BAB II

17
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Bahan 2.1.1 Sulfadiazin ` Rumus bangun : Sulfadiazin mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari 102,0% C 10, H 10 N 4 O 2 S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian: Serbuk, putih sampai kuning; tidak berbau atau hampir tidak berbau; stabil diudara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan – lahan menjadi hitam. Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam asam mineral encer, dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium hidroksida dan dalam aluminium hidroksida; agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton; sukar larut dalam serum manusia pada suhu 37º (Depkes RI, 1995). Sulfadiazin mempunyai nama kimia N-2-piridil sulfanilamide dan nama IUPAC 4-amino-N-pyrimidinyl-2- benzenesulfonamida. Sulfadiazin memiliki Berat Molekul 250,27. Sulfadiazin mengandung tidak kurang dari 98,0% 3

description

Pecb. 1

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Bahan

2.1.1 Sulfadiazin

` Rumus bangun :

Sulfadiazin mengandung tidak kurang dari 98,0 % dan tidak lebih dari

102,0% C10,H10N4O2S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian:

Serbuk, putih sampai kuning; tidak berbau atau hampir tidak berbau; stabil

diudara tetapi pada pemaparan terhadap cahaya perlahan – lahan menjadi hitam.

Kelarutan: Praktis tidak larut dalam air; mudah larut dalam asam mineral encer,

dalam larutan kalium hidroksida, dalam larutan natrium hidroksida dan dalam

aluminium hidroksida; agak sukar larut dalam etanol dan dalam aseton; sukar

larut dalam serum manusia pada suhu 37º (Depkes RI, 1995).

Sulfadiazin mempunyai nama kimia N-2-piridil sulfanilamide dan nama

IUPAC 4-amino-N-pyrimidinyl-2-benzenesulfonamida. Sulfadiazin memiliki

Berat Molekul 250,27. Sulfadiazin mengandung tidak kurang dari 98,0% dan

tidak lebih dari 102,0% C10H10N4O2S dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan

(Dipkes RI, 1995).

Salah satu cara mengindentifikasi Sulfadiazin adalah dengan spektrum

serapan inframerah zat yang telah dikeringkan pada suhu 105o selama 2 jam dan

didispersikan dalam kalium bromida P, menunjukkan maksimum hanya pada

panjang gelombang yang sama seperti tertera pada Sulfadiazin BPFI. Penetapan

kadar Sulfadiazin dilakukan dengan cara Kromatografi cair kinerja tinggi (Dipkes

RI, 1995).

Sulfadiazin dapat juga ditentukan dengan menggunakan spektrofotometri

ultraviolet dalam larutan asam (HCL 0,1 N) spektrumnya pada panjang

gelombang 215 nm dan 242 nm, pada larutan basa (NaOH 0,1 N) spektrumnya

3

Page 2: BAB II

pada 242 nm dan 254 nm, dan dalam pelarut metanol spektrum maksimumnya

pada 270 nm (Depkes RI, 1995).

Sulfonamida bekerja sebagai antimetabolit, yang mengusir secara

kompetitif asam p-aminobenzoat yang dibutuhkan bakteri untuk pembentukan

asam folat. Mekanisme ini dapat menjelaskan mengapa sulfonamida

1. Sebagai ‘pendorong’ (bolus) harus diberikan dalam dosis tinggi : Untuk

dapat mengusir p-aminobenzoat secara kompetitif, harus dicapai kadar

sulfonamida yang tinggi dalam darah,

2. Bekerja hanya bakteriostatik dan bukan bakterisid : Walaupun bakteri

membutuhkan asam p-aminobenzoat untuk pertumbuhan, kekurangan

asam p-aminobenzoat ini tidak akan mematikan mikroba,

3. Untuk hewan dan manusia umumnya tak toksik : Karena sel ini tidak dapat

mensintesis asam folat sendiri, tetapi bergantung pada pasokan asam folat

bersama makanan – sebagai vitamin -, karena itu bagi sel manusia dan

hewan sulfonamida tidak merupakan antimetabolit (Mutschler, 2010).

Sulfadiazin, diabsorpsi dengan baik setelah pemberian secar oral.

Sulfonamid dahulu digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih “sederhana”

tetapi banyak strain Escherichia coli yang resisten dan saat ini banyak tersedia

obat yang kurang toksik. Sulfadiazin dalam kombinasi pirimetamin digunakan

pada infeksi Toxoplasma gondii (Neal, 2006).

Absorbsi di usus terjadi cepat, kadar maksimal dalam darah tercapai dalam

waktu 3-6 jam sesudah pemberian dosis tunggal. Kira–kira 15-40% dari obat yang

diberikan diekskresi dalam bentuk asetil yang lebih mudah untk diekskresikan.

Hampir 70 % obat ini mengalami reabsorpsi di tubuli ginjal dan pemberian alkali

memperbesar bersihan ginjal dengan mengurangi reabsorpsi tubuli. Karena

beberapa sulfa sukar larut dalam urin yang asam, maka sering timbul kristaluria

dan komplikasi ginjal lainnya. Untuk mencegah ini pasien dianjurkan minum

banyak air agar produksi urin tidak kurang dari 1200 mL/hari atau diberikan

sediaan alkalis seperti Na-bikarbonat untuk menaikkan pH urin (Setiabudy, 2008).

Efek samping paling sering adalah reaksi alergi dan meliputi ruam kulit

(morbiliformis atau urtikaria), kadang – kadang disertai demam. Yang lebih

jarang terjadi adalah reaksi yang lebih serius, misalnya sindrom Steven-Johnson

4

Page 3: BAB II

yang merupakan bentuk eritema multiforme dengan tingkat mortalitas yang tinggi

(Neal, 2006).

Derivat pirimidin ini, bersama sulfametaksazol dan sulfafurazol memiliki

kegiatan atas dasar mg yang terkuat dari semua sulfa. Reabsorpsinya dari usus

agak lambat, sehingga sebagian obat bisa mencapai usus besar. Oleh karena itu,

sulfadiazin berkhasiat terhadap disentri basiler, bahkan lebih efektif dibandingkan

dengan kloramfenikol dan tetrasiklin. Dosis: permulaan 2- 4 g, kemudian 4-6 dd

1g ( Tjay, 2002).

2.1.2 Furosemida

Rumus bangun :

Furosemida mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari

101,0% C12H11CIN2O3S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian:

serbuk hablur, putih sampai hampir kuning; tidak berbau. Kelarutan: paraktis

tidak larut dalam air; mudah larut dalam aseton, dalam dimetilformamida dan

dalam larutan alkali hidroksida; larut dalam metanol; agak sukar larut dalam

etanol; sukar larut dalam eter; sangat sukar larut dalam kloroform (Depkes RI,

1995).

Furosemid mempunyai nama kimia Asam-4-kloro-N-furfuril-5-

sulfamoilantranilat dan nama lain furosemid adalah Furosemidum/furosemida.

Furosemid memiliki Berat Molekul 330,74.Dengan rumus kimianya adalah

C12H11ClN2O5S (Depkes RI, 1995).

Spektrum serapan ultraviolet larutan (1 dalam 125.000) dalam natrium

hidroksida 0,02 N menunjukkan maksimum dan minimum pada panjang

gelombang yang sama seperti pada Furosemida BPFI; daya serap masing –

masing dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan, pada panjang gelombang

serapan maksimum lebih kurang 271 nm, berbeda tidak lebih dari 3,0% (Depkes

RI, 1995).

5

Page 4: BAB II

Volume cairan dan komposisi elektrolit yang abnormal merupakan hal

yang umum dan penting. Obat yang dapat menghambat fungsi transport dari

tubuli ginjal merupakan pengobatan yang biasa dilakukan (Ives,2007).

Diuretik kuat (High-ceiling diuretics) mencakup sekelompok diuretik yang

efeknya sangat kuat dibandingkan dengan diuretik lain. Tempat kerja utamanya

dibagian epitel tebal ansa henle bagian asenden, karena itu kelompok ini disebut

juga loop diuretics. Termasuk dalam kelompok ini adalah furosemid, torsemid,

asam etakrinat, dan bumetanid. Furosemid atau asam 4-klorpo-N-furfuril-5-

sulfamoil antranilat masih tergolong derivat sulfonamid. Obat ini merupakan salah

satu obat standar untuk pengobatan gagal jantung dan edema paru (Nafrialdi,

2008).

Diuretik ialah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan urin.

Istilah dieresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan adanya

penambahn volume urin yang diproduksi dan yang kedua menunjukkan jumlah

pengeluaran (kehilangan) zat- zat terlarut dan air. Fungsi utama diuretic adalah

untuk memobilisasi cairan edema yang berarti mengubah keseimbangan cairan

sedemikian rupa sehingga volume cairan ekstrasel kembali menjadi normal

(Gunawan, 2007).

Furosemid merupakan diuretika saluretik yang kuat, aktivitasnya 8-10 kali

diuretika tiazida. Awal kerja obat terjadi dalam 0,5-1 jam setelah pemberian oral

dengan masa kerja yang relatif pendek lebih kurang 6-8 jam. Absorpsi furosemid

dalam saluran cerna cepat ketersedianhayantinya 60-69% pada subyek normal dan

lebih kurang 91-99% obat terikat oleh plasma protein. Kadar darah maksimal

dicapai 0,5-2 jam setelah pemberian secara oral dengan waktu paro biologis lebih

kurang 2 jam. Furosemid digunakan untuk pengobatan hipertensi ringan dan

moderat karena dapat menurunkan tekanan darah. Dosis : 20-80 mg/hari

(Siswandono,2002).

Diuretik kuat terutama bekerja dengan cara menghambat reabsorbsi

elektrolit di Ansa Henle asenden bagian epitel tebal. Pada pemberiannya secara iv

obat ini cenderung meningkatkan aliran darah ginjal tanpa disertai peningkatan

filtrasi glomerulus(Gunawan, 2007).

6

Page 5: BAB II

Walaupun kerjanya pada ginjal, diuretika bukan obat ginjal, artinya

senyawa ini tidak dapat memperbaiki atau menyembuhkan penyakit ginjal,

demikian juga pada pasien penyakit insufisiensi ginjal jika diperlukan dialisis,

tidak akan dapat ditangguhkan dengan penggunaan senyawa ini. Beberapa

diuretika pada awal pengobatan justru memperkecil eksresi zat-zat penting urin

dengan mengurangi laju filtrasi glomerulus sehingga akan memperburuk

insufisiensi ginjal (Mutschler, 1991).

Dengan demikian yang dapat digunakan secara terapeutik hanyalah

kemampuannya untuk mempengaruhi gerakan air dan elektrolit dalam organisme.

Pengaruhnya terhadap proses transpor hanya seakan-akan saja khas terhadap

ginjal : karena konsentrasi diuretik pada saat melewati nefron meningkat dengan

hebat, maka efeknya pada ginjal (efek diuretik) dibandingkan dengan efek pada

organ lain, dominan (Mutschler, 1991).

Diuretika meningkatkan ekskresi ion-ion tertentu, terutama ion natrium

dan klorida, dan dengan ini bersamaan akan meningkatkan ekskresi air. Terbaik

adalah jika obat dapat mengatur elektrolit organisme seperti konsentrasi yang ada

dalam cairan intersitium (Mutschler, 1991).

Diuretika semacam ini minimum dalam bentuk senyawa tunggal tidak

ada : saluretika (tiazida dan diuretika jerat henle) menyebabkan hilangnya kalium,

diuretika penahan kalium menyebabkan retensi kalium. Karena itu dengan

menggunakan preparat kombinasi yang cocok dicoba untuk mencapai

kesetimbangan kalium yang netral, dengan pemberian bersama-sama suatu

saluretika dan suatu diuretika penahan kalium, tetapi ekskresi natrium klorida

tetap banyak. Ini hanya mungkin pada sebagian kasus saja (Mutschler, 1991).

Disamping kerja terhadap ginjal, diuretika juga mempunyai kerja terhadap

bagian lain (ekstrarenal), yang besarnya berbeda-beda bergantung pada kelompok

diuretikanya. Setelah pemberian iv (intra vena) diuretika jerat henle tipe

furosemida, efek timbul amat cepat. Efek yang baik pada penanganan insufisiensi

jantung akut ini timbul karena adanya penurunan preload (prabeban) jantung

akibat dilatasi vena. Kerja antihipertensi diuretika, seperti telah dikemukakan

terdahulu sekurang-kurangnya sebagian disebabkan oleh berkurangnya

reagibilitas pembuluh. Diuretika penyimpan kalium, triamteren mempunyai kerja

7

Page 6: BAB II

antiaritmik, yang tidak hanya disebabkan oleh adanya retensi kalium saja

(Mutschler, 1991).

2.2 Pereaksi (Reagen)

Pereaksi disingkat P adalah suatu zat digunakan sebagai pereaksi atau

sebagai unsur pokok dari larutan. Larutan pereaksi disingkat LP adalah larutan

dari pereaksi dalam pelarut dan kadar tertentu yang sesuai untuk penggunaan

tertentu. Air jika dalam uji untuk pereaksi atau dalam petunjuk pembuatan larutan

uji dan sebagainya digunakan air tanpa kualifikasi khusus selalu menggunakan

Air Murni seperti yang tertera pada monografi Farmakope Indonesia IV (Depkes

RI, 1995).

2.2.1 Air bebas karbon dioksida

Air bebas karbon dioksida adalah air murni yang telah dididihkan kuat –

kuat selama 5 menit atau lebih dan didiamkan sampai dingin dan tidak boleh

menyerap karbon dioksida dari udara. Air awaudara adalah air murni yang sudah

dikurangi udara terlarut dengan cara yang sesuai seperti dididihkan kuat – kuat

selama 5 menit dan didinginkan atau dengan menggunakan penggetar ultrasonik

(Depkes RI, 1995).

2.2.2 Cairan lambung buatan

Cairan lambung buatan LP, larutkn 2,0 g natrium klorida P dan 3,2 g

pepsin P dalam 7,0 ml asam klorida P dan air secukupnya hinggal 1000 ml.

Larutan mempunyai pH lebih kurang 1,2 (Depkes RI, 1995).

2.2.3 Natrium klorida

Natrium klorida mempunyai BM 58,44, murni pereaksi. Pemerian : hablur

bentuk kubus, tidak berwarna atau serbuk hablur putih; rasa asin. Kelarutan:

mudah larut dalam air, sedikit lebih mudah larut dalam air mendidih, larut dalam

gliserin, sukar larut dalam etanol (Depkes RI, 1995).

2.2.4 Natrium hidroksida

Natrium hidroksida LP, larutkan 4,0 g natrium hidroksida P dalam air

hingga 100 ml. Mempunyai BM 40,00. Pemerian: putih atau praktis putih, massa

melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh dan

menunjukkan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara, akan cepat menyerap

8

Page 7: BAB II

karbon dioksida dan lembab. Kelarutan: mudah larut dalam air dan etanol

(Depkes RI, 1995).

2.2.5 Larutan dapar fosfat

Larutan dapar merupakan sistem larutan yang dapat mempertahankan pH

lingkungannya dari pengaruh seperti oleh penambahan sedikit asam/basa kuat,

atau oleh pengenceran. Sistem bufer terdiri atas dua komponen, yakni (1)

komponen pelarut (umumnya air), dan (2) komponen zat terlarutnya. Komponen

terakhir ini dapat berupa:

a. Asam lemah dan garam kuatnya,

b. Basa lemah dan garam kuatnya,

c. Sepasang asam-basa konyugat, atau

d. Sepasang pemberi – penerima proton (Mulyono, 2009).

Kapasitas suatu bufer merupakan ukuran kemampuan bufer itu untuk

mempertahan pH lingkungannya terutama dari pengaruh-luar oleh penambahan

ion H+ (asam) atau ion OH- (basa). Yang paling menentukan kemampuan bufer

ialah kuantitas atau konsentrasi masing – masing campurannya (misalnya

asam/basa-lemah dan garam kuatnya; atau asam dan basa konyugatnya). Makin

tinggi konsentrasi zat – zat ini, makin tinggi pula kapasitas bufer untuk

mempertahankan pH-nya terhadap pengaruh dari luar (Mulyono, 2009).

Pemahaman sifat sistem bufer yang didukung dengan perhitungan (analisis

sederhana) dapat membantu di dalam merancang pembuatan bufer dengan

ketepatan seperti yang diinginkan keuntungan lain, ketepatan sistem bufer dapat

menghindarkan pemborosan pemakain zat/pereaksi di samping mengurangi akibat

negatif lain seperti kepekatan larutan karena dapat menurunkan bahkan

mematikan keaktifan sistem hidup (Mulyono, 2009).

Kalium dihidrogen fosfat, atau kalium fosfat monobasa, (MKP) -K H 2P O 4-

adalah larut garam yang digunakan sebagai pupuk, sebuah aditif makanan dan

fungisida. Ini adalah sumber fosfor dan kalium. Ini juga merupakan agen

penyangga (Mulyono, 2009).

Pembuatan dapar fosfat untuk mempertahankan PH sediaan pH yang baik

adalah kapasitas dapar yang dimilikinya memungkinkan penyimpanan lama dan

darah dapat menyesuaikan diri serta pH ideal = 7,4 sesuai pH darah. Bila pH > 9

9

Page 8: BAB II

terjadi nekrosis pada jaringan dan bila pH < 3 sangat sakit waktu disuntikkan

(Mulyono, 2009).

2.3 Spektrofotometri

2.3.1 Teori Spektrofotometri ultraviolet

Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Spektrofotometri digunakan

untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan,

direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar,

2008).

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang

menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini, dipilih

panjang – panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses

ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenanya lebih

mahal. Instrumen yang dimaksud ini adalah spektrofotometer dan seperti tersirat

dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari dua instrumen dalam satu

kotak sebuah spektrometer dan sebuah fotometer (Basset, 1994).

Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium

homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam

medium itu dan sisanya diteruskan. Jika intensitas sinar masuk dinyatakan oleh Io,

Ia intensitas sinar terserap, It intensitas sinar diteruskan, Ir intensitas sinar

dipantulkan. Hukum lambert, hukum ini menyatakan bahwa bila cahaya

monokromatik melewati medium tembus cahaya, laju berkurangnya intensitas

oleh bertambahnya ketebalan, berbanding lurus dengan intensitas cahaya. Ini

setara dengan menyatakan bahwa intensitas cahaya yang dipancarkan berkurang

secara eksponansial dengan bertambahnya ketebalan medium yang menyerap.

Atau dengan menyatakan bahwa lapisan manapun dari medium itu yang tebalnya

sama akan menyerap cahaya masuk kepadanya dengan fraksi yang sama (Basset,

1994).

10

Page 9: BAB II

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam analisis dengan

spektrofotometri UV-Vis terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna

yang akan dianalisis dengan spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut

harus diubah terlebih dahulu menjadi senyawa yang berwarna.

Berikut adalah tahapan-tahapan yang harus diperhatikan :

1. Pembentukan molekul yang dapat menyerap sinar UV-Vis

Hal ini diperlukan jika senyawa yang dianalisis tidak menyerap pada

daerah tersebut.

2. Waktu operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan

warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu

operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran

dengan absorbansi larutan.

3. Pemilihan panjang gelombang

Panjang gelombang ynag digunakan untuk analisis kuantitatif adalah

panjang gelombang yang mempunyai absorbansi maksimal. Untuk memilih

panjang gelombang maksimal, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara

absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi

tertentu.

4. Pembuatan kurva baku

Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai

konsentrasi. Masing-masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi

diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi

dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-beer terpenuhi maka kurva baku berupa

garis lurus. Penyimpangan dari garis lurus biasanya disebabkan oleh kekuatan ion

yang tinggi, perubahan suhu dan reaksi ikutan yang terjadi.

Tinggi rendahnya intensitas sinar karakteristik suatu unsur merupakan

representasi dari jumlah atom yang tereksitasi, sedangkan atom yang tereksitasi

sangat ditentukan oleh jumlah atom dalam sampel dan matrik bahan yang diukur.

Oleh sebab itu intensitas yang diperoleh tersebut digunakan sebagai dasar untuk

penentuan kandungan atom dalam bahan yang dianalisis secara kuantitatif.

Kesesuaian antara tinggi intensitas dengan kandungan unsur dalam bahan yang

11

Page 10: BAB II

dilakukan dengan pengukuran kesetaraan bahan yang dianalisis dengan

menggunakan suatu bahan standar dikenal dengan istilah kalibrasi (Kriswarini,

dkk, 2013).

Kalibrasi dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara intensitas

dan konsentrasi. kemudian ditentukan daerah linear untuk memberikan batas

pengukuran. Menurut ASTM, suatu kurva dinyatakan linear bila mempunya nilai

regresi lebih besar dari 0,95 dan hasil pengukuran mengikuti garis yang

membentuk persamaan linear

y = ax + b

dengan :

y : konsentrasi unsur dalam bahan yang dianalisis (% / ppm)

a : intercept (Kriswarini, dkk, 2013).

5. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan

Absorban yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2

sampai 0,8 atau 15 % sampai 70 % jika dibaca sebagai transmitans. Anjuran ini

berdasarkan anggapan bahwa kesalahan dalam pembacaan T adalah 0,005 atau 0,5

% (kesalahan fotometrik) (Rohman, 2007).

Pada umumnya, metode ini untuk menetapkan kadar sulfonamid dalam

jumlah kecil misalnya pada penetapan hasil pemisahan kromatografi kertas dari

campuran sulfonamid (Rohman ,2007).

Menurut Rohman (2007), metode spektrofotometri UV-Vis digunakan

untuk menetapkan kadar senyawa obat dalam jumlah yang cukup banyak. Cara

untuk menetapkan kadar sampel adalah dengan menggunakan perbandingan

absorbansi sampel dengan absorbansi baku, atau dengan menggunakan persamaan

regresi linier yang menyatakan hubungan antara konsentrasi baku dengan

absorbansinya. Persamaan kurva baku selanjutnya digunakan untuk menghitung

kadar dalam sampel.

Jika penetapan kadar atau pengujian menggunakan baku pembanding,

lakukan pengukuran spektrofotometri dengan larutan yang dibuat dari baku

pembanding menurut petunjuk resmi dan larutan yang dibuat dari zat uji. Lakukan

pengukuran kedua secepat mungkin setelah pengukuran pertama menggunakan

kuvet dari kondisi pengujian yang sama. Kuvet atau sel yang dimaksudkan untuk

12

Page 11: BAB II

diisi larutan uji dan cairan pelarut, bila diisi dengan pelarut yang sama, harus

sama. Jika tidak harus dilakukan koreksi yang tepat. Toleransi bagi tebal kuvet

yang digunakan adalah lebih kurang 0,005 cm. Kuvet harus dibersihkan dan

diperlakukan dengan hati-hati (Depkes RI, 1995).

13