblas. Rusaknya jalan
tersebut dinilai P disebabkan oleh mobil. Jalan menuju gedung D terbuat dari
pafing. kemudian P memasang tiyang di tengah jalan tersebut agar mobil tidak
dapat melewatinya. Tuturan P pada data di atas dilakukan P setelah memasang
tiyang di tengah jalan yang menuju gedung D.TTD mengharap pada data di atas
ditandai dengan satuan lingual berbentuk kataben ‘agar’. Satuan lingual ben ‘agar’
pada data di atas bermaksud P mengharap dengan dipasangnya tiyang di tengah
jalan menuju gedung D mobil tidak dapat lewat sehingga jalan tidak akan rusak
atau amblas. Intonasi pada tuturan P di atas datar karena P cukup lelah setelah
memasang tiyang tersebut. Tuturan di atas dituturkan dengan intonasi yang datar
kemudian sedikit naik di akhir kalimat. Tindakan P yang ditunjukkan pada data di
atas menunjukkan kesungguhan P yang berharap mobil tidak dapat lewat di jalan
menuju gedung D agar jalan tersebut tidak rusak atau amblas lagi.
c. Tindak Tutur Direktif Bertanya
Bertanya adalah tuturan yang dituturkan penutur dengan tujuan
memperoleh suatu jawaban yang diinginkan penutur dari lawan tutur. Tindak tutur
direktif bertanya adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh penutur dengan
harapan mitra tutur memberikan jawaban berupa informasi yang sesuai dengan
pertanyaan yang dituturkan penutur. Tindak tutur direktif bertanya yang terdapat
di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut.
32
Data 9
Konteks tuturan :
Asrama yang sedang dalam masa pembangunan, merencanakan pembangunan
masjid di dalam lingkungan asrama, sementara saat ini terdapat sebuah masjid di
depan asrama yg jamaahnya adalah para penghuni asrama. Apabila di dalam
asrama dibangun masjid, maka jamaah di masjid depan asrama akan sangat
berkurang.
Bentuk tuturan :
P :Lajeng mesjid kampus ngajeng niku pripun Pak ?
‘Lalu mesjid kampus depan bagaimana Pak ?’
MT :La ya ta, mesjid kui kan ya mesjide UNS ta jane, nek asrama ana mesjid,
mesjid ngarepan mesti mati ta.
‘Iya kan, masjid itu kan sebebnarnya masjidnya UNS juga, kalau di dalam
asrama ada masjid, masjid depan pasti sepi kan.’
Tuturan diatas dilakukan oleh seorang penghuni asrama atau P dan
pengelola asrama atau MT. Sebagian besar penghuni asrama beragama Islam.
Seperti umat Islam pada umunya, ketika waktu beribadah tiba mereka melakukan
ibadah berjamaah di masjid. Saat ini untuk melakukan ibadah berjamaah tersebut,
para penghuni memanfaatkan masjid yang berada di depan asrama mahasiswa
UNS Surakarta. Kemudian muncul informasi perencanaan pembangunan masjid
di dalam linngkungan asrama mahasiswa UNS Surakarta. Mengetahui hal tersebut
P menanyakan kepada pengelola mengenai masjid yang akan dibangun dan masjid
lama yang saatini masih dimanfaatkan para penghuni asrama.
TTD bertanya pada tuturan di atas ditandai dengan satuan lingual
pripun ‘bagaimana’. Satuan lingual tersebut bermaksud bahwa P menanyakan
kondisi yang terjadi pada masjid lama atau yang saat ini masih dimanfaatkan
apabila dibangun masjid di dalam lingkungan asrama. Karena apabila dibangun
33
masjid di dalam asrama mahasiswa UNS Surakarta maka masjid lama yang berada
di depan asrama kan sepi. Hal tersebut dinilai kurang baik oleh P. Tuturan tersebut
dilakukan P dengan intonasi datar.
Data 10
Konteks tuturan :
Angkringan di asrama biasanya hanya tutup pada hari senin. Saat itu sudah tiga
hari angkringan tersebut tutup. Kemudian seorang penghuni menanyakan hal
tersebut kepada satpam asrama.
Bentuk tuturan :
P :Angkringanne Mas Khata kok tasih tutup napa Pak ?
‘Angkringan Mas Khata kok masih tutup Pak ?’
MT :Iya, lara wonge, masuk angin jare ket wingi.
‘Iya, orangnya sakit, masuk angin katanya sejak kemarin.’
Tuturan di atas dilakukan oleh penghuni asrama atau P dan satpam
asrama atau MT. Pokok pembicaraan di atas adalah seorang penghuni
menanyakan kepada satpam asrama mengapa angkringan di asrama yang biasanya
hanya tutup pada hari senin, saat itu tutup hingga tiga hari. Hari itu adalah hari
rabu malam.
Angkringanne Mas Khata kok tasih tutup napa Pak ?‘Angkringan Mas
Khata kok masih tutup Pak ?’ napa ‘kenapa’ merupakan penanda lingual
berbentuk kalimat tindak tutur direktif bertanya. MT yang telah mengetahui
bahwa penjaga angkringan tersebut sedang sakit sejak kemarin menjawab dengan
kalimat Iya, lara wonge, masuk angin jare ket wingi ‘Iya, orangnya sakit, masuk
angin katanya sejak kemarin’. Tuturan di atas dituturkan P dengan intonasi datar.
34
d. Tindak Tutur Direktif Introgasi
Mengintrogasi adalah menanyakan lebih dari satu pertanyaan dengan
maksud memperoleh jawaban selengkap-lengkapnya dari lawan tuturnya. Tindak
tutur direktif introgasi adalah tindak pertuturan yang dilakukan oleh seorang
penutur dengan bentuk tuturan berupa beberapa pertanyaan dalam satu tuturan
dengan tujuan memperoleh jawaban selengkap-lengkapnya dan sebanyak-banyak
dari mitra tutur. Tindak tutur direktif introgasi berbahasa Jawa yang terdapat di
asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut.
Data 11
Konteks tuturan :
Telah terjadi pertengkaran yang melibatkan penghuni di asrama mahasiswa
gedung D. Seorang penghuni lainmenanyakan hal tersebut kepada satpam asrama
yang berada di tempat kejadian saat pertengkaran itu terjadi.
Bentuk tuturan :
P :La kuwi sapa Pak ? Kok isa ketemu Ratih neng lobi ?Trus sidane pripun
Pak ?
‘lha itu siapa Pak ? ko bisa ketemu Ratih di lobi ? lalu bagaimana Pak ?
MT :Kuwi jare pacare kakak tingkate Ratih, cemburu karo Ratih. Jare Ratih
ditelpon trus kon midhun neng lobi gedhung D, trus gelut. Ya rame kae
mas, trus tak pisah, wong loro mau tak kon metu.
‘Itu katanya pacar dari kakak tingkat Ratih, cemburu pada Ratih. Katanya
Ratih ditelpon diminta turun ke lobi gedung D, dan bertengkar. Ya ramai
Mas, lalu saya pisah, dua orang tadi saya suruh keluar.’
Tuturan di atas dilakukan oleh penghuni asramaatau P dan satpam
asrama atau MT pada pagi hari setelah pertengkaran terjadi. Pertengkaran yang
terjadi di gedung D, melibatkan tiga orang yaitu salah satu penghuni gedung D
yang disebutkan bernama Ratih dan dua orang yang salah satunya adalah kakak
tingkat ratih dan bukan penghuni asrama. Pertengkaran tersebut disebabkan
35
karena kakak tingkat ratih cemburu kepada Ratih karena merasa pacarnya terlalu
dekat dengan Ratih.
P yang baru saja mendengar telah terjadi pertengkaran di gedung D
berusaha mendapatkan informasi yang jelas mengenai kejadian tersebut. P
menanyakan pertengkaran yang terjadi gedung D asrama mahasiswa kepada MT
yang pada saat pertengkaran terjadi berada di tempat kejadian. TTD
mengintrogasi pada tuturan di atas ditandai dengan sapa ‘siapa’ kemudian
dilanjutkan dengan kok isa ‘bagaimana bisa’ dan pripun ‘bagaimana’. Penanda
lingual tersebut bermaksud P berusaha mendapatkan informasi yang jelas dari MT
sehingga P tahu bagaimana pertengkaran itu bisa terjadi. Pada tuturan di atas P
menuturkannya dengan intonasi datar dan mimik muka yang menunjukkan rasa
penasaran yaitu dengan maksud P sangat menginginkan jawaban berupa
penjelasan dari MT mengenai pertengakaran yang terjadi di gedung D asrama
mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
e. Tindak Tutur Direktif Memarahi
marah adalah emosi dasar yang menggambarkan perasaan tidak senang
yang terjadi karena merasa tersakiti, tidak dihargai berbeda pandangan atau
menghadapi halangan untuk mencapai tujuan.Memarahi dapat didefinisikan
tinperasaan tidak senang terhadap tindakan atau ucapan orang lain yang tidak
sesuai dengan kehendak penutur. Tindak tutur direktif memarahi adalah suatu
tindak pertuturan yang menggambarkan perasaan tidak suka terhadap tindakan
atau ucapan orang lain. Tindak tutur direktif memarahi yang terdapat di asrama
mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut.
36
Data 12
Konteks tuturan :
P dan MT adalah tukang kebun asrama. Mereka sedang memilah sampah organik
dan anorganik untuk dibuang. Karena kesal P bertanya terus, MT menjawab
dengan nada tinggi.
Bentuk tuturan :
P : La trus sing iki diguwak ngendi Pak ?
‘Lalu yang ini dibuang dimana Pak ?’
MT : Nek godhong sing biru, plastik sing abang le. Kesel ngandhani terus !
‘kalau daun di biru, plastik di merah nak. Lelah memberitahu terus.’
Tuturan di atas dilakukan oleh tukang kebun asrama. Mereka telah
selesai mengumpulkan sampah yang ada di taman asrama. Sampah tersebut
berupa sampah daun dan sampah plastik. Kedua jenis sampah tersebut dibedakan
tempat penampungannya. Untuk sampah plastik ditampung di kotak merah
sedangkan sampah daun di kotak berwarna biru. Karena sudah lelah bekerja
hingga sore hari, P kemudian kurang fokus hingga berulang kali bertanya kepada
MT.
P menanyakan kepada MT sampah daun dimasukan ke tempat sampah
yang berwarna apa. MT yang merasa telah berulang kali memberitahu P merasa
kesal dan marah. TTD memarahi pada tuturan di atas ditandai dengan satuan
lingual kesel ‘lelah’. MT merasa lelah atau kesal berulang kali memberitahu P.
Hal tersebut diperkuat dengan intonasi naik yaitu mengeraskan suara pada saat
MT menuturkan satuan lingual kesel ngandhani terus ‘lelah memberitahu terus’
yang menunjukkan kemarahan MT.
37
Data 13
Konteks tuturan :
Malam itu, seorang satpam asrama mengajak seorang penghuni untuk makan
gudheg. Karena terlalu banyak bertanya, kemudian satpam asrama memarahi
penghuni tersebut.
Bentuk tuturan :
P : Dul, gudheg yoh !
‘Dul, gudheg yok !’
MT : Neng ngendi Pak ?
‘Dimana Pak ?’
P : Wis ta ayo melua wae !
‘Sudahlah ayo ikut saja !’
MT : La karo sapa wae Pak ?
‘Dengan siapa saja Pak ?’
P : Cerewet ! Ndang ayo !
‘Cerewet ! cepat ayo !’
Tuturan di atas dilakukan oleh satpam asrama atau P dan penghuni
asrama atau MT. Pokok pembicaraan di atas adalah seusai bermain ping pong
pada malam hari P mengajak MT untuk makan gudheg. P sudah biasanya
mengajak MT makan di warung gudheg langganan P. Karena MT terlalu banyak
bertanya, P memarahi MT.
Tuturan P di atas terdapat tindak tutur direktif memarahi. Tindak tutur
direktif memarahi pada tuturan P ditandai dengan satuan lingual cerewet
‘cerewet’. Satuan lingual cerewet ‘cerewet’ tersebut diucapkan P karena merasa
kesal dengan MT yang terlalu banyak bertanya. P sudah biasa mengajak MT
makan gudheg di warung gudheg langganan P. Tuturan cerewet ‘cerewet’
dituturkan P dengan intonasi naik yaitu mengeraskan volume tututan tersebut
yang menegaskan kemarahan P.
38
f. Tindak Tutur Direktif Menegur
Menegur adalah suatu tindak tutur memperingatkan. Berbeda dengan
memarahi, menegur biasanya diucapkan dengan nada datar disesuaikan dengan
konteks pada saat tuturan itu terjadi. Hal tersebut dilakukan agar lawan tutur
melakukan apa yang dituturkan penutur. Tindak tutur direktif menegur adalah
suatu tindak pertuturan yang dilakukan penutur dengan tujuan mitra tutur
melakuakan apa yang diucapkan penutur. Tindak tutur direktif menegur yang
terdapat di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai
berikut.
Data 13
Konteks tuturan :
Seorang penghuni yang baru sampai di asrama memarkir motornya
tidak di parkiran yang semestinya. Satpam asrama menegur penghuni tersebut
untuk memarkir motornya di tempat parkir yang sudah disediakan.
Bentuk tuturan :
P : Mas, pitmu parkiren kana lo ! wis dicepakake parkiran amba kok parkir
sak-sake, mengko nek ilang nyalahke satpame.
‘Mas, motormu parkir di sana lo ! sudah disiapkan parkiran luas kok masih
parkir sembarangan, nanti kalau hilang menyalahkan satpamnya.’
MT : Nggih Pak, ngapunten.
‘Iya Pak, maaf’
Tuturan di atas dilakukan oleh seorang satpam asrama. Pokok
pembicaraan di atas adalah P menegur MT yang memarkir motornya tidak di
tempat parkir padahal sudah disediakan tempat parkir yang luas di asrama.
Sebagai penanggungjawab keamanan di asrama, ia menegur penghuni tersebut.
TTD menegur pada tuturan di atas ditandai dengan satuan lingual sak-sake
39
‘sembarangan’. Maksud dari penanda lingual tersebut adalah tuguran kepada
penghuni yang memarkir motornya sembarangan dan bila sampai hilang maka
satpam atau penanggungjawab keamanan asramalah yang akan disalahkan.
Selain itu telah disediakan tempat parkir khusus untuk motor, sehingga
satpam sebagai penanggung jawab keamanan sudah sewajarnya menegur
penghuni dan menyuruhnya memarkir motornya di tempat yang telah disediakan.
Tuturan di atas dituturkan dengan intonasinaik yaitu pada nada ketika P
menuturkan tuturan di atas P menuturkan dengan nada datar kemudian naik pada
tuturan wis dicepakake parkiran amba kok parkir sak-sake, mengko nek ilang
nyalahke satpame ‘sudah disiapkan parkiran luas kok masih parkir sembarangan,
nanti kalau hilang menyalahkan satpamnya.’.
Data 14
Konteks tuturan :
Seorang satpam asrama atau P melihat petugas kebersihan atau MT yang sudah
istirahat di kantin asrama sebelum waktunya.
Bentuk tuturan :
P : Jam semene wis leren ki apa wis rampung gaweyane ?
‘Jam segini sudah istirahat apa sudah selesai pekerjaannya ?’
MT : Halah, sawangen panase kaya ngana kae lo, ngiyup sek lah.
‘Halah, lihatlah panasnya seperti itu, berteduh dulu.’
P : Nyambut gawe, nyambut gawe !
‘Kerja, kerja !’
Tuturan di atas dilakukan oleh satpamatau P dan petugas kebersihan
atau MT asrama mahasiswa UNS Surakarta. Pokok pembicaraan di atas adalah P
melihat MT sedang istirahat di kantin asrama sebelum waktu istirahat. Waktu
istirahat untuk para petugas kebersihan di asrama adalah pukul dua belas siang
40
namun saat itu masih pukul sepuluh. Sebagai penanggungjawab ketertiban di
asrama, P menegur MT dan menyuruhnya untuk kembali bekerja.
TTD menegur pada data di atas ditandai dengan satuan lingual jam
semene wes leren ‘jam segini sudah istirahat’. Satuan lingual jam semene wes
leren ‘jam segini sudah istirahat’ tersebut dimaksudkan P menegur MT yang
sedang istirahat padahal waktu istirahat belum tiba. P sebagai pengawas asrama
menegur MT kemudian menyuruhnya untuk kembali bekerja.
g. Tindak Tutur Direktif Meminta restu
Meminta restu adalah suatu tindakan yang dilakukan penutur dengan
tujuan mitra tutur merestui apa yang akan dilakukan atau diucapakan penutur.
Restu tersebut biasanya berupa doa. Tindak tutur meminta restu adalah suatu
tindak pertuturan yang dilakukan penutur dengan harapan mitra tutur mendoakan
sesuatu yag akan dilakukan penutur. Tindak tutur direktif meminta restu yang
terdapat di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai
berikut.
Data 16
Konteks tuturan :
P adalah seorang penghuni asrama yang mempunyai grup keroncong di
kampusnya, dan pada saat itu ia hendak tampil di bale Soetjatmoko. Ia meminta
restu kepada penghuni yang lain yang ditemuinya ketika ia hendak berangkat.
Bentuk tuturan :
P : Niki Pak, badhe tampil keroncong wonten Bale Soetjatmoko, pangestune
nggih Pak.
‘Ini Pak, mau tampil keroncong di bale Soetjatmoko, minta restunya ya
Pak.
41
MT : Wah, ya Mas, muga-muga lancar.
‘Wah, iya Mas, semoga lancar.’
Tuturan di atas dilakukan oleh penghuni asrama yang mempunyai grup
keroncong di kampusnya yaitu P dan penghuni lain atau MT.pokok pembicaraan
di atas adalah pada saat itu P hendak berangkat menuju tempat pementasan
keroncong bertemu MT di kantin asrama. Kemudian ia meminta restu kepada MT
agar penampilannya dapat berjalan lancar. TTD meminta restu pada tuturan di
atas ditandai dengan satuan lingual pangestune ‘minta restunya’. Tuturan tersebut
dilakukan P dengan maksud agar MT memberi restu dan mendoakan supaya
penampilan keroncongnya diberi kelancaran.
Tindak tutur direktif meminta restu pada data di atas dibuktikan dengan
jawab MT yaitu ya Mas, muga-muga lancar ‘Ya Mas, semoga lancar’ yaitu MT
memberikan restunya berupa doa yang mendoakan agar penampilan keroncong P
pada saat itu lancar. P meminta restu kepada MT karena MT adalah penghuni
yang lebih tua dari P, sehingga P sudah sewajarnya menghormati MT dengan
meminta restu dari MT sebelum P berangkat menuju tempat pentasnya.Tutur P di
atas dilakukan dengan intonasi menurun yaitu menurunkan nada tuturannya di
akhir kalimat yang melengkapi TTD meminta restu karena seseorang yang
meminta doa biasanya merendahkan nada bicaranya.
h. Tindak Tutur Direktif Menyarankan
menyarankanadalah memberikan suatu saran kepada orang lain dengan
tujuan lawan tutur melakukan apa yang disarankan penutur. Tindak tutur direktif
menyarankan adalah suatu tindak pertuturan yang dilakukan penutur agar mitra
tutur melakukan apa yang disarankan penutur. Tindak tutur direktif menyarankan
42
yang terdapat di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah
sebagai berikut.
Data 17
Konteks tuturan :
Pengelola asrama menanyakan kepada seorang penghuni atau MT apakah Ikin,
seorang penghuni yang lain jadi pindah ke kamar MT atau tidak, dan
menyarankan MT untuk menanyakan hal tersebut kepada Ikin.
Bentuk tuturan :
P :La Ikin sida pindhah neng kamarmu ora mas ?
‘Ikin jadi pindah ke kamarmu tidak mas ?’
MT : Kirangan Pak, bocahe nggih dereng ngabari kula.
‘Kurang tahu Pak, dia belum memberi tahu saya.’
P :Mbok coba takonana Mas, menawa bocahe wedi meh ngomong karo
sampeyan.
‘Coba anda tanyakan Mas, mungkin dia takut mau bicara kepada anda.’
Tuturan di atas dilakukan oleh pengelola asrama atau Ppada malam
hari. Pokok pembicaraan pada data di atas adalah P menanyakan kepada seorang
penghuni yang akan mendapat teman baru sekamarnya.P menganggap Ikin
sungkan untuk bertanya kepada MT sehingga menyarankan MT untuk
menanyakan kepastian dari Ikin apakah jadi pindah atau tidak karena di asrama
mahasiswa UNS Surakarta terdapat peraturan bahwa satu kamar harus dihuni dua
mahasiswa.
TTD menyarankan pada tuturan di atas ditandai dengan satuan lingual
berupa kata coba ‘coba’. Penanda lingual tersebut bermaksud P menyarankan MT
untuk mencoba menanyakan kepada calon teman sekamarnya apakah jadi pindah
atau tidak karena pengelola tersebut harus memasukkan data para penghuni yang
baru. Tuturan di atas dituturkan P dengan intonasi datar yang mempunyai maksud
43
MT mau melakukan apa yang disarankan P kepadanya. Tuturan P dilakukan
dengan intonasi datar.
Data 18
Konteks tuturan :
P dan MT adalah penghuni asrama. P telat membayar tagihan asrama selama
beberapa bulan dan harus melunasinya esok hari yaitu tanggal dua puluh lima. MT
menyarankan P untuk bicara jujur kepada pihak asrama mengenai keadaannya.
Bentuk tuturan :
P :Piye ya iki Mas ? aku wedi, sesuk wis tanggal selawe.
‘Bagaimana ini Mas ? saya takut, besok sudah tanggal dua puluh lima.’
MT :Coba ngomomg apik-apik wae karo kantor, ngomong sing jujur
kahananmu piye, ning kowe ya kudu isa ngusahakake tanggal pira isa
mulai nyicil.
‘Coba bicara baik-baik dengan kantor, bicara yang jujur keadaanmu
bagaimana, tapi kamu juga harus bisa mengusahakan tanggal berapa bisa
mulai mencicil.
Tuturan di atas dilakukan oleh dua penghuni asrama yaitu P dan MT.
Karena telat membayar uang kos, oleh pihak kantor P diminta melunasinya pada
tanggal dua puluh lima. Namun P masih juga belum mempunyai uang. Karena
merasa bingung, P bercerita kepada MT, kemudian ia diberi saran oleh MT. TTD
menyarankan pada tuturan di atas ditandai dengan satuan lingual berupa katacoba
‘coba’. Satuan lingual coba ‘coba’ pada tuturan tersebut bermaksud agar P
mencoba bicara jujur dengan pihak kantor bagaimana keadaannya dan bagaimana
caraP mencicil angsuran kos yang harus MT bayar.
Intonasi MT pada tuturan di atas datar kemudian mennurun, yaitu nada
datar pada awal pengucapan kemudian sedikit menurun di akhir kalimat karena
MT mengetahui keadaan P yang sedang bingung. Maka MT memberikan
44
sarandengan nada datar dan sedikit menurun kepada P agar saran tersebut dapat
diterima tanpa membuat P bertambah bingung.
Data 18
Kontek tuturan :
Asrama mahasiswa memiliki peraturan bahwa sebuah kamar harus
dihuni dua orang mahasiswa. Seorang mahasiswa atau MT yang baru saja
ditinggal teman sekamarnya mendapat saran dari pengelola atau P untuk menemui
seorang penghuni yang bernama haris yang juga masih sendirian di kamar yang
dihuninya.
Bentuk tuturan :
P : Kae lo Mas, haris ijek dhewe coba wae takoni gelem apa ora sak kamar
karo sampeyan.
‘ Itu lo Mas, Haris masih sendiri coba saja ditanya mau atau tidak satu
kamar dengan anda.’
MT : Kamar nomer pinten Pak ?
‘Kamar nomer berapa Pak ?’
P : Lantai lima nomer lima las.
‘Lantai lima nomer lima belas.’
Tuturan tersebut dilakukan oleh pengelola asrama mahasiswa UNS
Surakarta. Pengelola atau P mengetahui seluruh penghuni asrama, baik kamar
yang telah dihuni dua orang maupun kamar yang masih dihuni satu orang.
Mengetahui ada seorang penghuni atau MT yang baru saja ditinggalkan teman
sekamarnya, P menyarankan MT untuk menanyakan kepada penghuni lain yang
diketahui P juga masih sendirian.
TTD menyarankan pada data di atas ditandai dengan satuan lingual
coba ‘coba’. Satuan lingual coba ‘coba’ tersebut bermaksud P menyarankan MT
untuk menanyakan kepada seorang penghuni lain yang diketahui P juga masih
45
sendirian agar dapat menjadi satu kamar dengan MT. Tuturan P pada data di atas
menggunakan intonasi datar kemudian menurun yaitu nada tuturan yang datar
kemudian turun pada saat P menuturkan tuturan tersebut.
i. Tindak tutur direktif menganjurkan
Menganjurkan adalah meminta orang lain untuk melakukan sesuatu
yang sesuai dengan niat baik penutur. Tindak tutur direktif menganjurkan adalah
tindak pertuturan yang disampaikan penutur kepada mitra tutur agar mitra tutur
melakukan sesuatu yang sesuai dengan maksud baik penutur. Tindak tutur direktif
menganjurkan yang terdapat di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta adalah sebagai berikut.
Data 20
Konteks tuturan :
Seorang penghuni sedang bermain ping pong di asrama. Karena bola ping pong
pecah ia berniat untuk membeli bola baru. Kemudian ia bertanya kepada penghuni
lain tempat penjual bola ping pong.
Bentuk tuturan :
P :Jam yahmene warung sing jik buka ngendi Mas ? Sing dodol bal ping
pong.
‘Jam sekian warung yang masih buka dimana Mas ? Yang jualan bola
ping pong.’
MT :Tukua neng Pak Amir kae lo enek. Nek ora neng ngarepe, toko Ira, kana
ya enek. Jik buka nek yahmene.tuku sing telu setengahan wae apik.
‘Belilah di Pak Amir di sana ada. Kalau tidak di depannya, toko Ira, di
sana juga ada. Masih buka kalau jam sekian. Beli yang tiga setengah saja
bagus.’
Tuturan di atas dilakukan oleh dua orang penghuni yaitu P dan MT
yang sedang bermain ping pada malam hari di asrama. Pada saat sedang bermain
tiba-tiba bola ping pong pecah. P hendak membeli bola baru karena masih ingin
46
melanjutkan permainan. Kemudain P bertanya kepada MT tempat penjual bola
ping pong. MT menanggapi pertanyyan P dengan menganjurkan P membeli bola
ping pong ditempat Pak Amir atau toko Ira.
Tindak tutur direktif menganjurkan pada data di atas ditandai dengan
penanda lingual Tukua neng Pak Amir kae lo enek. Nek ora neng ngarepe, toko
Ira, kanaya enek. Jik buka nek yahmene.‘Belilah di Pak Amir di sana ada. Kalau
tidak di depannya, toko Ira, di sana juga ada. Masih buka kalau jam sekian. ’
Maksud dari tuturan tersebut adalah MT menganjurkan P untuk membeli bola
ping pong di toko Pak Amir atau toko Ira, anjuran MT juga dilengkapi dengan
tuku sing telu setengahan wae apik ‘Beli yang tiga setengahan saja bagus.’
Maksudnya adalah menganjurkan P untuk membeli bola ping pong yang harganya
tiga ribu lima ratus. Anjuran tersebut dituturkan MT karena MT sering membeli
bola ping pong di toko Pak Amir ataupun toko Ira dengan harga tiga ribu lima
ratus. Bola tersebut dinilai MT sudah cukup bagus. Tuturan menganjurkan MT di
atas dituturkan dengan intonasi naik yaitu pada saat MT menuturkan tuturan di
atas dengan nada datar kemudian naik maksudnya menganjurkan P untuk
membeli bola di toko Pak Amir atau toko Ira yang harganya tiga ribu lima ratus.
j. Tindak Tutur Direktif Mempersilahkan
Mempersilkan adalah menyuruh orang lain untuk suatu hal yang
menjadi kehendaknya. Jadi, tindak tutur direktif mempersilakan adalah tindak
pertuturan yang dilakukan penutur, untuk menyuruh suatu hal yang menjadi
keinginan mitra tutur. TTD mempersilakan yang terdapat di Asarama Mahasiswa
UNS Surakarta adalah sebagai berikut.
47
Data 21
Konteks tuturan :
Seorang penghuni akan membayar uang kos asrama. Maka ia pergi ke kantor
administrasi asrama.
Bentuk tuturan :
P : Mangga-mangga Mas, badhe napa Mas ?
‘Silahkan Mas, ada perlu apa Mas ?’
MT : Niki badhe bayar kos Buk
‘Ini mau bayar kos Buk’
Tuturan di atas dilakukan pegawai asrama mahasiswa UNS atau P dan
penghuni asrama atau MT. Pokok pembicaraan pada data di atas adalah P
mempersilahkan MT untuk memasuki ruangan kantor. Untuk membayar uang kos
asrama, seorang penghuni harus pergi ke kantor administrasi asrama. Di dalam
kantor tersebut terdapat pegawai asrama yang menangani berbagai hal yang
bersangkutan dengan administrasi asrama, salah satunya adalah pembayaran uang
kos di asrama.
Seorang penghuni asrama akan membayar uang kos asrama di kantor
asrama mahasiswa UNS. Tuturan yang dilakukan P pada data di atas terdapat
Tindak tutur direktif mempersilahkan. Tindak tutut direktif mempersilakan pada
tuturan di atas ditandai dengan satuan lingual yang berbentuk perulangan
katamangga-mangga ‘silahkan’. Maksud daru satuan lingual mangga-mangga
‘silahkan’ pada tuturan di atas bermaksud P mempersilakan MT memasuki
ruangan kantor untuk membayar uang kos. Intonasi yang digunakan P pada
tuturan di atas adalah naik yaitu volume yang tinggi, dengan maksud P
48
mempersilahkan MT masuk ke ruangan kantor dan dapat mengutarakan
tujuannya.
Data 22
Konteks tuturan :
Pada sore hari, seorang penghuni hendak pergi ke kampus untuk mengumpulkan
tugas kuliahnya. Karena jarak dari asrama ke kampus cukup jauh dan penghuni
tersebut tidak mempunyai motor ia meminjam motor milik seorang satpam
asrama.
Bentuk tuturan :
P : Pak, jenengan ajeng tindak boten ?
‘Pak, anda hendak pergi atau tidak ?’
MT : Ora, la piye ?
‘Tidak, bagaimana ?’
P : Badhe ngampil motor meh ngampus dilit, angsal ?
‘Mau pinjam motor mau ke kampus sebentar, boleh ?’
MT : Ya kuwi, dienggo wae.
‘Ya itu dipakai saja.’
Tuturan di atas dilakukan oleh penghuni asrama atau P dan satpam
asrama atau MT. Pokok pembicaraan di atas adalah P akan pergi ke kampus.
Karena tidak mempunyai motor dan jarak ke kampus cukup jauh, P meminjam
motor MT.
Tuturan MT pada data di atas mengandung tindak tutur direktif
mempersilahkan. Tindak tutur direktif mempersilahkan pada data di atas ditandai
dengan satuan lingual yang berbentuk kalimat ya kuwi, dienggo wae ‘ya itu
dipakai saja’. Maksud dari tuturan tersebut adalah MT mempersilahkan P untuk
memakai motornya karena MT tahu bahwa P tidak memiliki motor. Hal tersebut
didukung dengan hubungan P dengan MT di asrama sudah dekat sehingga MT
49
tidak ragu-ragu untuk meminjamkan motornya kepada P. Tuturan
mempersilahkan pada tuturan MT di atas dituturkan dengan intonasi datar yaitu
nada yang tidak naik ataupun turun pada saat MT menuturkan tuturan di atas.
k. Tindak Tutur Direktif Memaksa
Memaksa adalah menginginkan sesuatu kepada orang lain, dengan
maksud orang lain harus melakukan sesuai dengan kehendak yang menginginkan
baik suka ataupun tidak. TTD memaksa merupakan tindakan penutur dengan
mengujarkan suatu tuturan yang menginginkan sesuatu kepada mitra tutur dengan
maksud mitra tutur harus melakukan sesuai dengan kehendak penutur. TTD
memaksa yang terdapat di asrama mahasiswa UNS Surakarta adlah sebagai
berikut.
Data 23
Konteks tuturan :
P dan MT adalah tukang kebun asrama. Saat itu siang hari dan cuaca panas.
Karena merasa kepanasan, P memaksa MT yang sudah lelah untuk mengambil
sisa alat perkebunan yang baru saja mereka gunakan untuk bekerja.
Bentuk tuturan :
P : Kuwi ndang jupuken kok, selak panas ki lo !
‘Itu cepat ambil, sudah panas ini !’
MT : Iya iya Kang, aku ya kesel kok.
‘Iya Mas, aku juga lelah ini.’
Tuturan di atas dilakukan oleh tukang kebun asrama mahasiswa UNS
Surakarta. Mereka berkerja mulai dari jam delapan pagi hingga jam empat sore.
50
Pada hari itu di siang hari matahari sangat panas kedua tukang kebun telah selesai
membersihkan kebun asrama. Karena merasa kepanasan, P memaksa MT untuk
segera mengambil alat-alat perkebunan agar bisa cepat istirahat di tempat yang
teduh. Pada saat itu MT juga sudah lelah.
Tuturan P mengandung TTD memaksa. TTD memaksa pada data di
atas ditandai dengan satuan lingual berupa katandang ‘cepat’. Satuan lingual
berupa kata ndang ‘cepat’ pada di atas bermaksud P memaksa MT untuk segera
mengambil alat-alat perkebunan yang telah dipakai agar mereka bisa beristirahat
dan berteduh dari cuaca panas pada saat itu. Tuturan di atas dilakukan P dengan
intonasi naik yaitu mengeraskan volume tuturan dengan maksud agar MT segera
mengambil alat-alat perkebunan yang telah selesai mereka gunakan,walaupun P
tahu MT juga lelah.
Data 24
Konteks tuturan :
Saat itu Yuda seorang penghuni atau MT sedang singgah di kamar Diyon
penghuni yang lain atau P. Karena sudah malam P memaksa MT untuk tidur di
kamarnya. Pada awalnya MT ragu karena teman sekamarnya akan tidur sendirian,
tetapi P memaksa MT.
Bentuk tuturan :
P :Wis ta, kowe manuta aku, turua kene wae. Napa bali kamar neh, adoh
men, gari turu wae lo.
‘Sudahlah, ikuti kata saya, tidur di sini saja. Kenapa pulang kamar lagi,
jauh, tinggal tidur saja.
MT :La Mas Ridlo turu dhewe Mas.
‘Mas Ridlo tidur sendiri Mas.’
P :Halah, wes gedhe wae kok turu dhewe po ra wani ?
‘Halah, sudah besar tidur sendiri apa tidak berani ?’
51
Tuturan tersebut dilakukan oleh Diyon seorang penghuni asrama atau P.
Pokok pembicaraan pada data di atas adalah P memaksa MT untuk tidur di kamar
P karena kamar MT jauh dari kamar P dan kasur di kamar P cukup untuk MT
tidur. MT sedang singgah di kamar P, mereka sedang bermain kartu. Karena
sudah larut malam MT hendak pulang ke kamarnya. Namun P memaksa MT
untuk tidur di kamarya karena kamar MT berbeda gedung sehingga dirasa jauh.
Tuturan P pada data di atas mengandung tindak tutur direktif memaksa.
TTD memaksa pada data di atas ditandai dengan satuan lingual yang
berbentuk klausamanuta aku ‘menurutlah kepada saya’ dan diperkuat dengan
satuan lingual manuta aku ‘menurutlah kepada saya’. Satuan lingual tersebut
bermaksud agar MT mau tidur di kamar P karena P berpikir kamar MT jauh.
Intonasi pada tuturan P di atas naik berupa nada tuturan yang datar kemudian
naik, dengan maksud agar MT mau tidur di kamar P walaupun MT berniat
kembali ke kamarnya.
l. Tindak Tutur Direktif Menyuruh
Menyuruh adalah memerintah kepada orang lain untuk melakukan
sesuatu dengan keinginan penutur. Jadi, TTD menyuruh merupakan tindakan
penutur dalam mengujarkan suatu tuturan, agar mitra tutur melakukan perintah
yang diucapkan penutur. TTD menyuruh yang terdapat di asrama mahasiswa UNS
Surakarta adalah sebagai berikut.
52
Data 25
Konteks tuturan :
Pengelola asrama atau melihat sampah di gedung C yang seharusnya sudah
dibuang tiga hari yang lalu. Kemudian menyuruh seorang petugas kebersihan di
gedung C untung membuang sampah tersebut.
Bentuk tuturan :
P :Mas, kae sampahe sing neng gedhung C kok durung dibuang ki piye ? kan
wis tak kon guwak telung dina kepungkur ta, ndang diguwak kana !
‘Mas, itu sampah yang di gedung C kok belum dibuang bagaimana ? kan
sudah saya suruh buang tiga hari yang lalu, sana segera dibuang !’
MT :Oh, nggih Buk.
‘Oh, iya Buk.’
Tuturan di atas dilakukan oleh pengelola asrama Mahasiswa UNS
Surakarta atau P dan petugas kebersihan atau MT. P biasa melakukan kontrol di
gedung-gedung asrama, ia mengecek fasilitas, kebersihan dan kualitas kerja para
pegawainya. Pada siang hari ketika sedang melakukan kontrol,P melihat
tumpukan sampah yang seharusnya dibuang tiga hari yang lalu, kemudian ia
menyuruh MT untuk segera membuangnya.
TTD menyuruh pada tuturan P ditandai dengan penanda lingual kana
‘sana’ yang mempunyai maksud menyuh MT segera membuang sampah tersebut.
Tindak tutur direktif menyuruh pada data di atas diperkuat dengan intonasi
naikyang digunakan P saat menuturkan tuturan tersebut.
m. Tindak Tutur Direktif Merayu
Merayu adalah tuturan yang dilakukan penutur dengan tujuan menarik
hati lawan tutur sehingga lawan tutur mau melakukan apa yang diinginkan
penutur. Tindak tutur direktif merayu adalah suatu tindak pertuturan yang
53
dilakukan penutur untuk menarik hati mitra tutur untuk kemudian lawan tutur mau
melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginan penutur. Tindak tutur direktif
merayu yang terdapat di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta
adalah sebagai berikut.
Data 26
Konteks tuturan :
Seorang penghuni yang sudah lama tinggal di asrama mahasiswa, mengetahui
bahwa ada rencana pergantian kepengelolaan asrama. Kemudian ia merayu calon
pengelola yang baru apabila membutuhkan staff ia ingin menjadi staff pengelola
asrama yang baru.
Bentuk tuturan :
P :Pak, menawi Desember mangkih Jenengan dados pengelola, mesti
mbetahaken staff kan nggih ?
‘Pak, apabila Desember nanti anda menjadi pengelola, pasti membutuhkan
staff kan ?’
MT :Ya mungkin Mas, la piye ta ?
‘Ya mungkin Mas, ada apa ?’
P :Nah, staff niku kan kedah tiyang ingkang mpun mudheng asrama. Mbok
menawi kula saged dados calon, bantu-bantu Jenengan, kula tak nglebetke
lamaran mangkih, kula dikabari nggih.
‘Nah, staff itu seharusnya seseorang yang sudah paham asrama.Apabila
saya bisa jadi calon, membantu anda, saya akan memasukkan lamaran
nanti, saya dikabari ya.’
Tuturan di atas dilakukan oleh seorang penghuni asrama atau P. Pokok
pembicaraan di atas adalah MT merayu P agar MT dapat menjadi staff pengelola
asrama yang baru karena menganggap dirinya telah lama tinggal di asrama dan
mengetahui atau paham keadaan di asrama. Karena mengetahui ada rencana
pergantian kepengelolaan, P berkata kepada calon pengelola yang baru atau MT
bahwa P ingin menjadi staff pengelola. P merasa dirinya pantas dan sanggup
menjadi staff pengelola dengan pendapat bahwa seorang pengelola sebaiknya
54
adalah seorang yang sudah paham mengenai keadaan asrama. Dan ia pun merasa
sudah dekat dengan calon pengelola yang baru tersebut.
Tuturan P pada data di atas terdapat TTD merayu. TTD direktif merayu
pada data di atas ditandai dengan satuan lingual berupa kalimatkedah tiyang
ingkang mpun mudheng asrama‘seharusnya seseorang yang sudah paham
asrama’. Satuan lingual tersebut bermaksud P merayu MT agar P dapat menjadi
staff pengelola di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tuturan P di atas dilakukan dengan intonasi menurun yaitu nada tuturan yang
datar kemudian menurun di akhir kalimat yang menunjukkan bahawa P sedang
merayu MT agar dapat menarik hati MT dan mempertimbangkan P untuk menjadi
staff pengelola.
n. Tindak Tutur Direktif Mengajak
Mengajak adalah suatu tindakan yang bertujuan agar lawan tutur
mengikuti apa yang akan dilakukan penutur. Tindak tutur direktif mengajak
adalah suatu tidak pertuturan yang dilakukan penutur agar lawan tutur dapat
mengikuti apa yang akan dilakukan atau diucapkan penutur. Tindak tutur direktif
mengajak yang terdapat di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret
Surakarta adalah sebagai berikut.
Data 27
Konteks tuturan :
Pengelola asrama atau P mendapat laporan oleh seorang penghuni bahwa ada
sebuah paralon bocor di kamar penghuni tersebut. P mengajak seorang satpam
atau MT yang biasa membenahi sarana prasarana asrama yang rusak.
55
Bentuk tuturan :
P :Ayo Pak !, garap saiki wae, selak cerewet landane kae.
‘Ayo Pak, dikerjakan sekarang saja, sudah cerewet bule itu.’
MT :La pralone apa wes tuku ?
‘La paralonnya apa sudah beli ?’
P :Wes, aku mau metu tuku kui.
‘Sudah, saya tadi keluar membeli itu.’
Tuturan di atas dilakukan oleh pengelola asrama mahasiswa UNS
Surakarta. Pengelola atau P yang bertanggung jawab atas prasarana asrama
mendapat laporan bahwa di kamar salah satu penghuni terdapat paralon yang
bocor. Penghuni tersebut berasal dari luar negeri yang disebutkan pada data di atas
landa ‘bule’. Biasanya untuk memperbaiki saluran air dan listrik, pengelola
mengajak satpam asrama atau MT yang memang menguasai pengetahuan tentang
hal tersebut.
P mengajak MT untuk memperbaiki paralon yang bocor. TTD
mengajak pada data di atas ditandai dengan satuan lingual berupa kataayo ‘ayo’.
Maksud dari penanda lingual ayo ‘ayo’ tersebut bermaksud P mengajak MT untuk
mengerjakan perbaikan tersebut pada saat itu juga. Intonasi yang digunakan P
pada di atas naik yaitu nada tuturan yang naik pada saat menuturkan kata ayo
‘ayo’, dengan maksud agar MT mau mengikuti P memperbaiki kerusakan saluran
air yang rusak tersebut.
Data 28
Konteks tuturan :
Malam itu, setelah selesai bermain ping pong di asrama seorang satpam asrama
mengajak seorang penghuni untuk makan gudheg. Karena sudah tengah malam
satpam tersebut merasa lapar lagi.
56
Bentuk tuturan :
P :Dul, gudheg yoh !
‘Dul, gudheg yok !’
MT :Neng ngendi Pak ?
‘Dimana Pak ?’
P :Wis ta ayo melua wae !
‘Sudahlah ayo ikut saja !’
MT :La karo sapa wae Pak ?
‘Dengan siapa saja Pak ?’
Tuturan di atas dilakukan oleh satpam asrama atau P dan penghuni
asrama atau MT. Pokok pembicaraan di atas adalah P mengajak MT makan
gudheg setelah mereka selesai bermain ping pong di asrama pada malam hari.
Mereka memang sudah biasa keluar asrama pada malam hari untuk makan gudheg
karena pada tengah malam biasanya perut mulai merasa lapar lagi.
Tindak tutur direktif mengajak pada data di atas ditandai dengan satuan
lingual satuan lingual yang berupa kataayo ‘ayo’. Maksud tuturan P di atas adalah
mengajak MT makan gudheg karena sudah tengah malam sehingga P merasa lapar
lagi. Tuturan P di atas di tuturkan dengan intonasi naik yaitu nada tuturan yang
naik pada saat menuturkan kata ayo ‘ayo’ menandakan P bersungguh-sungguh
mengajak MT makan gudheg.
Data 29
Konteks tuturan :
Seorang penghuni mengajak penghuni lain untuk bermain ping pong setelah
makan di kantin. Penghuni tersebut mengajak ping pong karena merasa keduanya
sedang senggang.
57
Bentuk tuturan :
P :Ayo ping pong wae ! bariki arep ngapa ?
‘Ayo ping pong saja! setelah ini mau apa ?’
MT :Ya ra ngapa-ngapa sih jane.
‘Ya tidak ada kegiatan sebenarnya.’
P :Golek kringet wae ayo ! ben seger turu angkler.
‘Cari keringat saja ayo ! biar segar tidur nyenyak.
Tuturan di atas dilakukan oleh dua penghuni asrama yaitu P dan MT.
Pokok pembicaraan di atas adalah P mengajak MT bermain ping-pong karena
keduanya merasa senggang sehingga dengan bermain ping pong mereka akan
mendapat keringat dan dapat tidur nyenyak. P dan MT pada saat itu telah selesai
makan malam, karena merasa senggang dan tidak ada kegiatan P mengajak MT
bermain ping pong karena merasa apabila bermain ping pong meraka akan
mendapat keringat dan dapat tidur dengan nyenyak.
Tuturan P pada data di atas adalah tindak tutur direktif mengajak.
Tindak tutur direktif mengajak pada data di atas ditandai dengan satuan lingual
ayo ‘ayo’. Satuan lingual ayo ‘ayo’ pada data di atas adalah P mengajak MT
bermain ping pong untuk mendapatkan keringat, karena sepengetahuan P ketika
mendapat keringat tubuh akan merasa lelah, sehingga dapat tidur dengan nyenyak.
Intonasi pada tuturan di atas dituturkan dengan intonasi naik yaitu nada tuturan
naik paada saat menuturkan kata ayo ‘ayo’.
o. Tindak Tutur Direktif Melarang
Melarang adalah suatu tuturan yang bermaksud memberi larangan agar
lawan tutur tidak melakukan sesuatu yang dilarang penutur. Tindak tutur direktif
melarang adalah suatu tindak pertuturan yang maksudnya melarang mitra tutur
58
melakukan sesuatu. Tindak tutur direktif melarang yang terdapat di asrama
mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai berikut.
Data 30
Konteks tuturan :
Malam itu Matin sedang ingin jalan-jalan. Kemudian Ia mengajak Yere. Namun
Yere hendak makan malam terlebih dahulu.
Bentuk tuturan :
P : Yer, nendi ? ayo metu !
‘Yer, dimana ? ayo keluar !’
MT : Ya sek dilit meh madang.
‘Ya sebentar mau makan.’
P : Aja suwe-suwe !
‘Jangan lama-lama.’
Pembicaraan di atas dilakukan Matin atau P dan Yere atau MT. Pokok
pembicaraan di atas adalah P mengajak MT jalan-jalan keluar asrama, namun P
hendak makam malam terdahulu. Namun karena ingin segera pergi keluar P
melarang MT untuk tidak terlalu lama makan malam.
Tindak tutur direktif melarang pada data di atas ditandai dengan satuan
lingual berupa kata aja ‘jangan’ maksudnya adalah melarang MT untuk tidak
terlalu lama makan malam karena P ingin segera jalan-jalan keluar. P tahu
biasanya MT menghabiskan banyak waktu untuk makan malam, maka P melarang
MT untuk tidak lama-lama atau makan dengan cepat. Tuturan melarang pada
tuturan P di atas dituturkan dengan intonasi naik yaitu mengeraskan volume pada
saat menuturkan kata aja ‘jangan’ maksudnya P sungguh-sungguh melarang MT
terlalu lama makan malam.
59
2. Penerapan Prinsip Kerja Sama di Asrama Mahasiswa UNS
Surakarta
Dalam berkomunikasi dan berinteraksi, penutur (P) dan mitra tutur
(MT) saling menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya,
bahasa dan interpretasi-interpretasi terhadap tindakan, dan ucapan mitra tuturnya.
Setiap peserta tutur bertanggung jawab atas tindakan dan penyimpangan kaidah
kebahasaan dalam interaksi lingual tersebut. Di dalam sebuah percakapan,
hendaknya penutur dan mitra tutur mematuhi aturan kerja sama agar komunikasi
dapat berlansung dengan baik. Namun dalam percakapan sehari-hari banyak
ditemukan pelanggaran prinsip kerja sama yang disengaja karena kedekatan sosial
antar penghuni asrama mahasiswa UNS Surakarta.
Di dalam prinsip kerja sama, setiap penutur harus mematuhi 4 maksim
percakapan (convertation maxim), yaknimaksim kuantitas (maxim of
quantity),maksim kualitas (maxim of quality),maksim relevansi (maxim of
relevance), maksim pelaksanaan (maxim of manner).
a. Maksim Kuantitas
Kuantitas di dalam pembicaraan ini menyangkut jumlah kontribusi
terhadap koherensi percakapan. Maksim ini mengarahkan kontribusi yang cukup
memadai dari seorang penutur dan mitra tutur di dalam suatu percakapan.
1) Penerapan Maksim Kuantitas
Penerapan maksim kuantitas di asrama mahasiswa Universitas Sebelas
Maret Surakarta adalah tuturan berbahasa Jawa di asrama yang sudah sesuai
dengan maksim kuantitas yaitu dengan kontribusi yang sesuai dan tidak
berlebihan dari yang dibutuhkan.
60
Data 31
Konteks tuturan :
Beberapa waktu yang lalu motor Mbak Wahyu baru saja mengalami keretakan di
bagian velgnya. Kemudian Cikal menanyakan apakah velg tersebut sudah
diperbaiki atau belum.
bentuk tuturan :
P :Velge wis mbok laske ?
‘velgnya sudah kamu laskan ?’
MT :wis
‘Sudah.’
P :Neng ndi ?
‘Dimana ?’
MT :Palur.
‘Palur.’
Tuturan di atas dilakukan oleh Cikal atau P dan Mbak Wahyu atau MT.
Pokok pembicaraan di atas adalah P menanyakan velg motor MT apakah sudah
diperbaiki. P mengetahui beberapa saat yang lalu MT mengalami kendala di jalan
yang menyebabkan velg motornya retak.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama, tuturan MT pada data di atas
sudah sesuai dengan maksim kuntitas karena kontribusi yang diberikan MT
kepada P sudah sesuai dengan kebutuhan P dan tidak berlebihan. MT hanya
memberikan jawaban memenuhi apa yang ditanyakan P, sehingga tuturan MT
pada data di atas sudah sesuai dengan maksim kuantitas.
61
Data 32
Konteks tuturan :
Seorang penghuni asrama sedang menanyakan kapasitas perkamar gedung baru di
asrama mahasiswa UNS Surakarta.
Bentuk tuturan :
P :Lha mangkih gedhung D niku sak kamar diisi tiyang pinten Pak ?
‘Nanti gedung D itu sekamar diisi berapa orang Pak ?
MT :Sing etan loro, sing lor siji Mas.
‘Yang timur dua, yang utara satu Mas.’
Tuturan di atas dilakukan oleh penghuni asrama atau P dan pengelola
asrama atau MT. Pokok pembicaraan data di atas adalah P menanyakan kapasitas
gedung asrama yang baru kepada pengelola.
Tuturan di atas sudah sesuai dengan maksim kuantitas karena kontribusi
MT telah sesuai dengan yang dibutuhkan P. Gedung asrama yang baru walaupun
merupakan satu bangunan tetapi mempunyai dua bagian, yaitu sisi timur dan sisi
utara.
Penanda lingual berbentuk kalimat sing etan loro, sig lor siji Mas ‘yang
timur dua, yang utara satu Mas’ merupakan kontribusi yang cukup dan sesuai
dengan kebutuhan MT. Sehingga tuturan MT sudah sesuai dengan prinsip kerja
sama.
Data 33
Konteks tuturan :
Seorang penghuni berdiskusi dengan penjual angkringan tentang buku
meninggalkan muhdarat daripada menggapai manfaat.
62
Bentuk tuturan :
P : Mendahulukan meninggalkan muhdarat daripada menggapai manfaat ki
maksude piye Li ?
‘Mendahulukan meninggalkan muhdarat daripada menggapai manfaat ini
maksudnya bagaimana Li ?’
MT :Maksude prioritas Mas, luwih memprioritaskan meninggalkan muhdarat
daripada menggapai manfaat.
‘Maksudnya prioritas Mas, lebih memprioritaskan meninggalkan
muhdarat daripada menggapai manfaat’
Pembicaraan di atas dilakukan oleh penjual angkringan asrama atau P
dan penghuni asrama atau MT di warung angkringan asrama di malam hari.
Pokok pembicaraan di atas adalah P dan MT mendiskusikan mengenai buku
mendahulukan meninggalkan muhdarat dapripada menggapai manfaat. Buku
tersebut milik MT sehingga P menanyakan maksud dari judul buku tersebut
kepada MT karena merasa MT sudah membaca buku tersebut sehingga sudah
mengerti isi buku tersebut.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama tuturan MT telah sesuai dengan
maksim kuantitas karena tuturan MT sudah mencukupi apa yang dibutuhkan P.
Kontribusi yang diberikan MT tidak berlebihan. Tuturan P pada data di atas
adalah menanyakan maksud dari judul sebuah buku yang dimiliki MT. MT yang
tanggap dengan pertanyaan P langsung menjawab dengan kontribusi yang cukup.
Penanda lingual ‘maksude prioritas’ adalah kontribusi yang cukup dan telah
memenuhi kebutuhan P.
2) Penyimpangan Maksim Kuantitas
Penyimpangan maksim kuatitas adalah sebuah tuturan yang dituturkan
mitra tutur yang tidak sesuai dengan maksim kuantitas, yaitu tuturan tersebut tidak
63
sesuai dengan dengan kebutuhan P karena kontribusi MT berlebihan dari yang
dibutuhkan P.
Data 34
Konteks tuturan :
Seorang penghuni asrama melihat cleaning service baru di gedung tempat ia
tinggal. Kemudian ia menanyakan hal tersebut kepada pengelola asrama.
Bentuk tuturan :
P :Cleaninge napa anyar Pak ?
‘Cleaningnya apa baru Pak ?’
MT :Iya Mas, sing wingi keset trus ditokke
‘Iya Mas, yang kemarin malas lalu dikeluarkan’
Percakapan di atas dilakukan oleh penghuni asrama atau Pdan
pengelola asrama atau MT. Pokok pembicaraan di atas adalah P yang biasa
menyapa cleaninng service di gedung tempat ia tinggal, hari itu tidak melihat
cleaning service tersebut. Kemudian ia menanyakan hal tersebut kepada pengelola
asrama.
Apabila diamati dari prinsip kerja sama maka kontribusi yang diberikan
MT menyimpang dari maksim kuatitas karena secara kuantitas tidak sesuai
dengan yang dibutuhkan P. Kontribusi yang diberikan MT terlalu banyak.
Pada data di atas penyimpangan maksim kuantitas ditandai dengan
satuan lingual yang berbentuk kalimat sing wingi keset trus ditokake. ‘yang
kemarin malas lalu dikeluarkan’ kontribusi tersebut merupakan kontribusi yang
berlebihan dari MT. Satuan lingual iya Mas ‘iya Mas’ seharusnya sudah cukup
untuk memenuhi tuturan P.
64
Data 35
Konteks tuturan :
Seorang penghuni menanyakan tentang skripsi milik penghuni lain. Karena ia
mengetahui sudah lama penghuni tersebut sudah semester akhir namun jarang
terlihat di kamarnya.
Bentuk tuturan :
P :Skripsimu wis dadi rung Mas ?
‘Skripsimu sudah jadi belum Mas ?’
MT :Durung, wingi tak tinggal preinan kesuwen saiki gek mumet.
‘Belum, kemarin saya tinggal liburan terlalu lama, sekarang jadi pusing.’
Percakapan di atas dilakukan oleh seorang penghuni asrama atau P dan
penghuni asrama yang lain atau MT. P mengetahui bahwa MT adalah mahasiswa
tingkat akhir. Karena sudah lama MT tidak terlihat di kamarnya, P mengira MT
sudah lulus atau sudah menyelesaikan skripsinya sehingga P menanyakan skripsi
MT apakah sudah selesai atau belum.
Tuturan P berbentuk pertanyaan yang mengandung maksud apakah MT
sudah lulus atau belum. karena menurut P, MT terlalu lama tidak terlihat di
kamarnya yang berada di sebelah kamar P.
Apabila diamati dari prinsip kerja sama tuturan MT pada data di atas
menyimpang dari maksim kuantitas karena tidak sesuai dengan yang dibutuhkan
P. Kontribusi yang diberikan MT terlalu berlebihan.Penanda lingual yang
berbentuk kalimatwingi tak tinggal preinan kesuwen saiki gek mumet‘kemarin
saya tinggal liburan terlalu lama, sekarang jadi pusing.’ Merupakan kontribusi
yang berlebihan dari yang sebenarnya dibutuhkan P. Satuan lingual durung
‘belum’ seharusnya sudah cukup.
65
b. Maksim Kualitas
Maksim kualitas berkaitan dengan kontribusi yang oleh peserta tutur
dalam peristiwa berbahasa. Maksim ini mewajibkan peserta tutur menyampaikan
sesuatu yang nyata dan sesuai fakta. Fakta yang disampaikan harus didasarkan
pada bukti-bukti yang jelas. Penerapan maksim kualitas di asrama mahasiswa
UNS Surakarta adalah sebagai berikut.
1) Penerapan Maksim Kualitas
Penerapan maksim kualitas dapat dilihat dari tuturan yang telah sesuai
dengan fakta dan dapat dibuktikan kebenarannya.
Data 36
Konteks tuturan :
Pada sore hari Robi seorang penghuni asrama menanyakan kepada Ikin apakah
masih sendiri atau sudah ada teman sekamarnya karena Robi tidak pernah melihat
teman sekamar Ikin.
Bentuk tuturan :
P :Lha kowe sak kamar wong pira Mas ?
‘Anda sekamar berapa orang Mas ?’
MT :Loro ta Mas, karo Mas Rido
‘Dua Mas, sama Mas Rido.’
Tuturan di atas dilakukan oleh Robi atau P dan ikin atau MT, keduanya
adalah penghuni asrama yang tinggal bersebelahan di gedung asrama. Asrama
mahasiswa mempunyai peraturan bahwa satu kamar harus dihuni dua orang.
Diyon (P) merasa tidak pernah melihat teman sekamar Ikin (MT) kemudian ia
menanyakan kepada Ikin apakah Ikin sendirian di kamar tersebut atau tidak.
66
Apabila diamati, tuturan MT sudah sesuai dengan maksim kualitas.
Karena MT menyampaikan sesuatu yang merupakan fakta dan terdapat bukti yang
jelas. Penanda lingual yang berbentuk kalimat loro ta Mas, karo Mas Rido ‘dua
Mas, sama Mas Rido’ adalah fakta, Ikin memiliki teman sekamar yang bernama
Rido sehingga tuturan MT sudah memenuhi dan sesuai dengan maksim kualitas.
Data 37
Konteks tuturan :
Pada saat itu pengelola asrama sedang pulang ke rumahnya di jogja. Karena
pengelola tersebut adalah satu-satunya pengelola yang sering bergaul dengan para
penghuni, terdapat penghuni yang merasa sepi dengan pulanngnya pengelola
asrama tersebut.
Bentuk tuturan :
P :Kok sepi ta iki ?
‘Kok sepi ya ini ?’
MT :Iya, juraganne mulih.
‘Iya, juragannya pulang.’
P :Lo, Pak Wiwit kondur ta Pak ? Kapan ?
‘Lo Pak Wiwit pulang Pak ? kapan ?’
MT :Iya, wingi sore.
‘Iya, kemarin sore.’
Tuturan di atas dilakukan oleh penghuni asrama atau P dan satpam
asrama atau MT. Pokok pembicaraan di atas adalah P bertanya kepada satpam
kapan Pak Wiwit pulang. Pak Wiwit adalah pengelola asrama yang sering bergaul
dengan para penghuni dan satpam asrama. Ketika beliau pulang, satpam dan
penghuni yang biasa bergaul dengan beliau akan merasakan sepi.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama, tuturan MT pada data di atas
sudah sesuai dengan maksim kualitas karena tuturan MT sesuai dengan fakta dan
67
terbukti kebenarannya. P menanyakan kapan Pak Wiwit pulang pada tuturan Lo,
Pak Wiwit kondur ta Pak ? Kapan ?‘Lo Pak Wiwit pulang Pak ? kapan ?’ MT
tanggap dengan pertanyaan P dan menjawab Iya, wingi sore ‘Iya, kemarin sore.’
Tuturan sesuai dengan kenyataan dan fakta bahwa Pak Wiwit benar-benar pulang
ke rumahnya di jogja dan berangkat kemarin sore. Intonasi pada tuturan MT di
atas datar.
2) Penyimpangan Maksim Kualitas
Penyimpangan maksim kualitas terjadi ketika sebuah tuturan tidak
sesuai dengan fakta yang ada dan tuturan tersebut tidak dapat dibuktikan
kebenarannya.
Data 38
Konteks tuturan :
Ali adalah seorang penghuni gedung D. Awalnya dia ingin tinggal di gedung C
karena biaya kos di gedung D mahal. Kemudian Ali mengungkapkan hal tersebut
kepada seorang penghuni asrama yang tinggal di gedung C.
Bentuk tuturan :
P :Penak ya Mas neng gedhung C, murah kamar mandine piye Mas ?
‘Enak ya Mas di gedung C, murah.’
MT :Iya, murah, kamar mandine akeh lan resik
‘Iya, murah, kamar mandinya banyak dan bersih.’
Percakapan di atas dilakukan oleh Ali atau P dan Bayu atau MT. P
sedikit merasa iri kepada MT yang tinggal di gedung C karena biaya sewa kamar
di gedung C lebih murah daripada gedung D dan luas kamarnyapun hampir sama.
Namun bagi MT yang tinggal di gedung C, kendala yang dialaminya adalah
kamar mandi di gedung C kotor dan banyak yang rusak. Walaupun terdapat
68
beberapa kamar mandi di setiap sudut lantai, hanya beberapa kamar mandi saja
yang dapat digunakan.
Apabila diamati dari prinsip kerja sama, tuturan MT menyimpang dari
maksim kualitas karena tuturan MT tidak sesuai dengan fakta yang ada. MT
mengatakan bahwa kamar mandi di gedung C bersih. Penyimpangan maksim
kualitas tersebut ditandai dengan penanda lingualakeh lan resik ‘banyak dan
bersih’. MT tidak mengatakan kenyataan yang sesungguhnya bahwa kamar mandi
di gedung C kotor. Hal tersebut menunjukkan bahwa tuturan MT menyimpang
dari maksim kualitas. Intonasi tuturan MT pada data di atas datar.
Data 39
Konteks tuturan :
Tomo dan Reza sedang membicarakan Uke, seorang penghuni yang sedang
berada di kampung halamannya yaitu Padang. Mereka membicarakan kenapa Uke
di rumah sangat lama.
Bentuk tuturan :
P :Uke rung rene ta ?
‘Uke belum ke sini ?’
MT :Durung Mas.
‘Belum Mas.’
P :Kok suwe men jarene kae mung penelitian ? nanging ya biasa ding, nek
wes mulih betah suwe, mesti dolan-dolan.
‘Kok lama katanya dulu hanya penelitian ?’ tapi sudah biasa, kalau pulang
betah lama, pasti main-main.’
Percakapan di atas dilakukan oleh Tomo (P) dan Reza (MT). Pokok
pembicaraan di atas adalah P dan MT membicarakan Uke yang sudah lama
berada di kampung halamannya. Uke adalah seorang penghuni asrama yang
mengambil S2 di UNS. Uke sedang kembali ke Padang dengan alasan penelitian
69
untuk tesisnya. Karena sudah terlalu lama P dan MT menerka-nerka apa yang
dilakukan Uke di rumah.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama, tuturan P menyimpang dari
maksim kualitas. Tuturan P tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Hal tersebut
ditandai dengan penanda lingual yang berbentuk kalimat Kok suwe men jarene
kae mung penelitian ? nanging ya biasa ding, nek wes mulih betah suwe, mesti
dolan-dolan.‘kok lama katanya dulu hanya penelitian ?’ tapi sudah biasa, kalau
pulang betah lama, pasti main-main.’. tuturan tersebut hanyalah sebuah dugaan
yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya. P tidak benar-benar tahu apa yang
dilakukan Uke di rumah.
c. Maksim Relevansi
Penutur dan mitra tutur dituntut untuk selalu relevan dalam
berkomunikasi untuk mengemukakan madsud dan tujuannya. Kontribusi dalam
tuturan harus berkaitan dan sesuai dengan topik yang sedang diperbincangkan.
Agar pembicaraan selalu relevan, maka penutur harus membangun konteks yang
sama dengan konteks yang dibangun lawan tuturnya. Penerapan maksim relevansi
di asrama mahasiswa UNS Surakarta adalah sebagai berikut.
1) Penerapan Maksim Relevansi
Penerapan maksim relevansi dapat dilihat dari sebuah percakapan baik
penutur maupun mitra tutur mengucapkan tuturan sesuai dengan topik yang
dikeluarkan penutur sejak awal.
70
Data 40
Konteks tuturan :
Seorang penghuni asrama menanyakan proses pembangunan gedung baru yang
sedang berjalan. Gedung tersebut pada awalnya telat memulai proses
pembangunannya sehingga penyelesaiannyapun tidak akan tepat waktu.
Bentuk tuturan :
P :Gedhung anyar niku ditarget dadose kapan Pak ?
‘Gedung baru itu ditarget jadinya kapan Pak ?’
MT :Jare Desember Mas.
‘Katanya Desember Mas.’
P :Lha niku tasih kirang kathah lho Pak.
‘Lha itu masih kurang banyak lho Pak.’
MT :Lha ya kuwi Mas, padhahal nek molor dhendhane sedina wae larang.
‘Lha ya itu Mas, padahal kalau molor dendanya sehari saja mahal.’
Percakapan di atas dilakukan oleh penghuni asrama atau P dan
pengelola asrama atau MT. Mereka membahas pembangunan gedung baru di
asrama yang dirasa tidak akan selesai tepat waktu. Padahal dalam peraturannya
apabila suatu gedung telat menyelesaikan pembangunannya akan terkena sanksi
berupa denda yang cukup mahal.
Percakapan yang dilakukan di atas telah sesuai dengan maksim
relevansi, karena baik P maupun MT menuturkan tuturan yang relevan dengan
konteks yang sedang dibicarakan. Tuturan P dan MT pada data di atas dilakukan
dengan intonasi datar.
Data 41
Konteks tuturan :
Irvan sedang mengerjakan skripsi di kamarnya. Kemudian Ia menanyakan revisi
wicak yang telah sidang pendadaran apakah sudah selesai atau belum.
71
Bentuk tuturan :
P :La revisianmu wes bar Cak ?
‘La revisimu sudah selesai Cak ?’
MT :Uwes, wingi kae aku garap tekan jam loro, tak barke sisan.
‘Sudah, kemarin saya kerjakan sampai jam dua, saya selesaikan sekalian.’
Pembicaraan di atas dilakukan oleh Irvan (P) dan Wicak (MT). Pokok
pembicaraan di atas adalah P menanyakan revisi kepada MT apakah sudah selesai
atau belum. Keduanya merupakan mahasiswa semester akhir namun MT sudah
sidang pendadaran sedangkan P belum.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama, baik tuturan P maupun tuturan
MT sudah sesuai dengan maksim relevansi. Topik dari pembicaraan di atas adalah
skripsi. P menanyakan apakah revisi MT sudah selesai atau belum. MT menjawab
dengan jawaban yang relevan yang sesuai dengan topik yang dibahas P.
2) Penyimpangan Maksim Relevansi
Penyimpangan maksim relevansi terjadi apabila mitra tutur menuturkan
tuturan yang tidak sesuai dengan topik yang dikeluarkan penutur. Sehingga
tuturan mitra tutur meyimpang dari topik tersebut.
Data 42
Konteks tuturan :
Tomo melihat ular di selokan asrama, kemudian ia menceritakan hal tersebut
kepada Noval yang biasanya senang mencari ular. Namun, dalan percakapan
tersebut nampaknya Noval tidak mendengar dengan jelas apa yang diucapkan
Tomo.
72
Bentuk tuturan :
P :Mau bengi aku weruh ana ula renang neng kalen kulon gedhung B Mas.
‘Tadi malam saya melihat ada ular berenang di selokan barat gedung B
Mas.’
MT :La nek renang arep murah ya neng bengawan Solo kae lo ! malah gratis.
‘Kalau berenang ingin murah ya di bengawan Solo sana, malah gratis.’
Percakapan di atas dilakukan oleh Tomo atau P dan Noval atau MT. P
mengetahui bahwa MT senang mencari dan menangkap ular. Karena semalam P
melihat ada ular di selokan asrama P menceritakan hal tersebut kepada MT
dengan tujuan MT dapat mencari ular tersebut dan menangkapnya agar tidak
membahayakan penghuni asrama. Namun MT tidak mendengar dengan jelas apa
yang diucapkan P sehingga terjadi penyimpangan.
Apabila diamati dari prinsip kerja sama, tuturan MT menyimpang dari
maksim relevansi. P menceritakan ada ular yang berenang di selokan asrama,
namun MT menjawab apabila ingin berenang gratis lebih baik di Bengawan Solo.
Penyimpangan tersebut ditandai dengan penanda lingual lha nek renang pengen
murah ya neng bengawan Solo kae lho, malah gratis ‘kalau berenang ingin murah
ya di bengawan Solo sana, malah gratis’. Tuturan MT di atas tidak relevan dengan
apa yang dituturkan P sehingga tuturan MT menyimpang dari maksim relevansi.
Data 43
Konteks tuturan :
Yati dan Cucu sedang berdiskusi mengenai skripsi yang sedang mereka kerjakan
di kamar Yati. Ketika itu Cucu bermain game dan tidak fokus dengan topik yang
sedang yati bicarakan.
73
Bentuk tuturan :
P :La iki data Cikal karo Yere ki meh metu neng ndi ?
‘La ini data Cikal sama Yere ini mau keluar kemana ?’
MT :Cikal mau karo pacare ta ?
‘Cikal tadi sama pacarnya kan ?’
Pembicaraan di atas dilakukan oleh Yati atau P dan Cucu atau MT.
Pokok pembicaraan di atas adalah P dan MT sedang berdiskusi mengenai data
skripsi. Karena MT bermain game sehingga tidak fokus dengan topik yang sedang
dibicarakan. Tuturan MT pada data di atas menyimpang dari maksim relevansi.
Penyimpangan maksim relevansi pada data di atas ditandai dengan
penanda lingual Cikal mau karo pacare ta ?‘Cikal tadi sama pacarnya kan ?’.
satuan lingual tersebut tidak sesuai dengan topik yang seang dibicarakan Yati.
Topik yang sedang diperbincangkan adalah data skripsi yaitu La iki data Cikal
karo Yere ki meh metu neng ndi ?‘La ini data Cikal sama Yere ini mau keluar
kemana ?’ namun Cucu menanggapi dengan kondisi yang pada saat itu terjadi
yaitu Cikal mau karo pacare ta ?‘Cikal tadi sama pacarnya kan ?’. jadi, tuturan
Cucu pada data di atas menyimpang dari maksim relevansi.
Data 44
Konteks tuturan :
Matin dan Hendra sedang berbincang-bincang di angkringan asrama. Matin
sedang mengerjakan tugas sedangkan Hendra sedang merokok. Mereka
memperbincangkan nama seseorang yang pada saat itu juga sedang makan di
angkringan asrama.
Bentuk tuturan :
P :Kae lo sing jenenge Nawa ?
‘Itu lo yang namanya Nawa ?’
74
MT :He, pira ?
‘He, berapa ?’
P :Apane ?
‘Apanya ?’
MT :La jarene nawa ?
‘La katanya menawar ?’
Pembicaraan di atas dilakukan oleh Hendra atau P dan Matin atau MT.
Pokok pembicaraan di atas adalah P dan MT sedang minum di angkringan asrama
dan membicarakan nama seseorang yang pada saat itu sedang makan di
angkringan tersebut. Karena MT sedang mengerjakan tugas, MT tidak fokus
dengan topik yang dibicarakan P.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama tuturan MT pada data di atas
menyimpang dari maksim relevansi. Penyimpangan tersebut ditandai dengan
penanda lingual He, pira ? ‘He, berapa ?’ tuturan tersebut bermaksud
menanyakan harga. Padahal P membicarakan nama seseorang yaitu Nawa yang
pada saat itu berada di angkringan asrama. Namun, karena sedang mengerjakan
tugas sehingga MT tidak fokus dengan tuturan P. Penyimpangan tersebut
ditegaskan dengan tuturan La jarene nawa ?‘La katanya menawar ?’. yang
membuktikan bahwa MT menyimpang dari topik pembicaraan yang sedang
dibicarakan P. Tuturan di atas dituturkan dengan intonasi datar.
d. Maksim Pelaksanaan
Maksim pelaksanaan mengharuskan peserta tutur menyampaikan
tuturannya dengan jelas. Untuk mencapai kejelasan tersebut hendaknya peserta
tutur berbicara dengan jelas, tidak berlebihan, dan tidak mengandung ketaksaan.
Penerapan maksim pelaksanaan di asrama mahasiswa UNS Surakarta adalah
sebagai berikut.
75
1) Penerapan Maksim Pelaksanaan
Penerapan maksim pelaksanaan terjadi apabila tuturan P dituturkan
dengan jelas dan tidak mengandung unsur taksa sehingga MT dapat menangkap
dengan jelas maksud dan tujuan dari tuturan P.
Data 45
Konteks tuturan :
Ali dan Wicak hendak bermain ping pong. Ali menanyakan kepada Pak Wiwit
dimana bed ping pong disimpan.
Bentuk tuturan :
P :Bed ping pong-e neng ngendi Pak ?
‘Bed ping pongnya dimana Pak ?’
MT :Kae lo, neng sebelah tangga tengah gedhung C, ana kamar, tulisane Pos
C, ora dikunci. Bale ya neng kana.
‘Itu lo, di sebelah tangga tengah gedung C, ada kamar, ada tulisannya Pos
C, tidak dikunci.Bolanya juga di sana.’
P :Oh, ya Pak.
‘Oh, Iya Pak.’
Tuturan di atas dilakukan oleh Ali (P) dan Pak Wiwit (MT). Pokok
pembicaraan di atas adalah P menanyakan kepada MT dimana letak peyimpanan
bed ping pong. Pak Wiwit adalah pengelola asrama sehingga ia tahu dimana letak
barang-barang milik asrama disimpan.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama tuturan MT sudah sesuai dengan
maksim pelaksanaan. MT menuturkan tuturan yang jelas dan tidak taksa sehingga
maksud dari tuturan MT dapat diterima dengan jelas oleh P. Tuturan tersebut
berupa kalimat Kae lo, neng sebelah tangga tengah gedhung C, ana kamar,
tulisane Pos C, ora dikunci. Bale ya neng kana. ‘Itu lo, di sebelah tangga tengah
gedung C, ada kamar, ada tulisannya Pos C, tidak dikunci.Bolanya juga di sana.’.
76
tuturan tersebut telah sesuai dengan maksim pelaksanaan karena jelas dan tidang
mengandung unsur taksa.
Data 46
Konteks tuturan :
Di asrama sedang membutuhkan tenaga kerja pada bagian tukang kebun. Pak
Wiwit menawarkan lowongan tersebut kepada seorang mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi apabila bersedia.
Bentuk tuturan :
P :Mas, kae ana lowongan gardener nek gelem, sampeyan skripsi ta ?
‘Mas, itu ada lowongan gardener kalau mau, anda skripsi kan ?
MT :Syarate apa wae Pak ?
‘Syaratnya apa saja Pak ?’
P :Nek Matin wingi ya mung biodata, riwayat sekolah, fotokopi KTP karo
pas foto tiga kali empat.
‘Kalau Matin kemarin hanya biodata, riwayat sekolah, fotokopi KTP dan
pas foto tiga kali empat.’
MT :Mengko tak jajale Pak.
‘Nanti saya coba Pak.’
Pembicaraan di atas dilakukan oleh pengelola asrama (P) dan seorang
penghuni asrama (MT). Pokok pembicaraan di atas adalah P menawarkan sebuah
pekerjaan kepada MT. Pekerjaan tersebut adalah gardener atau tukang kebun.
Asrama yang memiliki lahan cukup luas membutuhkan banyak tenaga kerja pada
bagian tukang kebun untuk merawat taman, kebun-kebun dan kebersihan di dalam
lingkungan asrama tersebut. P menawarkan lowongan tersebut kepada MT karena
MT adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi dengan anggapan
mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi memiliki banyak waktu luang.
Tuturan P pada data di atas telah sesuai dengan maksim pelaksanaan.
Tuturan tersebut berupa Nek Matin wingi ya mung biodata, riwayat sekolah,
77
fotokopi KTP karo pas foto tiga kali empat. ‘Kalau Matin kemarin hanya biodata,
riwayat sekolah, fotokopi KTP dan pas foto tiga kali empat.’ Yaitu penjelasan
mengenai syarat yang harus disiapkan untuk melamar sebagai tukang kebun
asrama. Maksud dan tujuan tuturan P dapat ditangakap dengan jelas oleh MT
sehingga tuturan P sudah sesuai dengan maksim pelaksanaan.
2) Penyimpangan Maksim Pelaksanaan
Penyimpangan maksim pelaksanaan adalah tuturan yang dituturkan
penutur tidak jelas dan mengandung unsur taksa sehingga mitra tutur tidak dapat
menangkap sesuatu yang menjadi maksud penutur.
Data 47
Konteks tuturan :
Seorang satpam asrama memberitahukan kepada seorang penghuni bahwa di
gedung asrama sebelah selatan sekarang terdapat perempuan cantik. Namun yang
dimaksudnya adalah gedung di selatan pagar pembatas asrama yaitu gedung
rumah sakit, di sana terdapat perawat-perawat yang cantik.
Bentuk tuturan :
P :Gedhung asrama sisih kidul kae saiki ana wedoke ayu-ayu Tin. Sawangen
kana !
‘Gedung asrama sebelah selatan itu sekarang ada perempuannya cantik-
cantik Tin. Lihatlah sana !’
MT :Mosok Pak, gayeng no saiki, sing madhep lor iku ta Pak ?
‘Masak Pak, seru sekarang, yang menghadap utara itu kan Pak ?’
P :Madhep ngetan og
‘Menghadap timur kok.’
MT :Lha kok ngetan Pak ?
‘Lha kok timur Pak ?’
P :Gedhung kidul pager kae lo sing madhep ngetan.
‘Gedung selatan pagar itu lo yang menghadap timur.’
78
Percakapan di atas dilakukan oleh satpam asrama (P) dan penghuni asrama
(MT). Pokok pembicaraan pada di atas adalah P mengatakan bahwa gedung
asrama yang sebelah selatan sekarang terdapat perempuan cantik. sepengetahuan
MT gedung asrama sebelah selatan adalah gedung C yang dihuni laki-laki. Namun
pada tuturan P terdapat ketaksaan yang menimbulkan penyimpangan maksim
pelaksanaan.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama, tuturan yang diberikan P
menyimpang dari maksim pelaksanaan. Tuturan P mengandung unsur taksa.
Ketaksaan tersebut terlihat dari satuan lingual Gedhung asrama sisih kidul kae
saiki ana wedoke ayu-ayu Tin‘ gedung asrama sebelah selatan itu sekarang ada
perempuannya cantik-cantik Tin’. Ketaksaan tersebut terbukti pada kesalahan MT
menangkap maksud P. MT mengira bahwa gedung C sekarang dihuni perempuan,
padahal yang dimaksud P adalah gedung di selatan asrama yaitu gedung di rumah
sakit yang terdapat banyak perawat-perawat cantik. kesalahan MT menangkap
maksud P di atas dikarenakan tuturan P mengandung unsur taksa, sehingga
tuturan P menyimpang dari maksim pelaksanaan.
Data 48
Konteks tuturan :
Asrama yang sedang dalam proses pembangunan memindahkan beberapa item
dengan tujuan menatanya agar lebih rapi. Seorang satpam asrama mengatakan
kepada seorang penghuni bahwa lapangan volly akan dipindahkan juga.
Bentuk tuturan :
P :Jare lapangan volly-ne arep dipindah sisih gedhung B Mas, ning jane
miturutku ya wes penak ning kono wae.
79
‘Katanya lapangan volly-nya mau dipindah sebelah gedung B Mas, tapi
menurutku ya sudah enak di situ saja.’
MT :Ya ra papa ta Pak, sisih gedhung gedhung B kae ya jembar kok.
‘Ya tidak apa-apa ka Pak, sebelah gedung B itu juga luas kok.’
P :Ya pindhahen coba nek isa !
‘Ya pindahkan coba kalau bisa.’
Percakapan di atas dilakukan oleh seorang satpam asrama (P) dan
penghuni asrama (MT). Beberapa item ruangan di asrama dipindahkan bersamaan
dengan proses pembangunan di asrama untuk menata kembali bentuk lingkungan
asrama agar lebih tertata dan rapi. P memanfaatkan situasi tersebut untuk
membohongi MT dengan maksud bercanda. P mengtakan bahwa lapangan volly
akan dipindahkan.
Apabila dilihat dari prinsip kerja sama, tuturan P menyimpang dari
maksim pelaksanaan. Maksud tuturan P menguji kecerdasan MT dengan
membohonginya bahwa lapangan volly akan dipindahkan. Padahal lapangan volly
sebenarnya tidak akan dipindahkan. P menggunakan kalimat yang mengandung
unsur taksa agar MT percaya pada tuturannya. Ketaksaan tersebut terbukti dari
kesalahan MT menanggapi tuturan P. Hal tersebut ditandai dengan penanda
lingual Jare lapangan volly-ne arep dipindah sisih gedhung B Mas, ning jane
miturutku ya wes penak ning kono wae.‘Katanya lapangan volly-nya mau dipindah
sebelah gedung B Mas, tapi menurutku ya sudah enak di situ saja.’, maksud dari P
pada tuturan tersebut adalah menguji MT. MT pun terjebak dengan tuturan
tersebut dengan menanggapinya secara serius. P yang merasa berhasil berbohong
kemudian mengkaitkan dengan tuturan Ya pindhahen coba nek isa ‘ya pindahkan
coba kalau bisa.’ Yaitu maksudnya MT disuruh mencoba memindahkan lapangan
volly utuh dengan net dan tanah lapangannya.
80
3. Impliktur Berbahasa Jawa di Asrama Mahasiswa Universitas
Sebelas Maret Surakarta
Di dalam peristiwa tutur, sering kali terjadi peristiwa yang unik untuk
dikaji. Peristiwa tersebut adalah ketika terdapat maksud yang tersirat di dalam
suatu tuturan yang disampaikan oleh seorang penutur. Maksud yang tersirat dalam
tuturan tersebut dalam pragmatik disebut implikatur. Di asrama mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta ditemukan beberapa implikatur.
a. Impikatur penolakan
Implikatur penolakan adalah implikatur pada sebuah tuturan yang
memberikan maksud terkait dengan menolak suatu pernyataan atau menolak suatu
tindakan yang terkait dengan sesuatu. Implikatur penolakan yang terdapat di
asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut.
Data 49
Konteks tuturan :
Miftah sedang makan bersama temannya di kantin asrama. Kemudian Pak Anjar
seorang satpam asrama datang dan menegur keduanya.
Bentuk tuturan :
P :Jomblo-jomblo mesakke men mangan ra ditunggoni pacare.
‘Jomblo-jomblo kasihan makan tidak ditemani pacarnya.’
MT :Kono ya dhudha wae kok gaya.
‘Situ juga duda saja kok bergaya.’
P :Lo, dhudha nanging lak ijek payu.
‘Lo, duda tapi kan masih laku.’
Tuturan di atas dilakukan oleh Miftah (P) dan Pak Anjar seorang
satpam asrama (MT). Pokok pembicaraan di atas adalah P mengejek MT yang
81
tidak punya pacar makan sendiri tidak ditemani pacarnya namun MT membalas
dengan tuturan P adalah seorang duda. Kemudian P menyanggah tuturan tersebut
dengan menyatakan bahwa dirinya adalah duda namun masih laku. Laku tersebut
maksudnya adalah laku dikalangan para wanita.
Tuturan P merukan bagian dari tuturan MT. Tuturan P muncul akibat
interfensi yang didasari latar belakang pengetahuan tentang satuan lingual dhudha
‘duda’. Penanda lingual Lo, dhudha nanging lak ijek payu.‘Lo, duda tapi kan
masih laku.’ Maksudnya walaupun seorang duda P masih laku di kalangan wanita
tidak seperti MT yang tidak mempunyai pacar atau teman dekat sama sekali.
Seorang duda adalah laki-laki yang sudah tidak beristri dikarenakan
istrinya sudah meninggal atau karena cerai. Namun maksud tuturan P adalah
walaupun P seorang duda namun masih laku di kalangan wanita sehingga P tidak
merasa kesepian.
Data 50
Konteks tuturan :
Seorang tukang kebun asrama tidak mendapat persetujuan untuk dibelikan
perlengkapan perkebunan yaitu obat pembunuh rumput liar dengan alasan sudah
dibelikan beberapa waktu yang lalu.
Bentuk tuturan
P :Ora ngerti ukurane sepira, lahane sepira, ngertine mung terima resik,
terus piye arep nyambut gawe ngene ki ?
‘Tidak tahu ukurannya seberapa, lahannya seberapa, tahunya hanya terima
bersih saja, lalu bagaimana mau bekerja kalau seperti ini ?’
Tuturan di atas dilakukan oleh tukang kebun asrama atau P. Karena
lahan di asrama masih banyak yang ditumbuhi rumput liar P menggunakan obat
82
pembunuh rumput dengan anggapan agar segera. Namun pembelian obat tersebut
dilakukan oleh pihak kantor sehingga P harus mendapatkan persetujuan kantor
untuk mendapatkan obat tersebut. Dari tuturan P di atas terdapat implikatur
penolakan, yaitu penolakan atau tidak setuju dengan tindakan pihak kantor yang
tidak mengetahui keadaan di lapangan namun meminta hasil yang maksimal tanpa
memberikan fasilitas yang memadai. Tuturan P di atas menandai implikatur
penolakan tersebut.
Obat yang biasa digunakan dikemas dengan botol, takaran untuk satu
botol bisa digunaka untuk beberapa meter persegi. Jadi, lahan asrama yang sangat
luas memerlukan beberapa botol obat tersebut agar dapat membersihkan rumput
liar di seluruh ligkungan asrama. Jumlah kebutuhan obat pembunuh rumput yang
tidak sedikit itulah yang tidak diketahui pihak kantor.
Selain implikatur penolakan data di atas juga mengandung implikatur
menyindir. Yaitu P menyindir pihak kantor yang dianggap pelit dalam
memfasilitasi para pekerja tukang kebunnya.
b. Implikatur Kritik Sosial
Implikatur kritik sosial adalah implikatur dari suatu tuturan yang
memberikan maksud mengkritik keadaan yang terjadi di masyarakat terkait
dengan kinerja pemerintah pada suatu hal. Implikatur kritik sosial yang terdapat di
asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut.
Data 51
Konteks tuturan :
Seorang penghuni sedang berbincang dengan penglola asrama. Mereka
membicarakan tentang kondisi gedung A asrama yang sudah meprihatikan.
83
Bentuk tuturan :
P :Gedhung A niku nembe pinten tahun Pak ? kok bentuke mpun kaya
ngono, ketoke lak dereng dangu ta Pak ?
‘Gedung A itu baru berapa tahun Pak ? kok kondisinya sudah seperti itu,
sepertinya kan belum lama ya Pak ?
MT :Kuwi ya wes saka dhuwuran kana Mas. Ya ngerti dhewe ta Mas, proyek-
proyek biasa dienggo dolanan tok, saka ndhuwur danane pira sing kanggo
bangun pira.
‘Itu sudah dari atasan sana Mas. Sudah tahu sendiri kan Mas, proyek-
proyek biasa dipakai mainan saja, dari atas dananya berpa namun yang
terpakai untuk membangun berapa.’
Tuturan di atas dilakukan oleh penghuni asrama (P) dan pengelola
asrama (MT). Pokok pembicaraan di atas adalah membicarakan kondisi gedung A
yang sudah memprihatinkan walaupun belum lama berdiri.gedung A adalah salah
satu gedung di asrama mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tuturan MT merupakan bagian dari tuturan P. Tuturan MT muncul
akibat interfensi yang didasari latar belakang pengetahuan tentang satuan lingul
gedhung A ‘gedung A’. Gedhung A adalah gedung di asrama yang kondisinya
sudah banyak yang rusak. Kerusakan tersebut sebagian besar terletak pada saluran
pembuangan air dan lantai kamar mandi yang bocor sehingga banyak kamar yang
bocor. Kebocoran tersebut cukup parah mengakibatkan banyak kamar tidak dapat
dihuni.
Tuturan MT mengimplikasikan kritik sosial mengenai atasan atau
pemerintah yang saat ini kurang baik dalam menangani proyek pembangunan.
Sering kali dana yang digunakan untuk pembangunan disalahgunakan sehingga
mengakibatkan hasil bangunan yang kurang maksimal dan cepat rusak. Penanda
lingual kuwi ya wes saka dhuwuran kana Mas. Ya ngerti dhewe ta Mas, proyek-
proyek biasa dienggo dolanan tok, saka ndhuwur danane pira sing kanggo
bangun pira‘Itu sudah dari atasan sana Mas. Sudah tahu sendiri kan Mas, proyek-
84
proyek biasa dipakai mainan saja, dari atas dananya berpa namun yang terpakai
untuk membangun berapa.’ Merupakan penanda lingual dari tuturan MT yang
mengimplikasikan kritik sosial terhadap penangan pemerintah yang kurang
maksimal pada proyek pembangunan.
Data 52
Konteks tuturan :
Jalan di depan asrama sudah lama rusak dan tidak kunjung diperbaiki. Hal
tersebut membuat para penghuni asrama merasa tidak nyaman kartena akses jalan
keluar masuk asrama hanya satu jalan tersebut.
Bentuk tuturan :
P :Niku dalan ngajengan napa sampun dangu Pak kondisine kaya ngana ?
‘itu jalan di depan apa sudah lama Pak kondisinya jelek seperti itu.’
MT :Ya wes suwe Mas, kuwi jane ya arep diaspal, nanging kan ana omah-
omah warga kuwi sing dibangun liar neng kiwa tengene dalan, kuwi
kendalane Mas. Dadi asline ya isa wae diaspal gari ngejokake proposal,
nanging sing meh tanggup jawab karo omah-omah kuwi sapa coba ?
‘Ya sudah lama Mas, itu sebenarnya akan diaspal, namun ada rumah-
rumah warga yang dibangun liar di kanan kiri jalan, itu kendalanya Mas.
Jadi sebenarnya bisa saja diaspal tinggal megajukan proposal, tapi yang
mau tanggung jawab dengan rumah-rumah itu siapa coba ?’
Pembicaraan di atas dilakukan oleh Hariyadi dan Pak Wiwit. Pokok
pembicaraan di atas adalah mengenai jalan di depan asrama yang rusak, namun
tidak dapat diperbaiki karena terdapat rumah-rumah liar di sekitar jalanan
tersebut. Pak wiwit sebagai pengelola menyayangkan hal tersebut karena
mengganggu kenyamanan penghuni asrama. Tuturan di atas mengandung
implikatur kritik sosial, implikatur tersebut ditandai dengan penanda lingual yang
berbentuk kalimat Ya wes suwe Mas, kuwi jane ya arep diaspal, nanging kan ana
omah-omah warga kuwi sing dibangun liar neng kiwa tengene dalan, kuwi
85
kendalane Mas. Dadi asline ya isa wae diaspal gari ngejokake proposal, nanging
sing meh tanggup jawab karo omah-omah kuwi sapa coba‘Ya sudah lama Mas,
itu sebenarnya akan diaspal, namun ada rumah-rumah warga yang dibangun liar di
kanan kiri jalan, itu kendalanya Mas. Jadi sebenarnya bisa saja diaspal tinggal
megajukan proposal, tapi yang mau tanggung jawab dengan rumah-rumah itu
siapa coba ?’ hal itu menunjukkan kritikan terhadap rumah-rumah yang dibangun
di sekitar jalan di depan asrama yang dianggap liar karena posisinya yang berada
diantara jalan dan sungai besar sehingga tidak layak untuk didirikan bangunan.
Selain implikatur kritik sosial, tuturan MT di atas juga mengandung
implikatur menyindir. Yaitu menyindir rumah-rumah warga yang dibangung di
tempat yang tidak semestinya.
c. Implikatur Menyindir
Implikatur menyindir merupakan implikatur dari tuturan P yang
memiliki maksud menyindir MT. Implikatur menyindir yang terdapat di asrama
mahasiswa Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut.
Data 53
Konteks tuturan :
Siang itu, seorang satpam asrama meihat segerombolan petugas kebersihan
asrama yang sedang berkumpul beristirahat sebelum waktu istirahat tiba.
Kemudian Ia mendekati gerombolan tersebut.
Bentuk tuturan :
P : Padha ngapa iki ?
86
‘Kalian sedang apa ?’
MT : Leren Pak.
‘Istirahat Pak ?’
P : Ya, nek gaweane wis rampung ya ora papa leren, wis resik kabeh, ya ta
Fen ?
‘Ya kalau pekerjaannya sudah selesai tidak apa-apa istirahat, sudah bersih
semua, iya kan Fen ?’
MT : Nggih Pak.
‘Iya Pak’
Tuturan di atas dilakukan oleh satpam asrama (P) dan Fenfra (MT).
Pokok pembicaraan di atas adalah P menegur sekumpulan petugas kebersihan
asrama yang sedang berkumpul untuk beristirahat di siang hari, namun waktu
belum menunjukkan jam istirahat. Petugas kebersihan asrama biasa beristirahat di
pos satpam gedung A bersama-sama, sehingga satpam dapat dengan mudah
menemukan mereka.
Tuturan P di atas mengimplikasikan sindiran kepada MT. Tuturan
tersebut adalah Ya, nek gaweane wis rampung ya ora papa leren, wis resik kabeh,
ya ta Fen ? ‘Ya kalau pekerjaannya sudah selesai tidak apa-apa istirahat, sudah
bersih semua, iya kan Fen ?’ tuturan tersebut ditujukan kepada seluruh petugas
kebersihan yang berada di sana. Namun di akhir kalimat tuturan tersebut
ditegaskan P kepada Fendra. P tahu MT sering meninggalkan pekerjaannya,
sehingga P menyebutkan nama MT dalam tuturannya di akhir tuturan dengan
maksud menyindir MT yang sering meninggalkan pekerjaannya dengan maksud
agar MT istirahat bila pekerjaannya memang sudah selesai.
Setelah menangkap maksud dari tuturan P, MT langsung saja pergi
meninggalkan pos satpam gedung A atau tempat istirahat tersebut untuk
melanjutkan pekerjaannya di gedung C yang memang belum selesai.
87
Data 54
Konteks tuturan :
Miftah dan Wahyu sedang mengerjakan sesuatu di kamar mereka. Ketika sedang
mengerjakan, tiba-tiba cikal datang dan menyapa keduanya.
Bentuk tuturan :
P :Lo, urung padha rampung ta ?
‘Lo, belum pada selesai ?’
MT :Durung, kowe seka ngendi ? wisudanan tapi kok sepi ya, kaya ana sing
kurang ki apa ya Kal ?
‘Belum, wisudanan tapi kok sepi ya, seperti ada yang kurang apa ya Kal ?’
P :La kowe pengen apa, ra nduwe dhuit ki jane aku ?
‘La kamu minta apa, sebenarnya aku tidak punya uang ini.’
Percakapan di atas dilakukan oleh Cikal (P) dan Wahyu (MT). Pokok
pembicaraan di atas adalah MT merasa wisuda kali ini terasa sepi. MT tahu
bahwa biasanya ada suatu perayaan setelah seseorang telah wisuda.
Tuturan MT pada data di atas mengimplikasikan sindiran kepada P
yang telah wisuda. Tuturan tersebut berbentuk kalimat tanya wisudanan tapi kok
sepi ya, kaya ana sing kurang ki apa ya Kal ? ‘tapi kok sepi ya, seperti ada yang
kurang apa ya Kal ?’. maksud dari tuturan tersebut sebenarnya adalah MT
meminta P untuk membuat suatu pesta perayaan atau syukuran untuk wisudanya.
Seperti wajarnya anak kos, traktiran dari teman adalah suatu yang sangat
ditunggu. MT yang mengetahui P telah wisuda memanfaatkan kesempatan
tersebut.
P yang tanggap dengan sindiran MT, menanggapi dengan tuturan La
kowe pengen apa, ra nduwe dhuit ki jane aku ? ‘La kamu minta apa, sebenarnya
aku tidak punya uang ini’ dengan maksud menawarkan MT apa yang diinginkan
untuk perayaan atas wisuda P.
88
d. Implikatur Menghibur atau Melucu
Implikatur menghibur adalah implikatur pada suatu tuturan yang
memberikan maksud menghibur lawan tutur agar lawan tutur merasa senang atau
tertawa. Implikatur menghibur atau melucu yang terdapat di asrama mahasiswa
Universitas Sebelas Maret Surakarta adalah sebagai berikut.
Data 55
Konteks tuturan :
Suatu sore ketika Paijo seorang penghuni asrama sedang bermain ping pong.
Kemudian Abdul datang dan menceritakan dirinya baru saja mengejar kambing
yang masuk ke asrama.
Bentuk tuturan :
P :Jo, aku bar ngoyak wedhus mau.
‘Jo, aku baru saja mengejar kambing tadi.’
MT :La terus ?
‘Lalu ?’
P :Aku malah tiba i, padahal mlayuku banter mau, gek neng lapangan volly
akeh wong eg, wong proyek ya nonton sing volly, ya weruh kabeh ta.
‘Aku malah jatuh, padahal aku berlari kencang, dan di lapangan volly
banyak orang, orang-orang juga melihat, jadi melihat semua.’
MT :Padha guyu kabeh no ?
‘Pada ketawa ?’
P :Iya lah
‘Iya lah’
Tuturan di atas dilakukan oleh Abdul (P) dan Paijo (MT). Pokok
pembicaraan di atas adalah P bercerita dirinya baru saja mengejar seekor kambing
yang masuk asrama lalu P jatuh. Asrama mahasiswa terletak di tengah-tengah
89
penduduk desa Ngoresan. Di sana terdapat beberapa penduduk yang beternak
kambing sehingga sering kali ada kambing yang masuk ke dalam asrama.
P yang pada sore itu melihat kambing masuk ke dalam asrama hendak
mengusir kambing tersebut. Namun ketika sedang berlari mengusir kambing, P
malah terjatuh di dekat lapangan volly dan ada banyak orang yang melihat
kejadian tersebut yaitu penghuni yang sedang bermain volly dan para pekerja
proyek yang sedang menyaksikan penghuni bermain volly.
Tuturan P merupakan bagian dari tuturan MT. Tuturan tersebut muncul
akibat inferensi yang didasari latar belakang pengetahuan satuan lingual ngoyak
wedhus‘mengejar kambing’ menunjukkan P yang baru saja mengejar kambing
namun malah jatuh di dekat lapangan volly yang sedang ramai sehingga banyak
yang melihat P jatuh.
Tututan P pada data di atas mengimplikasikan sesuatu yang lucu.
Penanda lingual yang berbentuk kalimat Aku malah tiba i, padahal mlayuku
banter mau, gek neng lapangan volly akeh wong eg, wong proyek ya nonton sing
volly, ya weruh kabeh ta.‘Aku malah jatuh, padahal aku berlari kencang, dan di
lapangan volly banyak orang, orang-orang juga melihat, jadi melihat semua.’
Menunjukkan P malu karena saat sedang mengejar kambing P malah jatuh dan
dilihat banyak orang dan hal tersebut merupakan suatu lelucon. MT yang
mendengar cerita tersebut dengan spontan langsung tertawa.
Data 47
Konteks tuturan :
Seorang satpam asrama memberitahukan kepada seorang penghuni bahwa di
gedung asrama sebelah selatan sekarang terdapat perempuan cantik. Namun yang
90
dimaksudnya adalah gedung di selatan pagar pembatas asrama yaitu gedung
rumah sakit, di sana terdapat perawat-perawat yang cantik.
Bentuk tuturan :
P :Gedhung asrama sisih kidul kae saiki ana wedoke ayu-ayu Tin. Sawangen
kana !
‘Gedung asrama sebelah selatan itu sekarang ada perempuannya cantik-
cantik Tin. Lihatlah sana !’
MT :Mosok Pak, gayeng no saiki, sing madhep lor iku ta Pak ?
‘Masak Pak, seru sekarang, yang menghadap utara itu kan Pak ?’
P :Madhep ngetan og
‘Menghadap timur kok.’
MT :Lha kok ngetan Pak ?
‘Lha kok timur Pak ?’
P :Gedhung kidul pager kae lo sing madhep ngetan.
‘Gedung selatan pagar itu lo yang menghadap timur.
Pembicaraan di atas dilakukan oleh satpam asram (P) dan tukang kebun
asrama (MT). Pokok pembicaraan di atas adalah P memberitahukan kepada MT
bahwa gedung asrama yang bagian selatan sekarang terdapat banyak perempuan
cantik. sepengetahuan MT gedung asrama bagian selatan adalah gedung C yaitu
gedung yang dikhusukan untuk laki-laki.
Tuturan MT bukan merupakan bagian dari tuturan P. Tuturan tersebut
muncul akibat inferensi yang didasari latar belakang pengetahuan mengenai
satuan lingual gedung asrama bagian selatan.
Tuturan P mengimplikasikan sebuah hiburan. Hal tersebut ditandai dengan
tuturan P yang memiliki unsur taksa. P memberitahukan MT bahwa gedung
asrama bagian selatan kini banyak perempuan cantik. MT merasa heran karena
sepengetahuan MT gedung asrama bagian selatan adalah gedung yang dihuni laki-
laki. Kemudian P menjelaskan yang dimaksud adalah gedung yang berada di
91
sebelah selatan pagar asrama yaitu gedung di rumah sakit jiwa yang dihuni
perawat-perawat wanita yang bekerja di rumah sakit jiwa.
Data 55
Konteks tuturan :
Kemarin malam Galih futsal dengan teman-teman seasrama, kemudian ia
menceritakan tentang alasan Nanto yang sebelumnya tidak ingin ikut namun
akhirnya ikut futsal.
Bentuk tuturan :
P :Mas Nanto mau bengi aneh-aneh wae Mas,kowe ngerti ora ? sakdurunge
jare meh ra melu, padahal awanne ngejak dewe lo, tak golekke lapangan
malah bengi jare arep ra sido melu, yo tak panas-panasi ta, tak omongi
yawes brati semene wae kekancane dewe Mas, cukup tau wae aku.
‘Mas Nanto tadi malam aneh-aneh saja Mas, anda tahu tidak ? sebelumnya
katanya tidak ikut, padahal siangnya dia mengajak, saya carikan lapangan
malah malamnya katanya tidak jadi ikut, ya saya panas-panasi, saya bilang
sudah cukup pertemanan kita sekian saja Mas, cukup tau saja saya.
MT :la terus ?
‘lalu ?’
P :la, bar main, deweke nyedaki aku karo menehke banyu, terus ngomong
brati seprene dewe ijik kekancan ya Mas, bocah polose kaya ngono ya
enek ya Mas.
‘nah, setelah main, dia mendekati saya sambil memberikan air, lalu
berkata berarti sampai sekarang kita masih berteman ya Mas, anak sepolos
itu ada ya Mas.’
percakapan di atas dilakukan oleh Galih (P) dan Yanto (MT). Pokok
pembicaraan di atas adalah P menceritakan tentang Nanto yang sangat polos.
Kepolosan Nanto dianggap P karena Nanto takut apabila Nanto tidak ikut futsal
akan dijauhi teman-temannya, padahal tuturan tersebut hanyalah bercanda namun
Nanto menganggapnya serius. Keseriusan Nanto dalam menanggapi tuturan Galih
tersebut ditandai dengan tuturan galih yang berupa kalimat brati seprene dewe ijik
kekancan ya Mas ‘berarti sampai sekarang masih berteman ya Mas.’ Hal tersebut
92
mengimplikasikan suatu hiburan atau lelucon karena di zaman sekarang masih ada
seseorang yang sangat polos.
Nanto memang berasal dari desa di daerah Blora, namun kepolosan
Nanto tersebut dinilai Galih sudah tidak lazim dengan keadaan zaman saat ini
sehingga peristiwa futsal tersebut diceritakan Galih dengan maksud menghibur
MT. Maka dari data di atas terdapat implikatur menghibur.
Selain itu dati tuturan Galih di atas juga terdapat implikatur
mengekspresikan perasaan heran. Maksudnya P heran dengan Nanto yang sangat
polos sehingga tidak dapat membedakan tuturan yang bermaksud bercanda dan
tuturan yang serius.