BAB II

44
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Low Back Pain a. Anatomi dan Fisiologi Kolumna Vertebralis Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebrata atau ruas tulang belakang. Tulang belakang mempunyai bantalan diantara ruas antar tulang. Panjang rangkaian tulang pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai 67 sentimeter. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 7 servikalis (C), 12 torakal (T), 5 lumbal (L), 5 sakral (S) dan 4 koksigis (Pearce, 2009). Kolumna vartebralis bekerja sebagai pendukung badan yang kokoh dan sekaligus juga bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan cakram invertebralis yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan memungkinkan pembongkokon tanpa terjadinya fraktur. Cakramnya juga berguna untuk 7

description

low back pain

Transcript of BAB II

Page 1: BAB II

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Low Back Pain

a. Anatomi dan Fisiologi Kolumna Vertebralis

Kolumna vertebralis atau rangkaian tulang belakang adalah sebuah

struktur lentur yang dibentuk oleh sejumlah tulang yang disebut vertebrata atau

ruas tulang belakang. Tulang belakang mempunyai bantalan diantara ruas antar

tulang. Panjang rangkaian tulang pada orang dewasa dapat mencapai 57 sampai

67 sentimeter. Seluruhnya terdapat 33 ruas tulang, 7 servikalis (C), 12 torakal

(T), 5 lumbal (L), 5 sakral (S) dan 4 koksigis (Pearce, 2009).

Kolumna vartebralis bekerja sebagai pendukung badan yang kokoh dan

sekaligus juga bekerja sebagai penyangga dengan perantaraan tulang rawan

cakram invertebralis yang lengkungannya memberi fleksibilitas dan

memungkinkan pembongkokon tanpa terjadinya fraktur. Cakramnya juga

berguna untuk menyerap goncangan yang terjadi ketika menggerakkan berat

badan seperti berlari, meloncat, mengangkat beban tubuh ataupun benda dan

dengan demikian otak dan sumsum tulang belakang dapat terlindungi dari

goncangan (Pearce, 2009).

b. Pengertian

Low back pain adalah rasa nyeri yang terjadi di daerah pinggang bagian

bawah dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian sebelah belakang dan

samping luar. Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga pasien

7

Page 2: BAB II

8

mengalami kesulitan dalam setiap pergerakan (salah tingkah) dan pasien harus

istirahat serta dirawat di rumah sakit (RSPI, 2001).

Low back pain dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu low

back pain kronik dan akut. Low back pain akut ditandai dengan sakit yang pada

umumnya berlangsung dari beberapa hari sampai beberapa minggu. Nyeri ini

bisanya berasal dari trauma pada punggung bawah atau gangguan lain seperti

arthritis. Low back pain kronis telah berlangsung selama lebih dari tiga bulan,

dan lebih bersifat progresif (NINDS, 2003).

c. Etiologi

Kebanyakan low back pain dipicu oleh beberapa kondisi yang

berlebihan seperti ketegangan otot, cedera otot-otot, ligamen, dan cakram yang

mendukung tulang belakang. Banyak ahli percaya bahwa dari waktu ke waktu

ketegangan otot dapat menyebabkan ketidakseimbangan secara keseluruhan

dalam struktur tulang belakang. Hal ini menyebabkan terjadinya tegangan

konstan pada otot, ligamen, tulang, dan cakram, sehingga rentan terhadap

cedera (Healthwise, 2010). Menurut Jonathan (2010), etiologi low back pain

adalah:

1) Otot lumbar strain

Strain otot merupakan penyebab paling umum sekitar (70%). Strain

otot dapat ditemukan dalam sistem myofascial (otot-otot, ligamen dan

tendon yang mengikat tulang belakang bersama-sama dan mendukungnya).

Pasien biasanya tidak ingat kejadian awal yang memicu kejang otot

mereka.

Page 3: BAB II

9

2) Rupture disk

Sebuah cakram intervertebralis pecah yang dikenal dengan herniasi,

hal ini sering terjadi pada getaran berulang atau gerak (seperti saat

menggunakan mesin atau kegiatan olahraga atau ketika mengangkat tidak

benar), atau oleh strain berat mendadak atau meningkatkan tekanan ke

punggung bawah.

3) Discogenic back pain

Discogenic back pain diduga menjadi penyebab umum nyeri

pinggang. Discogenic back pain adalah hasil kerusakan pada disk

intervertabral, tapi tanpa herniasi disk

4) Spinal stenosis

Spinal stenosis atau dikenal dengan penyempitan kanal tulang

belakang, yang biasanya berkembang dengan usia.

5) Lumbar spine arthritis

Arthritis paling sering mempengaruhi sendi seperti lutut dan jari-jari.

Arthritis juga dapat mempengaruhi setiap sendi di tubuh, termasuk sendi

kecil tulang belakang. Arthritis pada tulang belakang bisa menyebabkan

sakit punggung dengan gerakan.

6) Fraktur tulang belakang

Fraktur tulang belakang yang ini biasanya disebabkan oleh kekuatan

yang signifikan seperti dari kecelakaan mobil atau sepeda, pukulan

langsung pada tulang belakang, atau menekan tulang belakang dengan jatuh

ke pantat atau kepala.

Page 4: BAB II

10

7. Spondylolisthesis

Spondylolisthesis menyebabkan sakit punggung karena tulang

belakang berdekatan menjadi tidak stabil. Penyebab paling umum

spondylolisthesis adalah akibat perubahan degeneratif yang menyebabkan

hilangnya struktur menstabilkan normal tulang belakang akibatnya tulang

belakang tidak stabil dan nyeri punggung bisa menjadi masalah.

8. Osteoporosis

Fraktur kompresi lebih sering terjadi pada wanita postmenopause

dengan osteoporosis atau pada pasien yang mengkonsumsi kortikosteroid

dalam waktu lama. Pada orang dengan osteoporosis, bahkan sejumlah kecil

gaya memakai tulang belakang seperti dari bersin dapat menyebabkan

kompresi fraktur.

9. Scoliosis atau kyphosis.

d. Patofisiologi

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang

tersusun atas banyak unit rigid (vertebra) dan unit fleksibel (diskus

invertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai

ligamen dan otot vertebralis. Kontruksi punggung yang unik tersebut

memungkinkan fleksibilitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan

perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan

tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari atau

melompat.

Diskus invertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia

bertambah tua. Pada orang berusia muda, diskus terutama tersusun atas

Page 5: BAB II

11

fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lanjut usia akan menjadi

fibrokartilago yang padat dan tidak teratur. Diskus pada segmen lumbal bawah

(L4-L5 dan L5-S1) adalah diskus yang mengalami stres mekanis paling berat

dan perubahan degenerasi terberat. Akibat dari stres dan degenerasi tersebut

diskus dapat menonjol ke satu arah. Penonjolan diskus dikenal sebagai hernia

nucleus purposus (HNP). Hernia nucleus pusposus dapat menyebabkan

penjepitan saraf. Penjepitan saraf akan menyebab nyeri yang menyebar di

sepanjang jalur saraf tersebut (Smeltzer & Bare, 2001).

Nyeri merupakan cara tubuh untuk memberitahu kita bahwa terjadi

sesuatu yang salah. Nyeri bekerja sebagai suatu sistem alarm yang merupakan

sinyal yang memberitahukan kita untuk berhenti untuk melakukan sesuatu yang

mungkin menyakitkan kita dan dengan cara ini melindungi kita dari keadaan

yang berbahaya (Bull, 2007).

Nyeri yang dialami bersifat subjektif dan sangat bersifat individual.

Menurut Potter (2005) menemukan empat hal yang pasti dialami pada saat

merasakan nyeri, yaitu bersifat individual, tidak menyenangkan, merupakan

suatu kekuatan yang mendominasi dan bersifat terus menerus dirasakan.

e. Faktor resiko

Banyak faktor yang meningkatkan risiko pengembangan nyeri

pinggang. Menurut Continuum Center for Health and Healing (2004) faktor

risiko yang paling penting untuk perkembangan sakit punggung adalah.

1) Pekerjaan

Beberapa aktivitas dapat menyebabkan peradangan otot, degenerasi

pada diskus vertebralis dan trauma seperti berdiri dan duduk dalam waktu

Page 6: BAB II

12

yang lama, mengangkat objek yang berat dapat menjadi faktor resiko untuk

masalah punggung.

2) Usia

Studi menunjukkan bahwa risiko low back pain meningkat

berhubungan dengan bertambah usia, tapi begitu mencapai usia sekitar 65

risiko berhenti meningkat. Low back pain paling sering terjadi pada usia 30-

50 tahun (Idyan,2007).

3) Riwayat keluarga

Penyakit kongenital, skoliosis dan lardosis dapat pendukung

vertebra dan ligamen sehingga dapat menyebabkan ketidaknyamanan.

4) Jenis kelamin

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa laki-laki berada pada

risiko lebih besar untuk nyeri pinggang. Wanita yang memiliki dua atau

lebih kehamilan memiliki risiko lebih tinggi terkena nyeri pinggang.

5) Tingkat aktivitas dan kebugaran fisik

Kekuatan, daya tahan dan otot punggung perut telah terbukti

berhubungan dengan terjadinya low back pain. Penelitian telah

menunjukkan bahwa kebugaran fisik membantu untuk mencegah cedera

punggung.

6) Obesitas

Meskipun tidak konklusif, beberapa penelitian telah menunjukkan

peningkatan nyeri punggung pada pasien obesitas, terutama pada wanita.

Page 7: BAB II

13

7) Gangguan postur dan alignment

Gangguan postur atau keselarasan yang tidak benar dapat

mempengaruhi terjadinya nyeri dan dari waktu ke waktu karena

menyebabkan stress yang tidak semestinya pada area tertentu pada

punggung.

8) Riwayat cedera

Analisa yang paling umum dikaji ialah riwayat cedera sebelumnya.

Nyeri pada punggung dapat bersifat episode sesuai dengan kondisi yang

mencetusnya.

9) Psikologis, sosial dan faktor spiritual

Hal ini semakin diakui bahwa berbagai faktor psikologis dan sosial

dapat meningkatkan risiko nyeri pinggang. Kecemasan, depresi, tanggung

jawab penuh tekanan, ketidakpuasan kerja, stres mental di tempat kerja, dan

penyalahgunaan zat dapat meningkatkan resiko terjadinya low back pain.

Takut sakit, keyakinan negatif, pelecehan seksual, ketakutan, menghindari

dan gejala somatisasi (merasa sakit tanpa penyakit sebenarnya) juga dapat

meningkatkan risiko. Studi juga menunjukkan bahwa ibu yang bekerja

sendiri berada pada risiko tinggi untuk terjadi low back pain. Kurangnya

makna dalam hidup atau kurangnya kedamaian batin juga dapat

mempengaruhi individu untuk sakit punggung kronis adalah salah satu

faktor spiritual.

Page 8: BAB II

14

10) Merokok

Merokok merupakan faktor resiko yang berpotensi terjadinya low

back pain diakibatkan berkurangnya suplai oksigen ke disk dan penurunan

oksigen darah dari efek nikotin pada penyempitan pembuluh darah.

11) Olahraga

Olahraga seperti ski, snowboarding, senam, gulat dan olahraga

kontak seperti sepak bola dan rugby meningkatkan risiko untuk sebagai

akibat dari cedera. Cedera ini dapat mengakibatkan terjadinya low back pain

melalui cedera langsung di punggung atau melalui luka ke bagian lain dari

tubuh yang menyebabkan stres abnormal di punggung.

12) Faktor-faktor lain

Faktor lain mungkin berperan penting dalam nyeri pinggang.

Kondisi tulang belakang yang mendasarinya seperti osteoporosis,

spondylolysis, penyakit diskogenic, penyakit sendi degeneratif tulang

belakang (osteoarthritis) dan scoliosis.

f. Manifestasi klinis

Nyeri merupakan perasaan yang subjektif dan tingkat keparahannya

sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan nyeri tersebut terjadi.

Pasien biasanya mengeluh nyeri pada pinggang dan mengalami kelemahan.

Nyeri dapat berlangsung kurang atau lebih dari dua bulan (Smeltzer & Bare,

2001). Menurut Bull (2007), gejala-gejala nyeri punggung dapat sangat

bervariasi dari satu orang ke orang lain. Gejala tersebut meliputi nyeri pada

saat pergantian posisi, kekakuan, rasa baal (mati rasa), kelemahan dan rasa

kesemutan.

Page 9: BAB II

Tidak Ada nyeri

Nyerisangatberat

Nyerisedang

Nyeriberat

Nyeriringan

15

g. Pengkajian

1) Pengukuran nyeri

Menurut Tamsuri (2006), intensitas nyeri adalah gambaran tentang

tingkat keparahan nyeri yang dirasakan oleh individu. Pengukuran intensitas

nyeri sangat subjektif dan individual, dan kemungkinan nyeri dalam

intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang berbeda.

Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai

alat pengukuran nyeri salah satunya yaitu menggunakan skala nyeri

numerik. Pengkajian menggunakan skala intensitas nyeri numerik 0-10

dengan bertanya ke pasien. Nilai nol berarti tidak ada nyeri dan nilai sepuluh

artinya nyeri paling hebat yang pernah terjadi.

Skema 1Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10

Sumber: Agency for Health Care Policy and Research (AHCPR).

2) Pemeriksaan fisik

Menurut Wagiu (2005) pemeriksaan fisik dilakukan dengan teknik

inspeksi, palpasi dan perkusi

a) Inspeksi

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Page 10: BAB II

16

Inspeksi dimulai dengan sikap dan posisi klien pada saat berdiri,

duduk dan gerakan lainnya. Inspeksi tulang belakang klien serta

deformitas yang terlihat. Bila klien tetap berdiri dan menolak untuk

duduk, maka sudah dicurigai adanya suatu herniasi diskus. Gerakan-

gerakan yang perlu diperhatikan pada klien adalah adanya keterbatasan

gerak pada salah satu arah. Ekstensi ke belakang seringkali menyebabkan

nyeri pada tungkai bila ada stenosis foramen invertebralis di lumbal dan

arthritis lumbal. Secara khas fleksi ke depan akan menyebabkan nyeri

pada tungkai bila ada herniasi nucleus pulposus. Gerakan ekstensi ke

belakang pada seorang dewasa muda dapat mengindikasikan adanya

spondilitis. Gerakan lateral dan rotasi pada tulang belakang juga bisa

untuk melihat rentang gerak dan nyeri mungkin timbul.

b) Palpasi

Palpasi dapat dilakukan untuk menentukan lokasi nyeri dengan

menekan pada ruangan invertebralis atau dengan menggerakkan

prosessus spinosus sambil melihat respon klien. Spondilitis yang berat

dapat diraba adanya ketidakrataan pada bagian yang terkena. Penekanan

prosessus spinalis dengan jari jempol untuk mengetahui adanya fraktur

pada vertebra.

c) Perkusi

Penurunan atau menghilangnya refleks patella mengindikasikan

adanya gangguan pada radiks L4, L2, dan L3. Pada refleks achilles

menunjukkan gangguan pada S1. Abnormal pada refleks babinski

menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron (UMN).

Page 11: BAB II

17

3) Pemeriksaan neurologis (tanda-tanda perangsangan meningeal)

Tanda laseque atau modifikasinya yang positif menunjukkan adanya

ketegangan pada saraf spinal khususnya L5 atau S1. Secara klinis tanda

laseque dilakukan dengan fleksi pada lutut terlebih dahulu, lalu di panggul

sampai 900  lalu dengan perlahan-lahan dan graduil dilakukan ekstensi lutut

dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri pada tungkai pasien terutama di

betis (tes yang positif) dan nyeri akan berkurang bila lutut dalam keadaan

fleksi. Terdapat modifikasi tes ini dengan mengangkat tungkai dengan lutut

dalam keadaan ekstensi (stright leg rising). Modifikasi-modifikasi tanda

laseque yang lain semua dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri

radikuler. Cara laseque yang menimbulkan  nyeri pada tungkai kontra lateral

merupakan tanda  kemungkinan  herniasi diskus.

Tanda laseque, makin kecil sudut yang dibuat untuk menimbulkan

nyeri makin besar kemungkinan kompresi radiks sebagai penyebabnya. Hal

ini juga dapat ditandai dengan laseque kontralateral. Tanda laseque adalah

tanda pre-operatif yang terbaik untuk suatu HNP, yang terlihat pada 96,8%

dari 2157 pasien yang secara operatif terbukti menderita HNP dan pada

hernia yang besar dan lengkap tanda ini malahan positif pada 96,8% pasien.

Adanya tanda laseque lebih menandakan adanya lesi pada L4-5 atau L5-S1

daripada herniasi lain yang lebih tinggi (L1-4), dimana tes ini hanya positif

pada 73,3% penderita (Wagiu, 2005).

4) Pemeriksaan radiologi

Page 12: BAB II

18

Pemeriksaan radiologi biasanya dilakukan, X-ray, CT, mielografi,

MRI, Diskografi, Elektromiografi (EMG),  Elektroneurografi (ENG,

Potensial Cetusan Somatosensorik (Somato-Sensory Evoked Potentials/

SSEP).

a) X-ray

X-ray dapat menggambarkan secara detail dari struktur tulang

belakang, biasanya digunakan untuk melihat sakit punggung yang

diakibatkan ketidakstabilan seperti spondylolisthesis, tumor dan fraktur.

X-ray digunakan untuk pemeriksaan yang memperlihatkan gambaran

tulang, gambaran itu adalah kalsium yang menyusun sulang, tetapi

cakram dan akar saraf kalsium tidak bisa dilihat, sehingga X-ray itu tidak

dapat digunakan untuk mendiagnosis herniasi lumbal atau penyebab lain

dari saraf yang terjepit (Ullrich, 2010).

b) CT dan MRI scan

CT dan MRI scan merupakan cara yang relatif cepat dan mudah

untuk mendapatkan gambaran rinci mengenai keadaan dalam tubuh tanpa

perlu melakukan pembedahan. Selama CT scan, sinar X diarahkan

ketubuh pada berbagai sudut. Saat sinar X dideteksi oleh suatu scanner

yang menggunakan informasi tersebut untuk menghasilkan gambaran dua

dimensi dari struktur di dalam punggung. CT scan saat ini sudah banyak

digantikan oleh MRI scan yang menggunakan gelombang radio dan

medan magnetic berkekuatan tinggi untuk menghasilkan gambaran dua

atau tiga dimensi. MRI scan dapat membedakan antara tulang dan

Page 13: BAB II

19

jaringan lunak sehingga memberikan gambaran keadaan dalam tubuh

lebih rinci (Bull, 2007).

c) Mielografi dan diskografi

Pasien yang melakukan mielografi, zat pewarna disuntikkan ke

dalam kanalis spinalis, kemudian pasien dimiringkan keatas dan kebawah

pada meja sinar X sementara gambar radiografi diambil. Walaupun saat

ini mielografi tidak terlalu beresiko, namun pada masa yang lalu

beberapa pasien mengalami araknoiditis (peradangan pada sumsum

tulang belakang) setelah mereka disuntik zat pewarna.

Pada diskografi, zat warna disuntikkan kedalam diskus yang memisahkan

satu vertebra dengan vertebra yang lain. Zat warna ini akan menandai

daerah diskus yang rusak dan dapat membantu untuk menentukan

penyebab nyeri (Bull, 2007).

d) Elektromiografi (EMG)

Elektromiografi adalah pengujian aktivitas listrik dari otot. EMG

seringkali dilakukan dengan tes lain untuk mengukur fungsi saraf seperti

studi konduksi saraf. Arus listrik diberikan lebih rendah dari arus listrik

dirumah. EMG dapat membantu untuk mendiagnosis kompresi saraf atau

cedera (seperti carpal tunnel sindrome), cedera saraf akar (seperti linu

panggul), dan masalah lain yang berhubungan dengan otot atau saraf

seperti amyotrophic lateral sclerosis, myasthenia gravis dan distrofi otot

(Ullrich, 2010).

e) Somato-Sensory Evoked Potentials (SSEP)

Page 14: BAB II

20

SSEP digunakan untuk menilai kecepatan konduksi listrik di

spinal cord dan kadang-kadang juga digunakan untuk pasien dengan

nyeri punggung. Jika spinal cord terdapat masalah, maka perjalanan

sinyal listrik akan lebih lambat dari biasanya. SSEP juga dapat digunakan

untuk memantau fungsi spinal cord selama prosedur bedah (Ullrich,

2010).

5) Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat laju

endap darah (LED), kadar Hb, jumlah leukosit dengan hitung jenis, dan

fungsi ginjal. Terhadap penderita ini tak didapatkan kelainan yang mengarah

kepada penyebab LBP karena infeksi ataupun kelainan ginjal (Debyanti,

2010).

6) Pemeriksaan fungsi lumbal

Lumbal fungsi akan normal pada fase permulaan prolaps diskus

namun belakangan akan terjadi transudasi dari low molecular weight

albumin sehingga terlihat albumin yang sedikit meninggi sampai dua kali

level normal. Pada pasien ini tak dilakukan tindakan lumbal fungsi karena

pemeriksaan ini tidak memberikan gambaran yang spesifik terhadap HNP,

juga perannya telah dapat digantikan oleh adanya gambaran radiologis yang

lebih objektif dan tidak invasif (Debyanti, 2010).

h. Komplikasi

Nyeri punggung dirasakan secara terus-menerus atau intermiten pada

satu tempat dan kemudian perasaan itu meluas ke area tubuh yang lain. Rasa

sakit dapat menyebar ke leher dan mungkin juga ke lengan tangan atau ke area

Page 15: BAB II

21

kaki dan biasanya pada waktu berjalan terasa linu dikaki. Kebanyakan kasus,

komplikasi utama dari nyeri punggung meliputi tidak lebih dari fleksibilitas

menurun dan gerakan atau pun kecacatan (HCI, 2004). Nyeri punggung juga

dapat menyebabkan hilangnya aktivitas dan membatasi gerakan menyebabkan

penambahan berat badan dan akhirnya obesitas. Otot juga dapat menjadi lemah

dan atrofi karena otot tidak bergerak di satu posisi untuk waktu yang lama dan

akibatnya lemak akan terakumulasi didalam tubuh.

i. Penatalaksanaan

Apabila pasien telah mencapai kondisi yang lebih nyaman saat istirahat,

secara bertahap aktivitas bisa dikembalikan pada keadaan semula dan jika

memungkinkan program latihan sudah dapat dimulai. Sasaran dari program ini

adalah peningkatan mobilitas, kekuatan otot dan kelenturan (Smeltzer & Bare,

2001).

Kebanyakan nyeri punggung dapat hilang sendiri dan akan sembuh

dengan tirah baring, pengurangan stres dan relaksasi. Tirah baring yang terlalu

lama tidak akan mempercepat proses penyembuhan bahkan dapat menunda

proses penyembuhan (Porth, 2005). Penatalaksanaan secara terperinci dapat

dilakukan pada pasien dengan low back pain adalah sebagai berikut:

1) Fisioterapi

Menurut Priyambodo (2008), fisioterapi yang biasa digunakan ialah

Infra Red (IR) Massage, terapi latihan dengan metode William Fexion

Exercise.

a) Sinar infra merah

Page 16: BAB II

22

Sinar Infra Merah adalah pancaran gelombang elektromagnetik

dengan panjang gelombang 7.700 Amstrong (Ao) – 4.000.000 Ao yang

digunakan untuk tujuan pengobatan berkisar antara 7.700 Ao - 120.000

Ao atau 150.000 Ao. Jika sinar ini diabsorbsi oleh kulit maka panas

akan timbul pada tempat di mana sinar tersebut diabsorbsi sehingga

dapat meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah,

rilexasi otot dan mengurangi (menghilangkan) rasa sakit. Disamping itu

juga dapat berpengaruh terhadap pigmentasi, mengaktifkan kelenjar-

kelenjar keringat bahkan destruksi jaringan. Apabila penyinaran

diberikan menimbulkan temperatur cukup tinggi dan lama sehingga di

luar toleransi pasien. Oleh karena itu, pemberian Infra Merah ini harus

disesuaikan dengan toleransi pasien.

b) Massage

Fisioterapi dengang massage ini dibedakan menjadi stroking,

effleurage, fricktion, vibration.

(1)Stroking

Stroking adalah manipulasi gosokan yang ringan dan halus dengan

menggunakan seluruh permukaan tangan, sebaiknya diberikan dari

dagu ke atas pelipis dan dari tengah dahi turun kebawah menuju ke

telinga. Stroking ini harus dikerjakan dengan gentle dan

menimbulkan rangsangan pada otot-otot wajah.

(2)Effleurage

Effleurage adalah suatu pergerakan stroking dalam atau dangkal.

Effleurage pada umumnya digunakan untuk membantu

Page 17: BAB II

23

pengembalian kandungan getah bening dan pembuluh darah di

dalam ekstrimitas tersebut. Effleurage juga digunakan untuk

memeriksa dan mengevaluasi area nyeri dan ketidakteraturan

jaringan lunak atau peregangan kelompok otot yang spesifik.

(3)Friction

Friction atau tekanan dalam adalah untuk menggerakkan dan

memisahkan jaringan lembut. Friction adalah memenuhi

pergerakan ke serabut seperti di dalam urat daging atau ligament,

strukturnya membujur atau gerak lingkar bertujuan untuk

melepaskan kekakuan otot dan untuk mengurangi kerusakan

jaringan lunak.

(4)Vibration

Vibration adalah gerakan getaran mengendurkan jaringan lembut

atas dan tingkatkan peredaran. Vibration dapat menenangkan atau

merangsang menurut intensitas dan kecepatan. Vibration pada

umumnya digunakan pada otot yang sangat lemah, gas dalam perut,

atau luka sambungan spesifik.

c) William Flexion Exercise

Posisi Wiliam adalah posisi yang lebih nyaman bagi klien dengan

low back pain. Pada posisi ini klien berbaring pada posisi semi fowler

dan area lutut dalam keadaan rileks begitu juga dengan ototnya. Sebagai

alas untuk menyokong posisi ini dan untuk membantu mengurangi nyeri

dapat digunakan matras yang agak lembut dan datar.

Page 18: BAB II

24

Latihan ini terdiri dari enam bentuk gerakan yang dirancang

untuk mengurangi nyeri punggung dengan memperkuat otot-otot yang

memfleksikan spinal lumbal sakral terutama otot abdominal dan otot

gluteus maksimus dan meregangkan kelompok otot ekstensor. Bentuk-

bentuk latihannya sebagai berikut:

(1) William Flexion Exercise nomor 1

Posisi awal: terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata pada

permukaan matras.

Gerakan: pasian diminta meratakan pinggang dengan menekan

pinggang ke bawah melawan matras dengan mengkontraksikan otot

perut dan otot pantat. Setiap kontraksi ditahan 5 detik kemudian

lemas, ulangi 10 kali. Usahakan pada waktu lemas pinggang tetap rata.

Gambar 1William Flexion Exercise nomor 1

Sumber: http://www.wrongdiagnosis.com

(2) William Flexion Exercise nomor 2

Posisi awal: terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata pada

permukaan matras.

Gerakan: pasien diminta mengkontraksikan otot perut dan

memfleksikan kepala, sehingga dagu menyentuh dada dan bahu

Page 19: BAB II

25

terangkat dari matras. Setiap kontraksi ditahan 5 detik, kemudian

lemas, ulangi sebanyak 10 kali.

Gambar 2William Flexion Exercise nomor 2

Sumber: http://www.wrongdiagnosis.com

(3) William Flexion Exercise nomor 3

Posisi awal: terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata pada

permukaan matras.

Gerakan: pasien diminta untuk memfleksikan satu lutut kearah dada

sejauh mungkin, kemudian kedua tangan mencapai paha belakang dan

menarik lututnya ke dada. Pada waktu bersamaan angkat kepala

hingga dagu menyentuh dada dan bahu lepas dari matras, tahan 5

detik. Latihan diulangi pada tungkai yang lain, ulangi latihan sebanyak

10 kali. Kedua tungkai lurus naik harus dihindari, karena akan

memperberat masalah pinggangnya.

Gambar 3William Flexion Exercise nomor 3

Page 20: BAB II

26

Sumber: http://www.wrongdiagnosis.com

(4) William Flexion Exercise nomor 4

Posisi awal: terlentang, kedua lutut menekuk dan kedua kaki rata pada

permukaan matras.

Gerakan: pasien diminta untuk melakukan latihan yang sama dengan

nomor 3, tetapi kedua lutut dalam posisi menekuk, dinaikkan ke atas

dan ditarik dengan kedua tangn kearah dada, naikkan kepala dan bahu

dari matras, ulangi 10 kali. Pada waktu menaikkan kedua tungkai ke

atas sejauh mungkin ia rapat, baru ditarik dengan kedua tangan

mendekati dada.

(5) William Flexion Exercise nomor 5

Posisi awal: exaggregated starter’s position

Gerakan: kontraksikan otot perut dan gluteus maksimus serta tekankan

dada ke paha, tahan 5 hitungan dan rileks. Frekuensi 10 kali / sesi,

pertahankan kaki depan rata dengan lantai dan berat badan disangga

oleh kaki bagian depan tungkai yang belakang.

(6) William Flexion Exercise nomor 6

Posisi awal: berdiri menempel dan membelakangi dinding dengan

tumit 10-15 cm di depan dinding, lumbal rata dengan dinding.

Page 21: BAB II

27

Gerakan: satu tungkai melangkah ke depan tanpa merubah posisi

lumbal pada dinding, tahan 10 hitungan dan rileks. Frekuensi 10 kali /

sesi. Bila latihan terlalu berat, lamanya penahanan dapat dikurangi.

2) Latihan

Latihan dapat menguatkan punggung, mengurangi tekanan, kompresi

saraf dan melindungi punggung dari cedera. Latihan yang biasanya

dilakukan adalah peregangan punggung, deep lunge, berdiri satu kaki

kedepan, kebelakang dan lutut ke dada (Bull, 2007).

3) Terapi obat

Untuk menangani nyeri akut penatalaksanaan secara farmakologi,

dapat digunakan obat-obatan. Analgetik narkolitik dapat digunakan untuk

menghentikan nyeri. Relaksan otot dan penenang digunakan untuk membuat

paisen rileks dan otot pasien yang spasme bisa lebih rileks sehingga nyeri

lainnya bisa digunakan aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID)

(Porth, 2005).

4) Terapi kompres hangat dan dingin

Kompres hangat dapat meningkatkan aliran darah ke area yang

tertekan dan dapat membantu penyembuhan pada saraf yang mengalami

cedera. Kompres hangat dengan handuk atau kain dilakukan pada area yang

terkena selama lebih kurang 20-30 menit, minimal 4 kali setiap hari.

Tindakan alternatif yang lebih efektif yang sebagian orang lakukan ialah

dengan kompres hangat untuk meredakan nyeri. Kompres dingin diberikan

pada area yang terkena selama 10-15 menit setiap 1-2 jam. Tetapi cara

Page 22: BAB II

28

apapun yang dipilih, harus dilakukan pengkajian terlebih dahulu terhadap

kondisi kulit dan nyeri tekan (Porth, 2005).

5) Terapi diet

Pengontrolan berat badan akan membantu mengurangi nyeri kronik

pada punggung bagian bawah dan dapat menurunkan kerja dari vertebra

yang disebabkan oleh obesitas. Pembatasan kalori dibutuhkan untuk

menjaga tubuh tetap ideal. Hal ini dilakukan jika berat badan klien lebih dari

10% dari berat badan ideal (Porth, 2005).

6) Penanganan nyeri lainnya

Penggunaaan sepatu bertumit datar membuat pemakainya

memerlukan energi lebih banyak untuk melangkah, sebab tumit harus

diangkat lebih tinggi. Menurut O'Niel, hak sepatu atau sandal yang ideal

adalah sekitar 2-3 cm. Hal ini akan membuat tendon achilles dalam posisi

rileks dan nyaman (Syifaa, 2008).

j. Pencegahan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengurangi low back

pain, terutama pada beban yang diangkat dan teknik mengangkat yang benar.

Pencegahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan korset, tali

penyokong punggung dan peralatan kerja yang ergonomik. Hal tersebut dapat

dilakuakan dengan cara pendidikan kesehatan, misalnya pendidikan kesehatan

tentang low back pain ditempat kerja. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam

upaya pencegahan terhadap terjadinya low back pain adalah sebagai berikut:

1) Meningkatkan kekuatan otot perut dengan latihan penyiapan, yang terbaik

adalah sit up dengan lutut ditekuk

Page 23: BAB II

29

2) Menggunakan postur yang benar pada saat duduk, berdiri dan berjalan.

3) Menggunakan sepatu dan sandal dengan tumit 2-3 cm

4) Gunakanlah bantal di punggung bila tidak cukup menyangga pada saat

duduk dikursi

5) Bila harus mengangkat beban, usahakan punggung lurus jangan

membungkuk tanpa membengkokkan lutut

6) Menjaga berat badan tidak sampai lebih dari 10% dari berat badan dan

memastikan masukan kalsium yang adekuat

7) Berhenti merokok

2. Pemindahan Material secara Manual

Menurut Nurmianto dalam Rahmawati (2010), pemindahan bahan secara

manual apabila tidak dilakukan secara benar akan menimbulkan kecelakaan dalam

pekerjaan. Kecelakaan kerja yang timbul dapat berupa kerusakan jaringan tubuh

yang diakibatkan oleh beban angkut yang berlebihan (over exertion-lifting and

carrying). Masalah tersebut muncul bukan hanya karena gangguan beban yang

berat pada otot tapi robekan dari celah antar tulang belakang (intervertebral dics)

yang menyebabkan ganggunan mobilitas tulang dalam jangka lama. Kegiatan

memindahkan bahan secara manual jika dilakukan berulang-ulang dan dalam

jangka waktu yang relatif lama akan menyebabkan proses degenerasi (rusaknya)

tulang-tulang belakang.

Menurut Nurmianto dalam Rahmawati (2010), beberapa parameter yang

harus diperhatikan dalam memindahkan bahan secara manual adalah sebagai

berikut:

a. Beban yang harus diangkat

Page 24: BAB II

30

b. Perbandingan antara beban dengan orangnya

c. Jarak horizontal dari beban terhadap orangnya

d. Ukuran beban yang akan diangkat

Batasan angkat di Indonesia ditetapkan melalui Peraturan Menteri Tenaga

Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. PER.01/Men/1978 tentang kesehatan dan

keselamatan kerja dalam bidang penebangan dan pengangkutan kayu. Beban angkat

ditetapkan dengan dasar perhitungan 5/7 kg berat badan, contohnya seorang lelaki

dengan berat badan 70 kg berarti beban yang dapat diangkat sebesar 50 kg. Batasan

tersebut dapat dilihat pada table berikut:

Tabel 1Beban angkat menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. 01 tahun 1978

Aktivitas

Mengangkat

Dewasa ( > 17 tahun) Tenaga kerja muda ( ≤ 17 tahun)

Laki-laki (kg) Wanita (kg) Laki-laki (kg) Wanita(kg)

- Sekali-kali 40 15 15 10-12

- Terus menerus 15-18 10 10-15 6-9

Sumber: Permentenakertranskop No:PER.01/MEN/1978, Nurmianto dalam Rahmawati (2010).

Berdasarkan pada sejumlah eksperimen yang berupaya mendapatkan berat

pada berbagai keadaan dan ketinggian beban yang berbeda–beda. Batasan berat

beban yang dapat diangkat dapat dikategorikan sebagai berikut:

Tabel 2Berat Beban yang dapat Ditolelir untuk Aktivitas Angkat yang Sering

Frekuensi angkat Berat yang boleh diangkat (kg)

Satu kali dalam 30 menitSatu kali dalam 25 menitSatu kali dalam 15 – 20 menitSatu kali dalam 10 – 15 menitSatu kali dalam 5 menit

9585665033

Sumber: Nurmianto dalam Rahmawati (2010).

Page 25: BAB II

31

Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dalam pemindahan material

secara manual maka perlu dikenali faktor risiko berpengaruh. Faktor risiko menurut

Rahmawati (2006) adalah sebagai berikut:

a) Berat beban yang diangkat dan perbandingannya terhadap berat beban pekerja.

b) Jarak horizontal dari beban relatif terhadap pekerja.

c) Ukuran beban yang harus diangkat maksudnya beban yang berukuran besar

akan memiliki pusat massa yang letaknya jauh dari badan dan dapat

menghalangi pandangan pekerja.

d) Ketinggian beban yang harus diangkat dan jarak perpindahan beban.

e) Mengangkat beban dari permukaan lantai akan relatif lebih sulit dari pada

mengangkat beban dari ketinggian pada permukaan pinggang.

f) Beban puntir pada pekerja selama aktivitas angkat beban. Stabilitas beban yang

akan diangkat maksudnya keseimbangan beban yang akan diangkat.

g) Kemudahan dijangkau oleh pekerja.

h) Berbagai macam rintangan yang menghalangi atau pun keterbatasan postur

tubuh yang berada pada suatu tempat kerja.

i) Kondisi kerja yang meliputi kerja yang monoton, pencahayaan, temperatur,

kebisingan dan kelicinan lantai.

j) Frekuensi angkat yaitu banyaknya aktivitas angkat.

k) Metode angkat yang benar (tidak boleh mengangkat beban secara tiba-tiba).

l) Tidak terkoordinasinya kelompok kerja (lifting team).

m) Diangkatnya beban dalam suatu periode.

Menurut Rachmawati (2006), mengangkat dan memindahkan yang baik

harus memenuhi dua prinsip yaitu:

Page 26: BAB II

32

a) Beban diusahakan menekan pada otot tungkai yang kuat dan sebanyak

mungkin tulang belakang yang lemah dibebaskan dari pembebanan.

b) Momentum gerak badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.

Untuk menerapkan kedua prinsip kinetis diatas kegiatan mengangkut dan

memindahkan harus dilakukan sebagai berikut:

a) Pegangan harus tepat. Memegang diusahakan dengan tangan penuh dan

memegang hanya dengan beberapa jari dapat menyebabkan ketegangan statis

lokal pada jari tersebut. Lengan harus berada sedekat-dekatnya pada badan dan

dalam posisi lurus. Fleksi pada lengan untuk mengangkut dan mengangkat

menyebabkan ketegangan otot statis yang melelahkan.

b) Punggung harus lurus, jangan membungkuk karena dapat menyebabkan otot-

otot pinggang merasa nyeri.

c) Dagu ditarik segera setelah kepala ditegakkan lagi seperti pada permulaan

gerakan dengan posisi kepala dan dagu yang tepat, seluruh tulang belakang

diluruskan.

d) Posisi kaki dibuat sedemikian rupa/ pasang kuda-kuda sehingga mampu untuk

mengimbangi momentum yang terjadi dalam posisi mengangkat.

e) Berat badan dimanfaatkan untuk menaruh dan mendorong serta gaya untuk

gerakan dan perimbangan.

f) Beban diusahakan berada sedekat mungkin terhadap garis vertikal yang melalui

pusat gravitasi tubuh, dengan begitu upaya yang bersifat mengimbangi

berkurang dan dihindari aktivitas otot statis yang tidak perlu.

3. Proses kerja

a) Pengerukan pasir dan batu dari air sungai

Page 27: BAB II

33

Sebagian besar proses ini penambang di Kuantan Singing telah

menggunakan mesin pompa disel. Manusia hanya berperan sebagai monitor

kerjanya mesin. Pasir dan batu yang keluar dari mesin tersebut lalu

dikelompokan menggunakan alat ayakan. Alat ini berguna untuk membedakan

antara batu dan pasir.

b) Mengisi pasir dan batu ke dalam mobil angkut

Pengisian pasir dan batu ke dalam mobil angkut masih dilakukan secara

manual dengan menggunakan skop. Pada proses ini pekerja melakukan sikap

kerja membungkuk (bending) dan membungkuk sambil memutar (twisting).

Pada saat membungkuk tulang punggung bergerak ke sisi tubuh. Otot bagian

perut dan sisi vertebra disk pada bagian lumbal mengalami penekanan (OHS,

2010).

Low back pain disebabkan adanya penekanan pada susunan saraf tepi

didaerah pinggang menjadi tegang, atau dengan kata lain sarafnya terjepit

(Smeltzer & Bare, 2001). Hal ini ada kaitanya dengan otot yang mengalami

spasme. Spasme ini dapat terjadi karena gerakan pinggang yang terlalu

mendadak atau berlebihan melampaui kekutan otot sehingga akan

menyebabkan rasa nyeri pada bagian pinggang.

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin

diamati atau diukur melalui atau penelitian-penelitian yang akan dilanjutkan (Notoatmodjo,

2005). Penyusunan kerangka konsep akan membantu kita untuk membuat hipotesis,

menguji hubungan tertentu, dan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan

dengan teori yang hanya dapat diamati atau diukur melalui variabel (Nursalam, 2008).

Page 28: BAB II

34

Skema 2Kerangka konsep

Variabel independen Variabel dependen

C. Hipotesis

1. Hipotesis nol

Tidak ada hubungan posisi kerja pada bongkar muat penambang batu dan pasir

dengan kejadian low back pain.

2. Hipotesis alternatif

Ada hubungan posisi kerja pada bongkar muat penambang batu dan pasir dengan

kejadian low back pain.

Posisi kerja posisi mengangkut beban- Benar - Salah

Kejadian low back pain- Terjadi- Tidak terjadi